SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
HUBUNGAN ANTARA KELUARGA BROKEN HOME, POLA ASUH
ORANG TUA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN
KENAKALAN REMAJA
Oleh:
Sujoko, S.Psi, S.Pd.I, M.Si
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Setia Budi Surakarta
ABSTRAK
Masa transisi remaja dapat menimbulkan masa krisis yang biasanya ditandai
dengan kecenderungan munculnya perilaku-perilaku menyimpang atan kenakalan
(Juvenile Delinquency).
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk; (1) mengetahui secara empirik
hubungan antara keluarga broken home, pola asuh orang tua dan interaksi teman
sebaya dengan kenakalan remaja. (2) mengetahui sumbangan efektif keluarga
broken home, pola asuh orang tua dan interaksi teman sebaya terhadap kenakalan
remaja.
Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi SMK Tekno-SA Surakarta dengan
jumlah sampel sebanyak 119 siswa. Sampel penelitian ini diambil dengan
menggunakan cluster random sampling. Adapun metode pengumpulan data yang
digunakan yaitu skala kenakalan remaja, skala keluarga broken home, skala pola
asuh orang tua dan skala interaksi teman sebaya. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi ganda untuk menguji hipotesis pertama dan
analisis regresi partial untuk menguji hipotesis kedua.
Berdasarkan hasil analisis diketahui R = 0,429; F = 8,623; dan R2
= 0,184 dengan p
= 0,000 (p<0,01). Hasil ini menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang sangat
signifikan antara keluarga broken home, pola asuh orang tua dan interaksi teman
sebaya terhadap kenakalan remaja dan variabel-variabel ini memberikan
sumbangan efektif sebesar 18,4 % terhadap variabel kenakalan remaja. Keluarga
broken home memberikan sumbangan efektif sebesar 7,8%, pola asuh orang tua
memberikan sumbangan efektif sebesar 8,5% dan interaksi teman sebaya
memberikan sumbangan efektif sebesar 5,6%.
Kata kunci : Broken home, pola asuh orang tua, interaksi teman sebaya dan
kenakalan remaja.
PENDAHULUAN
Selama rentang kehidupan
manusia banyak terjadi perubahan;
baik yang bersifat psikis maupun fisik
yang dimulai sejak lahir sampai
meningggal dunia. Dari semua fase
perkembangan dan pertumbuhan
manusia tersebut, salah satu fase
yang penting dan menjadi pusat
perhatian adalah fase remaja. Karena
seorang remaja atau pemuda adalah
generasi penerus bangsa yang
nantinya akan menjadi pemimpin dan
penerus perjuangan bangsa ini dan
pada masa sebelum kemerdekaan
Negara Republik Indonesia, Pemuda
merupakan aktor penting yang ikut
andil dalam memperjuangkan
kemerdekaan Bangsa.
Selain itu, salah satu alasan
mengapa masa remaja menjadi masa
yang penting dan menjadi salah satu
pusat perhatian para pakar psikologi
perkembangan, sosial maupun
pendidikan adalah karena adanya
masa transisi. Masa transisi adalah
masa peralihan dari masa kanak-
kanak kemasa remaja dan masa
transisi inilah yang menjadikan emosi
remaja kurang stabil (storm and
stress). Masa transisi ini menurut Ray
(2008, dalam www.yoyooh.com)
memungkinkan dapat menimbulkan
masa krisis yang biasanya ditandai
dengan kecenderungan munculnya
perilaku-perilaku menyimpang atau
dalam studi psikologi sosial biasa
disebut dengan istilah kenakalan
remaja atau Juvenile Delinquency.
Dari beberapa riteratur dan hasil
penelitian yang terkait dengan
kenakalan remaja (dalam Santrock:
2002, Maria: 2007, Kienhuis: 2009,
Joanna dalam Ruby: 2009, dan Willis:
2009) ditemukan bahwa salah satu
faktor penyebab timbulnya
kenakalan remaja ini adalah tidak
berfungsinya orang tua sebagai figur
tauladan yang baik bagi anak.
Kenakalan-kenakalan yang dilakukan
oleh remaja dibawah usia 17 tahun
yang disebabkan oleh kondisi
keluarga yang tidak harmonispun
sangat beragam, mulai dari
perbuatan yang bersifat amoral
maupun anti sosial. Seperti; berkata
jorok, mencuri, merusak, kabur dari
rumah, indisipliner di sekolah,
membolos, membawa senjata tajam,
merokok, berkelahi dan kebut-
kebutan di jalan, sampai pada
perbuatan yang sudah menjurus
pada perbuatan kriminal atau
perbuatan yang melanggar hukum,
seperti; pembunuhan, perampokan,
pemerkosaan, seks bebas, pemakaian
obat-obatan terlarang, dan tindak
kekerasan lainnya yang sering
diberitakan dimedia-media masa.
Hal ini diperkuat dengan adanya
hasil diskusi (www.kstv.com) yang
dilakukan pihak Polresta Blitar tahun
2009 dengan para guru pembimbing
se-Kota Blitar. Dari hasil diskusi ini
terungkap bahwa salah satu
penyebab munculnya kenakalan
pelajar itu adalah akibat keluarga
yang tidak harmonis atau yang biasa
disebut dengan keluarga “broken
home”, sehingga orang tua sendiri
lemah dalam melakukan pengawasan
terhadap anak-anaknya. Padahal
menurut Mardiya (2009) keluarga
merupakan lingkungan yang utama
bagi anak. Karena dilingkungan
keluarga inilah anak akan
menghabiskan sebagian besar
waktunya. Anak akan tinggal
dilingkungan keluarga tidak kurang
dari 60% dari keseluruhan waktu
dalam sehari, jadi lingkungan
keluarga akan menjadi cermin anak.
Sehingga baik- buruknya anak juga
sangat tergantung kepada keluarga.
Karena keluarga merupakan dunia
keakraban yang diikat oleh tali batin,
sehingga menjadi bagian yang vital
dari kehidupannya.
Perlu dipahami pula bahwa pola
asuh orang tua juga sangat
berpengaruh pada perkembangan
pribadi dan sosial seorang remaja.
Anwar dan Kasmih Astuti (2004)
dalam penelitiannya tentang pola
asuh, tipe kepribadian dan disiplin
remaja menunjukkan bahwa pola
asuh yang diberikan oleh orang tua
kepada anaknya ini sangat
berpengaruh terhadap perilaku
disiplin dan kepribadian anak.
Irawati (2009) mengatakan bahwa
perkataan Imam Al-Gazali tersebut
sangatlah indah dan penuh makna,
jika kita menginginkan anak tumbuh
dengan segala potensi kebaikannya
maka ada dua hal yang harus
dilakukan secara konsisten oleh
orang tua, yaitu mengajarkan
kebaikan dan membiasakan anak
untuk berbuat baik. Inilah yang
seharusnya menjadi concern kita
sebagai orang tua. Karena bisa jadi
kekerasan yang ada di negeri ini
pangkal penyebabnya terletak pada
tatanan keluarga. Mungkin selama ini
kita lemah ilmu dalam memahami
pola asuh pendidikan yang tepat
untuk anak-anak kita. Sehingga
dampaknya bisa jadi keberadaan
anak-anak kita akan menjadi sumber
masalah bagi orang lain karena
kenakalan dan perilaku anak-anak
kita yang kurang bisa diterima oleh
mereka.
Selain kondisi keluarga yang
kurang harmonis dan pola asuh orang
tua yang kurang tepat, ada hal-hal
lain yang bisa mempengaruhi
perilaku seorang remaja.
Berdasarkan dari hasil penelitian
dan beberapa data diatas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang kenakalan remaja
yang ada di Solo, khususnya siswa-
siswi SMK Tekno-SA Surakarta.
Karena berdasarkan informasi yang
peneliti dapatkan dari beberapa Guru
yang mengajar di SMK Tekno-SA ini
banyak siswa-siswa yang berasal dari
keluarga broken home dan mereka
termasuk siswa-siswa yang memiliki
predikat nakal di sekolah.
Inilah yang menjadikan peneliti
semakin tertarik untuk melakukan
penelitian di SMK Tekno-SA Surakarta
ini. Dan dalam penelitian ini peneliti
ingin mencoba meneliti tentang
kenakalan remaja dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Dari
latarbelakang diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah
apakah ada hubungan antara
keluarga broken home, pola asuh
orang tua dan interaksi teman sebaya
dengan kenakalan remaja.
A. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini
adalah;
1. Mengetahui secara empirik
hubungan antara keluarga
broken home, pola asuh orang
tua dan interaksi teman sebaya
dengan kenakalan remaja.
2. Mengetahui sumbangan efektif
tiga variable independent secara
keseluruhan terhadap variable
dependent.
3. Mengetahui secara spesifik
sumbangan efektif dari variable
keluarga broken home, variable
pola asuh orang tua dan variable
interaksi teman sebaya terhadap
kenakalan remaja.
B. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis.
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan ilmiah bagi
wahana perkembangan ilmu
psikologi. Khususnya psikologi
pendidikan dan psikologi sosial
terutama yang berhubungan dengan
kenakalan remaja.
2. Manfaat Praktis.
Penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan orang tua,
pendidik dan remaja khususnya
mengenai faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kenakalan remaja.
Bila penelitian ini terbukti, maka
hasil penelitian ini juga dapat
digunakan sebagai tindakan preventif
terhadap kenakalan remaja dengan
meminimalisir hal-hal yang
memungkinkan dapat menimbulkan
terjadinya kenakalan remaja, seperti;
suasana keluarga yang tidak romantis
(broken home), pola asuh yang tidak
tepat dan mengarahkan remaja agar
mencari teman atau lingkungan
pergaulan yang positif.
LANDASAN TEORI
A. KENAKALAN REMAJA
Soetjningsih dan Adijanti
Marheni (2007) mengatakan bahwa
dalam DSM-IV (Diagnostic and
Stastitical Manual of Mental Disorsrs-
4th
Edition), dijelaskan bahwa juvenile
delinquency merupakan gangguan
tingkah laku. Gangguan tingkah laku
yang dimaksud disini adalah pola
perilaku berulang dan menetap,
dimana perilaku tersebut melanggar
norma sosial atau aturan-aturan yang
sesuai dengan umurnya atau
menyimpang dari kebenaran.
Prihartanti (2000) mengatakan
bahwa perilaku menyimpang yang
sering ditunjukkan oleh remaja ini
banyak dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti; faktor lingkungan
sekolah, lingkungan rumah dan
masyarakat.
Maria (2007) menambahkan
bahwa ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kenakalan
remaja, diantaranya adalah: krisis
identitas, kontrol diri yang kurang
baik, usia remaja yang ditandai
dengan adanya “storm & stress”,
jenis kelamin, tingkat pendidikan
yang rendah, keluarga broken home,
pengaruh negatif teman sebaya.
kelas sosial ekonomi (kemiskinan),
lingkungan sekitar tempat tinggal.
Jensen (1985, dalam Sarwono,
2008) juga mengatakan bahwa ada
empat aspek kenakalan remaja:
a. Perilaku yang melanggar hukum.
Seperti melanggar rambu-rambu
lalulintas, mencuri, merampok,
memperkosa dan masih banyak
lagi perilaku-perilaku yang
melanggar hukum lainnya.
b. Perilaku yang membahayakan
orang lain dan diri sendiri. Seperti
kebut-kebutan dijalan,
menerobos rambu-rambu
lalulintas, merokok, narkoba dan
lain sebagainya.
c. Perilaku yang menimbulkan
korban materi. Seperti mencuri,
memalak, merusak fasilitas
sekolah maupun fasilitas umum
lainnya dan lain-lain.
d. Perilaku yang menimbulkan
korban fisik. Seperti tawuran
antar sekolah dan atau berkelahi
dengan teman satu sekolah dan
lain sebagainya.
B. KELUARGA BROKEN HOME
Ulwan (2002) mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan keluarga
broken home adalah keluarga yang
mengalami disharmonis antara Ayah
dan Ibu. Pernyataan Ulwan ini
dipertegas oleh Atriel (2008) yang
mengatakan bahwa “broken home”
merupakan suatu kondisi keluarga
yang tidak harmonis dan orang tua
tidak lagi dapat menjadi tauladan
yang baik untuk anak-anaknya. Bisa
jadi mereka bercerai, pisah ranjang
atau keributan yang terus menerus
terjadi dalam keluarga.
Willis (2009) mengatakan
setidaknya ada tujuh faktor
penyebab terjadinya keluarga broken
home, ke tujuh faktor tersebut dalah:
a. Kurang atau putus komunikasi
diantara anggota keluarga.
b. Sikap egosentrisme masing-
masing anggota keluarga.
c. Permasalahan ekonomi keluarga.
d. Masalah kesibukan orang tua.
e. Pendidikan orang tua yang
rendah.
f. Perselingkuhan yang mungkin
terjadi, dan
g. Jauh dari nilai-nilai Agama
Kondisi keluarga yang tidak
harmonis ini akan memberikan
dampak yang negatif terhadap
perilaku anak. Gerungan (2009)
mengemukakan bahwa sebagian
besar anak-anak delinkuensi berasal
dari keluarga yang sudah tidak untuh
strukturnya, 51.16% anak-anak
delinkuensi berasal dari keluarga
yang -karena suatu sebab- tidak utuh
kembali (broken home).
Untuk menciptakan suatu
hubungan rumah tangga yang
harmonis setidaknya ada enam aspek
yang harus diperhatikan,
sebagaimana yang dikatakan oleh
Hawari (1997, dalam Maria 2007).
1. Menciptakan kehidupan
beragama dalam keluarga.
2. Mempunyai waktu bersama
keluarga.
3. Mempunyai komunikasi yang baik
antar anggota keluarga.
4. Saling menghargai antar sesama
5. anggota keluarga.
6. Kualitas dan kuantitas konflik
yang minim.
7. Adanya hubungan atau ikatan
yang erat antar anggota keluarga.
C. POLA ASUH ORANG TUA
Santrock (2002) mengatakan yang
dimaksud dengan pola asuh adalah
cara atau metode pengasuhan yang
digunakan oleh orang tua agar anak-
anaknya dapat tumbuh menjadi
individu-individu yang dewasa secara
sosial.
Cara orang tua dalam mengasuh
anak akan turut menentukan perilaku
anak-anaknya kelak.
Irawati (2009) mengatakan
bahwa pola asuh yang baik adalah
pola asuh yang diselimuti dengan
cinta, kasih sayang dan kelembutan
serta diiringi dengan penerapan
pengajaran yang sesuai dengan
tingkat perkembangan usia dan
kecerdasan anak, akan menjadi kunci
kebaikan anak dikemudian hari.
Ulwan (2009) menambahkan jika
remaja diperlakukan oleh kedua
orang tuanya dengan perlakuan
kejam, dididik dengan pukulan yang
keras dan cemoohan pedas, serta
diliputi dengan penghinaan, ejekan
dan pemberian label-label negatif
maka yang akan muncul adalah citra
diri negatif pada remaja. Dan ini
merupakan pola asuh yang buruk.
Ada tiga aspek penting dalam
pola asuh ini, Irawati (2009) dan
Ulwan (2002) mengatakan bahwa
setidaknya ada tiga aspek yang pola
asuh orang tua ini, ketiga aspek
tersebut adalah:
1. Komunikasi antara orang tua dan
anak.
2. Kewibawaan orang tua.
3. Keteladanan orang tua (uswah
khasanah).
D. INTERAKSI TEMAN SEBAYA
Ali dan Muhammad Asrori (2006)
mendefinisikan interaksi sebagai
sebuah peristiwa yang saling
mempengaruhi satu sama lain ketika
dua orang atau lebih hadir bersama
dan mereka saling melakukan
komunikasi. Partowisastro (1983,
dalam Agustin Kadarwati, Sri Lestari,
dan Setia Asyanti; 2008)
menambahkan bahwa yang dimaksud
dengan interaksi teman sebaya
adalah kedekatan hubungan dan sifat
hubungan dari pergaulan kelompok
teman sebaya dan hubungan antar
individu atau anggota kelompok yang
mencangkup keterbukaan, kerjasama
dan frekuensi hubungan.
Papalia (2009) mengatakan
bahwa saat anak-anak beranjak
dewasa, sistem sosial teman sebaya
menjadi lebih rumit dan variatif.
Dalam melakukan interaksi sosial ini
ada beberapa bentuk yang biasanya
dilakukan oleh remaja, diantaranya
adalah:
1. Chums (Sahabat karib)
2. Cliques (Kumpulan sahabat)
3. Crowds (Kelompok banyak
remaja)
4. Kelompok yang diorganisir.
5. Kelompok Gangs
Agustini Kardawati, Sri Lestari dan
Setia Asyanti (2008) dalam
penelitiannya tentang Sikap remaja
terhadap perilaku seks bebas;
dipengaruhi oleh orang tua atau
teman sebaya? Hasilnya
menunjukkan persepsi komunikasi
orang tua-anak tidak mempengaruhi
sikap remaja terhadap perilaku seks
bebas (rx1y= 0.104 dengan p < 0.05),
sedangkan interaksi teman sebaya
mempengaruhi dengan sangat
signifikan (rx2y= 0.247 dengan p <
0.01). Artinya dalam hal ini teman
sebaya sangat berpengaruh terhadap
perilaku remaja.
Menurut Papalia (2009)
setidaknya ada 3 (tiga) aspek dalam
interaksi teman sebaya, adapun
aspek-aspek interaksi tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Komunikasi antara teman sebaya.
2. Penyesuaian diri terhadap teman
(adaptasi).
3. Tuntutan Konformitas
E. Pola Hubungan Keluarga Broken
Home, Pola Asuh Orang Tua Dan
Interaksi Teman Sebaya Dengan
Kenakalan Remaja.
Willis (2009) mengatakan bahwa
salah satu penyebab kenakalan
remaja adalah adanya kondisi kelurga
yang broken home. Keluarga broken
home ini menjadi salah satu aspek
terpenting yang menjadikan seorang
remaja nakal. Pernyataan Willis ini
memperkuat hasil penelitian yang
dilakukan oleh Quensel (2002) yang
mengatakan bahwa kondisi keluarga
broken home dapat menimbulkan
perilaku menyimpang pada seorang
remaja, seperti; youth trouble,
membolos sekolah, memakai
narkoba dan tawuran.
Anwar dan Kasmih Astuti (2004)
mengatakan bahwa pola asuh yang
diberikan oleh orang tua kepada
anaknya ini juga menjadi salah satu
penyebab munculnya kenakalan
remaja. Ulwan (2009) mengatakan
jika remaja diperlakukan oleh kedua
orang tuanya dengan perlakuan yang
kejam, dididik dengan pukulan dan
cemoohan, ejekan dan pemberian
label-label negatif maka yang akan
muncul adalah citra diri negatif pada
remaja, anak akan menjadi nakal,
bandel dan susah diatur.
Selain itu, teman juga menjadi
salah satu aktor penting dalam
menjadikan seorang remaja nakal
atau tidak.
M.J. Cunha (2007) mengatakan
bahwa seorang remaja akan
cenderung melakukan segala sesuatu
yang dilakukan oleh teman-
temannya.
Dari sini dapat dilihat betapa
besarnya pengaruh yang ditimbulkan
oleh kelurga broken home, pola asuh
orang tua dan interaksi dengan
teman sebaya terhadap kenakalan
remaja.
HIPOTESIS
Berdasarkan tinjauan pustaka dan
landasan teori yang telah penulis
paparkan diatas, maka hipotesis yang
diajukan peneliti dalam penelitian ini
adalah;
1. Hipotesis mayor
Ada hubungan antara keluarga
broken home, pola asuh orang
tua yang tidak tepat dan
interaksi teman sebaya dengan
kenakalan remaja.
2. Hipotesis minor:
a. Ada hubungan antara
keluarga broken home
dengan kenakalan remaja.
b. Ada hubungan antara pola
asuh orang tua dengan
kenakalan remaja.
c. Ada hubungan antara
interaksi teman sebaya
dengan kenekalan remaja.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel penelitian
Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa SMK Tekno-SA
Surakarta Jawa Tengah yang terdiri
dari delapan kelas, yaitu; XA, XB, XC,
XIA, XIB, XIIA, XIIB, dan XIIC tahun
pelajaran 2010/2011 dengan jumlah
total 243 siswa.
Adapun sampel penelitian yang
akan digunakan dalam penelitian ini
akan diambil dengan menggunakan
teknik stratified random sampling.
Teknik ini digunakan karena populasi
dalam penelitian ini mempunyai
anggota yang heterogen dan
berstrata.
Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang
diperlukan dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan 4 (empat)
skala, yaitu:
1. Skala kenakalan remaja
2. Skala keluarga broken home
3. Skala pola asuh orang tua.
4. Skala interaksi teman sebaya
Skala-skala ini menggunakan
model Likert yang mempunyai
pilihan jawaban: sangat sesuai (SS),
sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan
sangat tidak sesuai (STS). Skor
dalam setiap item berkisar dari 4
sampai dengan 1 diberikan untuk
item yang bersifat favourable,
sedangkan untuk unfavourable
bergerak dari 1 sampai 4.
Analisis Data
Metode analisis data yang akan
digunakan untuk menguji hipotesis
dalam penelitian ini adalah Analisis
Regresi Ganda dengan satu variabel
dependen dan tiga variabel
independen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis data menyatakan
ada hubungan yang sangat signifikan
antara kenakalan remaja dengan
keluarga broken home, pola asuh
orang tua dan interaksi teman sebaya
(R = 0,429; F = 8,623; p = 0,000). Hal
ini berarti bahwa variabel keluarga
broken home, pola asuh orang tua
dan interaksi teman sebaya dapat
dijadikan sebagai prediktor untuk
memprediksi kenakalan remaja.
Selain itu hasil penelitian ini juga
sesuai dengan beberapa pendapat
yang dikemukakan oleh para ahli.
Diantaranya adalah Santrock (2002),
Maria (2007), Kienhuis (2009), Joanna
dalam Ruby (2009), dan Willis
(2009); yang mengemukakan bahwa
salah satu faktor penyebab timbulnya
kenakalan remaja ini adalah tidak
berfungsinya orang tua sebagai figur
tauladan yang baik bagi anak.
Rerata empirik (RE) dalam
penelitian ini diketahui sebesar
78,18 hal ini menunjukkan bahwa
kondisi keluarga broken home berada
pada kategori sedang. Walaupun
kondisi keluarga broken home tidak
dapat dijadikan sebagai variabel yang
berdiri sendiri untuk mengukur tigkat
kenakalan remaja namun kondisi
keluarga yang tidak harmonis (broken
home) ini mempunyai sumbangan
efektif sebesar 7,8% dalam
membentuk kenakalan pada remaja.
Korelasi rx1y yang diperoleh sebesar
0,280 dengan p<0,05. Ini
menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara kenakalan
remaja dengan keluarga broken
home, hal ini berarti bahwa semakin
tidak harmonis hubungan keluarga
maka akan semakin tinggi pula
tingkat kenakalan remaja. Sebalikya
semakin harmonis kondisi keluarga
maka remaja akan menjadi semakin
baik.
Dengan adanya rerata empirik
keluarga broken home tergolong
rendah (RE=58,52) dan rerata empirik
kenakalan remaja tergolong tinggi
(RE=70,66) ini membuktikan bahwa
dalam kondisi keluarga yang kurang
harmonis bisa menimbulkan
kenakalan remaja yang tinggi,
bagaimana bila keluarga berada
dalam kondisi yang sangat tidak
harmonis? Tentu tingkat kenakalan
remaja akan semakin lebih tinggi.
Hal ini dipertegas dengan
pendapat Willis (2009) yang
mengatakan bahwa keluarga
bagaikan sebuah sistem, apabila
dalam keluarga terdapat gangguan
pada salah seorang anggota
keluarganya, maka seluruh sistem
akan terganggu. Jika sistem keluarga
sudah terganggu, maka seluruh
anggotanya akan terganggu pula.
Kondisi yang terbalik akan muncul
jika keharmonisan bisa terjalin,
kondisi keluarga yang harmonis akan
memberikan dampak yang luas
dalam kehidupan keluarga, seperti:
keutuhan keluarga, kasih sayang dan
tanggung jawab yang semakin
bertambah besar, prestasi belajar
anak-anak yang semakin membaik
dan hubungan emosional anggota
keluarga juga semakin kuat.
Selain kondisi keluarga yang
broken home, kenakalan remaja juga
bisa terbentuk karena adanya pola
asuh orang tua yang kurang tepat.
Berdasarkan hasil analisis data
diperoleh Rsquare = 0,085 dan RE =
67,20. Hasil ini menunjukkan bahwa
pola asuh orang tua berada pada
kategori sedang dan pola asuh orang
tua ini mempunyai sumbangan
efektif terhadap kenakalan remaja
sebesar 8,5 %.
Korelasi rx2y yang diperoleh
sebesar 0,292 dengan p<0,01. Ini
menunjukkan bahwa ada hubungan
yang sangat signifikan antara
kenakalan remaja dengan pola asuh
orang tua, hal ini berarti bahwa
semakin baik pola asuh yang
diberikan oleh orang tua maka
remaja akan menjadi semakin baik
namun sebaliknya samakin buruk
pola asuh yang diberikan orang tua
maka remaja akan menjadi semakin
nakal.
Menurut Irawati (2009) yang
dimaksud dengan pola asuh baik
adalah pola asuh yang diselimuti
dengan cinta, kasih sayang dan
kelembutan serta diiringi dengan
penerapan pengajaran yang sesuai
dengan tingkat perkembangan usia
dan kecerdasan anak. Sedangkan
pola asuh yang buruk menurut Ulwan
(2009) adalah pola asuh dengan
kemarahan dan cacian.
Hal ini juga dipertegas kembali
dengan adanya beberapa teori yang
menguatkannya, diantaranya adalah
pendapat; Anwar dan Kasmih Astuti
(2004) yang mengatakan bahwa cara
orang tua dalam mengasuh anak
akan turut menentukan perilaku
anak-anaknya kelak.
Irawati (2009) menambahkan
bahwa orang tua sering tidak
menyadari bahwa mereka telah
membentuk sikap durhaka pada
anak-anak mereka. Anak yang
durhaka adalah korban salah asuh
orang tua mereka ketika mereka
masih kecil.
Pola asuh orang tua memang
sangat berpengaruh terhadap
kepribadian remaja. Karena remaja
akan tumbuh berdasarkan ma’lumat
(pengamatan) yang dia peroleh
selama rentang kehidupannya, jika
seorang remaja terbiasa melihat atau
mendengarkan cemoohan, cacian,
kemarahan dan perilaku-perilaku
negatif lainnya, maka remaja akan
tumbuh menjadi orang yang memiliki
kepribadian yang sama dengan apa-
apa yang sudah dia lihat dan dengar.
Selain kondisi keluarga yang
broken home dan pola asuh orang
tua kenakalan remaja juga dapat
disebabkan karena interaksi yang
terjadi antara teman sebaya.
Hasil analisis data diperoleh Rsquare
= 0,056 dan RE = 53,99. Hasil ini
menunjukkan bahwa interaksi teman
sebaya berada pada kategori tinggi
dan interaksi teman sebaya ini
mempunyai sumbangan efektif
terhadap kenakalan remaja sebesar
5,6%.
Korelasi rx3y yang diperoleh
sebesar 0,236 dengan p<0,01. Ini
menunjukkan bahwa ada hubungan
yang sangat signifikan antara
kenakalan remaja dengan interaksi
teman sebaya, hal ini berarti bahwa
semakin selektif remaja dalam
memilih teman-teman yang baik,
maka remaja akan menjadi semakin
baik. Namun sebaliknya jika semakin
bebas remaja dalam memilih teman
maka remaja akan menjadi semakin
nakal.
Hal ini diperkuat dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Telhaj
dan Pugh (2006) yang mengatakan
bahwa teman sebaya sangat
berpengaruh terhadap kualitas
pelajar, artinya low ability maupun
high ability siswa di sekolah
dipengaruhi oleh teman sebayanya.
Albert Bandura (dalam, Boeree;
2004) mengatakan bahwa lingkungan
memang membentuk perilaku,
namun perilaku juga akan
membentuk lingkungan. Santrock
(2002) menambahkan bahwa relasi
yang baik antar teman sebaya
penting bagi perkembangan sosial
remaja. Isolasi sosial atau
ketidakmampuan untuk melebur
kedalam suatu jaringan sosial
diasosiasikan dengan banyak masalah
dan kelainan yang beragam, mulai
dari kenakalan, minum-minuman,
depresi, putus sekolah, dan perilaku
nakal lainnya yang muncul pada diri
seorang remaja. Namun sebaliknya
jika terjadi relasi yang harmonis antar
remaja, maka akan memberikan
dampak yang positif bagi
perkembangan sosial remaja.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis
data dan pembahasan yang telah
diuraikan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa:
1. Secara umum ada korelasi
positif yang sangat signifikan
antara keluarga broken home,
pola asuh orang tua dan
interaksi teman sebaya
dengan kenakalan remaja.
Ketiga variable bebas ini
memberikan sumbangan
efektif terhadap variable
kanakalan remaja sebesar
18,4% sedanhkan 81,6%
lainnya dipengaruhi oleh
variable lain selain dari ketiga
variable bebas diatas.
2. Secara partial dapat
disimpulkan bahwa peranan
atau sumbangan efektif
keluarga broken home
terhadap kenakalan remaja
sebesar 7,8%, sumbangan
efektif pola asuh orang tua
terhadap kenakalan remaja
sebesar 8,5%, sedangkan
sumbangan efektif interaksi
teman sebaya terhadap
kenakalan remaja sebesar
5,6%.
3. Variabel kenakalan remaja
berada pada kategori tinggi,
keluarga broken home
memiliki kategori sedang,
pola asuh orang tua memiliki
kategori sedang dan interaksi
teman sebaya berada pada
kategori tinggi
Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian,
pembahasan dan kesimpulan diatas,
maka saran-saran yang diajukan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi Kepala sekolah SMK
Tekno-SA dan aparatur
sekolah lainnya
Data penelitian ini
menunjukkan kenakalan
remaja diantaranya
disebabkan oleh pola asuh
orang tua (8,5%), keluarga
broken home (7,8%) dan
pengaruh teman (5,6).
Berdasarkan data ini,
diharapkan kepada pihak
sekolah agar lebih fokus lagi
dalam membantu mengurangi
tingkat kenakalan peserta
didiknya khususnya dalam
masalah pergaulan siswa
dilingkungan sekolah.
Memberikan penyuluhan
kepada wali murid dan siswa
itu sendiri terkait dengan
permasalahan-permasalahan
seputar keluarga. Khususnya
bagaimana menciptakan
keluarga harmonis,
bagaimana memberikan pola
asuh kepada anak dengan
baik dan lain sebagainya.
2. Bagi remaja (siswa)
Data menunjukkan 5,6%
kenakalan remaja secara
umum disebabkan oleh
adanya pengaruh dari teman.
Sehingga melalui penelitian
ini, diharapkan untuk seluruh
siswa SMK Tekno-SA agar
lebih berhati-hati lagi dalam
mencari teman. Tentunya
dengan cara mencari teman-
teman yang baik, teman yang
religius dan pintar.
3. Bagi orang tua
Data menunjukkan kenakalan
remaja diantaranya
disebabkan oleh pola asuh
orang tua (8,5%), keluarga
broken home (7,8%) dan
pengaruh teman (5,6).
Berdasarkan data ini,
diharapkan kepada orang tua
agar dapat memberikan pola
asuh dan suri tauladan yang
baik kepada anak-anaknya
dengan cara menciptakan
lingkungan keluarga yang
harmonis dan selalu
mengawasi pergaulan yang
dilakukan oleh anak-anaknya.
4. Bagi peneliti dan ilmuwan
psikologi.
Penelitian ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak
kekurangan-kekurangan yang
perlu diperhatikan
diantaranya adalah hasil
penelitian yang tidak bisa
digeneralisasi secara lebih
luas dan masih banyaknya
variabel-variabel lain yang
tidak diikutsertakan dalam
penelitian ini. Oleh sebab itu
untuk peneliti selanjutnya
agar memperhatikan 81,6%
variabel lain selain keluarga
broken home, pola asuh orang
tua dan interaksi teman
sebaya jika ingin melakukan
penelitian terkait dengan
kenakalan remaja.
DAFTAR PUSTAKA:
Ali Muhammad, Muhammad Asrori
(2006) Psikologi Remaja;
Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Anwar dan Kasmih Astuti (2004) Pola
Asuh, Tipe Kepribadian dan
Disiplin Remaja. Jurnal
Insight tahun II/nomor
2/Agustus 2004.
Atriel (2008) Broken Home.
www.atril.wordpress.com.
Cunha, M.J (2007) Modelling Peer
Group Dieting Behaviour.
Journal World Academy of
Science, Engineering and
Technology. Vol.30.2007.
Portugal: Institute of
Technical University of
Lisbon.
Papalia, Diane E., Sally Wendkos
Olds, Ruth Duskin Feldmen
(2009) Human Development:
Perkembangan Msanusia.
Jakarta: Salemba Humanika.
Gerungan, (2009) Psikologi Sosial.
Bandung: PT Refika Aditama
Irawati Istadi (2009) Mendidik
Dengan Cinta. Bekasi:
Pustaka Inti
Kstv (2009) Keluarga Broken Home
Sebabkan Kenakalan
Remaja. Blitar:
http://kstv.co.id.
Kardawati, Agustini. Sri Lestari dan
Setia Asyanti (2008). Sikap
remaja terhadap perilaku
seks bebas; dipengaruhi
oleh Orang Tua atau
Teman Sebaya? Indigenous
Jurnal Ilmiah Berkala
Psikologi. Vol. 10, No 1,
Mei 2008: 3-18.
Kienhuis, Mandy (2006). “Youth
adjustment to parental
separation: The
development and
evaluation of an
empirically-based
parenting intervention For
separated families with
adolescent children”.
Disertasi (Tidak
diterbitkan). Australia:
RMIT University.
Mardiya (2009). Melemahnya fungsi
keluarga dan kenakalan anak
remaja kita. Kulonprogo:
www.kulonprogokab.go.id/fi
lles/news.
Maria, Ulfah (2007). Peran persepsi
keharmonisan keluarga dan
konsep diri Terhadap
Kecenderungan Kenakalan
remaja. Tesis (tidak
diterbitkan). Jogjakarta:
UGM.
Prihartanti, Nanik (2000) Peran
Psikologi Klinis dalam
Pengkajian Perilaku
Menyimpang pada Remaja.
Jurnal Kognisi Majalah
Ilmiah Psikologi 2000, Vol 4,
No 1 Hal 45-52.
Ruby, (2009) “Film Virgin 2 Ingatkan
Bahaya Keluarga "Broken
Home". Bandung:
www.entertaiment.id.finrol
l.com.
Ray, Eusouff (2008). Kenakalan
remaja. www.yoyooh.com.
Sarwono, Sarlito Wirawan (2008)
Psikologi Remaja. Jakarta:
Rajawali Pers.
Santrock, John W (2003).
Adolescence:
Perkembangan Remaja.
Jakarta: Erlangga.
Solopos (2010). Angka Kriminalitas
Solo Tertinggi se-Polda
Jateng. Surakarta:
http://www.solopos.com.
Soetjningsih dan Adijanti Marheni
(2007) Tumbuh kembang
remaja dan
permasalahannya.
Jakarta: Sagung Seto.
Telhaj, S dan Pugh Geoff (2006).
School Effectiveness and
Peer Group Effects:
Interactions and Social
Efficiency Outcomes.
Journal JEL.12.J24. London:
United Kingdom.
Ulwan, Abdullah Nasih (2002).
Pendidikan Anak dalam
Islam. Jakarta: Pustaka
Amani.
Quensel, Stephen. Paul McArdle.
Aoife Brinkley, Auke, W. M.
Bloom, R. Jonhson, B. Kolte
R.Pos. (2002). Broken
home or drug using peers:
”significant relation?
Journal of Drug Issues
0022—0426/02/02. 467-
490. England: University of
Bremen.
Willis, Sofyan S (2009). Konseling
Keluarga: Family
Counseling. Bandung:
sAlfabeta.

More Related Content

What's hot

PERMASALAHAN SOSIAL DALAM KALANGAN PELAJAR DI MALAYSIA
PERMASALAHAN SOSIAL DALAM KALANGAN PELAJAR DI MALAYSIAPERMASALAHAN SOSIAL DALAM KALANGAN PELAJAR DI MALAYSIA
PERMASALAHAN SOSIAL DALAM KALANGAN PELAJAR DI MALAYSIAzatul ayuni
 
Ponteng_Psikologi Pendidikan Moral
Ponteng_Psikologi Pendidikan MoralPonteng_Psikologi Pendidikan Moral
Ponteng_Psikologi Pendidikan MoralShila Melisha
 
KTI BK SMP Perilaku Seks Pranikah
KTI BK SMP Perilaku Seks PranikahKTI BK SMP Perilaku Seks Pranikah
KTI BK SMP Perilaku Seks PranikahLidya Ardiyan
 
1537 4204-1-sm
1537 4204-1-sm1537 4204-1-sm
1537 4204-1-smegyd welyn
 
Makalah kenakalan remaja
Makalah kenakalan remajaMakalah kenakalan remaja
Makalah kenakalan remajaavsai
 
Manuscrib rivan 2
Manuscrib rivan 2Manuscrib rivan 2
Manuscrib rivan 2queen sevya
 
Makalah geng motor
Makalah geng motorMakalah geng motor
Makalah geng motorHolis Fiven
 
JURNAL PERILAKU SEKSUAL ANAK USIA PRA REMAJA DI SEKITAR LOKALISASI DAN FAKTOR...
JURNAL PERILAKU SEKSUAL ANAK USIA PRA REMAJA DI SEKITAR LOKALISASI DAN FAKTOR...JURNAL PERILAKU SEKSUAL ANAK USIA PRA REMAJA DI SEKITAR LOKALISASI DAN FAKTOR...
JURNAL PERILAKU SEKSUAL ANAK USIA PRA REMAJA DI SEKITAR LOKALISASI DAN FAKTOR...KANDA IZUL
 
Cegah kenakalan-remaja-melalui-pendidikan-karakter
Cegah kenakalan-remaja-melalui-pendidikan-karakterCegah kenakalan-remaja-melalui-pendidikan-karakter
Cegah kenakalan-remaja-melalui-pendidikan-karakterkencana skinclinic
 
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi MahasiswaHubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswaguestf6b63af
 
Tugas Sosiologi Kenakalan Remaja (Tawuran)
Tugas Sosiologi Kenakalan Remaja (Tawuran)Tugas Sosiologi Kenakalan Remaja (Tawuran)
Tugas Sosiologi Kenakalan Remaja (Tawuran)Fiiyya
 
Gabung semua-bab-tesis
Gabung semua-bab-tesisGabung semua-bab-tesis
Gabung semua-bab-tesisAfshan Mbo
 
Jurnal medias imroni. perilaku merokok
Jurnal medias imroni. perilaku merokokJurnal medias imroni. perilaku merokok
Jurnal medias imroni. perilaku merokokMedias Imroni
 

What's hot (20)

Asg3
Asg3Asg3
Asg3
 
Makalah kenakalan remaja
Makalah kenakalan remajaMakalah kenakalan remaja
Makalah kenakalan remaja
 
PERMASALAHAN SOSIAL DALAM KALANGAN PELAJAR DI MALAYSIA
PERMASALAHAN SOSIAL DALAM KALANGAN PELAJAR DI MALAYSIAPERMASALAHAN SOSIAL DALAM KALANGAN PELAJAR DI MALAYSIA
PERMASALAHAN SOSIAL DALAM KALANGAN PELAJAR DI MALAYSIA
 
Makalah kenakalan remaja
Makalah kenakalan remajaMakalah kenakalan remaja
Makalah kenakalan remaja
 
Ponteng_Psikologi Pendidikan Moral
Ponteng_Psikologi Pendidikan MoralPonteng_Psikologi Pendidikan Moral
Ponteng_Psikologi Pendidikan Moral
 
KTI BK SMP Perilaku Seks Pranikah
KTI BK SMP Perilaku Seks PranikahKTI BK SMP Perilaku Seks Pranikah
KTI BK SMP Perilaku Seks Pranikah
 
1537 4204-1-sm
1537 4204-1-sm1537 4204-1-sm
1537 4204-1-sm
 
Makalah kenakalan remaja
Makalah kenakalan remajaMakalah kenakalan remaja
Makalah kenakalan remaja
 
Bab[8]
Bab[8]Bab[8]
Bab[8]
 
Manuscrib rivan 2
Manuscrib rivan 2Manuscrib rivan 2
Manuscrib rivan 2
 
Gengsterisme ppt
Gengsterisme pptGengsterisme ppt
Gengsterisme ppt
 
MASALAH TIDAK BERMORAL DALAM KALANGAN REMAJA
MASALAH TIDAK BERMORAL DALAM KALANGAN REMAJAMASALAH TIDAK BERMORAL DALAM KALANGAN REMAJA
MASALAH TIDAK BERMORAL DALAM KALANGAN REMAJA
 
Makalah geng motor
Makalah geng motorMakalah geng motor
Makalah geng motor
 
JURNAL PERILAKU SEKSUAL ANAK USIA PRA REMAJA DI SEKITAR LOKALISASI DAN FAKTOR...
JURNAL PERILAKU SEKSUAL ANAK USIA PRA REMAJA DI SEKITAR LOKALISASI DAN FAKTOR...JURNAL PERILAKU SEKSUAL ANAK USIA PRA REMAJA DI SEKITAR LOKALISASI DAN FAKTOR...
JURNAL PERILAKU SEKSUAL ANAK USIA PRA REMAJA DI SEKITAR LOKALISASI DAN FAKTOR...
 
yuli
yuliyuli
yuli
 
Cegah kenakalan-remaja-melalui-pendidikan-karakter
Cegah kenakalan-remaja-melalui-pendidikan-karakterCegah kenakalan-remaja-melalui-pendidikan-karakter
Cegah kenakalan-remaja-melalui-pendidikan-karakter
 
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi MahasiswaHubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa
 
Tugas Sosiologi Kenakalan Remaja (Tawuran)
Tugas Sosiologi Kenakalan Remaja (Tawuran)Tugas Sosiologi Kenakalan Remaja (Tawuran)
Tugas Sosiologi Kenakalan Remaja (Tawuran)
 
Gabung semua-bab-tesis
Gabung semua-bab-tesisGabung semua-bab-tesis
Gabung semua-bab-tesis
 
Jurnal medias imroni. perilaku merokok
Jurnal medias imroni. perilaku merokokJurnal medias imroni. perilaku merokok
Jurnal medias imroni. perilaku merokok
 

Similar to Naskah publikasi

Tabiat merokok dikalangan remaja (1)
Tabiat merokok dikalangan remaja (1)Tabiat merokok dikalangan remaja (1)
Tabiat merokok dikalangan remaja (1)Cikgu Sivam sivam
 
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...Sii AQyuu
 
Kenakalan Remaja
Kenakalan RemajaKenakalan Remaja
Kenakalan RemajaBahrul Ulum
 
Tugas word asan
Tugas word asanTugas word asan
Tugas word asanhasanputra
 
Kenakalan remaja
Kenakalan remajaKenakalan remaja
Kenakalan remajahellohary
 
Mslh sosial klngn remaja dan cara mengatasinya
Mslh sosial klngn remaja dan cara mengatasinyaMslh sosial klngn remaja dan cara mengatasinya
Mslh sosial klngn remaja dan cara mengatasinyaAL Imtiyaz
 
MAKALAH KENAKALAN REMAJA.docx
MAKALAH KENAKALAN REMAJA.docxMAKALAH KENAKALAN REMAJA.docx
MAKALAH KENAKALAN REMAJA.docxjefer19
 
review jurnal keganasan rumah tangga
review jurnal keganasan rumah tanggareview jurnal keganasan rumah tangga
review jurnal keganasan rumah tangganur fara
 
Mengatasi Kenakalan Remaja
Mengatasi Kenakalan Remaja Mengatasi Kenakalan Remaja
Mengatasi Kenakalan Remaja Azizahluthfi
 
Pendidikan Seksual secara Formal bagi Siswa Sekolah Menengah Atas di Kota Ba...
Pendidikan Seksual secara Formal bagi Siswa  Sekolah Menengah Atas di Kota Ba...Pendidikan Seksual secara Formal bagi Siswa  Sekolah Menengah Atas di Kota Ba...
Pendidikan Seksual secara Formal bagi Siswa Sekolah Menengah Atas di Kota Ba...Padjadjaran University
 
Memahami peran remaja dalam keluarga
Memahami peran remaja dalam keluargaMemahami peran remaja dalam keluarga
Memahami peran remaja dalam keluargaBadrus Baedowi Majid
 
08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamja
08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamja08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamja
08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamjaMarulituazalukhu
 

Similar to Naskah publikasi (20)

Tabiat merokok dikalangan remaja (1)
Tabiat merokok dikalangan remaja (1)Tabiat merokok dikalangan remaja (1)
Tabiat merokok dikalangan remaja (1)
 
Artikel.masalah.sosial
Artikel.masalah.sosialArtikel.masalah.sosial
Artikel.masalah.sosial
 
Residivisme Bab 5
Residivisme Bab 5Residivisme Bab 5
Residivisme Bab 5
 
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
 
Kenakalan Remaja
Kenakalan RemajaKenakalan Remaja
Kenakalan Remaja
 
Asti sivia
Asti siviaAsti sivia
Asti sivia
 
Makalah kenalakan remaja 3
Makalah kenalakan remaja 3Makalah kenalakan remaja 3
Makalah kenalakan remaja 3
 
Tugas word asan
Tugas word asanTugas word asan
Tugas word asan
 
Kenakalan remaja
Kenakalan remajaKenakalan remaja
Kenakalan remaja
 
Mslh sosial klngn remaja dan cara mengatasinya
Mslh sosial klngn remaja dan cara mengatasinyaMslh sosial klngn remaja dan cara mengatasinya
Mslh sosial klngn remaja dan cara mengatasinya
 
Artikel 1
Artikel 1Artikel 1
Artikel 1
 
MAKALAH KENAKALAN REMAJA.docx
MAKALAH KENAKALAN REMAJA.docxMAKALAH KENAKALAN REMAJA.docx
MAKALAH KENAKALAN REMAJA.docx
 
review jurnal keganasan rumah tangga
review jurnal keganasan rumah tanggareview jurnal keganasan rumah tangga
review jurnal keganasan rumah tangga
 
Mengatasi Kenakalan Remaja
Mengatasi Kenakalan Remaja Mengatasi Kenakalan Remaja
Mengatasi Kenakalan Remaja
 
Makalah kenalakan remaja 2
Makalah kenalakan remaja 2Makalah kenalakan remaja 2
Makalah kenalakan remaja 2
 
Orang tua
Orang tuaOrang tua
Orang tua
 
Pendidikan Seksual secara Formal bagi Siswa Sekolah Menengah Atas di Kota Ba...
Pendidikan Seksual secara Formal bagi Siswa  Sekolah Menengah Atas di Kota Ba...Pendidikan Seksual secara Formal bagi Siswa  Sekolah Menengah Atas di Kota Ba...
Pendidikan Seksual secara Formal bagi Siswa Sekolah Menengah Atas di Kota Ba...
 
B.ind project
B.ind projectB.ind project
B.ind project
 
Memahami peran remaja dalam keluarga
Memahami peran remaja dalam keluargaMemahami peran remaja dalam keluarga
Memahami peran remaja dalam keluarga
 
08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamja
08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamja08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamja
08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamja
 

Recently uploaded

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 

Recently uploaded (20)

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 

Naskah publikasi

  • 1. HUBUNGAN ANTARA KELUARGA BROKEN HOME, POLA ASUH ORANG TUA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN KENAKALAN REMAJA Oleh: Sujoko, S.Psi, S.Pd.I, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Setia Budi Surakarta ABSTRAK Masa transisi remaja dapat menimbulkan masa krisis yang biasanya ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku-perilaku menyimpang atan kenakalan (Juvenile Delinquency). Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk; (1) mengetahui secara empirik hubungan antara keluarga broken home, pola asuh orang tua dan interaksi teman sebaya dengan kenakalan remaja. (2) mengetahui sumbangan efektif keluarga broken home, pola asuh orang tua dan interaksi teman sebaya terhadap kenakalan remaja. Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi SMK Tekno-SA Surakarta dengan jumlah sampel sebanyak 119 siswa. Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan cluster random sampling. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan yaitu skala kenakalan remaja, skala keluarga broken home, skala pola asuh orang tua dan skala interaksi teman sebaya. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi ganda untuk menguji hipotesis pertama dan analisis regresi partial untuk menguji hipotesis kedua. Berdasarkan hasil analisis diketahui R = 0,429; F = 8,623; dan R2 = 0,184 dengan p = 0,000 (p<0,01). Hasil ini menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang sangat signifikan antara keluarga broken home, pola asuh orang tua dan interaksi teman sebaya terhadap kenakalan remaja dan variabel-variabel ini memberikan sumbangan efektif sebesar 18,4 % terhadap variabel kenakalan remaja. Keluarga broken home memberikan sumbangan efektif sebesar 7,8%, pola asuh orang tua memberikan sumbangan efektif sebesar 8,5% dan interaksi teman sebaya memberikan sumbangan efektif sebesar 5,6%. Kata kunci : Broken home, pola asuh orang tua, interaksi teman sebaya dan kenakalan remaja.
  • 2. PENDAHULUAN Selama rentang kehidupan manusia banyak terjadi perubahan; baik yang bersifat psikis maupun fisik yang dimulai sejak lahir sampai meningggal dunia. Dari semua fase perkembangan dan pertumbuhan manusia tersebut, salah satu fase yang penting dan menjadi pusat perhatian adalah fase remaja. Karena seorang remaja atau pemuda adalah generasi penerus bangsa yang nantinya akan menjadi pemimpin dan penerus perjuangan bangsa ini dan pada masa sebelum kemerdekaan Negara Republik Indonesia, Pemuda merupakan aktor penting yang ikut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan Bangsa. Selain itu, salah satu alasan mengapa masa remaja menjadi masa yang penting dan menjadi salah satu pusat perhatian para pakar psikologi perkembangan, sosial maupun pendidikan adalah karena adanya masa transisi. Masa transisi adalah masa peralihan dari masa kanak- kanak kemasa remaja dan masa transisi inilah yang menjadikan emosi remaja kurang stabil (storm and stress). Masa transisi ini menurut Ray (2008, dalam www.yoyooh.com) memungkinkan dapat menimbulkan masa krisis yang biasanya ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku-perilaku menyimpang atau dalam studi psikologi sosial biasa disebut dengan istilah kenakalan remaja atau Juvenile Delinquency. Dari beberapa riteratur dan hasil penelitian yang terkait dengan kenakalan remaja (dalam Santrock: 2002, Maria: 2007, Kienhuis: 2009, Joanna dalam Ruby: 2009, dan Willis: 2009) ditemukan bahwa salah satu faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja ini adalah tidak berfungsinya orang tua sebagai figur tauladan yang baik bagi anak. Kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh remaja dibawah usia 17 tahun yang disebabkan oleh kondisi keluarga yang tidak harmonispun sangat beragam, mulai dari perbuatan yang bersifat amoral maupun anti sosial. Seperti; berkata jorok, mencuri, merusak, kabur dari rumah, indisipliner di sekolah,
  • 3. membolos, membawa senjata tajam, merokok, berkelahi dan kebut- kebutan di jalan, sampai pada perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau perbuatan yang melanggar hukum, seperti; pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, seks bebas, pemakaian obat-obatan terlarang, dan tindak kekerasan lainnya yang sering diberitakan dimedia-media masa. Hal ini diperkuat dengan adanya hasil diskusi (www.kstv.com) yang dilakukan pihak Polresta Blitar tahun 2009 dengan para guru pembimbing se-Kota Blitar. Dari hasil diskusi ini terungkap bahwa salah satu penyebab munculnya kenakalan pelajar itu adalah akibat keluarga yang tidak harmonis atau yang biasa disebut dengan keluarga “broken home”, sehingga orang tua sendiri lemah dalam melakukan pengawasan terhadap anak-anaknya. Padahal menurut Mardiya (2009) keluarga merupakan lingkungan yang utama bagi anak. Karena dilingkungan keluarga inilah anak akan menghabiskan sebagian besar waktunya. Anak akan tinggal dilingkungan keluarga tidak kurang dari 60% dari keseluruhan waktu dalam sehari, jadi lingkungan keluarga akan menjadi cermin anak. Sehingga baik- buruknya anak juga sangat tergantung kepada keluarga. Karena keluarga merupakan dunia keakraban yang diikat oleh tali batin, sehingga menjadi bagian yang vital dari kehidupannya. Perlu dipahami pula bahwa pola asuh orang tua juga sangat berpengaruh pada perkembangan pribadi dan sosial seorang remaja. Anwar dan Kasmih Astuti (2004) dalam penelitiannya tentang pola asuh, tipe kepribadian dan disiplin remaja menunjukkan bahwa pola asuh yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya ini sangat berpengaruh terhadap perilaku disiplin dan kepribadian anak. Irawati (2009) mengatakan bahwa perkataan Imam Al-Gazali tersebut sangatlah indah dan penuh makna, jika kita menginginkan anak tumbuh dengan segala potensi kebaikannya maka ada dua hal yang harus
  • 4. dilakukan secara konsisten oleh orang tua, yaitu mengajarkan kebaikan dan membiasakan anak untuk berbuat baik. Inilah yang seharusnya menjadi concern kita sebagai orang tua. Karena bisa jadi kekerasan yang ada di negeri ini pangkal penyebabnya terletak pada tatanan keluarga. Mungkin selama ini kita lemah ilmu dalam memahami pola asuh pendidikan yang tepat untuk anak-anak kita. Sehingga dampaknya bisa jadi keberadaan anak-anak kita akan menjadi sumber masalah bagi orang lain karena kenakalan dan perilaku anak-anak kita yang kurang bisa diterima oleh mereka. Selain kondisi keluarga yang kurang harmonis dan pola asuh orang tua yang kurang tepat, ada hal-hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku seorang remaja. Berdasarkan dari hasil penelitian dan beberapa data diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang kenakalan remaja yang ada di Solo, khususnya siswa- siswi SMK Tekno-SA Surakarta. Karena berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan dari beberapa Guru yang mengajar di SMK Tekno-SA ini banyak siswa-siswa yang berasal dari keluarga broken home dan mereka termasuk siswa-siswa yang memiliki predikat nakal di sekolah. Inilah yang menjadikan peneliti semakin tertarik untuk melakukan penelitian di SMK Tekno-SA Surakarta ini. Dan dalam penelitian ini peneliti ingin mencoba meneliti tentang kenakalan remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari latarbelakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara keluarga broken home, pola asuh orang tua dan interaksi teman sebaya dengan kenakalan remaja. A. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah; 1. Mengetahui secara empirik hubungan antara keluarga broken home, pola asuh orang tua dan interaksi teman sebaya dengan kenakalan remaja.
  • 5. 2. Mengetahui sumbangan efektif tiga variable independent secara keseluruhan terhadap variable dependent. 3. Mengetahui secara spesifik sumbangan efektif dari variable keluarga broken home, variable pola asuh orang tua dan variable interaksi teman sebaya terhadap kenakalan remaja. B. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi wahana perkembangan ilmu psikologi. Khususnya psikologi pendidikan dan psikologi sosial terutama yang berhubungan dengan kenakalan remaja. 2. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan orang tua, pendidik dan remaja khususnya mengenai faktor-faktor yang dapat menimbulkan kenakalan remaja. Bila penelitian ini terbukti, maka hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai tindakan preventif terhadap kenakalan remaja dengan meminimalisir hal-hal yang memungkinkan dapat menimbulkan terjadinya kenakalan remaja, seperti; suasana keluarga yang tidak romantis (broken home), pola asuh yang tidak tepat dan mengarahkan remaja agar mencari teman atau lingkungan pergaulan yang positif. LANDASAN TEORI A. KENAKALAN REMAJA Soetjningsih dan Adijanti Marheni (2007) mengatakan bahwa dalam DSM-IV (Diagnostic and Stastitical Manual of Mental Disorsrs- 4th Edition), dijelaskan bahwa juvenile delinquency merupakan gangguan tingkah laku. Gangguan tingkah laku yang dimaksud disini adalah pola perilaku berulang dan menetap, dimana perilaku tersebut melanggar norma sosial atau aturan-aturan yang sesuai dengan umurnya atau menyimpang dari kebenaran. Prihartanti (2000) mengatakan bahwa perilaku menyimpang yang sering ditunjukkan oleh remaja ini banyak dipengaruhi oleh berbagai
  • 6. faktor, seperti; faktor lingkungan sekolah, lingkungan rumah dan masyarakat. Maria (2007) menambahkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kenakalan remaja, diantaranya adalah: krisis identitas, kontrol diri yang kurang baik, usia remaja yang ditandai dengan adanya “storm & stress”, jenis kelamin, tingkat pendidikan yang rendah, keluarga broken home, pengaruh negatif teman sebaya. kelas sosial ekonomi (kemiskinan), lingkungan sekitar tempat tinggal. Jensen (1985, dalam Sarwono, 2008) juga mengatakan bahwa ada empat aspek kenakalan remaja: a. Perilaku yang melanggar hukum. Seperti melanggar rambu-rambu lalulintas, mencuri, merampok, memperkosa dan masih banyak lagi perilaku-perilaku yang melanggar hukum lainnya. b. Perilaku yang membahayakan orang lain dan diri sendiri. Seperti kebut-kebutan dijalan, menerobos rambu-rambu lalulintas, merokok, narkoba dan lain sebagainya. c. Perilaku yang menimbulkan korban materi. Seperti mencuri, memalak, merusak fasilitas sekolah maupun fasilitas umum lainnya dan lain-lain. d. Perilaku yang menimbulkan korban fisik. Seperti tawuran antar sekolah dan atau berkelahi dengan teman satu sekolah dan lain sebagainya. B. KELUARGA BROKEN HOME Ulwan (2002) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan keluarga broken home adalah keluarga yang mengalami disharmonis antara Ayah dan Ibu. Pernyataan Ulwan ini dipertegas oleh Atriel (2008) yang mengatakan bahwa “broken home” merupakan suatu kondisi keluarga yang tidak harmonis dan orang tua tidak lagi dapat menjadi tauladan yang baik untuk anak-anaknya. Bisa jadi mereka bercerai, pisah ranjang atau keributan yang terus menerus terjadi dalam keluarga. Willis (2009) mengatakan setidaknya ada tujuh faktor
  • 7. penyebab terjadinya keluarga broken home, ke tujuh faktor tersebut dalah: a. Kurang atau putus komunikasi diantara anggota keluarga. b. Sikap egosentrisme masing- masing anggota keluarga. c. Permasalahan ekonomi keluarga. d. Masalah kesibukan orang tua. e. Pendidikan orang tua yang rendah. f. Perselingkuhan yang mungkin terjadi, dan g. Jauh dari nilai-nilai Agama Kondisi keluarga yang tidak harmonis ini akan memberikan dampak yang negatif terhadap perilaku anak. Gerungan (2009) mengemukakan bahwa sebagian besar anak-anak delinkuensi berasal dari keluarga yang sudah tidak untuh strukturnya, 51.16% anak-anak delinkuensi berasal dari keluarga yang -karena suatu sebab- tidak utuh kembali (broken home). Untuk menciptakan suatu hubungan rumah tangga yang harmonis setidaknya ada enam aspek yang harus diperhatikan, sebagaimana yang dikatakan oleh Hawari (1997, dalam Maria 2007). 1. Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga. 2. Mempunyai waktu bersama keluarga. 3. Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga. 4. Saling menghargai antar sesama 5. anggota keluarga. 6. Kualitas dan kuantitas konflik yang minim. 7. Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga. C. POLA ASUH ORANG TUA Santrock (2002) mengatakan yang dimaksud dengan pola asuh adalah cara atau metode pengasuhan yang digunakan oleh orang tua agar anak- anaknya dapat tumbuh menjadi individu-individu yang dewasa secara sosial. Cara orang tua dalam mengasuh anak akan turut menentukan perilaku anak-anaknya kelak. Irawati (2009) mengatakan bahwa pola asuh yang baik adalah pola asuh yang diselimuti dengan
  • 8. cinta, kasih sayang dan kelembutan serta diiringi dengan penerapan pengajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan usia dan kecerdasan anak, akan menjadi kunci kebaikan anak dikemudian hari. Ulwan (2009) menambahkan jika remaja diperlakukan oleh kedua orang tuanya dengan perlakuan kejam, dididik dengan pukulan yang keras dan cemoohan pedas, serta diliputi dengan penghinaan, ejekan dan pemberian label-label negatif maka yang akan muncul adalah citra diri negatif pada remaja. Dan ini merupakan pola asuh yang buruk. Ada tiga aspek penting dalam pola asuh ini, Irawati (2009) dan Ulwan (2002) mengatakan bahwa setidaknya ada tiga aspek yang pola asuh orang tua ini, ketiga aspek tersebut adalah: 1. Komunikasi antara orang tua dan anak. 2. Kewibawaan orang tua. 3. Keteladanan orang tua (uswah khasanah). D. INTERAKSI TEMAN SEBAYA Ali dan Muhammad Asrori (2006) mendefinisikan interaksi sebagai sebuah peristiwa yang saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama dan mereka saling melakukan komunikasi. Partowisastro (1983, dalam Agustin Kadarwati, Sri Lestari, dan Setia Asyanti; 2008) menambahkan bahwa yang dimaksud dengan interaksi teman sebaya adalah kedekatan hubungan dan sifat hubungan dari pergaulan kelompok teman sebaya dan hubungan antar individu atau anggota kelompok yang mencangkup keterbukaan, kerjasama dan frekuensi hubungan. Papalia (2009) mengatakan bahwa saat anak-anak beranjak dewasa, sistem sosial teman sebaya menjadi lebih rumit dan variatif. Dalam melakukan interaksi sosial ini ada beberapa bentuk yang biasanya dilakukan oleh remaja, diantaranya adalah: 1. Chums (Sahabat karib) 2. Cliques (Kumpulan sahabat)
  • 9. 3. Crowds (Kelompok banyak remaja) 4. Kelompok yang diorganisir. 5. Kelompok Gangs Agustini Kardawati, Sri Lestari dan Setia Asyanti (2008) dalam penelitiannya tentang Sikap remaja terhadap perilaku seks bebas; dipengaruhi oleh orang tua atau teman sebaya? Hasilnya menunjukkan persepsi komunikasi orang tua-anak tidak mempengaruhi sikap remaja terhadap perilaku seks bebas (rx1y= 0.104 dengan p < 0.05), sedangkan interaksi teman sebaya mempengaruhi dengan sangat signifikan (rx2y= 0.247 dengan p < 0.01). Artinya dalam hal ini teman sebaya sangat berpengaruh terhadap perilaku remaja. Menurut Papalia (2009) setidaknya ada 3 (tiga) aspek dalam interaksi teman sebaya, adapun aspek-aspek interaksi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Komunikasi antara teman sebaya. 2. Penyesuaian diri terhadap teman (adaptasi). 3. Tuntutan Konformitas E. Pola Hubungan Keluarga Broken Home, Pola Asuh Orang Tua Dan Interaksi Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja. Willis (2009) mengatakan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja adalah adanya kondisi kelurga yang broken home. Keluarga broken home ini menjadi salah satu aspek terpenting yang menjadikan seorang remaja nakal. Pernyataan Willis ini memperkuat hasil penelitian yang dilakukan oleh Quensel (2002) yang mengatakan bahwa kondisi keluarga broken home dapat menimbulkan perilaku menyimpang pada seorang remaja, seperti; youth trouble, membolos sekolah, memakai narkoba dan tawuran. Anwar dan Kasmih Astuti (2004) mengatakan bahwa pola asuh yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya ini juga menjadi salah satu penyebab munculnya kenakalan remaja. Ulwan (2009) mengatakan jika remaja diperlakukan oleh kedua
  • 10. orang tuanya dengan perlakuan yang kejam, dididik dengan pukulan dan cemoohan, ejekan dan pemberian label-label negatif maka yang akan muncul adalah citra diri negatif pada remaja, anak akan menjadi nakal, bandel dan susah diatur. Selain itu, teman juga menjadi salah satu aktor penting dalam menjadikan seorang remaja nakal atau tidak. M.J. Cunha (2007) mengatakan bahwa seorang remaja akan cenderung melakukan segala sesuatu yang dilakukan oleh teman- temannya. Dari sini dapat dilihat betapa besarnya pengaruh yang ditimbulkan oleh kelurga broken home, pola asuh orang tua dan interaksi dengan teman sebaya terhadap kenakalan remaja. HIPOTESIS Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori yang telah penulis paparkan diatas, maka hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah; 1. Hipotesis mayor Ada hubungan antara keluarga broken home, pola asuh orang tua yang tidak tepat dan interaksi teman sebaya dengan kenakalan remaja. 2. Hipotesis minor: a. Ada hubungan antara keluarga broken home dengan kenakalan remaja. b. Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja. c. Ada hubungan antara interaksi teman sebaya dengan kenekalan remaja. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Tekno-SA Surakarta Jawa Tengah yang terdiri dari delapan kelas, yaitu; XA, XB, XC, XIA, XIB, XIIA, XIIB, dan XIIC tahun pelajaran 2010/2011 dengan jumlah total 243 siswa. Adapun sampel penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini akan diambil dengan menggunakan
  • 11. teknik stratified random sampling. Teknik ini digunakan karena populasi dalam penelitian ini mempunyai anggota yang heterogen dan berstrata. Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 4 (empat) skala, yaitu: 1. Skala kenakalan remaja 2. Skala keluarga broken home 3. Skala pola asuh orang tua. 4. Skala interaksi teman sebaya Skala-skala ini menggunakan model Likert yang mempunyai pilihan jawaban: sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skor dalam setiap item berkisar dari 4 sampai dengan 1 diberikan untuk item yang bersifat favourable, sedangkan untuk unfavourable bergerak dari 1 sampai 4. Analisis Data Metode analisis data yang akan digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Ganda dengan satu variabel dependen dan tiga variabel independen. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis data menyatakan ada hubungan yang sangat signifikan antara kenakalan remaja dengan keluarga broken home, pola asuh orang tua dan interaksi teman sebaya (R = 0,429; F = 8,623; p = 0,000). Hal ini berarti bahwa variabel keluarga broken home, pola asuh orang tua dan interaksi teman sebaya dapat dijadikan sebagai prediktor untuk memprediksi kenakalan remaja. Selain itu hasil penelitian ini juga sesuai dengan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli. Diantaranya adalah Santrock (2002), Maria (2007), Kienhuis (2009), Joanna dalam Ruby (2009), dan Willis (2009); yang mengemukakan bahwa salah satu faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja ini adalah tidak
  • 12. berfungsinya orang tua sebagai figur tauladan yang baik bagi anak. Rerata empirik (RE) dalam penelitian ini diketahui sebesar 78,18 hal ini menunjukkan bahwa kondisi keluarga broken home berada pada kategori sedang. Walaupun kondisi keluarga broken home tidak dapat dijadikan sebagai variabel yang berdiri sendiri untuk mengukur tigkat kenakalan remaja namun kondisi keluarga yang tidak harmonis (broken home) ini mempunyai sumbangan efektif sebesar 7,8% dalam membentuk kenakalan pada remaja. Korelasi rx1y yang diperoleh sebesar 0,280 dengan p<0,05. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kenakalan remaja dengan keluarga broken home, hal ini berarti bahwa semakin tidak harmonis hubungan keluarga maka akan semakin tinggi pula tingkat kenakalan remaja. Sebalikya semakin harmonis kondisi keluarga maka remaja akan menjadi semakin baik. Dengan adanya rerata empirik keluarga broken home tergolong rendah (RE=58,52) dan rerata empirik kenakalan remaja tergolong tinggi (RE=70,66) ini membuktikan bahwa dalam kondisi keluarga yang kurang harmonis bisa menimbulkan kenakalan remaja yang tinggi, bagaimana bila keluarga berada dalam kondisi yang sangat tidak harmonis? Tentu tingkat kenakalan remaja akan semakin lebih tinggi. Hal ini dipertegas dengan pendapat Willis (2009) yang mengatakan bahwa keluarga bagaikan sebuah sistem, apabila dalam keluarga terdapat gangguan pada salah seorang anggota keluarganya, maka seluruh sistem akan terganggu. Jika sistem keluarga sudah terganggu, maka seluruh anggotanya akan terganggu pula. Kondisi yang terbalik akan muncul jika keharmonisan bisa terjalin, kondisi keluarga yang harmonis akan memberikan dampak yang luas dalam kehidupan keluarga, seperti: keutuhan keluarga, kasih sayang dan tanggung jawab yang semakin bertambah besar, prestasi belajar anak-anak yang semakin membaik
  • 13. dan hubungan emosional anggota keluarga juga semakin kuat. Selain kondisi keluarga yang broken home, kenakalan remaja juga bisa terbentuk karena adanya pola asuh orang tua yang kurang tepat. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh Rsquare = 0,085 dan RE = 67,20. Hasil ini menunjukkan bahwa pola asuh orang tua berada pada kategori sedang dan pola asuh orang tua ini mempunyai sumbangan efektif terhadap kenakalan remaja sebesar 8,5 %. Korelasi rx2y yang diperoleh sebesar 0,292 dengan p<0,01. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kenakalan remaja dengan pola asuh orang tua, hal ini berarti bahwa semakin baik pola asuh yang diberikan oleh orang tua maka remaja akan menjadi semakin baik namun sebaliknya samakin buruk pola asuh yang diberikan orang tua maka remaja akan menjadi semakin nakal. Menurut Irawati (2009) yang dimaksud dengan pola asuh baik adalah pola asuh yang diselimuti dengan cinta, kasih sayang dan kelembutan serta diiringi dengan penerapan pengajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan usia dan kecerdasan anak. Sedangkan pola asuh yang buruk menurut Ulwan (2009) adalah pola asuh dengan kemarahan dan cacian. Hal ini juga dipertegas kembali dengan adanya beberapa teori yang menguatkannya, diantaranya adalah pendapat; Anwar dan Kasmih Astuti (2004) yang mengatakan bahwa cara orang tua dalam mengasuh anak akan turut menentukan perilaku anak-anaknya kelak. Irawati (2009) menambahkan bahwa orang tua sering tidak menyadari bahwa mereka telah membentuk sikap durhaka pada anak-anak mereka. Anak yang durhaka adalah korban salah asuh orang tua mereka ketika mereka masih kecil. Pola asuh orang tua memang sangat berpengaruh terhadap kepribadian remaja. Karena remaja akan tumbuh berdasarkan ma’lumat
  • 14. (pengamatan) yang dia peroleh selama rentang kehidupannya, jika seorang remaja terbiasa melihat atau mendengarkan cemoohan, cacian, kemarahan dan perilaku-perilaku negatif lainnya, maka remaja akan tumbuh menjadi orang yang memiliki kepribadian yang sama dengan apa- apa yang sudah dia lihat dan dengar. Selain kondisi keluarga yang broken home dan pola asuh orang tua kenakalan remaja juga dapat disebabkan karena interaksi yang terjadi antara teman sebaya. Hasil analisis data diperoleh Rsquare = 0,056 dan RE = 53,99. Hasil ini menunjukkan bahwa interaksi teman sebaya berada pada kategori tinggi dan interaksi teman sebaya ini mempunyai sumbangan efektif terhadap kenakalan remaja sebesar 5,6%. Korelasi rx3y yang diperoleh sebesar 0,236 dengan p<0,01. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kenakalan remaja dengan interaksi teman sebaya, hal ini berarti bahwa semakin selektif remaja dalam memilih teman-teman yang baik, maka remaja akan menjadi semakin baik. Namun sebaliknya jika semakin bebas remaja dalam memilih teman maka remaja akan menjadi semakin nakal. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Telhaj dan Pugh (2006) yang mengatakan bahwa teman sebaya sangat berpengaruh terhadap kualitas pelajar, artinya low ability maupun high ability siswa di sekolah dipengaruhi oleh teman sebayanya. Albert Bandura (dalam, Boeree; 2004) mengatakan bahwa lingkungan memang membentuk perilaku, namun perilaku juga akan membentuk lingkungan. Santrock (2002) menambahkan bahwa relasi yang baik antar teman sebaya penting bagi perkembangan sosial remaja. Isolasi sosial atau ketidakmampuan untuk melebur kedalam suatu jaringan sosial diasosiasikan dengan banyak masalah dan kelainan yang beragam, mulai dari kenakalan, minum-minuman, depresi, putus sekolah, dan perilaku
  • 15. nakal lainnya yang muncul pada diri seorang remaja. Namun sebaliknya jika terjadi relasi yang harmonis antar remaja, maka akan memberikan dampak yang positif bagi perkembangan sosial remaja. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa: 1. Secara umum ada korelasi positif yang sangat signifikan antara keluarga broken home, pola asuh orang tua dan interaksi teman sebaya dengan kenakalan remaja. Ketiga variable bebas ini memberikan sumbangan efektif terhadap variable kanakalan remaja sebesar 18,4% sedanhkan 81,6% lainnya dipengaruhi oleh variable lain selain dari ketiga variable bebas diatas. 2. Secara partial dapat disimpulkan bahwa peranan atau sumbangan efektif keluarga broken home terhadap kenakalan remaja sebesar 7,8%, sumbangan efektif pola asuh orang tua terhadap kenakalan remaja sebesar 8,5%, sedangkan sumbangan efektif interaksi teman sebaya terhadap kenakalan remaja sebesar 5,6%. 3. Variabel kenakalan remaja berada pada kategori tinggi, keluarga broken home memiliki kategori sedang, pola asuh orang tua memiliki kategori sedang dan interaksi teman sebaya berada pada kategori tinggi Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan diatas, maka saran-saran yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagi Kepala sekolah SMK Tekno-SA dan aparatur sekolah lainnya Data penelitian ini menunjukkan kenakalan
  • 16. remaja diantaranya disebabkan oleh pola asuh orang tua (8,5%), keluarga broken home (7,8%) dan pengaruh teman (5,6). Berdasarkan data ini, diharapkan kepada pihak sekolah agar lebih fokus lagi dalam membantu mengurangi tingkat kenakalan peserta didiknya khususnya dalam masalah pergaulan siswa dilingkungan sekolah. Memberikan penyuluhan kepada wali murid dan siswa itu sendiri terkait dengan permasalahan-permasalahan seputar keluarga. Khususnya bagaimana menciptakan keluarga harmonis, bagaimana memberikan pola asuh kepada anak dengan baik dan lain sebagainya. 2. Bagi remaja (siswa) Data menunjukkan 5,6% kenakalan remaja secara umum disebabkan oleh adanya pengaruh dari teman. Sehingga melalui penelitian ini, diharapkan untuk seluruh siswa SMK Tekno-SA agar lebih berhati-hati lagi dalam mencari teman. Tentunya dengan cara mencari teman- teman yang baik, teman yang religius dan pintar. 3. Bagi orang tua Data menunjukkan kenakalan remaja diantaranya disebabkan oleh pola asuh orang tua (8,5%), keluarga broken home (7,8%) dan pengaruh teman (5,6). Berdasarkan data ini, diharapkan kepada orang tua agar dapat memberikan pola asuh dan suri tauladan yang baik kepada anak-anaknya dengan cara menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dan selalu mengawasi pergaulan yang dilakukan oleh anak-anaknya. 4. Bagi peneliti dan ilmuwan psikologi. Penelitian ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan-kekurangan yang
  • 17. perlu diperhatikan diantaranya adalah hasil penelitian yang tidak bisa digeneralisasi secara lebih luas dan masih banyaknya variabel-variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Oleh sebab itu untuk peneliti selanjutnya agar memperhatikan 81,6% variabel lain selain keluarga broken home, pola asuh orang tua dan interaksi teman sebaya jika ingin melakukan penelitian terkait dengan kenakalan remaja. DAFTAR PUSTAKA: Ali Muhammad, Muhammad Asrori (2006) Psikologi Remaja; Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Anwar dan Kasmih Astuti (2004) Pola Asuh, Tipe Kepribadian dan Disiplin Remaja. Jurnal Insight tahun II/nomor 2/Agustus 2004. Atriel (2008) Broken Home. www.atril.wordpress.com. Cunha, M.J (2007) Modelling Peer Group Dieting Behaviour. Journal World Academy of Science, Engineering and Technology. Vol.30.2007. Portugal: Institute of Technical University of Lisbon. Papalia, Diane E., Sally Wendkos Olds, Ruth Duskin Feldmen (2009) Human Development: Perkembangan Msanusia. Jakarta: Salemba Humanika. Gerungan, (2009) Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama Irawati Istadi (2009) Mendidik Dengan Cinta. Bekasi: Pustaka Inti Kstv (2009) Keluarga Broken Home Sebabkan Kenakalan Remaja. Blitar: http://kstv.co.id. Kardawati, Agustini. Sri Lestari dan Setia Asyanti (2008). Sikap remaja terhadap perilaku seks bebas; dipengaruhi oleh Orang Tua atau Teman Sebaya? Indigenous Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi. Vol. 10, No 1, Mei 2008: 3-18. Kienhuis, Mandy (2006). “Youth adjustment to parental separation: The development and evaluation of an empirically-based parenting intervention For separated families with adolescent children”. Disertasi (Tidak diterbitkan). Australia: RMIT University.
  • 18. Mardiya (2009). Melemahnya fungsi keluarga dan kenakalan anak remaja kita. Kulonprogo: www.kulonprogokab.go.id/fi lles/news. Maria, Ulfah (2007). Peran persepsi keharmonisan keluarga dan konsep diri Terhadap Kecenderungan Kenakalan remaja. Tesis (tidak diterbitkan). Jogjakarta: UGM. Prihartanti, Nanik (2000) Peran Psikologi Klinis dalam Pengkajian Perilaku Menyimpang pada Remaja. Jurnal Kognisi Majalah Ilmiah Psikologi 2000, Vol 4, No 1 Hal 45-52. Ruby, (2009) “Film Virgin 2 Ingatkan Bahaya Keluarga "Broken Home". Bandung: www.entertaiment.id.finrol l.com. Ray, Eusouff (2008). Kenakalan remaja. www.yoyooh.com. Sarwono, Sarlito Wirawan (2008) Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers. Santrock, John W (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Solopos (2010). Angka Kriminalitas Solo Tertinggi se-Polda Jateng. Surakarta: http://www.solopos.com. Soetjningsih dan Adijanti Marheni (2007) Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto. Telhaj, S dan Pugh Geoff (2006). School Effectiveness and Peer Group Effects: Interactions and Social Efficiency Outcomes. Journal JEL.12.J24. London: United Kingdom. Ulwan, Abdullah Nasih (2002). Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta: Pustaka Amani. Quensel, Stephen. Paul McArdle. Aoife Brinkley, Auke, W. M. Bloom, R. Jonhson, B. Kolte R.Pos. (2002). Broken home or drug using peers: ”significant relation? Journal of Drug Issues 0022—0426/02/02. 467- 490. England: University of Bremen. Willis, Sofyan S (2009). Konseling Keluarga: Family Counseling. Bandung: sAlfabeta.