Kearifan Lokal tentang Pencemaran limbah di Sungai kampungan pondok manggis
Analisis TSS dan TDS
1. I. NO PERCOBAAN : III
II. NAMA PERCOBAAN : Analisa Zat Padat Tersuspensi (TSS) dan Zat
Padat Terlarut (TDS)
III. TUJUAN PERCOBAAN : Adapun tujuan dari analisis total zat padat terlarut
dan total zat padat tersuspensi adalah:
Analisis total zat padat terlarut bertujuan untuk mengetahui ukuran zat
terlarut (baik zat organik maupun anorganik) yang terdapat di dalam
suatu larutan.
Analisis total zat padat tersuspensi bertujuan untuk mengetahui
jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada di dalam air limbah
setelah mengalami proses penyaringan.
IV. DASAR TEORI
“Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energy, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air
oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya” (Mulia, 2005).
Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah air limbah yang
dibuang tanpa pengelolahan ke dalam suatu badan air. Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari
suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari
rumah tangga (domestik) maupun industri (Mulia, 2005).
Air limbah merupakan sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah
tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air
limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah
permukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air
tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Notoatmodjo, 2003).
Air limbah rumah tangga adalah air limbah yang tidak mengandung
ekskreta manusia dan dapat berasal dari buangan kamar mandi, dapur, air cuci
pakaian dan lain-lain yang mungkin mengandung mikroorganisme patogen.
2. Violume air limbah rumah tangga bergantung pada volume pemakaian air
penduduk setempat (Chandra, 2006).
Limbah industri bersumber dari kegiatan industri baik karena proses secara
langsung maupun proses secara tidak langsung. Limbah yang bersumber langsung
dari kegiatan industri yaitu limbah yang terproduksi bersamaan dengan proses
produksi sedang berlangsung, dimana produksi dan limbah hadir pada saat yang
sama. Sedangkan limbah tidak langsung terproduksi sebelum maupun sesudah
proses produksi (Ginting, 2007).
Berikut beberapa dampak yang dapat diakibatkan oleh pengolahan limbah
yang tidak dikelola secara baik:
a. Ganguan kesehatan
Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan
penyakit bawaan air (waterbone disease). Selain itu di dalam air limbah
mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan
gangguan kesehhatan bagi makhluk hidup yang mengkonsumsinya.
Adakalanya, air limbah yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi
sarang vector penyakit (misalnya nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain).
b. Penurunan kualitas lingkungan
Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya: sungai
dan danau) dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut..
Adakalanya, air limbah juga dapat merembes dalam air tanah, sehingga
menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar, maka kualitasya
akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan sesuai peruntukannya.
c. Gangguan terhadap keindahan
Adakalanya air limbah mengandung polutan yang tidak mengganggu
kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan. Kadang –kadang air
limbah daoat juga mengandung bahan-bahan yang bila terurai menghasilkan
gas-gas yang berbau. Bila air limbah jenis ini mencemari badan air, maka dapat
menimbulkan gangguan keindahan pada badan air tersebut.
d. Gangguan terhadap kerusakan benda
3. Adakalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh
bakteri anaerobik menjadi gas yang agresif seperti H2S. gas ini dapat
mempercepat proses perkaratan benda yang terbuat dari besi dan bangunan air
kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya air tersebut maka biaya pemeliharaannya
akan semakin besar juga, yang berarti akan menimbulkan jerugia material.
Untuk menghidarkan terjadinya gangguan-ganguan diatas, air limbah
yang dialirkan ke lingkungan hatus memenuhi ketentuan seperti yang
disebutkan dalam Baku Mutu Air Limbah. Apabila air limbah tidak memenuhi
ketentuan tersebut, maka perlu dilakukan pengelolahan air limbah sebelum
mengalirkannya ke lingkungan. (Mulia, 2005).
Kelarutan zat padat dalam air atau disebut sebagai total Dissolved solid
(TDS) adalah terlarutnya zat padat, baik berupa ion, berupa senyawa, koloid di
dalam air. Sebagai contoh adalah air permukaan apabila diamati setelah turun
hujan akan mengakibatkan air sungai maupun kolam kelihatan keruh yang
disebabkan oleh larutnya partikel tersuspensi di dalam air, sedangkan pada musim
kemarau, air kelihatan berwarna hijau karena adanya ganggang di dalam air.
Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangat rendah, sehingga
tidak kelihatan oleh mata telanjang (Situmorang, 2007).
Total zat padat terlarut biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik
dan gas terlarut. Bila total zat padat terlarut bertambah maka kesadahan akan naik
pula. Selanjutnya efek padatan terlarut ataupun kesadahan terhadap kesehatan
tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut (Slamet, 1994).
Umumnya ion kalsium dan magnesium di dalam air yang akan
menyebabkan sifat kesadahan air. Bila air yang mempunyai tingkat kesadahan
yang terlalu tinggi dapat menimbulkan korosi pada benda-benda yang terbuat dari
logam, dan dapat menimbulkan endapan. Untuk itu maka, air yang akan
digunakan untuk industri terlebih dahulu dihilangkan kesadahannya (Sunu, 2001).
Zat padat terlarut di dalam air perlu diketahui untuk mengetahui
produktivitas air, karena produktivitas air terhadap kehidupan air sangat
ditentukan oleh kelarutan zat padat di dalamnya. Produktivitas air akan tinggi
terhadap kehidupan organisme seperti tumbuhan dan mikroba apabila zat padat
4. terlarut tersebut berupa nutrient berupa posfat, nitrat, dsb, yang akan mendukung
kehidupan organisme, air ini disebut eutrofik, sedangkan air yang mengandung
sedikit zat padat terlarut berupa nutrient berarti mempunyai daya dukung rendah
terhadap organisme disebut oligotrofik (Situmorang, 2007).
Zat padat di dalam air juga merupakan indikasi ketidaknormalan air, yaitu
terjadi penyimpangan air dari keadaan yang sebenarnya. Penyimpangan keadaan
air ini paling banyak disebabkan oleh kegiatan manusia seperti buangan berupa
limbah industri, kotoran manusia dan hewan, limbah rumah tangga, dll. Dengan
demikian kesadaran manusia terhadap lingkungan dapat mengurangi kelarutan zat
padat di dalam air (Situmorang, 2007).
Apabila bahan buangan padat larut di dalam air, maka kepekatan atau
berat jenis cairan akan naik. Adakalanya pelarutan bahan buangan padat di dalam
air akan disertai pula dengan perubahan warna air. Air yang mengandung larutan
pekat dan berwarna gelap akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air.
Akibatnya, proses fotosintesis tanaman di dalam air akan menjadi terganggu.
Jumlah oksigen yang terlarut di dalam air juga akan berkurang. Hal ini sudah
barang tentu berakibat terhadap kehidupan organisme yang hidup di dalam air.
Dari segi kesehatan, apabila air yang mengandung padatan terlarut terminum oleh
manusia tidak akan memberikan efek yang langsung karena efek padatan terlarut
akan memberi rasa pada air seperti garam. Air yang teminum akan menyebabkan
akumulasi garam di dalam ginjal manusia dalam waktu lama yang akan
mempengaruhi fungsi fisiologis ginjal (Wardhana, 2004).
Pengukuran zat padat terlarut dapat dilakukan secara pecobaan di
laboratorium melalui penguapan air (pada volume tertentu) di dalam oven,
kemudian mengukur berat beker sebelum dan sesudah pengeringan air, dinyatakan
sebagai total zat padat terlarut yang dinyatakan sebagai mg per liter atau part
permillion (ppm) (Situmorang, 2007).
Padatan tersuspensi adalah jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang
ada di dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran
berukuran 0,45 mikron. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk
terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air,
5. kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi
organisme produsen. Suspended solid (material tersuspensi) dapat dibagi menjadi
zat padat dan koloid (Mulia, 2005).
Zat padat tersuspensi yang mengandung zat-zat organik pada umumnya
terdiri dari protein, gangguan dan bakteri. Pengukuran konsentrasi
mikroorganisme dalam limbah diukur dengan zat padat tersuspensi organik
sebagai padatan tersuspensi yang menguap pada temperature tertentu (Ginting,
2007).
Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air,
tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-partikel
yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat,
bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya (Azrul,
1996).
Peningkatan kandungan padatan tersuspensi dalam air dapat
mengakibatkan penurunan kedalaman eufotik, sehingga kedalaman perairan
produktif menjadi turun. Penentuan padatan tersuspensi sangat berguna dalam
analisis perairan tercemar dan buangan serta dapat digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan air, buangan domestik, maupun menentukan efisiensi unit pengolahan.
Padatan tersuspensi mempengaruhi kekeruhan dan kecerahan air. Oleh karena itu
pengendapan dan pembusukan bahan-bahan organik dapat mengurangi nilai guna
perairan (Situmorang, 2007).
Analisis padatan tersuspensi dilakukan dengan metode gravimetri. Analisis
gravimetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstan ).
Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang di analisis di pisahkan dari sejumlah
bahan yang di analisis. Bagian terbesar analisis gravimetri menyangkut perubahan
unsur atau gugus dari senyawa yang di analisis menjadi senyawa lain yang murni
dan stabil, sehingga dapat diketahui berat tetapnya (Rohman, 2007).
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan
yang paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya
(Rohman, 2007).
6. Tahap pengukuran dalam metode gravimetri adalah penimbangan.
Analitnya secara fisik dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel itu
maupun pelarutnya. Pengendapan merupakan teknik yang paling meluas
penggunaannya untuk memisahkan analit dari pengganggu-pengganggunya
(Underwood, 1992).
Nilai TSS biasanya ditentukan dengan cara menuangkan air dengan
volume tertentu, biasanya dalam ukuran liter, melalui sebuah filter dengan ukuran
pori-pori tertentu. Sebelumnya, filter ini ditimbang dan kemudian beratnya akan
dibandingkan dengan berat filter setelah dialirkan air setelah mengalami
pengeringan. Berat filter tersebut akan bertambah disebabkan oleh terdapatnya
partikel-partikel tersuspensi yang terperangkap dalam filter tersebut. Padatan yang
tersuspensi ini dapat berupa bahan-bahan organik dan inorganik. Satuan TSS
adalah miligram per liter (mg/l) (Suharto, 2011).
V. ALAT dan BAHAN
1) Filter (kertas saring)
2) Labu ukur 100 ml
3) Pipet tetes
4) Cawan porselin
5) Pompa vakum
6) Sampel (air got limbah rumah tangga)
7. VI. PROSEDUR KERJA
a. Zat Padat Tersuspensi
b. Zat Padat Terlarut
Sampel yg lolos dri filter
tuangkan ke dalam cawan
porselin
Cawan tsb. Diuapkan
dalam oven slama satu
jam.
Setelah itu dininkan dan
timbang .
8. VII. PERTANYAAN PRAPRAKTEK
1. Apa yang dimaksud koloid?
2. Berapa jenis zat koloid? Sebutkan, jelaskan dan beri contoh!
3. Apa yang dimaksud Zat terdisprsi dan pendispersi?
JAWAB :
1. Koloid merupakan bentuk campuran yang keadaannya terletak antara
larutan dan suspensi (campuran kasar) dua atau lebih zat yang bersifat
homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar
(1 - 1000 nm).
2. Berdasarkan fase terdispersi maupun fase pendispersi suatu koloid
dibagi sebagai berikut :
Fase
Terdispersi(terlarut)
Pendispersi(pelarut) Nama koloid Contoh
Gas Gas Bukan koloid, karena gas
bercampur secara homogen
Gas Cair Busa Buih, sabun,
ombak, krim
kocok
Gas Padat Busa padat Batu apung,
kasur busa
Cair Gas Aerosol cair Obat semprot,
kabut, hair spray
di udara
Cair Cair Emulsi Air santan, air
susu, mayones
Cair Padat Gel Mentega, agar-agar
Padat Gas Aerosol padat Debu, gas
knalpot, asap
Padat Cair Sol Cat, tinta
9. Padat Padat Sol Padat Tanah, kaca,
lumpur
3. Zata perdispersi adalah zat yang terlarut, sedangkan zat pendispersi
adalah larutan dalam laritan koloid.
VIII. PERHITUNGAN
mg/zat tersuspensi (TTS) = (a−b)×1000
c
dimana :
a = berat filter dan residu sesudah pemanasan 1050C (gram)
b = berat kering (sudah dipanasi 1050C) (gram)
c = volume contoh uji (ml sampel)
TTS = (0,6747 −0,6152 )×1000
5
= 11, 59 g/ml
mg/zat terlarut (TDS) = (A−B)×1000
C
dimana :
A = berat cawan dan residu sesudah pemanasan 1050C (gram)
B = berat cawan kosong (sudah dipanasi 1050C) (gram)
c = volume jumlah uji (ml sampel)
TDS = (53,8572−46,4064b )×1000
5
= 1490,16 g/ml
IX. TABEL HASIL PENGAMATAN
NO Data Pengamatan Hasil Pengamatan
1. Berat Cawan Kosong 46, 4064 gr
2. Berat cawan + Residu setelah dipanaskan 53, 8573 gr
3. Volume Sampel 5 ml
4. Berat Kertas Saring 0, 6152 gr
5. Berat Kertas Saring + Residu dipanaskan 0.6747 gr
Volume sampel 5 ml
10. X. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini menggunakan sampel berupa air got sisa limbah
domestic atau limbah rumah tangga
Dalam berbagai cara, jenis filter yang digunakan sebagai berikut:
1. Filter kertas saring biasanya terbuat dari kertas saring biasa dengan ukuran
diameter pori-pori 10 μm. Filter ini menahan semua zat tersuspensi dan
sebagian kecil zat koloidal yang dapat diabaikan. Filter ini menyerap
kelembapan udara yang mengakibatkan bertambahnya berat sampai 5%
dari beratnya sendiri. Oleh karena itu maka filter ini harus ditentukan
beratnya dalam keadaan kering. Filter ini cocok untuk analisa zat padat
tersuspensi organik atau anorganik karena setelah dikeringkan pada suhu
105oC filter tidak diketahui beratnya.
2. Filter kertas khusus. Terbuat dari bahan kertas khusus, yang lenyap waktu
pembakaran pada suhu 105 oC. Filter ini digunakan untuk analisa zat
tersuspensi dan cocok untuk zat tersuspensi organik atau anorganik, karena
tidak ada sisa pembakaran filter.
3. Filter gelas-fiber. Terbuat dari serabut kaca yang halus dan bersifat
anorganik, sehingga tidak ikut terbakar pada suhu 105 oC. Filter ini tidak
menyerap kelembaban udara, sehingga tidak perlu dikeringkan dahulu
sebelum analisa zat tersuspensi, analisa zat tersuspensi organik atau
anorganik .
4. Filter membran. Terbuat dari semacam plastik seperti selulosa asetat dan
mempunya lubang –lubang pori dengan ukuran tertentu dan sama
besarnya. Ukuran lubang pori adalah 0,2 μm atau 0,45 μm tergantung dari
spesifiknya. Filter membran digunakan untuk menyaring atau menahan zat
koloidal yang terkandung dalam larutan yang lolos dari filter kertas. Filter
ini biasa dipakai untuk menyaring-menyaring bakteri pada analisa
mikrobiologi, jaringan persegi empat telah dicetak pada bagian muka filter
11. (untuk perhitungan jumlah bakteri) dan ada juga filter membran yang
sudah steril.
TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik
maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan TDS meter
menggambarkan jumlah zat terlarut Part Per Million (ppm) atau sama dengan
milligram per Liter (mg/L). Umunya berdasarkan definisi tersebut seharusnya zat
yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang berdiameter
2 micrometer (2 x 10 -6 meter). TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut
dalam ppm atau sama dengan miligram per Liter. Aplikasi yang digunakan adalah
untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan
aquarium, kolam renang, proses kimia, pembuatan mineral dll.
Pada percobaan ini menggunakan sampel air got. Cawan yang akan
digunakan pada percobaan ini sebelumnya dicuci dan dibersihkan, fungsi dari
dibersihnya cawan yaitu agar terhilang dari kotoran. Kemudian cawan ditimbang
dan didapatkan berat sebesar 46, 4064 gr.
XI. KESIMPULAN
Berdasarkan prktikum yang dilakukan pada analisa TTS dan TDS, maka
dapat disimpulkan :
1) Zat padat yang tersuspensi pada kertas filter adalah 11,59 g/ml
2) Zat padat yang terlarut pada cawan porselin adalah 1490,16 g/ml
3) Dari hasil yang didapat maka sampel (air got) mengalami pencemaran
dapus :
Harahap, I.A. 2012, Analisis Total Zat Padat Terlarut dan Zat Padat Tersuspensi
Pada Air Limbah Industri, [Tesis]. General USU, Sumatera Utara, dari
http://repository.usu.ac.id. [diakses 18 Vovember 2014]
Anonymous, 2013, Analisa Zat Padat, https://ml.scribd.com. [diakses 18
November 2014]
12. Ningsih, Y. 2014, Analisa Zata Padat, [Tesis]. MIPA Universitas Lampung,
Lampung, dari http://academia.edu [diakses 18 November 2014]