SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
1
BAB I
PENDAHULUAN
DESKRIPSI SINGKAT
Bahan ajar ini berisikan unit-unit kompetensi yang berkaitan dengan sanitasi
kandang dan ternak sapi potong.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah selesai mengikuti proses berlatih, peserta diharapkan mampu memahami
sanitasi kandang dan ternak sapi potong dengan benar.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah selesai mengikuti proses berlatih, peserta mampu:
a. menjelaskan pengertian sanitasi dengan benar.
b. menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam sanitasi dengan benar.
c. menjelaskan upaya sanitasi dasar dengan benar.
d. menjelaskan vektor penyakit dengan benar.
POKOK BAHASAN
Sanitasi kandang dan Ternak
SUB POKOK BAHASAN
A. Pengertian
B. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam sanitasi kandang
C. Upaya Sanitasi Dasar
D. Vektor Penyakit
METODE
1. Curah pendapat
2. Tanya jawab
3. Diskusi
2
BAB II
SANITASI KANDANG DAN TERNAK
A.Pengertian
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan
terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan ternak.
Sedangkan sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan
lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan
berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan ternak. Sanitasi adalah
tindakan untuk melakukan pembersihan suatu tempat dari berbagai kotoran dan debu.
Tindakan sanitasi sebaiknya diikuti dengan tindakan desinfeksi menggunakan desinfektan
untuk mengurangi jumlah populasi agen penyakit (bakteri, virus, jamur). Tindakan sanitasi
akan menghasilkan lingkungan yang bersih dari kotoran dan mampu mengurangi jumlah agen
penyakit sampai 90% dari populasi mikroorganisme yang ada.
B.Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan sanitasi
Dalam melakukan sanitasi kandang, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Kandang
Konstruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan, mempunyai sirkulasi udara yang
baik, tidak lembab dan mempunyai tempat penampungan kotoran beserta saluran
drainasenya. Kontruksi kandang harus mampu menahan beban benturan dan dorongan
yang kuat dari ternak. serta menjaga keamanan ternak dari pencurian. Penataan
kandang dengan perlengkapannya hendaknya dapat memberikan kenyamanan pada
ternak serta memudahkan kerja bagi petugas dalam memberi pakan dan minum,
pembuangan kotoran dan penanganan kesehatan ternak.
Lantai kandang harus selalu terjaga drainasenya, sehingga untuk lantai
kandang non litter dibuat miring kebelakang untuk memudahkan pembuangan
kotoran dan menjaga kondisi lantai tetap kering. Kemiringan lantai berkisar antara 2 –
5 %, artinya setiap panjang lantai 1 meter maka ketinggian lantai bagian belakang
menurun sebesar 2 – 5 cm
Persyaratan, kandang yang baik diantaranya adalah menggunakan bahan bangunan
yang ekonomis, tahan lama, awet, mudah didapat dan tidak menimbulkan refleksi
3
panas terhadap ternak yang dipelihara; memberikan kenyamanan bagi ternak dan
pemiliknya; memiliki Ventilasi yang cukup untuk pergantian udara; mudah
dibersihkan dan kelihatan bersih; tidak ada ganguan baik didalam maupun disekitar
kandang,
Lokasi kandang, sebaiknya Usahakan agar posisi kandang berada pada zona yang
aman,untuk itu tidak menjadi satu dengan rumah tinggal, jaraknya kira-kira 10 m:
tidak berdekatan dengan bangunan umum atau lingkungan yang terlalu ramai: Lokasi
kandang sebaiknya lebih tinggi dari sekitarnya: tersedia tempat penampungan kotoran
dan limbah sisa-sisa pakan: tersedia air bersih dalam jumlah yang cukup.
Arah Kandang : Arah kandang untuk bangunan kandang tunggal sebaiknya
menghadap ke timur; sedangkan untuk bangunan kandang ganda sebaiknya membujur
utara selatan agar sinar matahari pagi dapat langsung masuk ke kandang, hal ini
penting untuk membantu proses pembentukan vitamin D dalam tubuh ternak
sekaligus sebagai pembasmi bibit penyakit.
Kebersihan kandang : Kandang dan lingkungannya harus selalu bersih. Untuk itu
ketersediaan air bersih yang cukup pada usaha pemeliharaan sapi potong mutlak
diperlukan.
b. Sapi Potong
Selain faktor kandang, ternak sapi potong juga perlu mendapatkan perhatian yaitu:
Kebersihan ternak, sapi potong harus selalu bersih, karena akan berdampak kepada
kesehatan sapi itu sendiri. caranya yaitu dengan memandikan sapi secara rutin,
sebaiknya dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari.
Pemberian pakan dan minuman, agar kondisi sapi terjaga kesehatannya, maka ternak
sapi perah perlu diberikan pakan hijau dan konsentrat yang seimbang dan memenuhi
kebutuhan standar gizi,disamping itu, tentu saja air minum dalam jumlah dan kualitas
yang cukup.
Kesehatan ternak, Kesehatan sapi juga perlu dijaga agar produksi tetap tinggi dan
kualitasnya baik.
c. Peralatan
Peralatan kandang bisa menjadi media tempat berkembang dan penularan bibit
penyakit.
4
C.Upaya Sanitasi Dasar
Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan feses, dan
pengelolaan sampah (tempat sampah).
Penyediaan Air Bersih
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga
per empat bagian dari tubuh terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih
dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci,
mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk
keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-
lain. Penyakit- penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan
melalui air.
a. Syarat Kuantitas
Syarat kuantitas adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung kepada aktifitas
dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan air akan
semakin besar.
b. Syarat Kualitas
Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis yang memenuhi syarat
kesehatan.
1. Parameter Fisik
Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak
berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya di bawah
2. Parameter Mikrobiologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri. Jumlah dan jenis bakteri
berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri pathogen. Bakteri golongan
coli tidak merupakan bakteri golongan pathogen, namum bakteri ini merupakan indikator dari
pencemaran air oleh bakteri pathogen.
3. Parameter Kimia
Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan
oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain air raksa (Hg), Alumunium
(Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Kalsium (Ca), derajat keasaman (pH),
dan zat kimia lainnya. Air sebaiknya tidak asam dan tidak basa (netral) untuk mencegah
terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air. pH yang dianjurkan untuk
air bersih adalah 6,5-9.
5
Pengaruh Air Terhadap Kesehatan
Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan penyakit
karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan.
Sementara itu, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam
kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit sendiri
terbagi menjadi beberapa, yaitu :
1. Waterborne mechanism
Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit pada
ternak ditularkan kepada ternak melalui mulut atau sistem pencernaan.
2. Waterwashed mechanism
Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan.
Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu :
a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare.
b. Infeksi melalui kulit, seperti skabies.
c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.
3. Water-based mechanism
Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agent penyebab yang menjalani
sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup di
dalam air. Contohnya cacingan.
Sumber Air
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air hujan, air permukaan, dan air
tanah.
1. Air Hujan
Air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasi merupakan air
yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer.
Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, dan
mikroorganisme.
2. Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi air sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur
permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan
tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.
6
3. Air Tanah
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang
kemudian mengalami penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara
alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke
bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih murni dibandingkan air permukaan.
Pembuangan Feses
Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh ternak melalui anus sebagai
sisa dari proses pencernaan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, dari berbagai jenis kotoran
ternak, yang lebih dipentingkan adalah tinja (faeces) dan air seni (urine) karena kedua bahan
buangan ini memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab timbulnya
berbagai macam penyakit saluran pencernaan.
Ditinjau dari sudut kesehatan, kotoran merupakan masalah yang sangat penting, karena jika
pembuangannya tidak baik maka dapat mencemari lingkungan dan akan mendatangkan
bahaya bagi kesehatan. Penyebaran penyakit yang bersumber pada kotoran (faeces) dapat
melalui berbagai macam jalan atau cara. Peranan tinja dalam penyebaran penyakit sangat
besar. Di samping dapat langsung mengkontaminasi pakan, air minum, tanah, serangga (lalat,
kecoa, dan sebagainya). Benda-benda yang telah terkontaminasi oleh tinja dari ternak yang
sudah menderita suatu penyakit tertentu merupakan penyebab penyakit bagi ternak lain.
Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya pertambahan
penduduk, akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan lewat tinja.
Penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja antara lain: diare, cacingan.
Pengertian Tempat pembuangan Feses
Tempat Pembuangan Feses adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang
dan mengumpulkan kotoran ternak dalam suatu tempat tertentu, sehingga kotoran tersebut
dalam suatu tempat tertentu tidak menjadi penyebab penyakit dan mengotori lingkungan
pemukiman.
Penyediaan sarana tempat pembuangan feses merupakan bagian dari usaha sanitasi yang
cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran
yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air.
Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran ternak
harus dikelola dengan baik. Suatu tempat pembuangan feses tersebut sehat jika memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
7
1. Tidak mencemari sumber air minum (untuk ini dibuat lubang penampungan kotoran paling
sedikit berjarak 10 meter dari sumber air).
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
3. Air seni, air pembersih dan penggelontoran tidak mencemari tanah disekitarnya.
4. Mudah dibersihkan, aman digunakan dan harus terbuat dari bahan-bahan yang kuat dan
tahan lama.
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang.
6. Luas ruangan cukup.
7. Ventilasi cukup baik.
8. Tersedia air dan alat pembersih.
9. Cukup penerangan.
Jenis-jenis tempat pembuangan feses
Macam-macam tempat pembuangan feses, antara lain:
1. Juglangan
Juglangan ini sering dijumpai di daerah pedesaan. Juglangan ini dibuat dengan jalan
membuat lubang ke dalam tanah dengan diameter seadanya.
2. Pupuk kandang
Tempat pembuangan feses ini biasanya langsung di tampung di bak –bak penampung yang
telah disediakan dengan alas di semen dan disediakan atap. Secara berkala dilakukan
pengadukan untuk mempercepat proses pembuatan pupuk kandang.
3. Bio urin
Bio urin merupakan tempat penampungan urin ternak untuk selanjutnya digunakan
penyiraman tanaman. Biasanya ditambahkan pupuk kimia dan umumnya digunakan untuk
penyiraman tanaman tebu.
4. Biogas
Biogas merupakan tempat penampungan feses dan urin ternak yang dicampur dan biasanya
ditambahkan air sebelum masuk ke dalam digester. Gas yang terkumpul dimanfaatkan untuk
8
memasak dan lampu penerangan. Feses yang keluar dari digester kemuadian digunakan
sebagai pupuk kandang.
Pengelolaan Sampah
Sampah diartikan sebagai benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan dibuang
atau sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang
yang berasal dari kegiatan peternakan, serta tidak terjadi dengan sendirinya.
Beberapa faktor yang memengaruhi sampah adalah jumlah ternak, sistem pengumpulan/
pembuangan sampah, pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah, faktor geografis,
waktu, sosial, ekonomi, budaya, musim, kebiasaan masyarakat, kemajuan teknologi serta
jenis sampah.
Sedangkan jenis sampah, dikenal beberapa cara pembagian, ada yang membaginya atas dasar
zat pembentuk, yaitu :
a. Sampah organik, misalnya sisa makanan, daun, sayur dan buah.
b. Sampah anorganik, misalnya logam, pecah belah, abu, dan lain-lain.
Adapun yang membaginya atas dasar sifat, yaitu :
a. Sampah yang mudah busuk
b. Sampah yang tidak mudah busuk
c. Sampah yang mudah terbakar
d. Sampah yang tidak mudah terbakar
Cara-cara pengelolaan sampah antara lain :
a. Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau
peternak yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, harus dibangun atau mengadakan
tempat khusus untuk mengumpulkan sampah.
b. Pemusnahan dan pengolahan sampah
Pemusnahan dan atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan melalui berbagai cara,
antara lain :
1. Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di tanah kemudian
sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.
9
2. Dibakar (inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam
tungku pembakaran (incinerator).
3. Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk (kompos),
khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat
membusuk.
Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyediakan tempat bagi vektor-vektor penyakit
yaitu serangga dan binatang pengerat untuk mencari makan dan berkembang biak dengan
cepat sehingga dapat mengganggu kesehatan ternak dan manusia.
Mengingat efek dari sampah terhadap kesehatan maka pengelolaan sampah harus memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1. Tersedianya tempat sampah yang dilengkapi tutup (sangat dianjurkan agar tutup sampah
ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan).
2. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah
berseraknya sampah.
3. Tempat sampah tahan karat dan bagian dalam rata.
4. Tempat sampah mudah dibuka, dikosongkan isinya serta mudah dibersihkan.
5. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkat oleh satu orang.
6. Tempat sampah dikosongkan setiap 1x24 jam atau 2/3 bagian telah terisi penuh.
7. Jumlah dan volume sampah disesuaikan dengan sampah yang dihasilkan pada setiap
tempat kegiatan.
8. Tersedia pada setiap tempat/ruang yang memproduksi sampah.
9. Memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa bahan makanan dan makanan jadi yang
cepat membusuk.
10. Tersedianya tempat pembuangan sampah sementara yang mudah dikosongkan, tidak
terbuat dari beton permanen, terletak di lokasi yang terjangkau kendaraan pengangkut
sampah dan harus dikosongkan sekurang-kurangnya 3x24 jam.
10
D.Vektor Penyakit
Vektor adalah organisme hidup yang dapat menularkan agent penyakit dari satu
hewan ke hewan lain atau ke manusia.
Penularan penyakit yang disebabkan oleh vektor dapat dibedakan atas dua cara, yaitu:
1. Penyebaran secara biologi, yang disebut pula penyebaran aktif. Disini bibit penyakit hidup
serta berkembang biak di dalam tubuh vektor dan jika vektor tersebut menggigit ternak, maka
bibit penyakit masuk ke dalam tubuh sehingga timbul penyakit. Contoh : BEF.
2. Penyebaran secara mekanik, disebut juga penyebaran pasif, yakni pindahnya bibit penyakit
yang dibawa vektor kepada bahan-bahan yang digunakan ternak, dan jika makanan tersebut
dimakan oleh ternak maka timbul penyakit. Contoh : lalat.
Lalat
Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo diphtera,
mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Dari berbagai jenis binatang dengan sayap
berbentuk membran ini, maka salah satu yang paling ditakuti ialah lalat. Lalat dapat
menimbulkan berbagai penyakit.
Lalat mempunyai sifat kosmopolitan, artinya kehidupan lalat dijumpai merata hampir di
seluruh permukaan bumi. Sampai saat ini dijumpai lebih kurang 60.000-100.000 spesies lalat.
Tetapi tidak semua spesies ini perlu diawasi karena beberapa diantaranya tidak berbahaya
untuk manusia ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan. Yang paling penting hanya beberapa
saja, misalnya lalat rumah (Musca domestica), lalat hijau (Lucilia sertica), lalat biru
(Calliphora vomituria)..
Lalat disebut penyebar penyakit yang sangat serius karena setiap lalat hinggap di suatu
tempat, kurang lebih 125.000 kuman yang jatuh ke tempat tersebut. Lalat sangat
mengandalkan penglihatan untuk bertahan hidup. Mata majemuk lalat terdiri atas ribuan lensa
dan sangat peka terhadap gerakan. Beberapa jenis lalat memiliki penglihatan tiga dimensi
yang akurat.
Agent penyakit yang dapat dibawa oleh lalat melalui bulu-bulu, kaki dan bagian tubuh
lainnya antara lain.:
1. Bakteri
2. Parasit
3. Protozoa
4. Virus
11
Penularan penyakit terjadi secara mekanis, dimana bulu-bulu badannya, kaki-kaki serta
bagian tubuh yang lain dari lalat merupakan tempat menempelnya mikroorganisme penyakit
yang dapat berasal dari sampah, kotoran dan binatang.
Untuk mendapatkan hasil pengawasan lalat yang memuaskan, maka sifat-sifat dan cara hidup
lalat haruslah diketahui.
1. Lalat suka hidup di tempat yang kotor, misalnya pada kotoran hewan, dan sampah.
2. Untuk berkembang biak lalat membutuhkan udara panas yang lembab serta tersedianya
bahan makanan yang cukup.
3. Lalat tertarik pada bau-bauan yang busuk, serta bau dari makanan ataupun minuman yang
merangsang.
4. Lalat tertarik pada cahaya lampu.
5. Lalat takut dengan warna biru.
Pengetahuan akan sifat lalat seperti ini, dapat dimanfaatkan untuk mencari atau menemukan
sumber lalat, yakni dengan mencari tempat-tempat yang kotor seperti gundukan kotoran,
tempat pembuangan sampah, bangkai hewan yang mungkin terdapat di pekarangan. Selain
itu, dengan mengetahui sifat-sifat lalat, dapat pula diusahakan cara menghindari lalat yaitu
dengan menjaga kebersihan lingkungan dan perseorangan juga menutup makanan sehingga
lalat tidak sempat datang atau menghinggapi pakan ternak.
Siklus Hidup Lalat
Lalat mengalami metamorfosis sempurna, dengan stadium telur, larva atau tempayak,
pupa atau kepompong dan lalat dewasa. Perkembangan lalat memerlukan waktu antara 7-22
hari, tergantung dari suhu dan makanan yang tersedia. Lalat betina telah dapat menghasilkan
telur pada usia 4-8 hari, dengan jumlah telur sebanyak 75-150 butir dalam sekali bertelur.
Semasa hidupnya seekor lalat bertelur 5-6 kali. Berikut masing-masing stadium dalam
perkembangannya lalat :
1. Stadium Pertama (Stadium Telur)
Stadium ini berlangsung selama 12-24 jam. Bentuk telur lalat adalah oval panjang dan
berwarna putih, besar telur 0,8-2 mm. Telur dapat dihasilkan oleh lalat betina sebanyak 150-
200 butir. Lamanya stadium ini dapat dipengaruhi oleh faktor panas dan kelembaban, tempat
bertelur dimana semakin panas semakin cepat menetas dan berlaku sebaliknya. Telur
12
diletakkan pada bahan-bahan organik yang lembab seperti sampah, kotoran binatang, kotoran
ternak atau bahan-bahan lain yang berasal dari binatang dan tumbuhan yang membusuk.
2. Stadium Kedua (Stadium Larva)
Stadium ini terdiri dari 3 tingkatan yaitu :
a. Tingkat I
Telur yang baru menetas disebut instar I, berukuran panjang 2 mm, berwarna putih, tidak
bermata dan berkaki, sangat aktif dan ganas terhadap makanan, setelah 1-4 hari melepas kulit
dan keluar menjadi instar II.
b. Tingkat II
Ukuran besarnya dua kali dari instar I, setelah beberapa hari maka kulit akan mengelupas dan
keluar instar III dan banyak bergerak.
c. Tingkat III
Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memerlukan waktu 3-9 hari, larva tidak
banyak bergerak, larva berpindah ke tempat yang kering dan sejuk untuk berubah menjadi
kepompong.
3. Stadium Ketiga (Stadium Pupa atau Kepompong)
Pada stadium ini jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa, stadium ini
berlangsung 3-9 hari atau tergantung suhu setempat yang disenangi lebih kurang 35°C. Pupa
ini berwarna coklat hitam dan berbentuk lonjong. Pada stadium ini tubuh larva telah menjadi
dewasa, kurang bergerak (tak bergerak sama sekali). Setelah stadium ini selesai maka melalui
celah lingkaran pada bagian anterior akan keluar lalat muda.
4. Stadium Keempat (Stadium Lalat Dewasa)
Stadium ini adalah stadium terakhir yang sudah berwujud serangga yaitu lalat. Untuk menjadi
lalat dewasa yang matang dan siap untuk melakukan perkawinan memerlukan waktu kurang
lebih dari 15 jam. Umur lalat dewasa dapat mencapai 2-4 minggu. Perlu kita ketahui faktor
suhu setempat, kelembaban udara dan makanan yang tersedia berpengaruh terhadap
pertumbuhan lalat baik dari telur hingga menjadi lalat dewasa.
Pola Hidup Lalat
Adapun pola hidup lalat adalah sebagai berikut:
1. Tempat Perindukan
Tempat yang disenangi lalat adalah tempat basah, benda-benda organik, tinja, sampah basah,
kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk. Kotoran yang menumpuk secara kumulatif
13
sangat disenangi oleh larva lalat, sedangkan yang tercecer yang dipakai sebagai tempat
berkembang biak lalat.
2. Jarak Terbang
Jarak terbang lalat sangat tergantung pada adanya makanan yang tersedia. Jarak terbang
efektif adalah 450-900 meter. Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi
sebaliknya lalat akan terbang mencapai 1 km.
3. Kebiasaan Makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari makanan yang satu ke makanan yang lain.
Lalat sangat tertarik pada makanan yang dimakan oleh manusia sehari-hari, seperti gula, susu
dan makanan lainnya, kotoran ternak serta darah.
Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cair atau makan yang
basah, sedangkan makanan yang kering dibasahi oleh ludahnya terlebih dahulu lalu dihisap.
4. Tempat Istirahat
Pada siang hari bila lalat tidak makan, mereka akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-
langit, jemuran pakaian, rumput-rumput, kawat listrik, serta lalat menyukai tempat-tempat
tepi yang tajam dan permukaannya vertikal. Biasanya tempat istirahatnya terletak berdekatan
dengan tempat makanannya atau tempat berbiaknya dan biasanya terlindung dari angin.
Tempat istirahat tersebut biasanya tidak lebih dari 4,5 meter dari atas permukaan tanah.
5. Lama Hidup
Lama kehidupan lalat sangat tergantung pada makanan, air dan temperature. Pada musim
panas berkisar antara 2-4 minggu, sedangkan pada musim dingin bisa mencapai 70 hari.
6. Temperatur
Lalat mulai terbang pada temperatur 15°C dan aktivitas optimumnya pada temperatur 21°C.
Pada temperatur dibawah 7,5°C tidak aktif dan di atas 45°C terjadi kematian pada lalat.
7. Kelembaban
Kelembaban erat hubungannya dengan temperatur setempat. Dimana kelembaban ini
berbanding terbalik dengan temperatur. Jumlah lalat pada musim hujan lebih banyak daripada
musim panas. Lalat sangat sensitif terhadap angin kencang, sehingga kurang aktif untuk
keluar mencari makan pada waktu kecepatan angin yang tinggi.
8. Cahaya
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik (menyukai cahaya). Pada malam hari tidak
aktif, namun bisa aktif dengan sinar buatan. Efek sinar pada lalat tergantung sepenuhnya pada
temperatur dan kelembaban.
Jenis-jenis lalat
14
1. Lalat rumah (Musca domestica)
Ini jenis lalat yang paling banyak terdapat diantara jenis-jenis lalat rumah. Karena fungsinya
sebagai vektor tranmisi mekanis dari berbagai bibit penyakit disertai jumlahnya yang banyak
dan hubungannya yang erat dengan lingkungan hidup manusia, maka jenis lalat Musca
domestica ini merupakan jenis lalat yang terpenting ditinjau dari sudut kesehatan.
Dalam waktu 4-20 hari setelah muncul dari stadium larva, lalat betina sudah bisa mulai
bertelur. Telur-telur putih, berbentuk oval dengan ukuran panjang ± 1 mm. Setiap kali
bertelur diletakkan 75-150 telur. Seekor lalat biasanya diletakkan dalam retak-retak dari
medium pembiakan pada bagian-bagian yang tidak terkena sinar matahari. Pada suhu panas
telur-telur ini menetas dalam waktu 12-24 jam dan larva-larva yang muncul masuk lebih jauh
ke dalam medium sambil memakannya.
Setelah 3-24 hari, biasanya 4-7 hari, larva-larva itu berubah menjadi pupa. Larva - larva akan
mati pada suhu yang terlalu panas. Suhu yang disukai ± 30-35°C, tetapi pada waktu akan
menjadi pupa mereka mencari tempat-tempat yang lebih dingin dan lebih kering.
Pupa berbentuk lonjong ± 7 mm panjang, dan berwarna merah coklat tua. Biasanya pupa
terdapat pada pinggir medium yang kering atau didalam tanah. Stadium pupa berlangsung 4-5
hari, bisa juga 3 hari pada suhu 35°C atau beberapa minggu pada suhu rendah.
Lalat dewasa keluar dari pupa, kalau perlu menembus keluar dari tanah, kemudian
jalan-jalan sampai sayap-sayapnya berkembang, mengering dan mengeras. Ini terjadi dalam
waktu 1 jam pada suhu panas sampai 15 jam untuk ia bisa terbang. Lalat dewasa bisa kawin
setiap saat setelah ia bisa terbang dan bertelur dalam waktu 4-20 hari setelah keluar dari pupa.
Jangka waktu minimum untuk satu siklus hidup lengkap 8 hari pada kondisi yang
menguntungkan.
Lalat dewasa hidup 2-4 minggu pada musim panas dan lebih lama pada musim dingin,
mereka paling aktif pada suhu 32,5°C dan akan mati pada suhu 45°C. Mereka melampaui
musim dingin (over wintering) sebagai lalat dewasa, dan berkembang biak di tempat-tempat
yang relatif terlindung seperti kandang ternak dan gudang-gudang.
2. Lalat kecil (Fannia canicularis)
Lalat rumah kecil ini menyerupai lalat rumah biasa, tetapi ukuran mereka jauh lebih kecil.
Mereka membiak di kotoran hewan dan juga dibagian-bagian tumbuhan yang membusuk,
misalnya di tumpukan rumput yang membusuk.
3. Lalat kandang (Stomaxys calaitrans)
Mereka menyerupai lalat rumah biasa, tetapi mereka mempunyai kebiasaan untuk menggigit.
Tempat pembiakan hanya di tumbuhan-tumbuhan yang membusuk. Siklus hidupnya 21-25
15
hari. Jenis lalat ini tidak penting untuk tranmisi penyakit manusia tetapi mereka bisa
memindahkan penyakit-penyakit pada binatang.
4. Lalat hijau ( Lucilia sertica)
Jenis-jenis ini meletakkan telur-telur mereka pada daging.
5. Lalat daging ( Sarcophaga)
Jenis-jenis lalat ini termasuk dalam genus Sarcophaga, artinya pemakan daging. Ukuran
mereka besar dan terdapat bintik meraka pada ujung badan mereka. Larva dari banyak jenis-
jenis lalat ini hidup dalam daging, tetapi pembiakan bisa juga terjadi dalam kotoran binatang.
Beberapa jenis tidak bertelur tetapi mengeluarkan larva. Mereka jarang masuk dalam rumah-
rumah. Tetapi mereka bisa menyebabkan myasis.
Hubungan Lalat dengan Kesehatan Lingkungan
Lalat membawa bakteri pada tubuh dan kaki-kakinya dan membuang kotorannya
diatas makanan, sehingga makanan menjadi tercemar oleh lalat. Lalat juga menimbulkan
gangguan kenyamanan, merusak pemandangan, geli/ jijik, gatal-gatal pada kulit,
menimbulkan tidak nyaman akhirnya nafsu makan berkurang. Selain itu dari segi estetika
terkesan jorok.
Lalat erat hubungannya dengan lingkungan dimana lalat akan berkembang biak
dengan cepat apabila lingkungan mendukung atau lingkungan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan dan sebaliknya lalat akan berkurang apabila tercipta lingkungan yang tidak
memberikan suatu bentuk kehidupan lalat yaitu keadaan lingkungan yang bersih, sejuk dan
kering.
Kepadatan Lalat
Upaya untuk menurunkan populasi lalat sangat penting, mengingat dampak yang
ditimbulkan oleh lalat. Untuk itu sebagai salah satu cara penilaian baik buruknya suatu lokasi
adalah dilihat dari angka kepadatan lalatnya. Dalam menentukan kepadatan lalat, pengukuran
terhadap populasi lalat dewasa tepat dan biasa diandalkan daripada pengukuran populasi
larva lalat.
Tujuan dari pengukuran angka kepadatan lalat adalah untuk mengetahui tentang :
a. Tingkat kepadatan lalat
b. Sumber-sumber tempat berkembang biaknya lalat
c. Jenis-jenis lalat
Metode Pengendalian Lalat
16
Upaya pengendalian lalat yang efektif merupakan kunci keberhasilan program
pengendalian lalat. Ada beberapa cara pengendalian yang dilakukan yaitu :
Tindakan Perbaikan Lingkungan Hidup
Pada waktu tertentu setiap kawasan memiliki waktu tertentu dalam hal mendukung
kehidupan lalat. Tempat-tempat yang banyak mengandung bahan organic seperti sampah
basah, tinja, kotoran binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan yang telah membusuk
merupakan tempat yang disenangi lalat. Tempat-tempat tersebut harus ditiadakan antara lain :
a. Sampah basah
Sampah ini harus dimasukkan ke dalam bak tertutup rapat sebelum dibuang ke pembuangan
akhir (penyimpanan sampah sementara di rumah tangga) sehingga lalat tidak dapat hinggap
langsung. Untuk cara kerja yang efektif sampah dapat dimasukkan ke dalam karung plastik.
b. Kotoran ternak
Kotoran ternak agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya lalat harus dijaga
kebersihannya dengan cara membersihkan kandang ternak dan kotoran ternak.
d. Tumbuh-tumbuhan yang membusuk
Tumbuh-tumbuhan yang telah ditebang atau mati sebaiknya dibakar atau ditimbun.
Pengendalian dengan Menggunakan Insektisida
Pengendalian lalat menggunakan insektisida dilakukan dengan menggunakan racun
serangga. Penyemprotan residu insektisida dilakukan terhadap permukaan yang menjadi
tempat hinggap lalat, tempat makan atau tempat beristirahat lalat, juga tempat hinggap pada
malam hari sehingga waktu kontak lalat dengan insektisida cukup lama.
Agar pengendalian ini mendapatkan hasil yang memuaskan maka perlu didahului dengan
survei untuk mendapatkan data-data mengenai :
1. Kepadatan lalat
2. Kerentanan lalat terhadap racun serangga
3. Fluktuasi dari kepadatan lalat
4. Prilaku lalat
Tungau
Tungau pada ternak dapat menyebabkan penyakit kudis kudis.Tungau betina
membuat liang di dalam kulit, meletakkan telur sebanyak 40-50 butir dalam liang yang
dibuatnya. Setiap hari tungau tersebut bertelur 1 atau 2 butir dan dalam sehari jumlahnya 3-5
17
butir yang akan menetas dalam 3-5 hari sebagai larva. Larva kemudian keluar keluar dari
liang ke permukaan kulit atau tetap tinggal sebagai nimfa. Larva yang keluar mudah
mengalami kematian atau akan masuk lagi membuat liang dalam lapisan tanduk membentuk
kantong-kantong dan berkembang sebagai tungau. Tungau dan larva hidup dengan memakan
reruntuhan jaringan.
Waktu yang diperlukan telur menjadi tungau lebih kurang 17 hari. Tungau betina
dewasa terdapat di dalam kantong-kantong di ujung liang, sampai di buahi oleh tungau
jantan. Dalam waktu 4-5 hari betina mulai bertelur lagi sampai berumur lebih kurang 3-4
minggu. Penularan antar penderita terjadi lewat kontak kulit dalam bentuk larva, nimfa atau
betina yang siap bertelur. Di luar hospes tungau dapat mati dalam beberapa hari terutama bila
lingkungannya kering. Di laboratorium dalam keadaan serasi dapat hidup sampai 3 minggu.
Sanitasi ternak dengan memandikan ternak dua kali sehari secara teratur terbukti
dapat menurunkan kejadian penyakit kudisan.
Siput
Siput dapat bertindak sebagai vektor terjadinya penyakit cacingan (fasciolosis). Siklus
hidup cacing Fasciola mutlak diperlukan adanya induk semang antara (hospes intermedier)
yaitu siput (Lymnea sp). Di Indonesia hospes intermedierya adalah Lymnea auricularia
rubiginosa. Siput L. auricularia rubigunosa hidup di air yang jernih, tenang/tidak deras dan
banyak ditumbuhi oleh rumput/tanaman. Distribusi geografis dari parasit cacing ini
tergantung dari distribusi dari hospe intermediernya. Kebanyakan siput tertular miracidia
pada saat/akhir musim hujan. Cercaria dikeluarkan oleh siput dan selanjutnya termakan oleh
ternak pada pertengahan musim kering sehingga menghasilkan periode prepaten pada akhir
musim kering atau awal musim hujan. Siput muda lebih mudah terinfeksi miracidium
dibandingkan dengan siput yang lebih tua. Waktu yang dibutuhkan oleh miracidium sampai
mencapai bentuk cercaria (dalam tubuh siput) adalah 75-85 hari. Setelah tertelan ternak
karena proses digesti, metacercaria akan melepaskan kistenya selanjutnya menembus dinding
duodenum memasuki cavum abdominalis dan dalam waktu 4-6 hari sudah bermigrasi
kedalam parenkim hati. Cacing hati muda ini tinggal dalam parenkim hati kira-kira 5-6
minggu untuk selanjutnya tinggal di saluran empedu. Telur cacing dapat dijumpai dalam tinja
paling cepat 12 minggu setelah infeksi (periode pre paten). Fasciolosis bentuk akut biasanya
terjadi pada akhir musim kemarau atau awal musim hujan. Fasciola gigantic menginfeksi sapi
pada semua umur. Akan tetapi infeksi berat atau akit umumnya ditemukan pada ternak muda
(pedet).
18
Daftar Pustaka
Anonim, 2014. Sanitasi Kandang. Cyb-ext. Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM
Pertanian. Cybex.deptan.go.is./penyuluhan/sanitasi-kandang. 17 maret 2014 jam
10.24 wib.
Rasyid, A dan Hartati. 2007. Petunjuk Teknis Perkandangan Sapi Potong. Pusat penelitian
Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Prasetyowati, Y. Pengaruh konstruksi bangunan dan sanitasi kandang sapi perah terhadap
produksi susu di peternakan Bapak H. Nur Rahman Wonocolo – Surabaya. Abstrak.
Fakultas Kedokterah Hewan. Unair. Surabaya.
Subronto. 2007. Ilmu Penyakit Ternak II. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

More Related Content

What's hot

Sanitasi dan Kesehatan lingkungan
Sanitasi dan Kesehatan lingkunganSanitasi dan Kesehatan lingkungan
Sanitasi dan Kesehatan lingkunganSepti Ratnasari
 
Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan
Sanitasi dan Kesehatan LingkunganSanitasi dan Kesehatan Lingkungan
Sanitasi dan Kesehatan LingkunganEsa Karima
 
Program penyehatan lingkungan
Program penyehatan lingkunganProgram penyehatan lingkungan
Program penyehatan lingkunganDR Irene
 
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksanaHafiz Duallist
 
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGANPeraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGANAdelina Hutauruk
 
Penyehatan lingkungan untuk puskesmas
Penyehatan lingkungan untuk puskesmasPenyehatan lingkungan untuk puskesmas
Penyehatan lingkungan untuk puskesmasDR Irene
 
Program kesling di puskesmas
Program kesling di puskesmasProgram kesling di puskesmas
Program kesling di puskesmasJoni Iswanto
 
Kesehatan Lingkungan
Kesehatan LingkunganKesehatan Lingkungan
Kesehatan LingkunganLidiaSaphira
 
Permenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rs
Permenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rsPermenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rs
Permenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rsErikoRiko
 
Rumah sehat
Rumah sehatRumah sehat
Rumah sehatsanggede
 
Pp nomor 66 tahun 2014 kesehatan lingkungan
Pp nomor 66 tahun 2014 kesehatan lingkunganPp nomor 66 tahun 2014 kesehatan lingkungan
Pp nomor 66 tahun 2014 kesehatan lingkunganWinarto Winartoap
 
Makalah kesehatan
Makalah kesehatanMakalah kesehatan
Makalah kesehatanAl Barokah
 
Dasar kesehatan lingkungan
Dasar kesehatan lingkunganDasar kesehatan lingkungan
Dasar kesehatan lingkungananandaelvira
 

What's hot (20)

Sanitasi dan Kesehatan lingkungan
Sanitasi dan Kesehatan lingkunganSanitasi dan Kesehatan lingkungan
Sanitasi dan Kesehatan lingkungan
 
Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan
Sanitasi dan Kesehatan LingkunganSanitasi dan Kesehatan Lingkungan
Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan
 
Program penyehatan lingkungan
Program penyehatan lingkunganProgram penyehatan lingkungan
Program penyehatan lingkungan
 
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
 
Sanitasi lingkungan
Sanitasi lingkunganSanitasi lingkungan
Sanitasi lingkungan
 
kesling
keslingkesling
kesling
 
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGANPeraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
 
Penyehatan lingkungan untuk puskesmas
Penyehatan lingkungan untuk puskesmasPenyehatan lingkungan untuk puskesmas
Penyehatan lingkungan untuk puskesmas
 
Program kesling di puskesmas
Program kesling di puskesmasProgram kesling di puskesmas
Program kesling di puskesmas
 
Kesehatan Lingkungan
Kesehatan LingkunganKesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan
 
Permenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rs
Permenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rsPermenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rs
Permenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rs
 
Uu 32 tahun_2009
Uu 32 tahun_2009Uu 32 tahun_2009
Uu 32 tahun_2009
 
Rumah sehat
Rumah sehatRumah sehat
Rumah sehat
 
Pp nomor 66 tahun 2014 kesehatan lingkungan
Pp nomor 66 tahun 2014 kesehatan lingkunganPp nomor 66 tahun 2014 kesehatan lingkungan
Pp nomor 66 tahun 2014 kesehatan lingkungan
 
Klinik sanitasi 1
Klinik sanitasi 1Klinik sanitasi 1
Klinik sanitasi 1
 
Kesehatan lingkungan dan masyarakat
Kesehatan lingkungan dan masyarakatKesehatan lingkungan dan masyarakat
Kesehatan lingkungan dan masyarakat
 
Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkunganKesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan
 
Makalah kesehatan
Makalah kesehatanMakalah kesehatan
Makalah kesehatan
 
Dasar kesehatan lingkungan
Dasar kesehatan lingkunganDasar kesehatan lingkungan
Dasar kesehatan lingkungan
 
Dkl materi 12
Dkl materi 12Dkl materi 12
Dkl materi 12
 

Viewers also liked

Program kesehatan lingkungan puskesmas
Program kesehatan lingkungan puskesmasProgram kesehatan lingkungan puskesmas
Program kesehatan lingkungan puskesmasShaliemz Abrisam
 
258327548 pedoman-sanitasi-rumah-sakit-di-indonesia
258327548 pedoman-sanitasi-rumah-sakit-di-indonesia258327548 pedoman-sanitasi-rumah-sakit-di-indonesia
258327548 pedoman-sanitasi-rumah-sakit-di-indonesiawi tu
 
Sanitasi bandara
Sanitasi bandaraSanitasi bandara
Sanitasi bandaraSiti Aisyah
 
Sanitasi tempat umum
Sanitasi tempat umumSanitasi tempat umum
Sanitasi tempat umumsanggede
 
Hubungan Kondisi Sanitasi dan Persoonal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare Pad...
Hubungan Kondisi Sanitasi dan Persoonal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare Pad...Hubungan Kondisi Sanitasi dan Persoonal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare Pad...
Hubungan Kondisi Sanitasi dan Persoonal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare Pad...nurhayani lubis
 
Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja - Ardini Raksanagara
Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja - Ardini RaksanagaraKesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja - Ardini Raksanagara
Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja - Ardini RaksanagaraArdini Raksanagara
 
Pembahasan air limbah rumah tangga
Pembahasan air limbah rumah tanggaPembahasan air limbah rumah tangga
Pembahasan air limbah rumah tanggaMuhamad Ihsan
 
Permenkes no 3 tahun 2014 final
Permenkes no 3 tahun 2014 finalPermenkes no 3 tahun 2014 final
Permenkes no 3 tahun 2014 finalzaenal ramdhani
 
01 pedoman umum pamsimas 23 mei2013-_ff(1)_cvr
01 pedoman umum pamsimas 23 mei2013-_ff(1)_cvr01 pedoman umum pamsimas 23 mei2013-_ff(1)_cvr
01 pedoman umum pamsimas 23 mei2013-_ff(1)_cvrminggus osa
 
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi PermukimanTahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukimaninfosanitasi
 
3 teknik dasar pengolahan limbah cair
3 teknik dasar pengolahan limbah cair3 teknik dasar pengolahan limbah cair
3 teknik dasar pengolahan limbah cairAnggi Nurbana Wahyudi
 
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbahDasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbahinfosanitasi
 
Perencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatPerencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatinfosanitasi
 
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusatPerencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusatinfosanitasi
 

Viewers also liked (20)

Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Program kesehatan lingkungan puskesmas
Program kesehatan lingkungan puskesmasProgram kesehatan lingkungan puskesmas
Program kesehatan lingkungan puskesmas
 
258327548 pedoman-sanitasi-rumah-sakit-di-indonesia
258327548 pedoman-sanitasi-rumah-sakit-di-indonesia258327548 pedoman-sanitasi-rumah-sakit-di-indonesia
258327548 pedoman-sanitasi-rumah-sakit-di-indonesia
 
Ssk final pokja
Ssk final pokjaSsk final pokja
Ssk final pokja
 
Kesling ttu
Kesling ttuKesling ttu
Kesling ttu
 
Sanitasi bandara
Sanitasi bandaraSanitasi bandara
Sanitasi bandara
 
Sanitasi tempat umum
Sanitasi tempat umumSanitasi tempat umum
Sanitasi tempat umum
 
Hubungan Kondisi Sanitasi dan Persoonal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare Pad...
Hubungan Kondisi Sanitasi dan Persoonal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare Pad...Hubungan Kondisi Sanitasi dan Persoonal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare Pad...
Hubungan Kondisi Sanitasi dan Persoonal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare Pad...
 
Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja - Ardini Raksanagara
Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja - Ardini RaksanagaraKesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja - Ardini Raksanagara
Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja - Ardini Raksanagara
 
Pembahasan air limbah rumah tangga
Pembahasan air limbah rumah tanggaPembahasan air limbah rumah tangga
Pembahasan air limbah rumah tangga
 
Permenkes no 3 tahun 2014 final
Permenkes no 3 tahun 2014 finalPermenkes no 3 tahun 2014 final
Permenkes no 3 tahun 2014 final
 
Gema kibbla
Gema kibblaGema kibbla
Gema kibbla
 
Indikator kinerja ukm
Indikator kinerja ukmIndikator kinerja ukm
Indikator kinerja ukm
 
01 pedoman umum pamsimas 23 mei2013-_ff(1)_cvr
01 pedoman umum pamsimas 23 mei2013-_ff(1)_cvr01 pedoman umum pamsimas 23 mei2013-_ff(1)_cvr
01 pedoman umum pamsimas 23 mei2013-_ff(1)_cvr
 
Penilaian sanitasi-rumah
Penilaian sanitasi-rumahPenilaian sanitasi-rumah
Penilaian sanitasi-rumah
 
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi PermukimanTahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
 
3 teknik dasar pengolahan limbah cair
3 teknik dasar pengolahan limbah cair3 teknik dasar pengolahan limbah cair
3 teknik dasar pengolahan limbah cair
 
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbahDasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
 
Perencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatPerencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempat
 
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusatPerencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
 

Similar to Sanitasi

Rekayasa Lingkungan Modul 4.pdf
Rekayasa Lingkungan Modul 4.pdfRekayasa Lingkungan Modul 4.pdf
Rekayasa Lingkungan Modul 4.pdfberrysadega
 
PPT-UEU-Dasar-dasar-Kesehatan-Lingkungan-Pertemuan-11.pptx
PPT-UEU-Dasar-dasar-Kesehatan-Lingkungan-Pertemuan-11.pptxPPT-UEU-Dasar-dasar-Kesehatan-Lingkungan-Pertemuan-11.pptx
PPT-UEU-Dasar-dasar-Kesehatan-Lingkungan-Pertemuan-11.pptxFajarDarmawan17
 
Stan kesehatan lingkungan
Stan kesehatan lingkunganStan kesehatan lingkungan
Stan kesehatan lingkunganmitra_kreasi
 
Penyediaan air bersih
Penyediaan air bersihPenyediaan air bersih
Penyediaan air bersihInha Rusdy
 
konsep air bersih-PAPLC
konsep air bersih-PAPLCkonsep air bersih-PAPLC
konsep air bersih-PAPLCNovita Lessy
 
Bab vii kesehatan dan sanitasi
Bab vii kesehatan dan sanitasiBab vii kesehatan dan sanitasi
Bab vii kesehatan dan sanitasiRMontong
 
SANITASI.pptxSANITASI.pptxSANITASI.pptxSANITASI.pptx
SANITASI.pptxSANITASI.pptxSANITASI.pptxSANITASI.pptxSANITASI.pptxSANITASI.pptxSANITASI.pptxSANITASI.pptx
SANITASI.pptxSANITASI.pptxSANITASI.pptxSANITASI.pptxTesUji1
 
Standard minimum-penanganan-pasca-bencana
Standard minimum-penanganan-pasca-bencanaStandard minimum-penanganan-pasca-bencana
Standard minimum-penanganan-pasca-bencanaFahlevi Qalbi
 
hsaint loco PPT PHBS JAMBSEHAT REVAN.pdf
hsaint loco PPT PHBS JAMBSEHAT REVAN.pdfhsaint loco PPT PHBS JAMBSEHAT REVAN.pdf
hsaint loco PPT PHBS JAMBSEHAT REVAN.pdfpatasmanultra
 
MATERI PEMBELAJARAN SANITASI LINGKUNGAN.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SANITASI LINGKUNGAN.pptxMATERI PEMBELAJARAN SANITASI LINGKUNGAN.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SANITASI LINGKUNGAN.pptxsmkkesehatandian01
 
Tinja dan Kesehatan.ppt
Tinja dan Kesehatan.pptTinja dan Kesehatan.ppt
Tinja dan Kesehatan.pptFKMAP13
 
Lingkungan alam alami dan lingkungan alam buatan
Lingkungan alam alami dan lingkungan alam buatanLingkungan alam alami dan lingkungan alam buatan
Lingkungan alam alami dan lingkungan alam buatanZeisVario
 
Memelihara lingkungan alam dan lingkungan buatan
Memelihara lingkungan alam dan lingkungan buatanMemelihara lingkungan alam dan lingkungan buatan
Memelihara lingkungan alam dan lingkungan buatanDewi Shinta
 
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai perkampungan pondok manggis
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai perkampungan pondok manggisKearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai perkampungan pondok manggis
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai perkampungan pondok manggismarlinasitipriyati
 
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis marlinasitipriyati
 

Similar to Sanitasi (20)

Rekayasa Lingkungan Modul 4.pdf
Rekayasa Lingkungan Modul 4.pdfRekayasa Lingkungan Modul 4.pdf
Rekayasa Lingkungan Modul 4.pdf
 
PPT-UEU-Dasar-dasar-Kesehatan-Lingkungan-Pertemuan-11.pptx
PPT-UEU-Dasar-dasar-Kesehatan-Lingkungan-Pertemuan-11.pptxPPT-UEU-Dasar-dasar-Kesehatan-Lingkungan-Pertemuan-11.pptx
PPT-UEU-Dasar-dasar-Kesehatan-Lingkungan-Pertemuan-11.pptx
 
Stan kesehatan lingkungan
Stan kesehatan lingkunganStan kesehatan lingkungan
Stan kesehatan lingkungan
 
Penyediaan air bersih
Penyediaan air bersihPenyediaan air bersih
Penyediaan air bersih
 
konsep air bersih-PAPLC
konsep air bersih-PAPLCkonsep air bersih-PAPLC
konsep air bersih-PAPLC
 
Bab vii kesehatan dan sanitasi
Bab vii kesehatan dan sanitasiBab vii kesehatan dan sanitasi
Bab vii kesehatan dan sanitasi
 
SANITASI.pptxSANITASI.pptxSANITASI.pptxSANITASI.pptx
SANITASI.pptxSANITASI.pptxSANITASI.pptxSANITASI.pptxSANITASI.pptxSANITASI.pptxSANITASI.pptxSANITASI.pptx
SANITASI.pptxSANITASI.pptxSANITASI.pptxSANITASI.pptx
 
Standard minimum-penanganan-pasca-bencana
Standard minimum-penanganan-pasca-bencanaStandard minimum-penanganan-pasca-bencana
Standard minimum-penanganan-pasca-bencana
 
Makalah kesling pembuangan sampah
Makalah kesling pembuangan sampahMakalah kesling pembuangan sampah
Makalah kesling pembuangan sampah
 
hsaint loco PPT PHBS JAMBSEHAT REVAN.pdf
hsaint loco PPT PHBS JAMBSEHAT REVAN.pdfhsaint loco PPT PHBS JAMBSEHAT REVAN.pdf
hsaint loco PPT PHBS JAMBSEHAT REVAN.pdf
 
MATERI PEMBELAJARAN SANITASI LINGKUNGAN.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SANITASI LINGKUNGAN.pptxMATERI PEMBELAJARAN SANITASI LINGKUNGAN.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SANITASI LINGKUNGAN.pptx
 
Tinja dan Kesehatan.ppt
Tinja dan Kesehatan.pptTinja dan Kesehatan.ppt
Tinja dan Kesehatan.ppt
 
Air dan kesehatan
Air dan kesehatanAir dan kesehatan
Air dan kesehatan
 
Lingkungan alam alami dan lingkungan alam buatan
Lingkungan alam alami dan lingkungan alam buatanLingkungan alam alami dan lingkungan alam buatan
Lingkungan alam alami dan lingkungan alam buatan
 
Memelihara lingkungan alam dan lingkungan buatan
Memelihara lingkungan alam dan lingkungan buatanMemelihara lingkungan alam dan lingkungan buatan
Memelihara lingkungan alam dan lingkungan buatan
 
Pengertian
PengertianPengertian
Pengertian
 
Mikro laporan
Mikro laporanMikro laporan
Mikro laporan
 
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai perkampungan pondok manggis
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai perkampungan pondok manggisKearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai perkampungan pondok manggis
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai perkampungan pondok manggis
 
Kearifan Lokal
Kearifan LokalKearifan Lokal
Kearifan Lokal
 
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis
Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis
 

Recently uploaded

SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehBISMIAULIA
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompokelmalinda2
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Surveikustiyantidew94
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxnursariheldaseptiana
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxAhmadSyajili
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 

Recently uploaded (9)

SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 

Sanitasi

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN DESKRIPSI SINGKAT Bahan ajar ini berisikan unit-unit kompetensi yang berkaitan dengan sanitasi kandang dan ternak sapi potong. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) Setelah selesai mengikuti proses berlatih, peserta diharapkan mampu memahami sanitasi kandang dan ternak sapi potong dengan benar. 2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah selesai mengikuti proses berlatih, peserta mampu: a. menjelaskan pengertian sanitasi dengan benar. b. menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam sanitasi dengan benar. c. menjelaskan upaya sanitasi dasar dengan benar. d. menjelaskan vektor penyakit dengan benar. POKOK BAHASAN Sanitasi kandang dan Ternak SUB POKOK BAHASAN A. Pengertian B. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam sanitasi kandang C. Upaya Sanitasi Dasar D. Vektor Penyakit METODE 1. Curah pendapat 2. Tanya jawab 3. Diskusi
  • 2. 2 BAB II SANITASI KANDANG DAN TERNAK A.Pengertian Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan ternak. Sedangkan sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan ternak. Sanitasi adalah tindakan untuk melakukan pembersihan suatu tempat dari berbagai kotoran dan debu. Tindakan sanitasi sebaiknya diikuti dengan tindakan desinfeksi menggunakan desinfektan untuk mengurangi jumlah populasi agen penyakit (bakteri, virus, jamur). Tindakan sanitasi akan menghasilkan lingkungan yang bersih dari kotoran dan mampu mengurangi jumlah agen penyakit sampai 90% dari populasi mikroorganisme yang ada. B.Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan sanitasi Dalam melakukan sanitasi kandang, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : a. Kandang Konstruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan, mempunyai sirkulasi udara yang baik, tidak lembab dan mempunyai tempat penampungan kotoran beserta saluran drainasenya. Kontruksi kandang harus mampu menahan beban benturan dan dorongan yang kuat dari ternak. serta menjaga keamanan ternak dari pencurian. Penataan kandang dengan perlengkapannya hendaknya dapat memberikan kenyamanan pada ternak serta memudahkan kerja bagi petugas dalam memberi pakan dan minum, pembuangan kotoran dan penanganan kesehatan ternak. Lantai kandang harus selalu terjaga drainasenya, sehingga untuk lantai kandang non litter dibuat miring kebelakang untuk memudahkan pembuangan kotoran dan menjaga kondisi lantai tetap kering. Kemiringan lantai berkisar antara 2 – 5 %, artinya setiap panjang lantai 1 meter maka ketinggian lantai bagian belakang menurun sebesar 2 – 5 cm Persyaratan, kandang yang baik diantaranya adalah menggunakan bahan bangunan yang ekonomis, tahan lama, awet, mudah didapat dan tidak menimbulkan refleksi
  • 3. 3 panas terhadap ternak yang dipelihara; memberikan kenyamanan bagi ternak dan pemiliknya; memiliki Ventilasi yang cukup untuk pergantian udara; mudah dibersihkan dan kelihatan bersih; tidak ada ganguan baik didalam maupun disekitar kandang, Lokasi kandang, sebaiknya Usahakan agar posisi kandang berada pada zona yang aman,untuk itu tidak menjadi satu dengan rumah tinggal, jaraknya kira-kira 10 m: tidak berdekatan dengan bangunan umum atau lingkungan yang terlalu ramai: Lokasi kandang sebaiknya lebih tinggi dari sekitarnya: tersedia tempat penampungan kotoran dan limbah sisa-sisa pakan: tersedia air bersih dalam jumlah yang cukup. Arah Kandang : Arah kandang untuk bangunan kandang tunggal sebaiknya menghadap ke timur; sedangkan untuk bangunan kandang ganda sebaiknya membujur utara selatan agar sinar matahari pagi dapat langsung masuk ke kandang, hal ini penting untuk membantu proses pembentukan vitamin D dalam tubuh ternak sekaligus sebagai pembasmi bibit penyakit. Kebersihan kandang : Kandang dan lingkungannya harus selalu bersih. Untuk itu ketersediaan air bersih yang cukup pada usaha pemeliharaan sapi potong mutlak diperlukan. b. Sapi Potong Selain faktor kandang, ternak sapi potong juga perlu mendapatkan perhatian yaitu: Kebersihan ternak, sapi potong harus selalu bersih, karena akan berdampak kepada kesehatan sapi itu sendiri. caranya yaitu dengan memandikan sapi secara rutin, sebaiknya dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari. Pemberian pakan dan minuman, agar kondisi sapi terjaga kesehatannya, maka ternak sapi perah perlu diberikan pakan hijau dan konsentrat yang seimbang dan memenuhi kebutuhan standar gizi,disamping itu, tentu saja air minum dalam jumlah dan kualitas yang cukup. Kesehatan ternak, Kesehatan sapi juga perlu dijaga agar produksi tetap tinggi dan kualitasnya baik. c. Peralatan Peralatan kandang bisa menjadi media tempat berkembang dan penularan bibit penyakit.
  • 4. 4 C.Upaya Sanitasi Dasar Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan feses, dan pengelolaan sampah (tempat sampah). Penyediaan Air Bersih Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain- lain. Penyakit- penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air. a. Syarat Kuantitas Syarat kuantitas adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar. b. Syarat Kualitas Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan. 1. Parameter Fisik Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya di bawah 2. Parameter Mikrobiologis Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri pathogen. Bakteri golongan coli tidak merupakan bakteri golongan pathogen, namum bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri pathogen. 3. Parameter Kimia Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain air raksa (Hg), Alumunium (Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Kalsium (Ca), derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainnya. Air sebaiknya tidak asam dan tidak basa (netral) untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air. pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5-9.
  • 5. 5 Pengaruh Air Terhadap Kesehatan Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan penyakit karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan. Sementara itu, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit sendiri terbagi menjadi beberapa, yaitu : 1. Waterborne mechanism Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit pada ternak ditularkan kepada ternak melalui mulut atau sistem pencernaan. 2. Waterwashed mechanism Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu : a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare. b. Infeksi melalui kulit, seperti skabies. c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis. 3. Water-based mechanism Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agent penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya cacingan. Sumber Air Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air hujan, air permukaan, dan air tanah. 1. Air Hujan Air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, dan mikroorganisme. 2. Air Permukaan Air permukaan yang meliputi air sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.
  • 6. 6 3. Air Tanah Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih murni dibandingkan air permukaan. Pembuangan Feses Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh ternak melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, dari berbagai jenis kotoran ternak, yang lebih dipentingkan adalah tinja (faeces) dan air seni (urine) karena kedua bahan buangan ini memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab timbulnya berbagai macam penyakit saluran pencernaan. Ditinjau dari sudut kesehatan, kotoran merupakan masalah yang sangat penting, karena jika pembuangannya tidak baik maka dapat mencemari lingkungan dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan. Penyebaran penyakit yang bersumber pada kotoran (faeces) dapat melalui berbagai macam jalan atau cara. Peranan tinja dalam penyebaran penyakit sangat besar. Di samping dapat langsung mengkontaminasi pakan, air minum, tanah, serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya). Benda-benda yang telah terkontaminasi oleh tinja dari ternak yang sudah menderita suatu penyakit tertentu merupakan penyebab penyakit bagi ternak lain. Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya pertambahan penduduk, akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan lewat tinja. Penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja antara lain: diare, cacingan. Pengertian Tempat pembuangan Feses Tempat Pembuangan Feses adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran ternak dalam suatu tempat tertentu, sehingga kotoran tersebut dalam suatu tempat tertentu tidak menjadi penyebab penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman. Penyediaan sarana tempat pembuangan feses merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air. Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran ternak harus dikelola dengan baik. Suatu tempat pembuangan feses tersebut sehat jika memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
  • 7. 7 1. Tidak mencemari sumber air minum (untuk ini dibuat lubang penampungan kotoran paling sedikit berjarak 10 meter dari sumber air). 2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus. 3. Air seni, air pembersih dan penggelontoran tidak mencemari tanah disekitarnya. 4. Mudah dibersihkan, aman digunakan dan harus terbuat dari bahan-bahan yang kuat dan tahan lama. 5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang. 6. Luas ruangan cukup. 7. Ventilasi cukup baik. 8. Tersedia air dan alat pembersih. 9. Cukup penerangan. Jenis-jenis tempat pembuangan feses Macam-macam tempat pembuangan feses, antara lain: 1. Juglangan Juglangan ini sering dijumpai di daerah pedesaan. Juglangan ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah dengan diameter seadanya. 2. Pupuk kandang Tempat pembuangan feses ini biasanya langsung di tampung di bak –bak penampung yang telah disediakan dengan alas di semen dan disediakan atap. Secara berkala dilakukan pengadukan untuk mempercepat proses pembuatan pupuk kandang. 3. Bio urin Bio urin merupakan tempat penampungan urin ternak untuk selanjutnya digunakan penyiraman tanaman. Biasanya ditambahkan pupuk kimia dan umumnya digunakan untuk penyiraman tanaman tebu. 4. Biogas Biogas merupakan tempat penampungan feses dan urin ternak yang dicampur dan biasanya ditambahkan air sebelum masuk ke dalam digester. Gas yang terkumpul dimanfaatkan untuk
  • 8. 8 memasak dan lampu penerangan. Feses yang keluar dari digester kemuadian digunakan sebagai pupuk kandang. Pengelolaan Sampah Sampah diartikan sebagai benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan dibuang atau sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan peternakan, serta tidak terjadi dengan sendirinya. Beberapa faktor yang memengaruhi sampah adalah jumlah ternak, sistem pengumpulan/ pembuangan sampah, pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah, faktor geografis, waktu, sosial, ekonomi, budaya, musim, kebiasaan masyarakat, kemajuan teknologi serta jenis sampah. Sedangkan jenis sampah, dikenal beberapa cara pembagian, ada yang membaginya atas dasar zat pembentuk, yaitu : a. Sampah organik, misalnya sisa makanan, daun, sayur dan buah. b. Sampah anorganik, misalnya logam, pecah belah, abu, dan lain-lain. Adapun yang membaginya atas dasar sifat, yaitu : a. Sampah yang mudah busuk b. Sampah yang tidak mudah busuk c. Sampah yang mudah terbakar d. Sampah yang tidak mudah terbakar Cara-cara pengelolaan sampah antara lain : a. Pengumpulan dan pengangkutan sampah Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau peternak yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, harus dibangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. b. Pemusnahan dan pengolahan sampah Pemusnahan dan atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain : 1. Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.
  • 9. 9 2. Dibakar (inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku pembakaran (incinerator). 3. Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyediakan tempat bagi vektor-vektor penyakit yaitu serangga dan binatang pengerat untuk mencari makan dan berkembang biak dengan cepat sehingga dapat mengganggu kesehatan ternak dan manusia. Mengingat efek dari sampah terhadap kesehatan maka pengelolaan sampah harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Tersedianya tempat sampah yang dilengkapi tutup (sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan). 2. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya sampah. 3. Tempat sampah tahan karat dan bagian dalam rata. 4. Tempat sampah mudah dibuka, dikosongkan isinya serta mudah dibersihkan. 5. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkat oleh satu orang. 6. Tempat sampah dikosongkan setiap 1x24 jam atau 2/3 bagian telah terisi penuh. 7. Jumlah dan volume sampah disesuaikan dengan sampah yang dihasilkan pada setiap tempat kegiatan. 8. Tersedia pada setiap tempat/ruang yang memproduksi sampah. 9. Memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa bahan makanan dan makanan jadi yang cepat membusuk. 10. Tersedianya tempat pembuangan sampah sementara yang mudah dikosongkan, tidak terbuat dari beton permanen, terletak di lokasi yang terjangkau kendaraan pengangkut sampah dan harus dikosongkan sekurang-kurangnya 3x24 jam.
  • 10. 10 D.Vektor Penyakit Vektor adalah organisme hidup yang dapat menularkan agent penyakit dari satu hewan ke hewan lain atau ke manusia. Penularan penyakit yang disebabkan oleh vektor dapat dibedakan atas dua cara, yaitu: 1. Penyebaran secara biologi, yang disebut pula penyebaran aktif. Disini bibit penyakit hidup serta berkembang biak di dalam tubuh vektor dan jika vektor tersebut menggigit ternak, maka bibit penyakit masuk ke dalam tubuh sehingga timbul penyakit. Contoh : BEF. 2. Penyebaran secara mekanik, disebut juga penyebaran pasif, yakni pindahnya bibit penyakit yang dibawa vektor kepada bahan-bahan yang digunakan ternak, dan jika makanan tersebut dimakan oleh ternak maka timbul penyakit. Contoh : lalat. Lalat Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo diphtera, mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Dari berbagai jenis binatang dengan sayap berbentuk membran ini, maka salah satu yang paling ditakuti ialah lalat. Lalat dapat menimbulkan berbagai penyakit. Lalat mempunyai sifat kosmopolitan, artinya kehidupan lalat dijumpai merata hampir di seluruh permukaan bumi. Sampai saat ini dijumpai lebih kurang 60.000-100.000 spesies lalat. Tetapi tidak semua spesies ini perlu diawasi karena beberapa diantaranya tidak berbahaya untuk manusia ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan. Yang paling penting hanya beberapa saja, misalnya lalat rumah (Musca domestica), lalat hijau (Lucilia sertica), lalat biru (Calliphora vomituria).. Lalat disebut penyebar penyakit yang sangat serius karena setiap lalat hinggap di suatu tempat, kurang lebih 125.000 kuman yang jatuh ke tempat tersebut. Lalat sangat mengandalkan penglihatan untuk bertahan hidup. Mata majemuk lalat terdiri atas ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Beberapa jenis lalat memiliki penglihatan tiga dimensi yang akurat. Agent penyakit yang dapat dibawa oleh lalat melalui bulu-bulu, kaki dan bagian tubuh lainnya antara lain.: 1. Bakteri 2. Parasit 3. Protozoa 4. Virus
  • 11. 11 Penularan penyakit terjadi secara mekanis, dimana bulu-bulu badannya, kaki-kaki serta bagian tubuh yang lain dari lalat merupakan tempat menempelnya mikroorganisme penyakit yang dapat berasal dari sampah, kotoran dan binatang. Untuk mendapatkan hasil pengawasan lalat yang memuaskan, maka sifat-sifat dan cara hidup lalat haruslah diketahui. 1. Lalat suka hidup di tempat yang kotor, misalnya pada kotoran hewan, dan sampah. 2. Untuk berkembang biak lalat membutuhkan udara panas yang lembab serta tersedianya bahan makanan yang cukup. 3. Lalat tertarik pada bau-bauan yang busuk, serta bau dari makanan ataupun minuman yang merangsang. 4. Lalat tertarik pada cahaya lampu. 5. Lalat takut dengan warna biru. Pengetahuan akan sifat lalat seperti ini, dapat dimanfaatkan untuk mencari atau menemukan sumber lalat, yakni dengan mencari tempat-tempat yang kotor seperti gundukan kotoran, tempat pembuangan sampah, bangkai hewan yang mungkin terdapat di pekarangan. Selain itu, dengan mengetahui sifat-sifat lalat, dapat pula diusahakan cara menghindari lalat yaitu dengan menjaga kebersihan lingkungan dan perseorangan juga menutup makanan sehingga lalat tidak sempat datang atau menghinggapi pakan ternak. Siklus Hidup Lalat Lalat mengalami metamorfosis sempurna, dengan stadium telur, larva atau tempayak, pupa atau kepompong dan lalat dewasa. Perkembangan lalat memerlukan waktu antara 7-22 hari, tergantung dari suhu dan makanan yang tersedia. Lalat betina telah dapat menghasilkan telur pada usia 4-8 hari, dengan jumlah telur sebanyak 75-150 butir dalam sekali bertelur. Semasa hidupnya seekor lalat bertelur 5-6 kali. Berikut masing-masing stadium dalam perkembangannya lalat : 1. Stadium Pertama (Stadium Telur) Stadium ini berlangsung selama 12-24 jam. Bentuk telur lalat adalah oval panjang dan berwarna putih, besar telur 0,8-2 mm. Telur dapat dihasilkan oleh lalat betina sebanyak 150- 200 butir. Lamanya stadium ini dapat dipengaruhi oleh faktor panas dan kelembaban, tempat bertelur dimana semakin panas semakin cepat menetas dan berlaku sebaliknya. Telur
  • 12. 12 diletakkan pada bahan-bahan organik yang lembab seperti sampah, kotoran binatang, kotoran ternak atau bahan-bahan lain yang berasal dari binatang dan tumbuhan yang membusuk. 2. Stadium Kedua (Stadium Larva) Stadium ini terdiri dari 3 tingkatan yaitu : a. Tingkat I Telur yang baru menetas disebut instar I, berukuran panjang 2 mm, berwarna putih, tidak bermata dan berkaki, sangat aktif dan ganas terhadap makanan, setelah 1-4 hari melepas kulit dan keluar menjadi instar II. b. Tingkat II Ukuran besarnya dua kali dari instar I, setelah beberapa hari maka kulit akan mengelupas dan keluar instar III dan banyak bergerak. c. Tingkat III Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memerlukan waktu 3-9 hari, larva tidak banyak bergerak, larva berpindah ke tempat yang kering dan sejuk untuk berubah menjadi kepompong. 3. Stadium Ketiga (Stadium Pupa atau Kepompong) Pada stadium ini jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa, stadium ini berlangsung 3-9 hari atau tergantung suhu setempat yang disenangi lebih kurang 35°C. Pupa ini berwarna coklat hitam dan berbentuk lonjong. Pada stadium ini tubuh larva telah menjadi dewasa, kurang bergerak (tak bergerak sama sekali). Setelah stadium ini selesai maka melalui celah lingkaran pada bagian anterior akan keluar lalat muda. 4. Stadium Keempat (Stadium Lalat Dewasa) Stadium ini adalah stadium terakhir yang sudah berwujud serangga yaitu lalat. Untuk menjadi lalat dewasa yang matang dan siap untuk melakukan perkawinan memerlukan waktu kurang lebih dari 15 jam. Umur lalat dewasa dapat mencapai 2-4 minggu. Perlu kita ketahui faktor suhu setempat, kelembaban udara dan makanan yang tersedia berpengaruh terhadap pertumbuhan lalat baik dari telur hingga menjadi lalat dewasa. Pola Hidup Lalat Adapun pola hidup lalat adalah sebagai berikut: 1. Tempat Perindukan Tempat yang disenangi lalat adalah tempat basah, benda-benda organik, tinja, sampah basah, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk. Kotoran yang menumpuk secara kumulatif
  • 13. 13 sangat disenangi oleh larva lalat, sedangkan yang tercecer yang dipakai sebagai tempat berkembang biak lalat. 2. Jarak Terbang Jarak terbang lalat sangat tergantung pada adanya makanan yang tersedia. Jarak terbang efektif adalah 450-900 meter. Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan terbang mencapai 1 km. 3. Kebiasaan Makan Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari makanan yang satu ke makanan yang lain. Lalat sangat tertarik pada makanan yang dimakan oleh manusia sehari-hari, seperti gula, susu dan makanan lainnya, kotoran ternak serta darah. Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cair atau makan yang basah, sedangkan makanan yang kering dibasahi oleh ludahnya terlebih dahulu lalu dihisap. 4. Tempat Istirahat Pada siang hari bila lalat tidak makan, mereka akan beristirahat pada lantai, dinding, langit- langit, jemuran pakaian, rumput-rumput, kawat listrik, serta lalat menyukai tempat-tempat tepi yang tajam dan permukaannya vertikal. Biasanya tempat istirahatnya terletak berdekatan dengan tempat makanannya atau tempat berbiaknya dan biasanya terlindung dari angin. Tempat istirahat tersebut biasanya tidak lebih dari 4,5 meter dari atas permukaan tanah. 5. Lama Hidup Lama kehidupan lalat sangat tergantung pada makanan, air dan temperature. Pada musim panas berkisar antara 2-4 minggu, sedangkan pada musim dingin bisa mencapai 70 hari. 6. Temperatur Lalat mulai terbang pada temperatur 15°C dan aktivitas optimumnya pada temperatur 21°C. Pada temperatur dibawah 7,5°C tidak aktif dan di atas 45°C terjadi kematian pada lalat. 7. Kelembaban Kelembaban erat hubungannya dengan temperatur setempat. Dimana kelembaban ini berbanding terbalik dengan temperatur. Jumlah lalat pada musim hujan lebih banyak daripada musim panas. Lalat sangat sensitif terhadap angin kencang, sehingga kurang aktif untuk keluar mencari makan pada waktu kecepatan angin yang tinggi. 8. Cahaya Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik (menyukai cahaya). Pada malam hari tidak aktif, namun bisa aktif dengan sinar buatan. Efek sinar pada lalat tergantung sepenuhnya pada temperatur dan kelembaban. Jenis-jenis lalat
  • 14. 14 1. Lalat rumah (Musca domestica) Ini jenis lalat yang paling banyak terdapat diantara jenis-jenis lalat rumah. Karena fungsinya sebagai vektor tranmisi mekanis dari berbagai bibit penyakit disertai jumlahnya yang banyak dan hubungannya yang erat dengan lingkungan hidup manusia, maka jenis lalat Musca domestica ini merupakan jenis lalat yang terpenting ditinjau dari sudut kesehatan. Dalam waktu 4-20 hari setelah muncul dari stadium larva, lalat betina sudah bisa mulai bertelur. Telur-telur putih, berbentuk oval dengan ukuran panjang ± 1 mm. Setiap kali bertelur diletakkan 75-150 telur. Seekor lalat biasanya diletakkan dalam retak-retak dari medium pembiakan pada bagian-bagian yang tidak terkena sinar matahari. Pada suhu panas telur-telur ini menetas dalam waktu 12-24 jam dan larva-larva yang muncul masuk lebih jauh ke dalam medium sambil memakannya. Setelah 3-24 hari, biasanya 4-7 hari, larva-larva itu berubah menjadi pupa. Larva - larva akan mati pada suhu yang terlalu panas. Suhu yang disukai ± 30-35°C, tetapi pada waktu akan menjadi pupa mereka mencari tempat-tempat yang lebih dingin dan lebih kering. Pupa berbentuk lonjong ± 7 mm panjang, dan berwarna merah coklat tua. Biasanya pupa terdapat pada pinggir medium yang kering atau didalam tanah. Stadium pupa berlangsung 4-5 hari, bisa juga 3 hari pada suhu 35°C atau beberapa minggu pada suhu rendah. Lalat dewasa keluar dari pupa, kalau perlu menembus keluar dari tanah, kemudian jalan-jalan sampai sayap-sayapnya berkembang, mengering dan mengeras. Ini terjadi dalam waktu 1 jam pada suhu panas sampai 15 jam untuk ia bisa terbang. Lalat dewasa bisa kawin setiap saat setelah ia bisa terbang dan bertelur dalam waktu 4-20 hari setelah keluar dari pupa. Jangka waktu minimum untuk satu siklus hidup lengkap 8 hari pada kondisi yang menguntungkan. Lalat dewasa hidup 2-4 minggu pada musim panas dan lebih lama pada musim dingin, mereka paling aktif pada suhu 32,5°C dan akan mati pada suhu 45°C. Mereka melampaui musim dingin (over wintering) sebagai lalat dewasa, dan berkembang biak di tempat-tempat yang relatif terlindung seperti kandang ternak dan gudang-gudang. 2. Lalat kecil (Fannia canicularis) Lalat rumah kecil ini menyerupai lalat rumah biasa, tetapi ukuran mereka jauh lebih kecil. Mereka membiak di kotoran hewan dan juga dibagian-bagian tumbuhan yang membusuk, misalnya di tumpukan rumput yang membusuk. 3. Lalat kandang (Stomaxys calaitrans) Mereka menyerupai lalat rumah biasa, tetapi mereka mempunyai kebiasaan untuk menggigit. Tempat pembiakan hanya di tumbuhan-tumbuhan yang membusuk. Siklus hidupnya 21-25
  • 15. 15 hari. Jenis lalat ini tidak penting untuk tranmisi penyakit manusia tetapi mereka bisa memindahkan penyakit-penyakit pada binatang. 4. Lalat hijau ( Lucilia sertica) Jenis-jenis ini meletakkan telur-telur mereka pada daging. 5. Lalat daging ( Sarcophaga) Jenis-jenis lalat ini termasuk dalam genus Sarcophaga, artinya pemakan daging. Ukuran mereka besar dan terdapat bintik meraka pada ujung badan mereka. Larva dari banyak jenis- jenis lalat ini hidup dalam daging, tetapi pembiakan bisa juga terjadi dalam kotoran binatang. Beberapa jenis tidak bertelur tetapi mengeluarkan larva. Mereka jarang masuk dalam rumah- rumah. Tetapi mereka bisa menyebabkan myasis. Hubungan Lalat dengan Kesehatan Lingkungan Lalat membawa bakteri pada tubuh dan kaki-kakinya dan membuang kotorannya diatas makanan, sehingga makanan menjadi tercemar oleh lalat. Lalat juga menimbulkan gangguan kenyamanan, merusak pemandangan, geli/ jijik, gatal-gatal pada kulit, menimbulkan tidak nyaman akhirnya nafsu makan berkurang. Selain itu dari segi estetika terkesan jorok. Lalat erat hubungannya dengan lingkungan dimana lalat akan berkembang biak dengan cepat apabila lingkungan mendukung atau lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan sebaliknya lalat akan berkurang apabila tercipta lingkungan yang tidak memberikan suatu bentuk kehidupan lalat yaitu keadaan lingkungan yang bersih, sejuk dan kering. Kepadatan Lalat Upaya untuk menurunkan populasi lalat sangat penting, mengingat dampak yang ditimbulkan oleh lalat. Untuk itu sebagai salah satu cara penilaian baik buruknya suatu lokasi adalah dilihat dari angka kepadatan lalatnya. Dalam menentukan kepadatan lalat, pengukuran terhadap populasi lalat dewasa tepat dan biasa diandalkan daripada pengukuran populasi larva lalat. Tujuan dari pengukuran angka kepadatan lalat adalah untuk mengetahui tentang : a. Tingkat kepadatan lalat b. Sumber-sumber tempat berkembang biaknya lalat c. Jenis-jenis lalat Metode Pengendalian Lalat
  • 16. 16 Upaya pengendalian lalat yang efektif merupakan kunci keberhasilan program pengendalian lalat. Ada beberapa cara pengendalian yang dilakukan yaitu : Tindakan Perbaikan Lingkungan Hidup Pada waktu tertentu setiap kawasan memiliki waktu tertentu dalam hal mendukung kehidupan lalat. Tempat-tempat yang banyak mengandung bahan organic seperti sampah basah, tinja, kotoran binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan yang telah membusuk merupakan tempat yang disenangi lalat. Tempat-tempat tersebut harus ditiadakan antara lain : a. Sampah basah Sampah ini harus dimasukkan ke dalam bak tertutup rapat sebelum dibuang ke pembuangan akhir (penyimpanan sampah sementara di rumah tangga) sehingga lalat tidak dapat hinggap langsung. Untuk cara kerja yang efektif sampah dapat dimasukkan ke dalam karung plastik. b. Kotoran ternak Kotoran ternak agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya lalat harus dijaga kebersihannya dengan cara membersihkan kandang ternak dan kotoran ternak. d. Tumbuh-tumbuhan yang membusuk Tumbuh-tumbuhan yang telah ditebang atau mati sebaiknya dibakar atau ditimbun. Pengendalian dengan Menggunakan Insektisida Pengendalian lalat menggunakan insektisida dilakukan dengan menggunakan racun serangga. Penyemprotan residu insektisida dilakukan terhadap permukaan yang menjadi tempat hinggap lalat, tempat makan atau tempat beristirahat lalat, juga tempat hinggap pada malam hari sehingga waktu kontak lalat dengan insektisida cukup lama. Agar pengendalian ini mendapatkan hasil yang memuaskan maka perlu didahului dengan survei untuk mendapatkan data-data mengenai : 1. Kepadatan lalat 2. Kerentanan lalat terhadap racun serangga 3. Fluktuasi dari kepadatan lalat 4. Prilaku lalat Tungau Tungau pada ternak dapat menyebabkan penyakit kudis kudis.Tungau betina membuat liang di dalam kulit, meletakkan telur sebanyak 40-50 butir dalam liang yang dibuatnya. Setiap hari tungau tersebut bertelur 1 atau 2 butir dan dalam sehari jumlahnya 3-5
  • 17. 17 butir yang akan menetas dalam 3-5 hari sebagai larva. Larva kemudian keluar keluar dari liang ke permukaan kulit atau tetap tinggal sebagai nimfa. Larva yang keluar mudah mengalami kematian atau akan masuk lagi membuat liang dalam lapisan tanduk membentuk kantong-kantong dan berkembang sebagai tungau. Tungau dan larva hidup dengan memakan reruntuhan jaringan. Waktu yang diperlukan telur menjadi tungau lebih kurang 17 hari. Tungau betina dewasa terdapat di dalam kantong-kantong di ujung liang, sampai di buahi oleh tungau jantan. Dalam waktu 4-5 hari betina mulai bertelur lagi sampai berumur lebih kurang 3-4 minggu. Penularan antar penderita terjadi lewat kontak kulit dalam bentuk larva, nimfa atau betina yang siap bertelur. Di luar hospes tungau dapat mati dalam beberapa hari terutama bila lingkungannya kering. Di laboratorium dalam keadaan serasi dapat hidup sampai 3 minggu. Sanitasi ternak dengan memandikan ternak dua kali sehari secara teratur terbukti dapat menurunkan kejadian penyakit kudisan. Siput Siput dapat bertindak sebagai vektor terjadinya penyakit cacingan (fasciolosis). Siklus hidup cacing Fasciola mutlak diperlukan adanya induk semang antara (hospes intermedier) yaitu siput (Lymnea sp). Di Indonesia hospes intermedierya adalah Lymnea auricularia rubiginosa. Siput L. auricularia rubigunosa hidup di air yang jernih, tenang/tidak deras dan banyak ditumbuhi oleh rumput/tanaman. Distribusi geografis dari parasit cacing ini tergantung dari distribusi dari hospe intermediernya. Kebanyakan siput tertular miracidia pada saat/akhir musim hujan. Cercaria dikeluarkan oleh siput dan selanjutnya termakan oleh ternak pada pertengahan musim kering sehingga menghasilkan periode prepaten pada akhir musim kering atau awal musim hujan. Siput muda lebih mudah terinfeksi miracidium dibandingkan dengan siput yang lebih tua. Waktu yang dibutuhkan oleh miracidium sampai mencapai bentuk cercaria (dalam tubuh siput) adalah 75-85 hari. Setelah tertelan ternak karena proses digesti, metacercaria akan melepaskan kistenya selanjutnya menembus dinding duodenum memasuki cavum abdominalis dan dalam waktu 4-6 hari sudah bermigrasi kedalam parenkim hati. Cacing hati muda ini tinggal dalam parenkim hati kira-kira 5-6 minggu untuk selanjutnya tinggal di saluran empedu. Telur cacing dapat dijumpai dalam tinja paling cepat 12 minggu setelah infeksi (periode pre paten). Fasciolosis bentuk akut biasanya terjadi pada akhir musim kemarau atau awal musim hujan. Fasciola gigantic menginfeksi sapi pada semua umur. Akan tetapi infeksi berat atau akit umumnya ditemukan pada ternak muda (pedet).
  • 18. 18 Daftar Pustaka Anonim, 2014. Sanitasi Kandang. Cyb-ext. Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. Cybex.deptan.go.is./penyuluhan/sanitasi-kandang. 17 maret 2014 jam 10.24 wib. Rasyid, A dan Hartati. 2007. Petunjuk Teknis Perkandangan Sapi Potong. Pusat penelitian Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Prasetyowati, Y. Pengaruh konstruksi bangunan dan sanitasi kandang sapi perah terhadap produksi susu di peternakan Bapak H. Nur Rahman Wonocolo – Surabaya. Abstrak. Fakultas Kedokterah Hewan. Unair. Surabaya. Subronto. 2007. Ilmu Penyakit Ternak II. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.