SlideShare a Scribd company logo
SUKMA; *
;
Oleh : Muhayat Akbar
(Ex. Pimum Sukma Periode Pertama 1998-2000)
Dalam raga yang sepi
Ku nisbahkan suratan nasib dalam mimpi
Dalam jeritan yang terdengar
Ku harap matahari kan bersinar pada satu arah
Dalam rangkaian syair nan sahdu
Dalam langkah yang tak pasti
Ku pandang jemari teman yang menari gemulai
raga, jiwa serta denyut nadi berdetak tiada terhenti
tangisan pilu mengiringi setiap nafas
tawa hadir dalam lelah yang tertuang
Dalam syair ada rasa
kutuangkan dalam tulisan
dalam langkah ada desahan nafas
Ku ubah jadi alunan hidup dalam senyuman
Biarlah waktu menjawab semua
Ku ingin menjadi bait nyanyian dalam SUKMA
SUKMA lahir seiring bergulirnya Era Reformasi di negeri ini tepatnya pada Hari MINGGU, 24
Mei 1998 M / 28 Muharram 1419 H. Berawal dari kegelisahan beberapa aktivis kampus yang
menginginkan sebuah media untuk menuangkan pemikiran-pemikiran baru berikut kritik
konstruktif terhadap fenomena yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, terkhusus bagi
masyarakat kampus tercinta IAIN Antasari Banjarmasin.
Masih terbayang jelas saat itu, berkumpul 5 orang deklarator di bawah pohon beringin/Ficus
benyamina (Samping Auditorium) -- Muhayat Akbar (Dakwah), Imam Alfiannor (Tarbiyah),
Darmawan Saputera (Ushuluddin), Muhari (Ushuluddin) dan Syamsuri (Syari’ah) -- bersepakat
mendeklarasikan sebuah Lembaga Pers Mahasiswa yang kebetulan saat itu dipilih SUKMA
(Suara Kritis Mahasiswa) sebagai Nama LPM ini.
Proses penamaan SUKMA itu sendiri sebetulnya telah melewati diskusi yang panjang, ada
banyak nama yang ditawarkan, namun ternyata SUKMA lah yang menjadi pilihan bersama saat
itu, Dan kelahiran SUKMA juga tidak terlepas dari Dukungan 2 orang Aktivis Senat Mahasiswa
Institut (SMI) saat itu, yakni Kanda Halim Rahmat (Ketua Senat) dan Kanda Haris Fadillah (Wk.
Ketua Senat) yang selalu memberikan arahan dan restunya.
* * Disampaikan pada PENA SUKMA LPM SUKMA
SUKMA; *
Apa yang bisa kita Renungkan dari Sepenggal Riwayat (Sejarah) SUKMA?
Tokoh proklamator kita, Bung Karno pernah berpesan kepada kita, untuk tidak sekali-kali
melupakan sejarah. “Ultimatum” itu diluncurkan bisa jadi agar kita yang hidup saat ini tidak
lupa dengan perjuangan para pendahulu kita, termasuk perjuangan tak kenal lelah sehingga
SUKMA masih bisa eksis sampai kini. Sejarah, ya sejarah, mengapa harus sejarah yang harus
kita ingat? Ada apa dengan sejarah? Hari ini kita berkesempatan merenungi perlunya kita
selalu menengok sejarah. Setidaknya dalam tiga sudut pandang:
Pertama, segala sesuatu pasti punya sejarah, sesederhana apapun. Dalam konteks SUKMA,
kita harus mengenal para pendahulu/aktivis sukma yang telah mendedikasikan waktu dan
pemikirannya untuk eksistensi SUKMA. Kegigihan mereka perlu kita tiru, khususnya sejak kita
mengucapkan ikrar untuk aktif di lembaga ini.
Kedua, Sejarah sebenarnya adalah penuturan cerita yang runtut. Manusia pada fitrahnya suka
sekali mendengar cerita. Mengapa manusia menyukai cerita? Dalam cerita pasti ada tokoh
utama, alur cerita, dan bisaanya ada “ending” yang bahagia atau celaka. Anak-anak kecil
senang sekali bila mendengar atau membaca dongeng. Orang dewasa juga senang menonton
film sinetron atau layar perak. Semua itu menunjukkan bahwa cerita yang intinya adalah
sejarah sangat efisien memberikan hiburan sekaligus pelajaran bagi kebanyakan orang karena
mudah dicerna. Oleh sebab itu, metode sejarah atau metode bercerita merupakan salah satu
pilihan tepat untuk menulis sebuah karya jurnalistik. Kemudahan publikasi tulisan di era global
saat ini, telah membawa kita untuk lebih kreatif dalam membuat tulisan agar bisa diterima
oleh pembaca, berikut beberapa langkah yang bisa kita praktikkan untuk menghasilkan karya
tulis yang bermakna:
1. Tetapkan tujuan dan target tulisan.
2. Fokus dan sesuaikan pada tema tulisan.
3. Cari informasi sebanyak-banyaknya tentang bahan tulisan.
4. Buat dan rangkai bagian tulisan (pendahuluan, isi dan penutup).
5. Rencanakan ide pokok.
6. Rancang tulisan semenarik mungkin.
Gunakan kata dan istilah popular terutama judul dan tambahkan beberapa
ilustrasi.
7. Menulislah seperti bercerita (Agar tidak membosankan pembaca).
8. Berpikir out of the box. Jangan terpaku pada tema buat sebuah perumpamaan
dari kehidupan nyata sehari-hari.
9. Perhatikan alur tulisan.
10. Kenali kepribadian dan kebutuhan pembaca.
11. Sisipkan pesan moral (eksplisit dan implisit).
Menulislah seperti burung yang dapat selalu terbang bebas
tanpa peduli besarnya kekuatan tiupan angin,
karena justru tiupan anginlah
yang mampu membawanya untuk terbang lebih tinggi.
Semua orang bisa menulis, selama ia mau menulis.
Agar tulisan lebih berarti, menulislah dengan sepenuh hati.
* * Disampaikan pada PENA SUKMA LPM SUKMA
SUKMA; *
Ketiga, saat kita membaca sejarah, kita seakan-akan berada di zaman peristiwa itu terjadi.
Misalnya, saat kita membaca peristiwa 10 November, kita sepertinya menyaksikan sendiri
kedahsyaratan semangat arek-arek Suroboyo dalam mempertahankan kemerdekaan. Ketika
kita menonton film “Sang Pencerah”, kita seolah-olah berada di kawasan hidupnya KH. Ahmad
Dahlan. Begitulah seterusnya. Ini artinya, dengan membaca atau mengenang sejarah SUKMA,
kita akan bisa merasakan susah senangnya kehidupan aktivis SUKMA sejak DOELOE hingga
SAAT INI berikut pesan-pesan moral yang ada di dalamnya.
Jadi, bukalah wawasan kita mengapa kita dilarang melupakan sejarah, seperti pesan Bung
Karno tadi. Dengan sejarah, kita tidak perlu mengalami susahnya perjuangan para nabi
menyadarkan umatnya. Kita juga tidak perlu harus angkat senjata untuk sekedar merasakan
pedihnya perjuangan kemerdekaan. Kita juga tidak harus tersiram air panas bila hanya ingin
tahu melepuhnya kulit. Demikian pula, kita tak perlu mati konyol bila ingin tahu bahwa jatuh
dari lantai 10 akan menyebabkan kematian. Kita cukup belajar dari sejarah. Ya, sejarah adalah
awal pertimbangan kita untuk menatap masa depan. Sejarah SUKMA harus menjadi bagian
dari URAT NADI perjuangan kita, tetapkan hatimu untuk terus bersama SUKMA, Hiasi Hari-
Harimu dengan terus “Berjuang Melalui PENA-mu dan Bergerilya dengan WACANA-mu.
Keempat, Menulislah...!
Kalau Anda ingin terkenal, menulislah! Atau berbuatlah sesuatu sehingga orang menulis
tentang perbuatan Anda itu. Tidak ada cara yang lain selain itu. Demikianlah kata almarhum
Prof Dr Mukti Ali, menteri agama RI pada 1970-an, dalam suatu kesempatan memberikan
kuliah.
Perkembangan Industri menulis akhir – akhir ini dapat menjadi peluang usaha yang
menjanjikan bagi yang ingin menambah income (passive income). Percepatan arus informasi
mempermudah kita untuk memperoleh informasi apapun hanya dengan melakukan “klik”
website tertentu misalnya google. Padahal, jika kita perhatikan, pemberi informasi tersebut
belum tentu berasal dari jurnalis, namun dapat juga dibuat oleh blogger pribadi atau sekedar
manifestasi demokrasi virtual lainnya.
Tak terbatas pada ruang dan waktu, usia, pendidikan, ataupun profesi tertentu, setiap orang
pasti mampu menulis. Jika dahulu pernah poluler budaya menulis buku harian dengan label
“dear diary…” saat ini pun masih sangat memungkinkan mengandalkan kemampuan itu,
namun media penulisan dapat beragam bentuk. Nah, bagi yang ingin mencoba kemampuan
menulis untuk menambah penghasilan, ada 5 cara termudah yang dapat ditempuh :
(1). Perbanyak membaca
Disadari ataupun tidak minat baca bagi penduduk Indonesia masih sangat rendah, bahkan
pada tahun 2011, UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization)
merilis data bahwa indeks minat baca di Indonesia hanya 0,001 persen, yang berarti bahwa
dari 1000 orang Indonesia hanya ada 1 yang memiliki minat baca. Sedangkan pada tahun 2009
Indonesia pernah ditempatkan sebagai rangking terakhir berminat baca terendah dari 52
negara di Asia Timur versi Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)
(sumber Wikipedia), cukup memprihatinkan bukan?
* * Disampaikan pada PENA SUKMA LPM SUKMA
SUKMA; *
Pasalnya, bagi masyarakat Indonesia membaca masih dianggap rutinitas yang membosankan
dan bagi yang memiliki hoby membaca ia identik dengan julukan kutu buku, kaku dan tidak
memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Kita lebih memilih menonton televisi atau bersenda
gurau, bahkan bergosip dalam berbagai kesempatan tanpa memiliki manfaat yang pasti.
Sedangkan bila dibandingkan dengan negara maju, membaca sudah menjadi life syle yang tak
terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, tak hanya di sekolah-sekolah namun juga di tempat
umum. Aktifitas membaca dapat dilakukan oleh kaum tua hingga anak-anak. Membaca
merupakan jendela informasi dunia. Dengan hanya berdiam diri di satu tempat, kita dapat
mengetahui banyak hal dari seluruh dunia.
Membaca bagi calon penulis sangatlah penting, tak hanya menambah informasi, namun juga
menambah imajinasi. Setiap tulisan memiliki gaya dan alur penulisan tersendiri tergantung
selera penulisnya. Dari hal itu juga kita dapat memahami apa tujuan dari penulisan dan trend
penulisan yang sedang berkembang saat ini.
(2). Perbanyak menulis
Sangatlah keliru jika dikatakan seseorang tak memiliki bakat menulis. Siapapun mampu
melakukanya asalkan ada kemauan yang kuat. Bagaimana tidak, jika sejak duduk dibangku
Sekolah Dasar pun kita sudah dilatih untuk itu. Terlebih lagi saat ini semakin dimudahkan
dengan teknologi, sehingga menulispun tak harus diatas kertas.
Agar semakin lancar dalam menuangkan isi pikiran kedalam bentuk tulisan, kita dapat
melakukannya setelah kita membaca sesuatu. Mulailah dengan merangkum, melatih ingatan
dan merangkai kalimat. Setelah itu bacalah kembali tulisan kita berulang kali, bila perlu
mintalah orang lain ikut membacanya dan mengkritisi kekurangan dari tulisan kita.
Mulailah dari beberapa kalimat, paragraph, hingga alinea. Pada umumnya standar penulisan
artikel dimulai dari hitungan 100 hingga 1000 kata. Menulislah dari hal-hal yang kita sukai
terlebih dahulu, misalnya motivasi, tips, cerpen, atau apapun, bahkan menulis komentar akan
isu sosial pada dinding facebook sekalipun, sedikit melatih kemampuan kita.
(3). Perbanyak jaringan
Jaringan yang ditekankan disini adalah jaringan penulis. Saat ini sudah sangat menjamur di
media social, jaringan komunitas penulis di Indonesia. Mulai dari komunitas penulis ibu-ibu
rumah tangga, pelajar, buku fiksi, buku anak, bahkan agensi penulis produktif seperti
penulispro.NET yang selalu aktif membagikan informasi bahkan kesempatan yang luas bagi
siapa saja yang ingin menjadi penulis sesuai dengan kemampuan kita. Bahkan komunitas
penulis yang ada pun sering mengadakan pelatihan menulis. Tak ada salahnya ikut bergabung
dengan mereka, tentunya akan diperoleh pengalaman dan relasi yang mungkin mengubah
hidup anda dari aktifitas menulis.
Jika kita aktif mengikuti kegiatan komunitas tersebut, motivasi kita dipastikan akan lebih
mudah terbangun, tentunya harus diimbangi dengan action yang konsisten. Masing-masing
memiliki metode tersendiri untuk dapat masuk ke industry penulisan. Kita dapat menentukan
komunitas mana yang paling menguntungkan untuk kita, bahkan memberikan peluang untuk
menambah penghasilan.
* * Disampaikan pada PENA SUKMA LPM SUKMA
SUKMA; *
Setelah memiliki koleksi beberapa tulisan yang dipandang cukup menarik bagi kita, jangan
segan ataupun ragu untuk mengirimkan contoh tulisan kita tersebut ke penerbit, surat kabar
atau agensi penerbit seperti rei media services. Namun ada baiknya sebelum kita mengirimkan
tulisan tersebut terdapat koreksi dari orang lain, dan perlu diperhatikan tentang pemilihan
judul yang menarik agar memancing editor untuk membaca. Agar kita kreatif dan memiliki ide
brilian untuk judul, kita harus banyak membaca dan ,menambah pergaulan tentunya.
Pada umumnya, penerbit besar akan mengutamakan nama besar dari penulis itu juga. Namun
saat ini terdapat beberapa penerbit indie yang tidak mempersyaratkan hal tersebut. Masing-
masing memiliki metode sendiri dari menerbitkan tulisan terutama buku. Ada yang
mensyaratkan pembayaran percetakan buku, kemudian bagi hasil rooyalti, namun ada juga
yang tidak mensyaratkan itu jika memang karya kita dipandang menarik dan marketable.
Sedangkan untuk penulisan artikel, umumnya dapat kita jumpai dari website-website tertentu
yang melayani itu.
(5). Jangan Putus Asa
Setelah kita melewati beberapa cara mudah diatas, tentunya langkah selanjutnya adalah
menunggu penerbit ataupun agen mana yang bersedia menerbitkan tulisan kita.
Sudah menjadi pemahaman bersama bahwa menulis itu bukan bakat, namun kebiasaan. Ketika
mulai menulis lalu mengirimkan ke penerbit, tentunya besar kemungkinan tulisan kita tidak
diterima atau dikembalikan. Hal yang perlu dilakukan ketika mengalami itu adalah kembali
membaca tulisan kita kemudian kita cerna dimana letak kelemahannya. Semakin banyak kita
membuat akan semakin mengasah kemampuan kita menulis dan menemukan ruh dari apa
yang kita tulis. Tentunya menarik untuk kita belum tentu menarik untuk pembaca.
Percayalah pada kemampuan kita. Ketika ide sudah mengalir, pasti kita akan “ketagihan” untuk
selalu menulis. Terlebih lagi jika tulisan kita sudah diterima oleh penerbit. Bukan hanya
ketenaran yang kita peroleh, namun uang pun akan mengalir ke rekening kita setiap saat.
Bagaimana? Mudah bukan menjadi penulis? Siapapun, dimanapun berada dapat
melakukannya. Agar kita yakin dengan 5 cara diatas, tak ada salahnya untuk mencoba. Cepat
atau lambat anda akan menemukan sensasi dalam menulis setelah mengetahui bagaimana
cara menjadi penulis. Selamat mencoba!
***** *** *****
(4). Go In Action
* * Disampaikan pada PENA SUKMA LPM SUKMA

More Related Content

Similar to Sukma, riwajatmoe doeloe

Soe hok gie di bawah lentera merah
Soe hok gie   di bawah  lentera merahSoe hok gie   di bawah  lentera merah
Soe hok gie di bawah lentera merahMuhammad Sarna
 
Soe hok gie di bawah lentera merah
Soe hok gie   di bawah  lentera merahSoe hok gie   di bawah  lentera merah
Soe hok gie di bawah lentera merah
Farrah Eungeline
 
Di bawah lentera merah buku indonesia
Di bawah lentera merah   buku indonesiaDi bawah lentera merah   buku indonesia
Di bawah lentera merah buku indonesiaashburnadam
 
SPEED READING_Edit4 yang sangat bergunaa
SPEED READING_Edit4 yang sangat bergunaaSPEED READING_Edit4 yang sangat bergunaa
SPEED READING_Edit4 yang sangat bergunaa
RokhiMaghfur
 
Seputar Ide Tulisan
Seputar  Ide  TulisanSeputar  Ide  Tulisan
Seputar Ide Tulisanasepmuhsin
 
majalah online Lentera News edisi Maret 2015
majalah online Lentera News edisi Maret 2015majalah online Lentera News edisi Maret 2015
majalah online Lentera News edisi Maret 2015
Ananta Bangun
 
Ebook 15 Hari Menulis Novel
Ebook 15 Hari Menulis NovelEbook 15 Hari Menulis Novel
Ebook 15 Hari Menulis Novel
Riswanto Dahsyat
 
Contoh paragraf
Contoh paragrafContoh paragraf
Contoh paragraf
Mochammad Ridwan
 
Profile IHIK3
Profile IHIK3Profile IHIK3
Profile IHIK3
Novrita Widiyastuti
 
Tokoh Jurnalistik
Tokoh JurnalistikTokoh Jurnalistik
Tokoh Jurnalistik
mataharitimoer MT
 
Karangan narasi & deskripsi
Karangan narasi & deskripsiKarangan narasi & deskripsi
Karangan narasi & deskripsi
Zulaika Nur Afifah
 
Karangan
KaranganKarangan
Karangan
Sepri Panjaitan
 
Tabloid Biru Edisi 1
Tabloid Biru Edisi 1Tabloid Biru Edisi 1
Tabloid Biru Edisi 1tabloidbiru
 
Sosiologi sma kelas xii bondet wrahatnala
Sosiologi sma kelas xii bondet wrahatnalaSosiologi sma kelas xii bondet wrahatnala
Sosiologi sma kelas xii bondet wrahatnala
Dnr Creatives
 
Mempertahankan Indonesia dengan Menghargai Perbedaan yang Ada
Mempertahankan Indonesia dengan Menghargai Perbedaan yang AdaMempertahankan Indonesia dengan Menghargai Perbedaan yang Ada
Mempertahankan Indonesia dengan Menghargai Perbedaan yang Ada
Thufailah Mujahidah
 
Gampangnya menulis panduan menulis good practice
Gampangnya menulis panduan menulis good practiceGampangnya menulis panduan menulis good practice
Gampangnya menulis panduan menulis good practice
ALI YASIN
 
Gampangnya menulis panduan menulis good practice
Gampangnya menulis panduan menulis good practiceGampangnya menulis panduan menulis good practice
Gampangnya menulis panduan menulis good practice
ALI YASIN
 
Ks01 perkenalan rev01
Ks01   perkenalan rev01Ks01   perkenalan rev01
Ks01 perkenalan rev01
Maurice Chavez
 

Similar to Sukma, riwajatmoe doeloe (20)

Soe hok gie di bawah lentera merah
Soe hok gie   di bawah  lentera merahSoe hok gie   di bawah  lentera merah
Soe hok gie di bawah lentera merah
 
Soe hok gie di bawah lentera merah
Soe hok gie   di bawah  lentera merahSoe hok gie   di bawah  lentera merah
Soe hok gie di bawah lentera merah
 
Di bawah lentera merah buku indonesia
Di bawah lentera merah   buku indonesiaDi bawah lentera merah   buku indonesia
Di bawah lentera merah buku indonesia
 
SPEED READING_Edit4 yang sangat bergunaa
SPEED READING_Edit4 yang sangat bergunaaSPEED READING_Edit4 yang sangat bergunaa
SPEED READING_Edit4 yang sangat bergunaa
 
Seputar Ide Tulisan
Seputar  Ide  TulisanSeputar  Ide  Tulisan
Seputar Ide Tulisan
 
majalah online Lentera News edisi Maret 2015
majalah online Lentera News edisi Maret 2015majalah online Lentera News edisi Maret 2015
majalah online Lentera News edisi Maret 2015
 
Membentuk tulisan populer
Membentuk tulisan populerMembentuk tulisan populer
Membentuk tulisan populer
 
Ebook 15 Hari Menulis Novel
Ebook 15 Hari Menulis NovelEbook 15 Hari Menulis Novel
Ebook 15 Hari Menulis Novel
 
Contoh paragraf
Contoh paragrafContoh paragraf
Contoh paragraf
 
Contoh paragraf
Contoh paragrafContoh paragraf
Contoh paragraf
 
Profile IHIK3
Profile IHIK3Profile IHIK3
Profile IHIK3
 
Tokoh Jurnalistik
Tokoh JurnalistikTokoh Jurnalistik
Tokoh Jurnalistik
 
Karangan narasi & deskripsi
Karangan narasi & deskripsiKarangan narasi & deskripsi
Karangan narasi & deskripsi
 
Karangan
KaranganKarangan
Karangan
 
Tabloid Biru Edisi 1
Tabloid Biru Edisi 1Tabloid Biru Edisi 1
Tabloid Biru Edisi 1
 
Sosiologi sma kelas xii bondet wrahatnala
Sosiologi sma kelas xii bondet wrahatnalaSosiologi sma kelas xii bondet wrahatnala
Sosiologi sma kelas xii bondet wrahatnala
 
Mempertahankan Indonesia dengan Menghargai Perbedaan yang Ada
Mempertahankan Indonesia dengan Menghargai Perbedaan yang AdaMempertahankan Indonesia dengan Menghargai Perbedaan yang Ada
Mempertahankan Indonesia dengan Menghargai Perbedaan yang Ada
 
Gampangnya menulis panduan menulis good practice
Gampangnya menulis panduan menulis good practiceGampangnya menulis panduan menulis good practice
Gampangnya menulis panduan menulis good practice
 
Gampangnya menulis panduan menulis good practice
Gampangnya menulis panduan menulis good practiceGampangnya menulis panduan menulis good practice
Gampangnya menulis panduan menulis good practice
 
Ks01 perkenalan rev01
Ks01   perkenalan rev01Ks01   perkenalan rev01
Ks01 perkenalan rev01
 

Sukma, riwajatmoe doeloe

  • 1. SUKMA; * ; Oleh : Muhayat Akbar (Ex. Pimum Sukma Periode Pertama 1998-2000) Dalam raga yang sepi Ku nisbahkan suratan nasib dalam mimpi Dalam jeritan yang terdengar Ku harap matahari kan bersinar pada satu arah Dalam rangkaian syair nan sahdu Dalam langkah yang tak pasti Ku pandang jemari teman yang menari gemulai raga, jiwa serta denyut nadi berdetak tiada terhenti tangisan pilu mengiringi setiap nafas tawa hadir dalam lelah yang tertuang Dalam syair ada rasa kutuangkan dalam tulisan dalam langkah ada desahan nafas Ku ubah jadi alunan hidup dalam senyuman Biarlah waktu menjawab semua Ku ingin menjadi bait nyanyian dalam SUKMA SUKMA lahir seiring bergulirnya Era Reformasi di negeri ini tepatnya pada Hari MINGGU, 24 Mei 1998 M / 28 Muharram 1419 H. Berawal dari kegelisahan beberapa aktivis kampus yang menginginkan sebuah media untuk menuangkan pemikiran-pemikiran baru berikut kritik konstruktif terhadap fenomena yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, terkhusus bagi masyarakat kampus tercinta IAIN Antasari Banjarmasin. Masih terbayang jelas saat itu, berkumpul 5 orang deklarator di bawah pohon beringin/Ficus benyamina (Samping Auditorium) -- Muhayat Akbar (Dakwah), Imam Alfiannor (Tarbiyah), Darmawan Saputera (Ushuluddin), Muhari (Ushuluddin) dan Syamsuri (Syari’ah) -- bersepakat mendeklarasikan sebuah Lembaga Pers Mahasiswa yang kebetulan saat itu dipilih SUKMA (Suara Kritis Mahasiswa) sebagai Nama LPM ini. Proses penamaan SUKMA itu sendiri sebetulnya telah melewati diskusi yang panjang, ada banyak nama yang ditawarkan, namun ternyata SUKMA lah yang menjadi pilihan bersama saat itu, Dan kelahiran SUKMA juga tidak terlepas dari Dukungan 2 orang Aktivis Senat Mahasiswa Institut (SMI) saat itu, yakni Kanda Halim Rahmat (Ketua Senat) dan Kanda Haris Fadillah (Wk. Ketua Senat) yang selalu memberikan arahan dan restunya. * * Disampaikan pada PENA SUKMA LPM SUKMA
  • 2. SUKMA; * Apa yang bisa kita Renungkan dari Sepenggal Riwayat (Sejarah) SUKMA? Tokoh proklamator kita, Bung Karno pernah berpesan kepada kita, untuk tidak sekali-kali melupakan sejarah. “Ultimatum” itu diluncurkan bisa jadi agar kita yang hidup saat ini tidak lupa dengan perjuangan para pendahulu kita, termasuk perjuangan tak kenal lelah sehingga SUKMA masih bisa eksis sampai kini. Sejarah, ya sejarah, mengapa harus sejarah yang harus kita ingat? Ada apa dengan sejarah? Hari ini kita berkesempatan merenungi perlunya kita selalu menengok sejarah. Setidaknya dalam tiga sudut pandang: Pertama, segala sesuatu pasti punya sejarah, sesederhana apapun. Dalam konteks SUKMA, kita harus mengenal para pendahulu/aktivis sukma yang telah mendedikasikan waktu dan pemikirannya untuk eksistensi SUKMA. Kegigihan mereka perlu kita tiru, khususnya sejak kita mengucapkan ikrar untuk aktif di lembaga ini. Kedua, Sejarah sebenarnya adalah penuturan cerita yang runtut. Manusia pada fitrahnya suka sekali mendengar cerita. Mengapa manusia menyukai cerita? Dalam cerita pasti ada tokoh utama, alur cerita, dan bisaanya ada “ending” yang bahagia atau celaka. Anak-anak kecil senang sekali bila mendengar atau membaca dongeng. Orang dewasa juga senang menonton film sinetron atau layar perak. Semua itu menunjukkan bahwa cerita yang intinya adalah sejarah sangat efisien memberikan hiburan sekaligus pelajaran bagi kebanyakan orang karena mudah dicerna. Oleh sebab itu, metode sejarah atau metode bercerita merupakan salah satu pilihan tepat untuk menulis sebuah karya jurnalistik. Kemudahan publikasi tulisan di era global saat ini, telah membawa kita untuk lebih kreatif dalam membuat tulisan agar bisa diterima oleh pembaca, berikut beberapa langkah yang bisa kita praktikkan untuk menghasilkan karya tulis yang bermakna: 1. Tetapkan tujuan dan target tulisan. 2. Fokus dan sesuaikan pada tema tulisan. 3. Cari informasi sebanyak-banyaknya tentang bahan tulisan. 4. Buat dan rangkai bagian tulisan (pendahuluan, isi dan penutup). 5. Rencanakan ide pokok. 6. Rancang tulisan semenarik mungkin. Gunakan kata dan istilah popular terutama judul dan tambahkan beberapa ilustrasi. 7. Menulislah seperti bercerita (Agar tidak membosankan pembaca). 8. Berpikir out of the box. Jangan terpaku pada tema buat sebuah perumpamaan dari kehidupan nyata sehari-hari. 9. Perhatikan alur tulisan. 10. Kenali kepribadian dan kebutuhan pembaca. 11. Sisipkan pesan moral (eksplisit dan implisit). Menulislah seperti burung yang dapat selalu terbang bebas tanpa peduli besarnya kekuatan tiupan angin, karena justru tiupan anginlah yang mampu membawanya untuk terbang lebih tinggi. Semua orang bisa menulis, selama ia mau menulis. Agar tulisan lebih berarti, menulislah dengan sepenuh hati. * * Disampaikan pada PENA SUKMA LPM SUKMA
  • 3. SUKMA; * Ketiga, saat kita membaca sejarah, kita seakan-akan berada di zaman peristiwa itu terjadi. Misalnya, saat kita membaca peristiwa 10 November, kita sepertinya menyaksikan sendiri kedahsyaratan semangat arek-arek Suroboyo dalam mempertahankan kemerdekaan. Ketika kita menonton film “Sang Pencerah”, kita seolah-olah berada di kawasan hidupnya KH. Ahmad Dahlan. Begitulah seterusnya. Ini artinya, dengan membaca atau mengenang sejarah SUKMA, kita akan bisa merasakan susah senangnya kehidupan aktivis SUKMA sejak DOELOE hingga SAAT INI berikut pesan-pesan moral yang ada di dalamnya. Jadi, bukalah wawasan kita mengapa kita dilarang melupakan sejarah, seperti pesan Bung Karno tadi. Dengan sejarah, kita tidak perlu mengalami susahnya perjuangan para nabi menyadarkan umatnya. Kita juga tidak perlu harus angkat senjata untuk sekedar merasakan pedihnya perjuangan kemerdekaan. Kita juga tidak harus tersiram air panas bila hanya ingin tahu melepuhnya kulit. Demikian pula, kita tak perlu mati konyol bila ingin tahu bahwa jatuh dari lantai 10 akan menyebabkan kematian. Kita cukup belajar dari sejarah. Ya, sejarah adalah awal pertimbangan kita untuk menatap masa depan. Sejarah SUKMA harus menjadi bagian dari URAT NADI perjuangan kita, tetapkan hatimu untuk terus bersama SUKMA, Hiasi Hari- Harimu dengan terus “Berjuang Melalui PENA-mu dan Bergerilya dengan WACANA-mu. Keempat, Menulislah...! Kalau Anda ingin terkenal, menulislah! Atau berbuatlah sesuatu sehingga orang menulis tentang perbuatan Anda itu. Tidak ada cara yang lain selain itu. Demikianlah kata almarhum Prof Dr Mukti Ali, menteri agama RI pada 1970-an, dalam suatu kesempatan memberikan kuliah. Perkembangan Industri menulis akhir – akhir ini dapat menjadi peluang usaha yang menjanjikan bagi yang ingin menambah income (passive income). Percepatan arus informasi mempermudah kita untuk memperoleh informasi apapun hanya dengan melakukan “klik” website tertentu misalnya google. Padahal, jika kita perhatikan, pemberi informasi tersebut belum tentu berasal dari jurnalis, namun dapat juga dibuat oleh blogger pribadi atau sekedar manifestasi demokrasi virtual lainnya. Tak terbatas pada ruang dan waktu, usia, pendidikan, ataupun profesi tertentu, setiap orang pasti mampu menulis. Jika dahulu pernah poluler budaya menulis buku harian dengan label “dear diary…” saat ini pun masih sangat memungkinkan mengandalkan kemampuan itu, namun media penulisan dapat beragam bentuk. Nah, bagi yang ingin mencoba kemampuan menulis untuk menambah penghasilan, ada 5 cara termudah yang dapat ditempuh : (1). Perbanyak membaca Disadari ataupun tidak minat baca bagi penduduk Indonesia masih sangat rendah, bahkan pada tahun 2011, UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) merilis data bahwa indeks minat baca di Indonesia hanya 0,001 persen, yang berarti bahwa dari 1000 orang Indonesia hanya ada 1 yang memiliki minat baca. Sedangkan pada tahun 2009 Indonesia pernah ditempatkan sebagai rangking terakhir berminat baca terendah dari 52 negara di Asia Timur versi Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) (sumber Wikipedia), cukup memprihatinkan bukan? * * Disampaikan pada PENA SUKMA LPM SUKMA
  • 4. SUKMA; * Pasalnya, bagi masyarakat Indonesia membaca masih dianggap rutinitas yang membosankan dan bagi yang memiliki hoby membaca ia identik dengan julukan kutu buku, kaku dan tidak memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Kita lebih memilih menonton televisi atau bersenda gurau, bahkan bergosip dalam berbagai kesempatan tanpa memiliki manfaat yang pasti. Sedangkan bila dibandingkan dengan negara maju, membaca sudah menjadi life syle yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, tak hanya di sekolah-sekolah namun juga di tempat umum. Aktifitas membaca dapat dilakukan oleh kaum tua hingga anak-anak. Membaca merupakan jendela informasi dunia. Dengan hanya berdiam diri di satu tempat, kita dapat mengetahui banyak hal dari seluruh dunia. Membaca bagi calon penulis sangatlah penting, tak hanya menambah informasi, namun juga menambah imajinasi. Setiap tulisan memiliki gaya dan alur penulisan tersendiri tergantung selera penulisnya. Dari hal itu juga kita dapat memahami apa tujuan dari penulisan dan trend penulisan yang sedang berkembang saat ini. (2). Perbanyak menulis Sangatlah keliru jika dikatakan seseorang tak memiliki bakat menulis. Siapapun mampu melakukanya asalkan ada kemauan yang kuat. Bagaimana tidak, jika sejak duduk dibangku Sekolah Dasar pun kita sudah dilatih untuk itu. Terlebih lagi saat ini semakin dimudahkan dengan teknologi, sehingga menulispun tak harus diatas kertas. Agar semakin lancar dalam menuangkan isi pikiran kedalam bentuk tulisan, kita dapat melakukannya setelah kita membaca sesuatu. Mulailah dengan merangkum, melatih ingatan dan merangkai kalimat. Setelah itu bacalah kembali tulisan kita berulang kali, bila perlu mintalah orang lain ikut membacanya dan mengkritisi kekurangan dari tulisan kita. Mulailah dari beberapa kalimat, paragraph, hingga alinea. Pada umumnya standar penulisan artikel dimulai dari hitungan 100 hingga 1000 kata. Menulislah dari hal-hal yang kita sukai terlebih dahulu, misalnya motivasi, tips, cerpen, atau apapun, bahkan menulis komentar akan isu sosial pada dinding facebook sekalipun, sedikit melatih kemampuan kita. (3). Perbanyak jaringan Jaringan yang ditekankan disini adalah jaringan penulis. Saat ini sudah sangat menjamur di media social, jaringan komunitas penulis di Indonesia. Mulai dari komunitas penulis ibu-ibu rumah tangga, pelajar, buku fiksi, buku anak, bahkan agensi penulis produktif seperti penulispro.NET yang selalu aktif membagikan informasi bahkan kesempatan yang luas bagi siapa saja yang ingin menjadi penulis sesuai dengan kemampuan kita. Bahkan komunitas penulis yang ada pun sering mengadakan pelatihan menulis. Tak ada salahnya ikut bergabung dengan mereka, tentunya akan diperoleh pengalaman dan relasi yang mungkin mengubah hidup anda dari aktifitas menulis. Jika kita aktif mengikuti kegiatan komunitas tersebut, motivasi kita dipastikan akan lebih mudah terbangun, tentunya harus diimbangi dengan action yang konsisten. Masing-masing memiliki metode tersendiri untuk dapat masuk ke industry penulisan. Kita dapat menentukan komunitas mana yang paling menguntungkan untuk kita, bahkan memberikan peluang untuk menambah penghasilan. * * Disampaikan pada PENA SUKMA LPM SUKMA
  • 5. SUKMA; * Setelah memiliki koleksi beberapa tulisan yang dipandang cukup menarik bagi kita, jangan segan ataupun ragu untuk mengirimkan contoh tulisan kita tersebut ke penerbit, surat kabar atau agensi penerbit seperti rei media services. Namun ada baiknya sebelum kita mengirimkan tulisan tersebut terdapat koreksi dari orang lain, dan perlu diperhatikan tentang pemilihan judul yang menarik agar memancing editor untuk membaca. Agar kita kreatif dan memiliki ide brilian untuk judul, kita harus banyak membaca dan ,menambah pergaulan tentunya. Pada umumnya, penerbit besar akan mengutamakan nama besar dari penulis itu juga. Namun saat ini terdapat beberapa penerbit indie yang tidak mempersyaratkan hal tersebut. Masing- masing memiliki metode sendiri dari menerbitkan tulisan terutama buku. Ada yang mensyaratkan pembayaran percetakan buku, kemudian bagi hasil rooyalti, namun ada juga yang tidak mensyaratkan itu jika memang karya kita dipandang menarik dan marketable. Sedangkan untuk penulisan artikel, umumnya dapat kita jumpai dari website-website tertentu yang melayani itu. (5). Jangan Putus Asa Setelah kita melewati beberapa cara mudah diatas, tentunya langkah selanjutnya adalah menunggu penerbit ataupun agen mana yang bersedia menerbitkan tulisan kita. Sudah menjadi pemahaman bersama bahwa menulis itu bukan bakat, namun kebiasaan. Ketika mulai menulis lalu mengirimkan ke penerbit, tentunya besar kemungkinan tulisan kita tidak diterima atau dikembalikan. Hal yang perlu dilakukan ketika mengalami itu adalah kembali membaca tulisan kita kemudian kita cerna dimana letak kelemahannya. Semakin banyak kita membuat akan semakin mengasah kemampuan kita menulis dan menemukan ruh dari apa yang kita tulis. Tentunya menarik untuk kita belum tentu menarik untuk pembaca. Percayalah pada kemampuan kita. Ketika ide sudah mengalir, pasti kita akan “ketagihan” untuk selalu menulis. Terlebih lagi jika tulisan kita sudah diterima oleh penerbit. Bukan hanya ketenaran yang kita peroleh, namun uang pun akan mengalir ke rekening kita setiap saat. Bagaimana? Mudah bukan menjadi penulis? Siapapun, dimanapun berada dapat melakukannya. Agar kita yakin dengan 5 cara diatas, tak ada salahnya untuk mencoba. Cepat atau lambat anda akan menemukan sensasi dalam menulis setelah mengetahui bagaimana cara menjadi penulis. Selamat mencoba! ***** *** ***** (4). Go In Action * * Disampaikan pada PENA SUKMA LPM SUKMA