1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan perkembangan hukum gereja sejak masa awal gereja hingga abad ke-19.
2. Beberapa tokoh seperti Voetius, Bouman, dan Haitjema memberikan pandangan tentang hukum gereja.
3. Dokumen juga menjelaskan bentuk-bentuk organisasi kepemimpinan gereja seperti episkopal, presbiterial, dan congregational.
2. - G. Voetius, menyebut hukum gereja sebagai ilmu
yang suci tentang pemerintahan Gereja yang
kehilahatan
- H. Bouman, hukum gereja adalah “hukum yang
berlaku dan harus berlaku” dalam gereja sebagai
“lembaga”.
- Th. Haitjema, ia tidak mau berkata-kata tentang
hukum gereja, tetapi “orde” atau “peraturan”
dalam hidup dan pelayanan Gereja
- H. Berkhoft, mengenai hukum gereja lebih
menyetujui kata “peraturan” atau “tata gereja”
daripada tentang hukum gereja.
3. Kesimpulannya adalah:
Hukum gereja ialah ilmu yang mempelajari
dan menguraikan segala peraturan dan
penetapan yang digunakan oleh gerja untuk
menata atau mengatur hidup dan
pelayanannya di dalam dunia.
4. Sebagai disiplin ilmiah, tugas hukum gereja
bukan saja mempelajari peraturan-peraturan
dan penetapan penetapan yang berlaku bagi
gereja, tetapi perlu ditata atau diatur.
Cara yang digunakan gereja untuk menata
atau mengatur hidup dan pelayanannya di
dunia, erat hubungannya dengan
pandangannya tentang hakkikat dan panggilan
gereja.
5. Petunjuk-petunjuk mengenai bagaimana gereja
harus ditata atau atur, sedikit atau banyak
dapat diketahui dari pengakuan iman mereka,
yakni hukum gereja erat hubungan dengan
ekkleseologi lebih dari itu hukum gereja bukan
saja erat hubungannya dengan ekklesiologi
tetapi ia berakar di dalamnya.
6. Hukum umumnya dianggap sebagai suatu alat
untuk nenata atau mengatur kehidupan
bersama. Hukum berusaha mengatur secara
damai dan adil hubungan lahiriah antara
manusia dan sesamanya.
Dengan demikian dapat dikatakan : Hukum
gereja berfungsi mengatur hubungan-
hubungan lahiriah dalam gereja sebagai
lembaga dan hubungan antara Gereja yang
satu dengan Gereja yang lain dan antar Gereja
dan Negara.
7. Tentu aturan dan hukum gereja itu disusun
dan dilakukan adalah untuk membuat serta
menjaga gereja supaya teratur. Itu
diungkapkan Paulus ketika dia menuliskan
suratnya kepada jemaat di Korintus. Dia
mengatakan, “segala sesuatu di situ harus
berlangsung sopan dan teratur“(1 Korintus
14:40).
8. Tata dasar
1. Tata Dasar dan tata rumah tangga selalu dimulai
dengan dengan priambul/pembukaan yang
menerangkan bagaimana gereja itu bergerak dan
melayani di dunia.
2. Tata dasar yang melukiskan gambaran gereja
dalam kertas. Dengan membacanya kita mengerti
bagaimana skema gereja itu di tata dengan bagus.
Di dalamnya akan dibuat apa dan bagaimana
gereja itu, termasuk simbol dan denominasinya.
Siapa warga gereja dan bagaimana penataan
penerimaan warga gereja, apakah dihitung
perkeluarga atau perjiwa. Termasuk juga
kekayaan gereja.
9. 3. Juga dijelaskan bagaimana doktrin dan
perayaan perayaan gereja.
4. Mitra pelayanannya, struktur organisasinya
serta cakupan wilayah pelayanannya.
5. Apa sebutan untuk pelayan pelayannya serta
6. Juga kekayaan yang dimiliki dan dikelola
dengan profesional oleh masing masing
pelayananan di level yang sudah ditentukan,
misalnya jemaat, ressort, wilayah, dan pusat.
10. Tata Rumah tangga:
Biasanya mengatur struktur organisasi dan
pelayanan.
Pengaturan tata cara pemilihan atau
pengangkatan untuk pimpinan pusat, hingga
pelayan terendah seperti penatua atau guru
jemaat.
Mengatur persidangan yang berlaku di setiap
level pelayanan.
11. Kode Etik Kependetaan
1. Kode etik kependetaan berisi rumusan
rumusan dan ketetapan ketetapan yang tidak
boleh dilanggar para pendeta di satu organisasi
gereja. Ini penting menjaga kekudusan ngereja
atau juga kepercayaan jemaat kepada
pendetanya.
2. Di dalamnya juga akan termaktub penjatuhan
hukuman bagi pelanggar pelanggarnya.
12. Hukum siasat Gereja:
1. Berisi aturan aturan yang dimiliki gereja dan
tidak boleh dilanggar siapapun mulai dari para
pimpinan hingga pendeta pendeta dan warga
jemaat.
2. Diambil dari sari pati sepuluh hukum Musa
yang di jabarkan dan diperhadapkan dengan
kehidupan sehari hari.
3. Bagi pelanggar pelanggarnya, di dalamnya
juga ada sanksi hukum pembinaan.
13. Konfessi:
1. Menyangkut pokok kepercayaan dan iman
gereja yang dituangkan untuk membahas
Allah Tritunggal dan ekklesiologi. Didalamnya
dibahas bagaimana menurut gereja tersebut
dimengerti dan dituangkan dalam konfessi
poin demi poin termasuk juga kecenderungan
yang bisa saja dilakukan oleh warga jemaat
yang salah. Itu juga mendapat hukuman
pembinaan.
14. 1. Masa Gereja mula mula pada masa
penganiayaan yang dimulai dari tahun 64-300
terlebih pada masa Diokletianus dan pengganti
penggantinya. Penderitaan tak tertahan.
2. Pada tahun 312 pada masa Constantinus Agus
terjadi perubahan, dan ada kebebasa gereja.
Pada masa itu ada edik Milano
3. Tahun 380 Kaisar Theodosius meresmikan
gereja menjadi gerejanegara.
15. Gereja dari mulanya telah mempunyai
peraturan peraturan. Itu berarti, bahwa gereja
dari mulanya telah menyatakan dirinya dalam
suatu “rupa” yang tertentu: Yaitu suatu rupa
yang terorganisir.
Namun demikian banyak juga orang atau fihak
yang menentangnya: Montanus seorang tokoh
penddiri Montanisme juga mengatakan bahwa
dengan membuat organisasi gereja itu sama
dengan menduniawikan gereja.
16. Dalam abad ke-19 yang lalu John Nelson
Derby, dalam renungannya-tiba kepada
pendapat, bahwa gereja yang di organisir
dengan tatagereja-tatagerejanya, merupakan
suatu halangan bagi hidup bersama dari semua
orang Kristen.
Dalam abad yang sama Rudulph Sohm.
muncul dengan ajaran ”hukum gereja
bertentangan denga hakikat gereja”, dan
karena itu gereja tidak dapat di organisir.
17. Emil Brunner, ia mengatakan adanya
perbedaan gereja sebagai persekutuan percaya
dan gereja sebagai persekutuan kultus. Gereja
sebagai persekutuan percaya tidak ada aturan,
sedangakan gereja sebagai persekutuan kultus
mempunya peraturan.
18. Kis. 14:23 Paulus dan Barnabas menetabkan
jabatan presbiter-presbiter (presbyteroy), penilik-
penilik jemaat (episkopos).
I Tim 3:1-7, syarat-syarat menjadi penilik jemaat
I Tim 3:8-13, syarat-syarat menjadi diaken
I Tim 5:3-16, peraturan untuk jabatan janda-janda
dalam jemaat (presbiter wanita)
I Tim 5:17, tentang penatua yang memimpin dan
penatua yang mengajar
Roma 16:1; Fil 1:1; I Tim 3:8,12, tugas dari diaken.
19. Setelah masa rasul rasul berakhir dan gereja
semakin berkembang, muncul juga banyak
tantangan yang mengakibatkan gereja harus
mempertahankan diri dari tantangan
tantangan tersebut. Juga dibutuhkan
pengorganisasian yang kuat dan rapi.
Pada awalnya hanya episkopos dan
presbiteroslah jabatan yg dimiliki gereja (Kis
20:17;28, Tit 1:5;7)
20. 3 Bentuk kepemimpinan Gereja:
Episkopal merupakan bentuk pemerintahan
gereja yaang otoritas leadership tertingginya
adalah uskup atau bishop.
Sementara presbiterial sinodal adalah sistem
pemerintahan gereja yang otoritasnya
dipegang oleh penatua atau dewan penatua
yang disebut dengan prebiterial sinodal.
Congregational adalah sistem pemerintahan
yang otoritas kepemimpinannya ditentukan
oleh suara warga jemaatnya.