1. 2. Limbah Rumah Tangga
a ) Karakteristik sifat fisik
Limbah rumah tangga (domestic wastes water), merupakan air buangan yang
dibuang yang berasal dari rumah tangga dari rumah tangga dan berasal dari
pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan
air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-
bahan organik.
Adanya bahan-bahan terlarut dan tersuspensi dari limbah dapat
membahayakan lingkungan, karena limbah berbeban rendah. Jenis limbah cair yang
dibuang dapat menyebabkan polusi air. Meskipun merupakan air sisa namun
volumenya besar karena lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-
kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor
(tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan laut dan
akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola dan
atau diolah secara baik.
Karakteristik air limbah perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara
pengolahan yang tepat sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Sama seperti
pengamatan air limbah tahu, pengamatan karakteristik air limbah rumah tangga juga
meliputi suhu, pH, warna, bau, dan endapan. Hasilnya adalah sebagai berikut :
Suhu pH Warna Bau Endapan
26º C 7.47 keruh ( + + +) busuk ( + + + + ) +
Berdasarkan table pengamatan di atas, dapat dilihat bahwa suhu air limbah
rumah tangga ini sama dengan suhu akuades yang dijadikan standar(25º C -26º C)
sehingga suhu air limbah rumah tangga ini dapat dikatakan dalam keadaan normal.
Untuk pH, berdasarkan literature, pada umumnya air limbah rumah tangga bersifat
basa karena biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik
yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari
penguraian tinja, urine dan sampah-sampah lainnya dan cenderung menjadi bersifat
2. asam apabila sudah mulai membusuk. Substansi organik dalam air buangan terdiri
dari 2 gabungan, yakni : Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya urea,
protein, amine dan asam amino. Gabungan yang tak mengandung nitrogen,, misalnya
lemak, sabun dan karbohidrat, termasuk selulosa. Untuk bau, air limbah rumah tangga
memiliki bau sangat busuk dibandingkan dengan ketiga sampel lainnya. Hal ini
disebabkan karena pada air limbah rumah tangga mengandung sisa-sisa pencucian
beras dan sayur, bagian-bagian tinja, dan sebagainya. Akan tetapi berdasarkan
pengamatan pada saat praktikum, pH air limbah rumah tangga tersebut cenderung
netral atau berkisar pada range 7. Ketidaksesuaian hasil pengamatan dengan literature
yang ada mungkin saja disebabkan karena ketidaktelitian praktikan pada saat
melakukan pengukuran pH terebut. Timbulnya bau pada air lingkungan merupakan
indikasi kuat bahwa air telah tercemar. Air yang bau dapat berasal darilimba industri
atau dari hasil degradasi oleh mikroba. Mikroba yang hidup dalam air akan mengubah
organik menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau sehingga mengubah rasa.
Pada air limbah rumah tangga juga terdapan endapan tetapi hanya sedikit. Seharusnya
air limbah rumah tangga memiliki banyak endapan karena terdiri dari bahan-bahan
padat dan suspensi. Akan tetapi sedikitnya endapan yang terdapat pada air limbah
rumah tangga ini bisa saja disebabkan karena pada saat pengambilan di selokan,
endapannya sudah mengendap dibawah sehingga praktikan hanya mengambil bagian
atasnya yaitu airnya saja.
b ) Total mikroorganisme
Setelah mengamati karakteristik air limbah rumah tangga, selanjutnya
dilakukan perhitungan total mikroorganisme yang digunakan pada sampel berbagai
limbah cair adalah metode perhitungan dengan hitungan cawan atau SPC (Standard
plate Count). Prinsip dari perhitungan dengan menggunakan metode SPC ini adalah
jika mikroorganisme yang masih hiduup ditambahkan pada medium agar, maka sel
mikroorganisme tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat
dilihat dan dihitung dengan mata menggunakan mikroskop Media yang digunakan
adalah PCA, karena PCA merupakan media yang dapat menumbuhkan bakteri,
kapang dan khamir.
3. Langkah-langkah yang ditempuh untuk menghitung total mikroorganisme
sama seperti perhitungan total mikroorganisme air limbah tahu. Perlakuan yang
laksanakan yaitu membuat lima kali pengenceran pada sampel limbah yang akan
digunakan, tetapi hanya digunakan dua pengenceran, yaitu 10-4
dan 10-5
. Setelah
inkubasi selesai barulah dilakukan penghitungan jumlah mikroorganisme yang
terdapat pada kedua cawan tersebut dan hasilnya adalah sebagai berikut :
Pengenceran 10-4
10-5
Jumlah mikroorganisme 14 koloni 1 koloni besar
Dari hasil pengamatan diatas besar pengenceran sangat mempengaruhi jumlah
mikroorganisme yang tumbuh, semakin besar pengenceran maka semakin sedikit
mikroorgnisme yang tumbuh, karena konsentrasi limbah sampel berkurang.
Mikroorganisme pada cawan pengenceran 10-5
yang terdapat pada air limbah tahu
jumlahnya lebih sedikt di bandingkan pada air limbah rumah tangga. Dengan adanya
bahan limbah (makanan), metabolisme mikroba akan berlangsung memproduksi sel-
sel baru dan energi dan padatan mikroba akan meningkat. Bila tidak ada makanan,
respirasi endogen akan berlangsung lebih banyak dan akan terjadi pengurangan
padatan mikroorganisme.Selain itu juga oksigen memegang peranan yang kritis
dalam penanganan biologik karena bila oksigen bertindak sebagai aseptor hidrogen
akhir, maka mikroorganisme akan memperoleh energi maksimum. Perubahan relatif
dalam pH juga akan mempengaruhi kapasitas dari cairan dan jumlah substrat yang
digunakan oleh mikroorganisme.
c) Pengujian DO dan BOD
Setelah menguji total mikrorganisme yang ada pada limbah rumah tangga,
selanjutnya kita melakukan pengujian DO dan BOD. Mekanisme untuk pengujan DO
dan BOD air limbah rumah tangga sama seperti mekanisme pada air limbah tahu.
Analisis penentuan nilai DO dan BOD dilakukan secara berkesinambungan. Artinya,
saat pengujian DO selesai maka akan didapat pula nilai BOD. Oleh karena itu,
4. pertama kita tentukan dahulu nilai DO dan barulah kita dapat menentukan nilai BOD
nya. Volume Na2S2O3 menunjukkan jumlah I-
yang setara dengan oksigen. Setelah
dilakukan perhitungan menggunakan rumus, didapatkan hasil sebagai berikut:
ml Na2S2O3 Blanko Hari ke-0 : 14.5 ml ; DO1 Blanko : 464
ml Na2S2O3 Blanko Hari ke-5 : 13.8 ml ; DO2 Blanko : 441.6
ml Na2S2O3 DO1 DO2 BOD ( ppm )
Hari ke-0 20.5 ml
656 505.6 128
Hari ke-5 15.8 ml
Jika dibandingkan dengan air limbah tahu, nilai DO dan BOD air limbah rumah
tangga lebih rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa senyawa organik yang terdapat
pada air limbah rumah tangga lebih sedikit dibandingkan dengan air limbah tahu.
Ketersediaan oksigen dalam limbah akan sangat berpengaruh dalam aktifitas
penguraian senyawa ini. Jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri dalam proses
penguraian senyawa organik tergantung dari banyaknya senyawa organik yang
terdapat pada limbah tersebut. Semakin banyak jumlah senyawa organik, maka
jumlah gas oksigen yang dibutuhkan akan semakin meningkat pula, jadi semakin
besar nilai BOD maka semakin sedikit mikroorganisme yang hidup didalamnya. Dari
perhitungan, kadar BOD air limbah tangga lebih dari 100 ppm, hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar bahan organik telah dimetabolisme dan penanganan lebih
lanjut, mungkin tidak ekonomis.
d) Pengujian COD
Setelah kita mengetahui nilai DO dan BOD air limbah tahu, selajutnya kita
melakukan pengujian COD (Chemical Oxygen Demand) yang merupakan jumlah
oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik dalam sampel.
Parameter ini digunakan untuk menunjukkan jumlah senyawa organik dalam air yang
dapat di oksidasi secara kimia. Mekanisme penhujian dan perhitungan COD air
limbah rumah tangga sama seperti air limbah tahu. Setelah dilakukan titrasi dan di
dapatkan volume oleh Na2S2O3 yang terpakai, barulah kita dapat menghitung nilai
COD pada air limbah rumah tangga tersebut menggunakan rumus :
5. COD = ( blanko – sampel ) x N Natiosulfat x 8 x pengenceran
ml sampel
Berikut ini adalah hasil pengamatan COD air limbah rumah tangga :
ml Na2S2O3 Blanko : 9.5 ml
ml Na2S2O3 COD
9.4 0.012
Beradasarkan hasil pengamatan uji COD keseluruhan, air limbah rumah
tangga memiliki nilai COD terbesar. Hal ini menunjukkan makin besar jumlah
senyawa organik dalam air limbah tahu yang dapat dioksidasi secara kimia. Nilai
COD yang besar ini menggambarkan pula senyawa kimia yang terkandung di
dalamnya sangat besar, sehingga untuk dibuang ke lingkungan perlu penanganan
terlebih dahulu.
e ) Pengujian Bakteri Salmonella - Shigella
Sama seperti pada air limbah tahu, pengujian Bakteri Salmonella – Shigella
pada air limbah rumah tangga dilakukan secara kualitatif namun hanya sampai pada
tahap isolasi. Media yang digunakan pada tahap seleksi adalah Salmonella-Shigella
Agar (SS agar) yang merupakan medium selektif untuk pertumbuhan bakteri
Salmonella-Shigella dan suhu yang digunakan untuk inkubasi adalah 37o
C karena
pada suhu inilah kedua bakteri tersebut dapat tumbuh secara optimum .Pengujian
keberadaan bakteri ini harus dilakukan secara hati-hati karena kedua jenis bakteri ini
bervirulensi tinggi. Pada pengamatan pertama yaitu pengamatan terhadap kultur
dalam cawan petri menunjukkan terdapat jenis mikroorganisme lain yang ikut
tumbuh terlihat dari terbentuknya koloni lain selain yang berwarna hitam atau bening,
ada yang berwarna pink juga orange. Perbedaan antara kedua jenis bakteri ini adalah
salmonella menunjukkan keruh atau bening, tidak berwarna (bagian tengah mungkin
berwarna hitam yang menunjukkan kandungan H2S) dan berflagel sedangkan pada
6. shigella menunjukkan tidak berwarna dan tidak memiliki flagel. Hasil pengamatan
yang kami peroleh adalah sebagai berikut :
Salmonella Shigella
TBUD tidak ada
Berdasarkan tabel pengamatan diatas menunjukkan bahwa pada air limbah
rumah tangga tidak terdapat bakteri shigella akan tetapi bnayak sekali mengandung
bakteri salmonella. Hal ini dapat dikatakan bahwa air limbah rumah tangga tersebut
perlu penanganan serius yang ditujukan untuk mencegah penyebaran penyakit tifus
dan disentri. Pencegahan dapat dilakukan antara lain dengan menjaga sanitasi
lingkungan dan pencucian bahan pangan dan peralatan pangan menggunakan air
panas atau desinfektan. Berdasarkan hasil pengamtan diatas pula dapat kita simpulkan
bahwa air limbah rumah tangga dapat menyebabkan penyakit salmonellosis.
Salmonellosis merupakan salah satu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri
patogen Salmonella spp. Rantai penularan salmonellosis berkaitan dengan sumber
penularan ternak dan produknya atau food-borne disease. Pada manusia dikenal
adanya salmonellosis-tifoid (demam tifoid yang disebabkan oleh S. typhi dan demam
paratifoid yang disebabkan oleh S. paratyphi A dan B) serta salmonellosis-non tifoid
(disebabkan oleh Salmonella spp. terutama S. enteritidis dan S. typhimurium ).
Salmonellosis-tifoid dan salmonellosis-non tifoid masih menjadi problem utama di
beberapa negara berkembang termasuk Indonesia . Penyakit ini bersifat endemis
hampir di semua kota besar di wilayah Indonesia dan terjadi terus meningkat
sepanjang tahun. Diperkirakan demam tifoid terjadi sebanyak 60.000 hingga
1.300.000 kasus dengan sedikitnya 20.000 kematian per tahun. Strategi pencegahan
penyakit yang efektif adalah deteksi kasus, p erbaikan sanitasi lingkungan,
pencegahan kontaminasi dalam industri makanan, pendidikan kesehatan masyarakat
serta eliminasi sumber infeksi. V aksin oral yang dilemahkan, dikemas dalam kapsul
7. enteric coated dan vaksin parenteral Vi polisakarida kapsul (Typhim Vi R ) dapat
diaplikasikan dengan efektif pada daerah endemik.
f ) Pengujian Bakteri Koliform
Kelompo
k
Sampel DS +10 SS + 1 SS + 0,1 MPN
2 Limbah rumah tangga 2 3 2 0,44
Setelah dilakukan pengamatan di bawah mikroskop. limbah rumah tangga hanya
terdapat bakteri koliform nonfekal. Hal ini menandakan bahwa pada air limbah rumah
tangga tidak terdapat E. Coli yang dapat membahayakan manusia karena dapat
menimbulkan penyakit.
g ) Klorinasi
Pada akhir praktikum mengenai limbah ini dilakukan penanganan limbah cair
sampel dengan pemberian klor, sehingga sifat-sifat fisik dan biokimia kembali
diujikan untuk sampel yang telah diklorinasi. Prinsip dari pembebasan sisa atau
pemecahan klorinasi adalah menambah klorin yang cukup untuk mengadakan
oksidasi semua bahan-bahan organik, zat besi, mangan, dan bahan-bahan lain yang
tereduksi di dalam air yang sedang diolah dan juga untuk mengoksidasi amonia bebas
di dalam air mentah, sehingga sisa klorin yang masih tertinggal dan tersedia sebagai
sisa klorin yang bebas dan aktif dan tidak sebagai kombinasi sisa klorin yang kurang
aktif atau kloramin. Jumlah klorin yang ditambahkan kedalam air sering disebut dosis
klorin. Dosis klorin dibutuhkan hingga semua zat yang teroksidasi hilang, amoniak
hilang sebagai gas N2, dan masih ada residu klor aktif yang konsentrasinya dianggap
perlu untuk pembasmian kuman. Untuk mengetahui dosis klorin yang tepat yang akan
diberikan pada sampel maka harus dihitung terlebih dahulu larutan stok yang
dibutuhkan untuk mengklorinasi sampel. Larutan stok ini dibuat dengan
mencampurkan Na-hipoklorit dalam aquades. Diasumsikan bahwa kebutuhan klorin
8. yang digunakan untuk mengubah zat-zat organik ialah 3 ppm, sehingga dengan
pemberian larutan stok dengan dosis 5 ppm dan 7 ppm akan dibebaskan klorin
sebanyak 2 dan 4 ppm untuk membunuh mikroba. Dosis klorin bebas inilah yang
akan digunakan sebagai perbandingan dalam sampel limbah yang diklorinasi.
Jumlah larutan stok yang di tambahkan = ml sampel x dosis klorin ( ml )
% klorin dalam larutan hipoklorit
Berdasarkan perhitungan diatas, jumlah larutan stok yang ditambahkan adalah
sebanyak 12.5 ml. Setelah penambahan larutan stok dan didiamkan selama 10 menit,
didapatkan hasil hasil pengamatan sifat firik air limbah rumah tangga setelah
mengalami klorinasi sebagai berikut :
pH Suhu
(0
C)
Warna Endapan Total mikroorganisme
10-4
10-5
11.03 31 0
C bening endapan melayang( + + + + ) 48 koloni 2 koloni
Sifat-sifat fisik yang diamati adalah suhu, pH, warna, bau, dan endapan. Sifat
fisik dari air sangat dipengaruhi oleh kandungan cemarannya yang berupa bahan
organik dan anorganik. Dari hasil pengamatan diatas didapat bahwa sampel limbah
yang telah diklorinasi mengalami kenaikan pH menjadi lebih basa.
Untuk suhu, suhu air limbah rumah tangga yang telah di klorinasi ini lebih
tinggi dari pada suhu akuades yang digunakan sebagai standar. Hal ini menunjukkan
konsentrasi klorin yang ditambahkan pada air limbah rumah tangga cukup
mempengaruhi suhu sampel. Perubahan suhu ini juga mungkin saja disebabkan oleh
pengaruh suhu sekitar yang menyebabkan suhu air limbah rumah tangga hasil
klorinasi ini meningkat.
Karakteristik warna yang diberikan untuk sampel yang telah diklorinasi
menunjukkan hasil yang signifikan. Sebelum mengalami klorinasi, air limbah rumah
tangga ini memiliki warna yang keruh dan setelah mengalami klorinasi warnanya
9. berubah menjadi bening. Hal ini dikarenakan klorin dapat memutihkan air dan
mengkoagulasi senyawa-senyawa organik.
Untuk endapan, air limbah rumah tangga yang telah diklorinasi memiliki
endapan terbanyak diantara ketiga sampel lainnya. Endapan tersebut merupakan
senyawa-senyawa organik dalam sampel yang dapat berikatan dengan klorin.
Pengamatan terhadap sifat fisik lainnya yaitu bau maka sampel-sampel yang diamati
menunjukkan bau klorin meskipun telah didiamkan beberapa saat. Hal ini disebabkan
oleh masih terdapat beberapa sisa klorin yang berfungsi untuk mencegah
pertumbuhan kembali bakteri. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, bau klorin pada
sampel lebih menyengat yang disebabkan sisa klorin pada sampel lebih banyak.
Untuk jumlah mikroorganisme, pada air limbah rumah tangga yang sudah
diklorinas mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum di klorinasi baik
pada pengencaran 10-4
maupun 10-5
. Seharusnya suatu limbah jika sudah diklorinasi
akan mengalami penurunan jumlah mikroorganisme bahkan tidak ada
mikroorganisme lagi yang tumbuh mengingat klor yang dipakai pada klorinasi
bersifat desinfektan yang dapat mematikan bakteri-bakteri patogen. Ketidaksesuaian
hasil pengamatan dengan literature yang ada mungkin saja disebabkan oleh beberapa
hal, diantaranya adalah proses inokulasi yang kurang steril sehingga jumlah
mikroorganisme banyak. Penggunaan konsentrasi klorin yang lebih besar memiliki
dosis mematikan mikroorganisme yang lebih baik. Oleh karena itu pada limbah
rumah tangga ini sebaiknya diberikan klorin dengan dosis yang lebih besar dan proses
inokulasi yang steril.
10. berubah menjadi bening. Hal ini dikarenakan klorin dapat memutihkan air dan
mengkoagulasi senyawa-senyawa organik.
Untuk endapan, air limbah rumah tangga yang telah diklorinasi memiliki
endapan terbanyak diantara ketiga sampel lainnya. Endapan tersebut merupakan
senyawa-senyawa organik dalam sampel yang dapat berikatan dengan klorin.
Pengamatan terhadap sifat fisik lainnya yaitu bau maka sampel-sampel yang diamati
menunjukkan bau klorin meskipun telah didiamkan beberapa saat. Hal ini disebabkan
oleh masih terdapat beberapa sisa klorin yang berfungsi untuk mencegah
pertumbuhan kembali bakteri. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, bau klorin pada
sampel lebih menyengat yang disebabkan sisa klorin pada sampel lebih banyak.
Untuk jumlah mikroorganisme, pada air limbah rumah tangga yang sudah
diklorinas mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum di klorinasi baik
pada pengencaran 10-4
maupun 10-5
. Seharusnya suatu limbah jika sudah diklorinasi
akan mengalami penurunan jumlah mikroorganisme bahkan tidak ada
mikroorganisme lagi yang tumbuh mengingat klor yang dipakai pada klorinasi
bersifat desinfektan yang dapat mematikan bakteri-bakteri patogen. Ketidaksesuaian
hasil pengamatan dengan literature yang ada mungkin saja disebabkan oleh beberapa
hal, diantaranya adalah proses inokulasi yang kurang steril sehingga jumlah
mikroorganisme banyak. Penggunaan konsentrasi klorin yang lebih besar memiliki
dosis mematikan mikroorganisme yang lebih baik. Oleh karena itu pada limbah
rumah tangga ini sebaiknya diberikan klorin dengan dosis yang lebih besar dan proses
inokulasi yang steril.