SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
1
17 Juni 2023
Pedoman Kontrol Nyeri Perawatan Paliatif untuk Pasien Dewasa:
Strategi Komprehensif untuk Manajemen yang Efektif
Manajemen nyeri adalah aspek penting dari
perawatan paliatif, yang ditujukan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dewasa
yang menghadapi penyakit yang membatasi
hidup. Untuk memberikan perawatan yang
optimal, profesional perawatan kesehatan di
bidang perawatan paliatif harus mematuhi pedoman berbasis
bukti untuk pengendalian nyeri. Artikel ini menyajikan
seperangkat pedoman yang disesuaikan untuk dokter ahli di
lapangan, yang mencakup berbagai aspek pengendalian nyeri,
termasuk penilaian, intervensi non-farmakologis, pilihan
farmakoterapi, dosis individual, pemantauan efek samping,
pengobatan tambahan, dan penilaian ulang secara teratur. Setiap
pedoman menawarkan saran yang unik dan dapat ditindaklanjuti
untuk membantu dokter dalam mengelola rasa sakit secara efektif
pada pasien perawatan paliatif dewasa.
Tabel : Panduan Kontrol Nyeri & Gejala Perawatan Paliatif untuk Dewasa
# Pedoman Pengendalian Nyeri Contoh
1 Kaji intensitas nyeri dengan
menggunakan skala nyeri yang telah
- Pasien menilai nyeri sebagai 8 dari 10
pada skala penilaian numerik
2
# Pedoman Pengendalian Nyeri Contoh
divalidasi (misalnya, skala peringkat
numerik, skala analog visual)
2 Pertimbangkan intervensi non-
farmakologis seperti teknik relaksasi,
pijat, terapi panas/dingin, atau
akupuntur
- Memberikan pijatan yang menenangkan
untuk meredakan ketegangan otot dan
meningkatkan relaksasi
3 Mulailah dengan analgesik non-
opioid, seperti asetaminofen atau
obat antiinflamasi nonsteroid
(NSAID), untuk mengatasi nyeri
ringan hingga sedang
- Meresepkan acetaminophen (misalnya,
Tylenol) untuk pasien dengan nyeri ringan
setelah operasi
4 Untuk nyeri sedang hingga berat,
pertimbangkan analgesik opioid,
seperti morfin, oksikodon, atau
fentanil, dititrasi untuk mencapai
pereda nyeri yang adekuat
- Pemberian morfin sulfat untuk pasien
yang mengalami nyeri parah terkait kanker
5 Gunakan pendekatan individual saat
memilih dan menyesuaikan dosis
analgesik opioid, dengan
mempertimbangkan intensitas nyeri
pasien, status fungsional, dan potensi
efek samping
- Meningkatkan dosis oxycodone untuk
pasien dengan nyeri yang memburuk dan
tidak ada efek samping yang signifikan
6 Pantau efek samping terkait opioid,
termasuk konstipasi, sedasi, depresi
pernapasan, dan mual/muntah
- Meresepkan antiemetik profilaksis untuk
mencegah mual dan muntah yang
berhubungan dengan penggunaan opioid
7 Pertimbangkan obat tambahan
(misalnya antidepresan,
antikonvulsan) untuk nyeri neuropatik
atau gejala spesifik (misalnya
kortikosteroid untuk nyeri tulang)
- Meresepkan gabapentin untuk pasien
dengan nyeri neuropatik akibat kerusakan
saraf
8 Berikan penilaian ulang intensitas
nyeri secara teratur dan sesuaikan
rencana perawatan yang sesuai
- Mengevaluasi skor nyeri dan
menyesuaikan dosis analgesik
3
# Pedoman Pengendalian Nyeri Contoh
berdasarkan tingkat nyeri yang dilaporkan
sendiri oleh pasien
Pedoman ini memberikan pendekatan terstruktur untuk mengelola rasa sakit dan kontrol
gejala pada orang dewasa yang menerima perawatan paliatif generalis. Tabel tersebut
menyajikan pedoman secara ringkas dan terorganisir, memungkinkan referensi yang
mudah bagi staf layanan kesehatan. Setiap pedoman disertai dengan contoh skenario
untuk mengilustrasikan penerapannya dalam situasi kehidupan nyata. Dengan mengikuti
pedoman ini, profesional kesehatan dapat memastikan manajemen nyeri yang
komprehensif dan kontrol gejala untuk pasien perawatan paliatif dewasa.
Pedoman 1: Kaji intensitas nyeri menggunakan skala nyeri
yang telah divalidasi
Penilaian nyeri yang akurat membentuk dasar manajemen nyeri
yang efektif. Untuk mengevaluasi intensitas nyeri, profesional
kesehatan harus menggunakan skala nyeri yang tervalidasi,
seperti skala peringkat numerik atau skala analog visual. Alat-alat
ini memungkinkan pasien untuk memberikan peringkat subjektif
dari pengalaman nyeri mereka, memfasilitasi keputusan
perawatan yang tepat. Dengan menerapkan penilaian nyeri yang
sistematis, dokter dapat menetapkan garis dasar dan melacak
perubahan intensitas nyeri dari waktu ke waktu, memungkinkan
penyesuaian rencana perawatan yang sesuai.
Pedoman 2: Intervensi non-farmakologis
Intervensi non-farmakologis memainkan peran penting dalam
menambah strategi manajemen nyeri. Teknik seperti teknik
relaksasi, terapi pijat, terapi panas/dingin, dan akupunktur
menawarkan manfaat tambahan, meningkatkan kesejahteraan
4
fisik dan psikologis. Dengan mengintegrasikan intervensi ini ke
dalam rencana perawatan, dokter dapat memberi pasien
kenyamanan dan kelegaan tambahan, berpotensi mengurangi
ketergantungan pada farmakoterapi saja.
Pedoman 3: Memulai analgesik non-opioid untuk nyeri
ringan sampai sedang
Untuk pasien dengan nyeri ringan sampai sedang, pendekatan
bertahap dianjurkan, dimulai dengan analgesik non-opioid seperti
asetaminofen atau obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID). Obat-
obatan ini dapat secara efektif mengatasi rasa sakit sambil
meminimalkan risiko efek samping terkait opioid. Dengan
memilih analgesik non-opioid yang sesuai berdasarkan
karakteristik pasien dan mempertimbangkan kontraindikasi atau
interaksi obat, dokter dapat mengatasi nyeri secara efektif dan
mengurangi potensi risiko.
Pedoman 4: Nyeri sedang hingga berat
Ketika analgesik non-opioid saja tidak cukup untuk mengatasi
nyeri sedang hingga berat, pemberian analgesik opioid menjadi
perlu. Opioid seperti morfin, oksikodon, atau fentanil adalah
analgesik kuat yang dapat dititrasi untuk mencapai pereda nyeri
yang adekuat. Dengan hati-hati menilai intensitas nyeri pasien,
status fungsional, dan potensi efek samping, dokter dapat
menyesuaikan pilihan dan dosis opioid untuk memenuhi
kebutuhan individu, memastikan kontrol nyeri yang optimal.
5
Pedoman 5: Pendekatan individual untuk pemberian dosis
opioid
Setiap respon pasien terhadap opioid bervariasi, memerlukan
pendekatan individual untuk pemberian dosis. Dengan
mempertimbangkan faktor-faktor seperti intensitas nyeri, status
fungsional, dan potensi efek samping, dokter dapat membuat
keputusan saat memilih dan menyesuaikan dosis opioid.
Penilaian ulang intensitas nyeri dan umpan balik pasien secara
teratur sangat penting untuk mengoptimalkan keseimbangan
antara pereda nyeri dan pencegahan efek samping, memberikan
perawatan yang dipersonalisasi.
Tabel: Obat untuk Perawatan Paliatif Kontrol Nyeri: Agen dan Dosis yang Biasa
Digunakan
Pengobatan Rentang Dosis dan Administrasi
Parasetamol Oral: 325 mg hingga 1000 mg setiap 4 hingga 6 jam (tidak
melebihi 4 gram per hari)
NSAID
(misalnya
Ibuprofen)
Oral: 200 mg hingga 400 mg setiap 4 hingga 6 jam sesuai
kebutuhan (tidak melebihi 3200 mg per hari)
Morfin sulfat Oral: Mulailah dengan 10 mg hingga 20 mg setiap 4 jam
sesuai kebutuhan; titrasi sesuai respon pasien individu
Subkutan: Mulailah dengan 2,5 mg hingga 5 mg setiap 4 jam
sesuai kebutuhan; titrasi sesuai respon pasien individu
Oxycodone Oral: Mulailah dengan 5 mg hingga 10 mg setiap 4 hingga 6
jam sesuai kebutuhan; titrasi sesuai respon pasien individu
Fentanil Patch transdermal: Dosis awal 12 mcg/jam sampai 25
mcg/jam setiap 72 jam; titrasi sesuai respon pasien individu
6
Pengobatan Rentang Dosis dan Administrasi
Gabapentin Oral: Mulailah dengan 100 mg hingga 300 mg pada waktu
tidur; titrasi sesuai respon pasien individu
Amitriptilin Oral: Mulailah dengan 10 mg hingga 25 mg pada waktu
tidur; titrasi sesuai respon pasien individu
Deksametason Oral: Mulailah dengan 4 mg sampai 8 mg sekali sehari;
sesuaikan dosis berdasarkan kontrol gejala
Lorazepam Oral: Mulailah dengan 0,5 mg hingga 1 mg setiap 6 hingga 8
jam sesuai kebutuhan untuk kecemasan atau agitasi
Haloperidol Oral: Mulailah dengan 0,5 mg hingga 1 mg setiap 6 hingga 8
jam sesuai kebutuhan untuk delirium atau agitasi
Manajemen nyeri yang efektif dalam perawatan paliatif seringkali melibatkan
penggunaan obat-obatan yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik masing-
masing pasien. Tabel ini menyajikan daftar lengkap obat yang biasa digunakan
untuk pengendalian nyeri pada pasien perawatan paliatif dewasa, beserta
dosisnya. Dengan memberikan informasi yang akurat dan terkini tentang
pilihan pengobatan, profesional perawatan kesehatan dapat membuat
keputusan berdasarkan informasi dan mengoptimalkan pereda nyeri untuk
pasien mereka. Dosis yang disajikan berfungsi sebagai panduan umum dan mungkin
memerlukan penyesuaian berdasarkan respons masing-masing pasien dan keadaan
khusus. Profesional perawatan kesehatan harus melakukan penilaian klinis dan
mempertimbangkan faktor-faktor seperti intensitas nyeri, toleransi pasien, dan
potensi interaksi obat saat menentukan dosis yang tepat. Penilaian ulang secara
teratur dan pemantauan ketat gejala pasien dan efek samping sangat penting untuk
mengoptimalkan manajemen nyeri dalam perawatan paliatif.
Analgesik opioid memainkan peran penting dalam mengelola
nyeri sedang hingga berat pada pasien perawatan paliatif. Dokter
harus mendapat informasi yang baik tentang obat yang biasa
digunakan dan dosis yang tepat untuk memastikan kontrol nyeri
yang optimal. Tabel ini memberikan ikhtisar obat yang sering
7
digunakan dalam perawatan paliatif untuk analgesia opioid,
bersama dengan dosisnya, memberdayakan profesional kesehatan
dengan saran yang dapat ditindaklanjuti untuk manajemen nyeri
yang efektif.
Saat mempertimbangkan analgesik opioid untuk nyeri sedang
hingga berat dalam perawatan paliatif, beberapa obat biasanya
digunakan. Morfin, opioid yang sudah mapan, seringkali menjadi
pilihan awal karena kemanjuran dan ketersediaannya dalam
berbagai formulasi. Dosis morfin oral yang dianjurkan adalah 10-
30 mg setiap 4 jam, sedangkan dosis parenteral adalah 2,5-10 mg
setiap 4 jam. Oxycodone, opioid lain yang biasa diresepkan,
menawarkan fleksibilitas dalam pemberian dosis dan biasanya
diberikan secara oral. Kisaran dosis oral untuk oxycodone adalah
5-20 mg setiap 4-6 jam.
Fentanyl, tersedia dalam bentuk patch transdermal dan untuk
pemberian sublingual atau bukal, menawarkan analgesia yang
kuat. Kisaran dosis patch transdermal adalah 25-100 mcg/jam,
memberikan pereda nyeri terus menerus. Fentanil sublingual atau
bukal diresepkan dengan dosis 100-800 mcg setiap 1-2 jam sesuai
kebutuhan untuk mengatasi nyeri.
Hydromorphone, yang dikenal karena potensinya, adalah pilihan
opioid lainnya. Kisaran dosis oral yang dianjurkan untuk
hidromorfon adalah 1-4 mg setiap 4-6 jam, sedangkan kisaran
8
dosis parenteral adalah 0,2-1 mg setiap 4-6 jam. Metadon, yang
bermanfaat untuk profil nyeri tertentu, memiliki kisaran dosis oral
2,5-10 mg setiap 8-12 jam.
Buprenorfin, tersedia dalam patch transdermal dan formulasi
sublingual, menawarkan pilihan alternatif untuk analgesia opioid.
Kisaran dosis patch transdermal adalah 35-70 mcg/jam,
memberikan penghilang rasa sakit yang berkelanjutan.
Buprenorfin sublingual biasanya diresepkan dengan dosis 200-
600 mcg setiap 6-12 jam sesuai kebutuhan.
Penting untuk dicatat bahwa dosis mungkin memerlukan
penyesuaian berdasarkan faktor individu pasien, seperti usia,
fungsi organ, dan pengobatan bersamaan. Penilaian ulang
intensitas nyeri dan respons terhadap opioid secara teratur sangat
penting untuk titrasi dosis dan memastikan kontrol nyeri yang
memadai sambil meminimalkan efek samping.
Tabel: Obat yang Biasa Digunakan untuk Analgesia Opioid pada Pasien Perawatan Paliatif
Pengobatan Kisaran Dosis (Rute Oral) Kisaran Dosis (Rute Parenteral)
Morfin 10-30 mg setiap 4 jam 2,5-10 mg setiap 4 jam
Oxycodone 5-20 mg setiap 4-6 jam 1-5 mg setiap 4-6 jam
Fentanil Patch transdermal: 25-100
mcg/jam
Sublingual atau bukal: 100-800
mcg setiap 1-2 jam sesuai
kebutuhan
Hidromorfon 1-4 mg setiap 4-6 jam 0,2-1 mg setiap 4-6 jam
9
Pengobatan Kisaran Dosis (Rute Oral) Kisaran Dosis (Rute Parenteral)
Metadon 2,5-10 mg setiap 8-12 jam 2,5-10 mg setiap 8-12 jam
Buprenorfin Patch transdermal: 35-70
mcg/jam
Sublingual: 200-600 mcg setiap
6-12 jam sesuai kebutuhan
Kodein 30-60 mg setiap 4-6 jam -
Catatan: Dosis yang diberikan adalah rentang umum dan dapat bervariasi
tergantung pada faktor individu pasien, titrasi, dan keadaan klinis tertentu. Dosis
harus disesuaikan berdasarkan intensitas nyeri pasien, respons, dan potensi efek
samping.
Tabel menyajikan ringkasan obat yang biasa digunakan untuk analgesia opioid
pada pasien perawatan paliatif, termasuk dosis yang direkomendasikan untuk rute
oral dan parenteral. Dengan membiasakan diri dengan obat-obatan ini dan rentang
dosisnya, profesional perawatan kesehatan dapat membuat keputusan saat
memilih dan mentitrasi opioid untuk nyeri sedang hingga berat dalam perawatan
paliatif, sehingga mengoptimalkan manajemen nyeri dan meningkatkan kualitas
hidup pasien.
Pedoman 6: Pantau efek samping terkait opioid
Sementara opioid efektif dalam manajemen nyeri, mereka
membawa risiko efek samping. Dokter harus waspada memantau
pasien untuk potensi komplikasi, termasuk konstipasi, sedasi,
depresi pernapasan, dan mual/muntah. Dengan menerapkan
tindakan proaktif seperti antiemetik profilaksis, obat pencahar,
atau obat perangsang, dokter dapat mengurangi atau mencegah
efek samping ini, memastikan keamanan dan kenyamanan pasien.
10
Pedoman 7: Pertimbangkan pengobatan tambahan untuk
jenis nyeri tertentu
Dalam kasus nyeri neuropatik atau gejala spesifik, obat tambahan
dapat melengkapi terapi analgesik primer. Obat-obatan seperti
antidepresan atau antikonvulsan biasanya digunakan untuk
manajemen nyeri neuropatik. Selain itu, kortikosteroid mungkin
bermanfaat untuk meredakan nyeri tulang. Dengan
mengidentifikasi mekanisme yang mendasari dan menyesuaikan
pengobatan dengan obat tambahan, dokter dapat mengatasi profil
rasa sakit yang unik secara efektif.
Dalam perawatan paliatif, obat adjuvant memainkan peran
penting dalam mengelola jenis nyeri tertentu yang mungkin tidak
cukup dikendalikan oleh opioid saja. Tabel ini memberikan daftar
lengkap obat adjuvant yang biasa digunakan dalam perawatan
paliatif, beserta dosis yang dianjurkan. Dengan memahami
rejimen dosis yang tepat, dokter ahli dapat secara efektif
memasukkan obat ini ke dalam rencana manajemen nyeri pasien
perawatan paliatif mereka.
Tabel: Obat Tambahan untuk Jenis Nyeri Tertentu dalam Perawatan Paliatif
Pengobatan Rentang Dosis (Rute
Pemberian)
Indikasi dan Contoh
Penggunaan
Antidepresan - Selective Serotonin
Reuptake Inhibitor (SSRI)
- Antidepresan Trisiklik
(TCA)
- SSRI: Misalnya, Fluoxetine: 20-
40 mg/hari (Oral) untuk nyeri
neuropatik
11
Pengobatan Rentang Dosis (Rute
Pemberian)
Indikasi dan Contoh
Penggunaan
- TCA: Misalnya, Amitriptyline:
10-75 mg/hari (Oral) untuk
nyeri neuropatik
Antikonvulsan - Gabapentin
- Pregabalin
- Gabapentin: 300-1200 mg/hari
(Oral) untuk nyeri neuropatik
- Pregabalin: 150-600 mg/hari
(Oral) untuk nyeri neuropatik
Kortikosteroid - Deksametason
- Prednison
- Deksametason: 2-8 mg/hari
(Oral) untuk nyeri tulang
- Prednison: 10-40 mg/hari
(Oral) untuk nyeri tulang
Bifosfonat - Pamidronat
- Asam Zoledronat
- Pamidronate: 30-90 mg
(Intravena) untuk nyeri tulang
- Zoledronic Acid: 4 mg
(Intravena) setiap 3-4 minggu
untuk nyeri tulang
N-Metil-D-
Aspartat
(NMDA)
- Ketamin
- Metadon
- Ketamin: Dosis subanestetik
(misalnya, 0,5-2 mg/kg/jam)
(Intravena) untuk nyeri
neuropatik refraktori
- Metadon: 2,5-10 mg setiap 4-8
jam (Oral) atau 5-20 mg/hari
(Oral) untuk nyeri neuropatik
dan hiperalgesia yang diinduksi
opioid
Agonis
Adrenergik
Alfa-2
- Klonidin
- Dexmedetomidine
- Klonidin: 0,1-0,3 mg/hari
(Oral) atau patch transdermal
untuk nyeri neuropatik
- Dexmedetomidine: Infus
intravena untuk sedasi dan efek
hemat opioid
12
Penggunaan obat adjuvant dalam perawatan paliatif dapat
memberikan pereda nyeri tambahan dan meningkatkan
manajemen gejala pada jenis nyeri tertentu. Tabel ini menyoroti
obat-obatan yang biasa digunakan, dosis yang dianjurkan, dan
rute pemberiannya. Dengan memasukkan obat tambahan ini ke
dalam strategi manajemen nyeri mereka, dokter ahli dapat
menawarkan perawatan yang disesuaikan dan efektif untuk
pasien perawatan paliatif mereka. Penting untuk dicatat bahwa
faktor individu pasien dan skenario klinis tertentu mungkin
memerlukan penyesuaian dosis atau pengobatan alternatif, dan
konsultasi dengan spesialis perawatan paliatif direkomendasikan
untuk kasus yang kompleks.
Pedoman 8: Penilaian ulang dan penyesuaian rencana
perawatan secara teratur
Manajemen nyeri adalah proses berkelanjutan yang
membutuhkan penilaian ulang secara teratur. Dokter harus secara
sistematis menilai kembali intensitas nyeri, kemanjuran
pengobatan, dan efek samping untuk membuat penyesuaian yang
diperlukan pada rencana pengobatan. Dengan menjaga
komunikasi terbuka dengan pasien dan memasukkan umpan balik
mereka, dokter dapat mengoptimalkan kontrol nyeri,
meningkatkan kepuasan pasien, dan meningkatkan kualitas hidup
secara keseluruhan.
13
Kesimpulan:
Pedoman kontrol nyeri yang komprehensif ini menawarkan
kepada dokter ahli dalam perawatan paliatif kerangka kerja untuk
mengelola nyeri secara efektif pada pasien dewasa. Dengan
menggunakan alat penilaian nyeri yang tervalidasi,
menggabungkan intervensi non-farmakologis, menggunakan
farmakoterapi yang sesuai, mengatur dosis opioid secara
individual, memantau efek samping, mempertimbangkan
pengobatan tambahan, dan secara teratur menilai kembali rencana
perawatan, dokter dapat memberikan manajemen nyeri yang
disesuaikan dan berpusat pada pasien, sehingga meningkatkan
kesejahteraan keseluruhan pasien perawatan paliatif dewasa.
Dibuat dengan :
https://chat.openai.com/share/4ca94ea1-c713-46b8-837d-60715fc858f3
Unduh: SECUIL CATATAN INDAH TENTANG SENJA
https://twitter.com/drikasyamsul

More Related Content

Similar to Pedoman Kontrol Nyeri Perawatan Paliatif.pdf

Nyeri 26 Feb 23.pptx
Nyeri 26 Feb 23.pptxNyeri 26 Feb 23.pptx
Nyeri 26 Feb 23.pptxfellycahyana2
 
WHOKSHORP NYERI UNGARAN.pptx
WHOKSHORP NYERI UNGARAN.pptxWHOKSHORP NYERI UNGARAN.pptx
WHOKSHORP NYERI UNGARAN.pptxssuser8f80ba
 
MIGRAIN, Sakit kepala sebelah, headache,
MIGRAIN, Sakit kepala sebelah, headache,MIGRAIN, Sakit kepala sebelah, headache,
MIGRAIN, Sakit kepala sebelah, headache,LisaSofitriana
 
143005425 manajemen-nyeri-ppt
143005425 manajemen-nyeri-ppt143005425 manajemen-nyeri-ppt
143005425 manajemen-nyeri-pptSULFIKASAKHAAZKA
 
ASKEP NYERI.ppt
ASKEP NYERI.pptASKEP NYERI.ppt
ASKEP NYERI.pptsri syla
 
Bab i + halaman fix towo
Bab i + halaman fix towoBab i + halaman fix towo
Bab i + halaman fix towoExka Saputra
 
Bab i + halaman fix towo
Bab i + halaman fix towoBab i + halaman fix towo
Bab i + halaman fix towoExka Saputra
 
Informasi obat obatan kesehatan jiwa sebuah panduan untuk keluarga
Informasi obat obatan kesehatan jiwa sebuah panduan untuk keluargaInformasi obat obatan kesehatan jiwa sebuah panduan untuk keluarga
Informasi obat obatan kesehatan jiwa sebuah panduan untuk keluargaBagus Utomo
 
POST OP.pptx
POST OP.pptxPOST OP.pptx
POST OP.pptxMariaFeni
 
materi presentasi KOLOGI serta ANALGETIKa.ppt
materi presentasi KOLOGI serta ANALGETIKa.pptmateri presentasi KOLOGI serta ANALGETIKa.ppt
materi presentasi KOLOGI serta ANALGETIKa.pptSesiliaRachel1
 
Manfaat Transformatif dari Perawatan Paliatif.pdf
Manfaat Transformatif dari Perawatan Paliatif.pdfManfaat Transformatif dari Perawatan Paliatif.pdf
Manfaat Transformatif dari Perawatan Paliatif.pdfpapahku123
 
PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf
PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdfPENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf
PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdfHenipuspitasari17
 
pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01
pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01
pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01Amphie Yuurisman
 

Similar to Pedoman Kontrol Nyeri Perawatan Paliatif.pdf (20)

Nyeri psikogenik pit 2022
Nyeri psikogenik pit 2022Nyeri psikogenik pit 2022
Nyeri psikogenik pit 2022
 
Nyeri 26 Feb 23.pptx
Nyeri 26 Feb 23.pptxNyeri 26 Feb 23.pptx
Nyeri 26 Feb 23.pptx
 
WHOKSHORP NYERI UNGARAN.pptx
WHOKSHORP NYERI UNGARAN.pptxWHOKSHORP NYERI UNGARAN.pptx
WHOKSHORP NYERI UNGARAN.pptx
 
PPT Journal Reading Anestesi
PPT Journal Reading AnestesiPPT Journal Reading Anestesi
PPT Journal Reading Anestesi
 
MIGRAIN, Sakit kepala sebelah, headache,
MIGRAIN, Sakit kepala sebelah, headache,MIGRAIN, Sakit kepala sebelah, headache,
MIGRAIN, Sakit kepala sebelah, headache,
 
Manajemen nyeri
Manajemen nyeriManajemen nyeri
Manajemen nyeri
 
143005425 manajemen-nyeri-ppt
143005425 manajemen-nyeri-ppt143005425 manajemen-nyeri-ppt
143005425 manajemen-nyeri-ppt
 
Acute pain service (final)kuliah 7 11-2017
Acute pain service (final)kuliah 7 11-2017Acute pain service (final)kuliah 7 11-2017
Acute pain service (final)kuliah 7 11-2017
 
ASKEP NYERI.ppt
ASKEP NYERI.pptASKEP NYERI.ppt
ASKEP NYERI.ppt
 
Bab i + halaman fix towo
Bab i + halaman fix towoBab i + halaman fix towo
Bab i + halaman fix towo
 
Bab i + halaman fix towo
Bab i + halaman fix towoBab i + halaman fix towo
Bab i + halaman fix towo
 
Informasi obat obatan kesehatan jiwa sebuah panduan untuk keluarga
Informasi obat obatan kesehatan jiwa sebuah panduan untuk keluargaInformasi obat obatan kesehatan jiwa sebuah panduan untuk keluarga
Informasi obat obatan kesehatan jiwa sebuah panduan untuk keluarga
 
POST OP.pptx
POST OP.pptxPOST OP.pptx
POST OP.pptx
 
materi presentasi KOLOGI serta ANALGETIKa.ppt
materi presentasi KOLOGI serta ANALGETIKa.pptmateri presentasi KOLOGI serta ANALGETIKa.ppt
materi presentasi KOLOGI serta ANALGETIKa.ppt
 
Swamedikasi
SwamedikasiSwamedikasi
Swamedikasi
 
Manfaat Transformatif dari Perawatan Paliatif.pdf
Manfaat Transformatif dari Perawatan Paliatif.pdfManfaat Transformatif dari Perawatan Paliatif.pdf
Manfaat Transformatif dari Perawatan Paliatif.pdf
 
PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf
PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdfPENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf
PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf
 
Patient Controlled Analgesia for Pain Management - dr. Arif H.M. Marsaban
Patient Controlled Analgesia for Pain Management - dr. Arif H.M. MarsabanPatient Controlled Analgesia for Pain Management - dr. Arif H.M. Marsaban
Patient Controlled Analgesia for Pain Management - dr. Arif H.M. Marsaban
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01
pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01
pedoman konseling adiksi napza 100622051249-phpapp01
 

More from papahku123

HUBUNGAN ANTARA PRODUK, PASAR, PRODUKSI, DAN PEMASARAN.pdf
HUBUNGAN ANTARA PRODUK, PASAR, PRODUKSI, DAN PEMASARAN.pdfHUBUNGAN ANTARA PRODUK, PASAR, PRODUKSI, DAN PEMASARAN.pdf
HUBUNGAN ANTARA PRODUK, PASAR, PRODUKSI, DAN PEMASARAN.pdfpapahku123
 
MLM dan Direct Selling - Papi Syamsul.pdf
MLM dan Direct Selling - Papi Syamsul.pdfMLM dan Direct Selling - Papi Syamsul.pdf
MLM dan Direct Selling - Papi Syamsul.pdfpapahku123
 
Memahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptx
Memahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptxMemahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptx
Memahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptxpapahku123
 
Menunda Percakapan Sulit.pdf
Menunda Percakapan Sulit.pdfMenunda Percakapan Sulit.pdf
Menunda Percakapan Sulit.pdfpapahku123
 
Sebelum Seseorang Meninggal.pdf
Sebelum Seseorang Meninggal.pdfSebelum Seseorang Meninggal.pdf
Sebelum Seseorang Meninggal.pdfpapahku123
 
Periklanan Etis dan Pemasaran.pdf
Periklanan Etis dan Pemasaran.pdfPeriklanan Etis dan Pemasaran.pdf
Periklanan Etis dan Pemasaran.pdfpapahku123
 
Preferensi Pasien untuk Tempat Perawatan.pdf
Preferensi Pasien untuk Tempat Perawatan.pdfPreferensi Pasien untuk Tempat Perawatan.pdf
Preferensi Pasien untuk Tempat Perawatan.pdfpapahku123
 
MENDENGARKAN DENGAN PERHATIAN DAN EMPATIS.pdf
MENDENGARKAN DENGAN PERHATIAN DAN EMPATIS.pdfMENDENGARKAN DENGAN PERHATIAN DAN EMPATIS.pdf
MENDENGARKAN DENGAN PERHATIAN DAN EMPATIS.pdfpapahku123
 
Mempromosikan Pemahaman.pdf
Mempromosikan Pemahaman.pdfMempromosikan Pemahaman.pdf
Mempromosikan Pemahaman.pdfpapahku123
 
Pertemuan Keluarga.pdf
Pertemuan Keluarga.pdfPertemuan Keluarga.pdf
Pertemuan Keluarga.pdfpapahku123
 
Harapan Hidup 6-12 Bulan.pdf
Harapan Hidup 6-12 Bulan.pdfHarapan Hidup 6-12 Bulan.pdf
Harapan Hidup 6-12 Bulan.pdfpapahku123
 
Kepuasan Pasien.pdf
Kepuasan Pasien.pdfKepuasan Pasien.pdf
Kepuasan Pasien.pdfpapahku123
 
Keluarga pasien yang sekarat.pdf
Keluarga pasien yang sekarat.pdfKeluarga pasien yang sekarat.pdf
Keluarga pasien yang sekarat.pdfpapahku123
 
Pendidikan Keluarga dalam Perawatan Paliatif.pdf
Pendidikan Keluarga dalam Perawatan Paliatif.pdfPendidikan Keluarga dalam Perawatan Paliatif.pdf
Pendidikan Keluarga dalam Perawatan Paliatif.pdfpapahku123
 
Membangun Semangat Kolaborasi.pdf
Membangun Semangat Kolaborasi.pdfMembangun Semangat Kolaborasi.pdf
Membangun Semangat Kolaborasi.pdfpapahku123
 
Komunikasi Welas Asih.pdf
Komunikasi Welas Asih.pdfKomunikasi Welas Asih.pdf
Komunikasi Welas Asih.pdfpapahku123
 
Mengelola Emosi.pdf
Mengelola Emosi.pdfMengelola Emosi.pdf
Mengelola Emosi.pdfpapahku123
 
Spiritual Pasien ke dalam Rencana Asuhan Keperawatan.pdf
Spiritual Pasien ke dalam Rencana Asuhan Keperawatan.pdfSpiritual Pasien ke dalam Rencana Asuhan Keperawatan.pdf
Spiritual Pasien ke dalam Rencana Asuhan Keperawatan.pdfpapahku123
 
Proses Berduka yang Normal.pdf
Proses Berduka yang Normal.pdfProses Berduka yang Normal.pdf
Proses Berduka yang Normal.pdfpapahku123
 
Otonomi dan Kewajiban Etis.pdf
Otonomi dan Kewajiban Etis.pdfOtonomi dan Kewajiban Etis.pdf
Otonomi dan Kewajiban Etis.pdfpapahku123
 

More from papahku123 (20)

HUBUNGAN ANTARA PRODUK, PASAR, PRODUKSI, DAN PEMASARAN.pdf
HUBUNGAN ANTARA PRODUK, PASAR, PRODUKSI, DAN PEMASARAN.pdfHUBUNGAN ANTARA PRODUK, PASAR, PRODUKSI, DAN PEMASARAN.pdf
HUBUNGAN ANTARA PRODUK, PASAR, PRODUKSI, DAN PEMASARAN.pdf
 
MLM dan Direct Selling - Papi Syamsul.pdf
MLM dan Direct Selling - Papi Syamsul.pdfMLM dan Direct Selling - Papi Syamsul.pdf
MLM dan Direct Selling - Papi Syamsul.pdf
 
Memahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptx
Memahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptxMemahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptx
Memahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptx
 
Menunda Percakapan Sulit.pdf
Menunda Percakapan Sulit.pdfMenunda Percakapan Sulit.pdf
Menunda Percakapan Sulit.pdf
 
Sebelum Seseorang Meninggal.pdf
Sebelum Seseorang Meninggal.pdfSebelum Seseorang Meninggal.pdf
Sebelum Seseorang Meninggal.pdf
 
Periklanan Etis dan Pemasaran.pdf
Periklanan Etis dan Pemasaran.pdfPeriklanan Etis dan Pemasaran.pdf
Periklanan Etis dan Pemasaran.pdf
 
Preferensi Pasien untuk Tempat Perawatan.pdf
Preferensi Pasien untuk Tempat Perawatan.pdfPreferensi Pasien untuk Tempat Perawatan.pdf
Preferensi Pasien untuk Tempat Perawatan.pdf
 
MENDENGARKAN DENGAN PERHATIAN DAN EMPATIS.pdf
MENDENGARKAN DENGAN PERHATIAN DAN EMPATIS.pdfMENDENGARKAN DENGAN PERHATIAN DAN EMPATIS.pdf
MENDENGARKAN DENGAN PERHATIAN DAN EMPATIS.pdf
 
Mempromosikan Pemahaman.pdf
Mempromosikan Pemahaman.pdfMempromosikan Pemahaman.pdf
Mempromosikan Pemahaman.pdf
 
Pertemuan Keluarga.pdf
Pertemuan Keluarga.pdfPertemuan Keluarga.pdf
Pertemuan Keluarga.pdf
 
Harapan Hidup 6-12 Bulan.pdf
Harapan Hidup 6-12 Bulan.pdfHarapan Hidup 6-12 Bulan.pdf
Harapan Hidup 6-12 Bulan.pdf
 
Kepuasan Pasien.pdf
Kepuasan Pasien.pdfKepuasan Pasien.pdf
Kepuasan Pasien.pdf
 
Keluarga pasien yang sekarat.pdf
Keluarga pasien yang sekarat.pdfKeluarga pasien yang sekarat.pdf
Keluarga pasien yang sekarat.pdf
 
Pendidikan Keluarga dalam Perawatan Paliatif.pdf
Pendidikan Keluarga dalam Perawatan Paliatif.pdfPendidikan Keluarga dalam Perawatan Paliatif.pdf
Pendidikan Keluarga dalam Perawatan Paliatif.pdf
 
Membangun Semangat Kolaborasi.pdf
Membangun Semangat Kolaborasi.pdfMembangun Semangat Kolaborasi.pdf
Membangun Semangat Kolaborasi.pdf
 
Komunikasi Welas Asih.pdf
Komunikasi Welas Asih.pdfKomunikasi Welas Asih.pdf
Komunikasi Welas Asih.pdf
 
Mengelola Emosi.pdf
Mengelola Emosi.pdfMengelola Emosi.pdf
Mengelola Emosi.pdf
 
Spiritual Pasien ke dalam Rencana Asuhan Keperawatan.pdf
Spiritual Pasien ke dalam Rencana Asuhan Keperawatan.pdfSpiritual Pasien ke dalam Rencana Asuhan Keperawatan.pdf
Spiritual Pasien ke dalam Rencana Asuhan Keperawatan.pdf
 
Proses Berduka yang Normal.pdf
Proses Berduka yang Normal.pdfProses Berduka yang Normal.pdf
Proses Berduka yang Normal.pdf
 
Otonomi dan Kewajiban Etis.pdf
Otonomi dan Kewajiban Etis.pdfOtonomi dan Kewajiban Etis.pdf
Otonomi dan Kewajiban Etis.pdf
 

Recently uploaded

PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptssuser551745
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxYudiatma1
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptxNezaPurna
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxIrfanNersMaulana
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdncindyrenatasaleleuba
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxkemenaghajids83
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdfnoviarani6
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxfachrulshidiq3
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasariSatya2
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfPpt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfssuser1cc42a
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIMuhammadAlfiannur2
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptRekhaDP2
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfsrirezeki99
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxPoliJantung
 

Recently uploaded (20)

PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfPpt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 

Pedoman Kontrol Nyeri Perawatan Paliatif.pdf

  • 1. 1 17 Juni 2023 Pedoman Kontrol Nyeri Perawatan Paliatif untuk Pasien Dewasa: Strategi Komprehensif untuk Manajemen yang Efektif Manajemen nyeri adalah aspek penting dari perawatan paliatif, yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dewasa yang menghadapi penyakit yang membatasi hidup. Untuk memberikan perawatan yang optimal, profesional perawatan kesehatan di bidang perawatan paliatif harus mematuhi pedoman berbasis bukti untuk pengendalian nyeri. Artikel ini menyajikan seperangkat pedoman yang disesuaikan untuk dokter ahli di lapangan, yang mencakup berbagai aspek pengendalian nyeri, termasuk penilaian, intervensi non-farmakologis, pilihan farmakoterapi, dosis individual, pemantauan efek samping, pengobatan tambahan, dan penilaian ulang secara teratur. Setiap pedoman menawarkan saran yang unik dan dapat ditindaklanjuti untuk membantu dokter dalam mengelola rasa sakit secara efektif pada pasien perawatan paliatif dewasa. Tabel : Panduan Kontrol Nyeri & Gejala Perawatan Paliatif untuk Dewasa # Pedoman Pengendalian Nyeri Contoh 1 Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri yang telah - Pasien menilai nyeri sebagai 8 dari 10 pada skala penilaian numerik
  • 2. 2 # Pedoman Pengendalian Nyeri Contoh divalidasi (misalnya, skala peringkat numerik, skala analog visual) 2 Pertimbangkan intervensi non- farmakologis seperti teknik relaksasi, pijat, terapi panas/dingin, atau akupuntur - Memberikan pijatan yang menenangkan untuk meredakan ketegangan otot dan meningkatkan relaksasi 3 Mulailah dengan analgesik non- opioid, seperti asetaminofen atau obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), untuk mengatasi nyeri ringan hingga sedang - Meresepkan acetaminophen (misalnya, Tylenol) untuk pasien dengan nyeri ringan setelah operasi 4 Untuk nyeri sedang hingga berat, pertimbangkan analgesik opioid, seperti morfin, oksikodon, atau fentanil, dititrasi untuk mencapai pereda nyeri yang adekuat - Pemberian morfin sulfat untuk pasien yang mengalami nyeri parah terkait kanker 5 Gunakan pendekatan individual saat memilih dan menyesuaikan dosis analgesik opioid, dengan mempertimbangkan intensitas nyeri pasien, status fungsional, dan potensi efek samping - Meningkatkan dosis oxycodone untuk pasien dengan nyeri yang memburuk dan tidak ada efek samping yang signifikan 6 Pantau efek samping terkait opioid, termasuk konstipasi, sedasi, depresi pernapasan, dan mual/muntah - Meresepkan antiemetik profilaksis untuk mencegah mual dan muntah yang berhubungan dengan penggunaan opioid 7 Pertimbangkan obat tambahan (misalnya antidepresan, antikonvulsan) untuk nyeri neuropatik atau gejala spesifik (misalnya kortikosteroid untuk nyeri tulang) - Meresepkan gabapentin untuk pasien dengan nyeri neuropatik akibat kerusakan saraf 8 Berikan penilaian ulang intensitas nyeri secara teratur dan sesuaikan rencana perawatan yang sesuai - Mengevaluasi skor nyeri dan menyesuaikan dosis analgesik
  • 3. 3 # Pedoman Pengendalian Nyeri Contoh berdasarkan tingkat nyeri yang dilaporkan sendiri oleh pasien Pedoman ini memberikan pendekatan terstruktur untuk mengelola rasa sakit dan kontrol gejala pada orang dewasa yang menerima perawatan paliatif generalis. Tabel tersebut menyajikan pedoman secara ringkas dan terorganisir, memungkinkan referensi yang mudah bagi staf layanan kesehatan. Setiap pedoman disertai dengan contoh skenario untuk mengilustrasikan penerapannya dalam situasi kehidupan nyata. Dengan mengikuti pedoman ini, profesional kesehatan dapat memastikan manajemen nyeri yang komprehensif dan kontrol gejala untuk pasien perawatan paliatif dewasa. Pedoman 1: Kaji intensitas nyeri menggunakan skala nyeri yang telah divalidasi Penilaian nyeri yang akurat membentuk dasar manajemen nyeri yang efektif. Untuk mengevaluasi intensitas nyeri, profesional kesehatan harus menggunakan skala nyeri yang tervalidasi, seperti skala peringkat numerik atau skala analog visual. Alat-alat ini memungkinkan pasien untuk memberikan peringkat subjektif dari pengalaman nyeri mereka, memfasilitasi keputusan perawatan yang tepat. Dengan menerapkan penilaian nyeri yang sistematis, dokter dapat menetapkan garis dasar dan melacak perubahan intensitas nyeri dari waktu ke waktu, memungkinkan penyesuaian rencana perawatan yang sesuai. Pedoman 2: Intervensi non-farmakologis Intervensi non-farmakologis memainkan peran penting dalam menambah strategi manajemen nyeri. Teknik seperti teknik relaksasi, terapi pijat, terapi panas/dingin, dan akupunktur menawarkan manfaat tambahan, meningkatkan kesejahteraan
  • 4. 4 fisik dan psikologis. Dengan mengintegrasikan intervensi ini ke dalam rencana perawatan, dokter dapat memberi pasien kenyamanan dan kelegaan tambahan, berpotensi mengurangi ketergantungan pada farmakoterapi saja. Pedoman 3: Memulai analgesik non-opioid untuk nyeri ringan sampai sedang Untuk pasien dengan nyeri ringan sampai sedang, pendekatan bertahap dianjurkan, dimulai dengan analgesik non-opioid seperti asetaminofen atau obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID). Obat- obatan ini dapat secara efektif mengatasi rasa sakit sambil meminimalkan risiko efek samping terkait opioid. Dengan memilih analgesik non-opioid yang sesuai berdasarkan karakteristik pasien dan mempertimbangkan kontraindikasi atau interaksi obat, dokter dapat mengatasi nyeri secara efektif dan mengurangi potensi risiko. Pedoman 4: Nyeri sedang hingga berat Ketika analgesik non-opioid saja tidak cukup untuk mengatasi nyeri sedang hingga berat, pemberian analgesik opioid menjadi perlu. Opioid seperti morfin, oksikodon, atau fentanil adalah analgesik kuat yang dapat dititrasi untuk mencapai pereda nyeri yang adekuat. Dengan hati-hati menilai intensitas nyeri pasien, status fungsional, dan potensi efek samping, dokter dapat menyesuaikan pilihan dan dosis opioid untuk memenuhi kebutuhan individu, memastikan kontrol nyeri yang optimal.
  • 5. 5 Pedoman 5: Pendekatan individual untuk pemberian dosis opioid Setiap respon pasien terhadap opioid bervariasi, memerlukan pendekatan individual untuk pemberian dosis. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti intensitas nyeri, status fungsional, dan potensi efek samping, dokter dapat membuat keputusan saat memilih dan menyesuaikan dosis opioid. Penilaian ulang intensitas nyeri dan umpan balik pasien secara teratur sangat penting untuk mengoptimalkan keseimbangan antara pereda nyeri dan pencegahan efek samping, memberikan perawatan yang dipersonalisasi. Tabel: Obat untuk Perawatan Paliatif Kontrol Nyeri: Agen dan Dosis yang Biasa Digunakan Pengobatan Rentang Dosis dan Administrasi Parasetamol Oral: 325 mg hingga 1000 mg setiap 4 hingga 6 jam (tidak melebihi 4 gram per hari) NSAID (misalnya Ibuprofen) Oral: 200 mg hingga 400 mg setiap 4 hingga 6 jam sesuai kebutuhan (tidak melebihi 3200 mg per hari) Morfin sulfat Oral: Mulailah dengan 10 mg hingga 20 mg setiap 4 jam sesuai kebutuhan; titrasi sesuai respon pasien individu Subkutan: Mulailah dengan 2,5 mg hingga 5 mg setiap 4 jam sesuai kebutuhan; titrasi sesuai respon pasien individu Oxycodone Oral: Mulailah dengan 5 mg hingga 10 mg setiap 4 hingga 6 jam sesuai kebutuhan; titrasi sesuai respon pasien individu Fentanil Patch transdermal: Dosis awal 12 mcg/jam sampai 25 mcg/jam setiap 72 jam; titrasi sesuai respon pasien individu
  • 6. 6 Pengobatan Rentang Dosis dan Administrasi Gabapentin Oral: Mulailah dengan 100 mg hingga 300 mg pada waktu tidur; titrasi sesuai respon pasien individu Amitriptilin Oral: Mulailah dengan 10 mg hingga 25 mg pada waktu tidur; titrasi sesuai respon pasien individu Deksametason Oral: Mulailah dengan 4 mg sampai 8 mg sekali sehari; sesuaikan dosis berdasarkan kontrol gejala Lorazepam Oral: Mulailah dengan 0,5 mg hingga 1 mg setiap 6 hingga 8 jam sesuai kebutuhan untuk kecemasan atau agitasi Haloperidol Oral: Mulailah dengan 0,5 mg hingga 1 mg setiap 6 hingga 8 jam sesuai kebutuhan untuk delirium atau agitasi Manajemen nyeri yang efektif dalam perawatan paliatif seringkali melibatkan penggunaan obat-obatan yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik masing- masing pasien. Tabel ini menyajikan daftar lengkap obat yang biasa digunakan untuk pengendalian nyeri pada pasien perawatan paliatif dewasa, beserta dosisnya. Dengan memberikan informasi yang akurat dan terkini tentang pilihan pengobatan, profesional perawatan kesehatan dapat membuat keputusan berdasarkan informasi dan mengoptimalkan pereda nyeri untuk pasien mereka. Dosis yang disajikan berfungsi sebagai panduan umum dan mungkin memerlukan penyesuaian berdasarkan respons masing-masing pasien dan keadaan khusus. Profesional perawatan kesehatan harus melakukan penilaian klinis dan mempertimbangkan faktor-faktor seperti intensitas nyeri, toleransi pasien, dan potensi interaksi obat saat menentukan dosis yang tepat. Penilaian ulang secara teratur dan pemantauan ketat gejala pasien dan efek samping sangat penting untuk mengoptimalkan manajemen nyeri dalam perawatan paliatif. Analgesik opioid memainkan peran penting dalam mengelola nyeri sedang hingga berat pada pasien perawatan paliatif. Dokter harus mendapat informasi yang baik tentang obat yang biasa digunakan dan dosis yang tepat untuk memastikan kontrol nyeri yang optimal. Tabel ini memberikan ikhtisar obat yang sering
  • 7. 7 digunakan dalam perawatan paliatif untuk analgesia opioid, bersama dengan dosisnya, memberdayakan profesional kesehatan dengan saran yang dapat ditindaklanjuti untuk manajemen nyeri yang efektif. Saat mempertimbangkan analgesik opioid untuk nyeri sedang hingga berat dalam perawatan paliatif, beberapa obat biasanya digunakan. Morfin, opioid yang sudah mapan, seringkali menjadi pilihan awal karena kemanjuran dan ketersediaannya dalam berbagai formulasi. Dosis morfin oral yang dianjurkan adalah 10- 30 mg setiap 4 jam, sedangkan dosis parenteral adalah 2,5-10 mg setiap 4 jam. Oxycodone, opioid lain yang biasa diresepkan, menawarkan fleksibilitas dalam pemberian dosis dan biasanya diberikan secara oral. Kisaran dosis oral untuk oxycodone adalah 5-20 mg setiap 4-6 jam. Fentanyl, tersedia dalam bentuk patch transdermal dan untuk pemberian sublingual atau bukal, menawarkan analgesia yang kuat. Kisaran dosis patch transdermal adalah 25-100 mcg/jam, memberikan pereda nyeri terus menerus. Fentanil sublingual atau bukal diresepkan dengan dosis 100-800 mcg setiap 1-2 jam sesuai kebutuhan untuk mengatasi nyeri. Hydromorphone, yang dikenal karena potensinya, adalah pilihan opioid lainnya. Kisaran dosis oral yang dianjurkan untuk hidromorfon adalah 1-4 mg setiap 4-6 jam, sedangkan kisaran
  • 8. 8 dosis parenteral adalah 0,2-1 mg setiap 4-6 jam. Metadon, yang bermanfaat untuk profil nyeri tertentu, memiliki kisaran dosis oral 2,5-10 mg setiap 8-12 jam. Buprenorfin, tersedia dalam patch transdermal dan formulasi sublingual, menawarkan pilihan alternatif untuk analgesia opioid. Kisaran dosis patch transdermal adalah 35-70 mcg/jam, memberikan penghilang rasa sakit yang berkelanjutan. Buprenorfin sublingual biasanya diresepkan dengan dosis 200- 600 mcg setiap 6-12 jam sesuai kebutuhan. Penting untuk dicatat bahwa dosis mungkin memerlukan penyesuaian berdasarkan faktor individu pasien, seperti usia, fungsi organ, dan pengobatan bersamaan. Penilaian ulang intensitas nyeri dan respons terhadap opioid secara teratur sangat penting untuk titrasi dosis dan memastikan kontrol nyeri yang memadai sambil meminimalkan efek samping. Tabel: Obat yang Biasa Digunakan untuk Analgesia Opioid pada Pasien Perawatan Paliatif Pengobatan Kisaran Dosis (Rute Oral) Kisaran Dosis (Rute Parenteral) Morfin 10-30 mg setiap 4 jam 2,5-10 mg setiap 4 jam Oxycodone 5-20 mg setiap 4-6 jam 1-5 mg setiap 4-6 jam Fentanil Patch transdermal: 25-100 mcg/jam Sublingual atau bukal: 100-800 mcg setiap 1-2 jam sesuai kebutuhan Hidromorfon 1-4 mg setiap 4-6 jam 0,2-1 mg setiap 4-6 jam
  • 9. 9 Pengobatan Kisaran Dosis (Rute Oral) Kisaran Dosis (Rute Parenteral) Metadon 2,5-10 mg setiap 8-12 jam 2,5-10 mg setiap 8-12 jam Buprenorfin Patch transdermal: 35-70 mcg/jam Sublingual: 200-600 mcg setiap 6-12 jam sesuai kebutuhan Kodein 30-60 mg setiap 4-6 jam - Catatan: Dosis yang diberikan adalah rentang umum dan dapat bervariasi tergantung pada faktor individu pasien, titrasi, dan keadaan klinis tertentu. Dosis harus disesuaikan berdasarkan intensitas nyeri pasien, respons, dan potensi efek samping. Tabel menyajikan ringkasan obat yang biasa digunakan untuk analgesia opioid pada pasien perawatan paliatif, termasuk dosis yang direkomendasikan untuk rute oral dan parenteral. Dengan membiasakan diri dengan obat-obatan ini dan rentang dosisnya, profesional perawatan kesehatan dapat membuat keputusan saat memilih dan mentitrasi opioid untuk nyeri sedang hingga berat dalam perawatan paliatif, sehingga mengoptimalkan manajemen nyeri dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Pedoman 6: Pantau efek samping terkait opioid Sementara opioid efektif dalam manajemen nyeri, mereka membawa risiko efek samping. Dokter harus waspada memantau pasien untuk potensi komplikasi, termasuk konstipasi, sedasi, depresi pernapasan, dan mual/muntah. Dengan menerapkan tindakan proaktif seperti antiemetik profilaksis, obat pencahar, atau obat perangsang, dokter dapat mengurangi atau mencegah efek samping ini, memastikan keamanan dan kenyamanan pasien.
  • 10. 10 Pedoman 7: Pertimbangkan pengobatan tambahan untuk jenis nyeri tertentu Dalam kasus nyeri neuropatik atau gejala spesifik, obat tambahan dapat melengkapi terapi analgesik primer. Obat-obatan seperti antidepresan atau antikonvulsan biasanya digunakan untuk manajemen nyeri neuropatik. Selain itu, kortikosteroid mungkin bermanfaat untuk meredakan nyeri tulang. Dengan mengidentifikasi mekanisme yang mendasari dan menyesuaikan pengobatan dengan obat tambahan, dokter dapat mengatasi profil rasa sakit yang unik secara efektif. Dalam perawatan paliatif, obat adjuvant memainkan peran penting dalam mengelola jenis nyeri tertentu yang mungkin tidak cukup dikendalikan oleh opioid saja. Tabel ini memberikan daftar lengkap obat adjuvant yang biasa digunakan dalam perawatan paliatif, beserta dosis yang dianjurkan. Dengan memahami rejimen dosis yang tepat, dokter ahli dapat secara efektif memasukkan obat ini ke dalam rencana manajemen nyeri pasien perawatan paliatif mereka. Tabel: Obat Tambahan untuk Jenis Nyeri Tertentu dalam Perawatan Paliatif Pengobatan Rentang Dosis (Rute Pemberian) Indikasi dan Contoh Penggunaan Antidepresan - Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) - Antidepresan Trisiklik (TCA) - SSRI: Misalnya, Fluoxetine: 20- 40 mg/hari (Oral) untuk nyeri neuropatik
  • 11. 11 Pengobatan Rentang Dosis (Rute Pemberian) Indikasi dan Contoh Penggunaan - TCA: Misalnya, Amitriptyline: 10-75 mg/hari (Oral) untuk nyeri neuropatik Antikonvulsan - Gabapentin - Pregabalin - Gabapentin: 300-1200 mg/hari (Oral) untuk nyeri neuropatik - Pregabalin: 150-600 mg/hari (Oral) untuk nyeri neuropatik Kortikosteroid - Deksametason - Prednison - Deksametason: 2-8 mg/hari (Oral) untuk nyeri tulang - Prednison: 10-40 mg/hari (Oral) untuk nyeri tulang Bifosfonat - Pamidronat - Asam Zoledronat - Pamidronate: 30-90 mg (Intravena) untuk nyeri tulang - Zoledronic Acid: 4 mg (Intravena) setiap 3-4 minggu untuk nyeri tulang N-Metil-D- Aspartat (NMDA) - Ketamin - Metadon - Ketamin: Dosis subanestetik (misalnya, 0,5-2 mg/kg/jam) (Intravena) untuk nyeri neuropatik refraktori - Metadon: 2,5-10 mg setiap 4-8 jam (Oral) atau 5-20 mg/hari (Oral) untuk nyeri neuropatik dan hiperalgesia yang diinduksi opioid Agonis Adrenergik Alfa-2 - Klonidin - Dexmedetomidine - Klonidin: 0,1-0,3 mg/hari (Oral) atau patch transdermal untuk nyeri neuropatik - Dexmedetomidine: Infus intravena untuk sedasi dan efek hemat opioid
  • 12. 12 Penggunaan obat adjuvant dalam perawatan paliatif dapat memberikan pereda nyeri tambahan dan meningkatkan manajemen gejala pada jenis nyeri tertentu. Tabel ini menyoroti obat-obatan yang biasa digunakan, dosis yang dianjurkan, dan rute pemberiannya. Dengan memasukkan obat tambahan ini ke dalam strategi manajemen nyeri mereka, dokter ahli dapat menawarkan perawatan yang disesuaikan dan efektif untuk pasien perawatan paliatif mereka. Penting untuk dicatat bahwa faktor individu pasien dan skenario klinis tertentu mungkin memerlukan penyesuaian dosis atau pengobatan alternatif, dan konsultasi dengan spesialis perawatan paliatif direkomendasikan untuk kasus yang kompleks. Pedoman 8: Penilaian ulang dan penyesuaian rencana perawatan secara teratur Manajemen nyeri adalah proses berkelanjutan yang membutuhkan penilaian ulang secara teratur. Dokter harus secara sistematis menilai kembali intensitas nyeri, kemanjuran pengobatan, dan efek samping untuk membuat penyesuaian yang diperlukan pada rencana pengobatan. Dengan menjaga komunikasi terbuka dengan pasien dan memasukkan umpan balik mereka, dokter dapat mengoptimalkan kontrol nyeri, meningkatkan kepuasan pasien, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
  • 13. 13 Kesimpulan: Pedoman kontrol nyeri yang komprehensif ini menawarkan kepada dokter ahli dalam perawatan paliatif kerangka kerja untuk mengelola nyeri secara efektif pada pasien dewasa. Dengan menggunakan alat penilaian nyeri yang tervalidasi, menggabungkan intervensi non-farmakologis, menggunakan farmakoterapi yang sesuai, mengatur dosis opioid secara individual, memantau efek samping, mempertimbangkan pengobatan tambahan, dan secara teratur menilai kembali rencana perawatan, dokter dapat memberikan manajemen nyeri yang disesuaikan dan berpusat pada pasien, sehingga meningkatkan kesejahteraan keseluruhan pasien perawatan paliatif dewasa. Dibuat dengan : https://chat.openai.com/share/4ca94ea1-c713-46b8-837d-60715fc858f3 Unduh: SECUIL CATATAN INDAH TENTANG SENJA https://twitter.com/drikasyamsul