SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
SUSUNAN PADUAN

Definisi
Suatu paduan(alloy) campuran
bahan yang memiliki sifat sifat logam, terdiri
dari dua atau lebih komponen(unsur), dan
sedikitnya satu nkomponen utamanya
adalah logam.suatu sistem paduan adalah
suatu sistem yang terdiri dari semua paduan
yang dapat terbentuk dari beberapa unsur
dengan semua macam komposisi yang
mungkin dapat dibuat.
Paduan dapat diklasifikasikan
menurut strukturnya, dan sistem
paduan diklasifikasikan menurut
diagram kesetimbangannya (diagram
fasenya)
Suatu paduan dapat berupa
susunan yang homogen atau campuran
(mixture).jika berupa susunan yang
homogen paduan akan terdiri dari satu
fase tunggal dan bila berupa campuran
paduan akan terdiri dari beberapa fase.
Fase (phase) adalah bagian dari material, yang homogen komposisi kimia dan
strukturnya, dapat dibedakan secara fisik, dapat dipisahkan secara mekanik dari bagian lain
material itu. Suatu fase dapat dibedakan dari fase lain dengan melihat keadaan fisiknya, ada
fase gas, cair dan padat. Bagian material dengan komposisi kimia yang berbeda dikatakan
sebagai fase yang berbeda . struktur latice juga membedakan satu fase dengan fase lain .
Pada paduan dalam keadaan padat ada tiga kemungkinan macam fase, yaitu sebagai:
1.Logam Murni
Pada kondisi seimbang (equilibrium), suatu logam murni akan mengalami
perubahan fase pada suatu temperatur tertentu, perubahan fase dari padat ke cair akan
terjadi pada temperatur tertentu, dinamakan titik cair, dan perubahan ini berlangsung pada
temeperatur tetap hingga seluruh perubahan selesai.
2. Senyawa (Compound)
Senyawa adalah gabungan dari beberapa unsur dengan perbandingan tertentu dan
tetap. Senyawa mempunyai sifat dan struktur yang sama sekali berbeda dari unsur unsur
pembentuknya. Senyawa juga mempunyai titik lebur dan titik beku yang tetap, seperti pada
logam murni.
Ada tiga macam senyawa yang sering dijumpai, yaitu:
1. Senyawa Intermetalik, biasanya terbentuk dari logam logam yang sifat kimianya
sangat berbeda dan kombinasinya mengikuti aturan valensi kimia. Ikatan atomatomnya sangat kuat (ionik atau kovalen),sehingga sifatnya seperti non-metal,
keuletan rendah, konduktifitas listrik juga rendah dan struktur kristalnya kompleks.
Contohnya: CaSe, Mg2Pb, Mg2Sn, Cu2Se.
2. Senyawa Interstisi, terbentuk dari logam logam transisi seperti Scandium (Sc),
Titanium (Ti), Tantalum (Ta), Wolfram (W), dan besi (Fe) dengan H, O, C, Bo dan N.
Kelima unsur ini diameter atomnya sangat kecil sehingga dapat masuk ke dalam kisi
kristal logam di atas secara interstisi. Senyawa interstisi bersifat metalik, komposisi
kimia mungkin dapat bervariasi dalam daerah yang sempit, titik leburnya tinggi dan
sangat keras. Contohnya: Fe3C, TiC, TaC, W2C, Fe4N, CrN, TiH.

3. Senyawa elektron, terbentuk diantara logam logam Cu, Au, Ag, Fe, dan Ni dengan Cd,
Mg, Sn, Zn, dan Al. Senyawa ini terjadi dengan komposisi kimia sedemikian rupa
sehingga mendekati perbandingan jumlah elektron valensi dengan jumlah atom yang
tertentu. Senyawa ini sifatnya sudah mendekati larutan padat, seperti komposisi
yang bervariasi, keuletan tinggi, kekerasan rendah.
ELECTRON-ATOM

ELECTRON-ATOM

ELECTRON-ATOM

RATIO 3:2

RATIO 21:13

RATIO 7:4

(BCC STRUCTURE)

(COMPLEX CUBIC)

(CPH STRUCTURE)

AgCd

Ag2Cd3

AgCd3

AgZn

Cu2Al3

Ag2Al3

Cu2Al

Cu3Sn4

AuZn3

AuMg

AuZn

Cu3Si

FeAl

FeZn

FeZn2

Cu2Sn

Cu2Zn

Ag3Sn
3.

Larutan
padat
(Solid
Solution)
Suatu larutan terdiri dari dua bagian, yaitu
solute (terlarut) dan solvent (pelarut). Solute
merupakan bagian yang lebih sedikit, sedangkan
solvent adalah bagian yang lebih banyak.
Ada tiga kemungkinan kondisi larutan, yaitu:
1. Unsaturated (tidak jenuh), bila jumlah
solute yang terlarut masih dibawah jumlah
yang mampu dilarutkan oleh solvent pada tekanan dan temperatur tertentu.
2. Saturated (jenuh), bila jumlah solute yang terlarut tepat mencapai batas
kelarutannya dalam solvent.
3. Supersaturated (super jenuh), bila jumlah solute yang larut telah melewati batas
kelarutannya pada temperatur dan tekanan tertentu.
Dalam keadaan lewat jenuh larutan berada dalam kondisi tidak equilibrum, ia tidak
stabil. Dalam jangka waktu lama atau dengan penambahan sedikit energi saja cenderung
akan menjadi stabil,dengan terjadinya pemisahan(pengndapan) solute.sehingga larutan
menjadi larutan jenuh.
Suatu larutan padat adalah larutan dalam keadaan padat, terdiri dari dua atau lebih jenis
atom yang berkombinasi dalam satu space latice. Larutan padat mempunyai titik beku yang
berbeda dari titik beku zat pelarutnya yang murni. Pembekuan solid solutin tidak terjadi
pada temperatur tertentu ataupun konstan. Pembekuan berlangsung bersamaan dengan
penurunan temperatur.

Dari kurva diatas tampak bahwa pembekuan suatu larutan 50% Sb, 50% Bi terjadi
pada temperature yang lebih rendah daripada beku antimon(1770 oF ) dan lebih tinggi dari
titik beku bismuth (520 oF ). Larutan mulai membeku pada 940 oF dan selesai pada 660 oF.
Ada dua jenis larutan padat yaitu:
 Larutan padat substitusional (substitutional solid solution)
 Larutan padat Interstitial (interstitial solid solution)
Larutan padat substitusional
Pada larutan padat jenis ini atom solute menggantikan tempat (substitusi) atom
solvent dalam struktur lattice solvent. Keseluruhan sistem akan merupakan seri yang
kontinyu dari larutan padat, semua komposisi akan selalu merupakan larutan padat.
Pada alloy system ada beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan, yaitu :
1. Crystal structure factor. Complete solid solubility, kemampuan membentuk larutan
padat dengan segala komposisi (kelarut-padatan lengkap), tidak akan terjadi bila
kedua unsurnya, solute dan solvent, struktur kristalnya tidak sama. Jadi pada
substitutional solid soulution kedua unsurnya harus memiliki struktur kristal sama.
2. Relative size factor. Terbentuknya suatu larutan padat akan mudah terjadi bila
perbedaan diameter atom tidak terlalu besar, tidak lebih dari 15%. Bila perbedaan ini
lebih dari 15% maka kelart-padatannya (solid solubility) akan sangat terbatas.
Misalnya timah hitam dengan perak yang memiliki perbedaan diameter atom 20%,
maka kelarut-padatan timah hitam pada perak hanya sekitar 1,5%, sedang kelarutpadatan perak dalam timah hitam malah hanya 0,1%.
Antimon dan bismuth dapat saling melarutkan pada segala komposisi, kelarutpadatannya tidak terbatas, karena perbedaan diameter atom hanya 7% dan struktur
krsitalnya sama, (rhombohedral). Sedang kelarutan antimon dalam aluminium (fcc),
dengan perbedaan diameter atom 2%, hanya 0,1%, karena struktur kristalnya tidak
sama.
3. Chemical affinity factor. Makin besar chemical affinity antara dua logam makin kecil
kemungkinannya membentuk suatu larutan padat lebih cenderung akan terjadi
senyawa. Biasanya makin jauh jarak antara dua unsur dalam Tabel Periodik makin
besar pula chemical affinity antara keduanya.
4. Relative-valence factor. Bila solute metal memiliki valensi berbeda dari solvent maka
jumlah elektron valensi per atom, disebut juga electron ratio akan berubah. Dan
struktur kristal lebih peka terhadap penurunan electron ratio daripada terhadap
kenaikan electron ratio. Jadi dengan kata lain logam bervalensi lebih rendah dapat
melarutkan lebih banyak logam bervalensi lebih tinggi daripada sebaliknya. Misalnya
dalam sistem paduan aluminium-nickel, keduanya fcc, relative size factor 14%.
Aluminium bervalensi lebih tinggi, kelarutannya dalam nickel dapat mencapai 5%,
tetapi aluminium hanya mampu melarutkan hanya 0,04% nickel.
Dengan memperhatikan keempat faktor di atas akan dapat ditentukan estimasi
kelarutan suatu logam dalam logam lain. Perlu diperhatikan bahwa dengan relative size
factor yang kurang menguntungkan saja dapat dipastikan bahwa kelarutan akan sangat
terbatas. Bila relative size factor menguntungkan barulah ketiga faktor lain akan ikut
menentukan derajat kelarutan suatu logam dalam logam lain.

Interstitial solid solution
Larutan ini terbentuk bila atom denagn diameter yang sanagt kecil dapat masuk
(menyisip) di rongga antaratom dalam struktur lattice dari solvent dengan diameter atom
yang besar. Karena celah (rongga) antar atom dalam suatu struktur lattice sangat kecil maka
hanya atom yang sangat kecil, dengan radius kurang dari satu Angstrom, yang dapat
menyisip dan membentuk larutan padat interstisial. Atom tersebut adalah hidrogen (0,46
A), boron (0,97), carbon (0,71) dan oksigen (0,60).
Larutan padat interstisial biasanya mempunyai kelart-padatan sangat terbatas, dan
biasnya juga tidak penting, kecuali larutan padat karbon dalam besi, yang sangat banyak
mempengaruhi struktur dan sifat baja.
Larutan padat, interstisial maupun substitusional mempunyai struktur lattice yang
terdistorsi, terutama di sekitar tempat solute atom.

(a)

(b)

Gambar 4.3. Schematic representation of both types of solid solutions (a) Substituonal
(b) Interstitial

Distorsi ini akan mengganggu gerakan dislokasi pada bidang slip dan karenanya
adanya solute atom akan menaikkan kekuatan suatu paduan. Hal ini merupakan salah satu
dasar penguatan logam dengan pemaduan.
Berbeda dengan intermetallic dan interstitial compound, larutan padat mudah
dipisahkan.diuraikan, mencair pada daerah temperatur tertentu, sifatnya dipengaruhi oleh
sifat solvent dan solute, komposisinya dapat bervariasi sangat luas, sehingga tidak dapat
dinyatakan dengan suatu rumus kimia.
Pada skema di bawah dapat dilihat bagaimana kemungkinan struktur suatu paduan.
Dan perlu diingat bahwa dalam suatu paduan seringkali strukturnya merupakan kombinasi
dari beberapa fase.

Alloy structure

Homogeneous

Solid solution

Substitutional

Mature

Intermediate alloy phase
(compound)

Interstitial
Intermetallic Interstitial

Gambar 4.4 Possible alloy structures

Electron

Any combination of
solid phases

{

Pure metal
Solid Solution
Intermediate alloy

}

More Related Content

What's hot

Material Teknik - Korosi
Material Teknik - KorosiMaterial Teknik - Korosi
Material Teknik - KorosiZhafran Anas
 
Struktur kristal ionik
Struktur  kristal ionik Struktur  kristal ionik
Struktur kristal ionik Ida Farida Ch
 
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan LogamPerbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan LogamAbdul Ghofur
 
Mekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanMekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanichsan_madya
 
metalurgi serbuk
metalurgi serbukmetalurgi serbuk
metalurgi serbukMega Audina
 
Sifat unsur transisi periode ke empat
Sifat unsur transisi periode ke empatSifat unsur transisi periode ke empat
Sifat unsur transisi periode ke empatWina Fajriatin
 
Presipitation hardening docx.
Presipitation hardening docx.Presipitation hardening docx.
Presipitation hardening docx.Vendi Supendi
 
Termodinamika (1 - 2) e besaran_intensif_dan_ekstensif
Termodinamika (1 - 2) e besaran_intensif_dan_ekstensifTermodinamika (1 - 2) e besaran_intensif_dan_ekstensif
Termodinamika (1 - 2) e besaran_intensif_dan_ekstensifjayamartha
 
Termodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropi
Termodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropiTermodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropi
Termodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropijayamartha
 
Unsur Kimia Periode 4
Unsur Kimia Periode 4Unsur Kimia Periode 4
Unsur Kimia Periode 4Ghozali Rois
 
Proses pembuatan keramik - bahan galian industri
Proses pembuatan keramik - bahan galian industriProses pembuatan keramik - bahan galian industri
Proses pembuatan keramik - bahan galian industriBonita Susimah
 
Bab v reaksi reduksi oksidasi
Bab v reaksi reduksi oksidasiBab v reaksi reduksi oksidasi
Bab v reaksi reduksi oksidasiAndreas Cahyadi
 

What's hot (20)

struktur kristal
struktur kristalstruktur kristal
struktur kristal
 
Material Teknik - Korosi
Material Teknik - KorosiMaterial Teknik - Korosi
Material Teknik - Korosi
 
Struktur kristal ionik
Struktur  kristal ionik Struktur  kristal ionik
Struktur kristal ionik
 
45197046 elektro plating
45197046 elektro plating45197046 elektro plating
45197046 elektro plating
 
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan LogamPerbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
 
Katalis
KatalisKatalis
Katalis
 
Mekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanMekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahan
 
KOROSI
KOROSIKOROSI
KOROSI
 
metalurgi serbuk
metalurgi serbukmetalurgi serbuk
metalurgi serbuk
 
Perlakuan panas
Perlakuan panasPerlakuan panas
Perlakuan panas
 
Sifat unsur transisi periode ke empat
Sifat unsur transisi periode ke empatSifat unsur transisi periode ke empat
Sifat unsur transisi periode ke empat
 
Karakterisasi bet
Karakterisasi betKarakterisasi bet
Karakterisasi bet
 
Presipitation hardening docx.
Presipitation hardening docx.Presipitation hardening docx.
Presipitation hardening docx.
 
Termodinamika (1 - 2) e besaran_intensif_dan_ekstensif
Termodinamika (1 - 2) e besaran_intensif_dan_ekstensifTermodinamika (1 - 2) e besaran_intensif_dan_ekstensif
Termodinamika (1 - 2) e besaran_intensif_dan_ekstensif
 
Termodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropi
Termodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropiTermodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropi
Termodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropi
 
Potensial Sel
Potensial SelPotensial Sel
Potensial Sel
 
Bab 3-struktur-kristal
Bab 3-struktur-kristalBab 3-struktur-kristal
Bab 3-struktur-kristal
 
Unsur Kimia Periode 4
Unsur Kimia Periode 4Unsur Kimia Periode 4
Unsur Kimia Periode 4
 
Proses pembuatan keramik - bahan galian industri
Proses pembuatan keramik - bahan galian industriProses pembuatan keramik - bahan galian industri
Proses pembuatan keramik - bahan galian industri
 
Bab v reaksi reduksi oksidasi
Bab v reaksi reduksi oksidasiBab v reaksi reduksi oksidasi
Bab v reaksi reduksi oksidasi
 

Similar to SUSUNAN PADUAN DAN JENIS LARUTAN PADAT

Similar to SUSUNAN PADUAN DAN JENIS LARUTAN PADAT (20)

Alloy 1
Alloy 1Alloy 1
Alloy 1
 
FASE EQUILIBRIA, LOGAM DAN PADUAN yudi.pptx
FASE EQUILIBRIA, LOGAM DAN PADUAN yudi.pptxFASE EQUILIBRIA, LOGAM DAN PADUAN yudi.pptx
FASE EQUILIBRIA, LOGAM DAN PADUAN yudi.pptx
 
Unsur Transisi
Unsur TransisiUnsur Transisi
Unsur Transisi
 
Ikatan kimia kelas x
Ikatan kimia kelas xIkatan kimia kelas x
Ikatan kimia kelas x
 
2 ikatan-kimia1
2 ikatan-kimia12 ikatan-kimia1
2 ikatan-kimia1
 
Ikatan Polar dan Non Polar
Ikatan Polar dan Non PolarIkatan Polar dan Non Polar
Ikatan Polar dan Non Polar
 
2 ikatan-kimia1
2 ikatan-kimia12 ikatan-kimia1
2 ikatan-kimia1
 
6 ikatan logam
6 ikatan logam6 ikatan logam
6 ikatan logam
 
Kimia koordinasi
Kimia koordinasiKimia koordinasi
Kimia koordinasi
 
Ikatan pada logam
Ikatan pada logamIkatan pada logam
Ikatan pada logam
 
Ikatan pada logam
Ikatan pada logamIkatan pada logam
Ikatan pada logam
 
Ikatan pada logam v.3.0
Ikatan pada logam v.3.0Ikatan pada logam v.3.0
Ikatan pada logam v.3.0
 
Ikatan pada logam v.3.0
Ikatan pada logam v.3.0Ikatan pada logam v.3.0
Ikatan pada logam v.3.0
 
Ikatan pada logam v.3.0
Ikatan pada logam v.3.0Ikatan pada logam v.3.0
Ikatan pada logam v.3.0
 
Ppt kimin baru
Ppt kimin baruPpt kimin baru
Ppt kimin baru
 
Ikatan Kovalen
Ikatan KovalenIkatan Kovalen
Ikatan Kovalen
 
Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,
Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,
Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,
 
ppt mat.pptx
ppt mat.pptxppt mat.pptx
ppt mat.pptx
 
Ikatan kimia
Ikatan kimiaIkatan kimia
Ikatan kimia
 
Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung jawab dalam g...
Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung jawab dalam g...Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung jawab dalam g...
Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung jawab dalam g...
 

More from Mn Hidayat

Aliran bahan bakar
Aliran bahan bakarAliran bahan bakar
Aliran bahan bakarMn Hidayat
 
Sosiologi penyimpangan
Sosiologi penyimpanganSosiologi penyimpangan
Sosiologi penyimpanganMn Hidayat
 
Kebudayaan jepang
Kebudayaan jepangKebudayaan jepang
Kebudayaan jepangMn Hidayat
 
It ctt diagram
It ctt diagramIt ctt diagram
It ctt diagramMn Hidayat
 
Program liniear
Program liniearProgram liniear
Program liniearMn Hidayat
 
Surface hardening
Surface hardeningSurface hardening
Surface hardeningMn Hidayat
 
Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
Pencegahan dan penanggulangan kebakaranPencegahan dan penanggulangan kebakaran
Pencegahan dan penanggulangan kebakaranMn Hidayat
 
Matematika Menghitung Jarak2
Matematika    Menghitung  Jarak2Matematika    Menghitung  Jarak2
Matematika Menghitung Jarak2Mn Hidayat
 
Matematika Menghitung Jarak2
Matematika    Menghitung  Jarak2Matematika    Menghitung  Jarak2
Matematika Menghitung Jarak2Mn Hidayat
 
Matematika menghitung jarak2
Matematika   menghitung jarak2Matematika   menghitung jarak2
Matematika menghitung jarak2Mn Hidayat
 

More from Mn Hidayat (13)

Pipe Fitting
Pipe FittingPipe Fitting
Pipe Fitting
 
Aliran bahan bakar
Aliran bahan bakarAliran bahan bakar
Aliran bahan bakar
 
Apbn dan apbd
Apbn dan apbdApbn dan apbd
Apbn dan apbd
 
Sosiologi penyimpangan
Sosiologi penyimpanganSosiologi penyimpangan
Sosiologi penyimpangan
 
Kebudayaan jepang
Kebudayaan jepangKebudayaan jepang
Kebudayaan jepang
 
It ctt diagram
It ctt diagramIt ctt diagram
It ctt diagram
 
Program liniear
Program liniearProgram liniear
Program liniear
 
sistem koloid
sistem koloidsistem koloid
sistem koloid
 
Surface hardening
Surface hardeningSurface hardening
Surface hardening
 
Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
Pencegahan dan penanggulangan kebakaranPencegahan dan penanggulangan kebakaran
Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
 
Matematika Menghitung Jarak2
Matematika    Menghitung  Jarak2Matematika    Menghitung  Jarak2
Matematika Menghitung Jarak2
 
Matematika Menghitung Jarak2
Matematika    Menghitung  Jarak2Matematika    Menghitung  Jarak2
Matematika Menghitung Jarak2
 
Matematika menghitung jarak2
Matematika   menghitung jarak2Matematika   menghitung jarak2
Matematika menghitung jarak2
 

Recently uploaded

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 

Recently uploaded (20)

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 

SUSUNAN PADUAN DAN JENIS LARUTAN PADAT

  • 1. SUSUNAN PADUAN Definisi Suatu paduan(alloy) campuran bahan yang memiliki sifat sifat logam, terdiri dari dua atau lebih komponen(unsur), dan sedikitnya satu nkomponen utamanya adalah logam.suatu sistem paduan adalah suatu sistem yang terdiri dari semua paduan yang dapat terbentuk dari beberapa unsur dengan semua macam komposisi yang mungkin dapat dibuat. Paduan dapat diklasifikasikan menurut strukturnya, dan sistem paduan diklasifikasikan menurut diagram kesetimbangannya (diagram fasenya) Suatu paduan dapat berupa susunan yang homogen atau campuran (mixture).jika berupa susunan yang homogen paduan akan terdiri dari satu fase tunggal dan bila berupa campuran paduan akan terdiri dari beberapa fase. Fase (phase) adalah bagian dari material, yang homogen komposisi kimia dan strukturnya, dapat dibedakan secara fisik, dapat dipisahkan secara mekanik dari bagian lain material itu. Suatu fase dapat dibedakan dari fase lain dengan melihat keadaan fisiknya, ada fase gas, cair dan padat. Bagian material dengan komposisi kimia yang berbeda dikatakan sebagai fase yang berbeda . struktur latice juga membedakan satu fase dengan fase lain .
  • 2. Pada paduan dalam keadaan padat ada tiga kemungkinan macam fase, yaitu sebagai: 1.Logam Murni Pada kondisi seimbang (equilibrium), suatu logam murni akan mengalami perubahan fase pada suatu temperatur tertentu, perubahan fase dari padat ke cair akan terjadi pada temperatur tertentu, dinamakan titik cair, dan perubahan ini berlangsung pada temeperatur tetap hingga seluruh perubahan selesai. 2. Senyawa (Compound) Senyawa adalah gabungan dari beberapa unsur dengan perbandingan tertentu dan tetap. Senyawa mempunyai sifat dan struktur yang sama sekali berbeda dari unsur unsur pembentuknya. Senyawa juga mempunyai titik lebur dan titik beku yang tetap, seperti pada logam murni. Ada tiga macam senyawa yang sering dijumpai, yaitu: 1. Senyawa Intermetalik, biasanya terbentuk dari logam logam yang sifat kimianya sangat berbeda dan kombinasinya mengikuti aturan valensi kimia. Ikatan atomatomnya sangat kuat (ionik atau kovalen),sehingga sifatnya seperti non-metal, keuletan rendah, konduktifitas listrik juga rendah dan struktur kristalnya kompleks. Contohnya: CaSe, Mg2Pb, Mg2Sn, Cu2Se. 2. Senyawa Interstisi, terbentuk dari logam logam transisi seperti Scandium (Sc), Titanium (Ti), Tantalum (Ta), Wolfram (W), dan besi (Fe) dengan H, O, C, Bo dan N. Kelima unsur ini diameter atomnya sangat kecil sehingga dapat masuk ke dalam kisi kristal logam di atas secara interstisi. Senyawa interstisi bersifat metalik, komposisi kimia mungkin dapat bervariasi dalam daerah yang sempit, titik leburnya tinggi dan sangat keras. Contohnya: Fe3C, TiC, TaC, W2C, Fe4N, CrN, TiH. 3. Senyawa elektron, terbentuk diantara logam logam Cu, Au, Ag, Fe, dan Ni dengan Cd, Mg, Sn, Zn, dan Al. Senyawa ini terjadi dengan komposisi kimia sedemikian rupa sehingga mendekati perbandingan jumlah elektron valensi dengan jumlah atom yang tertentu. Senyawa ini sifatnya sudah mendekati larutan padat, seperti komposisi yang bervariasi, keuletan tinggi, kekerasan rendah. ELECTRON-ATOM ELECTRON-ATOM ELECTRON-ATOM RATIO 3:2 RATIO 21:13 RATIO 7:4 (BCC STRUCTURE) (COMPLEX CUBIC) (CPH STRUCTURE) AgCd Ag2Cd3 AgCd3 AgZn Cu2Al3 Ag2Al3 Cu2Al Cu3Sn4 AuZn3 AuMg AuZn Cu3Si FeAl FeZn FeZn2 Cu2Sn Cu2Zn Ag3Sn
  • 3. 3. Larutan padat (Solid Solution) Suatu larutan terdiri dari dua bagian, yaitu solute (terlarut) dan solvent (pelarut). Solute merupakan bagian yang lebih sedikit, sedangkan solvent adalah bagian yang lebih banyak. Ada tiga kemungkinan kondisi larutan, yaitu: 1. Unsaturated (tidak jenuh), bila jumlah solute yang terlarut masih dibawah jumlah yang mampu dilarutkan oleh solvent pada tekanan dan temperatur tertentu. 2. Saturated (jenuh), bila jumlah solute yang terlarut tepat mencapai batas kelarutannya dalam solvent. 3. Supersaturated (super jenuh), bila jumlah solute yang larut telah melewati batas kelarutannya pada temperatur dan tekanan tertentu. Dalam keadaan lewat jenuh larutan berada dalam kondisi tidak equilibrum, ia tidak stabil. Dalam jangka waktu lama atau dengan penambahan sedikit energi saja cenderung akan menjadi stabil,dengan terjadinya pemisahan(pengndapan) solute.sehingga larutan menjadi larutan jenuh. Suatu larutan padat adalah larutan dalam keadaan padat, terdiri dari dua atau lebih jenis atom yang berkombinasi dalam satu space latice. Larutan padat mempunyai titik beku yang berbeda dari titik beku zat pelarutnya yang murni. Pembekuan solid solutin tidak terjadi pada temperatur tertentu ataupun konstan. Pembekuan berlangsung bersamaan dengan penurunan temperatur. Dari kurva diatas tampak bahwa pembekuan suatu larutan 50% Sb, 50% Bi terjadi pada temperature yang lebih rendah daripada beku antimon(1770 oF ) dan lebih tinggi dari titik beku bismuth (520 oF ). Larutan mulai membeku pada 940 oF dan selesai pada 660 oF.
  • 4. Ada dua jenis larutan padat yaitu:  Larutan padat substitusional (substitutional solid solution)  Larutan padat Interstitial (interstitial solid solution) Larutan padat substitusional Pada larutan padat jenis ini atom solute menggantikan tempat (substitusi) atom solvent dalam struktur lattice solvent. Keseluruhan sistem akan merupakan seri yang kontinyu dari larutan padat, semua komposisi akan selalu merupakan larutan padat. Pada alloy system ada beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan, yaitu : 1. Crystal structure factor. Complete solid solubility, kemampuan membentuk larutan padat dengan segala komposisi (kelarut-padatan lengkap), tidak akan terjadi bila kedua unsurnya, solute dan solvent, struktur kristalnya tidak sama. Jadi pada substitutional solid soulution kedua unsurnya harus memiliki struktur kristal sama. 2. Relative size factor. Terbentuknya suatu larutan padat akan mudah terjadi bila perbedaan diameter atom tidak terlalu besar, tidak lebih dari 15%. Bila perbedaan ini lebih dari 15% maka kelart-padatannya (solid solubility) akan sangat terbatas. Misalnya timah hitam dengan perak yang memiliki perbedaan diameter atom 20%, maka kelarut-padatan timah hitam pada perak hanya sekitar 1,5%, sedang kelarutpadatan perak dalam timah hitam malah hanya 0,1%. Antimon dan bismuth dapat saling melarutkan pada segala komposisi, kelarutpadatannya tidak terbatas, karena perbedaan diameter atom hanya 7% dan struktur krsitalnya sama, (rhombohedral). Sedang kelarutan antimon dalam aluminium (fcc), dengan perbedaan diameter atom 2%, hanya 0,1%, karena struktur kristalnya tidak sama. 3. Chemical affinity factor. Makin besar chemical affinity antara dua logam makin kecil kemungkinannya membentuk suatu larutan padat lebih cenderung akan terjadi senyawa. Biasanya makin jauh jarak antara dua unsur dalam Tabel Periodik makin besar pula chemical affinity antara keduanya. 4. Relative-valence factor. Bila solute metal memiliki valensi berbeda dari solvent maka jumlah elektron valensi per atom, disebut juga electron ratio akan berubah. Dan struktur kristal lebih peka terhadap penurunan electron ratio daripada terhadap kenaikan electron ratio. Jadi dengan kata lain logam bervalensi lebih rendah dapat melarutkan lebih banyak logam bervalensi lebih tinggi daripada sebaliknya. Misalnya dalam sistem paduan aluminium-nickel, keduanya fcc, relative size factor 14%. Aluminium bervalensi lebih tinggi, kelarutannya dalam nickel dapat mencapai 5%, tetapi aluminium hanya mampu melarutkan hanya 0,04% nickel.
  • 5. Dengan memperhatikan keempat faktor di atas akan dapat ditentukan estimasi kelarutan suatu logam dalam logam lain. Perlu diperhatikan bahwa dengan relative size factor yang kurang menguntungkan saja dapat dipastikan bahwa kelarutan akan sangat terbatas. Bila relative size factor menguntungkan barulah ketiga faktor lain akan ikut menentukan derajat kelarutan suatu logam dalam logam lain. Interstitial solid solution Larutan ini terbentuk bila atom denagn diameter yang sanagt kecil dapat masuk (menyisip) di rongga antaratom dalam struktur lattice dari solvent dengan diameter atom yang besar. Karena celah (rongga) antar atom dalam suatu struktur lattice sangat kecil maka hanya atom yang sangat kecil, dengan radius kurang dari satu Angstrom, yang dapat menyisip dan membentuk larutan padat interstisial. Atom tersebut adalah hidrogen (0,46 A), boron (0,97), carbon (0,71) dan oksigen (0,60). Larutan padat interstisial biasanya mempunyai kelart-padatan sangat terbatas, dan biasnya juga tidak penting, kecuali larutan padat karbon dalam besi, yang sangat banyak mempengaruhi struktur dan sifat baja. Larutan padat, interstisial maupun substitusional mempunyai struktur lattice yang terdistorsi, terutama di sekitar tempat solute atom. (a) (b) Gambar 4.3. Schematic representation of both types of solid solutions (a) Substituonal (b) Interstitial Distorsi ini akan mengganggu gerakan dislokasi pada bidang slip dan karenanya adanya solute atom akan menaikkan kekuatan suatu paduan. Hal ini merupakan salah satu dasar penguatan logam dengan pemaduan. Berbeda dengan intermetallic dan interstitial compound, larutan padat mudah dipisahkan.diuraikan, mencair pada daerah temperatur tertentu, sifatnya dipengaruhi oleh
  • 6. sifat solvent dan solute, komposisinya dapat bervariasi sangat luas, sehingga tidak dapat dinyatakan dengan suatu rumus kimia. Pada skema di bawah dapat dilihat bagaimana kemungkinan struktur suatu paduan. Dan perlu diingat bahwa dalam suatu paduan seringkali strukturnya merupakan kombinasi dari beberapa fase. Alloy structure Homogeneous Solid solution Substitutional Mature Intermediate alloy phase (compound) Interstitial Intermetallic Interstitial Gambar 4.4 Possible alloy structures Electron Any combination of solid phases { Pure metal Solid Solution Intermediate alloy }