Dokumen tersebut membahas tentang orientasi kehidupan umat Islam yang seharusnya menitikberatkan pada akhirat melalui dakwah. Namun, dakwah kini tidak lagi menjadi pilihan utama bagi kebanyakan Muslim karena pengaruh gaya hidup materialistik dan pragmatisme. Dokumen ini mengingatkan bahwa melakukan dakwah melalui amar makruf nahi munkar menjadi kewajiban bagi umat Islam untuk mencegah fit
3. Katakanlah (wahai Muhammad): "Inilah jalanku, aku dan
orang-orang yang menurutku, menyeru manusia
umumnya kepada agama Allah dengan berdasarkan
keterangan dan bukti yang jelas nyata. Dan aku
menegaskan: Maha suci Allah (dari segala iktiqad dan
perbuatan syirik); dan bukanlah aku dari golongan yang
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain.”
(TMQ Yusuf [12:108])
7. Da’wah, secara etimologi adalah
undangan atau seruan. Secara syar’i,
adalah seruan kepada orang lain agar
melakukan kemakrufan dan mencegah
dari kemungkaran, atau juga boleh
didefinisikan sebagai usaha untuk
mengubah keadaan yang rosak, dan
tidak Islami, menjadi baik sesuai
dengan Islam.
(Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spritual
(Jawa Barat: Al Azhar Press), hlm.246)
8.
9. Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan
bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala
perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk
dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar
iman). Dan kalaulah Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) itu beriman
(sebagaimana yang semestinya), tentulah (iman) itu menjadi baik bagi
mereka. (Tetapi) di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan
mereka: orang-orang yang fasik.
(TMQ Ali Imran [3:110])
10. Siapa saja di antara kalian yang menyaksikan kemungkaran,
hendaklah mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak
mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka
dengan hatinya. Itu merupakan selemah-lemah iman
(HR Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibn Majah dari Abu Said
al-Khudri)
ف ،بيده ُه ْرِّفليغي ،منكرا منكم رأى منلم إن
فبقل يستطع لم فإن ،فبلسانه يستطعوذلك ،به
اإليمان أضعف
11. Takutlah kalian terhadap fitnah, yang tidak hanya akan
menimpa orang zalim di antara kalian saja–tetapi juga
orang yang tidak zalim
(TMQ Al-Anfal[8:25])
12. Fitnah ditimbulkan oleh orang zalim karena
kemaksiatan yang mereka lakukan. Pada saat
seperti itu, kewajiban dakwah—amar makruf
dan nahi munkar—memanggil kita.
13. Jika kita tidak
melakukan
apapun untuk
mengubah
kemaksiatan,
MAKA kita pun
akan terkena
kesannya
meskipun kita
tidak ikut
melakukannya.
14.
15.
16.
17.
18. "Dan tuntutlah dengan harta kekayaan yang telah dikurniakan Allah
kepadamu akan pahala dan kebahagiaan hari akhirat dan janganlah
engkau melupakan bahagianmu (keperluan dan bekalanmu) dari
dunia; dan berbuat baiklah (kepada hamba-hamba Allah)
sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu (dengan pemberian
nikmatNya yang melimpah-limpah); dan janganlah engkau
melakukan kerosakan di muka bumi; sesungguhnya Allah tidak suka
kepada orang-orang yang berbuat kerosakan ".
(TMQ Al-Qasas[28:77])
[é.ti.mo.lo.gi] | ايتيمولوݢي. Definisi : /étimologi/ cabang ilmu bahasa mengenai asal usul perkataan serta perubahan pd bentuk dan maknanya. (Kamus Pelajar Edisi Kedua). [é.ti.mo.lo.gi] | ايتيمولوݢي. Definisi : (étimologi) cabang ilmu linguistik yg mengkaji asal usul dan perkembangan sesuatu kata.
Ayat ini berisi madh (pujian) kepada umat Nabi Muhammad saw. Al-‘Allamah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitabnya, Asy-Syakhshiyyah al-Islamiyyah Juz II, menyatakan, jika pujian (madh) tersebut berdampak pada tegak dan tidaknya hukum syariah, maka pujian (madh) ini mempunyai konotasi wajib. Pujian yang dialamatkan oleh Allah kepada umat ini, yang dipuji sebagai umat terbaik (khayra ummah) terkait dengan aktivitas mereka, yaitu amar makruf nahi mungkar dan beriman kepada Allah. Kita tahu, ketiganya merupakan pilar tegak dan tidaknya hukum Allah. Karena itu, ayat ini bukan hanya berisi pujian (madh), tetapi juga perintah tentang kewajiban dakwah..
Ayat ini berisi madh (pujian) kepada umat Nabi Muhammad saw. Al-‘Allamah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitabnya, Asy-Syakhshiyyah al-Islamiyyah Juz II, menyatakan, jika pujian (madh) tersebut berdampak pada tegak dan tidaknya hukum syariah, maka pujian (madh) ini mempunyai konotasi wajib. Pujian yang dialamatkan oleh Allah kepada umat ini, yang dipuji sebagai umat terbaik (khayra ummah) terkait dengan aktivitas mereka, yaitu amar makruf nahi mungkar dan beriman kepada Allah. Kita tahu, ketiganya merupakan pilar tegak dan tidaknya hukum Allah. Karena itu, ayat ini bukan hanya berisi pujian (madh), tetapi juga perintah tentang kewajiban dakwah..
Ayat ini berisi madh (pujian) kepada umat Nabi Muhammad saw. Al-‘Allamah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitabnya, Asy-Syakhshiyyah al-Islamiyyah Juz II, menyatakan, jika pujian (madh) tersebut berdampak pada tegak dan tidaknya hukum syariah, maka pujian (madh) ini mempunyai konotasi wajib. Pujian yang dialamatkan oleh Allah kepada umat ini, yang dipuji sebagai umat terbaik (khayra ummah) terkait dengan aktivitas mereka, yaitu amar makruf nahi mungkar dan beriman kepada Allah. Kita tahu, ketiganya merupakan pilar tegak dan tidaknya hukum Allah. Karena itu, ayat ini bukan hanya berisi pujian (madh), tetapi juga perintah tentang kewajiban dakwah..