SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Hadits Arbain ke-7 : Agama Adalah Nasihat
▬▬•◇✿◇•▬▬
‫ب‬ِ‫س‬ْ‫م‬ِِ ‫ب‬
ِ ‫ه‬
ِ ‫ب‬ِ‫ر‬َّ‫ح‬ْ‫م‬‫ه‬‫ن‬ ِ ‫لا‬ ‫َّر‬ ‫ح‬ِ‫مي‬
‫ا‬
‫ل‬ْ‫ح‬َ‫م‬ْ‫ح‬ ُ ‫ا‬
ّ ٰ ّ
ِ ‫ا‬‫ح‬َِّّ‫ي‬ ُ ‫مه‬‫د‬ٰ‫ى‬ْ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬ُِ‫م‬ِ ‫ّاى‬ ‫ه‬‫م‬‫م‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ه‬‫ي‬‫د‬‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬‫م‬َّّْ‫م‬‫ت‬‫ح‬‫ا‬‫م‬‫د‬ّ ‫ا‬
َ ‫م‬
ْ ‫ح‬َ‫م‬ ‫ا‬‫ح‬‫ن‬‫م‬ُ ‫مه‬‫د‬ٰ‫ى‬ْ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬
‫ل‬ ٰ
ُ ‫ا‬
‫ا‬
‫ل‬‫ا‬ ‫م‬
‫ص‬‫ي‬‫َل‬ ُ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬
‫ل‬‫ا‬ ‫م‬
‫ص‬‫ي‬‫َل‬ ُ ‫م‬‫ا‬ ‫ع‬‫م‬‫ل‬‫م‬‫ى‬ ‫ا‬ّ‫ش‬ ‫م‬‫ر‬‫ح‬‫ف‬‫م‬ِ ‫ا‬َّ‫ه‬‫م‬‫ب‬ّ‫ي‬‫ح‬‫ا‬‫م‬ ُ ‫حاما‬‫ب‬ّ‫ل‬‫م‬ْ ‫ح‬‫ر‬‫ل‬َ‫ي‬ ُ ‫م‬‫ا‬ ، ‫مه‬‫د‬ّ‫ي‬‫ب‬ّ‫ي‬‫م‬‫ا‬ ‫مه‬‫د‬ّ‫ي‬‫ح‬‫ب‬ّ‫ي‬‫م‬‫ن‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬ُْ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ي‬‫ل‬‫م‬ ‫ع‬‫م‬‫ل‬‫م‬‫ى‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬
ِّّ ِ ‫ا‬
ّ‫ي‬‫ْح‬‫م‬‫ب‬ ‫م‬‫اا‬
ِّ ‫حاما‬‫ب‬َّ‫م‬َ‫ي‬‫نح‬‫م‬ِ ،
‫ا‬‫ح‬‫ا‬‫م‬‫م‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬‫ح‬‫ب‬‫ل‬‫ا‬‫م‬َّ‫ي‬‫م‬ْ ‫ا‬ُ‫هن‬‫م‬‫َل‬‫نح‬ّ‫ن‬ٍّ ‫ع‬‫م‬ ّ‫ى‬ ‫ا‬ّ‫ا‬ ‫ح‬َ‫م‬ِ ‫ا‬ّ‫حا‬ِّ‫ي‬ْ ُ ، ‫ه‬‫ي‬‫م‬‫م‬ِ ‫ا‬
‫ل‬ْ‫ح‬َ‫م‬ٍ
‫ا‬
ّ‫ي‬ ‫م‬ِّ ُ ‫رحا‬ ‫م‬‫ر‬‫ح‬‫ف‬ ‫ا‬‫ح‬‫ي‬ّ ‫ا‬ّ
ِّ‫ح‬ْ‫م‬‫ب‬ ‫ا‬‫ح‬‫ي‬ّ ‫ح‬‫ّر‬‫ي‬‫َل‬‫م‬ِ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬‫ح‬َّ ّ
‫ر‬‫ح‬‫م‬‫م‬ِ ‫ا‬‫ح‬‫ا‬‫ل‬‫ل‬‫ُنح‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬
ُ‫ا‬‫م‬ْ‫ح‬‫ة‬‫ل‬‫ى‬ ‫ا‬‫ح‬‫ا‬ّ‫م‬ ‫ا‬‫ح‬‫ي‬ّ‫ا‬‫ه‬‫م‬‫َل‬ّ ‫ا‬‫ح‬َ‫ل‬‫ا‬‫م‬‫ة‬‫ح‬‫و‬‫م‬ِ ‫ا‬‫ح‬‫ي‬ّ ‫ح‬َ‫م‬ْ
Nasihat secara bahasa berasal dari kata an-nushu yang berarti al-khulush (murni). Secara
istilah, nasihat ialah suatu ungkapan untuk menyatakan keinginan berbuat baik kepada orang
yang dinasihati.
Allah SWT mensyariatkan kaum Muslimin untuk saling menasihati, sebagaimana tertulis dalam
firman-Nya: ''... dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya
menetapi kesabaran.'' (QS Al-Ashr [103]: 3).
Ayat-ayat lain tentang nasihat juga terdapat dalam Alquran, misalnya, dalam QS Al-A'raf [7]
ayat 62 dan 69.
Surat Al-A’raf Ayat 62
‫رَّب‬ِ‫بح‬ِّ‫س‬َّ‫ك‬ْ‫م‬َّ َِّ‫ب‬ْ‫س‬ِّ‫ل‬َّ ‫ِّب‬‫ر‬َّ‫ب‬ َّ َِّ‫أب‬ِ‫ن‬َِّ‫ِبن‬‫ل‬ََّ‫ك‬ََّ‫م‬ ِ
‫بن‬ْ‫س‬ِّ‫ل‬ِّ‫م‬ِ‫ن‬‫ك‬َِِّّ ‫بٱ‬
ِ ‫ه‬
ِ‫ِرَّبب‬ِّ‫ح‬َّ‫ك‬ْ‫ع‬َّ‫ل‬‫ب‬ َّ
ُ‫نب‬َّ‫ح‬
Arab-Latin: Uballigukum risālāti rabbī wa anṣaḥu lakum wa a'lamu minallāhi mā lā ta'lamụn
Artinya: "Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasehat
kepadamu. dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui".
Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-A’raf Ayat 62
Nabi nuh kemudian menegaskan tugasnya sebagai utusan Allah dengan berkata, aku tak kenal
lelah menyampaikan kepadamu amanat tuhanku, yakni perintah dan larangan-Nya, memberi
nasihat dan tuntunan kepadamu untuk kebahagiaanmu di dunia dan di akhirat, dan aku
mengetahui persoalan agama dan hal-hal yang gaib melalui wahyu dari Allah apa yang tidak
bisa kamu ketahui. Selanjutnya nabi nuh berkata, dan herankah, tidak percayakah, kamu
bahwa ada peringatan yang datang dari tuhanmu melalui perantaraan seorang laki-laki dari
kalanganmu sendiri, yakni dari anggota masyarakatmu yang kamu tahu keturunan dan
kejujurannya, untuk memberi peringatan kepadamu dengan azab apabila kamu ingkar dan agar
kamu bertakwa mengikuti perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya, sehingga kamu
mendapat rahmat dari Allah dan terhindar dari siksa-Nya. Tidaklah pantas kamu heran, bahkan
meragukan kebenaran ajaran yang aku bawa setelah datang bukti dan keterangan yang jelas
kepadamu.
Surat Al-A’raf Ayat 69
ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ء‬ۤ‫ا‬َ‫ج‬ ْ‫ن‬َ‫ا‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ب‬ ِ‫َج‬‫ع‬َ‫و‬َ‫ا‬
ُ‫ن‬ ِ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ق‬ ِ‫د‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ْْۢ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ء‬ۤ‫ا‬َ‫ف‬َ‫ل‬ُ‫خ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ ْ‫ذ‬ِ‫ا‬ ‫ا‬ ْْٓ‫و‬ُ‫ُر‬‫ك‬ْ‫ذ‬‫ا‬َ‫و‬ ْْۗ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ِر‬‫ذ‬ْ‫ن‬ُ‫ي‬ِ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ِِّ‫م‬ ٍ‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ ‫ى‬ٰ‫َل‬‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِِّ‫ب‬َّ‫ر‬ ْ‫ن‬ِِّ‫م‬ ٌ‫ْر‬‫ك‬ِ‫ذ‬
ْ‫م‬ُ‫ك‬ََ‫ا‬َََّ‫و‬ ٍٍ ْ‫و‬
َ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ح‬ِ‫ل‬ْ‫ف‬ُ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ل‬ ِ ‫ه‬
‫ّٰللا‬ َ‫ء‬َۤ
‫َل‬ٰ‫ا‬ ‫ا‬ ْْٓ‫و‬ُ‫ُر‬‫ك‬ْ‫ذ‬‫ا‬َ‫ف‬ۚ ً‫ة‬َ‫ط‬ْ‫ص‬َ‫ب‬ ِ‫ق‬ْ‫ل‬َ‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬ِ‫ف‬
Terjemahan
Dan herankah kamu bahwa ada peringatan yang datang dari Tuhanmu melalui seorang laki-laki dari
kalanganmu sendiri, untuk memberi peringatan kepadamu? Ingatlah ketika Dia menjadikan kamu
sebagai khalifah-khalifah setelah kaum Nuh, dan Dia lebihkan kamu dalam kekuatan tubuh dan
perawakan. Maka ingatlah akan nikmat-nikmat Allah agar kamu beruntung. ”
Tafsir Ringkas Kemenag RI
Melihat kaumnya masih tidak percaya, Nabi Hud mempertanyakan sikap mereka. Dan herankah,
tidak percayakah, kamu bahwa ada peringatan yang datang, yakni diturunkan dari Tuhanmu melalui
seorang laki-laki dari kalangan masyarakat-mu sendiri, untuk memberi peringatan kepadamu
menyangkut azab yang akan menimpamu karena kedurhakaanmu? Ini bukanlah hal yang pantas
untuk diragukan dan diherankan. Kemudian Nabi Hud mengingatkan mereka dengan nikmat yang
telah Allah berikan. Ingatlah ketika Dia menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah yang berkuasa
setelah kaum Nuh yang telah dibinasakan akibat mendustakan rasulnya, dan Dia lebihkan kamu
dalam kekuatan tubuh dan perawakan sehingga kamu lebih kuat, besar, dan tegar secara fisik,
cerdas, dan memiliki kekuasaan yang lebih besar dibanding umat-umat sebelum kamu. Maka
ingatlah dengan penuh rasa syukur dan kerendahan hati akan nikmat-nikmat Allah yang telah
diberikan kepadamu agar kamu termasuk orang-orang beruntung, memperoleh apa yang kamu
inginkan, sebagai balasan atas segala usaha keras kamu dengan menaati perintah dan menjauhi
larangan Allah.”
Kami (para sahabat) bertanya, ''Untuk siapa?''
Beliau menjawab, ''Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum Muslimin, dan
manusia pada umumnya.'' (HR Muslim).
Hadis ini sesungguhnya memiliki peran yang sangat besar, karena di dalamnya terkandung
bahwa tiang agama Islam dan penopangnya adalah nasihat. Dengan adanya nasihat maka
agama Islam akan senantiasa termanifestasi dalam jiwa kaum Muslimin, namun apabila nasihat
itu tidak ada, maka kekurangan akan menimpa kaum Muslimin dalam setiap aspek
kehidupannya.
Bila kita perhatikan pula, dalam hadis di atas terdapat lima peruntukan nasihat, yaitu nasihat
untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum Muslimin, dan manusia pada
umumnya.
Pertama, nasihat untuk Allah. Maksudnya adalah beriman kepada-Nya, mengesakan-Nya,
menjadikan niat ikhlas semata karena-Nya di dalam mengamalkan perbuatan baik, dan
beribadah kepada-Nya dengan penuh ketaatan dan pengagungan.
Kedua, nasihat untuk kitab-Nya. Maksudnya adalah beriman kepada semua kitab-kitab samawi
(langit) yang diturunkan dari sisi Allah SWT secara global.
Ketiga, nasihat untuk Rasul-Nya (Muhammad). Maksudnya adalah membenarkan
kenabiannya, menaati perintahnya, menjauhi segala larangannya, menghidupkan sunahnya,
memahami, mempraktikkan dan menyiarkannya, serta berakhlak sesuai dengan akhlak beliau
yang mulia.
Keempat, nasihat untuk pemimpin kaum Muslimin. Maksudnya adalah membantu mereka atas
kewajiban yang mereka emban, memberikan masukan, dan mengingatkan tatkala mereka lupa.
Juga mencegah mereka dari perbuatan zalim dengan cara yang baik.
Dan terakhir, nasihat untuk manusia pada umumnya. Maksudnya adalah dengan mengajak
pada kebaikan, menutup aib mereka, dan tidak berbuat ghibah (menggunjing) kepada sesama
manusia. Wallahu a'lam.
Agama adalah nasihat. Begitulah hadits ketujuh dari Hadits Arbain An-Nawawiyyah.
ْ
‫ن‬ َ‫ع‬
َ
‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫آل‬َ
‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬ َ‫ع‬ ُ‫هللا‬
‫ى‬
‫َّل‬ َ
‫ص‬ َّ
‫ي‬ ِ
‫ب‬
َّ
‫الن‬
َّ
‫ن‬
َ
‫أ‬
ُ
‫ه‬
ْ
‫ن‬ َ‫ع‬
َ
‫اَل‬ َ‫ع‬
َ
‫ت‬ ُ‫هللا‬ َ
‫ي‬ ِ
‫ض‬ َ
‫ر‬ ‫ي‬ِ
‫ار‬
َّ
‫الد‬ ٍ
‫س‬ ْ
‫و‬
َ
‫أ‬ ِ
‫ن‬ْ‫ب‬ ٍ
‫م‬ْ‫ي‬ ِ
‫م‬
َ
‫ت‬
َ
‫ة‬َّ‫ي‬
َ
‫ق‬ ُ
‫ر‬ ‫ي‬ ِ
‫ب‬
َ
‫أ‬
َ‫ال‬
َ
‫ق‬ ‫؟‬ ْ
‫ن‬ َ‫م‬ِ‫ل‬ : ‫ا‬
َ
‫ن‬
ْ
‫ل‬
ُ
‫ق‬
ُ
‫ة‬ َ
‫ح‬ْ‫ي‬ ِ
‫ص‬
َّ
‫الن‬ ُ
‫ن‬ْ‫ي‬
ِّ
‫الد‬ َ‫ال‬
َ
‫ق‬ َ
‫م‬
‫ى‬
‫ل‬ َ
‫س‬
ِ‫ل‬
‫ا‬ َ‫ع‬ َ
‫و‬ َ ْ
‫ي‬ ِ
‫م‬ِ‫ل‬ ْ
‫س‬ ُ‫الم‬ ِ‫ة‬ َّ‫م‬ِ‫ئ‬
َ
ِ
‫ِل‬ َ
‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ ْ
‫و‬ ُ
‫س‬َ
‫ر‬ِ‫ل‬ َ
‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫اب‬
َ
‫ت‬ ِ
‫ك‬ِ‫ل‬ َ
‫و‬
ْ
‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬ َّ‫م‬
–
‫م‬ِ‫ل‬ ْ
‫س‬ ُ‫م‬ ُ‫اه‬ َ
‫و‬ َ
‫ر‬
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Untuk
siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin
kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 55]
Penjelasan Hadits
Sebagaimana kata Al-Khatthabi rahimahullah,
ْ
ْ ِ
‫َب‬
َ
‫الخ‬
ُ
‫ة‬
َ
‫اد‬َ
‫ر‬ِ‫إ‬ َ
‫ي‬ ِ
‫ه‬ ٍ‫ة‬
َ
‫ل‬ ْ‫م‬ ُ
‫ج‬ ْ
‫ن‬ َ‫ع‬ ‫ا‬ َ
‫ه‬ِ‫ب‬ ُ َّ
‫َب‬ َ‫ع‬ُ‫ي‬ ‫ة‬ َ‫م‬ِ‫ل‬
َ
‫ك‬
ُ
‫ة‬ َ
‫ح‬ْ‫ي‬ ِ
‫ص‬
َّ
‫الن‬
ُ
‫ه‬
َ
‫ل‬ ِ
‫ح‬ْ
‫و‬ ُ
‫ص‬
ْ
‫ن‬ َ‫م‬
ْ
‫ل‬ِ‫ل‬
“Nasihat adalah kalimat ungkapan yang bermakna mewujudkan kebaikan kepada yang
ditujukan nasihat.” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:219)
Faedah Hadits
Pertama: Ad-diin dalam hadits maksudnya adalah diin dengan artian agama. Sedangkan ad-
diin lainnya bermakna al-jazaa’ (pembalasan) seperti pada ayat ‘maaliki yaumiddiin’ (Yang
Menguasai Hari Pembalasan).
Kedua: Nasihat itu begitu penting karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikannya
bagian dari agama.
Ketiga: Bagusnya pengajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau menyampaikan sesuatu
secara umum (global) terlebih dahulu, lalu menyebutkan rinciannya.
Keempat: Para sahabat haus akan ilmu, apa yang butuh dipahami dengan baik, mereka selalu
menanyakannya agar jelas.
Kelima: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai penyebutan dengan hal terpenting lalu yang
penting lainnya karena beliau menyebutkan nasihat bagi Allah, lalu kitab-Nya, lalu rasul-Nya,
lalu kepada imam kaum muslimin, lalu kepada kaum muslimin secara umum. Sedangkan kitab
Allah didahulukan daripada Rasul, karena kitab itu langgeng, sedangkan Rasul telah tiada.
Namun nasihat kepada keduanya saling terkait.
Keenam: Nasihat bagi Allah mencakup dua hal yaitu:
 Mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah.
 Bersaksi bahwa Allah itu Esa dalam rububiyah, uluhiyyah, juga dalam nama dan sifat-Nya.
Ketujuh: Nasihat bagi kitab Allah mencakup:
 Membela Al-Qur’an dari yang menyelewengkan dan mengubah maknanya.
 Membenarkan setiap yang dikabarkan tanpa ada keraguan.
 Menjalankan setiap perintah dalam Al-Qur’an.
 Menjauhi setiap larangan dalam Al-Qur’an.
 Mengimani bahwa hukum yang ada adalah sebaik-baik hukum, tidak ada hukum yang sebaik Al-Qur’an.
 Mengimani bahwa Al-Qur’an itu kalamullah (firman Allah) secara huruf dan makna, bukan makhluk.
Kedelapan: Nasihat bagi rasul-Nya mencakup:
 Ittiba’ kepada beliau, mengikuti setiap tuntunan-Nya.
 Mengimani bahwa beliau adalah utusan Allah, tidak mendustakannya, beliau adalah utusan yang jujur dan
dibenarkan.
 Menjalankan setiap perintah beliau.
 Menjauhi setiap larangan beliau.
 Membela syari’atnya.
 Mengimani bahwa segala sesuatu yang datang dari beliau sama seperti yang datang dari Allah dalam hal
mengamalkannya.
 Membela Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hidup dan ketika beliau telah tiada, termasuk pula
membela ajaran beliau.
Kesembilan: Imam kaum muslimin itu ada dua macam. Yang pertama adalah ulama rabbaniyyun yang
mewarisi ilmu, amal, akhlak, dan dakwah dari nabi. Yang pertama inilah ulil amri hakiki. Yang kedua
adalah penguasa yang melaksanakan syari’at Allah, mereka terapkan pada diri mereka dan pada para
hamba Allah.
Kesepuluh: Nasihat kepada ulama kaum muslimin mencakup:
 Mencintai mereka.
 Menolong mereka dalam menjelaskan kebenaran seperti dengan menyebarkan tulisan dan karya para
ulama.
 Membela kehormatan mereka.
 Meluruskan kesalahan mereka dengan cara yang baik.
 Mengingatkan mereka dalam kebaikan dengan mengarahkan cara yang pas ketika menyampaikan
dakwah kepada yang lain.
Kesebelas: Nasihat kepada penguasa mencakup:
 Meyakini mereka adalah pemimpin.
 Menyebarkan kebaikan-kebaikan mereka kepada rakyat sehingga membuat rakyat mencintainya dan ia
bisa menjalankan kepemimpinan dengan baik. Hal ini jauh berbeda jika yang disebar adalah aib-aib
penguasa.
 Menjalankan perintah dan menjauhi setiap hal yang dilarang dari penguasa selama bukan dalam rangka
bermaksiat kepada Allah karena tidak boleh ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada
Allah. Sedangkan kalau maksiat itu dilakukan oleh diri penguasa itu sendiri (mereka zalim), tetaplah
mereka ditaati dalam perintahnya, bukan dalam mengikuti maksiat yang mereka lakukan.
 Menutup aib mereka sebisa mungkin, bukan mudah-mudahan menyebarnya. Namun tetap ada nasihat
langsung kepada mereka atau lewat orang-orang yang dekat dengan mereka, tanpa mesti diketahui
orang banyak.
 Tidak boleh memberontak kepada mereka kecuali melihat ada kekufuran yang nyata dengan dalil pasti
dan ada kemaslahatan yang besar.
Keduabelas: Dalam masyarakat Islam, pemimpin atau penguasa mesti ada, baik yang memimpin
masyarakat banyak maupun masyarakat yang lebih khusus.
Ketigabelas: Nasihat kepada orang awam berbeda kepada penguasa.
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Menasihati sesama muslim (selain ulil amri) berarti adalah
menunjuki berbagai maslahat untuk mereka yaitu dalam urusan dunia dan akhirat mereka, tidak menyakiti
mereka, mengajarkan perkara yang mereka tidak tahu, menolong mereka dengan perkataan dan
perbuatan, menutupi aib mereka, menghilangkan mereka dari bahaya dan memberikan mereka manfaat
serta melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.” (Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 2:35).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata bagaimanakah cara menasihati sesama
muslim, maka beliau katakan hal itu sudah dijelaskan dalam hadits Anas, “Tidaklah sempurna iman
seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya
sendiri.” Kata Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, “Nasihat adalah engkau suka jika saudaramu memiliki apa yang kau
miliki. Engkau bahagia sebagaimana engkau ingin yang lain pun bahagia. Engkau juga merasa sakit ketika
mereka disakiti. Engkau bermuamalah (bersikap baik) dengan mereka sebagaimana engkau pun suka
diperlakukan seperti itu.” (Syarh Riyadh Ash-Shalihin, 2:400)
Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah mengatakan,
‫ا‬
ُ ِّ
‫عَب‬ُ‫وي‬ ‫يهتك‬ ُ
‫والفاجر‬ ،
ُ
‫ح‬ َ
‫ص‬
ْ
‫ن‬َ‫وي‬ ُ ُُ
‫َب‬ ْ
‫س‬َ‫ي‬ ‫لمؤمن‬
“Seorang mukmin itu biasa menutupi aib saudaranya dan menasihatinya. Sedangkan orang fajir (pelaku
dosa) biasa membuka aib dan menjelek-jelekkan saudaranya.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1:225)
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,
‫اِلرض‬ ‫ي‬
‫ف‬ ‫ويسعون‬ ، ‫هللا‬ ‫إَل‬ ‫هللا‬ ‫عباد‬ ‫حببون‬ُ‫وي‬ ‫عباده‬ ‫إَل‬ ‫هللا‬ ‫حببون‬ُ‫ي‬ ‫الذين‬ ‫هللا‬ ‫إَل‬ ‫هللا‬ ِ
‫عباد‬ َّ
‫أحب‬
َّ
‫إن‬
‫بالنصيحة‬
“Sesungguhnya hamba yang dicintai di sisi Allah adalah yang mencintai Allah lewat hamba-Nya dan
mencintai hamba Allah karena Allah. Di muka bumi, ia pun memberi nasihat kepada lainnya.” (Jaami’ Al-
‘Ulum wa Al-Hikam, 1:224)
Semoga Allah memberikan kita sifat saling mencintai sesama dengan saling menasihati dalam kebaikan
dan takwa.
Kedudukan Hadits Ini:
Hadits ini merupakan salah satu hadits yang sangat agung kedudukannya, karena dia mencakup
seluruh ajaran agama Islam, entah itu yang berkaitan dengan hak-hak Allah, hak-hak rasul-Nya
maupun hak-hak umat manusia pada umumnya. (Lihat: Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, oleh Syaikh
Shalih Alu Syaikh, hal 54).
Penjelasan Hadits:
«‫ا‬‫ل‬‫حا‬ِّ‫ي‬ْ ُ ‫ا‬
‫ل‬‫ن‬‫م‬ْ‫ح‬‫ب‬ ّ
‫َل‬‫ي‬‫د‬ ُ»
“Agama itu nasihat.”
Kata ad-dien dalam bahasa Arab mempunyai dua makna:
1. Pembalasan, contohnya firman Allah ta’ala, ‫َاَم‬ِ‫ك‬ِ ‫م‬َ‫و‬ ْ‫م‬ِ ‫َِلا‬ِّ‫ي‬ِ‫ن‬ Artinya: “Yang menguasai hari pembalasan“.
(QS. Al-Fatihah [1]: 4)
2. Agama, contohnya firman Allah ta’ala, ‫ِرَم‬ َ
ِ‫ت‬‫م‬ ‫م‬
َ‫و‬َ‫م‬ِ ‫م‬
‫ِْو‬َْ ْ ‫ن‬ ‫م‬
ِ‫ك‬‫َِن‬‫ي‬ Artinya: “Dan telah Ku-ridhai Islam itu
jadi agama bagimu”. (QS. Al-Maidah [5]: 3)
Adapun dalam hadits kita ini, yang dimaksud dengan kata ad-dien adalah: agama (Syarh al-Arba’in
an-Nawawiyah, oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, hal: 135-136).
Kata an-nashihah berasal dari kata an nush-hu yang secara etimologi mengandung dua makna:
1. Bersih dari kotoran-kotoran dan bebas dari para sekutu.
2. Merapatnya dua sesuatu sehingga tidak saling berjauhan.
Adapun definisi an-nashihah secara terminologi dalam hadits ini adalah: Mengharapkan kebaikan
orang yang dinasihati, definisi ini berkaitan dengan nasihat yang ditujukan kepada pemimpin umat
Islam dan rakyatnya. Adapun jika nasihat itu diarahkan kepada Allah, kitab-Nya dan Rasul-Nya,
maka yang dimaksud adalah merapatnya hubungan seorang hamba dengan tiga hal tersebut di
atas, di mana dia menunaikan hak-hak mereka dengan baik.
Dalam memahami sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “agama itu nasihat”, para ulama berbeda
pendapat; ada yang mengatakan bahwa semua ajaran agama Islam tanpa terkecuali adalah
nasihat. Sebagian ulama yang lain menjelaskan maksud dari hadits ini adalah bahwa sebagian
besar ajaran agama Islam terdiri dari nasihat, menurut mereka hal ini senada dengan sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
« َ‫ْىه‬ ُ َ‫ا‬ ‫يهدا‬ َ ُ »
“Doa adalah ibadah.” (HR. Abu Dawud (II/109 no. 1479), at-Tirmidzi (V/456 no. 3372) dan Ibnu Majah
(V/354 no. 3828), At-Tirmidzi berkata: hadits ini hasan shahih, Ibnu Hajar dalam Fath al Bari, (I/49)
berkata, sanadnya jayyid (bagus), Al-Albani berkata: shahih.)
Juga semisal dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
« ‫ْج‬ ُ ‫ن‬ ‫ىرف‬ »
“Haji adalah Arafah.” (HR. At-Tirmidzi (III/228 no. 889), an-Nasai (V/256), Ibnu Majah (IV/477 no.
3015), Ahmad (IV/309) dan Ibn Khuzaimah (IV/257). Al-Albani berkata: shahih.)
Bukan berarti bahwa ibadah dalam agama Islam itu hanya berbentuk doa saja, juga bukan berarti
bahwa ritual ibadah haji hanya wukuf di Arafah saja, yang dimaksud dari kedua hadits adalah:
menerangkan betapa pentingnya kedudukan dua macam ibadah tersebut.
Akan tetapi jika kita amati dengan seksama hal-hal yang memiliki hak untuk mendapatkan nasihat -
yang disebutkan dalam hadits ini- akan kita dapati bahwa betul-betul ajaran agama Islam semuanya
adalah nasihat, tanpa terkecuali. Entah itu yang berkenaan dengan akidah, ibadah, maupun
muamalah. (Lihat: Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, oleh Syaikh Shalih Alu Syaikh, hal 54-55)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sengaja tidak langsung menjelaskan dari awal siapa saja yang
berhak mendapatkan nasihat ini, agar para sahabat sendiri yang bertanya untuk siapakah nasihat
itu. Tujuan metode ini -yakni metode melemparkan suatu masalah secara global kemudian setelah
itu diperincikan-, adalah agar ilmu tersebut membekas lebih dalam. Hal itu dikarenakan tatkala
seseorang mengungkapkan suatu hal secara global, para pendengar akan mengharap-harap
perincian hal tersebut, kemudian datanglah perincian itu di saat kondisi jiwa berharap serta menanti-
nantikannya, sehingga membekaslah ilmu itu lebih dalam di dalam jiwa. Hal ini berbeda jika
perincian suatu ilmu sudah disampaikan kepada pendengar sejak awal pembicaraan. (Syarh al-
Arba’in an-Nawawiyah, oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin hal: 136)
‫ده‬ ‫ل‬ ْ: ‫ل‬‫ح‬‫يا‬‫م‬َّ
Kami‫(م‬para‫م‬sahabat)‫م‬bertanya,‫“م‬Hak‫م‬siapa‫م‬nasihat‫م‬itu‫م‬wahai‫م‬Rasulullah?”
Huruf lam dalam‫م‬perkataan‫م‬para‫م‬sahabat ‫م‬ْ‫َِا‬ِ fungsinya adalah untuk istihqaq (menerangkan milik
atau hak), yang berarti: nasihat ini haknya siapa wahai Rasulullah? (Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah,
oleh Syaikh Shalih Alu Syaikh, hal 55).
‫هل‬ ْ: ‫هلل‬ , ِ ٍ‫ته‬ ‫ك‬ ‫ا‬, ِ َْ ‫ر‬ ‫ا‬, ‫َن‬ ‫ئ‬ ‫با‬ َ‫ل‬ ‫َل‬ َ ُ ‫تاب‬ ‫اىهم‬
Beliau menjawab, “Nasihat itu adalah hak Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemerintah kaum muslimin dan
rakyatnya (kaum muslimin)”.
Dalam jawaban beliau ini diterangkan bahwa yang berhak untuk mendapatkan nasihat ada lima:
Pertama: Nasihat untuk Allah ta’ala
Nasihat untuk Allah ta’ala artinya: menunaikan hak-hak Allah baik itu hak yang wajib maupun yang
sunnah (Ibid, lihat pula: Ta’dzim Qadr ash-Shalah, karya Muhammad bin Nashr al-Marwazy, II/691-
692).
Hak-hak Allah yang wajib mencakup antara lain:
1.Beriman terhadap rububiyah Allah ta’ala, yang berarti: meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya
Rabb segala sesuatu, satu-satunya pencipta, Yang memberi rezeki, Yang menghidupkan dan
mematikan, Yang mendatangkan manfaat dan melindungi dari marabahaya, Yang mengabulkan
doa, Yang Maha memiliki dan menguasai segala sesuatu, tidak ada sekutu bagi-Nya (Taisir al- ‘Aziz
al-Hamid, oleh Sulaiman bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahab, hal 26).
Allah ta’ala berfirman,
‫ا‬
‫ل‬ْ‫ح‬َ‫م‬ْ‫ح‬ ُ ‫ا‬
ّ ‫ي‬ ّ
ِ ‫ا‬
ّ‫ي‬ ‫م‬ِّ ‫باما‬َّ‫م‬ ‫ه‬‫م‬َ‫ح‬ ُ
“Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.” (QS. Al-Fatihah: 1)
2. Beriman terhadap uluhiyah Allah ta’ala, yang berarti: mengesakan Allah ta’ala dalam segala
macam bentuk ibadah (Al-Irsyad ila Shahih al-I’tiqad, karya Dr. Shalih al-Fauzan, hal 30). Jadi kita
harus mengikhlaskan semua ibadah kita, mulai dari shalat, doa, kurban, sampai al-khauf (rasa
takut), al-mahabbah (cinta), dan ibadah-ibadah yang lainnya. Allah ta’ala berfirman,
‫ه‬‫م‬‫م‬ ‫م‬‫ا‬ ‫للا‬‫ح‬‫ة‬‫م‬‫ل‬‫م‬ُ ‫ا‬‫ي‬‫ا‬ ِّ‫ح‬ ُ ‫ا‬‫م‬
‫ا‬‫ح‬‫ا‬ّ ‫ح‬ ُ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬‫ي‬
ّْ‫ى‬ ‫ا‬ّ‫لان‬ْ‫ل‬‫ي‬‫ح‬َ‫م‬‫ب‬ّ
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-
Dzariyat: 56)
3. Beriman terhadap asmaa’ (nama-nama) dan shifaat (sifat-sifat) Allah ta’ala. Maksudnya adalah:
Mengesakan Allah ta’ala dalam nama-nama-Nya yang mulia serta sifat-sifat-Nya yang agung, yang
disebutkan di dalam al-Qur’an‫م‬dan‫م‬al-Hadits, sembari mengimani makna dan hukum-hukumnya,
tanpa mengotorinya dengan tahrif (mengubah), ta’thil (menafikan), takyif (berusaha mencari-cari
caranya), atau tamtsil (meyakini bahwa sifat-sifat Allah seperti sifat-sifat para makhluk).
Allah shallallahu ‘alaihi wa sallam berfirman,
‫ا‬‫م‬
‫حا‬‫ب‬‫م‬ ‫ا‬ِّّ‫ل‬‫ح‬‫ل‬َّ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬
ََ‫ح‬‫ي‬‫م‬‫ف‬ ‫ا‬‫م‬َ‫ل‬‫ا‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬‫ل‬‫س‬‫ب‬َّ‫ي‬‫َل‬ ُ ‫ا‬‫ل‬‫بر‬ ّ
‫َل‬‫م‬‫ي‬‫ح‬ ُ
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” (QS. Asy-Syuraa: 11). (Lihat: Mu’taqad Ahlus Sunnah wal Jama’ah fi Tauhidil Asma’ wash
Shifat, karya Prof. Dr. Muhammad bin Khalifah at-Tamimi, hal 31)
4. Melaksanakan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-larangan
yang diharamkan-Nya. Ini adalah salah satu tanda rasa cinta seorang hamba kepada Rabbnya. (Ad-
Durar as-Saniyyah bi Fawaid al-Arba’in an-Nawawiyah, karya Dr. Bandar al-‘Abdaly,‫م‬hal‫م‬37).‫م‬Allah‫م‬
berfirman,
‫ا‬‫ح‬‫ا‬‫ل‬ْ ‫ا‬‫ح‬‫ن‬ّ‫ى‬ ‫ا‬‫ح‬‫ب‬‫ل‬‫ت‬‫ح‬‫د‬‫ل‬‫ا‬ ‫بَنما‬‫ي‬ ّْ‫ل‬ْ ‫ا‬
‫م‬ ‫ي‬
ُ ‫ي‬ّ‫ا‬َ‫ل‬َّ‫ي‬‫ي‬ْ‫ه‬‫م‬‫ف‬ ‫ا‬
‫ل‬‫ب‬‫ل‬‫ك‬‫ح‬‫ي‬ّ‫ي‬‫ح‬ْ‫ل‬ِ ‫ا‬
‫ل‬ ‫ي‬
ُ ‫ا‬‫ح‬‫ر‬ّ‫و‬‫ح‬‫ف‬‫م‬ِ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬‫ح‬‫ب‬‫ل‬‫ك‬‫م‬ ‫ا‬
‫ل‬‫ا‬‫ل‬ُ‫ا‬‫ح‬‫ب‬‫ل‬‫ك‬‫م‬ٍَ ‫ا‬
‫ل‬ ‫ي‬
ُ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬ََِّ‫ل‬‫و‬‫م‬ٌ
‫ا‬
َ‫ب‬‫ب‬ ّ‫ن‬‫م‬ِّ * ‫ا‬‫ح‬‫ا‬‫ل‬ْ َُ‫ل‬َ‫ب‬ُّ‫م‬ِ ‫ا‬
‫م‬ ‫ي‬
ُ ‫ا‬‫م‬‫ل‬َ‫ل‬ْ‫ي‬‫ر‬ ُ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬‫ح‬‫ن‬ّ‫ن‬‫م‬‫ف‬ ُ ‫ح‬َ‫ي‬ ‫م‬َ‫م‬ْ ‫ا‬‫ي‬‫ن‬ّ‫ن‬‫م‬‫ف‬ ‫ا‬
‫م‬ ‫ي‬
ُ ْ ‫ا‬‫ب‬‫ح‬ ّْ‫ل‬ِ ‫ا‬
ّ‫ف‬‫ه‬‫م‬‫ك‬‫ح‬ ُ‫ِاما‬ ّ
‫ر‬
“Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah, “Ta’atilah Allah
dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (QS.
Ali Imran: 31-32)
Hal-hal yang wajib contohnya: mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan ramadhan,
berdakwah kepada agama Allah dan lain-lain. Contoh larangan-larangan: syirik, berzina, bermain
judi, dan lain sebagainya.
5. Tidak rela melihat larangan-Nya dilanggar, serta merasa bahagia jika melihat para hamba-Nya
taat dalam menjalankan perintah-Nya (Ta’zhim Qadr ash-Sholah, II/692).
© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/262-agama-adalah-nasihat-1.html
Referensi:
1. Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim. Cetakan pertama, Tahun 1433 H. Abu Zakariya Yahya bin Syarf An
Nawawi. Penerbit Dar Ibni Hazm.
2. Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam. Cetakan kesepuluh, Tahun 1432 H. Ibnu Rajab Al-Hambali. Tahqiq: Syaikh
Syu’aib Al-Arnauth dan Ibrahim Bajis. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
3. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah Al-Mukhtashar. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Syaikh Dr. Sa’ad bin
Nashir Asy-Syatsri. Penerbit Dar Kunuz Isybiliya.
4. Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit
Madarul Wathon.
Sumber https://rumaysho.com/17481-hadits-arbain-07-agama-adalah-nasihat.html
Sumber https://rumaysho.com/17481-hadits-arbain-07-agama-adalah-nasihat.html
© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/262-agama-adalah-nasihat-1.html
Berusaha Menghindari Sumber Pendapatan yang Haram
‫ب‬ِ‫س‬ْ‫م‬ِِ ‫ب‬
ِ ‫ه‬
ِ ‫ب‬ِ‫ر‬َّ‫ح‬ْ‫م‬‫ه‬‫ن‬ ِ ‫لا‬ ‫َّر‬ ‫ح‬ِ‫مي‬
‫ا‬
‫ل‬ْ‫ح‬َ‫م‬ْ‫ح‬ ُ ‫ا‬
ّ ٰ ّ
ِ ‫ا‬‫ح‬َِّّ‫ي‬ ُ ‫مه‬‫د‬ٰ‫ى‬ْ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬ُِ‫م‬ِ ‫ّاى‬ ‫ه‬‫م‬‫م‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ه‬‫ي‬‫د‬‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬‫م‬َّّْ‫م‬‫ت‬‫ح‬‫ا‬‫م‬‫د‬ّ ‫ا‬
َ ‫م‬
ْ ‫ح‬َ‫م‬ ‫ا‬‫ح‬‫ن‬‫م‬ُ ‫مه‬‫د‬ٰ‫ى‬ْ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬
‫ل‬ ٰ
ُ ‫ا‬
‫ا‬
‫ل‬‫ا‬ ‫م‬
‫ص‬‫ي‬‫َل‬ ُ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬
‫ل‬‫ا‬ ‫م‬
‫ص‬‫ي‬‫َل‬ ُ ‫م‬‫ا‬ ‫ع‬‫م‬‫ل‬‫م‬‫ى‬ ‫ا‬ّ‫ش‬ ‫م‬‫ر‬‫ح‬‫ف‬‫م‬ِ ‫ا‬َّ‫ه‬‫م‬‫ب‬ّ‫ي‬‫ح‬‫ا‬‫م‬ ُ ‫حاما‬‫ب‬ّ‫ل‬‫م‬ْ ‫ح‬‫ر‬‫ل‬َ‫ي‬ ُ ‫م‬‫ا‬ ، ‫مه‬‫د‬ّ‫ي‬‫ب‬ّ‫ي‬‫م‬‫ا‬ ‫مه‬‫د‬ّ‫ي‬‫ح‬‫ب‬ّ‫ي‬‫م‬‫ن‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬ُْ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ي‬‫ل‬‫م‬ ‫ع‬‫م‬‫ل‬‫م‬‫ى‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬
ِّّ ِ ‫ا‬
ّ‫ي‬‫ْح‬‫م‬‫ب‬ ‫م‬‫اا‬
ِّ ‫حاما‬‫ب‬َّ‫م‬َ‫ي‬‫نح‬‫م‬ِ ،
‫ا‬‫ح‬‫ا‬‫م‬‫م‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬‫ح‬‫ب‬‫ل‬‫ا‬‫م‬َّ‫ي‬‫م‬ْ ‫ا‬ُ‫هن‬‫م‬‫َل‬‫نح‬ّ‫ن‬ٍّ ‫ع‬‫م‬ ّ‫ى‬ ‫ا‬ّ‫ا‬ ‫ح‬َ‫م‬ِ ‫ا‬ّ‫حا‬ِّ‫ي‬ْ ُ ، ‫ه‬‫ي‬‫م‬‫م‬ِ ‫ا‬
‫ل‬ْ‫ح‬َ‫م‬ٍ
‫ا‬
ّ‫ي‬ ‫م‬ِّ ُ ‫رحا‬ ‫م‬‫ر‬‫ح‬‫ف‬ ‫ا‬‫ح‬‫ي‬ّ ‫ا‬ّ
ِّ‫ح‬ْ‫م‬‫ب‬ ‫ا‬‫ح‬‫ي‬ّ ‫ح‬‫ّر‬‫ي‬‫َل‬‫م‬ِ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬‫ح‬َّ ّ
‫ر‬‫ح‬‫م‬‫م‬ِ ‫ا‬‫ح‬‫ا‬‫ل‬‫ل‬‫ُنح‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬
ُ‫ا‬‫م‬ْ‫ح‬‫ة‬‫ل‬‫ى‬ ‫ا‬‫ح‬‫ا‬ّ‫م‬ ‫ا‬‫ح‬‫ي‬ّ‫ا‬‫ه‬‫م‬‫َل‬ّ ‫ا‬‫ح‬َ‫ل‬‫ا‬‫م‬‫ة‬‫ح‬‫و‬‫م‬ِ ‫ا‬‫ح‬‫ي‬ّ ‫ح‬َ‫م‬ْ
Kebutuhan hidup manusia, kesehariannya dipenuhi melalui interaksi dan transaksi ekonomi. Dalam
berinteraksi dan bertransaksi harus didasari pemahaman terhadap ilmu bermuamalah secara
syariyyah, agar tidak terjerumus ke jalan yang salah.
Pengertian muamalah secara umum yaitu : setiap hubungan antara manusia, pergaulan antara
manusia. Secara khusus, muamalah dimaksudkan untuk transaksi jual beli, hutang piutang dan
transaksi ekonomi lainnya. Hal paling mendasar yang harus dipahami pertama kali sebelum
menjalankan muamalah dalah mentauhidkan Allah. Bahwa dalam berikhtiar mencari rezeki haruslah
didasari niat mengharapkan ridho & barakah dari Allah. Prinsip ini menjadi pondasi yang kuat dan
lurus bagi tahap berikutnya, yaitu memahami dan menerapkan konsep muamalah.
#Allah Ta’ala, berfirman :
ِ
‫ن‬َّ
‫ّلل‬ ٰ
‫َّه‬ ‫ّلل‬
‫و‬َ ‫َّر‬
ِ
َّ ِ
‫ق‬ َّ ‫ذ‬‫و‬ ْ ِ
‫و‬َّ
‫ة‬
َّ ْ ‫م‬
َ
‫ت‬‫ي‬ ‫ّلل‬ ‫ة‬
َّ
“Sungguh Allah, Dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (QS.
Az-Zariyat 51: Ayat 58)
# Allah Ta’ala, berfirman : ‫و‬ ‫ّلل‬‫م‬ ‫ّلل‬
‫ذ‬
‫م‬
‫ن‬‫م‬ َ
‫ا‬
ِ
ََّّ
‫ّلل‬
ٍ
ْ
‫ي‬ ‫ْل‬
‫أ‬ ‫م‬
‫ر‬
‫ّلل‬ ‫م‬
َّ
ِ
َ‫ا‬ ‫ّلل‬‫ل‬
‫ّلل‬
َ‫ى‬
َ
‫َّه‬ ‫و‬
‫ّلل‬
‫ز‬‫ق‬
‫م‬
َّ ‫ْل‬
‫ر‬
“Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezkinya” (Huud: 6)
# Allah Ta’ala, berfirman : ‫و‬
‫ّلل‬
‫ز‬
‫ـ‬
‫ا‬
َ
‫ُّو‬
‫ه‬َ
‫ا‬
‫ّلل‬
‫ن‬
‫م‬
‫ا‬ْ
َ
َّ َّ‫و‬َ ‫ّلل‬‫م‬
‫و‬
َّ َّ‫و‬َّ
ِ
‫َّو‬
‫ّلل‬ ٰ
‫َّه‬ َّ ‫م‬
‫ذ‬‫ر‬
‫ّلل‬
‫و‬ ‫ّلل‬
‫ذ‬ ‫و‬ ‫ّلل‬‫م‬ ‫ّلل‬
ِ
‫ّلل‬
َّ
‫ّلل‬
‫ن‬‫م‬ َّ‫و‬
‫ر‬َ
‫ب‬ٰٓ َّ
‫م‬
‫ن‬َّ ُ ‫م‬
‫ت‬‫ي‬
‫م‬
َ ‫ّلل‬ْ ‫م‬
َ
‫ت‬َ‫م‬
‫م‬
ْ ‫ـ‬‫م‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang beriman.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 278).
Dalam mencari rezeki, kebanyakan kita mencarinya asalkan dapat, namun tidak
peduli halal dan haramnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jauh-jauh hari sudah
mengatakan,
ُ‫ء‬ْ
‫ر‬ َ‫م‬
ْ
‫ال‬ ِ
‫اَل‬َ‫ب‬ُ‫ي‬
َ
‫ال‬ ‫ان‬ َ‫م‬
َ
‫ز‬ ِ
‫اس‬
َّ
‫الن‬
َ
‫َّل‬ َ‫ع‬ َّ َ
‫ي‬ِ‫ت‬
ْ
‫أ‬َ‫ي‬
َ
‫ل‬
ٍ
‫ام‬َ
‫ر‬ َ
‫ح‬ ْ
‫ن‬ ِ
‫م‬ ْ
‫م‬
َ
‫أ‬ ٍ
‫ل‬
َ
‫ال‬ َ
‫ح‬ ْ
‫ن‬ ِ
‫م‬
َ
‫أ‬ ، َ‫ال‬ َ‫م‬
ْ
‫ال‬
َ
‫ذ‬
َ
‫خ‬
َ
‫أ‬ ‫ا‬ َ‫م‬ِ‫ب‬
“Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta,
apakah dari usaha yang halal atau yang haram.” (HR. Bukhari no. 2083, dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu).
Akhirnya ada yang jadi budak dunia. Pokoknya dunia diperoleh tanpa pernah peduli aturan. Inilah mereka
yang disebut dalam hadits,
ِ
‫ار‬
َ
‫ين‬
ِّ
‫الد‬
ُ
‫د‬ْ‫ب‬ َ‫ع‬ َ
‫س‬ ِ
‫ع‬
َ
‫ت‬
ْ
‫م‬
َ
‫ل‬
َ
‫ط‬ ْ‫ع‬ُ‫ي‬ ْ
‫م‬
َ
‫ل‬
ْ
‫ن‬ِ‫إ‬ َ
‫و‬ ، َ ِ
‫ض‬ َ
‫ر‬ َ ِ
‫ِط‬ ْ‫ع‬
ُ
‫أ‬
ْ
‫ن‬ِ‫إ‬ ، ِ‫ة‬ َ
‫يص‬ ِ
‫م‬
َ
‫خ‬
ْ
‫ال‬ َ
‫و‬ ِ‫ة‬
َ
‫يف‬ ِ
‫ط‬
َ
‫ق‬
ْ
‫ال‬ َ
‫و‬ ِ
‫م‬
َ
‫ه‬ ْ
‫ر‬
ِّ
‫الد‬ َ
‫و‬
َ
‫ض‬ْ
‫ر‬َ‫ي‬
“Celakalah wahai budak dinar, dirham, qothifah (pakaian yang memiliki beludru), khomishoh (pakaian
berwarna hitam dan ada bintik-bintik merah). Jika ia diberi, maka ia rida. Jika ia tidak diberi, maka ia tidak
rida.” (HR. Bukhari, no. 2886, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).
Sumber https://rumaysho.com/22549-tujuh-dampak-harta-haram.html
Apa saja dampak dari harta haram.
Memakan harta haram berarti mendurhakai Allah dan mengikuti langkah setan.
Dalam surah Al-Baqarah disebutkan,
‫ي‬َ‫ا‬ ‫ي‬ َ
‫ي‬ُّ‫ه‬
َ
‫ا‬ ‫ا‬‫ل‬
‫ين‬
‫ا‬
‫س‬ ُ ُُ
‫ل‬
ُ
‫ل‬
‫ا‬ ‫ي‬ ‫ا‬‫م‬ َّ
‫ا‬ ‫ا‬ َّ
ِ
‫ي‬ ‫ا‬‫ْل‬
‫أ‬ َ
‫ر‬
َ َ
ُ ‫ا‬
َ
‫َل‬
َ
‫ل‬ َ
‫ا‬ ‫ي‬َ‫ي‬ِّ‫ب‬
َ
‫ا‬ ‫ا‬
َ
‫َل‬ َ
‫ا‬ ُُ ‫ل‬ََّّ‫ي‬
‫ا‬
ُ
َ
‫ا‬ ‫ا‬ َّ
‫ُط‬ َ
ُ
‫ل‬
‫ت‬
‫ل‬
ِ ‫ا‬َّ
‫يش‬
َ
‫ت‬ََ
‫ا‬
‫ن‬ ُ‫اا‬ ‫ا‬
‫ل‬
‫ن‬
‫ا‬
‫ه‬َُّ ‫ا‬َ
‫ك‬
‫ل‬
‫م‬
َ
‫ا‬َ
‫ا‬
‫ل‬
‫و‬
َ
ٌّ ‫ا‬ُِ ِ
‫ي‬َّ
‫ل‬‫ا‬
“Hai‫ا‬sekalian‫ا‬manusia,‫ا‬makanlah‫ا‬yang‫ا‬halal‫ا‬lagi‫ا‬baik‫ا‬dari‫ا‬apa‫ا‬yang‫ا‬terdapat‫ا‬di‫ا‬bumi,‫ا‬dan‫ا‬
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh‫ا‬yang‫ا‬nyata‫ا‬bagimu.”‫(ا‬QS.‫ا‬Al-Baqarah: 168)
Hadits Arba'in Nawawiyah ke-6 berisi penjelasan tentang Halal, Haram, dan Syubhat. Syubhat
yaitu antara haram dan halal. Syubhat sebaiknya dihindari atau tidak diamalkan. Rasulullah juga
menerangkan tentang hati (al-qoblu) sebagai penentu perbuatan baik-buruk seseorang.
Hati-hati dengan syubhat dan jaga hatimu.
ِ‫ه‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬ َ‫ع‬ ُ‫هللا‬
‫ى‬
‫َّل‬ َ
‫ص‬ ِ‫هللا‬ َ‫ل‬ ْ
‫و‬ ُ
‫س‬ َ
‫ر‬
ُ
‫ت‬ ْ‫ع‬ ِ
‫م‬ َ
‫س‬ : َ‫ال‬
َ
‫ق‬ ‫ا‬ َ‫م‬ ُ
‫ه‬
ْ
‫ن‬ َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ
‫ي‬ ِ
‫ض‬ َ
‫ر‬ ٍ
ْ
‫َب‬ ِ
‫ش‬َ‫ب‬ ِ
‫ن‬ْ‫ب‬ ‫ان‬ َ‫م‬ ْ‫ع‬
ُّ
‫الن‬ ِ‫هللا‬ ِ
‫د‬ْ‫ب‬ َ‫ع‬ ‫ي‬ ِ
‫ب‬
َ
‫أ‬ ْ
‫ن‬ َ‫ع‬
َ
‫و‬
َ
‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫آل‬
ُ‫ل‬ ْ
‫و‬
ُ
‫ق‬َ‫ي‬ َ
‫م‬
‫ى‬
‫ل‬ َ
‫س‬
َّ
‫الن‬ َ
‫ن‬ ِ
‫م‬ ْ
‫َب‬ِ‫ث‬
َ
‫ك‬ َّ
‫ن‬ ُ
‫ه‬ ُ‫م‬
َ
‫ل‬ ْ‫ع‬َ‫ي‬
َ
‫ال‬ ‫ات‬ َ
‫ه‬ِ‫ب‬
َ
‫ت‬
ْ
‫ش‬ ُ‫م‬‫ر‬ ْ
‫و‬ ُ‫م‬
ُ
‫أ‬ ‫ا‬ َ‫م‬ ُ
‫ه‬
َ
‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ َ
‫و‬ ِّ
‫ي‬َ‫ب‬ َ
‫ام‬َ
‫حر‬
َ
‫ال‬
َّ
‫ن‬ِ‫إ‬ َ
‫و‬ ِّ
‫ي‬َ‫ب‬ َ‫ل‬
َ
‫ال‬ َ
‫الح‬
َّ
‫ن‬ِ‫إ‬ :
َ
‫ه‬ُ‫ب‬
ُّ
‫الش‬
َُ
َ
َّ
‫ات‬ ِ
‫ن‬ َ‫م‬
َ
َ ِ
‫اس‬
ِ
‫د‬
َ
‫ق‬
َ
َ ِ
‫ات‬
‫ي‬ ِ
‫ف‬ َ‫ع‬
َ
‫ق‬ َ
‫و‬ ِ
‫ات‬ َ
‫ه‬ُ‫ب‬
ُّ
‫الش‬ ‫ي‬ ِ
‫ف‬ َ‫ع‬
َ
‫ق‬ َ
‫و‬ ْ
‫ن‬ َ‫م‬ َ
‫و‬ ِ‫ه‬ ِ
‫ض‬ْ
‫ر‬ ِ‫ع‬ َ
‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ن‬ْ‫ي‬ ِ
‫د‬ِ‫ل‬
َ
‫أ‬َ ْ
‫َب‬
َ
‫ت‬ ْ
‫اس‬
ِ‫ه‬ْ‫ي‬ َِ َ‫ع‬
َ
‫ت‬ْ
‫ر‬َ‫ي‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬
ُ
‫ك‬ ِ
ِ ْ
‫و‬ُ‫ي‬ َ
َ ِ
‫الح‬ َ‫ل‬ ْ
‫و‬ َ
‫ح‬
َ
ِْ
‫ر‬َ‫ي‬ ‫ي‬ ِ
ِ‫ا‬َّ
‫الر‬
َ
‫ك‬ ِ
‫ام‬َ
‫ر‬ َ
‫الح‬
َّ
‫ال‬
َ
‫أ‬
َ
‫ح‬
ُ
‫ل‬ َ
‫ص‬
ْ
‫ت‬ َ
‫ح‬
ُ
‫ل‬ َ
‫ص‬ ‫ا‬
َ
‫ذ‬ِ‫إ‬
‫ى‬
‫ة‬
َ
‫غ‬
ْ
‫ض‬ ُ‫م‬ ِ
‫د‬ َ
‫س‬ َ
‫الج‬ ‫ي‬ ِ
‫ف‬
َّ
‫ن‬ِ‫إ‬ َ
‫و‬
َ
‫َل‬
َ
‫أ‬
ُ
‫ه‬ ُ‫م‬ِ
‫ار‬ َ
‫ح‬ َ‫م‬ ِ‫هللا‬ َ
َ ِ
‫ح‬
َّ
‫ن‬ِ‫إ‬ َ
‫و‬
َ
‫ال‬
َ
‫أ‬ ‫ى‬
َ ِ
‫ح‬ ٍ
‫ك‬ِ‫ل‬ َ‫م‬ ِّ‫ل‬
ُ
‫ك‬ِ‫ل‬
َّ
‫ن‬ِ‫إ‬ ِ
‫و‬
‫ا‬
َ
‫ذ‬ِ‫إ‬ َ
‫و‬
ُ
‫ه‬
ُّ
‫ل‬
ُ
‫ك‬
ُ
‫د‬ َ
‫س‬ َ
‫الج‬
َ
‫س‬ َ
‫الج‬
َ
‫د‬ َ
‫س‬
َ
َ
ْ
‫ت‬
َ
‫د‬ َ
‫س‬
َ
َ
ُ
‫ب‬
ْ
‫ل‬
َ
‫الق‬ َ
‫ي‬ ِ
‫ه‬ َ
‫و‬
َ
‫َل‬
َ
‫أ‬
ُ
‫ه‬
ُّ
‫ل‬
ُ
‫ك‬
ُ
‫د‬
–
‫اه‬ َ
‫و‬ َ
‫ر‬
‫ي‬ِ
‫ار‬
َ
‫خ‬‫الب‬
‫م‬ِ‫ل‬ ْ
‫س‬‫م‬ َ
‫و‬
Dari Abu ‘Abdillah An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ia mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat
perkara syubhat–yang masih samar–yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang
menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya.
Barangsiapa yang terjerumus ke dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram.
Sebagaimana ada penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir
menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini
adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya. Ingatlah di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia
baik, maka seluruh jasad akan ikut baik. Jika ia rusak, maka seluruh jasad akan ikut rusak. Ingatlah
segumpal daging itu adalah hati (jantung).” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari no. 2051 dan Muslim
no. 1599]
Sumber https://rumaysho.com/17476-hadits-arbain-06-hati-hati-dengan-syubhat-dan-jaga-hati.html
(HR Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Faedah Hadits
Pertama: Ada tiga hukum yang disebutkan dalam hadits di atas, yaitu (1) halal, (2) haram, dan (3) syubhat.
Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah mengatakan, “Hukum itu dibagi menjadi tiga macam dan pembagian
seperti ini benar. Karena sesuatu bisa jadi ada dalil tegas yang menunjukkan adanya perintah dan
ancaman keras jika ditinggalkan. Ada juga sesuatu yang terdapat dalil untuk meninggalkan dan terdapat
ancaman jika dilakukan. Ada juga sesuatu yang tidak ada dalil tegas apakah halal atau haram. Yang
pertama adalah perkara halal yang telah jelas dalilnya. Yang kedua adalah perkara haram yang telah jelas
dalilnya. Makna dari bagian hadits “halal itu jelas”, yang dimaksud adalah tidak butuh banyak penjelasan
dan setiap orang sudah memahaminya. Yang ketiga adalah perkara syubhat yang tidak diketahui apakah
halal atau haram.” (Fath Al-Bari, 4: 291).
Sedangkan masalah (problem) dibagi menjadi empat macam:
1. Yang memiliki dalil bolehnya, maka boleh diamalkan dalil bolehnya.
2. Yang memiliki dalil pengharaman, maka dijauhi demi mengamalkan dalil larangan.
3. Yang terdapat dalil boleh dan haramnya sekaligus. Maka inilah masalah mutasyabih (yang masih samar).
Menurut mayoritas ulama, yang dimenangkan adalah pengharamannya.
4. Yang tidak terdapat dalil boleh, juga tidak terdapat dalil larangan, maka ini kembali ke kaedah hukum
asal. Hukum asal ibadah adalah haram. Sedangkan dalam masalah adat dan muamalah adalah halal dan
boleh. (Lihat Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah Al-Mukhtashar karya Syaikh Sa’ad bin Nashir Asy-Syatsri,
hlm. 64)
Kedua: Kebanyakan orang tidak mengetahui perkara syubhat karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyebutkan ‘kebanyakan orang tidak mengetahui perkara tersebut’. Perkaran syubhat ini sering
ditemukan oleh para ulama dalam bab jual beli karena perkara tersebut dalam jual beli amatlah banyak.
Perkara ini juga ada sangkut pautnya dengan nikah, buruan, penyembelihan, makanan, minuman dan
selain itu. Sebagian ulama sampai-sampai melarang penggunaan kata halal dan haram secara mutlak
kecuali pada perkara yang benar-benar ada dalil tegas yang tidak butuh penafsiran lagi. Jika dikatakan
kebanyakan orang tidak mengetahuinya, maka ini menunjukkan bahwa sebagian dari mereka ada yang
tahu. Demikian kami ringkaskan dari perkataan Ibnu Hajar dalam Fath Al-Bari, 4:291.
Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir Asy Syatsri hafizahullah mengatakan, “Perkara yang syubhat (samar) itu
muncul karena beberapa sebab, bisa jadi karena kebodohan, atau tidak adanya penelusuran lebih jauh
mengenai dalil syar’i, begitu pula bisa jadi karena tidak mau merujuk pada perkataan ulama yang kokoh
ilmunya.” (Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah Al-Mukhtashar, hlm. 63)
Ketiga: Kesamaran (perkara syubhat) bisa saja terjadi pada perselisihan ulama. Hal ini ditinjau dari
keadaan orang awam. Namun kaedah syar’iyah yang wajib bagi orang awam untuk mengamalkannya
ketika menghadapi perselisihan para ulama setelah ia meneliti dan mengkaji adalah ia kuatkan pendapat-
pendapat yang ada sesuai dengan ilmu dan kewara’an, juga ia bisa memilih pendapat yang dipilih oleh
mayoritas ulama. Karena pendapat kebanyakan ulama itu lebih dekat karena seperti syari’at. Dan
perkataan orang yang lebih berilmu itu lebih dekat pada kebenaran karena bisa dinilai sebagai syari’at.
Begitu pula perkataan ulama yang lebih wara’ (mempunyai sikap kehati-hatian), itu lebih baik diikuti
karena serupa dengan syari’at.“ Lihat penjelasan beliau dalam Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah Al-
Mukhtashar karya Syaikh Sa’ad bin Nashir Asy-Syatsri, hal. 65.
Intinya, kalau orang awam tidak bisa menguatkan pendapat ketika menghadapi perselisihan ulama, maka
hendaknya ia tinggalkan perkara yang masih samar tersebut. Jika ia sudah yakin setelah menimbang-
nimbang dan melihat dalil, maka ia pilih pendapat yang ia yakini.
Keempat: Ada dua manfaat meninggalkan perkara syubhat. Disebutkan dalam hadits, “Barangsiapa yang
menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya.” Dari
dua faedah ini, Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizahullah mengatakan, “Dari sini menunjukkan bahwa
janganlah kita tergesa-gesa sampai jelas suatu perkara.” Lihat Al-Minhah Ar-Rabbaniyah fii Syarh Al-
Arba’in An-Nawawiyyah, hlm. 106.
Kelima: Hadits ini menunjukkan bahwa jika seseorang bermudah-mudahan dan seenaknya saja memilih
yang ia suka padahal perkara tersebut masih samar hukumnya, maka ia bisa jadi terjerumus dalam
keharaman.
Ibnu Daqiq Al-‘Ied mengatakan bahwa orang yang terjerumus dalam syubhat bisa terjatuh pada yang
haram dilihat dari dua sisi: (1) barangsiapa yang tidak bertakwa pada Allah lalu ia mudah-mudahan
memilih suatu yang masih syubhat (samar), itu bisa mengantarkannya pada yang haram, (2) kebanyakan
orang yang terjatuh dalam syubhat, gelaplah hatinya karena hilang dari dirinya cahaya ilmu dan cahaya
sifat wara’, jadinya ia terjatuh dalam keharaman dalam keadaan ia tidak tahu. Bisa jadi ia berdosa karena
sikapnya yang selalu meremehkan. Lihat Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah, penjelasan Ibnu Daqiq Al ‘Ied,
hlm. 49.
Namun catatan yang perlu diperhatikan, sebagian orang mengatakan bahwa selama masih ada khilaf
(perselisihan ulama), maka engkau boleh memilih pendapat mana saja yang engkau suka. Kami katakan,
“Tidak demikian”. Khilaf ulama tidak menjadikan kita seenaknya saja memilih pendapat yang kita suka.
Namun hendaknya kita pilih mana yang halal atau haram yang kita yakini. Karena jika sikap kita semacam
tadi, dapat membuat kita terjatuh dalam keharaman. Lihat Al-Minhah Ar-Rabbaniyah fii Syarh Al-Arba’in
An-Nawawiyyah, hlm. 107.
Keenam: Jika perkaranya syubhat (samar), maka sepatutnya ditinggalkan. Karena jika seandainya
kenyataan bahwa perkara tersebut itu haram, maka ia berarti telah berlepas diri. Jika ternyata halal, maka
ia telah diberi ganjaran karena meninggalkannya untuk maksud semacam itu. Karena asalnya, perkara
tersebut ada sisi bahaya dan sisi bolehnya.” (Fath Al-Bari, 4:291)
Ketujuh: Para ulama katakan bahwa hati adalah malikul a’dhoo (rajanya anggota badan), sedangkan
anggota badan adalah junuduhu (tentaranya). Lihat Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:210.
Kedelapan: Para ulama mengungkapkan baiknya hati dengan istilah yang berbeda sebagai berikut:
1. Yang dimaksud baiknya hati adalah rasa takut kepada Allah dan siksa-Nya.
2. Yang dimaksud adalah niat yang ikhlas karena Allah, ia tidak melangkahkan dirinya dalam ibadah
melainkan dengan niat taqorrub kepada Allah, dan ia tidak meninggalkan maksiat melainkan untuk
mencari ridha Allah.
3. Yang dimaksud adalah rasa cinta kepada Allah, juga cinta pada wali Allah dan mencintai ketaatan.
Kesembilan: Rusaknya hati adalah dengan terjerumus pada perkara syubhat, terjatuh dalam maksiat
dengan memakan yang haram. Bahkan seluruh maksiat bisa merusak hati, seperti dengan memandang
yang haram, mendengar yang haram. Jika seseorang melihat sesuatu yang haram, maka rusaklah hatinya.
Jika seseorang mendengar yang haram seperti mendengar nyanyian dan alat musik, maka rusaklah
hatinya. Hendaklah kita melakukan sebab supaya baik hati kita. Namun baiknya hati tetap di tangan Allah.
Lihat Al-Minhah Ar-Rabbaniyah fii Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah, hlm. 110.
Semoga Allah terus memberikan ketakwaan kepada kita.
Sumber https://rumaysho.com/17476-hadits-arbain-06-hati-hati-dengan-syubhat-dan-jaga-hati.html
© Jika halal-haram tidak diperhatikan, dampak jeleknya begitu luar biasa. Kali ini
kita akan lihat apa saja dampak dari harta haram.
Pertama: Memakan harta haram berarti mendurhakai Allah dan mengikuti langkah
setan.
Dalam surah Al-Baqarah disebutkan,
ْ
‫م‬
ُ
‫ك‬
َ
‫ل‬
ُ
‫ه‬
َّ
‫ن‬ِ‫إ‬ ۚ ِ
‫ان‬
َ
‫ط‬ْ‫ي‬
َّ
‫الش‬ ِ
‫ات‬ َ
‫و‬
ُ
‫ط‬
ُ
‫خ‬ ‫وا‬ ُ‫ع‬ِ‫ب‬
َّ
‫ت‬
َ
‫ت‬
َ
‫َل‬ َ
‫و‬ ‫ا‬ً‫ب‬ِّ‫ي‬
َ
‫ط‬
‫ى‬
‫َل‬
َ
‫َل‬ َ
‫ح‬ ِ
‫ض‬ ْ
‫ر‬
َ ْ
‫اِل‬ ‫ي‬ ِ
‫ف‬ ‫ا‬ َّ‫م‬ ِ
‫م‬ ‫وا‬
ُ
‫ل‬
ُ
‫ك‬ ُ
‫اس‬
َّ
‫الن‬ ‫ا‬ َ
‫ه‬ُّ‫ي‬
َ
‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬
‫ي‬ِ‫ب‬ ُ‫م‬ ٌّ
‫و‬
ُ
‫د‬ َ‫ع‬
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168)
Disebutkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Badai’ Al-Fawaid (3:381-385), ada
beberapa langkah setan dalam menyesatkan manusia, jika langkah pertama tidak bisa, maka
akan beralih pada langkah selanjutnya dan seterusnya:
Sumber https://rumaysho.com/22549-tujuh-dampak-harta-haram.html
Disebutkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Badai’ Al-Fawaid (3:381-385), ada
beberapa langkah setan dalam menyesatkan manusia, jika langkah pertama tidak bisa, maka
akan beralih pada langkah selanjutnya dan seterusnya:
Langkah pertama: Diajak pada kekafiran, kesyirikan, serta memusuhi Allah dan Rasul-Nya.
Langkah kedua: Diajak pada amalan yang tidak ada tuntunan (bidah).
Langkah ketiga: Diajak pada dosa besar (al-kabair).
Langkah keempat: Diajak dalam dosa kecil (ash-shaghair).
Langkah kelima: Disibukkan dengan perkara mubah (yang sifatnya boleh, tidak ada pahala dan
tidak ada sanksi di dalamnya) hingga berlebihan.
Langkah keenam: Disibukkan dalam amalan yang kurang afdal, padahal ada amalan yang lebih
afdal.
Sumber https://rumaysho.com/22549-tujuh-dampak-harta-haram.html
Kedua: Akan membuat kurang semangat dalam beramal saleh
Dalam ayat disebutkan,
‫ا‬ َ
‫ه‬ُّ‫ي‬
َ
‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬
‫يم‬ِ‫ل‬ َ‫ع‬
َ
‫ون‬
ُ
‫ل‬ َ‫م‬ ْ‫ع‬
َ
‫ت‬ ‫ا‬ َ‫م‬ِ‫ب‬ ‫ي‬
ِّ
‫ب‬ِ‫إ‬ ‫ا‬ ً
‫ح‬ِ‫ال‬ َ
‫ص‬ ‫وا‬
ُ
‫ل‬ َ‫م‬ ْ‫اع‬ َ
‫و‬ ِ
‫ات‬َ‫ب‬ِّ‫ي‬
َّ
‫الط‬ َ
‫ن‬ ِ
‫م‬ ‫وا‬
ُ
‫ل‬
ُ
‫ك‬ ُ‫ل‬ ُ
‫س‬ُّ
‫الر‬
“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang thayyib (yang baik), dan kerjakanlah amal yang saleh.
Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mu’minun: 51). Yang dimaksud
dengan makan yang thayyib di sini adalah makan yang halal sebagaimana disebutkan oleh Sa’id bin
Jubair dan Adh-Dhahak. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim karya Ibnu Katsir, 5:462.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah Ta’ala pada ayat ini memerintahkan para rasul ‘alaihimush
sholaatu was salaam untuk memakan makanan yang halal dan beramal saleh. Penyandingan dua perintah
ini adalah isyarat bahwa makanan halal adalah yang menyemangati melakukan amal saleh.” (Tafsir Al-
Qur’an Al-‘Azhim, 5:462).
Ketiga: Memakan harta haram adalah kebiasaan buruk orang Yahudi.
Sebagaimana disebutkan dalam ayat,
‫ي‬ ِ
‫ف‬
َ
‫ون‬ ُ‫ع‬ِ
‫ار‬ َ
‫س‬ُ‫ي‬ ْ
‫م‬ ُ
‫ه‬
ْ
‫ن‬ ِ
‫م‬ ‫ا‬ً
‫َب‬ِ‫ث‬
َ
‫ك‬ ٰ
‫ى‬ َ
‫ر‬
َ
‫ت‬ َ
‫و‬
َ
‫ون‬
ُ
‫ل‬ َ‫م‬ ْ‫ع‬َ‫ي‬ ‫وا‬
ُ
‫ان‬
َ
‫ك‬‫ا‬ َ‫م‬ َ
‫س‬
ْ
‫ئ‬ِ‫ب‬
َ
‫ل‬ ۚ
َ
‫ت‬ ْ
‫ح‬ ُّ
‫الس‬ ُ
‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬
ْ
‫ك‬
َ
‫أ‬ َ
‫و‬ ِ
‫ان‬ َ
‫و‬
ْ
‫د‬ ُ‫ع‬
ْ
‫ال‬ َ
‫و‬ ِ
‫م‬
ْ
‫ث‬ ِ
ْ
‫اْل‬
‫وا‬
ُ
‫ان‬
َ
‫ك‬‫ا‬ َ‫م‬ َ
‫س‬
ْ
‫ئ‬ِ‫ب‬
َ
‫ل‬ ۚ
َ
‫ت‬ ْ
‫ح‬ ُّ
‫الس‬ ُ
‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬
ْ
‫ك‬
َ
‫أ‬ َ
‫و‬ َ
‫م‬
ْ
‫ث‬ ِ
ْ
‫اْل‬ ُ
‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ ْ
‫و‬
َ
‫ق‬ ْ
‫ن‬ َ‫ع‬ ُ
‫ار‬َ‫ب‬ ْ
‫ح‬
َ ْ
‫اِل‬ َ
‫و‬
َ
‫ون‬ُّ‫ي‬ِ‫ان‬َّ‫ب‬ َّ
‫الر‬ ُ
‫م‬
ُ
‫اه‬ َ
‫ه‬
ْ
‫ن‬َ‫ي‬
َ
‫َل‬ ْ
‫و‬
َ
‫ل‬
َ
‫ون‬ ُ‫ع‬
َ
‫ن‬ ْ
‫ص‬َ‫ي‬
“Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa,
permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu.
Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan
perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan
itu.” (QS. Al-Maidah: 62-63)
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan bahwa rabbaniyyun adalah para ulama yang menjadi pelayan
melayani rakyatnya. Sedangkan ahbar hanyalah sebagai ulama. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 3:429.
Ayat berikut membicarakan kebiasaan Yahudi yang memakan riba,
‫ى‬
‫َب‬ِ‫ث‬
َ
‫ك‬ ِ
‫ى‬
‫اَّلل‬ ِ
‫يل‬ِ‫ب‬ َ
‫س‬ ْ
‫ن‬ َ‫ع‬ ْ
‫م‬ ِ
‫ه‬
ِّ
‫د‬ َ
‫ص‬ِ‫ب‬ َ
‫و‬ ْ
‫م‬ ُ
‫ه‬
َ
‫ل‬
ْ
‫ت‬
‫ى‬
‫ل‬ ِ
‫ح‬
ُ
‫أ‬ ٍ
‫ات‬َ‫ب‬ِّ‫ي‬
َ
‫ط‬ ْ
‫م‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬ َ‫ع‬ ‫ا‬
َ
‫ن‬ ْ‫م‬َّ
‫ر‬ َ
‫ح‬ ‫وا‬
ُ
‫اد‬
َ
‫ه‬ َ
‫ين‬ ِ
‫ذ‬
‫ى‬
‫ال‬ َ
‫ن‬ ِ
‫م‬ ٍ
‫م‬
ْ
‫ل‬
ُ
‫ظ‬ِ‫ب‬
َ
َ
ِّ
‫الر‬ ُ
‫م‬ ِ
‫ه‬ ِ
‫ذ‬
ْ
‫خ‬
َ
‫أ‬ َ
‫و‬ , 
َ‫ب‬
ْ
‫د‬
َ
‫ق‬ َ
‫و‬ ‫ا‬
‫ا‬ ً‫يم‬ِ‫ل‬
َ
‫أ‬ ‫ا‬ً‫اب‬
َ
‫ذ‬ َ‫ع‬ ْ
‫م‬ ُ
‫ه‬
ْ
‫ن‬ ِ
‫م‬ َ
‫ين‬ِ
‫ر‬ َِ‫ا‬
َ
‫ك‬
ْ
‫ل‬ِ‫ل‬ ‫ا‬
َ
‫ن‬
ْ
‫د‬
َ
‫ت‬ ْ‫ع‬
َ
‫أ‬ َ
‫و‬ ۚ ِ
‫ل‬ ِ
‫اط‬َ‫ب‬
ْ
‫ال‬ِ‫ب‬ ِ
‫اس‬
َّ
‫الن‬ َ‫ال‬ َ
‫و‬ ْ‫م‬
َ
‫أ‬ ْ
‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬
ْ
‫ك‬
َ
‫أ‬ َ
‫و‬
ُ
‫ه‬
ْ
‫ن‬ َ‫ع‬ ‫وا‬ ُ
‫ه‬
ُ
‫ن‬
“Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-
baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari
jalan Allah. Dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya mereka telah dilarang
daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” (QS. An-Nisaa’: 160-
161)
Ibnu Katsir mengatakan bahwa Allah telah melarang riba pada kaum Yahudi, namun mereka
menerjangnya dan mereka memakan riba tersebut. Mereka pun melakukan pengelabuan untuk bisa
menerjang riba. Itulah yang dilakukan mereka memakan harta manusia dengan cara yang batil. (Lihat
Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 3:273).
Siapa yang mengambil riba bahkan melakukan tipu daya dan akal-akalan supaya riba itu menjadi halal,
berarti ia telah mengikuti jejak kaum Yahudi. Dan inilah yang sudah diisyaratkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ
‫ر‬ ِ
‫ذ‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ ً‫اع‬ َ
‫ر‬ ِ
‫ذ‬ َ
‫و‬ ٍ
ْ
‫َب‬ ِ
‫ش‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ً ْ
‫َب‬ ِ
ِ ، ‫ا‬ َ
‫ه‬
َ
‫ل‬ْ‫ب‬
َ
‫ق‬ ِ
‫ون‬ ُ
‫ر‬
ُ
‫ق‬
ْ
‫ال‬ ِ
‫ذ‬
ْ
‫خ‬
َ
‫أ‬ِ‫ب‬ ِ
ُ
‫ب‬ َّ‫م‬
ُ
‫أ‬
َ
‫ذ‬
ُ
‫خ‬
ْ
‫أ‬
َ
‫ت‬ َُّ
‫ب‬ َ
‫ح‬
ُ
‫ة‬ َ‫اع‬ َّ
‫الس‬ ُ
‫وم‬
ُ
‫ق‬
َ
‫ت‬
َ
‫ال‬
ٍ
‫اع‬
ِ
‫ى‬
‫اَّلل‬ َ‫ول‬ ُ
‫س‬ َ
‫ر‬ ‫ا‬َ‫ي‬ َ‫يل‬ ِ
‫ق‬
َ
َ .
َ
‫س‬ِ
‫ار‬
َ
‫ف‬
َ
‫ك‬
َ‫ال‬
َ
‫ق‬
َ
َ . ِ
‫وم‬ ُّ
‫الر‬ َ
‫و‬
َ
‫ك‬ِ‫ئ‬
َ
‫ول‬
ُ
‫أ‬
َّ
‫ال‬ِ‫إ‬ ُ
‫اس‬
َّ
‫الن‬ ِ
‫ن‬ َ‫م‬ َ
‫و‬
“Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal,
sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apakah
mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?”
(HR. Bukhari, no. 7319)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ٍّ
‫ب‬
َ
‫ض‬ ِ
‫ر‬ ْ
‫ح‬ ُ
‫ج‬ ِ
‫ف‬ ‫وا‬
ُ
‫ل‬
َ
‫خ‬
َ
‫د‬ ْ
‫و‬
َ
‫ل‬ َُّ
‫ب‬ َ
‫ح‬ ٍ
‫اع‬َ
‫ر‬ ِ
‫ذ‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ ً‫اع‬ َ
‫ر‬ ِ
‫ذ‬ َ
‫و‬ ٍ
ْ
‫َب‬ ِ
‫ش‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ً ْ
‫َب‬ ِ
ِ ْ
‫م‬
ُ
‫ك‬ِ‫ل‬ْ‫ب‬
َ
‫ق‬ ْ
‫ن‬ ِ
‫م‬ َ
‫ين‬ ِ
‫ذ‬
‫ى‬
‫ال‬ َ َ
‫ي‬ َ
‫س‬ َّ
‫ن‬ ُ‫ع‬ِ‫ب‬
َّ
‫ت‬
َ
‫ت‬
َ
‫ل‬
ْ
‫ن‬ َ‫م‬
َ
َ : َ‫ال‬
َ
‫ق‬ ‫ى‬ َ
‫ار‬ َ
‫ص‬
َّ
‫الن‬ َ
‫و‬
َ
‫ود‬ ُ
‫ه‬َ‫ي‬
ْ
‫آل‬ ِ
‫ى‬
‫اَّلل‬ َ‫ول‬ ُ
‫س‬ َ
‫ر‬ ‫ا‬َ‫ي‬ ‫ا‬
َ
‫ن‬
ْ
‫ل‬
ُ
‫ق‬ ,  ْ
‫م‬
ُ
‫وه‬ ُ‫م‬
ُ
‫ت‬ ْ‫ع‬َ‫ب‬
َّ
‫ت‬
َ
‫ال‬
“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta
demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -
pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang
diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim, no. 2669).
Ibnu Taimiyah menjelaskan, tidak diragukan lagi bahwa umat Islam ada yang kelak akan mengikuti jejak
Yahudi dan Nashrani dalam sebagian perkara. Lihat Majmu’ah Al-Fatawa, 27: 286.
Keempat: Badan yang tumbuh dari harta yang haram akan berhak disentuh api
neraka.
Yang pernah dinasihati oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Ka’ab,
َ
‫ة‬َ
‫ر‬ ْ
‫ج‬ ُ‫ع‬ َ
‫ن‬ْ‫ب‬ ُ
‫ب‬ ْ‫ع‬
َ
‫ك‬‫ا‬َ‫ي‬
ِ‫ه‬ِ‫ب‬
َ
‫َل‬ ْ
‫و‬
َ
‫أ‬ ُ
‫ار‬
َّ
‫الن‬ ِ
‫ت‬
َ
‫ان‬
َ
‫ك‬
َّ
‫ال‬ِ‫إ‬ ٍ
‫ت‬ ْ
‫ح‬ ُ
‫س‬ ْ
‫ن‬ ِ
‫م‬
َ
‫ت‬َ‫ب‬
َ
‫ن‬ ‫م‬ ْ
‫ح‬
َ
‫ل‬‫و‬ُ‫ب‬ ْ
‫ر‬َ‫ي‬
َ
‫ال‬
ُ
‫ه‬
َّ
‫ن‬ِ‫إ‬
“Wahai Ka’ab bin ‘Ujroh, sesungguhnya daging badan yang tumbuh berkembang dari sesuatu yang haram
akan berhak dibakar dalam api neraka.” (HR. Tirmidzi, no. 614. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa
sanad hadits ini hasan).
Kelima: Doa sulit dikabulkan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ
‫ر‬ َ‫م‬
َ
‫أ‬ َ‫هللا‬
َّ
‫ن‬ِ‫إ‬ َ
‫و‬ ،
ً
‫با‬ِّ‫ي‬
َ
‫ط‬
َّ
‫ال‬ِ‫إ‬ ُ‫ل‬َ‫ب‬
ْ
‫ق‬َ‫ي‬
َ
‫ال‬ ‫ب‬ِّ‫ي‬
َ
‫ط‬ َ‫هللا‬
َّ
‫ن‬ِ‫إ‬
َ
‫ن‬ ِ
‫م‬ ‫ا‬ ْ
‫و‬
ُ
‫ل‬
ُ
‫ك‬ ُ‫ل‬ ُ
‫س‬ُّ
‫الر‬ ‫ا‬ َ
‫ه‬ُّ‫ي‬
َ
‫أ‬ ‫ا‬َ‫{ي‬ َ‫ال‬
َ
‫ق‬
َ
َ َ ْ
‫ي‬ِ‫ل‬ َ
‫س‬ْ
‫ر‬ ُ‫الم‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ َ
‫ر‬ َ‫م‬
َ
‫أ‬ ‫ا‬ َ‫م‬ِ‫ب‬ َ ْ
‫ي‬ِ‫ن‬ ِ
‫م‬
ْ
‫ؤ‬ ُ‫الم‬
ْ
‫م‬
ُ
‫اك‬
َ
‫ن‬
ْ
‫ق‬
َ
‫ز‬ َ
‫ر‬ ‫ا‬ َ‫م‬ ِ
‫ات‬َ‫ب‬ِّ‫ي‬
َ
‫ط‬ ْ
‫ن‬ ِ
‫م‬ ‫وا‬
ُ
‫ل‬
ُ
‫ك‬‫وا‬
ُ
‫ن‬ َ‫آم‬ َ
‫ن‬ْ‫ي‬
ِّ
‫الذ‬ ‫ا‬ َ
‫ه‬ُّ‫ي‬
َ
‫أ‬ ‫ا‬َ‫{ي‬
َ
‫اَل‬ َ‫ع‬
َ
‫ت‬ َ‫ال‬
َ
‫ق‬ َ
‫و‬ }‫ا‬ ً
‫ح‬ِ‫ال‬ َ
‫ص‬ ‫وا‬
ُ
‫ل‬ َ‫م‬ ْ‫اع‬ َ
‫و‬ ِ
‫ات‬َ‫ب‬ِّ‫ي‬
َّ
‫الط‬
ُ‫ي‬ َ‫ل‬ ُ
‫ج‬َّ
‫الر‬ َ
‫ر‬
َ
‫ك‬
َ
‫ذ‬ َّ
‫م‬
ُ
‫ث‬ }
ُ‫ل‬ْ‫ي‬ ِ
‫ط‬
َّ
‫الس‬
ِ
‫ذ‬
ُ
‫غ‬ َ
‫و‬ ‫ام‬َ
‫ر‬ َ
‫ح‬
ُ
‫ه‬ ُ
‫س‬َ‫ب‬
ْ
‫ل‬ َ‫م‬ َ
‫و‬‫ام‬َ
‫ر‬ َ
‫ح‬
ُ
‫ه‬ ُ‫م‬ َ‫ع‬
ْ
‫ط‬ َ‫م‬ َ
‫و‬ ، ِّ
‫ب‬ َ
‫ر‬ ‫ا‬َ‫ي‬ ِّ
‫ب‬ َ
‫ر‬ ‫ا‬َ‫ي‬ : ِ‫اء‬ َ‫م‬ َّ
‫الس‬
َ
‫َل‬ِ‫إ‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬
َ
‫د‬َ‫ي‬
ُّ
‫د‬ ُ‫م‬َ‫ي‬ َ َ
‫َب‬
ْ
‫غ‬
َ
‫أ‬
َ
‫ث‬ َ‫ع‬
ْ
ِ
َ
‫أ‬ َ
‫ر‬
َ
‫ف‬
َّ
‫ب‬
َ
‫أ‬
َ
َ ِ
‫ام‬َ
‫ر‬ َ
‫الح‬ِ‫ب‬ َ
‫ي‬
‫ه‬
َ
‫ل‬ ُ
‫اب‬ َ
‫ج‬
َ
‫ت‬ ْ
‫س‬ُ‫ي‬
‘Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik (thayyib), tidak menerima kecuali yang baik (thayyib). Dan
sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kaum mukminin seperti apa yang diperintahkan kepada para
Rasul. Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah
amal shalih.’ (QS. Al-Mu’minun: 51). Dan Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman!
Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu.’ (QS. Al-Baqarah: 172). Kemudian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan seseorang yang lama bepergian; rambutnya kusut, berdebu, dan
menengadahkan kedua tangannya ke langit, lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, wahai Rabbku.’ Padahal
makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia dikenyangkan dari yang haram,
bagaimana mungkin doanya bisa terkabul.” (HR. Muslim, no. 1015)
Empat sebab terkabulnya doa sudah ada pada orang ini yaitu:
1. Keadaan dalam perjalanan jauh (safar).
2. Meminta dalam keadaan sangat butuh (genting).
3. Menengadahkan tangan ke langit.
4. Memanggil Allah dengan panggilan “Yaa Rabbii” (wahai Rabb-ku) atau memuji Allah dengan menyebut
nama dan sifat-Nya, misalnya: “Yaa Dzal Jalaali wal Ikraam” (wahai Rabb yang memiliki keagungan dan
kemuliaan), “Yaa Mujiibas Saa’iliin” (wahai Rabb yang Mengabulkan doa orang yang meminta kepada-
Mu), dan lain-lain.
Sumber https://rumaysho.com/22549-tujuh-dampak-harta-haram.html
Keenam: Harta haram membuat kaum muslimin jadi mundur dan hina
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ ‫ى‬
‫اَّلل‬
َ
‫ط‬
‫ى‬
‫ل‬ َ
‫س‬
َ
‫اد‬ َ
‫ه‬ ِ
‫ج‬
ْ
‫ال‬ ُ
‫م‬
ُ
‫ت‬
ْ
‫ك‬َ
‫ر‬
َ
‫ت‬ َ
‫و‬ ِ
‫ع‬ْ
‫ر‬ َّ
‫الز‬ِ‫ب‬ ْ
‫م‬
ُ
‫يت‬ ِ
‫ض‬ َ
‫ر‬ َ
‫و‬ ِ
‫ر‬
َ
‫ق‬َ‫ب‬
ْ
‫ال‬ َ
‫اب‬
َ
‫ن‬
ْ
‫ذ‬
َ
‫أ‬ ْ
‫م‬
ُ
‫ت‬
ْ
‫ذ‬
َ
‫خ‬
َ
‫أ‬ َ
‫و‬ ِ‫ة‬
َ
‫ين‬ ِ
‫ع‬
ْ
‫ال‬ِ‫ب‬ ْ
‫م‬
ُ
‫ت‬ ْ‫ع‬َ‫اي‬َ‫ب‬
َ
‫ت‬ ‫ا‬
َ
‫ذ‬ِ‫إ‬
َ
‫ال‬
‫ل‬
‫ال‬
ُ
‫ذ‬ ْ
‫م‬
ُ
‫ك‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬ َ‫ع‬
َُّ
‫ب‬ َ
‫ح‬
ُ
‫ه‬ ُ‫ع‬ِ
ْ
‫َب‬َ‫ي‬
ْ
‫م‬
ُ
‫ك‬ِ‫ين‬ ِ
‫د‬
َ
‫َل‬ِ‫إ‬ ‫وا‬ ُ‫ع‬ ِ
‫ج‬ْ
‫ر‬
َ
‫ت‬
“Jika kalian berjual beli dengan cara ‘inah (salah satu transaksi riba), mengikuti ekor sapi (maksudnya: sibuk
dengan peternakan), ridha dengan bercocok tanam (maksudnya: sibuk dengan pertanian) dan
meninggalkan jihad (yang saat itu fardhu ‘ain), maka Allah akan menguasakan kehinaan atas kalian. Allah
tidak akan mencabutnya dari kalian hingga kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Daud, no.
3462. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih. Lihat ‘Aunul Ma’bud, 9:242).
Ketujuh: Karena harta haram banyak musibah dan bencana terjadi
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِ‫هللا‬ َ
‫اب‬
َ
‫ذ‬ َ‫ع‬ ْ
‫م‬ ِ‫ه‬ ِ
‫س‬
ُ
‫ف‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ ْ
‫و‬
ُّ
‫ل‬ َ
‫ح‬
َ
‫أ‬
ْ
‫د‬
َ
‫ق‬
َ
َ ٍ‫ة‬َ‫ي‬ ْ
‫ر‬
َ
‫ق‬ ‫ي‬ ِ
‫ف‬ ‫ا‬َ‫ب‬ ِّ
‫الر‬ َ
‫و‬
َ
‫نا‬ِّ
‫الز‬ َ
‫ر‬ َ
‫ه‬
َ
‫ظ‬ ‫ا‬
َ
‫ذ‬ِ‫إ‬
“Apabila telah marak perzinaan dan praktek ribawi di suatu negeri, maka sungguh penduduk negeri
tersebut telah menghalalkan diri mereka untuk diadzab oleh Allah.” (HR. Al-Hakim. Beliau mengatakan
bahwa sanad hadits ini shahih. Imam Adz-Dzahabi mengatakan, hadits ini shahih. Syaikh Al-Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan lighairi sebagaimana disebut dalam Shahih At-Targhib wa Tarhib, no.
1859).
Semoga Allah mengaruniakan kepada kita rezeki yang halal.
Sumber https://rumaysho.com/22549-tujuh-dampak-harta-haram.html
materi liqo.docx
materi liqo.docx

More Related Content

Similar to materi liqo.docx

HADITS NASEHAT.pptx
HADITS NASEHAT.pptxHADITS NASEHAT.pptx
HADITS NASEHAT.pptxzahra436391
 
Keutamaan tafaqquh fiddin
Keutamaan tafaqquh fiddinKeutamaan tafaqquh fiddin
Keutamaan tafaqquh fiddinmhd amin omar
 
محاضرة 1 Ajaran dan Tasawuf UTD 1022....
محاضرة 1 Ajaran dan Tasawuf UTD 1022....محاضرة 1 Ajaran dan Tasawuf UTD 1022....
محاضرة 1 Ajaran dan Tasawuf UTD 1022....MuhammadHanif283579
 
2. akidah teras pembangunan muslim
2. akidah teras pembangunan muslim2. akidah teras pembangunan muslim
2. akidah teras pembangunan muslimShahirah Said
 
Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)
Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)
Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)Nurul Ashwad
 
Sifat sifat ahlus_sunnah
Sifat sifat ahlus_sunnahSifat sifat ahlus_sunnah
Sifat sifat ahlus_sunnahmasnan
 
Kedudukan, fungsi dan tujuan mentoring dalam dakwah
Kedudukan, fungsi dan tujuan mentoring dalam dakwahKedudukan, fungsi dan tujuan mentoring dalam dakwah
Kedudukan, fungsi dan tujuan mentoring dalam dakwahUniversity of Sriwijaya
 
Follow Your Prophet, Follow The Truth
Follow Your Prophet, Follow The TruthFollow Your Prophet, Follow The Truth
Follow Your Prophet, Follow The Truthsalma banin
 
Antara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyahAntara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyahpebriyanti
 
Menimbang sosok ideal seorang da
Menimbang sosok ideal seorang daMenimbang sosok ideal seorang da
Menimbang sosok ideal seorang daMuhsin Hariyanto
 
1. ilmu, ijtihad & jihad 2
1. ilmu, ijtihad & jihad 21. ilmu, ijtihad & jihad 2
1. ilmu, ijtihad & jihad 2Abdul Aziz
 
01 sekilas tentang ahlissunnah wal jama’ah
01 sekilas tentang ahlissunnah wal  jama’ah01 sekilas tentang ahlissunnah wal  jama’ah
01 sekilas tentang ahlissunnah wal jama’ahaliwaqiah
 
Islamic Unity - by Felix Siauw
Islamic Unity - by Felix SiauwIslamic Unity - by Felix Siauw
Islamic Unity - by Felix SiauwSuryono .
 
Penutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Penutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ahPenutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Penutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ahRa Hardianto
 
Kategori fiqih
Kategori fiqihKategori fiqih
Kategori fiqihabu_dzikri
 

Similar to materi liqo.docx (20)

HADITS NASEHAT.pptx
HADITS NASEHAT.pptxHADITS NASEHAT.pptx
HADITS NASEHAT.pptx
 
TIGA LANDASAN UTAMA
TIGA LANDASAN UTAMATIGA LANDASAN UTAMA
TIGA LANDASAN UTAMA
 
Keutamaan tafaqquh fiddin
Keutamaan tafaqquh fiddinKeutamaan tafaqquh fiddin
Keutamaan tafaqquh fiddin
 
محاضرة 1 Ajaran dan Tasawuf UTD 1022....
محاضرة 1 Ajaran dan Tasawuf UTD 1022....محاضرة 1 Ajaran dan Tasawuf UTD 1022....
محاضرة 1 Ajaran dan Tasawuf UTD 1022....
 
2. akidah teras pembangunan muslim
2. akidah teras pembangunan muslim2. akidah teras pembangunan muslim
2. akidah teras pembangunan muslim
 
Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)
Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)
Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)
 
Sifat sifat ahlus_sunnah
Sifat sifat ahlus_sunnahSifat sifat ahlus_sunnah
Sifat sifat ahlus_sunnah
 
Kedudukan, fungsi dan tujuan mentoring dalam dakwah
Kedudukan, fungsi dan tujuan mentoring dalam dakwahKedudukan, fungsi dan tujuan mentoring dalam dakwah
Kedudukan, fungsi dan tujuan mentoring dalam dakwah
 
Follow Your Prophet, Follow The Truth
Follow Your Prophet, Follow The TruthFollow Your Prophet, Follow The Truth
Follow Your Prophet, Follow The Truth
 
Antara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyahAntara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyah
 
URGENSI MEMBINA.pptx
URGENSI MEMBINA.pptxURGENSI MEMBINA.pptx
URGENSI MEMBINA.pptx
 
Menimbang sosok ideal seorang da
Menimbang sosok ideal seorang daMenimbang sosok ideal seorang da
Menimbang sosok ideal seorang da
 
1. ilmu, ijtihad & jihad 2
1. ilmu, ijtihad & jihad 21. ilmu, ijtihad & jihad 2
1. ilmu, ijtihad & jihad 2
 
01 sekilas tentang ahlissunnah wal jama’ah
01 sekilas tentang ahlissunnah wal  jama’ah01 sekilas tentang ahlissunnah wal  jama’ah
01 sekilas tentang ahlissunnah wal jama’ah
 
Islamic Unity - by Felix Siauw
Islamic Unity - by Felix SiauwIslamic Unity - by Felix Siauw
Islamic Unity - by Felix Siauw
 
Metode penyebaran islam
Metode penyebaran islamMetode penyebaran islam
Metode penyebaran islam
 
Akhlak Mulia
Akhlak MuliaAkhlak Mulia
Akhlak Mulia
 
Penutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Penutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ahPenutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Penutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
 
Sistem khalifah - Slide pendek
Sistem khalifah - Slide pendekSistem khalifah - Slide pendek
Sistem khalifah - Slide pendek
 
Kategori fiqih
Kategori fiqihKategori fiqih
Kategori fiqih
 

More from Neneng Rohayati

Perkembangan_teori_atom.ppt
Perkembangan_teori_atom.pptPerkembangan_teori_atom.ppt
Perkembangan_teori_atom.pptNeneng Rohayati
 
PPT KIMIA X BAB 3 KSP.ppt
PPT KIMIA X BAB 3 KSP.pptPPT KIMIA X BAB 3 KSP.ppt
PPT KIMIA X BAB 3 KSP.pptNeneng Rohayati
 
menentukan periode dan golongan dari subkulit (1).ppt
menentukan periode dan golongan dari subkulit (1).pptmenentukan periode dan golongan dari subkulit (1).ppt
menentukan periode dan golongan dari subkulit (1).pptNeneng Rohayati
 
2-1-Hukum-hukum_Dasar_Kimia.pdf
2-1-Hukum-hukum_Dasar_Kimia.pdf2-1-Hukum-hukum_Dasar_Kimia.pdf
2-1-Hukum-hukum_Dasar_Kimia.pdfNeneng Rohayati
 
menentukan periode dan golongan dari subkulit (1).ppt
menentukan periode dan golongan dari subkulit (1).pptmenentukan periode dan golongan dari subkulit (1).ppt
menentukan periode dan golongan dari subkulit (1).pptNeneng Rohayati
 
PPT KIMIA X BAB 3 KSP (1).ppt
PPT KIMIA X BAB 3 KSP (1).pptPPT KIMIA X BAB 3 KSP (1).ppt
PPT KIMIA X BAB 3 KSP (1).pptNeneng Rohayati
 
DAFTAR_EVALUASI_DIRI_KERJA_GURU.docx
DAFTAR_EVALUASI_DIRI_KERJA_GURU.docxDAFTAR_EVALUASI_DIRI_KERJA_GURU.docx
DAFTAR_EVALUASI_DIRI_KERJA_GURU.docxNeneng Rohayati
 
tutorialgoogleclassroom-170820115341-dikonversi.ppt
tutorialgoogleclassroom-170820115341-dikonversi.ppttutorialgoogleclassroom-170820115341-dikonversi.ppt
tutorialgoogleclassroom-170820115341-dikonversi.pptNeneng Rohayati
 
TUTORIAL Membuat animasi tangan dengan Sparkol Videoscribe.ppt
TUTORIAL Membuat animasi tangan dengan Sparkol Videoscribe.pptTUTORIAL Membuat animasi tangan dengan Sparkol Videoscribe.ppt
TUTORIAL Membuat animasi tangan dengan Sparkol Videoscribe.pptNeneng Rohayati
 
Neneng Rohayati_Demonstrasi Konstekstual - Pendidikan yang Memerdekakan.doc.ppt
Neneng Rohayati_Demonstrasi Konstekstual - Pendidikan yang Memerdekakan.doc.pptNeneng Rohayati_Demonstrasi Konstekstual - Pendidikan yang Memerdekakan.doc.ppt
Neneng Rohayati_Demonstrasi Konstekstual - Pendidikan yang Memerdekakan.doc.pptNeneng Rohayati
 
LDKS ATTAQWA بسم الله الرمن الرحيم.pptx
LDKS ATTAQWA بسم الله الرمن الرحيم.pptxLDKS ATTAQWA بسم الله الرمن الرحيم.pptx
LDKS ATTAQWA بسم الله الرمن الرحيم.pptxNeneng Rohayati
 

More from Neneng Rohayati (14)

Perkembangan_teori_atom.ppt
Perkembangan_teori_atom.pptPerkembangan_teori_atom.ppt
Perkembangan_teori_atom.ppt
 
PPT KIMIA X BAB 3 KSP.ppt
PPT KIMIA X BAB 3 KSP.pptPPT KIMIA X BAB 3 KSP.ppt
PPT KIMIA X BAB 3 KSP.ppt
 
menentukan periode dan golongan dari subkulit (1).ppt
menentukan periode dan golongan dari subkulit (1).pptmenentukan periode dan golongan dari subkulit (1).ppt
menentukan periode dan golongan dari subkulit (1).ppt
 
Kajian_Hadits_ke_7.pdf
Kajian_Hadits_ke_7.pdfKajian_Hadits_ke_7.pdf
Kajian_Hadits_ke_7.pdf
 
2-1-Hukum-hukum_Dasar_Kimia.pdf
2-1-Hukum-hukum_Dasar_Kimia.pdf2-1-Hukum-hukum_Dasar_Kimia.pdf
2-1-Hukum-hukum_Dasar_Kimia.pdf
 
Kajian_Hadits_ke_7.pdf
Kajian_Hadits_ke_7.pdfKajian_Hadits_ke_7.pdf
Kajian_Hadits_ke_7.pdf
 
menentukan periode dan golongan dari subkulit (1).ppt
menentukan periode dan golongan dari subkulit (1).pptmenentukan periode dan golongan dari subkulit (1).ppt
menentukan periode dan golongan dari subkulit (1).ppt
 
PPT KIMIA X BAB 3 KSP (1).ppt
PPT KIMIA X BAB 3 KSP (1).pptPPT KIMIA X BAB 3 KSP (1).ppt
PPT KIMIA X BAB 3 KSP (1).ppt
 
LARUTAN PENYANGGA.pptx
LARUTAN PENYANGGA.pptxLARUTAN PENYANGGA.pptx
LARUTAN PENYANGGA.pptx
 
DAFTAR_EVALUASI_DIRI_KERJA_GURU.docx
DAFTAR_EVALUASI_DIRI_KERJA_GURU.docxDAFTAR_EVALUASI_DIRI_KERJA_GURU.docx
DAFTAR_EVALUASI_DIRI_KERJA_GURU.docx
 
tutorialgoogleclassroom-170820115341-dikonversi.ppt
tutorialgoogleclassroom-170820115341-dikonversi.ppttutorialgoogleclassroom-170820115341-dikonversi.ppt
tutorialgoogleclassroom-170820115341-dikonversi.ppt
 
TUTORIAL Membuat animasi tangan dengan Sparkol Videoscribe.ppt
TUTORIAL Membuat animasi tangan dengan Sparkol Videoscribe.pptTUTORIAL Membuat animasi tangan dengan Sparkol Videoscribe.ppt
TUTORIAL Membuat animasi tangan dengan Sparkol Videoscribe.ppt
 
Neneng Rohayati_Demonstrasi Konstekstual - Pendidikan yang Memerdekakan.doc.ppt
Neneng Rohayati_Demonstrasi Konstekstual - Pendidikan yang Memerdekakan.doc.pptNeneng Rohayati_Demonstrasi Konstekstual - Pendidikan yang Memerdekakan.doc.ppt
Neneng Rohayati_Demonstrasi Konstekstual - Pendidikan yang Memerdekakan.doc.ppt
 
LDKS ATTAQWA بسم الله الرمن الرحيم.pptx
LDKS ATTAQWA بسم الله الرمن الرحيم.pptxLDKS ATTAQWA بسم الله الرمن الرحيم.pptx
LDKS ATTAQWA بسم الله الرمن الرحيم.pptx
 

Recently uploaded

HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 

Recently uploaded (20)

HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 

materi liqo.docx

  • 1. Hadits Arbain ke-7 : Agama Adalah Nasihat ▬▬•◇✿◇•▬▬ ‫ب‬ِ‫س‬ْ‫م‬ِِ ‫ب‬ ِ ‫ه‬ ِ ‫ب‬ِ‫ر‬َّ‫ح‬ْ‫م‬‫ه‬‫ن‬ ِ ‫لا‬ ‫َّر‬ ‫ح‬ِ‫مي‬ ‫ا‬ ‫ل‬ْ‫ح‬َ‫م‬ْ‫ح‬ ُ ‫ا‬ ّ ٰ ّ ِ ‫ا‬‫ح‬َِّّ‫ي‬ ُ ‫مه‬‫د‬ٰ‫ى‬ْ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬ُِ‫م‬ِ ‫ّاى‬ ‫ه‬‫م‬‫م‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ه‬‫ي‬‫د‬‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬‫م‬َّّْ‫م‬‫ت‬‫ح‬‫ا‬‫م‬‫د‬ّ ‫ا‬ َ ‫م‬ ْ ‫ح‬َ‫م‬ ‫ا‬‫ح‬‫ن‬‫م‬ُ ‫مه‬‫د‬ٰ‫ى‬ْ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ل‬ ٰ ُ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫م‬ ‫ص‬‫ي‬‫َل‬ ُ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫م‬ ‫ص‬‫ي‬‫َل‬ ُ ‫م‬‫ا‬ ‫ع‬‫م‬‫ل‬‫م‬‫ى‬ ‫ا‬ّ‫ش‬ ‫م‬‫ر‬‫ح‬‫ف‬‫م‬ِ ‫ا‬َّ‫ه‬‫م‬‫ب‬ّ‫ي‬‫ح‬‫ا‬‫م‬ ُ ‫حاما‬‫ب‬ّ‫ل‬‫م‬ْ ‫ح‬‫ر‬‫ل‬َ‫ي‬ ُ ‫م‬‫ا‬ ، ‫مه‬‫د‬ّ‫ي‬‫ب‬ّ‫ي‬‫م‬‫ا‬ ‫مه‬‫د‬ّ‫ي‬‫ح‬‫ب‬ّ‫ي‬‫م‬‫ن‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬ُْ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ي‬‫ل‬‫م‬ ‫ع‬‫م‬‫ل‬‫م‬‫ى‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬ ِّّ ِ ‫ا‬ ّ‫ي‬‫ْح‬‫م‬‫ب‬ ‫م‬‫اا‬ ِّ ‫حاما‬‫ب‬َّ‫م‬َ‫ي‬‫نح‬‫م‬ِ ، ‫ا‬‫ح‬‫ا‬‫م‬‫م‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬‫ح‬‫ب‬‫ل‬‫ا‬‫م‬َّ‫ي‬‫م‬ْ ‫ا‬ُ‫هن‬‫م‬‫َل‬‫نح‬ّ‫ن‬ٍّ ‫ع‬‫م‬ ّ‫ى‬ ‫ا‬ّ‫ا‬ ‫ح‬َ‫م‬ِ ‫ا‬ّ‫حا‬ِّ‫ي‬ْ ُ ، ‫ه‬‫ي‬‫م‬‫م‬ِ ‫ا‬ ‫ل‬ْ‫ح‬َ‫م‬ٍ ‫ا‬ ّ‫ي‬ ‫م‬ِّ ُ ‫رحا‬ ‫م‬‫ر‬‫ح‬‫ف‬ ‫ا‬‫ح‬‫ي‬ّ ‫ا‬ّ ِّ‫ح‬ْ‫م‬‫ب‬ ‫ا‬‫ح‬‫ي‬ّ ‫ح‬‫ّر‬‫ي‬‫َل‬‫م‬ِ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬‫ح‬َّ ّ ‫ر‬‫ح‬‫م‬‫م‬ِ ‫ا‬‫ح‬‫ا‬‫ل‬‫ل‬‫ُنح‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬ ُ‫ا‬‫م‬ْ‫ح‬‫ة‬‫ل‬‫ى‬ ‫ا‬‫ح‬‫ا‬ّ‫م‬ ‫ا‬‫ح‬‫ي‬ّ‫ا‬‫ه‬‫م‬‫َل‬ّ ‫ا‬‫ح‬َ‫ل‬‫ا‬‫م‬‫ة‬‫ح‬‫و‬‫م‬ِ ‫ا‬‫ح‬‫ي‬ّ ‫ح‬َ‫م‬ْ Nasihat secara bahasa berasal dari kata an-nushu yang berarti al-khulush (murni). Secara istilah, nasihat ialah suatu ungkapan untuk menyatakan keinginan berbuat baik kepada orang yang dinasihati. Allah SWT mensyariatkan kaum Muslimin untuk saling menasihati, sebagaimana tertulis dalam firman-Nya: ''... dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.'' (QS Al-Ashr [103]: 3). Ayat-ayat lain tentang nasihat juga terdapat dalam Alquran, misalnya, dalam QS Al-A'raf [7] ayat 62 dan 69. Surat Al-A’raf Ayat 62 ‫رَّب‬ِ‫بح‬ِّ‫س‬َّ‫ك‬ْ‫م‬َّ َِّ‫ب‬ْ‫س‬ِّ‫ل‬َّ ‫ِّب‬‫ر‬َّ‫ب‬ َّ َِّ‫أب‬ِ‫ن‬َِّ‫ِبن‬‫ل‬ََّ‫ك‬ََّ‫م‬ ِ ‫بن‬ْ‫س‬ِّ‫ل‬ِّ‫م‬ِ‫ن‬‫ك‬َِِّّ ‫بٱ‬ ِ ‫ه‬ ِ‫ِرَّبب‬ِّ‫ح‬َّ‫ك‬ْ‫ع‬َّ‫ل‬‫ب‬ َّ ُ‫نب‬َّ‫ح‬ Arab-Latin: Uballigukum risālāti rabbī wa anṣaḥu lakum wa a'lamu minallāhi mā lā ta'lamụn Artinya: "Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasehat kepadamu. dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui". Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-A’raf Ayat 62 Nabi nuh kemudian menegaskan tugasnya sebagai utusan Allah dengan berkata, aku tak kenal lelah menyampaikan kepadamu amanat tuhanku, yakni perintah dan larangan-Nya, memberi nasihat dan tuntunan kepadamu untuk kebahagiaanmu di dunia dan di akhirat, dan aku mengetahui persoalan agama dan hal-hal yang gaib melalui wahyu dari Allah apa yang tidak bisa kamu ketahui. Selanjutnya nabi nuh berkata, dan herankah, tidak percayakah, kamu bahwa ada peringatan yang datang dari tuhanmu melalui perantaraan seorang laki-laki dari kalanganmu sendiri, yakni dari anggota masyarakatmu yang kamu tahu keturunan dan kejujurannya, untuk memberi peringatan kepadamu dengan azab apabila kamu ingkar dan agar kamu bertakwa mengikuti perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya, sehingga kamu mendapat rahmat dari Allah dan terhindar dari siksa-Nya. Tidaklah pantas kamu heran, bahkan meragukan kebenaran ajaran yang aku bawa setelah datang bukti dan keterangan yang jelas kepadamu. Surat Al-A’raf Ayat 69 ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ء‬ۤ‫ا‬َ‫ج‬ ْ‫ن‬َ‫ا‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ب‬ ِ‫َج‬‫ع‬َ‫و‬َ‫ا‬ ُ‫ن‬ ِ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ق‬ ِ‫د‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ْْۢ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ء‬ۤ‫ا‬َ‫ف‬َ‫ل‬ُ‫خ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ ْ‫ذ‬ِ‫ا‬ ‫ا‬ ْْٓ‫و‬ُ‫ُر‬‫ك‬ْ‫ذ‬‫ا‬َ‫و‬ ْْۗ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ِر‬‫ذ‬ْ‫ن‬ُ‫ي‬ِ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ِِّ‫م‬ ٍ‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ ‫ى‬ٰ‫َل‬‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِِّ‫ب‬َّ‫ر‬ ْ‫ن‬ِِّ‫م‬ ٌ‫ْر‬‫ك‬ِ‫ذ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ََ‫ا‬َََّ‫و‬ ٍٍ ْ‫و‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ح‬ِ‫ل‬ْ‫ف‬ُ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ل‬ ِ ‫ه‬ ‫ّٰللا‬ َ‫ء‬َۤ ‫َل‬ٰ‫ا‬ ‫ا‬ ْْٓ‫و‬ُ‫ُر‬‫ك‬ْ‫ذ‬‫ا‬َ‫ف‬ۚ ً‫ة‬َ‫ط‬ْ‫ص‬َ‫ب‬ ِ‫ق‬ْ‫ل‬َ‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ Terjemahan Dan herankah kamu bahwa ada peringatan yang datang dari Tuhanmu melalui seorang laki-laki dari kalanganmu sendiri, untuk memberi peringatan kepadamu? Ingatlah ketika Dia menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah setelah kaum Nuh, dan Dia lebihkan kamu dalam kekuatan tubuh dan perawakan. Maka ingatlah akan nikmat-nikmat Allah agar kamu beruntung. ”
  • 2. Tafsir Ringkas Kemenag RI Melihat kaumnya masih tidak percaya, Nabi Hud mempertanyakan sikap mereka. Dan herankah, tidak percayakah, kamu bahwa ada peringatan yang datang, yakni diturunkan dari Tuhanmu melalui seorang laki-laki dari kalangan masyarakat-mu sendiri, untuk memberi peringatan kepadamu menyangkut azab yang akan menimpamu karena kedurhakaanmu? Ini bukanlah hal yang pantas untuk diragukan dan diherankan. Kemudian Nabi Hud mengingatkan mereka dengan nikmat yang telah Allah berikan. Ingatlah ketika Dia menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah yang berkuasa setelah kaum Nuh yang telah dibinasakan akibat mendustakan rasulnya, dan Dia lebihkan kamu dalam kekuatan tubuh dan perawakan sehingga kamu lebih kuat, besar, dan tegar secara fisik, cerdas, dan memiliki kekuasaan yang lebih besar dibanding umat-umat sebelum kamu. Maka ingatlah dengan penuh rasa syukur dan kerendahan hati akan nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu agar kamu termasuk orang-orang beruntung, memperoleh apa yang kamu inginkan, sebagai balasan atas segala usaha keras kamu dengan menaati perintah dan menjauhi larangan Allah.” Kami (para sahabat) bertanya, ''Untuk siapa?'' Beliau menjawab, ''Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum Muslimin, dan manusia pada umumnya.'' (HR Muslim). Hadis ini sesungguhnya memiliki peran yang sangat besar, karena di dalamnya terkandung bahwa tiang agama Islam dan penopangnya adalah nasihat. Dengan adanya nasihat maka agama Islam akan senantiasa termanifestasi dalam jiwa kaum Muslimin, namun apabila nasihat itu tidak ada, maka kekurangan akan menimpa kaum Muslimin dalam setiap aspek kehidupannya. Bila kita perhatikan pula, dalam hadis di atas terdapat lima peruntukan nasihat, yaitu nasihat untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum Muslimin, dan manusia pada umumnya. Pertama, nasihat untuk Allah. Maksudnya adalah beriman kepada-Nya, mengesakan-Nya, menjadikan niat ikhlas semata karena-Nya di dalam mengamalkan perbuatan baik, dan beribadah kepada-Nya dengan penuh ketaatan dan pengagungan. Kedua, nasihat untuk kitab-Nya. Maksudnya adalah beriman kepada semua kitab-kitab samawi (langit) yang diturunkan dari sisi Allah SWT secara global. Ketiga, nasihat untuk Rasul-Nya (Muhammad). Maksudnya adalah membenarkan kenabiannya, menaati perintahnya, menjauhi segala larangannya, menghidupkan sunahnya, memahami, mempraktikkan dan menyiarkannya, serta berakhlak sesuai dengan akhlak beliau yang mulia. Keempat, nasihat untuk pemimpin kaum Muslimin. Maksudnya adalah membantu mereka atas kewajiban yang mereka emban, memberikan masukan, dan mengingatkan tatkala mereka lupa. Juga mencegah mereka dari perbuatan zalim dengan cara yang baik. Dan terakhir, nasihat untuk manusia pada umumnya. Maksudnya adalah dengan mengajak pada kebaikan, menutup aib mereka, dan tidak berbuat ghibah (menggunjing) kepada sesama manusia. Wallahu a'lam.
  • 3. Agama adalah nasihat. Begitulah hadits ketujuh dari Hadits Arbain An-Nawawiyyah. ْ ‫ن‬ َ‫ع‬ َ ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫آل‬َ ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬ ‫َّل‬ َ ‫ص‬ َّ ‫ي‬ ِ ‫ب‬ َّ ‫الن‬ َّ ‫ن‬ َ ‫أ‬ ُ ‫ه‬ ْ ‫ن‬ َ‫ع‬ َ ‫اَل‬ َ‫ع‬ َ ‫ت‬ ُ‫هللا‬ َ ‫ي‬ ِ ‫ض‬ َ ‫ر‬ ‫ي‬ِ ‫ار‬ َّ ‫الد‬ ٍ ‫س‬ ْ ‫و‬ َ ‫أ‬ ِ ‫ن‬ْ‫ب‬ ٍ ‫م‬ْ‫ي‬ ِ ‫م‬ َ ‫ت‬ َ ‫ة‬َّ‫ي‬ َ ‫ق‬ ُ ‫ر‬ ‫ي‬ ِ ‫ب‬ َ ‫أ‬ َ‫ال‬ َ ‫ق‬ ‫؟‬ ْ ‫ن‬ َ‫م‬ِ‫ل‬ : ‫ا‬ َ ‫ن‬ ْ ‫ل‬ ُ ‫ق‬ ُ ‫ة‬ َ ‫ح‬ْ‫ي‬ ِ ‫ص‬ َّ ‫الن‬ ُ ‫ن‬ْ‫ي‬ ِّ ‫الد‬ َ‫ال‬ َ ‫ق‬ َ ‫م‬ ‫ى‬ ‫ل‬ َ ‫س‬ ِ‫ل‬ ‫ا‬ َ‫ع‬ َ ‫و‬ َ ْ ‫ي‬ ِ ‫م‬ِ‫ل‬ ْ ‫س‬ ُ‫الم‬ ِ‫ة‬ َّ‫م‬ِ‫ئ‬ َ ِ ‫ِل‬ َ ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ ْ ‫و‬ ُ ‫س‬َ ‫ر‬ِ‫ل‬ َ ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫اب‬ َ ‫ت‬ ِ ‫ك‬ِ‫ل‬ َ ‫و‬ ْ ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬ َّ‫م‬ – ‫م‬ِ‫ل‬ ْ ‫س‬ ُ‫م‬ ُ‫اه‬ َ ‫و‬ َ ‫ر‬ Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 55] Penjelasan Hadits Sebagaimana kata Al-Khatthabi rahimahullah, ْ ْ ِ ‫َب‬ َ ‫الخ‬ ُ ‫ة‬ َ ‫اد‬َ ‫ر‬ِ‫إ‬ َ ‫ي‬ ِ ‫ه‬ ٍ‫ة‬ َ ‫ل‬ ْ‫م‬ ُ ‫ج‬ ْ ‫ن‬ َ‫ع‬ ‫ا‬ َ ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ َّ ‫َب‬ َ‫ع‬ُ‫ي‬ ‫ة‬ َ‫م‬ِ‫ل‬ َ ‫ك‬ ُ ‫ة‬ َ ‫ح‬ْ‫ي‬ ِ ‫ص‬ َّ ‫الن‬ ُ ‫ه‬ َ ‫ل‬ ِ ‫ح‬ْ ‫و‬ ُ ‫ص‬ ْ ‫ن‬ َ‫م‬ ْ ‫ل‬ِ‫ل‬ “Nasihat adalah kalimat ungkapan yang bermakna mewujudkan kebaikan kepada yang ditujukan nasihat.” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:219) Faedah Hadits Pertama: Ad-diin dalam hadits maksudnya adalah diin dengan artian agama. Sedangkan ad- diin lainnya bermakna al-jazaa’ (pembalasan) seperti pada ayat ‘maaliki yaumiddiin’ (Yang Menguasai Hari Pembalasan). Kedua: Nasihat itu begitu penting karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikannya bagian dari agama. Ketiga: Bagusnya pengajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau menyampaikan sesuatu secara umum (global) terlebih dahulu, lalu menyebutkan rinciannya. Keempat: Para sahabat haus akan ilmu, apa yang butuh dipahami dengan baik, mereka selalu menanyakannya agar jelas. Kelima: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai penyebutan dengan hal terpenting lalu yang penting lainnya karena beliau menyebutkan nasihat bagi Allah, lalu kitab-Nya, lalu rasul-Nya, lalu kepada imam kaum muslimin, lalu kepada kaum muslimin secara umum. Sedangkan kitab Allah didahulukan daripada Rasul, karena kitab itu langgeng, sedangkan Rasul telah tiada. Namun nasihat kepada keduanya saling terkait. Keenam: Nasihat bagi Allah mencakup dua hal yaitu:  Mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah.  Bersaksi bahwa Allah itu Esa dalam rububiyah, uluhiyyah, juga dalam nama dan sifat-Nya. Ketujuh: Nasihat bagi kitab Allah mencakup:  Membela Al-Qur’an dari yang menyelewengkan dan mengubah maknanya.  Membenarkan setiap yang dikabarkan tanpa ada keraguan.  Menjalankan setiap perintah dalam Al-Qur’an.  Menjauhi setiap larangan dalam Al-Qur’an.  Mengimani bahwa hukum yang ada adalah sebaik-baik hukum, tidak ada hukum yang sebaik Al-Qur’an.  Mengimani bahwa Al-Qur’an itu kalamullah (firman Allah) secara huruf dan makna, bukan makhluk. Kedelapan: Nasihat bagi rasul-Nya mencakup:  Ittiba’ kepada beliau, mengikuti setiap tuntunan-Nya.  Mengimani bahwa beliau adalah utusan Allah, tidak mendustakannya, beliau adalah utusan yang jujur dan dibenarkan.  Menjalankan setiap perintah beliau.  Menjauhi setiap larangan beliau.  Membela syari’atnya.  Mengimani bahwa segala sesuatu yang datang dari beliau sama seperti yang datang dari Allah dalam hal mengamalkannya.  Membela Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hidup dan ketika beliau telah tiada, termasuk pula membela ajaran beliau. Kesembilan: Imam kaum muslimin itu ada dua macam. Yang pertama adalah ulama rabbaniyyun yang mewarisi ilmu, amal, akhlak, dan dakwah dari nabi. Yang pertama inilah ulil amri hakiki. Yang kedua adalah penguasa yang melaksanakan syari’at Allah, mereka terapkan pada diri mereka dan pada para hamba Allah. Kesepuluh: Nasihat kepada ulama kaum muslimin mencakup:  Mencintai mereka.  Menolong mereka dalam menjelaskan kebenaran seperti dengan menyebarkan tulisan dan karya para ulama.
  • 4.  Membela kehormatan mereka.  Meluruskan kesalahan mereka dengan cara yang baik.  Mengingatkan mereka dalam kebaikan dengan mengarahkan cara yang pas ketika menyampaikan dakwah kepada yang lain. Kesebelas: Nasihat kepada penguasa mencakup:  Meyakini mereka adalah pemimpin.  Menyebarkan kebaikan-kebaikan mereka kepada rakyat sehingga membuat rakyat mencintainya dan ia bisa menjalankan kepemimpinan dengan baik. Hal ini jauh berbeda jika yang disebar adalah aib-aib penguasa.  Menjalankan perintah dan menjauhi setiap hal yang dilarang dari penguasa selama bukan dalam rangka bermaksiat kepada Allah karena tidak boleh ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah. Sedangkan kalau maksiat itu dilakukan oleh diri penguasa itu sendiri (mereka zalim), tetaplah mereka ditaati dalam perintahnya, bukan dalam mengikuti maksiat yang mereka lakukan.  Menutup aib mereka sebisa mungkin, bukan mudah-mudahan menyebarnya. Namun tetap ada nasihat langsung kepada mereka atau lewat orang-orang yang dekat dengan mereka, tanpa mesti diketahui orang banyak.  Tidak boleh memberontak kepada mereka kecuali melihat ada kekufuran yang nyata dengan dalil pasti dan ada kemaslahatan yang besar. Keduabelas: Dalam masyarakat Islam, pemimpin atau penguasa mesti ada, baik yang memimpin masyarakat banyak maupun masyarakat yang lebih khusus. Ketigabelas: Nasihat kepada orang awam berbeda kepada penguasa. Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Menasihati sesama muslim (selain ulil amri) berarti adalah menunjuki berbagai maslahat untuk mereka yaitu dalam urusan dunia dan akhirat mereka, tidak menyakiti mereka, mengajarkan perkara yang mereka tidak tahu, menolong mereka dengan perkataan dan perbuatan, menutupi aib mereka, menghilangkan mereka dari bahaya dan memberikan mereka manfaat serta melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.” (Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 2:35). Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata bagaimanakah cara menasihati sesama muslim, maka beliau katakan hal itu sudah dijelaskan dalam hadits Anas, “Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” Kata Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, “Nasihat adalah engkau suka jika saudaramu memiliki apa yang kau miliki. Engkau bahagia sebagaimana engkau ingin yang lain pun bahagia. Engkau juga merasa sakit ketika mereka disakiti. Engkau bermuamalah (bersikap baik) dengan mereka sebagaimana engkau pun suka diperlakukan seperti itu.” (Syarh Riyadh Ash-Shalihin, 2:400) Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah mengatakan, ‫ا‬ ُ ِّ ‫عَب‬ُ‫وي‬ ‫يهتك‬ ُ ‫والفاجر‬ ، ُ ‫ح‬ َ ‫ص‬ ْ ‫ن‬َ‫وي‬ ُ ُُ ‫َب‬ ْ ‫س‬َ‫ي‬ ‫لمؤمن‬ “Seorang mukmin itu biasa menutupi aib saudaranya dan menasihatinya. Sedangkan orang fajir (pelaku dosa) biasa membuka aib dan menjelek-jelekkan saudaranya.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1:225) Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, ‫اِلرض‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫ويسعون‬ ، ‫هللا‬ ‫إَل‬ ‫هللا‬ ‫عباد‬ ‫حببون‬ُ‫وي‬ ‫عباده‬ ‫إَل‬ ‫هللا‬ ‫حببون‬ُ‫ي‬ ‫الذين‬ ‫هللا‬ ‫إَل‬ ‫هللا‬ ِ ‫عباد‬ َّ ‫أحب‬ َّ ‫إن‬ ‫بالنصيحة‬ “Sesungguhnya hamba yang dicintai di sisi Allah adalah yang mencintai Allah lewat hamba-Nya dan mencintai hamba Allah karena Allah. Di muka bumi, ia pun memberi nasihat kepada lainnya.” (Jaami’ Al- ‘Ulum wa Al-Hikam, 1:224) Semoga Allah memberikan kita sifat saling mencintai sesama dengan saling menasihati dalam kebaikan dan takwa. Kedudukan Hadits Ini: Hadits ini merupakan salah satu hadits yang sangat agung kedudukannya, karena dia mencakup seluruh ajaran agama Islam, entah itu yang berkaitan dengan hak-hak Allah, hak-hak rasul-Nya maupun hak-hak umat manusia pada umumnya. (Lihat: Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, oleh Syaikh Shalih Alu Syaikh, hal 54). Penjelasan Hadits: «‫ا‬‫ل‬‫حا‬ِّ‫ي‬ْ ُ ‫ا‬ ‫ل‬‫ن‬‫م‬ْ‫ح‬‫ب‬ ّ ‫َل‬‫ي‬‫د‬ ُ» “Agama itu nasihat.” Kata ad-dien dalam bahasa Arab mempunyai dua makna: 1. Pembalasan, contohnya firman Allah ta’ala, ‫َاَم‬ِ‫ك‬ِ ‫م‬َ‫و‬ ْ‫م‬ِ ‫َِلا‬ِّ‫ي‬ِ‫ن‬ Artinya: “Yang menguasai hari pembalasan“. (QS. Al-Fatihah [1]: 4) 2. Agama, contohnya firman Allah ta’ala, ‫ِرَم‬ َ ِ‫ت‬‫م‬ ‫م‬ َ‫و‬َ‫م‬ِ ‫م‬ ‫ِْو‬َْ ْ ‫ن‬ ‫م‬ ِ‫ك‬‫َِن‬‫ي‬ Artinya: “Dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (QS. Al-Maidah [5]: 3)
  • 5. Adapun dalam hadits kita ini, yang dimaksud dengan kata ad-dien adalah: agama (Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, hal: 135-136). Kata an-nashihah berasal dari kata an nush-hu yang secara etimologi mengandung dua makna: 1. Bersih dari kotoran-kotoran dan bebas dari para sekutu. 2. Merapatnya dua sesuatu sehingga tidak saling berjauhan. Adapun definisi an-nashihah secara terminologi dalam hadits ini adalah: Mengharapkan kebaikan orang yang dinasihati, definisi ini berkaitan dengan nasihat yang ditujukan kepada pemimpin umat Islam dan rakyatnya. Adapun jika nasihat itu diarahkan kepada Allah, kitab-Nya dan Rasul-Nya, maka yang dimaksud adalah merapatnya hubungan seorang hamba dengan tiga hal tersebut di atas, di mana dia menunaikan hak-hak mereka dengan baik. Dalam memahami sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “agama itu nasihat”, para ulama berbeda pendapat; ada yang mengatakan bahwa semua ajaran agama Islam tanpa terkecuali adalah nasihat. Sebagian ulama yang lain menjelaskan maksud dari hadits ini adalah bahwa sebagian besar ajaran agama Islam terdiri dari nasihat, menurut mereka hal ini senada dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, « َ‫ْىه‬ ُ َ‫ا‬ ‫يهدا‬ َ ُ » “Doa adalah ibadah.” (HR. Abu Dawud (II/109 no. 1479), at-Tirmidzi (V/456 no. 3372) dan Ibnu Majah (V/354 no. 3828), At-Tirmidzi berkata: hadits ini hasan shahih, Ibnu Hajar dalam Fath al Bari, (I/49) berkata, sanadnya jayyid (bagus), Al-Albani berkata: shahih.) Juga semisal dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, « ‫ْج‬ ُ ‫ن‬ ‫ىرف‬ » “Haji adalah Arafah.” (HR. At-Tirmidzi (III/228 no. 889), an-Nasai (V/256), Ibnu Majah (IV/477 no. 3015), Ahmad (IV/309) dan Ibn Khuzaimah (IV/257). Al-Albani berkata: shahih.) Bukan berarti bahwa ibadah dalam agama Islam itu hanya berbentuk doa saja, juga bukan berarti bahwa ritual ibadah haji hanya wukuf di Arafah saja, yang dimaksud dari kedua hadits adalah: menerangkan betapa pentingnya kedudukan dua macam ibadah tersebut. Akan tetapi jika kita amati dengan seksama hal-hal yang memiliki hak untuk mendapatkan nasihat - yang disebutkan dalam hadits ini- akan kita dapati bahwa betul-betul ajaran agama Islam semuanya adalah nasihat, tanpa terkecuali. Entah itu yang berkenaan dengan akidah, ibadah, maupun muamalah. (Lihat: Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, oleh Syaikh Shalih Alu Syaikh, hal 54-55) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sengaja tidak langsung menjelaskan dari awal siapa saja yang berhak mendapatkan nasihat ini, agar para sahabat sendiri yang bertanya untuk siapakah nasihat itu. Tujuan metode ini -yakni metode melemparkan suatu masalah secara global kemudian setelah itu diperincikan-, adalah agar ilmu tersebut membekas lebih dalam. Hal itu dikarenakan tatkala seseorang mengungkapkan suatu hal secara global, para pendengar akan mengharap-harap perincian hal tersebut, kemudian datanglah perincian itu di saat kondisi jiwa berharap serta menanti- nantikannya, sehingga membekaslah ilmu itu lebih dalam di dalam jiwa. Hal ini berbeda jika perincian suatu ilmu sudah disampaikan kepada pendengar sejak awal pembicaraan. (Syarh al- Arba’in an-Nawawiyah, oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin hal: 136) ‫ده‬ ‫ل‬ ْ: ‫ل‬‫ح‬‫يا‬‫م‬َّ Kami‫(م‬para‫م‬sahabat)‫م‬bertanya,‫“م‬Hak‫م‬siapa‫م‬nasihat‫م‬itu‫م‬wahai‫م‬Rasulullah?” Huruf lam dalam‫م‬perkataan‫م‬para‫م‬sahabat ‫م‬ْ‫َِا‬ِ fungsinya adalah untuk istihqaq (menerangkan milik atau hak), yang berarti: nasihat ini haknya siapa wahai Rasulullah? (Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, oleh Syaikh Shalih Alu Syaikh, hal 55). ‫هل‬ ْ: ‫هلل‬ , ِ ٍ‫ته‬ ‫ك‬ ‫ا‬, ِ َْ ‫ر‬ ‫ا‬, ‫َن‬ ‫ئ‬ ‫با‬ َ‫ل‬ ‫َل‬ َ ُ ‫تاب‬ ‫اىهم‬ Beliau menjawab, “Nasihat itu adalah hak Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemerintah kaum muslimin dan rakyatnya (kaum muslimin)”. Dalam jawaban beliau ini diterangkan bahwa yang berhak untuk mendapatkan nasihat ada lima: Pertama: Nasihat untuk Allah ta’ala Nasihat untuk Allah ta’ala artinya: menunaikan hak-hak Allah baik itu hak yang wajib maupun yang sunnah (Ibid, lihat pula: Ta’dzim Qadr ash-Shalah, karya Muhammad bin Nashr al-Marwazy, II/691- 692). Hak-hak Allah yang wajib mencakup antara lain: 1.Beriman terhadap rububiyah Allah ta’ala, yang berarti: meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya Rabb segala sesuatu, satu-satunya pencipta, Yang memberi rezeki, Yang menghidupkan dan mematikan, Yang mendatangkan manfaat dan melindungi dari marabahaya, Yang mengabulkan doa, Yang Maha memiliki dan menguasai segala sesuatu, tidak ada sekutu bagi-Nya (Taisir al- ‘Aziz al-Hamid, oleh Sulaiman bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahab, hal 26). Allah ta’ala berfirman,
  • 6. ‫ا‬ ‫ل‬ْ‫ح‬َ‫م‬ْ‫ح‬ ُ ‫ا‬ ّ ‫ي‬ ّ ِ ‫ا‬ ّ‫ي‬ ‫م‬ِّ ‫باما‬َّ‫م‬ ‫ه‬‫م‬َ‫ح‬ ُ “Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.” (QS. Al-Fatihah: 1) 2. Beriman terhadap uluhiyah Allah ta’ala, yang berarti: mengesakan Allah ta’ala dalam segala macam bentuk ibadah (Al-Irsyad ila Shahih al-I’tiqad, karya Dr. Shalih al-Fauzan, hal 30). Jadi kita harus mengikhlaskan semua ibadah kita, mulai dari shalat, doa, kurban, sampai al-khauf (rasa takut), al-mahabbah (cinta), dan ibadah-ibadah yang lainnya. Allah ta’ala berfirman, ‫ه‬‫م‬‫م‬ ‫م‬‫ا‬ ‫للا‬‫ح‬‫ة‬‫م‬‫ل‬‫م‬ُ ‫ا‬‫ي‬‫ا‬ ِّ‫ح‬ ُ ‫ا‬‫م‬ ‫ا‬‫ح‬‫ا‬ّ ‫ح‬ ُ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬‫ي‬ ّْ‫ى‬ ‫ا‬ّ‫لان‬ْ‫ل‬‫ي‬‫ح‬َ‫م‬‫ب‬ّ “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz- Dzariyat: 56) 3. Beriman terhadap asmaa’ (nama-nama) dan shifaat (sifat-sifat) Allah ta’ala. Maksudnya adalah: Mengesakan Allah ta’ala dalam nama-nama-Nya yang mulia serta sifat-sifat-Nya yang agung, yang disebutkan di dalam al-Qur’an‫م‬dan‫م‬al-Hadits, sembari mengimani makna dan hukum-hukumnya, tanpa mengotorinya dengan tahrif (mengubah), ta’thil (menafikan), takyif (berusaha mencari-cari caranya), atau tamtsil (meyakini bahwa sifat-sifat Allah seperti sifat-sifat para makhluk). Allah shallallahu ‘alaihi wa sallam berfirman, ‫ا‬‫م‬ ‫حا‬‫ب‬‫م‬ ‫ا‬ِّّ‫ل‬‫ح‬‫ل‬َّ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬ ََ‫ح‬‫ي‬‫م‬‫ف‬ ‫ا‬‫م‬َ‫ل‬‫ا‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬‫ل‬‫س‬‫ب‬َّ‫ي‬‫َل‬ ُ ‫ا‬‫ل‬‫بر‬ ّ ‫َل‬‫م‬‫ي‬‫ح‬ ُ “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syuraa: 11). (Lihat: Mu’taqad Ahlus Sunnah wal Jama’ah fi Tauhidil Asma’ wash Shifat, karya Prof. Dr. Muhammad bin Khalifah at-Tamimi, hal 31) 4. Melaksanakan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-larangan yang diharamkan-Nya. Ini adalah salah satu tanda rasa cinta seorang hamba kepada Rabbnya. (Ad- Durar as-Saniyyah bi Fawaid al-Arba’in an-Nawawiyah, karya Dr. Bandar al-‘Abdaly,‫م‬hal‫م‬37).‫م‬Allah‫م‬ berfirman, ‫ا‬‫ح‬‫ا‬‫ل‬ْ ‫ا‬‫ح‬‫ن‬ّ‫ى‬ ‫ا‬‫ح‬‫ب‬‫ل‬‫ت‬‫ح‬‫د‬‫ل‬‫ا‬ ‫بَنما‬‫ي‬ ّْ‫ل‬ْ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ي‬ ُ ‫ي‬ّ‫ا‬َ‫ل‬َّ‫ي‬‫ي‬ْ‫ه‬‫م‬‫ف‬ ‫ا‬ ‫ل‬‫ب‬‫ل‬‫ك‬‫ح‬‫ي‬ّ‫ي‬‫ح‬ْ‫ل‬ِ ‫ا‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ُ ‫ا‬‫ح‬‫ر‬ّ‫و‬‫ح‬‫ف‬‫م‬ِ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬‫ح‬‫ب‬‫ل‬‫ك‬‫م‬ ‫ا‬ ‫ل‬‫ا‬‫ل‬ُ‫ا‬‫ح‬‫ب‬‫ل‬‫ك‬‫م‬ٍَ ‫ا‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ُ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬ََِّ‫ل‬‫و‬‫م‬ٌ ‫ا‬ َ‫ب‬‫ب‬ ّ‫ن‬‫م‬ِّ * ‫ا‬‫ح‬‫ا‬‫ل‬ْ َُ‫ل‬َ‫ب‬ُّ‫م‬ِ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ي‬ ُ ‫ا‬‫م‬‫ل‬َ‫ل‬ْ‫ي‬‫ر‬ ُ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬‫ح‬‫ن‬ّ‫ن‬‫م‬‫ف‬ ُ ‫ح‬َ‫ي‬ ‫م‬َ‫م‬ْ ‫ا‬‫ي‬‫ن‬ّ‫ن‬‫م‬‫ف‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ي‬ ُ ْ ‫ا‬‫ب‬‫ح‬ ّْ‫ل‬ِ ‫ا‬ ّ‫ف‬‫ه‬‫م‬‫ك‬‫ح‬ ُ‫ِاما‬ ّ ‫ر‬ “Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah, “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (QS. Ali Imran: 31-32) Hal-hal yang wajib contohnya: mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan ramadhan, berdakwah kepada agama Allah dan lain-lain. Contoh larangan-larangan: syirik, berzina, bermain judi, dan lain sebagainya. 5. Tidak rela melihat larangan-Nya dilanggar, serta merasa bahagia jika melihat para hamba-Nya taat dalam menjalankan perintah-Nya (Ta’zhim Qadr ash-Sholah, II/692). © 2022 muslim.or.id Sumber: https://muslim.or.id/262-agama-adalah-nasihat-1.html Referensi: 1. Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim. Cetakan pertama, Tahun 1433 H. Abu Zakariya Yahya bin Syarf An Nawawi. Penerbit Dar Ibni Hazm. 2. Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam. Cetakan kesepuluh, Tahun 1432 H. Ibnu Rajab Al-Hambali. Tahqiq: Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dan Ibrahim Bajis. Penerbit Muassasah Ar-Risalah. 3. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah Al-Mukhtashar. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir Asy-Syatsri. Penerbit Dar Kunuz Isybiliya. 4. Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Madarul Wathon. Sumber https://rumaysho.com/17481-hadits-arbain-07-agama-adalah-nasihat.html Sumber https://rumaysho.com/17481-hadits-arbain-07-agama-adalah-nasihat.html © 2022 muslim.or.id Sumber: https://muslim.or.id/262-agama-adalah-nasihat-1.html
  • 7. Berusaha Menghindari Sumber Pendapatan yang Haram ‫ب‬ِ‫س‬ْ‫م‬ِِ ‫ب‬ ِ ‫ه‬ ِ ‫ب‬ِ‫ر‬َّ‫ح‬ْ‫م‬‫ه‬‫ن‬ ِ ‫لا‬ ‫َّر‬ ‫ح‬ِ‫مي‬ ‫ا‬ ‫ل‬ْ‫ح‬َ‫م‬ْ‫ح‬ ُ ‫ا‬ ّ ٰ ّ ِ ‫ا‬‫ح‬َِّّ‫ي‬ ُ ‫مه‬‫د‬ٰ‫ى‬ْ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬ُِ‫م‬ِ ‫ّاى‬ ‫ه‬‫م‬‫م‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ه‬‫ي‬‫د‬‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬‫م‬َّّْ‫م‬‫ت‬‫ح‬‫ا‬‫م‬‫د‬ّ ‫ا‬ َ ‫م‬ ْ ‫ح‬َ‫م‬ ‫ا‬‫ح‬‫ن‬‫م‬ُ ‫مه‬‫د‬ٰ‫ى‬ْ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ل‬ ٰ ُ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫م‬ ‫ص‬‫ي‬‫َل‬ ُ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫م‬ ‫ص‬‫ي‬‫َل‬ ُ ‫م‬‫ا‬ ‫ع‬‫م‬‫ل‬‫م‬‫ى‬ ‫ا‬ّ‫ش‬ ‫م‬‫ر‬‫ح‬‫ف‬‫م‬ِ ‫ا‬َّ‫ه‬‫م‬‫ب‬ّ‫ي‬‫ح‬‫ا‬‫م‬ ُ ‫حاما‬‫ب‬ّ‫ل‬‫م‬ْ ‫ح‬‫ر‬‫ل‬َ‫ي‬ ُ ‫م‬‫ا‬ ، ‫مه‬‫د‬ّ‫ي‬‫ب‬ّ‫ي‬‫م‬‫ا‬ ‫مه‬‫د‬ّ‫ي‬‫ح‬‫ب‬ّ‫ي‬‫م‬‫ن‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬ُْ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ي‬‫ل‬‫م‬ ‫ع‬‫م‬‫ل‬‫م‬‫ى‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬ ِّّ ِ ‫ا‬ ّ‫ي‬‫ْح‬‫م‬‫ب‬ ‫م‬‫اا‬ ِّ ‫حاما‬‫ب‬َّ‫م‬َ‫ي‬‫نح‬‫م‬ِ ، ‫ا‬‫ح‬‫ا‬‫م‬‫م‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬‫ح‬‫ب‬‫ل‬‫ا‬‫م‬َّ‫ي‬‫م‬ْ ‫ا‬ُ‫هن‬‫م‬‫َل‬‫نح‬ّ‫ن‬ٍّ ‫ع‬‫م‬ ّ‫ى‬ ‫ا‬ّ‫ا‬ ‫ح‬َ‫م‬ِ ‫ا‬ّ‫حا‬ِّ‫ي‬ْ ُ ، ‫ه‬‫ي‬‫م‬‫م‬ِ ‫ا‬ ‫ل‬ْ‫ح‬َ‫م‬ٍ ‫ا‬ ّ‫ي‬ ‫م‬ِّ ُ ‫رحا‬ ‫م‬‫ر‬‫ح‬‫ف‬ ‫ا‬‫ح‬‫ي‬ّ ‫ا‬ّ ِّ‫ح‬ْ‫م‬‫ب‬ ‫ا‬‫ح‬‫ي‬ّ ‫ح‬‫ّر‬‫ي‬‫َل‬‫م‬ِ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬‫ح‬َّ ّ ‫ر‬‫ح‬‫م‬‫م‬ِ ‫ا‬‫ح‬‫ا‬‫ل‬‫ل‬‫ُنح‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ا‬ ُ‫ا‬‫م‬ْ‫ح‬‫ة‬‫ل‬‫ى‬ ‫ا‬‫ح‬‫ا‬ّ‫م‬ ‫ا‬‫ح‬‫ي‬ّ‫ا‬‫ه‬‫م‬‫َل‬ّ ‫ا‬‫ح‬َ‫ل‬‫ا‬‫م‬‫ة‬‫ح‬‫و‬‫م‬ِ ‫ا‬‫ح‬‫ي‬ّ ‫ح‬َ‫م‬ْ Kebutuhan hidup manusia, kesehariannya dipenuhi melalui interaksi dan transaksi ekonomi. Dalam berinteraksi dan bertransaksi harus didasari pemahaman terhadap ilmu bermuamalah secara syariyyah, agar tidak terjerumus ke jalan yang salah. Pengertian muamalah secara umum yaitu : setiap hubungan antara manusia, pergaulan antara manusia. Secara khusus, muamalah dimaksudkan untuk transaksi jual beli, hutang piutang dan transaksi ekonomi lainnya. Hal paling mendasar yang harus dipahami pertama kali sebelum menjalankan muamalah dalah mentauhidkan Allah. Bahwa dalam berikhtiar mencari rezeki haruslah didasari niat mengharapkan ridho & barakah dari Allah. Prinsip ini menjadi pondasi yang kuat dan lurus bagi tahap berikutnya, yaitu memahami dan menerapkan konsep muamalah. #Allah Ta’ala, berfirman : ِ ‫ن‬َّ ‫ّلل‬ ٰ ‫َّه‬ ‫ّلل‬ ‫و‬َ ‫َّر‬ ِ َّ ِ ‫ق‬ َّ ‫ذ‬‫و‬ ْ ِ ‫و‬َّ ‫ة‬ َّ ْ ‫م‬ َ ‫ت‬‫ي‬ ‫ّلل‬ ‫ة‬ َّ “Sungguh Allah, Dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 58) # Allah Ta’ala, berfirman : ‫و‬ ‫ّلل‬‫م‬ ‫ّلل‬ ‫ذ‬ ‫م‬ ‫ن‬‫م‬ َ ‫ا‬ ِ ََّّ ‫ّلل‬ ٍ ْ ‫ي‬ ‫ْل‬ ‫أ‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ّلل‬ ‫م‬ َّ ِ َ‫ا‬ ‫ّلل‬‫ل‬ ‫ّلل‬ َ‫ى‬ َ ‫َّه‬ ‫و‬ ‫ّلل‬ ‫ز‬‫ق‬ ‫م‬ َّ ‫ْل‬ ‫ر‬ “Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (Huud: 6) # Allah Ta’ala, berfirman : ‫و‬ ‫ّلل‬ ‫ز‬ ‫ـ‬ ‫ا‬ َ ‫ُّو‬ ‫ه‬َ ‫ا‬ ‫ّلل‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ا‬ْ َ َّ َّ‫و‬َ ‫ّلل‬‫م‬ ‫و‬ َّ َّ‫و‬َّ ِ ‫َّو‬ ‫ّلل‬ ٰ ‫َّه‬ َّ ‫م‬ ‫ذ‬‫ر‬ ‫ّلل‬ ‫و‬ ‫ّلل‬ ‫ذ‬ ‫و‬ ‫ّلل‬‫م‬ ‫ّلل‬ ِ ‫ّلل‬ َّ ‫ّلل‬ ‫ن‬‫م‬ َّ‫و‬ ‫ر‬َ ‫ب‬ٰٓ َّ ‫م‬ ‫ن‬َّ ُ ‫م‬ ‫ت‬‫ي‬ ‫م‬ َ ‫ّلل‬ْ ‫م‬ َ ‫ت‬َ‫م‬ ‫م‬ ْ ‫ـ‬‫م‬ “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang beriman.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 278). Dalam mencari rezeki, kebanyakan kita mencarinya asalkan dapat, namun tidak peduli halal dan haramnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jauh-jauh hari sudah mengatakan, ُ‫ء‬ْ ‫ر‬ َ‫م‬ ْ ‫ال‬ ِ ‫اَل‬َ‫ب‬ُ‫ي‬ َ ‫ال‬ ‫ان‬ َ‫م‬ َ ‫ز‬ ِ ‫اس‬ َّ ‫الن‬ َ ‫َّل‬ َ‫ع‬ َّ َ ‫ي‬ِ‫ت‬ ْ ‫أ‬َ‫ي‬ َ ‫ل‬ ٍ ‫ام‬َ ‫ر‬ َ ‫ح‬ ْ ‫ن‬ ِ ‫م‬ ْ ‫م‬ َ ‫أ‬ ٍ ‫ل‬ َ ‫ال‬ َ ‫ح‬ ْ ‫ن‬ ِ ‫م‬ َ ‫أ‬ ، َ‫ال‬ َ‫م‬ ْ ‫ال‬ َ ‫ذ‬ َ ‫خ‬ َ ‫أ‬ ‫ا‬ َ‫م‬ِ‫ب‬ “Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau yang haram.” (HR. Bukhari no. 2083, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu). Akhirnya ada yang jadi budak dunia. Pokoknya dunia diperoleh tanpa pernah peduli aturan. Inilah mereka yang disebut dalam hadits, ِ ‫ار‬ َ ‫ين‬ ِّ ‫الد‬ ُ ‫د‬ْ‫ب‬ َ‫ع‬ َ ‫س‬ ِ ‫ع‬ َ ‫ت‬ ْ ‫م‬ َ ‫ل‬ َ ‫ط‬ ْ‫ع‬ُ‫ي‬ ْ ‫م‬ َ ‫ل‬ ْ ‫ن‬ِ‫إ‬ َ ‫و‬ ، َ ِ ‫ض‬ َ ‫ر‬ َ ِ ‫ِط‬ ْ‫ع‬ ُ ‫أ‬ ْ ‫ن‬ِ‫إ‬ ، ِ‫ة‬ َ ‫يص‬ ِ ‫م‬ َ ‫خ‬ ْ ‫ال‬ َ ‫و‬ ِ‫ة‬ َ ‫يف‬ ِ ‫ط‬ َ ‫ق‬ ْ ‫ال‬ َ ‫و‬ ِ ‫م‬ َ ‫ه‬ ْ ‫ر‬ ِّ ‫الد‬ َ ‫و‬ َ ‫ض‬ْ ‫ر‬َ‫ي‬ “Celakalah wahai budak dinar, dirham, qothifah (pakaian yang memiliki beludru), khomishoh (pakaian berwarna hitam dan ada bintik-bintik merah). Jika ia diberi, maka ia rida. Jika ia tidak diberi, maka ia tidak rida.” (HR. Bukhari, no. 2886, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu). Sumber https://rumaysho.com/22549-tujuh-dampak-harta-haram.html
  • 8. Apa saja dampak dari harta haram. Memakan harta haram berarti mendurhakai Allah dan mengikuti langkah setan. Dalam surah Al-Baqarah disebutkan, ‫ي‬َ‫ا‬ ‫ي‬ َ ‫ي‬ُّ‫ه‬ َ ‫ا‬ ‫ا‬‫ل‬ ‫ين‬ ‫ا‬ ‫س‬ ُ ُُ ‫ل‬ ُ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ا‬‫م‬ َّ ‫ا‬ ‫ا‬ َّ ِ ‫ي‬ ‫ا‬‫ْل‬ ‫أ‬ َ ‫ر‬ َ َ ُ ‫ا‬ َ ‫َل‬ َ ‫ل‬ َ ‫ا‬ ‫ي‬َ‫ي‬ِّ‫ب‬ َ ‫ا‬ ‫ا‬ َ ‫َل‬ َ ‫ا‬ ُُ ‫ل‬ََّّ‫ي‬ ‫ا‬ ُ َ ‫ا‬ ‫ا‬ َّ ‫ُط‬ َ ُ ‫ل‬ ‫ت‬ ‫ل‬ ِ ‫ا‬َّ ‫يش‬ َ ‫ت‬ََ ‫ا‬ ‫ن‬ ُ‫اا‬ ‫ا‬ ‫ل‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ه‬َُّ ‫ا‬َ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫م‬ َ ‫ا‬َ ‫ا‬ ‫ل‬ ‫و‬ َ ٌّ ‫ا‬ُِ ِ ‫ي‬َّ ‫ل‬‫ا‬ “Hai‫ا‬sekalian‫ا‬manusia,‫ا‬makanlah‫ا‬yang‫ا‬halal‫ا‬lagi‫ا‬baik‫ا‬dari‫ا‬apa‫ا‬yang‫ا‬terdapat‫ا‬di‫ا‬bumi,‫ا‬dan‫ا‬ janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh‫ا‬yang‫ا‬nyata‫ا‬bagimu.”‫(ا‬QS.‫ا‬Al-Baqarah: 168) Hadits Arba'in Nawawiyah ke-6 berisi penjelasan tentang Halal, Haram, dan Syubhat. Syubhat yaitu antara haram dan halal. Syubhat sebaiknya dihindari atau tidak diamalkan. Rasulullah juga menerangkan tentang hati (al-qoblu) sebagai penentu perbuatan baik-buruk seseorang. Hati-hati dengan syubhat dan jaga hatimu. ِ‫ه‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬ ‫َّل‬ َ ‫ص‬ ِ‫هللا‬ َ‫ل‬ ْ ‫و‬ ُ ‫س‬ َ ‫ر‬ ُ ‫ت‬ ْ‫ع‬ ِ ‫م‬ َ ‫س‬ : َ‫ال‬ َ ‫ق‬ ‫ا‬ َ‫م‬ ُ ‫ه‬ ْ ‫ن‬ َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ ‫ي‬ ِ ‫ض‬ َ ‫ر‬ ٍ ْ ‫َب‬ ِ ‫ش‬َ‫ب‬ ِ ‫ن‬ْ‫ب‬ ‫ان‬ َ‫م‬ ْ‫ع‬ ُّ ‫الن‬ ِ‫هللا‬ ِ ‫د‬ْ‫ب‬ َ‫ع‬ ‫ي‬ ِ ‫ب‬ َ ‫أ‬ ْ ‫ن‬ َ‫ع‬ َ ‫و‬ َ ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫آل‬ ُ‫ل‬ ْ ‫و‬ ُ ‫ق‬َ‫ي‬ َ ‫م‬ ‫ى‬ ‫ل‬ َ ‫س‬ َّ ‫الن‬ َ ‫ن‬ ِ ‫م‬ ْ ‫َب‬ِ‫ث‬ َ ‫ك‬ َّ ‫ن‬ ُ ‫ه‬ ُ‫م‬ َ ‫ل‬ ْ‫ع‬َ‫ي‬ َ ‫ال‬ ‫ات‬ َ ‫ه‬ِ‫ب‬ َ ‫ت‬ ْ ‫ش‬ ُ‫م‬‫ر‬ ْ ‫و‬ ُ‫م‬ ُ ‫أ‬ ‫ا‬ َ‫م‬ ُ ‫ه‬ َ ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ َ ‫و‬ ِّ ‫ي‬َ‫ب‬ َ ‫ام‬َ ‫حر‬ َ ‫ال‬ َّ ‫ن‬ِ‫إ‬ َ ‫و‬ ِّ ‫ي‬َ‫ب‬ َ‫ل‬ َ ‫ال‬ َ ‫الح‬ َّ ‫ن‬ِ‫إ‬ : َ ‫ه‬ُ‫ب‬ ُّ ‫الش‬ َُ َ َّ ‫ات‬ ِ ‫ن‬ َ‫م‬ َ َ ِ ‫اس‬ ِ ‫د‬ َ ‫ق‬ َ َ ِ ‫ات‬ ‫ي‬ ِ ‫ف‬ َ‫ع‬ َ ‫ق‬ َ ‫و‬ ِ ‫ات‬ َ ‫ه‬ُ‫ب‬ ُّ ‫الش‬ ‫ي‬ ِ ‫ف‬ َ‫ع‬ َ ‫ق‬ َ ‫و‬ ْ ‫ن‬ َ‫م‬ َ ‫و‬ ِ‫ه‬ ِ ‫ض‬ْ ‫ر‬ ِ‫ع‬ َ ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ن‬ْ‫ي‬ ِ ‫د‬ِ‫ل‬ َ ‫أ‬َ ْ ‫َب‬ َ ‫ت‬ ْ ‫اس‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ َِ َ‫ع‬ َ ‫ت‬ْ ‫ر‬َ‫ي‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬ ُ ‫ك‬ ِ ِ ْ ‫و‬ُ‫ي‬ َ َ ِ ‫الح‬ َ‫ل‬ ْ ‫و‬ َ ‫ح‬ َ ِْ ‫ر‬َ‫ي‬ ‫ي‬ ِ ِ‫ا‬َّ ‫الر‬ َ ‫ك‬ ِ ‫ام‬َ ‫ر‬ َ ‫الح‬ َّ ‫ال‬ َ ‫أ‬ َ ‫ح‬ ُ ‫ل‬ َ ‫ص‬ ْ ‫ت‬ َ ‫ح‬ ُ ‫ل‬ َ ‫ص‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬ِ‫إ‬ ‫ى‬ ‫ة‬ َ ‫غ‬ ْ ‫ض‬ ُ‫م‬ ِ ‫د‬ َ ‫س‬ َ ‫الج‬ ‫ي‬ ِ ‫ف‬ َّ ‫ن‬ِ‫إ‬ َ ‫و‬ َ ‫َل‬ َ ‫أ‬ ُ ‫ه‬ ُ‫م‬ِ ‫ار‬ َ ‫ح‬ َ‫م‬ ِ‫هللا‬ َ َ ِ ‫ح‬ َّ ‫ن‬ِ‫إ‬ َ ‫و‬ َ ‫ال‬ َ ‫أ‬ ‫ى‬ َ ِ ‫ح‬ ٍ ‫ك‬ِ‫ل‬ َ‫م‬ ِّ‫ل‬ ُ ‫ك‬ِ‫ل‬ َّ ‫ن‬ِ‫إ‬ ِ ‫و‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ ‫و‬ ُ ‫ه‬ ُّ ‫ل‬ ُ ‫ك‬ ُ ‫د‬ َ ‫س‬ َ ‫الج‬ َ ‫س‬ َ ‫الج‬ َ ‫د‬ َ ‫س‬ َ َ ْ ‫ت‬ َ ‫د‬ َ ‫س‬ َ َ ُ ‫ب‬ ْ ‫ل‬ َ ‫الق‬ َ ‫ي‬ ِ ‫ه‬ َ ‫و‬ َ ‫َل‬ َ ‫أ‬ ُ ‫ه‬ ُّ ‫ل‬ ُ ‫ك‬ ُ ‫د‬ – ‫اه‬ َ ‫و‬ َ ‫ر‬ ‫ي‬ِ ‫ار‬ َ ‫خ‬‫الب‬ ‫م‬ِ‫ل‬ ْ ‫س‬‫م‬ َ ‫و‬ Dari Abu ‘Abdillah An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perkara syubhat–yang masih samar–yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus ke dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram. Sebagaimana ada penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya. Ingatlah di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh jasad akan ikut baik. Jika ia rusak, maka seluruh jasad akan ikut rusak. Ingatlah segumpal daging itu adalah hati (jantung).” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari no. 2051 dan Muslim no. 1599] Sumber https://rumaysho.com/17476-hadits-arbain-06-hati-hati-dengan-syubhat-dan-jaga-hati.html (HR Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599). Faedah Hadits Pertama: Ada tiga hukum yang disebutkan dalam hadits di atas, yaitu (1) halal, (2) haram, dan (3) syubhat. Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah mengatakan, “Hukum itu dibagi menjadi tiga macam dan pembagian seperti ini benar. Karena sesuatu bisa jadi ada dalil tegas yang menunjukkan adanya perintah dan ancaman keras jika ditinggalkan. Ada juga sesuatu yang terdapat dalil untuk meninggalkan dan terdapat ancaman jika dilakukan. Ada juga sesuatu yang tidak ada dalil tegas apakah halal atau haram. Yang pertama adalah perkara halal yang telah jelas dalilnya. Yang kedua adalah perkara haram yang telah jelas dalilnya. Makna dari bagian hadits “halal itu jelas”, yang dimaksud adalah tidak butuh banyak penjelasan dan setiap orang sudah memahaminya. Yang ketiga adalah perkara syubhat yang tidak diketahui apakah halal atau haram.” (Fath Al-Bari, 4: 291). Sedangkan masalah (problem) dibagi menjadi empat macam: 1. Yang memiliki dalil bolehnya, maka boleh diamalkan dalil bolehnya. 2. Yang memiliki dalil pengharaman, maka dijauhi demi mengamalkan dalil larangan. 3. Yang terdapat dalil boleh dan haramnya sekaligus. Maka inilah masalah mutasyabih (yang masih samar). Menurut mayoritas ulama, yang dimenangkan adalah pengharamannya. 4. Yang tidak terdapat dalil boleh, juga tidak terdapat dalil larangan, maka ini kembali ke kaedah hukum asal. Hukum asal ibadah adalah haram. Sedangkan dalam masalah adat dan muamalah adalah halal dan boleh. (Lihat Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah Al-Mukhtashar karya Syaikh Sa’ad bin Nashir Asy-Syatsri, hlm. 64)
  • 9. Kedua: Kebanyakan orang tidak mengetahui perkara syubhat karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan ‘kebanyakan orang tidak mengetahui perkara tersebut’. Perkaran syubhat ini sering ditemukan oleh para ulama dalam bab jual beli karena perkara tersebut dalam jual beli amatlah banyak. Perkara ini juga ada sangkut pautnya dengan nikah, buruan, penyembelihan, makanan, minuman dan selain itu. Sebagian ulama sampai-sampai melarang penggunaan kata halal dan haram secara mutlak kecuali pada perkara yang benar-benar ada dalil tegas yang tidak butuh penafsiran lagi. Jika dikatakan kebanyakan orang tidak mengetahuinya, maka ini menunjukkan bahwa sebagian dari mereka ada yang tahu. Demikian kami ringkaskan dari perkataan Ibnu Hajar dalam Fath Al-Bari, 4:291. Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir Asy Syatsri hafizahullah mengatakan, “Perkara yang syubhat (samar) itu muncul karena beberapa sebab, bisa jadi karena kebodohan, atau tidak adanya penelusuran lebih jauh mengenai dalil syar’i, begitu pula bisa jadi karena tidak mau merujuk pada perkataan ulama yang kokoh ilmunya.” (Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah Al-Mukhtashar, hlm. 63) Ketiga: Kesamaran (perkara syubhat) bisa saja terjadi pada perselisihan ulama. Hal ini ditinjau dari keadaan orang awam. Namun kaedah syar’iyah yang wajib bagi orang awam untuk mengamalkannya ketika menghadapi perselisihan para ulama setelah ia meneliti dan mengkaji adalah ia kuatkan pendapat- pendapat yang ada sesuai dengan ilmu dan kewara’an, juga ia bisa memilih pendapat yang dipilih oleh mayoritas ulama. Karena pendapat kebanyakan ulama itu lebih dekat karena seperti syari’at. Dan perkataan orang yang lebih berilmu itu lebih dekat pada kebenaran karena bisa dinilai sebagai syari’at. Begitu pula perkataan ulama yang lebih wara’ (mempunyai sikap kehati-hatian), itu lebih baik diikuti karena serupa dengan syari’at.“ Lihat penjelasan beliau dalam Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah Al- Mukhtashar karya Syaikh Sa’ad bin Nashir Asy-Syatsri, hal. 65. Intinya, kalau orang awam tidak bisa menguatkan pendapat ketika menghadapi perselisihan ulama, maka hendaknya ia tinggalkan perkara yang masih samar tersebut. Jika ia sudah yakin setelah menimbang- nimbang dan melihat dalil, maka ia pilih pendapat yang ia yakini. Keempat: Ada dua manfaat meninggalkan perkara syubhat. Disebutkan dalam hadits, “Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya.” Dari dua faedah ini, Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizahullah mengatakan, “Dari sini menunjukkan bahwa janganlah kita tergesa-gesa sampai jelas suatu perkara.” Lihat Al-Minhah Ar-Rabbaniyah fii Syarh Al- Arba’in An-Nawawiyyah, hlm. 106. Kelima: Hadits ini menunjukkan bahwa jika seseorang bermudah-mudahan dan seenaknya saja memilih yang ia suka padahal perkara tersebut masih samar hukumnya, maka ia bisa jadi terjerumus dalam keharaman. Ibnu Daqiq Al-‘Ied mengatakan bahwa orang yang terjerumus dalam syubhat bisa terjatuh pada yang haram dilihat dari dua sisi: (1) barangsiapa yang tidak bertakwa pada Allah lalu ia mudah-mudahan memilih suatu yang masih syubhat (samar), itu bisa mengantarkannya pada yang haram, (2) kebanyakan orang yang terjatuh dalam syubhat, gelaplah hatinya karena hilang dari dirinya cahaya ilmu dan cahaya sifat wara’, jadinya ia terjatuh dalam keharaman dalam keadaan ia tidak tahu. Bisa jadi ia berdosa karena sikapnya yang selalu meremehkan. Lihat Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah, penjelasan Ibnu Daqiq Al ‘Ied, hlm. 49. Namun catatan yang perlu diperhatikan, sebagian orang mengatakan bahwa selama masih ada khilaf (perselisihan ulama), maka engkau boleh memilih pendapat mana saja yang engkau suka. Kami katakan, “Tidak demikian”. Khilaf ulama tidak menjadikan kita seenaknya saja memilih pendapat yang kita suka. Namun hendaknya kita pilih mana yang halal atau haram yang kita yakini. Karena jika sikap kita semacam tadi, dapat membuat kita terjatuh dalam keharaman. Lihat Al-Minhah Ar-Rabbaniyah fii Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah, hlm. 107. Keenam: Jika perkaranya syubhat (samar), maka sepatutnya ditinggalkan. Karena jika seandainya kenyataan bahwa perkara tersebut itu haram, maka ia berarti telah berlepas diri. Jika ternyata halal, maka ia telah diberi ganjaran karena meninggalkannya untuk maksud semacam itu. Karena asalnya, perkara tersebut ada sisi bahaya dan sisi bolehnya.” (Fath Al-Bari, 4:291)
  • 10. Ketujuh: Para ulama katakan bahwa hati adalah malikul a’dhoo (rajanya anggota badan), sedangkan anggota badan adalah junuduhu (tentaranya). Lihat Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:210. Kedelapan: Para ulama mengungkapkan baiknya hati dengan istilah yang berbeda sebagai berikut: 1. Yang dimaksud baiknya hati adalah rasa takut kepada Allah dan siksa-Nya. 2. Yang dimaksud adalah niat yang ikhlas karena Allah, ia tidak melangkahkan dirinya dalam ibadah melainkan dengan niat taqorrub kepada Allah, dan ia tidak meninggalkan maksiat melainkan untuk mencari ridha Allah. 3. Yang dimaksud adalah rasa cinta kepada Allah, juga cinta pada wali Allah dan mencintai ketaatan. Kesembilan: Rusaknya hati adalah dengan terjerumus pada perkara syubhat, terjatuh dalam maksiat dengan memakan yang haram. Bahkan seluruh maksiat bisa merusak hati, seperti dengan memandang yang haram, mendengar yang haram. Jika seseorang melihat sesuatu yang haram, maka rusaklah hatinya. Jika seseorang mendengar yang haram seperti mendengar nyanyian dan alat musik, maka rusaklah hatinya. Hendaklah kita melakukan sebab supaya baik hati kita. Namun baiknya hati tetap di tangan Allah. Lihat Al-Minhah Ar-Rabbaniyah fii Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah, hlm. 110. Semoga Allah terus memberikan ketakwaan kepada kita. Sumber https://rumaysho.com/17476-hadits-arbain-06-hati-hati-dengan-syubhat-dan-jaga-hati.html © Jika halal-haram tidak diperhatikan, dampak jeleknya begitu luar biasa. Kali ini kita akan lihat apa saja dampak dari harta haram. Pertama: Memakan harta haram berarti mendurhakai Allah dan mengikuti langkah setan. Dalam surah Al-Baqarah disebutkan, ْ ‫م‬ ُ ‫ك‬ َ ‫ل‬ ُ ‫ه‬ َّ ‫ن‬ِ‫إ‬ ۚ ِ ‫ان‬ َ ‫ط‬ْ‫ي‬ َّ ‫الش‬ ِ ‫ات‬ َ ‫و‬ ُ ‫ط‬ ُ ‫خ‬ ‫وا‬ ُ‫ع‬ِ‫ب‬ َّ ‫ت‬ َ ‫ت‬ َ ‫َل‬ َ ‫و‬ ‫ا‬ً‫ب‬ِّ‫ي‬ َ ‫ط‬ ‫ى‬ ‫َل‬ َ ‫َل‬ َ ‫ح‬ ِ ‫ض‬ ْ ‫ر‬ َ ْ ‫اِل‬ ‫ي‬ ِ ‫ف‬ ‫ا‬ َّ‫م‬ ِ ‫م‬ ‫وا‬ ُ ‫ل‬ ُ ‫ك‬ ُ ‫اس‬ َّ ‫الن‬ ‫ا‬ َ ‫ه‬ُّ‫ي‬ َ ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬ ‫ي‬ِ‫ب‬ ُ‫م‬ ٌّ ‫و‬ ُ ‫د‬ َ‫ع‬ “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168) Disebutkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Badai’ Al-Fawaid (3:381-385), ada beberapa langkah setan dalam menyesatkan manusia, jika langkah pertama tidak bisa, maka akan beralih pada langkah selanjutnya dan seterusnya: Sumber https://rumaysho.com/22549-tujuh-dampak-harta-haram.html Disebutkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Badai’ Al-Fawaid (3:381-385), ada beberapa langkah setan dalam menyesatkan manusia, jika langkah pertama tidak bisa, maka akan beralih pada langkah selanjutnya dan seterusnya: Langkah pertama: Diajak pada kekafiran, kesyirikan, serta memusuhi Allah dan Rasul-Nya. Langkah kedua: Diajak pada amalan yang tidak ada tuntunan (bidah). Langkah ketiga: Diajak pada dosa besar (al-kabair). Langkah keempat: Diajak dalam dosa kecil (ash-shaghair). Langkah kelima: Disibukkan dengan perkara mubah (yang sifatnya boleh, tidak ada pahala dan tidak ada sanksi di dalamnya) hingga berlebihan. Langkah keenam: Disibukkan dalam amalan yang kurang afdal, padahal ada amalan yang lebih afdal. Sumber https://rumaysho.com/22549-tujuh-dampak-harta-haram.html Kedua: Akan membuat kurang semangat dalam beramal saleh Dalam ayat disebutkan, ‫ا‬ َ ‫ه‬ُّ‫ي‬ َ ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬ ‫يم‬ِ‫ل‬ َ‫ع‬ َ ‫ون‬ ُ ‫ل‬ َ‫م‬ ْ‫ع‬ َ ‫ت‬ ‫ا‬ َ‫م‬ِ‫ب‬ ‫ي‬ ِّ ‫ب‬ِ‫إ‬ ‫ا‬ ً ‫ح‬ِ‫ال‬ َ ‫ص‬ ‫وا‬ ُ ‫ل‬ َ‫م‬ ْ‫اع‬ َ ‫و‬ ِ ‫ات‬َ‫ب‬ِّ‫ي‬ َّ ‫الط‬ َ ‫ن‬ ِ ‫م‬ ‫وا‬ ُ ‫ل‬ ُ ‫ك‬ ُ‫ل‬ ُ ‫س‬ُّ ‫الر‬ “Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang thayyib (yang baik), dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mu’minun: 51). Yang dimaksud dengan makan yang thayyib di sini adalah makan yang halal sebagaimana disebutkan oleh Sa’id bin Jubair dan Adh-Dhahak. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim karya Ibnu Katsir, 5:462.
  • 11. Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah Ta’ala pada ayat ini memerintahkan para rasul ‘alaihimush sholaatu was salaam untuk memakan makanan yang halal dan beramal saleh. Penyandingan dua perintah ini adalah isyarat bahwa makanan halal adalah yang menyemangati melakukan amal saleh.” (Tafsir Al- Qur’an Al-‘Azhim, 5:462). Ketiga: Memakan harta haram adalah kebiasaan buruk orang Yahudi. Sebagaimana disebutkan dalam ayat, ‫ي‬ ِ ‫ف‬ َ ‫ون‬ ُ‫ع‬ِ ‫ار‬ َ ‫س‬ُ‫ي‬ ْ ‫م‬ ُ ‫ه‬ ْ ‫ن‬ ِ ‫م‬ ‫ا‬ً ‫َب‬ِ‫ث‬ َ ‫ك‬ ٰ ‫ى‬ َ ‫ر‬ َ ‫ت‬ َ ‫و‬ َ ‫ون‬ ُ ‫ل‬ َ‫م‬ ْ‫ع‬َ‫ي‬ ‫وا‬ ُ ‫ان‬ َ ‫ك‬‫ا‬ َ‫م‬ َ ‫س‬ ْ ‫ئ‬ِ‫ب‬ َ ‫ل‬ ۚ َ ‫ت‬ ْ ‫ح‬ ُّ ‫الس‬ ُ ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ ْ ‫ك‬ َ ‫أ‬ َ ‫و‬ ِ ‫ان‬ َ ‫و‬ ْ ‫د‬ ُ‫ع‬ ْ ‫ال‬ َ ‫و‬ ِ ‫م‬ ْ ‫ث‬ ِ ْ ‫اْل‬ ‫وا‬ ُ ‫ان‬ َ ‫ك‬‫ا‬ َ‫م‬ َ ‫س‬ ْ ‫ئ‬ِ‫ب‬ َ ‫ل‬ ۚ َ ‫ت‬ ْ ‫ح‬ ُّ ‫الس‬ ُ ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ ْ ‫ك‬ َ ‫أ‬ َ ‫و‬ َ ‫م‬ ْ ‫ث‬ ِ ْ ‫اْل‬ ُ ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ ْ ‫و‬ َ ‫ق‬ ْ ‫ن‬ َ‫ع‬ ُ ‫ار‬َ‫ب‬ ْ ‫ح‬ َ ْ ‫اِل‬ َ ‫و‬ َ ‫ون‬ُّ‫ي‬ِ‫ان‬َّ‫ب‬ َّ ‫الر‬ ُ ‫م‬ ُ ‫اه‬ َ ‫ه‬ ْ ‫ن‬َ‫ي‬ َ ‫َل‬ ْ ‫و‬ َ ‫ل‬ َ ‫ون‬ ُ‫ع‬ َ ‫ن‬ ْ ‫ص‬َ‫ي‬ “Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu. Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu.” (QS. Al-Maidah: 62-63) Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan bahwa rabbaniyyun adalah para ulama yang menjadi pelayan melayani rakyatnya. Sedangkan ahbar hanyalah sebagai ulama. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 3:429. Ayat berikut membicarakan kebiasaan Yahudi yang memakan riba, ‫ى‬ ‫َب‬ِ‫ث‬ َ ‫ك‬ ِ ‫ى‬ ‫اَّلل‬ ِ ‫يل‬ِ‫ب‬ َ ‫س‬ ْ ‫ن‬ َ‫ع‬ ْ ‫م‬ ِ ‫ه‬ ِّ ‫د‬ َ ‫ص‬ِ‫ب‬ َ ‫و‬ ْ ‫م‬ ُ ‫ه‬ َ ‫ل‬ ْ ‫ت‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ِ ‫ح‬ ُ ‫أ‬ ٍ ‫ات‬َ‫ب‬ِّ‫ي‬ َ ‫ط‬ ْ ‫م‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ‫ع‬ ‫ا‬ َ ‫ن‬ ْ‫م‬َّ ‫ر‬ َ ‫ح‬ ‫وا‬ ُ ‫اد‬ َ ‫ه‬ َ ‫ين‬ ِ ‫ذ‬ ‫ى‬ ‫ال‬ َ ‫ن‬ ِ ‫م‬ ٍ ‫م‬ ْ ‫ل‬ ُ ‫ظ‬ِ‫ب‬ َ َ ِّ ‫الر‬ ُ ‫م‬ ِ ‫ه‬ ِ ‫ذ‬ ْ ‫خ‬ َ ‫أ‬ َ ‫و‬ , َ‫ب‬ ْ ‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ً‫يم‬ِ‫ل‬ َ ‫أ‬ ‫ا‬ً‫اب‬ َ ‫ذ‬ َ‫ع‬ ْ ‫م‬ ُ ‫ه‬ ْ ‫ن‬ ِ ‫م‬ َ ‫ين‬ِ ‫ر‬ َِ‫ا‬ َ ‫ك‬ ْ ‫ل‬ِ‫ل‬ ‫ا‬ َ ‫ن‬ ْ ‫د‬ َ ‫ت‬ ْ‫ع‬ َ ‫أ‬ َ ‫و‬ ۚ ِ ‫ل‬ ِ ‫اط‬َ‫ب‬ ْ ‫ال‬ِ‫ب‬ ِ ‫اس‬ َّ ‫الن‬ َ‫ال‬ َ ‫و‬ ْ‫م‬ َ ‫أ‬ ْ ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ ْ ‫ك‬ َ ‫أ‬ َ ‫و‬ ُ ‫ه‬ ْ ‫ن‬ َ‫ع‬ ‫وا‬ ُ ‫ه‬ ُ ‫ن‬ “Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik- baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” (QS. An-Nisaa’: 160- 161) Ibnu Katsir mengatakan bahwa Allah telah melarang riba pada kaum Yahudi, namun mereka menerjangnya dan mereka memakan riba tersebut. Mereka pun melakukan pengelabuan untuk bisa menerjang riba. Itulah yang dilakukan mereka memakan harta manusia dengan cara yang batil. (Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 3:273). Siapa yang mengambil riba bahkan melakukan tipu daya dan akal-akalan supaya riba itu menjadi halal, berarti ia telah mengikuti jejak kaum Yahudi. Dan inilah yang sudah diisyaratkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, َ ‫ر‬ ِ ‫ذ‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ ً‫اع‬ َ ‫ر‬ ِ ‫ذ‬ َ ‫و‬ ٍ ْ ‫َب‬ ِ ‫ش‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ً ْ ‫َب‬ ِ ِ ، ‫ا‬ َ ‫ه‬ َ ‫ل‬ْ‫ب‬ َ ‫ق‬ ِ ‫ون‬ ُ ‫ر‬ ُ ‫ق‬ ْ ‫ال‬ ِ ‫ذ‬ ْ ‫خ‬ َ ‫أ‬ِ‫ب‬ ِ ُ ‫ب‬ َّ‫م‬ ُ ‫أ‬ َ ‫ذ‬ ُ ‫خ‬ ْ ‫أ‬ َ ‫ت‬ َُّ ‫ب‬ َ ‫ح‬ ُ ‫ة‬ َ‫اع‬ َّ ‫الس‬ ُ ‫وم‬ ُ ‫ق‬ َ ‫ت‬ َ ‫ال‬ ٍ ‫اع‬ ِ ‫ى‬ ‫اَّلل‬ َ‫ول‬ ُ ‫س‬ َ ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ي‬ َ‫يل‬ ِ ‫ق‬ َ َ . َ ‫س‬ِ ‫ار‬ َ ‫ف‬ َ ‫ك‬ َ‫ال‬ َ ‫ق‬ َ َ . ِ ‫وم‬ ُّ ‫الر‬ َ ‫و‬ َ ‫ك‬ِ‫ئ‬ َ ‫ول‬ ُ ‫أ‬ َّ ‫ال‬ِ‫إ‬ ُ ‫اس‬ َّ ‫الن‬ ِ ‫ن‬ َ‫م‬ َ ‫و‬ “Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?” (HR. Bukhari, no. 7319) Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ٍّ ‫ب‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ر‬ ْ ‫ح‬ ُ ‫ج‬ ِ ‫ف‬ ‫وا‬ ُ ‫ل‬ َ ‫خ‬ َ ‫د‬ ْ ‫و‬ َ ‫ل‬ َُّ ‫ب‬ َ ‫ح‬ ٍ ‫اع‬َ ‫ر‬ ِ ‫ذ‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ ً‫اع‬ َ ‫ر‬ ِ ‫ذ‬ َ ‫و‬ ٍ ْ ‫َب‬ ِ ‫ش‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ً ْ ‫َب‬ ِ ِ ْ ‫م‬ ُ ‫ك‬ِ‫ل‬ْ‫ب‬ َ ‫ق‬ ْ ‫ن‬ ِ ‫م‬ َ ‫ين‬ ِ ‫ذ‬ ‫ى‬ ‫ال‬ َ َ ‫ي‬ َ ‫س‬ َّ ‫ن‬ ُ‫ع‬ِ‫ب‬ َّ ‫ت‬ َ ‫ت‬ َ ‫ل‬ ْ ‫ن‬ َ‫م‬ َ َ : َ‫ال‬ َ ‫ق‬ ‫ى‬ َ ‫ار‬ َ ‫ص‬ َّ ‫الن‬ َ ‫و‬ َ ‫ود‬ ُ ‫ه‬َ‫ي‬ ْ ‫آل‬ ِ ‫ى‬ ‫اَّلل‬ َ‫ول‬ ُ ‫س‬ َ ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ي‬ ‫ا‬ َ ‫ن‬ ْ ‫ل‬ ُ ‫ق‬ , ْ ‫م‬ ُ ‫وه‬ ُ‫م‬ ُ ‫ت‬ ْ‫ع‬َ‫ب‬ َّ ‫ت‬ َ ‫ال‬ “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, - pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim, no. 2669). Ibnu Taimiyah menjelaskan, tidak diragukan lagi bahwa umat Islam ada yang kelak akan mengikuti jejak Yahudi dan Nashrani dalam sebagian perkara. Lihat Majmu’ah Al-Fatawa, 27: 286.
  • 12. Keempat: Badan yang tumbuh dari harta yang haram akan berhak disentuh api neraka. Yang pernah dinasihati oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Ka’ab, َ ‫ة‬َ ‫ر‬ ْ ‫ج‬ ُ‫ع‬ َ ‫ن‬ْ‫ب‬ ُ ‫ب‬ ْ‫ع‬ َ ‫ك‬‫ا‬َ‫ي‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ َ ‫َل‬ ْ ‫و‬ َ ‫أ‬ ُ ‫ار‬ َّ ‫الن‬ ِ ‫ت‬ َ ‫ان‬ َ ‫ك‬ َّ ‫ال‬ِ‫إ‬ ٍ ‫ت‬ ْ ‫ح‬ ُ ‫س‬ ْ ‫ن‬ ِ ‫م‬ َ ‫ت‬َ‫ب‬ َ ‫ن‬ ‫م‬ ْ ‫ح‬ َ ‫ل‬‫و‬ُ‫ب‬ ْ ‫ر‬َ‫ي‬ َ ‫ال‬ ُ ‫ه‬ َّ ‫ن‬ِ‫إ‬ “Wahai Ka’ab bin ‘Ujroh, sesungguhnya daging badan yang tumbuh berkembang dari sesuatu yang haram akan berhak dibakar dalam api neraka.” (HR. Tirmidzi, no. 614. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan). Kelima: Doa sulit dikabulkan Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, َ ‫ر‬ َ‫م‬ َ ‫أ‬ َ‫هللا‬ َّ ‫ن‬ِ‫إ‬ َ ‫و‬ ، ً ‫با‬ِّ‫ي‬ َ ‫ط‬ َّ ‫ال‬ِ‫إ‬ ُ‫ل‬َ‫ب‬ ْ ‫ق‬َ‫ي‬ َ ‫ال‬ ‫ب‬ِّ‫ي‬ َ ‫ط‬ َ‫هللا‬ َّ ‫ن‬ِ‫إ‬ َ ‫ن‬ ِ ‫م‬ ‫ا‬ ْ ‫و‬ ُ ‫ل‬ ُ ‫ك‬ ُ‫ل‬ ُ ‫س‬ُّ ‫الر‬ ‫ا‬ َ ‫ه‬ُّ‫ي‬ َ ‫أ‬ ‫ا‬َ‫{ي‬ َ‫ال‬ َ ‫ق‬ َ َ َ ْ ‫ي‬ِ‫ل‬ َ ‫س‬ْ ‫ر‬ ُ‫الم‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ َ ‫ر‬ َ‫م‬ َ ‫أ‬ ‫ا‬ َ‫م‬ِ‫ب‬ َ ْ ‫ي‬ِ‫ن‬ ِ ‫م‬ ْ ‫ؤ‬ ُ‫الم‬ ْ ‫م‬ ُ ‫اك‬ َ ‫ن‬ ْ ‫ق‬ َ ‫ز‬ َ ‫ر‬ ‫ا‬ َ‫م‬ ِ ‫ات‬َ‫ب‬ِّ‫ي‬ َ ‫ط‬ ْ ‫ن‬ ِ ‫م‬ ‫وا‬ ُ ‫ل‬ ُ ‫ك‬‫وا‬ ُ ‫ن‬ َ‫آم‬ َ ‫ن‬ْ‫ي‬ ِّ ‫الذ‬ ‫ا‬ َ ‫ه‬ُّ‫ي‬ َ ‫أ‬ ‫ا‬َ‫{ي‬ َ ‫اَل‬ َ‫ع‬ َ ‫ت‬ َ‫ال‬ َ ‫ق‬ َ ‫و‬ }‫ا‬ ً ‫ح‬ِ‫ال‬ َ ‫ص‬ ‫وا‬ ُ ‫ل‬ َ‫م‬ ْ‫اع‬ َ ‫و‬ ِ ‫ات‬َ‫ب‬ِّ‫ي‬ َّ ‫الط‬ ُ‫ي‬ َ‫ل‬ ُ ‫ج‬َّ ‫الر‬ َ ‫ر‬ َ ‫ك‬ َ ‫ذ‬ َّ ‫م‬ ُ ‫ث‬ } ُ‫ل‬ْ‫ي‬ ِ ‫ط‬ َّ ‫الس‬ ِ ‫ذ‬ ُ ‫غ‬ َ ‫و‬ ‫ام‬َ ‫ر‬ َ ‫ح‬ ُ ‫ه‬ ُ ‫س‬َ‫ب‬ ْ ‫ل‬ َ‫م‬ َ ‫و‬‫ام‬َ ‫ر‬ َ ‫ح‬ ُ ‫ه‬ ُ‫م‬ َ‫ع‬ ْ ‫ط‬ َ‫م‬ َ ‫و‬ ، ِّ ‫ب‬ َ ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ي‬ ِّ ‫ب‬ َ ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ي‬ : ِ‫اء‬ َ‫م‬ َّ ‫الس‬ َ ‫َل‬ِ‫إ‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ َ ‫د‬َ‫ي‬ ُّ ‫د‬ ُ‫م‬َ‫ي‬ َ َ ‫َب‬ ْ ‫غ‬ َ ‫أ‬ َ ‫ث‬ َ‫ع‬ ْ ِ َ ‫أ‬ َ ‫ر‬ َ ‫ف‬ َّ ‫ب‬ َ ‫أ‬ َ َ ِ ‫ام‬َ ‫ر‬ َ ‫الح‬ِ‫ب‬ َ ‫ي‬ ‫ه‬ َ ‫ل‬ ُ ‫اب‬ َ ‫ج‬ َ ‫ت‬ ْ ‫س‬ُ‫ي‬ ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik (thayyib), tidak menerima kecuali yang baik (thayyib). Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kaum mukminin seperti apa yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shalih.’ (QS. Al-Mu’minun: 51). Dan Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu.’ (QS. Al-Baqarah: 172). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan seseorang yang lama bepergian; rambutnya kusut, berdebu, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit, lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, wahai Rabbku.’ Padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia dikenyangkan dari yang haram, bagaimana mungkin doanya bisa terkabul.” (HR. Muslim, no. 1015) Empat sebab terkabulnya doa sudah ada pada orang ini yaitu: 1. Keadaan dalam perjalanan jauh (safar). 2. Meminta dalam keadaan sangat butuh (genting). 3. Menengadahkan tangan ke langit. 4. Memanggil Allah dengan panggilan “Yaa Rabbii” (wahai Rabb-ku) atau memuji Allah dengan menyebut nama dan sifat-Nya, misalnya: “Yaa Dzal Jalaali wal Ikraam” (wahai Rabb yang memiliki keagungan dan kemuliaan), “Yaa Mujiibas Saa’iliin” (wahai Rabb yang Mengabulkan doa orang yang meminta kepada- Mu), dan lain-lain. Sumber https://rumaysho.com/22549-tujuh-dampak-harta-haram.html Keenam: Harta haram membuat kaum muslimin jadi mundur dan hina Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ُ ‫ى‬ ‫اَّلل‬ َ ‫ط‬ ‫ى‬ ‫ل‬ َ ‫س‬ َ ‫اد‬ َ ‫ه‬ ِ ‫ج‬ ْ ‫ال‬ ُ ‫م‬ ُ ‫ت‬ ْ ‫ك‬َ ‫ر‬ َ ‫ت‬ َ ‫و‬ ِ ‫ع‬ْ ‫ر‬ َّ ‫الز‬ِ‫ب‬ ْ ‫م‬ ُ ‫يت‬ ِ ‫ض‬ َ ‫ر‬ َ ‫و‬ ِ ‫ر‬ َ ‫ق‬َ‫ب‬ ْ ‫ال‬ َ ‫اب‬ َ ‫ن‬ ْ ‫ذ‬ َ ‫أ‬ ْ ‫م‬ ُ ‫ت‬ ْ ‫ذ‬ َ ‫خ‬ َ ‫أ‬ َ ‫و‬ ِ‫ة‬ َ ‫ين‬ ِ ‫ع‬ ْ ‫ال‬ِ‫ب‬ ْ ‫م‬ ُ ‫ت‬ ْ‫ع‬َ‫اي‬َ‫ب‬ َ ‫ت‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ ‫ال‬ ‫ل‬ ‫ال‬ ُ ‫ذ‬ ْ ‫م‬ ُ ‫ك‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ‫ع‬ َُّ ‫ب‬ َ ‫ح‬ ُ ‫ه‬ ُ‫ع‬ِ ْ ‫َب‬َ‫ي‬ ْ ‫م‬ ُ ‫ك‬ِ‫ين‬ ِ ‫د‬ َ ‫َل‬ِ‫إ‬ ‫وا‬ ُ‫ع‬ ِ ‫ج‬ْ ‫ر‬ َ ‫ت‬ “Jika kalian berjual beli dengan cara ‘inah (salah satu transaksi riba), mengikuti ekor sapi (maksudnya: sibuk dengan peternakan), ridha dengan bercocok tanam (maksudnya: sibuk dengan pertanian) dan meninggalkan jihad (yang saat itu fardhu ‘ain), maka Allah akan menguasakan kehinaan atas kalian. Allah tidak akan mencabutnya dari kalian hingga kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Daud, no. 3462. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih. Lihat ‘Aunul Ma’bud, 9:242). Ketujuh: Karena harta haram banyak musibah dan bencana terjadi Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ِ‫هللا‬ َ ‫اب‬ َ ‫ذ‬ َ‫ع‬ ْ ‫م‬ ِ‫ه‬ ِ ‫س‬ ُ ‫ف‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ ْ ‫و‬ ُّ ‫ل‬ َ ‫ح‬ َ ‫أ‬ ْ ‫د‬ َ ‫ق‬ َ َ ٍ‫ة‬َ‫ي‬ ْ ‫ر‬ َ ‫ق‬ ‫ي‬ ِ ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ب‬ ِّ ‫الر‬ َ ‫و‬ َ ‫نا‬ِّ ‫الز‬ َ ‫ر‬ َ ‫ه‬ َ ‫ظ‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬ِ‫إ‬ “Apabila telah marak perzinaan dan praktek ribawi di suatu negeri, maka sungguh penduduk negeri tersebut telah menghalalkan diri mereka untuk diadzab oleh Allah.” (HR. Al-Hakim. Beliau mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Imam Adz-Dzahabi mengatakan, hadits ini shahih. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan lighairi sebagaimana disebut dalam Shahih At-Targhib wa Tarhib, no. 1859). Semoga Allah mengaruniakan kepada kita rezeki yang halal. Sumber https://rumaysho.com/22549-tujuh-dampak-harta-haram.html