Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Coaching didefinisikan sebagai proses kolaborasi yang berfokus pada solusi untuk memfasilitasi peningkatan kinerja, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi melalui percakapan yang menstimulasi proses berpikir kreatif. Prinsip-prinsip coaching meliputi kemitraan, kehadiran penuh, dan proses kreatif untuk memaksimalkan potensi individu. Coaching dapat d
2. O L E H :
N U R H A Y A N I , S . P d
S M P N E G E R I 1 R U P A T U T A R A
P E N D I D I K A N G U R U P E N G G E R A K
A N G K A T A N 9
K A B U P A T E N B E N G K A L I S
3. CGP menyimpulkan dan menjelaskan materi yang diperoleh dan
membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama
modul 2 dalam berbagai media
4.
5. Konsep Coaching secara Umum:
Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang
berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana
coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman
hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee
(Grant, 1999).
Coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk
memaksimalkan kinerjanya (Whitmore, 2003). Coaching sebagai
“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan
potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses
yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses
kreatif.” (International Coach Federation -ICF).
6. Tujuan pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya
kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya.
Keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun
segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan
kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat.
Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan
murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan
dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi
tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak
kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa
membahayakan dirinya.
7. Tindakan untuk dapat membantu rekan sejawat untuk
mengembangkan kompetensi diri mereka dan menjadi otonom
Ada 4 paradigma berpikir coaching yang harus dimiliki oleh seorang
coah, yaitu:
(1) Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan,
(2) Bersikap terbuka dan ingin tahu,
(3) Memiliki kesadaran diri yang kuat,
(4) Mampu melihat peluang baru dan masa depan.
8. (1) Kemitraan adalah posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra, di
mana masing-masing pihak bekerja sama dengan cara yang seimbang
dan saling mendukung untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hubungan
kemitraan ini, coach membantu coachee untuk mencapai tujuan mereka,
namun coachee tetap menjadi ahli dalam hidup mereka sendiri dan
memiliki keputusan terakhir tentang tindakan yang akan mereka ambil.
(2) Proses kreatif adalah dilakukan melalui percakapan, yang dua arah,
memicu proses berpikir coachee, memetakan dan menggali situasi
coachee untuk menghasilkan ide-ide baru.
(3) Memaksimalkan potensi adalah memaksimalkan potensi dan
memberdayakan rekan sejawat, percakapan perlu diakhiri dengan suatu
rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan.
9. (1) Kehadiran penuh (presence) adalah kemampuan untuk bisa hadir utuh
pada coachee, atau di dalam coaching disebut sebagai coaching presense
sehingga badan, pikiran, hati, selaras saat sedang melakukan percakapan
coaching.
(2) Mendengarkan dengan aktif adalah kemampuan untuk fokus pada apa
yang dikatakan oleh lawan bicara dan memahami keseluruhan makna yang
tidak terucap.
(3) Mengajukan pertanyaan berbobot adalah mengajukan pertanyaan dengan
tujuan tertentu atau pertanyaan berbobot. Pertanyaan yang diajukan
seorang coach diharapkan menggugah orang untuk berpikir dan dapat
menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin
belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri
dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi
pengembangan diri dan kompetensi.
10. Tirta berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air,
maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Sebagai seorang
coach salah satu peran terpentingnya adalah membantu coachee.
TIRTA terdari dari :
T = Tujuan awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan
pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee.
I = Identifikasi dimana coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang
dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi.
R = Rencana Aksi dimana pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang
akan dibuat.
TA = Tanggungjawab dimana membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk
langkah selanjutnya.
11. Supervisi akademik dengan paradigma berfikir coaching merupakan suatu
pendekatan dalam memimpin dan mengembangkan Guru dan Tenaga
Kependidikan (GTK) di lembaga pendidikan. Pendekatan ini menempatkan
supervisor atau Kepala Sekolah sebagai seorang coach yang mendukung GTK
sebagai coachee dalam mencapai tujuan mereka, mengembangkan
keterampilan dan potensi mereka, serta memperbaiki kinerja mereka. Supervisi
ini didasarkan pada prinsip-prinsip seperti kemitraan, kehadiran penuh
(presence), dan proses kreatif yang mengarah pada pemaksimalan potensi
individu. Dalam pelaksanaannya ada dua paradigma utama dalam menjalankan
proses supervisi akademik yang memberdayakan, yakni paradigma
pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap
individu.
dengan
12. Pra Observasi : Tahap ini
berisi persiapan dan
perencanaan supervise,
yang meliputi identifikasi
tujuan supervisi,
penentuan peserta
supervisi, dan
penjadwalan waktu dan
tempat supervisi.
Observasi: Tahap ini
meliputi pengamatan
langsung atau tidak
langsung terhadap
kinerja guru atau tenaga
pendidik dalam
mengajar atau
memberikan bimbingan
kepada murid.
Pasca Observasi yang meliputi
Evaluasi dan rencana tindak
lanjut: Tahap ini meliputi
analisis dan penilaian terhadap
kinerja guru atau tenaga
pendidik berdasarkan hasil
pengamatan dan kriteria yang
telah ditentukan serta
penentuan tindakan yang
harus dilakukan oleh guru atau
tenaga pendidik untuk
meningkatkan kinerjanya, serta
perencanaan evaluasi kembali
untuk memastikan efektivitas
dari tindakan yang dilakukan.
13. Pengalaman yang saya peroleh selama proses belajar coaching adalah saya
mendapat pengetahuan dan pengalaman baru. Pengetahuan tentang
coaching sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi yang berfokus pada
solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, membantu dalam memfasilitasi
peningkatan atas performa kerja. Saya juga mengetahui cara-cara sebagai
coach dalam melaksanakan coaching terhadap coachee dengan kompetensi
dan prinsip-prinsip coaching. Menjadi lebih memahami perbedaan coaching
dengan mentoring, konseling, training dan lainnya dari pengalaman
sebelumnya yang pernah dilakukan. Sehingga menemukan coaching sangat
relevan dengan dunia Pendidikan terutama dalam supervise akademik.
14. Ketika saya mempraktikkan coaching kepada rekan sesama calon guru
penggerak terasa sedikit lebih mudah mungkin karena sama-sama tahu
alurnya dan memahami konsep coaching tersebut. Namun kepada rekan
sejawat sedikit kesulitan terutama dalam menggali potensi yang dimiliki
coachee dengan pertanyaan berbobot, bagaimana mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang dapat menstimulus rekan dalam menemukan ide-ide untuk
menyelesaikan solusi atas permasalahannya. Namun hal ini tidak membuat
saya menyerah, mungkin di lain kesempatan saat mengobrol dengan rekan
sejawat saya dapat menerapkan prinsip-prinsip dan kompetensi coaching
yang saya miliki dengan lebih baik lagi.
15. Emosi-emosi yang dirasakan selama pengalaman belajar adalah saya merasa
bersemangat untuk mempelajari materi ini dengan baik karena sebelumnya
saya sudah pernah menjadi coachee untuk praktek rekan sejawat yang menjadi
CGP di Angkatan sebelumnya. Namun, tetap saya memiliki kekhawatiran tidak
dapat melaksanakan praktek coaching ini dengan baik. Ditengah-Tengah
perjalanan mempelajari materi ini saya semakin tertarik untuk mendalaminya
sehingga secara tidak langsung mengurangi kekhawatiran saya sehingga
dalam praktek sesama rekan CGP dalam kolaborasi terasa mengalir seperti air
sesuai dengan alurnya. Disini saya menyadari pentingnya menghadirkan
ketenangan dan kenyamanan baik untuk diri kita sebagai coach maupun untuk
coachee kita sehingga dapat mengungkapkan dengan lugas dan ide-ide
mengalir dengan baik dan terarah. Sehingga saya menjadi optimis dalam
penerapan materi ini kedepannya.
16. • Hal yang sudah baik dalam proses belajar adalah saya mengetahui coaching
dan teknik alur coaching sehingga saya dapat mempraktikkan coaching
dengan sesama calon guru penggerak dengan menerapkan prinsip dan
kompetensi coaching dan sesuai alur TIRTA. Selama praktik coaching dalam
sesi Ruang Kolaborasi dan Demonstrasi Kontekstual berjalan lancar dan
dapat membantu menemukan solusi dari masalah yang dihadapi coachee.
• Hal yang perlu saya perbaiki adalah mencari kata kunci dan menanyakan
pertanyaan yang berbobot yang dapat menggali informasi lebih dalam lagi
tentang masalah coachee dan potensi yang dimiliki oleh coachee dalam
menemukan solusi atas malasah pribadinya. Selain itu dalam percakapan
coaching terkadang muncul asumsi-asumsi dalam pikiran saya dan ini harus
saya hindari dengan mengosongkan pikiran saya dari asumsi terhadap
coachee. Tentu hal ini harus saya latih agar menjadi lebih baik lagi.
17. Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi
Sebelum saya belajar coaching ini, saya merasa tidak percaya diri dengan
kemampuan saya dalam membantu seseorang menyelesaikan masalahnya.
Setelah belajar coaching ini memiliki keyakinan bahwa saya mampu dan
memiliki kompetensi dalam menjadi coach. Tentunya dengan paradigma
berpikir coaching serta dibarengi dengan prinsip-prinsip coaching dan
kompetensi inti coaching serta memahami alur coaching dengan baik saya
dapat meningkatkan performa saya menjadi seorang coach yang baik untuk
rekan sejawat saya di sekolah.
18. • Apa yang harus dilakukan jika seorang coachee merasa tidak nyaman atau tidak cocok dengan
gaya coaching yang dilakukan oleh coach?Jika coachee merasa tidak nyaman dengan gaya
coaching yang dilakukan oleh coach, coachee dapat mengungkapkan hal tersebut dengan cara
yang terbuka dan jujur kepada coach. Dengan demikian, coach dapat mencari solusi yang tepat
dan mengubah pendekatan coachingnya untuk memenuhi kebutuhan coachee.
• Bagaimana prinsip coaching ini diterapkan dalam supervisi akademik di sekolah? Kepala sekolah
selaku pemangku kebijakan yang seharusnya menguasai teknik coaching dalam melakukan
supervisi akademik. Supervisi seharusnya tidak hanya menilai penampilan guru saja, namun
juga menggali potensi profesionalitas dari seorang guru. Tujuan supervisi harus jelas dengan
melakukan percakapan sebelum observasi (pra observasi). Selama observasi, supervisor harus
menilai sesuai data sehingga menimbulkan refleksi yang bermakna setelah observasi (pasca
observasi).
19. Coaching merupakan salah satu bentuk kepemimpinan dalam pembelajaran yang berpihak
kepada murid. Dengan memahami dan menerapkan coaching dalam membantu guru
mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid, dapat memaksimalkan potensi yang
dimiliki guru. Jika keterampilan coaching sudah meningkat maka pengembangan
kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran akan meningkat pula. Percakapan-
percakapan coaching membantu para guru berpikir lebih dalam (metakognisi) dalam
menggali potensi yang ada dalam diri dan komunitas sekolahnya sekaligus menghadirkan
motivasi internal sebagai individu pembelajar yang berkelanjutan yang akan
diwujudnyatakan dalam buah pikir dan aksi nyata demi tercapainya kualitas pembelajaran
yang berpihak pada murid.
Dengan menguasai kompetensi tersebut, maka supervisI akademik yang dilakukan oleh
supervisor dengan teknik coaching akan meningkatkan kinerja guru dan performa guru
dalam melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid.
20. Seorang coach di sekolah memiliki peran yang penting dalam membantu murid dan guru mencapai tujuan belajar
dan pengembangan pribadi. Terdapat dua aspek pembelajaran yang sangat penting dalam peran seorang coach di
sekolah, yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional. Dalam pembelajaran
berdiferensiasi, seorang coach dapat membantu guru dan murid dalam merancang dan menyampaikan materi
pelajaran yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan murid. Coach dapat membantu guru
dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar murid, menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai, dan memberikan
umpan balik yang konstruktif untuk meningkatkan pembelajaran murid. Selain itu, coach juga dapat membantu
murid dalam memahami gaya belajar mereka sendiri, mengembangkan keterampilan belajar yang efektif, dan
mencapai potensi belajar yang optimal.
Dalam pembelajaran sosial dan emosional, seorang coach dapat membantu murid dan guru dalam mengembangkan
keterampilan sosial dan emosional yang penting untuk keberhasilan akademik dan personal. Coach dapat membantu
murid dalam mengembangkan keterampilan seperti pengelolaan emosi, komunikasi yang efektif, bekerja sama dalam
kelompok, dan pemecahan masalah. Selain itu, coach juga dapat membantu murid dalam mengidentifikasi kekuatan
mereka dan membangun rasa percaya diri yang positif, sehingga murid dapat merasa lebih termotivasi dan berhasil
dalam pembelajaran dan kehidupan mereka.Dengan demikian, peran seorang coach sangat penting dalam
membantu murid dan guru dalam mengembangkan pembelajaran yang efektif dan berpusat pada murid, serta
membantu murid dalam mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang penting untuk keberhasilan
akademik dan personal mereka.
21. Solusi yang ditawarkan adalah:
• Melakukan sosialisasi mengenai hakikat supervisi
akademik yang meningkatkan performa guru
• Memberikan contoh praktik coaching baik kepada
murid maupun rekan sejawat.
22. Tantangan terberat adalah menyeragamkan pemahaman tentang coaching
dalam supervise akademik baik di lingkungan sekolah maupun daerah.
Selama ini supervisi dianggap sebagai hal menakutkan karena guru atau
orang yang disupervisi akan merasa takut dinilai seolah-olah supervisor
adalah orang yang mencari kesalahan atau guru sendiri takut untuk salah.
Hakikat supervisi seharusnya meningkatkan kinerja dan performa guru.
Disinilah perlu penyebaran pemahaman tentang coaching dalam supervise
akademik kepada semua guru dan kepala sekolah, agar merasa nyaman
dengan kegiatan supervise yang akan dilaksanakan jika kepala sekolah
melaksanakannya dengan pendekatan coaching.
23. • Saya pernah disupervisi oleh pengawas sekolah , sebagai guru muda dan masih baru tentu saya
tidak dapat menolak hal ini. Saya merasa takut karena saya merasa akan dinilai seperti ujian.
Kegiatan supervisi ini dilakukan langsung observasi tanpa ada pembicaraan pra observasi.
Namun memang sudah dilakukan persiapan sebelumnya, karena memang saya yang dipilih oleh
kepala sekolah untuk disupervisi oleh pengawas. Namun setelah saya menjalani kegiatan
supervisi tersebut, saya mendapat gambaran tentang pelaksanaan proses pembelajaran yang
lebih baik. Saya diberikan tips tips dalam melakukan penilaian dan supervisor memantau dan
memberikan umpan balik terhadap apa yang sudah saya lakukan dan perbaikan apa yang dapat
saya upayakan kedepannya.
24. • Supervisi akademik haruslah meningkatkan performa guru dalam melakukan
pembelajaran yang berpihak pada murid. Supervisi akademik dengan proses
coaching menerapkan 3 prinsip yakni asas kemitraan, proses kreatif dan
meningkatkan potensi.
• Jika di masa depan saya diberi kesempatan untuk melakukan supervisi yang
saya lakukan adalah melakukan supervise dengan pendekatan coaching,
supervisi tidak hanya berfokus pada kesalahan atau masalah, tetapi juga
memberikan perhatian pada kekuatan dan potensi yang di miliki. Saya akan
mengajukan pertanyaan reflektif yang membantu guru untuk mengeksplorasi
ide mereka sendiri dan mencapai solusi yang berbasis pada pemikiran mereka
sendiri.
25. • Modul 2.1 : Dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi yang berpihak
pada murid sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, maka guru harus
menjalankan coaching dalam menentukan gaya belajar murid agar sesuai
dengan kebutuhannya. Murid akan maksimal dalam menggali potensinya jika
belajar sesuai dengan gaya belajarnya sendiri.
• Modul 2.2 : Dalam menjalankan nilai guru penggerak sebagai pemimpin
pembelajaran, guru harus melakukan budaya positif dengan visi dan prakarsa
perubahan yang berpihak pada murid. Salah satu cara dalam mengembangkan
suasana positif dalam kelas adalah dengan menerapkan pembelajaran 5 KSE.
Dalam 5KSE, terdapat teknik STOP dan mindfulness untuk dapat menciptakan
suasana kelas menjadi lebih kondusif. Saat melakukan coaching pun, coach
harus melakukan teknik mindfulness agar selama proses coaching, coach hadir
sepenuhnya dalam semua sesi tersebut.
26. • Pengalaman dan praktik baik Instruktur (dalam sesi elaborasi)
• Pengalaman dan praktik baik Fasilitator
• PP terutama saat menjalani pendampingan
• Mencari informasi disumber online lainnya (International Coach Federation
(ICF) adalah organisasi global yang didedikasikan untuk mempromosikan
standar etika, kualitas, dan profesionalisme di dalam dunia coaching. Menurut
ICF, coaching adalah sebuah proses di mana coach bekerja dengan coachee
untuk memfasilitasi pertumbuhan pribadi dan profesional serta membantu
mencapai tujuan yang diinginkan. ICF menetapkan 11 standar core
competencies bagi coach untuk membantu coachee mencapai hasil yang
diinginkan).