1. MODUL2Mata Kuliah: Siaga Gawat Darurat
Maternatal Neonatal
Penulis: Suryaningsih, SsiT, M.Keb
Kegiatan Belajar 1
“KONSEP DASAR RUJUKAN
KEBIDANAN”
Prodi: D3 Kebidanan
Semester: 08
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jakarta 2015
Salah satu upaya untuk
mencapai tujuan
MENURUNKAN ANGKA
KEMATIAN IBU adalah
memperkuat sistem
rujukan kesehatan
diberbagai jenjang
pelayanan kesehatan.
Upaya ini sangat
penting karena sudah
diketahui secara luas
bahwa system rujukan
yang berjalan dengan
baik dapat
berkontribusi untuk
mempercepat
penanganan
keterlambatan rujukan,
terutama kasus-kasus
gawatdarurat,
komplikasi dan
kematian bisa dihindari
3. Peserta didik
tercinta ...... Sebagai
seorang bidang kita
dituntut untuk siap
untuk melayani rujukan
pasien. Untuk itu kita
perlu memahami
pengertian dari rujukan
itu sendiri. Berikut
akan dijelaskan
tentang pengertian
rujukan
Apa itu
Sistem
Rujukan ?
4. Sistem Rujukan
(Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2008))
suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan
tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan
secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar
unit-unit yang setingkat kemampuannya).
5. %Pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau
masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal
maupun horizontal.
Rujukan Kebidanan
6. %rujukan kasus-kasus yang harus dilaksanakan segera oleh
karena bila terlambat akan menyebabkan meningkatnya
kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
Rujukan Darurat Kebidanan
7. %rujukan yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab
dan mengikuti Prosedur Tetap penanganan gawat darurat
yang baku atau yang telah disepakati.
Rujukan Berkualitas
9. Agar setiap ibu yang mengalami gawat darurat
kebidanan mendapatkan perawatan dan
pertolongan yang semestinya serta sebaik-baiknya
1
10. Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman
penderita dari unit yang belum lengkap ke unit
yang lebih lengkap fasilitasnya2
11. Membuat jaminan akses pelayanan rujukan kasus-
kasus darurat kebidanan dengan unit pelayanan
yang lebih lengkap atau lebih mampu
3
12. Menjalin pelimpahan pengetahuan dan
ketrampilan (transfer of knowledge and skill) melalui
jawaban rujukan dan saran-saran perawatan
selanjutnya serta pertemuan AMP dengan pusat
rujukan.
4
14. Pengiriman Pasien
1
Pengiriman pasien rujukan harus dilaksanakan sedini
mungkin untuk perawatan dan pengobatan lebih lanjut ke
sarana pelayanan yang lebih lengkap.
15. Pengiriman spesimen atau
penunjang diagnostik lainnya2Bahan Spesimen atau penunjang diagnostik lainnya yang
dirujuk, dikirimkan ke laboratorium mendapat pemeriksaan
laboratorium atau fasilitas penunjang diagnostik yang tepat.
16. Pengiriman spesimen atau
penunjang diagnostik lainnya3
Sebagian Spesimen yang telah diperiksa di laboratorium
Puskesmas, Rumah Sakit atau laboratorium lainnya boleh
dikonfirmasi ke laboratorium yang lebih mampu untuk
divalidasi hasil pemeriksaan pertama.
17. Pengalihan pengetahuan dan
keterampilan4Kegiatan menambah pengetahuan dan ketrampilan bagi
Dokter umum, Bidan atau Perawat dari Puskesmas atau
Rumah Sakit Umum Kabupaten/ Kota dapat berupa
pelatihan di Rumah Sakit Umum yang lebih lengkap.
18. Sistem Informasi Rujukan
5Informasi kegiatan rujukan pasien dibuat oleh petugas
kesehatan pengirim dan dicatat dalam surat rujukan pasien
yang dikirimkan ke dokter tujuan rujukan,
19. Dengan memahami tentang Sistem rujukan, Anda sebagai
seorang bidan diharapkan dapat mengetahui alur yang benar
apabila anda berada dalam situasi atau kondisi yang
mengaruskan anda merujuk seorang pasien
Sekarang Kita akan
masuk ke dalam
pembahasan
berikutnya, yaitu
“Organisasi dan
Pengelolaan
dalam
Pelaksanaan
Sistem Rujukan”
20. Agar sistem rujukan ini dapat dilaksanakan secara efektif
dan efesien harus jelas mata rantai kewenangan dan
tanggung jawab dari masing-masing unit pelayanan
kesehatan yang terlihat didalamnya, termasuk aturan
pelaksanaan dan koordinasinya
22. Kriteria pembagian wilayah
pelayanan sistem rujukan1Setiap unit kesehatan akan memberikan jasa pelayanannya
kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan wilayah dan
tingkat kemampuan petugas atau sarana
23. Koordinasi rujukan antar sarana
kesehatan2Koordinasi ini dapat dicapai dengan memberikan garis
kewenangan dan tanggung jawab dari masing-masing unit
pelayanan kesehatan.
24. Alur Rujukan
3Karena adanya perbedaan dan persamaan klasifikasi,
wilayah dan kemampuan tiap sarana kesehatan yang ada,
perlu disusun alur rujukan pasien secara umum, kecuali bagi
rujukan kasus kegawatdaruratan atau rujukan khusus.
25. Dengan memahami tentang Sistem organisasi dan
pengelolaan dalam pelaksanaan sisem rujukan, Anda
sebagai seorang bidan diharapkan dapat mengetahui fungsi
dari masing-masing unit agar tidak terjadi tumpang tindih
tanggung jawab
Sekarang Kita akan
masuk ke dalam
pembahasan
berikutnya, yaitu
“Prinsip
PelayananRujukan
Kegawat Daruratan
maternal &
Neonatal”
26. Para peserta didik
sekalian, dalam
melakukan tindakan
rujukan pasien gawat
darurat maternal
neonatal, harus ada
prinsip-prinsip yang
harus diperhatikan.
Berikut
pembahasannya
Apa
?Acuanya
27. Pedoman Sistem Rujukan Maternal dan
Neonatal di Tingkat Kabupaten/Kota dari
Departemen Kesehatan RI tahun 2005
!
28.
29. kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien,
efektif dan sesuai dengan kemampuan dan
kewenangan fasilitas Pelayanan.
!
31. Bidan di Desa sebagai pelaksana pelayanan Polindes/
Poskesdes merupakan ujung tombak upaya pelayanan
Maternal dan Neonatal
1. Polindes/Poskesdes
32. Bidan di Desa dapat melakukan pengelolaan kasus
dengan komplikasi tertentu sesuai dengan tingkat
kewenangan dan kemampuannya atau melakukan
rujukan ke Puskesmas,
33. Puskesmas dengan fasilitas Pelayanan Obstetri
Neonatal Dasar (PONED) dan Rumah Sakit dengan
fasilitas Pelayanan Obstetri Neonatal Komprehensif
(PONEK).
!
34. Puskesmas standar yang dalam hal memberikan pelayanan
Maternal dan Neonatal mempunyai fungsi hampir mirip
dengan Polindes
2. Puskesmas Non-PONED
35. Puskesmas Non-Poned mempunyai tenaga kesehatan,
sarana dan prasarana yang lebih memadai antara lain
tersedia dokter, bidan dan perawat, mobil puskesmas
keliling, dan sebagainya
37. Puskesmas yang mempunyai Tim Dokter dan Bidan yang
mampu, terlatih dan terampil serta adanya sarana prasarana
yang memadai untuk melakukan Pelayanan Obstetri dan
Neonatal Dasar (PONED) 24 jam
3. Puskesmas PONED
38. Puskesmas PONED memberikan pelayanan langsung
terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi
baru lahir baik yang datang sendiri atau atas rujukan
Puskesmas, Bidan di Desa atau rujukan Kader/Dukun.
39. Puskesmas PONED dapat melakukan pengelolaan
kasus persalinan atau bayi dengan komplikasi tertentu
sesuai dengan tingkat kewenangan dan
kemampuannya atau melakukan rujukan pada Rumah
Sakit PONEK. !
40. Rumah Sakit yang memberikan pelayanan maternal dan
neonatal sehari penuh (24 Jam) dan memiliki tenaga dokter
spesialis kandungan, dokter spesialis anak dan bidan
dengan kemampuan yang terlatih,
4. Rumah Sakit PONED
41. Sarana dan prasarana penunjang yang memadai
untuk memberikan pelayanan kegawat daruratan
maternal dan neonatal dasar maupun komprehensif
secara langsung terhadap ibu hamil/ibu bersalin dan
ibu nifas
42. Rumah Sakit PONEK umumnya adalah Rumah Sakit
Umum Kabupaten/ Kota yang telah mempunyai
dokter spesialis kandungan (Dokter SpOG) dan dokter
spesialis anak (Dokter Sp.A).
43. Dengan memahami tentang prinsip kewenangan setiap
fasilitas, Anda sebagai seorang bidan diharapkan dapat
memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing di
tempat anda berada
Sekarang Kita akan
masuk ke dalam
pembahasan
berikutnya, yaitu
“Prinsip Merujuk
dan Menerima
Pasien Maternal
dan Neonatal”
44. Para peserta didik
sekalian, dalam
melakukan tindakan
rujukan pasien gawat
darurat maternal
neonatal, harus ada
prinsip-prinsip yang
harus diperhatikan.
Berikut
pembahasannya
Apa
?Prinsipnya
45. Mencegah 3 Terlambat (3T).
1terlambat dalam mengenali tanda bahaya kehamilan dan
persalinan, terlambat dalam mencapai fasilitas dan
terlambat mendapat pertolongan yang cepat dan tepat
di fasilitas pelayanan
46. Rujukan yang Terancana
2Pasien maternal dan neonatal yang diperkirakan dirujuk,
harus sudah dipersiapkan sebagai pasien rujukan sejak awal
ketika faktor risiko ditemukan saat pemeriksaan
kehamilannya.
47. Upayakan Pasien Dalam
Keadaan Stabil3
Petugas kesehatan /Dokter /Bidan harus melakukan
stabilisasi pasien terlebih dahulu sebelum merujuk
pasiennya.
48. Diluar Kompetensi Petugas
4 Pasien harus dirujuk apabila pasien yang untuk
penatalaksanaannya sudah tidak lagi menjadi
kewenangan bagi fasilitas Polindes/Poskesdes/Puskesmas
yang bersangkutan.
49. Ada Komunikasi Awal
5Lakukan kontak terlebih dahulu dengan Rumah Sakit /
Puskesmas yang dituju untuk mencegah kemungkinan tidak
dapat ditangani atau terlambat ditangani karena tidak
adanya atau tidak siapnya dokter spesialis yang dituju.
50. Selamat, Saudara telah selesai mempelajari kegiatan belajar 1
Modul Rujukan Kasus Gawat Darurat Maternal Neonatal. Apakah
Saudara telah mengerti dan memahami materi yang telah dipelajari?
Jika sudah maka Saudara dapat melanjutkan Belajar Ke Kegiatan
Belajar Selanjutnya
Namun jika belum, pelajarilah kembali pada materi yang menurut
Saudara belum Saudara kuasai