SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
RINDUKU KENANGANKU
Cahaya keemasan matahari dan hembusan angin sore membuat daun-daun kecil berguguran di
pinggir danau dan menyilaukan pandanganku pada secarik kertas di depanku. Hari-hariku terasa
menyenangkan dengan sebuah kuas yang terukir namaku “Diana”. Yah, boleh dikatakan aku
gemar melukis di tempat-tempat yang menurutku indah dan tenang. Apalagi dengan seorang
sahabat, membuat hidupku lebih berarti.
Dari kejauhan terdengar alunan biola nan merdu semakin mendekati gendang telingaku.
Alunan merdu itu membuatku semakin penasaran.
“Ya sudahlah, mungkin hanya perasaanku saja”
Dengan rasa penasaran, aku sambil mengemas peralatan lukisku dan mengendarau
sepeda menyusuri jalan komplek rumahku yang berbukit dan rindangnya pepohonan sepanjang
jalan di bawah cahaya mentari yang mulai redup.
* * *
Pulang petang menjadi hal yang biasa bagi Lintang. Seorang gadis tomboy berambut hitam
panjang yang selalu di kuncir ke atas. Dia selalu bermain basket di bawah rumah pohonnya,
letaknya di samping danau yang airnya tenang, setelah pulang dari les. Dengan mengusap
keringat di pipinya dia bergegas menyusuri komplek rumahnya dengan perasaantakut karena
selalu pulang telat.
Pada waktu yang bersamaan, Diana meletakkan sepedanya ke garasi dan melihat Lintang.
“Lintang,, Lintang,, dari mana saja kamu?
“Aku mencarimu! Kata Diana
“Aku main basket di tempat biasa, di bawah rumah pohon. Ma’af, udah buatmu
khawatir.”
“Entahlah…. Sudah dulu ya, bau banget nih.
“Huuhh,, dasar cewek gadungan, aku dicuekin lagi…! Kesal Diana
Dengan rasa kesal, gadis itu pun masuk ke kamar khayalannya. Meletakkan peralatan
lukisnya di sudut ruangan dekat lemari kaca yang penuh dengan boneka kucing dan patung kecil
yang terbuat dari tanah liat. Ia selalu menatap lukisan sunset yang di belakang pintu kamarnya.
Ketika melihat itu, ia merasakan tenangnya dunia di laut lepas.
* * *
Lintang segera membersihkan dirinya karena takut ibunya marah. Ibunya pun heran
melihat tingkah anak semata wayangnya itu. Sifat keras kepala Lintang yang biasanya tampak,
namun kala itu hati tomboynya bisa luluh dengan rasa bersalahnya. Ketika ia duduk di atas kursi
yang tinggi sambil mengamati indahnya malam. Tiba-tiba ia merasakan sakit pada badannya,
perutnya nyeri dan nafasnya terasa sesak. Lintang bingung dengan apa yang dia rasakan dan tiba-
tiba ia terjatuh dari kursi tingginya, mencoba mengendalikan diri untuk bangkit ke tempat tidur
dan beristirahat.
* * *
Teriknya mentari dan angin sepoi-sepoi yang dirasakan di bawah pohon nan rindang,
membuat siswi SMA ini hanyut dalam omajinasi. Khayalan yang sungguh nyata membawa ia
larut dalam impian.
“Hai Diana, asyik bener nih melukisnya, lihat dong. Pasti lagi gambar aku kan? Kejut
Lintang
“Hmm,, ngapain juga aku gambar kamu. Seperti gak ada objek lain aja yang lebih
bagus.. hahahha..
Mereka begitu asyik bercanda tanpa menghiraukan teman yang lain di sekitarnya yang
merasa kebisingan karena tingkah mereka yang sungguh beda dengan siswi lainnya. Dan anak-
anak yang lain sebaliknya sudah merasa biasa dengan sikap mereka itu.
“Aku mau cerita..tapi……….(serius Lintang_
“Cerita aja…ada apa? ( menatap Lintang kebingungan)
Tiba-tiba, Lintang terjatuh. Kata-kata yang ingin ia bicarakan tidak mampu terucap.
Kepanikan gadis seni ini sungguh luar biasa. Ketika di ruang UKS, Lintang terbaring tak
berdaya. Diana berlari menyusuri kelas dan mencari telepon di sekolahnya. Untuk memberi
kabar pada orang tua Lintang dan membawanya ke rumah sakit..
“Aku ada di mana? Ada apa denganku? ( sadar Lintang)
“Kamu ada di rumah sakit. Kamu tadi pingsan di taman belakang sekolah. Kamu nggak
apa-apa kan? (khawatir Diana)
“Aku sakit apa? Mana ayah?”
“Dokter masih belum memberitahukan pasti penyakitmu. Ayahmu masih dalam
perjalanan. Bersabarlah sebentar. Cepat sembuh ya,, biar sore ini kita bisa belajar bareng, kan
kamu udah janji kemaren.”
“Mungkinkah penyakitku itu serius?””ahh, jangan berpiir gitu, kamu pasti sembuh.
Semangatlah, aku akan ada di sampingmu..”
“Sudah, sekolah sana. Biar pintar, dan bisa membalap rangkingku. Hhaha…”
“Iihh,, kamu. Calon ilmuan gini diejekin. Pasti dong aku bisa. Hhehe”
“Ya deh,, buktikan ke aku ya nanti.”
“Iya, pasti. Suatu saat kita akn merayakan keberhasilan kita. Aku ke sekolah dulu ya.!
Sebentar lagi, orangtuamu juga akan ke sini. Bye !!”
“Bye.. Hati-hati ya Diana. Thank’s!"
* * *
Jalan lorong sekolah tampak sepi, hanya ada seorang gadis berambut hitam pendek
duduk di depan kelas musik sambil membawa biola dengan wajah yang tampak murung, Diana
segera menghampirinya.
“Hai, kenapa kamu sendiri? Nggak masuk kelas?” Tanya Diana heran
“Hmm, aku.. aku.. mau sendiri di sini aja.”
“Jangan seperti anak kecil, ayolah masuk. Tapi, apa yang membuatmu sedih?” penuh
heran
“Tadi, ketika ada pemilihan bakat pemain biola, aku ada kesalahan memainkan nada,
sampai-sampai alunannya nggak enak didengar. Mereka menertawakanku, padahal aku baru saja
pindah ke sekolah ini jadi aku masih belum pandai memainkan alat musik seperti biola ini..”
“Kamu sudah hebat kok, kamu bisa memainkan alat musik kesukaanku, dan aku… aku
hanya bisa menggambarnya. Yang penting, tetap berjuang!! Daah..aku ke kelas dulu ya..”
“Thengs.. siapa namamu?”
“Diana!" Teriaknya.. (sambil berlari)
Nafas yang terengah-engah membasahi wajah gadis lembut nan periang itu. Diana
segera masuk ke kelas lukisnya yang sudah mulai belajar. Sambil menyapu keringatnya, teringat
sahabatnya yang terbaring lemah.
(Mungkinkah kami akan terus bersama?) dalam hatinya berkata.
Ibu Tari masuk ke kelas tiba-tiba. Meihat Diana yang sedang melamun segera
menghampirinya.
“Diana, kenapa kamu?”
“Ohh.. Ibu. nggak apa-apa bu.”
“Kamu bohong, da masalah ya? Tidak biasanya kamu seperti ini!”
“Ii..ia bu.”
“Memangnya ada apa, sampai-sampai mengganggu pikiranmu seperti ini?’
“Sahabatku, Lintang. Dia masuk rumah sakit dan sepertinya penyakitnya parah.”
“Ohh,, Lintang ya. Gimana kalau sepulang sekolah kita menjenguknya” ajak bu Tari
“Ibu mau menjenguknya? “
“Iya,, nggak apa-apa kan?”
“I..ya. nggak masalah.” Semangat Diana
Ibu Tari adalah guru yang paling disukai banyak siswa. Tak kadang banyak siswa yang
curhat. Beliau memiliki jiwa keibuan, walaupun beliau belum menikah. Beliau sangat perhatian
dan mengerti perasaan orang lain.
Ibu Tari memberi semangat Diana, membuat ia semangat pula bertemu Lintang. Ia
menyelesaikan lukisan pemandangan dengan kuas kesayangannya. Kali ini, ia mendapat pujian
dari teman-teman dan bu Tari. Sampai-sampai lukisannya akan diikutkan dalam pameran
lukisan. Lukisannya menggambarkan eorang gadis berkerudung duduk di atas tebing tinggi yang
dihantam ombak di tepi pantai. Lukisan itu pun dihiasi pantulan sinar matahari di penghujung
hari. Gambarnya begitu nyata, dan membawa dalam khayalan. Diana dan bu Tari pun berangkat
menjenguk Lintang.
Hanya mereka berdua yang masih berada di sekolah. Tak heran, suara mereka menggema ketika
lewat lorong sekolah. Diana melepas pandangannya ke arah taman di samping lapangan basket.
Ia sempat kaget ada seorang gadis duduk di atas potongan pohon. Ketika ia hampiri, ternyata
gadis biola itu.
“Hai, belum pulang?" Sapa Diana
“Hmmn. Belum Diana’
“Ngapain kamu sendiri di sini, Zy?” Sahut bu Tari
“Lho, ibu kenal dia?” sahut Diana
“Uta, ibu kan juga mengajar kelas musik. JadI ibu kenal Lizy”
“Ohh, namamu Lizy ya?”
“Iya,, ibu mau ke mana, kok sama Diana?”
“Ibu sama Diana mau ke rumah sakit, jenguk sahabatnya Diana. Kamu mau ikut?”
“Ya,, boleh. Ayo! Panasnya terik matahari sudah mulai membakar kulit nih..” ajak Lizy
“Hhhhaha….” Sambung Diana
* * *
Diana meletakkan sekeranjang buah yang di bawanya. Kebetulan, kapten tim basket
mereka juga jenguk Lintang. Rasa tak percaya meliputi kedua sahabat ini. Dalam keadaan yang
tak mudah untuk mereka bersenda gurau. Padahal, rame kan, semuanya pada kumpul.
“Bagaimana keadaanmu?” kejut Lizy
“Ya, lumayan lah, agak mendingan.” Dengan suara datar sambil menunduk.
Lintang mengangkat kepalanya, dan…. “Haahh,, Lizy!” teriaknya
“Bagaimana bisa kamu di sini Zy?”
“Syukurlah. Tadi aku diajak bu Tari dan Diana. Dan ternyata, yang terbaring saat ini
adalah sahabatku.”
“Sebenarnya, kamu sakit apa sih?” sambung Diana
“a..ku, sakit Leukimia..”
Semuanya tercengang, tak ada seorang pun yang berani memulai pembicaraan.
Termasuk kapten basket Deva yang langsung terdiam ketika ia memainkan dasinya..
“Kalian tak usah khawatir, di sisa umurku ini aku tak akan membuat kalian kecewa”
“Jangan bilang begitu, yakinlah kamu masih bisa bermain basket lagi..” sahut Deva
“Yaa, teruslah bersemangat. Siapa yang tahu kan takdir Tuhan. Semoga kamu cepat
sembuh.” Sambung bu Tari
( Lintang terharu mengingat dan menyimpan momen ini. Ia memejamkan matanya
hingga butiran air menetes di pipinya). Semuanya merasa iba padanya, khususnya Deva teman
basketnya yang justru tidak mau kehilangan main lawannya walaupun Diana dan Lizy merasakan
halyang sama dengannya. Bu Tari memulai pembicaraan setelah semuanya membeku.
“Hari mulai sore nih, kalian semua masih belum ada yang mau pulang?”
“Belum bu, sebentar lagi.” Jawab mereka serempak.
“Ya sudah, ibu pulang duluan. Cepat sembuh, ya Lintang. Jangan patah semangat,
kasihan sahabat dan tim basketmu, pasti mengkhawatirkanmu. Asalamualaikum…” kata bu Tari
“walaikumsallam.. Iya bu, makasih. Hati-hati ya bu..”
Suasana berubah menjadi hening kembali..
“Aku tak ingin kehilanganmu, Lintang. Selalu ingat kata-kataku…" (bisik Diana)
“Kamu-Sahabat_Terbaikku” mereka serempak.
Hari ini terasa cukup singkat. Membawa mereka dalam canda tawa dan kerinduan.
Diana dan Lizy segera pulang membawakabar perih dan memandang dengan rasa tak percaya.
Diana teringat akan lukisannya. Di dalam hatinya dia ingin menjual lukisan itu untuk biaya
Lintang. Ia merasa iba melihat orang tua Lintang pergi bolak balik mencari uang.
“Diana, ada apa denganmu?’ kejut Lintang
“Tidak, kami harus pulang. Hari sudah mulai gelap nih”
“ohh, ya. Besok mungkin aku sudah diperbolehkan pulang jika kondisiku stabil”
“Cepat sembuh, ya”……
* * *
Di depan lukisannya, Diana duduk termenung sambil menulis di buku diarynya.
Malam ku sepi..
Tak sanggup ku mengungkapkan
Air mata membendung di kelopak mataku..
Walaupun aku tertawa, tapi aku tetap merasakan bila hati ini menangis melihat nya tersenyum.
Jika Engkau mengizinkan. Takkan ku biarkan ia terbelenggu…
Kamu_sahabat_Terbaikku
Ia simpan buku diarynya di tumpukkan buku pelajarannya. Diana memikirkan solusi
untuk membantu Lintang. Iameluangkan waktu untuk melukis sebanyak-banyaknya untuk di jual
tanpa sepengetahuan Lintang. Lizy yang baru dikenalnya juga turut membantu. Tak heran,
ibunya Diana tiap hari selalu menyiapkan keperluanlukisnya. Malam semakin larut, Lizy yang
juga tampak terlihat lelah memutuskan untuk menginap. Mereka terbaring di tempat tidur,
namun tak ada salah satu dari mereka yang tertidur.mereka sama-sama ingin merencanakan
sesuatu….
3 hari kemudian…
Pohon-pohon yang menjulang tinggi disinari matahari yang masuk dicelah-celah
dedaunan yang rindang. Diana dan Lizy sengaja membawa Lintang ke danau. Diana menggelar
tikar, menyusun makanan, peralatan lukis, dan tempat mereka duduk. Sedangkan Lizy bersiap-
siap di atas rumah pohon sambil memegang biola kesayangnnya. Namun dengan Lintang, ia
justru merasa kebingungan dengan kedua temannya itu, sambil mengikik heran melihatnya.
Diana memulai dengan memukul kedua kuasnya menandakan Lizy yang memainkan
alunan biola yang merdu dengan lagu berjudul “semua tentang kita” sambil bernyanyi.
Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua sepi di hati
Teringat di saat kita tertawa bersama
Ceritakan semua tentang kita
Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat duu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kitaberduka saat kita tertawa
Ketika lagunya selesai, tiba-tiba mereka semua terdiam sejenak. Suasana seperti di
pemakaman, sepi, sunyi, hening, hanya hembusan angin yang terdengar. Diana membuka
pembicaraan.
“Dan aku baru ingat. Dulu ketika aku melukis sendiri di sini aku kagum dan penasaran
siapa yang memainkan biola ternyata… itu kamu, Lizy!”
“Iya,, tengs. Aku sengaja memainkannya karena semenjak aku tinggal di sini aku
sangat kesepian. Dan ketika aku menemukan tempat indah ini, setiap sore di waktu luangku, aku
bermain biola. Kebetulan, aku melihat seorang gadis sedang melukis.”
“waah.. kalian sungguh hebat! Aku juga kagum pada kalian, kalian sendiri yang
membuat acara ini dan kalian juga yang mendapatkan kejutan. Ketika pertama kali bertemu
Diana, aku juga kagum atas sikapmu yang selalu memperdulikan teman-temanmu. Jika aku pergi
nanti jangan lupakan persahabatan kita ini ya..”
“Ah, kalian ini selalu membuatku GR. Tapi makasih ya atas pujiannya.ku yakin, kalian
juga mempunyai keistimewaan masing-masing. Dan kamu Lintang, si cewek gadungan. Masa
jiwa tomboymu yang tegar dipatahkan dengan adanya penyakit ini. Justru dengan ini kamu bisa
bertambah tegar yang tahan bantingan.. hahaha.
“Emang aku bola, tahan bantingan. Hahaha! Ketus Lintang
Diana tak ingin membuat hati teman-temannya terluka, ia selalu mencoba untuk
tersenyum walau di hatinya sangat mengganjal. Tak lupa, Diana melukis simbol persahabatan
mereka “LiDiZy”. Dari kejauhan Deva sedang bersepeda mengitari danau, melihat tingkah
mereka yang terlihat ekspresif dan penuh canda tawa. Tapa berpikir panjang, ia menghampiri
ketiga cewek itu sambil membawa gitarnya dan langsung duduk di tikar.
“Eh, kamu. Udah minta izin dengan yang punya belum? Sembarangan aja duduk.”
Judes Diana
“Kok gitu, sih Diana. Nggak apa-apa kok.” Bela Lintang
“Coba deh kalian lihat, dia mau ngehancurin acara kita.” Sebel Diana
“Eh kamu, bagai ratu aja. Lintang aja nggak keganggu. Sekali-sekali dong aku ikut
gabung. Kan jarang-jarang bisa dekat sama cowok popular di sekolah. hitung-hitung kesempatan
buat kalian.”
“Ya sudah, cukup. Kita nyanyi bareng lagi yuk….” Lerai Lizy
“Eh, ganti dong simbolnya jadi…(berpikir sejenak) “LiDiZyVa” kan lebih keren!”
sahut Deva
“Ah, kamu ini ada-ada saja. Semoga masih ada ruang untuk menulis namamu ya..
hahaha
“hhuuhh…”
Seharian mereka jalani untuk menghibur Lintang. Walaupun diantara mereka baru
saling mengenal, tapi mereka seperti mempunyai kekuatan magnet. Hari-hari mereka selalu
bersama.
* * *
Waktu yang tepat ditemukan Diana dan Lizy untuk menjalani rencana kedua mereka.
Mereka sudah mengatur strategi agar lukisan Diana laku terjual. Hampir 2 minggu penuh mereka
meluangkan waktu untuk menjualnya. Uang yang terkumpul lumayan banyak, dan segera
mereka berikan pada orang tua Lintang tanpa sepengetahuan Lintang. Deva yang biasanya sibuk
dengan tim basketnya, akhirnya ikut membantu juga.
Di waktu yang bersamaan mereka datang ke rumah Lintang secara tersembunyi,
mereka melihat Lintang kesakitan sambil memegang perutnya. Kekhawatiran mereka tak dapat
dibendung. Mereka segera membawa Lintang ke rumah sakit dan memberitahukan orang tuanya.
Mengingat Lintang adalah anak semata wayang orang tuanya.
Ternyata, penyakitnya bertambah parah. Sebenarnya, Lintang pulang dari rumah sakit
karena keterbatasan biaya. Uang yang mereka dapatkan tidak cukup untuk membiayai semua
pengobatan Lintang. Di tambah lagi ayah Lintang yang hanya memiliki tabungan seadanya, itu
pun telah habis digunakan. Terpaksa, Lintang hanya bisa di opname tanpa harus membeli semua
obat yang diperlukan.
* * *
Setiap lorong sekolah kelas X ramai dipenuhi siswi yang mendengar kabar mengenai
Lintang. Anak yang tomboy dan disenangi banyak orang.
“Hai, Diana, Lizy. Gimana keadaan Lintang? Apa dia membaik? Kapan kalian mau
menjenguknya lagi?” (pertanyaan runtun dari Deva)
“Hello Deva, kalau nanya satu-satu dong. Kamu bukan mau wawancara kan?” jawab
Diana
“Emang, kami orang tuanya? Kami juga belum tahu keadaannya. Ayo kita jenguk aja
sama-sama pulang sekolah” tegas Lizy
Bunyi bel panjang bertanda telah berakhir jam pelajaran. Hujan yang tampak lebat,
membuat para siswa harus menunggu sampai hujan reda. Tiba-tiba handphone Deva berbunyi,
padahal peraturan sekolah dilarang membawa handphone, suara di seberang membawa berita
buruk.
Hujan yang lebat tak mereka perdulikan. Mereka lari basah-basahan menuju rumah
sakit sambil menangis terisak-isak. Mereka sangat khawatir dan tak percaya bahwa kabar itu
memang benar nyata. Sahabat mereka Lintang meninggal dunia. Nyawanya tak dapat tertolong
lagi karena penyakitnya semakin hari semakin parah. Orang tua Lintang merasa kehilangan dan
terpukul, namun semua adalah kehendak-Nya. Orang tua Lintang juga sangat berterima kasih
pada Lizy, Diana, dan Deva. Menganggap mereka sebagai anaknya.
* * *
“Tak sempat ku berikan
Tak sempat ku sampaikan”
_LiDiZyVa_
Kalimat itu selalu melintas dipikiran Diana. Begitu pula Lizy dan Deva. Kerasa tak percaya,
kehilangan, kerinduan, tersirat dibenak mereka. Mereka termenung di tepi danau sambil
menyanyikan lagu “Semua Tentang Kita” yang biasa mereka nyanyikan.
Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua sepi di hati
Belum sempat lagu itu dinyanyikan, butiran air mata membasahi di pipi ketiganya. Orang tua
Lintang tiba-tiba dating dan ikut duduk di antara mereka. Memberikan semangat pada Lizy,
Diana dan Deva bahwa masa depan mereka juga menjadi kebanggaan orang tua angkat mereka.
Ibu Lintang tiba-tiba menyerahkan secarik kertas berwarna biru yang bergambar bunga. Tangan
Deva bergetar ketika memegang kertas itu. Rasa penasaran membuat ia segera membuka dan
membacanya seperti sedang lomba baca puisi.
Sahabatku impianku
Cita-citaku imajinasiku
Bukan hal yang salah memiliki mimpi
Bukan hal yang salah mempunyai tujuan
Tujuan seperti sinar
Kesana lah kita berlari
Dan untuk itulsh kita hidup
Tapi, terkadang sinarnya terlalu menyilaukan
Membuat kita sulit melihat
Sehingga tiba suatu saat kita harus sejenak berhenti
Untuk menghindari sinar yang ada pada kita sendiri
“Waahh, sungguh bersemangatnya dia. Aku piker karena fisiknya lemah, jiwanya akan
goyah. Tapi aku salah. Hebat!! Puji Diana. Sambil melanjutkan lukisannya.
“Iya..”sambung Lizy sambil meneteskan air mata.
Suasana menjadi hening kembali. Kemudian Diana berteriak girang sambil meneteskan
butiran air mata yang melintas di pipinya.
“Lukisan dengan simbol “LiDiZyVa” akhirnya selesai”
“Waahh..keren.!”
Mereka menatap terpesona lukisan yang melambangkan persahabatan ini yang terlihat
indah karena di sekitar tulisan itu ada gambar wajah mereka masing-masing. Di danau inilah
sejarah persahabatanku. Dan tempat inilah aku dan sahabatku berbagi walau hanya sekedar untuk
mengenang Lintang.

More Related Content

What's hot

Dracula simplified version
Dracula simplified versionDracula simplified version
Dracula simplified versionRossanna Vilardo
 
Hướng dẫn sử dụng Autocad PI&D 20014 (Demo)
Hướng dẫn sử dụng Autocad PI&D 20014 (Demo)Hướng dẫn sử dụng Autocad PI&D 20014 (Demo)
Hướng dẫn sử dụng Autocad PI&D 20014 (Demo)Trung tâm Advance Cad
 
Naskah drama benalu dalam ikatan sejati sahabat
Naskah drama benalu dalam ikatan sejati sahabatNaskah drama benalu dalam ikatan sejati sahabat
Naskah drama benalu dalam ikatan sejati sahabatSiti Jum'atun
 
Sleeping beauty deborah s
Sleeping beauty deborah sSleeping beauty deborah s
Sleeping beauty deborah sCrelgo
 
Pptlegend,Tampilic,Jecil,12 beryl
Pptlegend,Tampilic,Jecil,12 berylPptlegend,Tampilic,Jecil,12 beryl
Pptlegend,Tampilic,Jecil,12 berylJessabethTampilic
 
Naskah drama arti sahabat
Naskah drama arti sahabatNaskah drama arti sahabat
Naskah drama arti sahabatFadhli Syar
 
Alphabet book final version
Alphabet book   final versionAlphabet book   final version
Alphabet book final versionAnamarijaBrzica1
 
Cerita bro
Cerita broCerita bro
Cerita broAry Ain
 
Script of English Musical Drama, Beauty and The Beast
Script of English Musical Drama, Beauty and The BeastScript of English Musical Drama, Beauty and The Beast
Script of English Musical Drama, Beauty and The BeastOSIS SMA Bina Insani
 

What's hot (20)

Cerpen Mimpiku Harapanku
Cerpen Mimpiku HarapankuCerpen Mimpiku Harapanku
Cerpen Mimpiku Harapanku
 
Dracula simplified version
Dracula simplified versionDracula simplified version
Dracula simplified version
 
Naskah drama 4 orang persahabatan
Naskah drama 4 orang persahabatanNaskah drama 4 orang persahabatan
Naskah drama 4 orang persahabatan
 
Hướng dẫn sử dụng Autocad PI&D 20014 (Demo)
Hướng dẫn sử dụng Autocad PI&D 20014 (Demo)Hướng dẫn sử dụng Autocad PI&D 20014 (Demo)
Hướng dẫn sử dụng Autocad PI&D 20014 (Demo)
 
Cinta pertama
Cinta pertamaCinta pertama
Cinta pertama
 
Naskah drama benalu dalam ikatan sejati sahabat
Naskah drama benalu dalam ikatan sejati sahabatNaskah drama benalu dalam ikatan sejati sahabat
Naskah drama benalu dalam ikatan sejati sahabat
 
Drama 7 orang sunda
Drama 7 orang sundaDrama 7 orang sunda
Drama 7 orang sunda
 
Sleeping beauty simple present tense fairy tale
Sleeping beauty simple present tense fairy taleSleeping beauty simple present tense fairy tale
Sleeping beauty simple present tense fairy tale
 
Sleeping beauty deborah s
Sleeping beauty deborah sSleeping beauty deborah s
Sleeping beauty deborah s
 
Pptlegend,Tampilic,Jecil,12 beryl
Pptlegend,Tampilic,Jecil,12 berylPptlegend,Tampilic,Jecil,12 beryl
Pptlegend,Tampilic,Jecil,12 beryl
 
Naskah drama arti sahabat
Naskah drama arti sahabatNaskah drama arti sahabat
Naskah drama arti sahabat
 
Cerita yang gak tahu arahnya kemana
Cerita yang gak tahu arahnya kemanaCerita yang gak tahu arahnya kemana
Cerita yang gak tahu arahnya kemana
 
Alphabet book final version
Alphabet book   final versionAlphabet book   final version
Alphabet book final version
 
Bài tập toán lớp 1 học kỳ 2
Bài tập toán lớp 1 học kỳ 2Bài tập toán lớp 1 học kỳ 2
Bài tập toán lớp 1 học kỳ 2
 
Lembar pengesahan
Lembar pengesahanLembar pengesahan
Lembar pengesahan
 
Cerita bro
Cerita broCerita bro
Cerita bro
 
Naskah drama 7 orang
Naskah drama 7 orangNaskah drama 7 orang
Naskah drama 7 orang
 
Cerpen ku
Cerpen kuCerpen ku
Cerpen ku
 
Cerpen 1 pop
Cerpen 1 popCerpen 1 pop
Cerpen 1 pop
 
Script of English Musical Drama, Beauty and The Beast
Script of English Musical Drama, Beauty and The BeastScript of English Musical Drama, Beauty and The Beast
Script of English Musical Drama, Beauty and The Beast
 

Similar to Rinduku kenanganku (20)

Berdiri diatas impian
Berdiri diatas impianBerdiri diatas impian
Berdiri diatas impian
 
cerpen Dibalik sketsa foto ibu
cerpen Dibalik sketsa foto ibucerpen Dibalik sketsa foto ibu
cerpen Dibalik sketsa foto ibu
 
Dibalik sketsa foto ibu
Dibalik sketsa foto ibuDibalik sketsa foto ibu
Dibalik sketsa foto ibu
 
Orang pertama
Orang pertamaOrang pertama
Orang pertama
 
Allahuakbar.docx
Allahuakbar.docxAllahuakbar.docx
Allahuakbar.docx
 
Cinta jangan baru
Cinta jangan baruCinta jangan baru
Cinta jangan baru
 
10 cerpen
10 cerpen10 cerpen
10 cerpen
 
Teror via email part 2
Teror via email part 2Teror via email part 2
Teror via email part 2
 
Cerkak
CerkakCerkak
Cerkak
 
Batu menangis 8 d
Batu menangis 8 dBatu menangis 8 d
Batu menangis 8 d
 
Cerpe
CerpeCerpe
Cerpe
 
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
 
Cerpen indo
Cerpen indoCerpen indo
Cerpen indo
 
Cinta bersemi juga
Cinta bersemi jugaCinta bersemi juga
Cinta bersemi juga
 
Cc 1
Cc 1Cc 1
Cc 1
 
Love in japan
Love in japanLove in japan
Love in japan
 
Kado terakhir untuk bunda
Kado terakhir untuk bundaKado terakhir untuk bunda
Kado terakhir untuk bunda
 
Dylan (novel)
Dylan (novel)Dylan (novel)
Dylan (novel)
 
Niken & Pandu
Niken & PanduNiken & Pandu
Niken & Pandu
 
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatikuKelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
 

Recently uploaded

Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot
 
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99
 
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang MaxwinSakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang MaxwinSakai99
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...Neta
 
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfachsofyan1
 
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024ADYSULISTIYO2
 
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOTIDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOTNeta
 
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikMAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikssuser328cb5
 

Recently uploaded (9)

Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
 
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
 
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang MaxwinSakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
 
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
 
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024
 
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOTIDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
 
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikMAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
 

Rinduku kenanganku

  • 1. RINDUKU KENANGANKU Cahaya keemasan matahari dan hembusan angin sore membuat daun-daun kecil berguguran di pinggir danau dan menyilaukan pandanganku pada secarik kertas di depanku. Hari-hariku terasa menyenangkan dengan sebuah kuas yang terukir namaku “Diana”. Yah, boleh dikatakan aku gemar melukis di tempat-tempat yang menurutku indah dan tenang. Apalagi dengan seorang sahabat, membuat hidupku lebih berarti. Dari kejauhan terdengar alunan biola nan merdu semakin mendekati gendang telingaku. Alunan merdu itu membuatku semakin penasaran. “Ya sudahlah, mungkin hanya perasaanku saja” Dengan rasa penasaran, aku sambil mengemas peralatan lukisku dan mengendarau sepeda menyusuri jalan komplek rumahku yang berbukit dan rindangnya pepohonan sepanjang jalan di bawah cahaya mentari yang mulai redup. * * * Pulang petang menjadi hal yang biasa bagi Lintang. Seorang gadis tomboy berambut hitam panjang yang selalu di kuncir ke atas. Dia selalu bermain basket di bawah rumah pohonnya, letaknya di samping danau yang airnya tenang, setelah pulang dari les. Dengan mengusap keringat di pipinya dia bergegas menyusuri komplek rumahnya dengan perasaantakut karena selalu pulang telat. Pada waktu yang bersamaan, Diana meletakkan sepedanya ke garasi dan melihat Lintang. “Lintang,, Lintang,, dari mana saja kamu? “Aku mencarimu! Kata Diana “Aku main basket di tempat biasa, di bawah rumah pohon. Ma’af, udah buatmu khawatir.” “Entahlah…. Sudah dulu ya, bau banget nih.
  • 2. “Huuhh,, dasar cewek gadungan, aku dicuekin lagi…! Kesal Diana Dengan rasa kesal, gadis itu pun masuk ke kamar khayalannya. Meletakkan peralatan lukisnya di sudut ruangan dekat lemari kaca yang penuh dengan boneka kucing dan patung kecil yang terbuat dari tanah liat. Ia selalu menatap lukisan sunset yang di belakang pintu kamarnya. Ketika melihat itu, ia merasakan tenangnya dunia di laut lepas. * * * Lintang segera membersihkan dirinya karena takut ibunya marah. Ibunya pun heran melihat tingkah anak semata wayangnya itu. Sifat keras kepala Lintang yang biasanya tampak, namun kala itu hati tomboynya bisa luluh dengan rasa bersalahnya. Ketika ia duduk di atas kursi yang tinggi sambil mengamati indahnya malam. Tiba-tiba ia merasakan sakit pada badannya, perutnya nyeri dan nafasnya terasa sesak. Lintang bingung dengan apa yang dia rasakan dan tiba- tiba ia terjatuh dari kursi tingginya, mencoba mengendalikan diri untuk bangkit ke tempat tidur dan beristirahat. * * * Teriknya mentari dan angin sepoi-sepoi yang dirasakan di bawah pohon nan rindang, membuat siswi SMA ini hanyut dalam omajinasi. Khayalan yang sungguh nyata membawa ia larut dalam impian. “Hai Diana, asyik bener nih melukisnya, lihat dong. Pasti lagi gambar aku kan? Kejut Lintang “Hmm,, ngapain juga aku gambar kamu. Seperti gak ada objek lain aja yang lebih bagus.. hahahha.. Mereka begitu asyik bercanda tanpa menghiraukan teman yang lain di sekitarnya yang merasa kebisingan karena tingkah mereka yang sungguh beda dengan siswi lainnya. Dan anak- anak yang lain sebaliknya sudah merasa biasa dengan sikap mereka itu. “Aku mau cerita..tapi……….(serius Lintang_ “Cerita aja…ada apa? ( menatap Lintang kebingungan) Tiba-tiba, Lintang terjatuh. Kata-kata yang ingin ia bicarakan tidak mampu terucap. Kepanikan gadis seni ini sungguh luar biasa. Ketika di ruang UKS, Lintang terbaring tak berdaya. Diana berlari menyusuri kelas dan mencari telepon di sekolahnya. Untuk memberi kabar pada orang tua Lintang dan membawanya ke rumah sakit.. “Aku ada di mana? Ada apa denganku? ( sadar Lintang) “Kamu ada di rumah sakit. Kamu tadi pingsan di taman belakang sekolah. Kamu nggak apa-apa kan? (khawatir Diana) “Aku sakit apa? Mana ayah?” “Dokter masih belum memberitahukan pasti penyakitmu. Ayahmu masih dalam perjalanan. Bersabarlah sebentar. Cepat sembuh ya,, biar sore ini kita bisa belajar bareng, kan kamu udah janji kemaren.”
  • 3. “Mungkinkah penyakitku itu serius?””ahh, jangan berpiir gitu, kamu pasti sembuh. Semangatlah, aku akan ada di sampingmu..” “Sudah, sekolah sana. Biar pintar, dan bisa membalap rangkingku. Hhaha…” “Iihh,, kamu. Calon ilmuan gini diejekin. Pasti dong aku bisa. Hhehe” “Ya deh,, buktikan ke aku ya nanti.” “Iya, pasti. Suatu saat kita akn merayakan keberhasilan kita. Aku ke sekolah dulu ya.! Sebentar lagi, orangtuamu juga akan ke sini. Bye !!” “Bye.. Hati-hati ya Diana. Thank’s!" * * * Jalan lorong sekolah tampak sepi, hanya ada seorang gadis berambut hitam pendek duduk di depan kelas musik sambil membawa biola dengan wajah yang tampak murung, Diana segera menghampirinya. “Hai, kenapa kamu sendiri? Nggak masuk kelas?” Tanya Diana heran “Hmm, aku.. aku.. mau sendiri di sini aja.” “Jangan seperti anak kecil, ayolah masuk. Tapi, apa yang membuatmu sedih?” penuh heran “Tadi, ketika ada pemilihan bakat pemain biola, aku ada kesalahan memainkan nada, sampai-sampai alunannya nggak enak didengar. Mereka menertawakanku, padahal aku baru saja pindah ke sekolah ini jadi aku masih belum pandai memainkan alat musik seperti biola ini..” “Kamu sudah hebat kok, kamu bisa memainkan alat musik kesukaanku, dan aku… aku hanya bisa menggambarnya. Yang penting, tetap berjuang!! Daah..aku ke kelas dulu ya..” “Thengs.. siapa namamu?” “Diana!" Teriaknya.. (sambil berlari) Nafas yang terengah-engah membasahi wajah gadis lembut nan periang itu. Diana segera masuk ke kelas lukisnya yang sudah mulai belajar. Sambil menyapu keringatnya, teringat sahabatnya yang terbaring lemah. (Mungkinkah kami akan terus bersama?) dalam hatinya berkata. Ibu Tari masuk ke kelas tiba-tiba. Meihat Diana yang sedang melamun segera menghampirinya. “Diana, kenapa kamu?” “Ohh.. Ibu. nggak apa-apa bu.” “Kamu bohong, da masalah ya? Tidak biasanya kamu seperti ini!” “Ii..ia bu.” “Memangnya ada apa, sampai-sampai mengganggu pikiranmu seperti ini?’ “Sahabatku, Lintang. Dia masuk rumah sakit dan sepertinya penyakitnya parah.” “Ohh,, Lintang ya. Gimana kalau sepulang sekolah kita menjenguknya” ajak bu Tari “Ibu mau menjenguknya? “ “Iya,, nggak apa-apa kan?”
  • 4. “I..ya. nggak masalah.” Semangat Diana Ibu Tari adalah guru yang paling disukai banyak siswa. Tak kadang banyak siswa yang curhat. Beliau memiliki jiwa keibuan, walaupun beliau belum menikah. Beliau sangat perhatian dan mengerti perasaan orang lain. Ibu Tari memberi semangat Diana, membuat ia semangat pula bertemu Lintang. Ia menyelesaikan lukisan pemandangan dengan kuas kesayangannya. Kali ini, ia mendapat pujian dari teman-teman dan bu Tari. Sampai-sampai lukisannya akan diikutkan dalam pameran lukisan. Lukisannya menggambarkan eorang gadis berkerudung duduk di atas tebing tinggi yang dihantam ombak di tepi pantai. Lukisan itu pun dihiasi pantulan sinar matahari di penghujung hari. Gambarnya begitu nyata, dan membawa dalam khayalan. Diana dan bu Tari pun berangkat menjenguk Lintang. Hanya mereka berdua yang masih berada di sekolah. Tak heran, suara mereka menggema ketika lewat lorong sekolah. Diana melepas pandangannya ke arah taman di samping lapangan basket. Ia sempat kaget ada seorang gadis duduk di atas potongan pohon. Ketika ia hampiri, ternyata gadis biola itu. “Hai, belum pulang?" Sapa Diana “Hmmn. Belum Diana’ “Ngapain kamu sendiri di sini, Zy?” Sahut bu Tari “Lho, ibu kenal dia?” sahut Diana “Uta, ibu kan juga mengajar kelas musik. JadI ibu kenal Lizy” “Ohh, namamu Lizy ya?” “Iya,, ibu mau ke mana, kok sama Diana?” “Ibu sama Diana mau ke rumah sakit, jenguk sahabatnya Diana. Kamu mau ikut?” “Ya,, boleh. Ayo! Panasnya terik matahari sudah mulai membakar kulit nih..” ajak Lizy “Hhhhaha….” Sambung Diana * * * Diana meletakkan sekeranjang buah yang di bawanya. Kebetulan, kapten tim basket mereka juga jenguk Lintang. Rasa tak percaya meliputi kedua sahabat ini. Dalam keadaan yang tak mudah untuk mereka bersenda gurau. Padahal, rame kan, semuanya pada kumpul. “Bagaimana keadaanmu?” kejut Lizy “Ya, lumayan lah, agak mendingan.” Dengan suara datar sambil menunduk. Lintang mengangkat kepalanya, dan…. “Haahh,, Lizy!” teriaknya “Bagaimana bisa kamu di sini Zy?” “Syukurlah. Tadi aku diajak bu Tari dan Diana. Dan ternyata, yang terbaring saat ini adalah sahabatku.” “Sebenarnya, kamu sakit apa sih?” sambung Diana “a..ku, sakit Leukimia..” Semuanya tercengang, tak ada seorang pun yang berani memulai pembicaraan.
  • 5. Termasuk kapten basket Deva yang langsung terdiam ketika ia memainkan dasinya.. “Kalian tak usah khawatir, di sisa umurku ini aku tak akan membuat kalian kecewa” “Jangan bilang begitu, yakinlah kamu masih bisa bermain basket lagi..” sahut Deva “Yaa, teruslah bersemangat. Siapa yang tahu kan takdir Tuhan. Semoga kamu cepat sembuh.” Sambung bu Tari ( Lintang terharu mengingat dan menyimpan momen ini. Ia memejamkan matanya hingga butiran air menetes di pipinya). Semuanya merasa iba padanya, khususnya Deva teman basketnya yang justru tidak mau kehilangan main lawannya walaupun Diana dan Lizy merasakan halyang sama dengannya. Bu Tari memulai pembicaraan setelah semuanya membeku. “Hari mulai sore nih, kalian semua masih belum ada yang mau pulang?” “Belum bu, sebentar lagi.” Jawab mereka serempak. “Ya sudah, ibu pulang duluan. Cepat sembuh, ya Lintang. Jangan patah semangat, kasihan sahabat dan tim basketmu, pasti mengkhawatirkanmu. Asalamualaikum…” kata bu Tari “walaikumsallam.. Iya bu, makasih. Hati-hati ya bu..” Suasana berubah menjadi hening kembali.. “Aku tak ingin kehilanganmu, Lintang. Selalu ingat kata-kataku…" (bisik Diana) “Kamu-Sahabat_Terbaikku” mereka serempak. Hari ini terasa cukup singkat. Membawa mereka dalam canda tawa dan kerinduan. Diana dan Lizy segera pulang membawakabar perih dan memandang dengan rasa tak percaya. Diana teringat akan lukisannya. Di dalam hatinya dia ingin menjual lukisan itu untuk biaya Lintang. Ia merasa iba melihat orang tua Lintang pergi bolak balik mencari uang. “Diana, ada apa denganmu?’ kejut Lintang “Tidak, kami harus pulang. Hari sudah mulai gelap nih” “ohh, ya. Besok mungkin aku sudah diperbolehkan pulang jika kondisiku stabil” “Cepat sembuh, ya”…… * * * Di depan lukisannya, Diana duduk termenung sambil menulis di buku diarynya. Malam ku sepi.. Tak sanggup ku mengungkapkan Air mata membendung di kelopak mataku.. Walaupun aku tertawa, tapi aku tetap merasakan bila hati ini menangis melihat nya tersenyum. Jika Engkau mengizinkan. Takkan ku biarkan ia terbelenggu… Kamu_sahabat_Terbaikku Ia simpan buku diarynya di tumpukkan buku pelajarannya. Diana memikirkan solusi untuk membantu Lintang. Iameluangkan waktu untuk melukis sebanyak-banyaknya untuk di jual tanpa sepengetahuan Lintang. Lizy yang baru dikenalnya juga turut membantu. Tak heran,
  • 6. ibunya Diana tiap hari selalu menyiapkan keperluanlukisnya. Malam semakin larut, Lizy yang juga tampak terlihat lelah memutuskan untuk menginap. Mereka terbaring di tempat tidur, namun tak ada salah satu dari mereka yang tertidur.mereka sama-sama ingin merencanakan sesuatu…. 3 hari kemudian… Pohon-pohon yang menjulang tinggi disinari matahari yang masuk dicelah-celah dedaunan yang rindang. Diana dan Lizy sengaja membawa Lintang ke danau. Diana menggelar tikar, menyusun makanan, peralatan lukis, dan tempat mereka duduk. Sedangkan Lizy bersiap- siap di atas rumah pohon sambil memegang biola kesayangnnya. Namun dengan Lintang, ia justru merasa kebingungan dengan kedua temannya itu, sambil mengikik heran melihatnya. Diana memulai dengan memukul kedua kuasnya menandakan Lizy yang memainkan alunan biola yang merdu dengan lagu berjudul “semua tentang kita” sambil bernyanyi. Waktu terasa semakin berlalu Tinggalkan cerita tentang kita Akan tiada lagi kini tawamu Tuk hapuskan semua sepi di hati Teringat di saat kita tertawa bersama Ceritakan semua tentang kita Ada cerita tentang aku dan dia Dan kita bersama saat duu kala Ada cerita tentang masa yang indah Saat kitaberduka saat kita tertawa Ketika lagunya selesai, tiba-tiba mereka semua terdiam sejenak. Suasana seperti di pemakaman, sepi, sunyi, hening, hanya hembusan angin yang terdengar. Diana membuka pembicaraan. “Dan aku baru ingat. Dulu ketika aku melukis sendiri di sini aku kagum dan penasaran siapa yang memainkan biola ternyata… itu kamu, Lizy!” “Iya,, tengs. Aku sengaja memainkannya karena semenjak aku tinggal di sini aku sangat kesepian. Dan ketika aku menemukan tempat indah ini, setiap sore di waktu luangku, aku bermain biola. Kebetulan, aku melihat seorang gadis sedang melukis.” “waah.. kalian sungguh hebat! Aku juga kagum pada kalian, kalian sendiri yang membuat acara ini dan kalian juga yang mendapatkan kejutan. Ketika pertama kali bertemu Diana, aku juga kagum atas sikapmu yang selalu memperdulikan teman-temanmu. Jika aku pergi nanti jangan lupakan persahabatan kita ini ya..” “Ah, kalian ini selalu membuatku GR. Tapi makasih ya atas pujiannya.ku yakin, kalian
  • 7. juga mempunyai keistimewaan masing-masing. Dan kamu Lintang, si cewek gadungan. Masa jiwa tomboymu yang tegar dipatahkan dengan adanya penyakit ini. Justru dengan ini kamu bisa bertambah tegar yang tahan bantingan.. hahaha. “Emang aku bola, tahan bantingan. Hahaha! Ketus Lintang Diana tak ingin membuat hati teman-temannya terluka, ia selalu mencoba untuk tersenyum walau di hatinya sangat mengganjal. Tak lupa, Diana melukis simbol persahabatan mereka “LiDiZy”. Dari kejauhan Deva sedang bersepeda mengitari danau, melihat tingkah mereka yang terlihat ekspresif dan penuh canda tawa. Tapa berpikir panjang, ia menghampiri ketiga cewek itu sambil membawa gitarnya dan langsung duduk di tikar. “Eh, kamu. Udah minta izin dengan yang punya belum? Sembarangan aja duduk.” Judes Diana “Kok gitu, sih Diana. Nggak apa-apa kok.” Bela Lintang “Coba deh kalian lihat, dia mau ngehancurin acara kita.” Sebel Diana “Eh kamu, bagai ratu aja. Lintang aja nggak keganggu. Sekali-sekali dong aku ikut gabung. Kan jarang-jarang bisa dekat sama cowok popular di sekolah. hitung-hitung kesempatan buat kalian.” “Ya sudah, cukup. Kita nyanyi bareng lagi yuk….” Lerai Lizy “Eh, ganti dong simbolnya jadi…(berpikir sejenak) “LiDiZyVa” kan lebih keren!” sahut Deva “Ah, kamu ini ada-ada saja. Semoga masih ada ruang untuk menulis namamu ya.. hahaha “hhuuhh…” Seharian mereka jalani untuk menghibur Lintang. Walaupun diantara mereka baru saling mengenal, tapi mereka seperti mempunyai kekuatan magnet. Hari-hari mereka selalu bersama. * * * Waktu yang tepat ditemukan Diana dan Lizy untuk menjalani rencana kedua mereka. Mereka sudah mengatur strategi agar lukisan Diana laku terjual. Hampir 2 minggu penuh mereka meluangkan waktu untuk menjualnya. Uang yang terkumpul lumayan banyak, dan segera mereka berikan pada orang tua Lintang tanpa sepengetahuan Lintang. Deva yang biasanya sibuk dengan tim basketnya, akhirnya ikut membantu juga. Di waktu yang bersamaan mereka datang ke rumah Lintang secara tersembunyi, mereka melihat Lintang kesakitan sambil memegang perutnya. Kekhawatiran mereka tak dapat dibendung. Mereka segera membawa Lintang ke rumah sakit dan memberitahukan orang tuanya. Mengingat Lintang adalah anak semata wayang orang tuanya. Ternyata, penyakitnya bertambah parah. Sebenarnya, Lintang pulang dari rumah sakit karena keterbatasan biaya. Uang yang mereka dapatkan tidak cukup untuk membiayai semua pengobatan Lintang. Di tambah lagi ayah Lintang yang hanya memiliki tabungan seadanya, itu
  • 8. pun telah habis digunakan. Terpaksa, Lintang hanya bisa di opname tanpa harus membeli semua obat yang diperlukan. * * * Setiap lorong sekolah kelas X ramai dipenuhi siswi yang mendengar kabar mengenai Lintang. Anak yang tomboy dan disenangi banyak orang. “Hai, Diana, Lizy. Gimana keadaan Lintang? Apa dia membaik? Kapan kalian mau menjenguknya lagi?” (pertanyaan runtun dari Deva) “Hello Deva, kalau nanya satu-satu dong. Kamu bukan mau wawancara kan?” jawab Diana “Emang, kami orang tuanya? Kami juga belum tahu keadaannya. Ayo kita jenguk aja sama-sama pulang sekolah” tegas Lizy Bunyi bel panjang bertanda telah berakhir jam pelajaran. Hujan yang tampak lebat, membuat para siswa harus menunggu sampai hujan reda. Tiba-tiba handphone Deva berbunyi, padahal peraturan sekolah dilarang membawa handphone, suara di seberang membawa berita buruk. Hujan yang lebat tak mereka perdulikan. Mereka lari basah-basahan menuju rumah sakit sambil menangis terisak-isak. Mereka sangat khawatir dan tak percaya bahwa kabar itu memang benar nyata. Sahabat mereka Lintang meninggal dunia. Nyawanya tak dapat tertolong lagi karena penyakitnya semakin hari semakin parah. Orang tua Lintang merasa kehilangan dan terpukul, namun semua adalah kehendak-Nya. Orang tua Lintang juga sangat berterima kasih pada Lizy, Diana, dan Deva. Menganggap mereka sebagai anaknya. * * * “Tak sempat ku berikan Tak sempat ku sampaikan” _LiDiZyVa_ Kalimat itu selalu melintas dipikiran Diana. Begitu pula Lizy dan Deva. Kerasa tak percaya, kehilangan, kerinduan, tersirat dibenak mereka. Mereka termenung di tepi danau sambil menyanyikan lagu “Semua Tentang Kita” yang biasa mereka nyanyikan. Waktu terasa semakin berlalu Tinggalkan cerita tentang kita Akan tiada lagi kini tawamu Tuk hapuskan semua sepi di hati Belum sempat lagu itu dinyanyikan, butiran air mata membasahi di pipi ketiganya. Orang tua Lintang tiba-tiba dating dan ikut duduk di antara mereka. Memberikan semangat pada Lizy,
  • 9. Diana dan Deva bahwa masa depan mereka juga menjadi kebanggaan orang tua angkat mereka. Ibu Lintang tiba-tiba menyerahkan secarik kertas berwarna biru yang bergambar bunga. Tangan Deva bergetar ketika memegang kertas itu. Rasa penasaran membuat ia segera membuka dan membacanya seperti sedang lomba baca puisi. Sahabatku impianku Cita-citaku imajinasiku Bukan hal yang salah memiliki mimpi Bukan hal yang salah mempunyai tujuan Tujuan seperti sinar Kesana lah kita berlari Dan untuk itulsh kita hidup Tapi, terkadang sinarnya terlalu menyilaukan Membuat kita sulit melihat Sehingga tiba suatu saat kita harus sejenak berhenti Untuk menghindari sinar yang ada pada kita sendiri “Waahh, sungguh bersemangatnya dia. Aku piker karena fisiknya lemah, jiwanya akan goyah. Tapi aku salah. Hebat!! Puji Diana. Sambil melanjutkan lukisannya. “Iya..”sambung Lizy sambil meneteskan air mata. Suasana menjadi hening kembali. Kemudian Diana berteriak girang sambil meneteskan butiran air mata yang melintas di pipinya. “Lukisan dengan simbol “LiDiZyVa” akhirnya selesai” “Waahh..keren.!” Mereka menatap terpesona lukisan yang melambangkan persahabatan ini yang terlihat indah karena di sekitar tulisan itu ada gambar wajah mereka masing-masing. Di danau inilah sejarah persahabatanku. Dan tempat inilah aku dan sahabatku berbagi walau hanya sekedar untuk mengenang Lintang.