Dokumen Keesaan Gereja (DKG) adalah rumusan pengakuan bersama gereja-gereja di Indonesia yang terdiri dari 5 dokumen utama yaitu Prasetya Keesaan, Pokok-pokok Tugas Panggilan Bersama, Pemahaman Bersama Iman Kristen, Piagam Saling Mengakui dan Menerima, dan Tata Dasar PGI. DKG merupakan hasil pergumulan teologis gereja-gereja sejak berdirinya DGI pada 1950 dan mengalami
1. Dokumen Keesaan Gereja (DKG)
Dokumen Keesaan Gereja (DKG)
- Dokumen Keesaan Gereja adalah rumusan pengakuan bersama gereja-gereja di Indonesia yang
disusun dalam wadah Oikumene FGI/PGI. Adapun tujuan penyusunan dokumen ini sebagai pedoman
dan alat dalam mewujudkan gereja Kristen yang esa di Indonesia.Dokumen Keesaan Gereja disingkat
denan DKG yang dikenal pada saat ini merupakan pembaruan dan penyempurnaan terus menerus
dari naskah-naskah sebelumnya.
Berikut ini idi dari 5 Dokumen Keesaan Gereja :
1. Pokok-pokok tugas panggilan bersama (PTTB)
2. Pemahaman bersama Iman Kristen (PBIK)
3. Piagam saling mengakui dan menerima (PSMSM) di antara gereja-gereja PGI
4. Menuju kemandirian teologi daya dan dana (MKTDD)
5. Tata dasar persekutuan gereja-gereja di Indonesia (TD-PGI)
- LDKG mengalami penyempurnaan pada Sinode Raya XI pada tahun 1989 di Surabaya. Pada LDKG
diberikan tambahan sejenis pengantar umum untuk keseluruhan LDKG secara utuh dan
menempatkannya secara terpisah dari ke-5 dokumen. Pengantar umum bernama Prasetya Keesaan.
Pemahaman gereja mengenai gereja Kristen yang esa di Indonesia dalam Sidang Raya DGI I
mendorong DGI untuk melakukan studi dan penyelidikan bersama mengenai pengakuan iman, tata
gereja, katekisasi dan liturgy yang digunakan oleh gereja-gereja anggotanya. Studi dan penyelidikan
ini memuncak pada Sidang Raya DGI VI pada tahun 1967 di Ujung Pandang yang diperkenalkan
dalam konsep Tata Sinode Oikumene Gereja di Indonesia (Sinogi) dan Pemahama n Iman Bersama
pada Sidang Raya DGI VII tahun 197 1 di Pemantang Siantar, konsep Sinogi dan Pemahaman Iman
Bersama diterima sebagian karena gereja-gereja di Indonesia pada saat itu dinilai belum siap. Inilah
tahap awal perubahan, nama dan pemahaman diri. Oleh karena itu dibutuhkan usaha-usaha
mewujudkan keesaan secara konkrit pada Sidang Raya XI tahun 1980 di Tomohon. Usaha -usaha
konkrit mewujudkan keesaan semakin berkembang. Simbol-simbol ini mendorong pembicaraan
mengenai simbol-simbol keesaan yang merupakan kristalisasi dari 5 Dokumen Keesaan Gereja.
Simbol keesaan ini meliputi 4 dokumen, yaitu :
1. Piagam Prasetya Keesaan
2. Pemahaman Iman Bersama
3. Piagam Saling Mengakui dan Menerima
4. Tata Gereja Dasar
Kemudian pada Sidang Raya DGI/PGI X pada tahun 1984 di Ambon, dokumen-dokumen ini
dirumuskan kembali dan disahkan dengan nama 5 Dokumen Keesaan Gereja (LDKG). Pada sidang ini
juga wadah keesaan gerejaberganti nama DGI menjadi PGI. Pergumulan Theologis gere ja-gereja di
2. Indonesia. Karena itu dokumen ini juga merupakan hasil pergumulan theologies gereja -gereja di
Indonesia sejak berdirinya DGI pada tahun 1950.
Kekuatan LDKG ialah merupakan dokumen keesaan dengan nilai theologies-eklesiologis, historis dan
misiologis dalam Sidang Raya XIII PGI tahun 1994 di Jayapura dilakukan perbaikan namun tidak
banyak melakukan perubahan sehingga susunan 5 Dokumen Keesaan Gereja menjadi :
Ø Prasetya Keesaan
1. Pokok-pokok tugas panggilan bersama
2. Pemahaman bersama Iman Kristen
3. Piagam saling mengakui dan menerima
4. Tata dasar PGI
5. Menuju kemandirian theology daya dan dana
Ø Daftar-daftar anggota PGI
1. Pokok-pokok tugas panggilan bersama
Dokumen ini memuat hal-hal dasariah mengenai :
a) Pemahaman bersama gereja-gereja yentang tugas panggilan (misi) bersama
b) Konteks nyata dimana gereja ditempatkan dalam suatu realism yang berpengharapan
Dokumen ini pun dilihat sebagai dokumen misiologi dari gereja-gereja di Indonesia.
2. Tata dasar
Dokumen tata dasar isinya 13 BAByang berisi tata gereja bagio organisasi gereja. Dilihat dari isinya
ada pemahaman baru tentang gereja yang esa.keesaan tidak dibentuk karena sejatinya ia memang esa
namun belum terwujud. Maka dari itu, rumusan tujuan tidak lagi membentuk gereja Kristen yang esa
melainkan secara konkrit. Dilihat dari fungsinya ia semacam aturan main organisasi dan mirip
anggaran dasar dari organisasi pa umumnya atau tata gereja pada khusunya demikian tata gereja
merupakan alat bagi persekutuan gereja-gereja di Indonesia untuk melaksanakan kiprahnya.
3. Piagam saling mengakui dan menerima (PSMSM)
PSMSM isinya 12 BAByang berkaitan dengan keanggotaan danpenerimaan gereja-gereja dan anggota
untuk salingmengakui dan menerima berkaitan dengan pemberitaan firman, pelaksanaan sakramen
dan beberapa hal yang berkaitan dengan penggembalaan jemaat. Dilihat dari isinya PSMSM ini
menggarisbawahi bahwa keberagaman denominasi dan organisasi gerejatidak dipertentangkan satu
sama lain melainkan dilihat sebagai kwkayaan manivestasi dari gereja yang satu. Sedangkan dilihat
dari fungsinya, PSMSM berperan sebagai hubungan kreatif antara gereja-gereja amggota dimana di
dalam identitas masing-masing gereja tetap diakui akan tetapi juga ditempatkan dalam hubungan
kebersamaan dengan identitas gereja lain. Dalam hal ini ada penghormatan terhadap perbedaan dan
penerimaan keberagaman sebagai yang memperkaya persekutuan. Dengan diterima dokumen ini
menunjukkan langkah menuju perwujudan gereja Kristen yang esa semakin jelas.
4. Pemahaman bersama Iman Kristen (PBIK)
Dokumen inimembahas mengenai bagaimana setiap jemaat Kristus memahami arti sebuah iman.
Ada 7 poin yang dibahas di sini :
3. a) Allah
b) Penciptaandan pemeliharaan
c) Manusia
d) Penyelamatan
e) Mengenai kehidupan
f) Alkitab
5. Dokumen kemandirian daya dan dana, ditata sebagai berikut :
a) Dasar pemikiran yang terdiri dari :
§ Penjelasan umum tentang kemandirian
§ Kemandirian sebagai panggilan gereja
b) Permasalahan
c) Kerangka dasar untuk penyusunan program yang memuat pikiran-pikiran prinsip :
§ Kemandirian theology
§ Kemandirian daya
§ Kemandirian dana