1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
DESKRIPSI SINGKAT
Bahan ajar ini berisikan unit-unit kompetensi yang berkaitan dengan sanitasi
kandang dan ternak sapi potong.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah selesai mengikuti proses berlatih, peserta diharapkan mampu memahami
sanitasi kandang dan ternak sapi potong dengan benar.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah selesai mengikuti proses berlatih, peserta mampu:
a. menjelaskan pengertian sanitasi dengan benar.
b. menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam sanitasi dengan benar.
c. menjelaskan upaya sanitasi dasar dengan benar.
d. menjelaskan vektor penyakit dengan benar.
POKOK BAHASAN
Sanitasi kandang dan Ternak
SUB POKOK BAHASAN
A. Pengertian
B. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam sanitasi kandang
C. Upaya Sanitasi Dasar
D. Vektor Penyakit
METODE
1. Curah pendapat
2. Tanya jawab
3. Diskusi
2. 2
BAB II
SANITASI KANDANG DAN TERNAK
A.Pengertian
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan
terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan ternak.
Sedangkan sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan
lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan
berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan ternak. Sanitasi adalah
tindakan untuk melakukan pembersihan suatu tempat dari berbagai kotoran dan debu.
Tindakan sanitasi sebaiknya diikuti dengan tindakan desinfeksi menggunakan desinfektan
untuk mengurangi jumlah populasi agen penyakit (bakteri, virus, jamur). Tindakan sanitasi
akan menghasilkan lingkungan yang bersih dari kotoran dan mampu mengurangi jumlah agen
penyakit sampai 90% dari populasi mikroorganisme yang ada.
B.Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan sanitasi
Dalam melakukan sanitasi kandang, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Kandang
Konstruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan, mempunyai sirkulasi udara yang
baik, tidak lembab dan mempunyai tempat penampungan kotoran beserta saluran
drainasenya. Kontruksi kandang harus mampu menahan beban benturan dan dorongan
yang kuat dari ternak. serta menjaga keamanan ternak dari pencurian. Penataan
kandang dengan perlengkapannya hendaknya dapat memberikan kenyamanan pada
ternak serta memudahkan kerja bagi petugas dalam memberi pakan dan minum,
pembuangan kotoran dan penanganan kesehatan ternak.
Lantai kandang harus selalu terjaga drainasenya, sehingga untuk lantai
kandang non litter dibuat miring kebelakang untuk memudahkan pembuangan
kotoran dan menjaga kondisi lantai tetap kering. Kemiringan lantai berkisar antara 2 –
5 %, artinya setiap panjang lantai 1 meter maka ketinggian lantai bagian belakang
menurun sebesar 2 – 5 cm
Persyaratan, kandang yang baik diantaranya adalah menggunakan bahan bangunan
yang ekonomis, tahan lama, awet, mudah didapat dan tidak menimbulkan refleksi
3. 3
panas terhadap ternak yang dipelihara; memberikan kenyamanan bagi ternak dan
pemiliknya; memiliki Ventilasi yang cukup untuk pergantian udara; mudah
dibersihkan dan kelihatan bersih; tidak ada ganguan baik didalam maupun disekitar
kandang,
Lokasi kandang, sebaiknya Usahakan agar posisi kandang berada pada zona yang
aman,untuk itu tidak menjadi satu dengan rumah tinggal, jaraknya kira-kira 10 m:
tidak berdekatan dengan bangunan umum atau lingkungan yang terlalu ramai: Lokasi
kandang sebaiknya lebih tinggi dari sekitarnya: tersedia tempat penampungan kotoran
dan limbah sisa-sisa pakan: tersedia air bersih dalam jumlah yang cukup.
Arah Kandang : Arah kandang untuk bangunan kandang tunggal sebaiknya
menghadap ke timur; sedangkan untuk bangunan kandang ganda sebaiknya membujur
utara selatan agar sinar matahari pagi dapat langsung masuk ke kandang, hal ini
penting untuk membantu proses pembentukan vitamin D dalam tubuh ternak
sekaligus sebagai pembasmi bibit penyakit.
Kebersihan kandang : Kandang dan lingkungannya harus selalu bersih. Untuk itu
ketersediaan air bersih yang cukup pada usaha pemeliharaan sapi potong mutlak
diperlukan.
b. Sapi Potong
Selain faktor kandang, ternak sapi potong juga perlu mendapatkan perhatian yaitu:
Kebersihan ternak, sapi potong harus selalu bersih, karena akan berdampak kepada
kesehatan sapi itu sendiri. caranya yaitu dengan memandikan sapi secara rutin,
sebaiknya dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari.
Pemberian pakan dan minuman, agar kondisi sapi terjaga kesehatannya, maka ternak
sapi perah perlu diberikan pakan hijau dan konsentrat yang seimbang dan memenuhi
kebutuhan standar gizi,disamping itu, tentu saja air minum dalam jumlah dan kualitas
yang cukup.
Kesehatan ternak, Kesehatan sapi juga perlu dijaga agar produksi tetap tinggi dan
kualitasnya baik.
c. Peralatan
Peralatan kandang bisa menjadi media tempat berkembang dan penularan bibit
penyakit.
4. 4
C.Upaya Sanitasi Dasar
Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan feses, dan
pengelolaan sampah (tempat sampah).
Penyediaan Air Bersih
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga
per empat bagian dari tubuh terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih
dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci,
mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk
keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-
lain. Penyakit- penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan
melalui air.
a. Syarat Kuantitas
Syarat kuantitas adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung kepada aktifitas
dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan air akan
semakin besar.
b. Syarat Kualitas
Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis yang memenuhi syarat
kesehatan.
1. Parameter Fisik
Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak
berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya di bawah
2. Parameter Mikrobiologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri. Jumlah dan jenis bakteri
berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri pathogen. Bakteri golongan
coli tidak merupakan bakteri golongan pathogen, namum bakteri ini merupakan indikator dari
pencemaran air oleh bakteri pathogen.
3. Parameter Kimia
Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan
oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain air raksa (Hg), Alumunium
(Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Kalsium (Ca), derajat keasaman (pH),
dan zat kimia lainnya. Air sebaiknya tidak asam dan tidak basa (netral) untuk mencegah
terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air. pH yang dianjurkan untuk
air bersih adalah 6,5-9.
5. 5
Pengaruh Air Terhadap Kesehatan
Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan penyakit
karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan.
Sementara itu, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam
kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit sendiri
terbagi menjadi beberapa, yaitu :
1. Waterborne mechanism
Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit pada
ternak ditularkan kepada ternak melalui mulut atau sistem pencernaan.
2. Waterwashed mechanism
Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan.
Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu :
a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare.
b. Infeksi melalui kulit, seperti skabies.
c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.
3. Water-based mechanism
Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agent penyebab yang menjalani
sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup di
dalam air. Contohnya cacingan.
Sumber Air
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air hujan, air permukaan, dan air
tanah.
1. Air Hujan
Air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasi merupakan air
yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer.
Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, dan
mikroorganisme.
2. Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi air sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur
permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan
tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.
6. 6
3. Air Tanah
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang
kemudian mengalami penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara
alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke
bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih murni dibandingkan air permukaan.
Pembuangan Feses
Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh ternak melalui anus sebagai
sisa dari proses pencernaan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, dari berbagai jenis kotoran
ternak, yang lebih dipentingkan adalah tinja (faeces) dan air seni (urine) karena kedua bahan
buangan ini memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab timbulnya
berbagai macam penyakit saluran pencernaan.
Ditinjau dari sudut kesehatan, kotoran merupakan masalah yang sangat penting, karena jika
pembuangannya tidak baik maka dapat mencemari lingkungan dan akan mendatangkan
bahaya bagi kesehatan. Penyebaran penyakit yang bersumber pada kotoran (faeces) dapat
melalui berbagai macam jalan atau cara. Peranan tinja dalam penyebaran penyakit sangat
besar. Di samping dapat langsung mengkontaminasi pakan, air minum, tanah, serangga (lalat,
kecoa, dan sebagainya). Benda-benda yang telah terkontaminasi oleh tinja dari ternak yang
sudah menderita suatu penyakit tertentu merupakan penyebab penyakit bagi ternak lain.
Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya pertambahan
penduduk, akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan lewat tinja.
Penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja antara lain: diare, cacingan.
Pengertian Tempat pembuangan Feses
Tempat Pembuangan Feses adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang
dan mengumpulkan kotoran ternak dalam suatu tempat tertentu, sehingga kotoran tersebut
dalam suatu tempat tertentu tidak menjadi penyebab penyakit dan mengotori lingkungan
pemukiman.
Penyediaan sarana tempat pembuangan feses merupakan bagian dari usaha sanitasi yang
cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran
yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air.
Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran ternak
harus dikelola dengan baik. Suatu tempat pembuangan feses tersebut sehat jika memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
7. 7
1. Tidak mencemari sumber air minum (untuk ini dibuat lubang penampungan kotoran paling
sedikit berjarak 10 meter dari sumber air).
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
3. Air seni, air pembersih dan penggelontoran tidak mencemari tanah disekitarnya.
4. Mudah dibersihkan, aman digunakan dan harus terbuat dari bahan-bahan yang kuat dan
tahan lama.
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang.
6. Luas ruangan cukup.
7. Ventilasi cukup baik.
8. Tersedia air dan alat pembersih.
9. Cukup penerangan.
Jenis-jenis tempat pembuangan feses
Macam-macam tempat pembuangan feses, antara lain:
1. Juglangan
Juglangan ini sering dijumpai di daerah pedesaan. Juglangan ini dibuat dengan jalan
membuat lubang ke dalam tanah dengan diameter seadanya.
2. Pupuk kandang
Tempat pembuangan feses ini biasanya langsung di tampung di bak –bak penampung yang
telah disediakan dengan alas di semen dan disediakan atap. Secara berkala dilakukan
pengadukan untuk mempercepat proses pembuatan pupuk kandang.
3. Bio urin
Bio urin merupakan tempat penampungan urin ternak untuk selanjutnya digunakan
penyiraman tanaman. Biasanya ditambahkan pupuk kimia dan umumnya digunakan untuk
penyiraman tanaman tebu.
4. Biogas
Biogas merupakan tempat penampungan feses dan urin ternak yang dicampur dan biasanya
ditambahkan air sebelum masuk ke dalam digester. Gas yang terkumpul dimanfaatkan untuk
8. 8
memasak dan lampu penerangan. Feses yang keluar dari digester kemuadian digunakan
sebagai pupuk kandang.
Pengelolaan Sampah
Sampah diartikan sebagai benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan dibuang
atau sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang
yang berasal dari kegiatan peternakan, serta tidak terjadi dengan sendirinya.
Beberapa faktor yang memengaruhi sampah adalah jumlah ternak, sistem pengumpulan/
pembuangan sampah, pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah, faktor geografis,
waktu, sosial, ekonomi, budaya, musim, kebiasaan masyarakat, kemajuan teknologi serta
jenis sampah.
Sedangkan jenis sampah, dikenal beberapa cara pembagian, ada yang membaginya atas dasar
zat pembentuk, yaitu :
a. Sampah organik, misalnya sisa makanan, daun, sayur dan buah.
b. Sampah anorganik, misalnya logam, pecah belah, abu, dan lain-lain.
Adapun yang membaginya atas dasar sifat, yaitu :
a. Sampah yang mudah busuk
b. Sampah yang tidak mudah busuk
c. Sampah yang mudah terbakar
d. Sampah yang tidak mudah terbakar
Cara-cara pengelolaan sampah antara lain :
a. Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau
peternak yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, harus dibangun atau mengadakan
tempat khusus untuk mengumpulkan sampah.
b. Pemusnahan dan pengolahan sampah
Pemusnahan dan atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan melalui berbagai cara,
antara lain :
1. Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di tanah kemudian
sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.
9. 9
2. Dibakar (inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam
tungku pembakaran (incinerator).
3. Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk (kompos),
khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat
membusuk.
Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyediakan tempat bagi vektor-vektor penyakit
yaitu serangga dan binatang pengerat untuk mencari makan dan berkembang biak dengan
cepat sehingga dapat mengganggu kesehatan ternak dan manusia.
Mengingat efek dari sampah terhadap kesehatan maka pengelolaan sampah harus memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1. Tersedianya tempat sampah yang dilengkapi tutup (sangat dianjurkan agar tutup sampah
ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan).
2. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah
berseraknya sampah.
3. Tempat sampah tahan karat dan bagian dalam rata.
4. Tempat sampah mudah dibuka, dikosongkan isinya serta mudah dibersihkan.
5. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkat oleh satu orang.
6. Tempat sampah dikosongkan setiap 1x24 jam atau 2/3 bagian telah terisi penuh.
7. Jumlah dan volume sampah disesuaikan dengan sampah yang dihasilkan pada setiap
tempat kegiatan.
8. Tersedia pada setiap tempat/ruang yang memproduksi sampah.
9. Memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa bahan makanan dan makanan jadi yang
cepat membusuk.
10. Tersedianya tempat pembuangan sampah sementara yang mudah dikosongkan, tidak
terbuat dari beton permanen, terletak di lokasi yang terjangkau kendaraan pengangkut
sampah dan harus dikosongkan sekurang-kurangnya 3x24 jam.
10. 10
D.Vektor Penyakit
Vektor adalah organisme hidup yang dapat menularkan agent penyakit dari satu
hewan ke hewan lain atau ke manusia.
Penularan penyakit yang disebabkan oleh vektor dapat dibedakan atas dua cara, yaitu:
1. Penyebaran secara biologi, yang disebut pula penyebaran aktif. Disini bibit penyakit hidup
serta berkembang biak di dalam tubuh vektor dan jika vektor tersebut menggigit ternak, maka
bibit penyakit masuk ke dalam tubuh sehingga timbul penyakit. Contoh : BEF.
2. Penyebaran secara mekanik, disebut juga penyebaran pasif, yakni pindahnya bibit penyakit
yang dibawa vektor kepada bahan-bahan yang digunakan ternak, dan jika makanan tersebut
dimakan oleh ternak maka timbul penyakit. Contoh : lalat.
Lalat
Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo diphtera,
mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Dari berbagai jenis binatang dengan sayap
berbentuk membran ini, maka salah satu yang paling ditakuti ialah lalat. Lalat dapat
menimbulkan berbagai penyakit.
Lalat mempunyai sifat kosmopolitan, artinya kehidupan lalat dijumpai merata hampir di
seluruh permukaan bumi. Sampai saat ini dijumpai lebih kurang 60.000-100.000 spesies lalat.
Tetapi tidak semua spesies ini perlu diawasi karena beberapa diantaranya tidak berbahaya
untuk manusia ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan. Yang paling penting hanya beberapa
saja, misalnya lalat rumah (Musca domestica), lalat hijau (Lucilia sertica), lalat biru
(Calliphora vomituria)..
Lalat disebut penyebar penyakit yang sangat serius karena setiap lalat hinggap di suatu
tempat, kurang lebih 125.000 kuman yang jatuh ke tempat tersebut. Lalat sangat
mengandalkan penglihatan untuk bertahan hidup. Mata majemuk lalat terdiri atas ribuan lensa
dan sangat peka terhadap gerakan. Beberapa jenis lalat memiliki penglihatan tiga dimensi
yang akurat.
Agent penyakit yang dapat dibawa oleh lalat melalui bulu-bulu, kaki dan bagian tubuh
lainnya antara lain.:
1. Bakteri
2. Parasit
3. Protozoa
4. Virus
11. 11
Penularan penyakit terjadi secara mekanis, dimana bulu-bulu badannya, kaki-kaki serta
bagian tubuh yang lain dari lalat merupakan tempat menempelnya mikroorganisme penyakit
yang dapat berasal dari sampah, kotoran dan binatang.
Untuk mendapatkan hasil pengawasan lalat yang memuaskan, maka sifat-sifat dan cara hidup
lalat haruslah diketahui.
1. Lalat suka hidup di tempat yang kotor, misalnya pada kotoran hewan, dan sampah.
2. Untuk berkembang biak lalat membutuhkan udara panas yang lembab serta tersedianya
bahan makanan yang cukup.
3. Lalat tertarik pada bau-bauan yang busuk, serta bau dari makanan ataupun minuman yang
merangsang.
4. Lalat tertarik pada cahaya lampu.
5. Lalat takut dengan warna biru.
Pengetahuan akan sifat lalat seperti ini, dapat dimanfaatkan untuk mencari atau menemukan
sumber lalat, yakni dengan mencari tempat-tempat yang kotor seperti gundukan kotoran,
tempat pembuangan sampah, bangkai hewan yang mungkin terdapat di pekarangan. Selain
itu, dengan mengetahui sifat-sifat lalat, dapat pula diusahakan cara menghindari lalat yaitu
dengan menjaga kebersihan lingkungan dan perseorangan juga menutup makanan sehingga
lalat tidak sempat datang atau menghinggapi pakan ternak.
Siklus Hidup Lalat
Lalat mengalami metamorfosis sempurna, dengan stadium telur, larva atau tempayak,
pupa atau kepompong dan lalat dewasa. Perkembangan lalat memerlukan waktu antara 7-22
hari, tergantung dari suhu dan makanan yang tersedia. Lalat betina telah dapat menghasilkan
telur pada usia 4-8 hari, dengan jumlah telur sebanyak 75-150 butir dalam sekali bertelur.
Semasa hidupnya seekor lalat bertelur 5-6 kali. Berikut masing-masing stadium dalam
perkembangannya lalat :
1. Stadium Pertama (Stadium Telur)
Stadium ini berlangsung selama 12-24 jam. Bentuk telur lalat adalah oval panjang dan
berwarna putih, besar telur 0,8-2 mm. Telur dapat dihasilkan oleh lalat betina sebanyak 150-
200 butir. Lamanya stadium ini dapat dipengaruhi oleh faktor panas dan kelembaban, tempat
bertelur dimana semakin panas semakin cepat menetas dan berlaku sebaliknya. Telur
12. 12
diletakkan pada bahan-bahan organik yang lembab seperti sampah, kotoran binatang, kotoran
ternak atau bahan-bahan lain yang berasal dari binatang dan tumbuhan yang membusuk.
2. Stadium Kedua (Stadium Larva)
Stadium ini terdiri dari 3 tingkatan yaitu :
a. Tingkat I
Telur yang baru menetas disebut instar I, berukuran panjang 2 mm, berwarna putih, tidak
bermata dan berkaki, sangat aktif dan ganas terhadap makanan, setelah 1-4 hari melepas kulit
dan keluar menjadi instar II.
b. Tingkat II
Ukuran besarnya dua kali dari instar I, setelah beberapa hari maka kulit akan mengelupas dan
keluar instar III dan banyak bergerak.
c. Tingkat III
Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memerlukan waktu 3-9 hari, larva tidak
banyak bergerak, larva berpindah ke tempat yang kering dan sejuk untuk berubah menjadi
kepompong.
3. Stadium Ketiga (Stadium Pupa atau Kepompong)
Pada stadium ini jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa, stadium ini
berlangsung 3-9 hari atau tergantung suhu setempat yang disenangi lebih kurang 35°C. Pupa
ini berwarna coklat hitam dan berbentuk lonjong. Pada stadium ini tubuh larva telah menjadi
dewasa, kurang bergerak (tak bergerak sama sekali). Setelah stadium ini selesai maka melalui
celah lingkaran pada bagian anterior akan keluar lalat muda.
4. Stadium Keempat (Stadium Lalat Dewasa)
Stadium ini adalah stadium terakhir yang sudah berwujud serangga yaitu lalat. Untuk menjadi
lalat dewasa yang matang dan siap untuk melakukan perkawinan memerlukan waktu kurang
lebih dari 15 jam. Umur lalat dewasa dapat mencapai 2-4 minggu. Perlu kita ketahui faktor
suhu setempat, kelembaban udara dan makanan yang tersedia berpengaruh terhadap
pertumbuhan lalat baik dari telur hingga menjadi lalat dewasa.
Pola Hidup Lalat
Adapun pola hidup lalat adalah sebagai berikut:
1. Tempat Perindukan
Tempat yang disenangi lalat adalah tempat basah, benda-benda organik, tinja, sampah basah,
kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk. Kotoran yang menumpuk secara kumulatif
13. 13
sangat disenangi oleh larva lalat, sedangkan yang tercecer yang dipakai sebagai tempat
berkembang biak lalat.
2. Jarak Terbang
Jarak terbang lalat sangat tergantung pada adanya makanan yang tersedia. Jarak terbang
efektif adalah 450-900 meter. Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi
sebaliknya lalat akan terbang mencapai 1 km.
3. Kebiasaan Makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari makanan yang satu ke makanan yang lain.
Lalat sangat tertarik pada makanan yang dimakan oleh manusia sehari-hari, seperti gula, susu
dan makanan lainnya, kotoran ternak serta darah.
Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cair atau makan yang
basah, sedangkan makanan yang kering dibasahi oleh ludahnya terlebih dahulu lalu dihisap.
4. Tempat Istirahat
Pada siang hari bila lalat tidak makan, mereka akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-
langit, jemuran pakaian, rumput-rumput, kawat listrik, serta lalat menyukai tempat-tempat
tepi yang tajam dan permukaannya vertikal. Biasanya tempat istirahatnya terletak berdekatan
dengan tempat makanannya atau tempat berbiaknya dan biasanya terlindung dari angin.
Tempat istirahat tersebut biasanya tidak lebih dari 4,5 meter dari atas permukaan tanah.
5. Lama Hidup
Lama kehidupan lalat sangat tergantung pada makanan, air dan temperature. Pada musim
panas berkisar antara 2-4 minggu, sedangkan pada musim dingin bisa mencapai 70 hari.
6. Temperatur
Lalat mulai terbang pada temperatur 15°C dan aktivitas optimumnya pada temperatur 21°C.
Pada temperatur dibawah 7,5°C tidak aktif dan di atas 45°C terjadi kematian pada lalat.
7. Kelembaban
Kelembaban erat hubungannya dengan temperatur setempat. Dimana kelembaban ini
berbanding terbalik dengan temperatur. Jumlah lalat pada musim hujan lebih banyak daripada
musim panas. Lalat sangat sensitif terhadap angin kencang, sehingga kurang aktif untuk
keluar mencari makan pada waktu kecepatan angin yang tinggi.
8. Cahaya
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik (menyukai cahaya). Pada malam hari tidak
aktif, namun bisa aktif dengan sinar buatan. Efek sinar pada lalat tergantung sepenuhnya pada
temperatur dan kelembaban.
Jenis-jenis lalat
14. 14
1. Lalat rumah (Musca domestica)
Ini jenis lalat yang paling banyak terdapat diantara jenis-jenis lalat rumah. Karena fungsinya
sebagai vektor tranmisi mekanis dari berbagai bibit penyakit disertai jumlahnya yang banyak
dan hubungannya yang erat dengan lingkungan hidup manusia, maka jenis lalat Musca
domestica ini merupakan jenis lalat yang terpenting ditinjau dari sudut kesehatan.
Dalam waktu 4-20 hari setelah muncul dari stadium larva, lalat betina sudah bisa mulai
bertelur. Telur-telur putih, berbentuk oval dengan ukuran panjang ± 1 mm. Setiap kali
bertelur diletakkan 75-150 telur. Seekor lalat biasanya diletakkan dalam retak-retak dari
medium pembiakan pada bagian-bagian yang tidak terkena sinar matahari. Pada suhu panas
telur-telur ini menetas dalam waktu 12-24 jam dan larva-larva yang muncul masuk lebih jauh
ke dalam medium sambil memakannya.
Setelah 3-24 hari, biasanya 4-7 hari, larva-larva itu berubah menjadi pupa. Larva - larva akan
mati pada suhu yang terlalu panas. Suhu yang disukai ± 30-35°C, tetapi pada waktu akan
menjadi pupa mereka mencari tempat-tempat yang lebih dingin dan lebih kering.
Pupa berbentuk lonjong ± 7 mm panjang, dan berwarna merah coklat tua. Biasanya pupa
terdapat pada pinggir medium yang kering atau didalam tanah. Stadium pupa berlangsung 4-5
hari, bisa juga 3 hari pada suhu 35°C atau beberapa minggu pada suhu rendah.
Lalat dewasa keluar dari pupa, kalau perlu menembus keluar dari tanah, kemudian
jalan-jalan sampai sayap-sayapnya berkembang, mengering dan mengeras. Ini terjadi dalam
waktu 1 jam pada suhu panas sampai 15 jam untuk ia bisa terbang. Lalat dewasa bisa kawin
setiap saat setelah ia bisa terbang dan bertelur dalam waktu 4-20 hari setelah keluar dari pupa.
Jangka waktu minimum untuk satu siklus hidup lengkap 8 hari pada kondisi yang
menguntungkan.
Lalat dewasa hidup 2-4 minggu pada musim panas dan lebih lama pada musim dingin,
mereka paling aktif pada suhu 32,5°C dan akan mati pada suhu 45°C. Mereka melampaui
musim dingin (over wintering) sebagai lalat dewasa, dan berkembang biak di tempat-tempat
yang relatif terlindung seperti kandang ternak dan gudang-gudang.
2. Lalat kecil (Fannia canicularis)
Lalat rumah kecil ini menyerupai lalat rumah biasa, tetapi ukuran mereka jauh lebih kecil.
Mereka membiak di kotoran hewan dan juga dibagian-bagian tumbuhan yang membusuk,
misalnya di tumpukan rumput yang membusuk.
3. Lalat kandang (Stomaxys calaitrans)
Mereka menyerupai lalat rumah biasa, tetapi mereka mempunyai kebiasaan untuk menggigit.
Tempat pembiakan hanya di tumbuhan-tumbuhan yang membusuk. Siklus hidupnya 21-25
15. 15
hari. Jenis lalat ini tidak penting untuk tranmisi penyakit manusia tetapi mereka bisa
memindahkan penyakit-penyakit pada binatang.
4. Lalat hijau ( Lucilia sertica)
Jenis-jenis ini meletakkan telur-telur mereka pada daging.
5. Lalat daging ( Sarcophaga)
Jenis-jenis lalat ini termasuk dalam genus Sarcophaga, artinya pemakan daging. Ukuran
mereka besar dan terdapat bintik meraka pada ujung badan mereka. Larva dari banyak jenis-
jenis lalat ini hidup dalam daging, tetapi pembiakan bisa juga terjadi dalam kotoran binatang.
Beberapa jenis tidak bertelur tetapi mengeluarkan larva. Mereka jarang masuk dalam rumah-
rumah. Tetapi mereka bisa menyebabkan myasis.
Hubungan Lalat dengan Kesehatan Lingkungan
Lalat membawa bakteri pada tubuh dan kaki-kakinya dan membuang kotorannya
diatas makanan, sehingga makanan menjadi tercemar oleh lalat. Lalat juga menimbulkan
gangguan kenyamanan, merusak pemandangan, geli/ jijik, gatal-gatal pada kulit,
menimbulkan tidak nyaman akhirnya nafsu makan berkurang. Selain itu dari segi estetika
terkesan jorok.
Lalat erat hubungannya dengan lingkungan dimana lalat akan berkembang biak
dengan cepat apabila lingkungan mendukung atau lingkungan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan dan sebaliknya lalat akan berkurang apabila tercipta lingkungan yang tidak
memberikan suatu bentuk kehidupan lalat yaitu keadaan lingkungan yang bersih, sejuk dan
kering.
Kepadatan Lalat
Upaya untuk menurunkan populasi lalat sangat penting, mengingat dampak yang
ditimbulkan oleh lalat. Untuk itu sebagai salah satu cara penilaian baik buruknya suatu lokasi
adalah dilihat dari angka kepadatan lalatnya. Dalam menentukan kepadatan lalat, pengukuran
terhadap populasi lalat dewasa tepat dan biasa diandalkan daripada pengukuran populasi
larva lalat.
Tujuan dari pengukuran angka kepadatan lalat adalah untuk mengetahui tentang :
a. Tingkat kepadatan lalat
b. Sumber-sumber tempat berkembang biaknya lalat
c. Jenis-jenis lalat
Metode Pengendalian Lalat
16. 16
Upaya pengendalian lalat yang efektif merupakan kunci keberhasilan program
pengendalian lalat. Ada beberapa cara pengendalian yang dilakukan yaitu :
Tindakan Perbaikan Lingkungan Hidup
Pada waktu tertentu setiap kawasan memiliki waktu tertentu dalam hal mendukung
kehidupan lalat. Tempat-tempat yang banyak mengandung bahan organic seperti sampah
basah, tinja, kotoran binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan yang telah membusuk
merupakan tempat yang disenangi lalat. Tempat-tempat tersebut harus ditiadakan antara lain :
a. Sampah basah
Sampah ini harus dimasukkan ke dalam bak tertutup rapat sebelum dibuang ke pembuangan
akhir (penyimpanan sampah sementara di rumah tangga) sehingga lalat tidak dapat hinggap
langsung. Untuk cara kerja yang efektif sampah dapat dimasukkan ke dalam karung plastik.
b. Kotoran ternak
Kotoran ternak agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya lalat harus dijaga
kebersihannya dengan cara membersihkan kandang ternak dan kotoran ternak.
d. Tumbuh-tumbuhan yang membusuk
Tumbuh-tumbuhan yang telah ditebang atau mati sebaiknya dibakar atau ditimbun.
Pengendalian dengan Menggunakan Insektisida
Pengendalian lalat menggunakan insektisida dilakukan dengan menggunakan racun
serangga. Penyemprotan residu insektisida dilakukan terhadap permukaan yang menjadi
tempat hinggap lalat, tempat makan atau tempat beristirahat lalat, juga tempat hinggap pada
malam hari sehingga waktu kontak lalat dengan insektisida cukup lama.
Agar pengendalian ini mendapatkan hasil yang memuaskan maka perlu didahului dengan
survei untuk mendapatkan data-data mengenai :
1. Kepadatan lalat
2. Kerentanan lalat terhadap racun serangga
3. Fluktuasi dari kepadatan lalat
4. Prilaku lalat
Tungau
Tungau pada ternak dapat menyebabkan penyakit kudis kudis.Tungau betina
membuat liang di dalam kulit, meletakkan telur sebanyak 40-50 butir dalam liang yang
dibuatnya. Setiap hari tungau tersebut bertelur 1 atau 2 butir dan dalam sehari jumlahnya 3-5
17. 17
butir yang akan menetas dalam 3-5 hari sebagai larva. Larva kemudian keluar keluar dari
liang ke permukaan kulit atau tetap tinggal sebagai nimfa. Larva yang keluar mudah
mengalami kematian atau akan masuk lagi membuat liang dalam lapisan tanduk membentuk
kantong-kantong dan berkembang sebagai tungau. Tungau dan larva hidup dengan memakan
reruntuhan jaringan.
Waktu yang diperlukan telur menjadi tungau lebih kurang 17 hari. Tungau betina
dewasa terdapat di dalam kantong-kantong di ujung liang, sampai di buahi oleh tungau
jantan. Dalam waktu 4-5 hari betina mulai bertelur lagi sampai berumur lebih kurang 3-4
minggu. Penularan antar penderita terjadi lewat kontak kulit dalam bentuk larva, nimfa atau
betina yang siap bertelur. Di luar hospes tungau dapat mati dalam beberapa hari terutama bila
lingkungannya kering. Di laboratorium dalam keadaan serasi dapat hidup sampai 3 minggu.
Sanitasi ternak dengan memandikan ternak dua kali sehari secara teratur terbukti
dapat menurunkan kejadian penyakit kudisan.
Siput
Siput dapat bertindak sebagai vektor terjadinya penyakit cacingan (fasciolosis). Siklus
hidup cacing Fasciola mutlak diperlukan adanya induk semang antara (hospes intermedier)
yaitu siput (Lymnea sp). Di Indonesia hospes intermedierya adalah Lymnea auricularia
rubiginosa. Siput L. auricularia rubigunosa hidup di air yang jernih, tenang/tidak deras dan
banyak ditumbuhi oleh rumput/tanaman. Distribusi geografis dari parasit cacing ini
tergantung dari distribusi dari hospe intermediernya. Kebanyakan siput tertular miracidia
pada saat/akhir musim hujan. Cercaria dikeluarkan oleh siput dan selanjutnya termakan oleh
ternak pada pertengahan musim kering sehingga menghasilkan periode prepaten pada akhir
musim kering atau awal musim hujan. Siput muda lebih mudah terinfeksi miracidium
dibandingkan dengan siput yang lebih tua. Waktu yang dibutuhkan oleh miracidium sampai
mencapai bentuk cercaria (dalam tubuh siput) adalah 75-85 hari. Setelah tertelan ternak
karena proses digesti, metacercaria akan melepaskan kistenya selanjutnya menembus dinding
duodenum memasuki cavum abdominalis dan dalam waktu 4-6 hari sudah bermigrasi
kedalam parenkim hati. Cacing hati muda ini tinggal dalam parenkim hati kira-kira 5-6
minggu untuk selanjutnya tinggal di saluran empedu. Telur cacing dapat dijumpai dalam tinja
paling cepat 12 minggu setelah infeksi (periode pre paten). Fasciolosis bentuk akut biasanya
terjadi pada akhir musim kemarau atau awal musim hujan. Fasciola gigantic menginfeksi sapi
pada semua umur. Akan tetapi infeksi berat atau akit umumnya ditemukan pada ternak muda
(pedet).
18. 18
Daftar Pustaka
Anonim, 2014. Sanitasi Kandang. Cyb-ext. Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM
Pertanian. Cybex.deptan.go.is./penyuluhan/sanitasi-kandang. 17 maret 2014 jam
10.24 wib.
Rasyid, A dan Hartati. 2007. Petunjuk Teknis Perkandangan Sapi Potong. Pusat penelitian
Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Prasetyowati, Y. Pengaruh konstruksi bangunan dan sanitasi kandang sapi perah terhadap
produksi susu di peternakan Bapak H. Nur Rahman Wonocolo – Surabaya. Abstrak.
Fakultas Kedokterah Hewan. Unair. Surabaya.
Subronto. 2007. Ilmu Penyakit Ternak II. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.