MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Bung hatta
1. CERITA TENTANG SANG TELADAN NEGRI
Bung Hatta, nama yang tidak asing ditelingaku yg telah kudengar waktu masih kanak-
kanak hingga sekarang sudah cukup dewasa, pun aku masih ingat ketika ibu guru waktu SD
menjelaskan orang ini. Kala itu beliau berkata pahlawan itu tidak harus berperang di medan
tempur menenteng senjata memangku geranat, tapi pahlawan juga bias dilakukan dengan jalan
diplomasi. Lalu saya bertanya, siapa itu bu? Dengan polosnya saya melontarkan kalimat itu dari
mulut mungil saya. Dialah bung Hatta, dengan membuka buku peta Indonesia di situ ada sebuah
foto yang cukup using dan tertera nama Dr.(HC) Drs. H. Mohammad Hatta, dia itu wakil
presiden pertama Indonesia, lalu ibu guru menjelaskan di depan kelas ke semua murid, sambil
memperlihatkan foto ke semua siswa ibu guru menjelaskan, beliau adalah sosok wakil presiden
yang berjuang menjadi pahlawan pada jalur diplomasi. Dengan cara diplomasi beliau berjuang
merebutkan kemerdekaan Indonesia yang telah lama diambil oleh penjajah. Pun sampai sekarang
nama beliau masih banyak yang menggaungkan.
Kepergiannya memang sudah lama, namun sejarahnya takkan ku lupa dan takkan terganti
sampai kapan pun. Nah, dari sini saya akan menuliskan sedikit cerita tentang sejarah ceritanya
bung Hatta.
Bung Hatta Dan Kisah Sepatu Bally
PADA tahun 1950-an, Bally adalah sebuah merek sepatu yang bermutu tinggi dan tentu
tidak murah. Bung Hatta, Wakil Presiden pertama RI, berminat pada sepatu Bally. Ia kemudian
menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya, lalu berusaha menabung agar bisa
membeli sepatu idaman tersebut. Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi
karena selalu terambil untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu kerabat dan handai
taulan yang datang kepadanya untuk meminta pertolongan. Hingga akhir hayatnya, sepatu Bally
idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli karena tabungannya tak pernah mencukupi.
Yang sangat mengharukan dari cerita ini, guntingan iklan sepatu Bally itu hingga Bung Hatta
wafat masih tersimpan dan menjadi saksi keinginan sederhana dari seorang Hatta. Jika ingin
memanfaatkan posisinya waktu itu, sebenarnya sangatlah mudah bagi Bung Hatta untuk
memperoleh sepatu Bally. Misalnya, dengan meminta tolong para duta besar atau pengusaha
yang menjadi kenalan Bung Hatta. Namun, di sinilah letak keistimewaan Bung Hatta. Ia tidak
mau meminta sesuatu untuk kepentingan sendiri dari orang lain. Bung Hatta memilih jalan sukar
dan lama, yang ternyata gagal karena ia lebih mendahulukan orang lain daripada kepentingannya
2. sendiri, kata AdiSasono, Ketua Pelaksana Peringatan Satu Abad Bung Hatta. Pendeknya, itulah
keteladanan Bung Hatta, apalagi di tengah carut-marut zaman ini, dengan dana bantuan presiden,
dana Badan Urusan Logistik, dan lain-lain. Bung Hatta meninggalkan teladan besar, yaitu sikap
mendahulukan orang lain, sikap menahan diri dari meminta hibah, bersahaja, dan membatasi
konsumsi pada kemampuan yang ada. Kalau belum mampu, harus berdisiplin dengan tidak
berutang atau bergantung pada orang lain. Seandainya bangsa Indonesiadapat meneladani
karakter mulia proklamator kemerdekaan ini, seandainya para pemimpin tidak maling, tidak
mungkin bangsa dengan sumber alam yang melimpah ini menjadi bangsa terbelakang, melarat,
dan nista karena tradisi berutang dan meminta sedekah dari orang asing.
Pemimpin Bangsa yang Bijak
Bulan Agustus ini adalah bulan keramat bagi bangsa Indonesia yang memasuki usia 63
tahun. Salah satu proklamator kita, Bung Hatta, jika beliau masih hidup, tanggal 12 Agustus tadi
sudah memasuki usia 106 tahun. Tidak salah kalau rubrik kita kali ini menyoroti keteladanan
sang pemimpin bangsa yang senantiasa berjuang bagi kepentingan negara kesatuan Indonesia.
Berprinsip Teguh
Bung Hatta yang dikenal jujur, sabar, cerdas, dan penuh ide ini memegang teguh prinsip
yang diyakininya. Sebagai contoh adalah prinsip demokrasi yang diyakini beliau dapat
membantu perbaikan kehidupan bangsa. Untuk itu beliau ikut memperjuangkan status Indonesia
sebagai negara kesatuan yang dapat mengakomodasi aspirasi semua golongan tanpa kecuali.
Beliau ikut mendukung dicabutnya pengusulan pembentukan negara yang memihak pada
golongan tertentu saja. Keteguhan Pak Hatta dalam memegang prinsip bukan semata-mata untuk
kepentingan pribadi, melainkan untuk kepentingan bangsa. Ketika beliau berseberangan prinsip
dengan pemerintah yang sedang berkuasa saat itu, beliau rela mengundurkan diri guna
mempertahankan kesatuan bangsa.
Berjuang Tanpa Kekerasan
Bung Hatta yang lembut hati, selalu mencari strategi untuk berjuang tanpa kekerasan.
Senjata ampuh yang digunakan tokoh proklamator kita ini adalah otak dan pena. Dari pada
melawan dengan kekerasan beliau lebih memilih untuk menyusun strategi, melakukan negosiasi,
lobbying, dan menulis berbagai artikel dan buku untuk memperjuangkan nasib bangsa. Prinsip
tanpa kekerasan ini muncul karena rasa hormat Bung Hatta pada sesama manusia, baik kawan
atau pun lawan. Walaupun Bung Hatta tidak setuju dengan pendapat atau pun seseorang, beliau
3. tidak lalu membenci orang tersebut, tetapi tindakan dan pendapatnyalah yang tidak beliau
setujui.
Misalnya saja, Bung Hatta yang sangat kuat keteguhan beragamanya tidak menyukai hal-
hal yang berbau duniawi yang pada saat itu umumnya berasal dari negeri seberang. Tapi bukan
berarti dia lalu membenci orang-orang asing. Beliau memiliki banyak teman bangsa asing dan
banyak pemikiran bangsa asing yang positif (disiplin, etos kerja positif) yang beliau adaptasi
untuk kemajuan bangsa. Sikap ini menyebabkan Bung Hatta dihormati oleh semua orang: kawan
atau pun lawan.
Berusaha Sebaik Mungkin
Bung Hatta selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam segala hal, misalnya dengan
bersikap hati-hati dan melakukan perencanaan yang matang. Semua tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya dilakukan dengan sepenuh hati, dan direncanakannya dengan sebaik
mungkin agar memperoleh hasil yang maksimal.
Semua pidato dan kata-kata beliau untuk publik pun disiapkan secara profesional.
Keputusan-keputusan diambil setelah sebelumnya dipikirkan dengan saksama dan didukung
dengan data dan informasi yang cukup. Beliau tidak menginginkan terjadinya kegagalan yang
disebabkan kecerobohan atau pun karena kurang persiapan.
Berkarya Nyata
Bung Hatta merupakan tokoh yang selalu berkarya nyata. Salah satu karya monumental
beliau adalah bentuk koperasi. Pemikiran ini dituangkan pada pembentukkan koperasi pengusaha
batik, yang akhirnya sukses sampai saat ini. Koperasi tersebut berhasil mendorong kemajuan
bagi pengusaha batik dan memberi mereka kesempatan untuk memperluas usaha dengan ekspor.
Karya-karya lainnya adalah berbentuk tulisan.
Pada saat bangsa Indonesia masih berkutat untuk menumbuhkan minat baca, beliau sudah
jauh lebih maju, yaitu dengan memberikan teladan bagi bangsa Indonesia untuk menumbuhkan
budaya menulis. Kegiatan tulis-menulis ini telah beliau lakukan sejak masih belajar di negeri
Belanda sampai akhir hayatnya. Tak terhitung lagi jumlah artikel dan buku yang telah beliau
tulis. Sebuah monumen intelektual berupa perpustakaan di Bukittinggi pun telah didirikan untuk
mengenang Pak Hatta.
Walaupun Bung Hatta sudah tiada, beliau tetap hidup melalui pemikiran, prinsip, dan
kualitas pribadi beliau yang positif. Menjelang peringatan hari kemerdekaan Indonesia,
4. bersamaan dengan 100 tahun kelahiran tokoh proklamator kita ini, sudah selayaknyalah kita
teladani sisi positif kualitas kepemimpinan beliau yang berpegang teguh pada prinsip, berjuang
tanpa kekerasan, berusaha melakukan yang terbaik, dan senantiasa berkarya untuk kepentingan
bangsa. Merdeka!