SlideShare a Scribd company logo
1 of 47
Download to read offline
www.islamitucinta.blogspot.com
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 1
Taken from: Restatement of History of Islam
Perang Siffin
Untuk mencegah Mu‟awiyah melancarkan peperangan terhadap
kaum Muslimin, Imam Ali menggunakan argumen yang sama yang ia
pernah gunakan ketika membujuk „Aisyah, Thalhah, dan Zubayr agar
mereka tidak memerangi kaum Muslimin meskipun mereka tetap saja
ngotot untuk berperang dan akhirnya perang Unta1 terjadi juga.
Sama halnya dengan perang Unta, perang antara Imam Ali dan
Mu‟awiyah ini akhirnya terjadi juga meskipun Imam Ali sudah
membujuk Mu‟awiyah agar tidak berperang. Di mata musuh Imam
Imam Ali, perdamaian itu hanyalah akan menambah masalah
kepada masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh umat Islam.
Mereka hanya melihat sebuah jawaban atau pemecahan dari
masalah itu yaitu melalui peperangan.
Kali ini, Imam Ali dihadapkan dengan seorang musuh yang jauh lebih
licin, cerdik, kejam, jahat dan jauh lebih berbahaya dibandingkan
tiga orang musuhnya yang terdahulu („Aisyah, Thalhah, dan Zubayr).
Malahan apabila dibandingkan „Aisyah, Thalhah, dan Zubayr itu tidak
ada apa-apanya dibanding dengan Mu‟awiyah.
Di kota Basrah, kelompok pemberontak yang ada di dalam perang
Unta (perang antara para sahabat Nabi yang dikobarkan oleh
„Aisyah) ini terdiri dari kelompok yang memiliki kepentingan yang
berbeda-beda akan tetapi dipersatukan dengan satu kesamaan
yaitu kebencian terhadap Imam Ali. Tujuan atau kepentingan
1
Perang antara keluarga Abu Bakar (‘Aisyah binti Abu Bakar—puteri Abu Bakar, Thalhah bin
Ubaydillah—sepupu Abu Bakar, Zubayr bin Awwam—menantu Abu Bakar, Abdullah bin Zubayr—
cucu Abu Bakar, dll) melawan keluarga Nabi Muhammad (Ali bin Abi Thalib—sepupu Nabi, Hasan
dan Husain—cucu Nabi, dll). Untung perang dimenangkan oleh keluarga Nabi Muhammad, karena
kalau dimenangkan keluarga Abu Bakar, maka itu akhir dari Islam itu sendiri. Islam akan hilang
sebagai agama para Nabi.
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 2
mereka tidak sama dan tidak bisa dipersatukan. „Aisyah memerangi
Imam Ali dengan tujuan bahwa ia kelak bisa mengusung
keponakannya yaitu Abdullah bin Zubayr ke tampuk kekuasaan
kekhalifahan. Akan tetapi Thalhah dan Zubayr tidak memiliki tujuan
yang sama dengan „Aisyah. Mereka berdua juga menginginkan
tampuk kekhalifahan itu bagi mereka sendiri (meskipun Zubayr
adalah ayah dari Abdullah bin Zubayr—keponakan „Aisyah). Itu
menjadikan koalisi yang mereka bangun menjadi rapuh dan tidak
bisa menjadi suatu kekuatan yang satu dan solid seperti yang
diinginkan oleh para pengikutnya.
Kelompok tiga serangkai kota Basrah („Aisyah, Thalhah, Zubayr)
dipusingkan oleh tujuan dan impian mereka yang berbeda-beda
sedangkan Mu‟awiyah tidak sama sekali. Mu‟awiyah mencari
nasehat dari penasehatnya yang sangat licik yaitu Amr bin Aas dan
kawan-kawan. Akan tetapi Mu‟awiyah sendiri yang akhirnya
memutuskan segala sesuatunya.
Imam Ali sendiri sedang berusaha sekuat tenaga untuk
mempersatukan umat Muhammad. Persatuan umat Muhammad
sedang dilanda kekacauan dan ketegangan, dan ia ingin
mempersatukan umat Muhammad itu seperti dulu di bawah
kepemimpinan sepupunya itu. Di sisi lain, musuh Imam Ali sama sekali
tidak peduli. Ia tidak peduli umat Muhammad bertikai dan berselisih.
Ia tidak peduli umat Muhammad kacau balau dan hancur. Tujuan
mereka malah menghancurkan umat Muhammad dan kemudian
menguasai mereka di bawah kaki kekuasaannya.
Pada musim semi tahun 657, Mu‟awiyah meninggalkan kota
Damaskus bersama pasukannya untuk memperluas perang ke
wilayah Irak. Ia melintasi daerah perbatasan dan kemudian ia
berhenti di sebuah desa yang disebut dengan Siffin—Siffin terletak di
tepian sungai Efrat. Yang mula-mula ia lakukan pada waktu itu ialah
menguasai mata air untuk kepentingannya sendiri.
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 3
Demi mendengar kabar tentang pergerakan tentara Syria
(tentaranya Mu‟awiyah), Imam Ali menunjuk Aqaba Ibn Amr Ansari
sebagai gubernur kota Kufah. Setelah itu Imam Ali memanggil
Abdullah Ibn Abbas dari kota Basrah untuk menemaninya. Kemudian
mereka meninggalkan kota Kufah bersama pasukannya ke desa Siffin
pada bulan April 657. “Sebanyak 70 orang veteran perang Badar
dan sebanyak 250 orang sahabat Nabi yang pernah berbai‟at di
bawah pohon merangsek maju di bawah panji Imam Ali. Mereka
berjalan di tepian sungai Efrat menuju desa Siffin.” (LIHAT: Mustadrak,
vol 3).
Setibanya di desa Siffin, pasukan Imam Ali melihat jalan ke sumber air
sudah dijaga dengan ketat sekali oleh pasukan Syria. Imam Ali
mengirimkan Sa‟sa‟ ibn Sauhan—salah seorang sahabat Nabi—untuk
menemui Mu‟awiyah. Imam Ali memohon kepada Mu‟awiyah agar
menarik kembali pasukan yang menjaga sumber air agar setiap
orang bisa memanfaatkan sumber air itu untuk kebutuhan mereka
masing-masing. Mu‟awiyah tentu saja tidak mau mentaati
permintaan Imam Ali. Akhirnya Imam Ali memerintahkan pasukannya
agar merebut sumber air itu dari pasukan Mu‟awiyah. Pasukannya
bergerak dan menyerang pasuka Syria dan akhirnya berhasil
merebut sumber air itu dari mereka. Segera setelah itu terjadi
kepanikan luar biasa di markas pasukan Mu‟awiyah, Mu‟awiyah
membayangkan bahwa kematian sudah menunggu mereka karena
mereka kemungkinan besar akan kekurangan air dan itu artinya
mereka akan kehausan. Akan tetapi Amr bin Aas mencoba
meyakinkan Mu‟awiyah bahwa Imam Ali tidak mungkin berbuat jahat
dan Imam Ali pastinya tidak akan menghalangi orang yang hendak
mengambil air dari sumber air itu.2
2
Agama Ali adalah agama para Nabi. Agama para Nabi ialah agama rahmatan lil ‘alamin—rahmat
bagi seluruh alam semesta dari dulu kala hingga sepanjang masa. Rahmat Allah turun atas dasar
cinta. Agama Ali ialah agama Cinta. Tak mungkin agama Cinta berbuat aniaya. Tak mungkin agama
CInta merugikan sesama.
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 4
Pasukan Syria tidak memiliki jalan untuk menuju sumber air. Para
jenderal pasukan Imam Ali berpendapat bahwa mereka harus
membalas apa yang sudah dilakukan oleh Mu‟awiyah—yaitu
menghalangi orang-orang yang hendak mengambil air. Para
jenderal itu bisa saja membiarkan pasukan Syria itu mati kehausan
dan itu mudah saja mereka lakukan. Akan tetapi Imam Ali menolak
melakukan itu. Imam Ali menolak melakukan perbuatan yang pernah
mereka kutuk karena itu perbuatan yang buruk. Imam Ali tidak mau
pasukannya meniru perbuatan terkutuk yang pernah dilakukan oleh
pasukan terkutuk, pasukannya Mu‟awiyah. Imam Ali malah
mengumumkan ke khalayak umum:
“Sungai itu milik Allah. Tidak boleh ada pelarangan untuk
mengambil air kepada siapapun. Siapapun yang hendak
mengambil air daripadanya, maka ia boleh mengambilnya.”
Pertempuran kecil-kecilan mulai terjadi di bulan Dzulhijjah3 tahun 36H
atau kira-kira di bulan Mei tahun 657 Masehi. Pertempuran itu mulai
merebak secara sporadis selama beberapa minggu kemudian.
Ketika bulan Muharram4 datang, diadakan gencatan senjata selama
satu bulan. Selama masa gencatan senjata ini, Imam Ali mencoba
kembali untuk mengusahakan perdamaian lewat perundingan-
perundingan. Imam Ali ingin pertempuran tidak lagi terjadi diantara
sesama kaum Muslimin. Akan tetapi usaha Imam Ali ini ternyata sia-sia
saja karena musuhnya—Mu‟awiyah (yang juga musuh Islam, musuh
umat manusia)—sekali lagi, tidak menganggap perdamaian itu
sebagai pemecah masalah umat. Ia melihat perdamaian umat Islam
itu hanya akan menghalangi cita-citanya saja.
Imam Ali sebenarnya sudah melewati banyak sekali ujian berat. Ia
pernah ditipu, dijahati, dikhianati, melewati banyak tragedi dan
pengalaman pahit lainnya, akan tetapi ia tetap saja percaya bahwa
3
Bulan Dzulhijjah ialah bulan terakhir di dalam penanggalan kalender hijriyyah.
4
Bulan Muharram ialah bulan permulaan dalam penanggalan kalender hijriyyah.
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 5
perdamaian itu adalah hal yang terbaik dan ia berusaha sekuat
tenaga untuk mencapainya.
Ketika bulan Muharram berlalu dan bulan Safar menjelang, Imam Ali
mengirimkan lagi seorang utusan yang bernama Merthid ibn Harits
untuk menyampaikan sebuah pesan kepada orang-orang Syria. Ia
berdiri di depan pasukan Syria dan membacakan pesan yang
diamanatkan oleh Imam Ali. Pesan itu dibacakannya secara lantang:
“Wahai orang-orang Syria! Ali—sang Amirulmukminin—
memberitahukan kepada kalian bahwa ia telah memberikan
kalian kesempatan untuk melihat fakta kebenaran dan
mencukupi diri kalian dengan fakta-fakta itu. Ia telah
mengajak kalian untuk mengikuti Kitabullah akan tetapi kalian
tetap tidak menghiraukannya. Sekarang tidak ada lagi yang
bisa disampaikan kepada kalian. Tidak ada lagi keraguan
bahwa Allah itu tidak akan ridha kepada siapa saja yang
menyangkal kebenaran.”
(LIHAT: Tabari, Tarikh, Vol. IV, halaman 6)
Ketika dua pasukan berhadapan satu sama lainnya, Imam Ali
mengeluarkan sebuah perintah kepada pasukannya sama seperti
yang ia lakukan ketika pasukan mereka berperang di Perang Basrah
(atau lebih dikenal dengan Perang Unta: download link: PERANG
UNTA: HUBUNGAN ANTARA PERANG UNTA DAN PENCIPTAAN TOKOH
“ABDULLAH IBN SABA” (2 buku untuk di download gratis)). Imam Ali
mengumumkan:
“Wahai kaum Muslimin! Tunggulah sampai musuh kalian itu
bersikap kejam terhadap kalian dan menyerang kalian secara
terbuka. Kalau mereka menyerang kalian, maka
pertahankanlah diri kalian. Apabila ada musuh yang hendak
melarikan diri dari peperangan untuk menyelamatkan
nyawanya sendiri, maka biarkanlah ia lari dan kabur. Apabila
seandainya Allah memberikan kalian kemenangan, maka
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 6
janganlah kalian jarah tenda-tenda musuh kalian; janganlah
kalian cincang tubuh mereka; janganlah kalian merampas
baju perang mereka dan senjata mereka; dan jangan pula
kalian mencemarkan kehormatan para wanita mereka. Namun
di atas itu semua, tetaplah ingat kepada Allah di segala
kesempatan.”
Imam Ali mengerahkan kembali kekuatan pasukannya. Ia
memberikan komando untuk pasukan sayap kanannya kepada
Abdullah ibn Abbas; sementara untuk komando sayap kanannya
diberikan kepada Malik ibn Asytar. Imam Ali sendiri memberikan
komando di tengah-tengah pasukan inti. Bersama Imam Ali, ikut serta
para sahabat senior Muhammad—Rasulullah. Diantara mereka ada
Ammar bin Yassir. Ketika pasukan Syria mulai melakukan serangan, Ali
memberikan isyarat kepada pasukannya untuk membalas serangan
mereka.
PERANG SIFFIN DIMULAI ………….
Ammar bin Yassir sudah berusia lanjut pada waktu itu. Ia berusia 70
tahun. Akan tetapi karena dadanya dipenuhi rasa cinta kepada
Sayyidina Muhammad ar-Rasulullah, maka ia berperang dengan
sangat bersemangat seolah-olah ia masih sangat muda. Untuk
memberikan efek dramatis dari Perang Sifin itu, Imam Ali membawa
senjata-senjata yang pernah digunakannya puluhan tahun yang lalu
dimana ia masih bersama-sama dengan Muhammad al-Mustafa
berperang melawan kaum Musyrikin Mekah di Badar.
Musuh yang dihadapi oleh Ammar di Siffin adalah orang-orang yang
secara notabene adalah kaum Muslimin (meskipun prilaku mereka
sama sekali tidak mencerminkan itu semua) akan tetapi Ammar
sama sekali tidak tertipu dengan itu. Ammar sanggup melihat apa
yang ada di balik topeng ke-Muslim-an mereka yang hanya pura-
pura saja. Ammar juga merasa sedikit geli melihat musuh-musuh
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 7
lamanya sekarang ada lagi dan berhadapan lagi dengan dirinya di
perang Siffin ini. Bagi Ammar Perang Siffin ini mirip-mirip dengan
Perang Badar. Sekali lagi, Ammar berperang dan sekali lagi ia masih
berada di pihak Muhammad dan keluarganya yang disucikan. Sekali
lagi ia berada di samping Imam Ali, saudara dan penerus
kepemimpinan Nabi untuk bersama-sama mempertahankan Islam
yang asli yang sekarang sedang mendapatkan cobaan yang sangat
dasyhat sekali. Setiap kali Ammar mengayunkan pedangnya untuk
menyerang orang-orang Syria, Ammar tak henti-hentinya
mengucapkan:
“Kami berperang melawan kalian hari ini atas penafsiran
Qur’an yang berbeda diantara kita, sama seperti yang terjadi
di masa Nabi kita. Kami berperang dengan kalian karena kami
hendak mempertahankan risalah Illahi.”
Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab Musnad-nya, dan Hakim
dalam kitab al-Mustadrak-nya menuliskan hadits riwayat dari Abu
Said al-Khudri—salah seorang sahabat Rasulullah yang dilaporkan
pernah berkata kepada Imam Ali sebagai berikut:
“Wahai Ali! Sementara aku akan bertempur melawan para
penyembah berhala atas turunnya wahyu Al-Qur’an, engkau
akan bertempur melawan orang-orang sesat atas penafsiran
Al-Qur’an”
Ammar berhenti sejenak untuk kemudian ia kembali memberi
semangat kepada para sahabatnya dengan mengucapkan:
“Sahabat-sahabatku! Seranglah musuh-musuhmu itu! Tidak ada
waktu untuk berleha-leha bermalas-malasan. Pintu-pintu surga
telah terbuka lebar pada hari ini dan menunggu kalian untuk
memasukinya. Tapi untuk memasukinya, kalian harus
menantang pedang dan tombak musuh-musuh Allah dan
RasulNya yang terhunus kearah kalian. Seranglah mereka.
Hancurkan pedang-pedang mereka, tombak-tombak mereka.
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 8
Remukkanlah tengkorak-tengkorak mereka dan kalian akan
memasuki pintu-pintu kebahagiaan dan pintu keabadian dan
di sana kalian akan bertemu dengan menjadi sahabat
Muhammad, kekasih Allah.”
Ammar sendiri memimpin serangan itu (sekali lagi, meskipun usianya
sudah uzur, yaitu 70 tahun). Ia merangsek masuk ke tengah-tengah
pasukan musuh hingga ia masuk jauh lebih dalam lagi diantara
barisan orang-orang Syria. Di tengah-tengah perang yang
berkecamuk itu, ia merasa sangat kehausan dan kepanasan. Ia
kembali lagi ke barisannya untuk mencari air minum agar bisa
menghilangkan rasa hausnya itu. Ia mencari ke sana kemari untuk
meminta bantuan orang agar membawakannya air minum. Akan
tetapi mereka tidak bisa berbuat banyak karena mereka sendiri tidak
membawa persediaan air minum. Sampai ada satu orang yang
membawakannya air susu dan kemudian diberikannya kepadanya
satu cangkir susu.
Ketika Ammar melihat secangkir susu itu dibawakannya kepadanya,
ia merasakan tubuhnya gemetar karena rasa senangnya. Bibirnya
menyunggingkan sebuah senyuman dan ia berseru: “Allahu Akbar!
Rasulullah tidak pernah berkata kecuali mengatakan yang benar.”
Orang-orang yang ada di sekelilingnya bertanya kepadanya
mengapa ia berkata seperti itu. Ammar berkata;
“Rasulullah pernah berkata kepadaku bahwa minuman terakhir
yang akan aku minum di dunia ini ialah susu. Sekarang aku
tahu kapan waktunya aku bisa bertemu lagi dengan orang
yang aku cintai itu. Waktunya telah tiba. Aku sudah
menunggu-nunggu waktu ini begitu lamanya hingga aku tidak
sabar lagi. Sekaranglah waktu itu akhirnya tiba kepadaku.
Alhamdulillah.”
Ammar ibn Yasir tercekam oleh perasaan cintanya yang meluap
terhadap Allah dan RasulNya. Dengan segenap rasa cinta dan
kerinduan untuk bertemu dengan kekasihnya—Muhammad—ia
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 9
meminum air susu itu dan kemudian ia naik lagi ke atas kudanya dan
menyeruak lagi ke tengah-tengah pasukan musuh. Tiba-tiba ia
melihat Amr bin Aas di tengah-tengah pasukan itu dan ia berteriak
kepadanya:
“Laknat semoga tercurah kepadamu, wahai begundal
Mu’awiyah! Apakah engkau telah lupa ramalan Rasulullah
bahwa pada suatu ketika ia bersabda bahwa sekelompok
orang jahat akan membunuhku? Camkanlah dan lihatlah
sekali lagi kearahku. Apakah engkau telah lupa kepadaku?
Aku ini Ammar, Ammar bin Yasir, saudara dari Muhammad al-
Mustafa.”
Amr bin Aas tentu saja tidak lupa. Ia juga sudah menimbang-
nimbang segala kemungkinan dan ia tetap memutuskan untuk lebih
memilih Mesir. Akan tetapi ia tetap membisu karena kalau ia
berbicara maka itu akan berarti bahwa ia mengakui kesalahannya
sendiri. Tidak peduli apapun yang ia katakan, tetap saja itu artinya ia
menyerahkan dirinya sendiri.
Ammar bin Yasir sedang berjalan di muka bumi ini untuk yang terakhir
kalinya. Segera ia akan menemui kekasihnya—Muhammad ar-
Rasulullah—di surga, dimana ia juga akan bertemu dengan para
sahabat lainnya yang sudah mendahuluinya. Muhammad
kekasihnya akan menunggu di sana. Ia akan menyapanya;
menjabat tangannya dan membersihkan tubuhnya, rambut
keritingnya, dan pakaiannya dari debu-debu gurun Siffin seperti dulu
Rasulullah juga membersihkan rambut keriting Ammar dan wajah
Ammar yang bercahaya dari debu Madinah ketika ia tergeletak di
dalam sebuah parit.
Dengan mengayunkan pedangnya ke kanan dan ke kiri, Ammar
merangsek maju. Ia sepertinya tidak peduli lagi dengan bahaya
yang sedang mengancam dirinya. Kepala dan wajahnya sudah
tertutup oleh darahnya sendiri. Debu juga sudah menyelimuti kepala
dan wajahnya itu, sehingga ia hampir-hampir tidak dikenali oleh
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 10
orang-orang. Pada saat itulah, seorang prajurit dari Syria,
membidikkan sebuah tombak pada dirinya. Kemudian ia
melontarkan tombak itu dan tepat mengenai jantung Ammar bin
Yasir. Ammar terlempar dari kudanya. Ketika ia terjatuh dari kudanya
itulah, Ammar sedang mengenakan mahkota kesyahidan di
kepalanya. Dan dengan mahkota kesyahidan yang berkilauan itu
Ammar bin Yasir memasuki pintu keabadian di surga. Ia dibimbing
oleh sahabat-sahabatnya yang telah terlebih dahulu mendahuluinya
di sana. Ia dibimbing untuk segera berjumpa dengan Allah dan
RasulNya.
Dua orang prajurit bayaran dari Syria segera menemui Mu‟awiyah.
Mereka satu sama lain saling mengaku bahwa dirinyalah yang telah
melemparkan sebuah tombak yang mengenai Ammar bin Yasir.
Mereka berdua begitu bersemangat untuk mendapatkan hadiah
dari Mu‟awiyah atas “jasa” mereka karena telah membunuh Ammar
bin Yasir. Amr bin Aas ada bersama Mu‟awiyah pada waktu itu dan
ia berkata kepada mereka berdua: “Mengapa kalian berdua begitu
bersemangat untuk terjun ke dalam api neraka?”
Dua orang sejarawan dan sekaligus ahli hadits telah mencatat
sebuah hadits berupa ramalan Rasulullah bahwa Ammar bin Yasir
akan dibunuh oleh orang-orang sesat.
Catatan Sir John Glubb
Sir John Glubb mencatat:
“Ketika orang-orang Muslim pertama di kota Madinah
terancam oleh orang-orang Qurays—yang akhirnya berhasil
diusir dengan menggali sebuah parit (dalam Perang
Khandaq)—Ammar bin Yasir sudah berlumuran debu dan
tanah. Rasulullah sendiri melihat hal itu dan ia datang
memberikan bantuan kepada Ammar. Ia menyeka tanah dan
debu yang menyelimuti tubuh Ammar dan pakaiannya. Sifat
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 11
lembut penuh kasih sayang seperti orang tua kepada anaknya
menyebabkan para pengikutnya sangat setia mengikutinya. Ia
berkata, “Kasihan sekali engkau, ya Ammar! Orang-orang yang
dzalim dan tiran akan membunuhmu.” Tampaknya pada
waktu itu pernyataan Muhammad itu hanya dianggap
candaan saja mengingat para sahabatnya terlalu setia dan
patuh pada Nabi. Akan tetapi pernyataan itu sekarang diingat
orang-orang sebagai ramalan. Pada hari kedua di Perang
Siffin, Ammar dibunuh karena ia membela Ali dan ia pada
waktu itu dilaporkan berteriak-teriak, “Wahai surga! Betapa
dekatnya dirimu dengan diriku.” Teriakan itu begitu
berpengaruh kepada kedua belah pihak yang bertempur di
medan perang karena itu mengingatkan mereka kepada
perkataan Rasulullah tentang kematian Ammar. Pasukan Imam
Ali menjadi sangat bersemangat dalam melakukan
perlawanan terhadap pasukan Mu’awiyah. Itu disebabkan
oleh ramalan Rasulullah bahwa orang-orang yang akan
membunuh Ammar itu adalah orang-orang sesat.5”
(LIHAT: “The Great Arab Conquests, London, hal. 326, thn. 1963)
Sir John Glubb sendiri sebenarnya sudah melakukan kesalahan
dengan mengatakan bahwa Rasulullah “bercanda” karena
Rasulullah jelas-jelas tidak bercanda pada waktu itu. Tidak ada
alasan untuk bercanda bagi beliau pada waktu itu. Rasulullah benar-
benar serius ketika ia mengabarkan bahwa Ammar itu akan dibunuh
oleh orang-orang sesat.
Kematian Ammar memberikan pengaruh yang sangat mendalam
baik kepada kawan maupun lawan dan itu sekaligus memberikan
sebuah pandangan pada kedua belah pihak. Pasukan Irak
(pasukannya Imam Ali) sekarang mendapatkan semangat baru
5
Berarti pasukan Imam Ali berada di dalam kebenaran dan mereka sedang memerangi kesesatan
(pen.)
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 12
karena mereka merasa lebih yakin lagi karena mereka sekarang
bergabung dengan pasukan yang beserta kebenaran6. Pada waktu
yang bersamaan, pasukan Syria berkecamuk dalam kebimbangan.
Beberapa dari mereka berhenti dan tidak melanjutkan peperangan,
diantara mereka yang berhenti berperang adalah Amr bin Aas
sendiri. Puteranya yang bernama Abdullah berkata kepadanya:
“Pada hari ini kita telah membunuh seseorang yang wajahnya
pernah dibersihkan oleh Rasulullah dari debu-debu yang
melekat. Dan ia telah diberitahu olehnya bahwa ia akan
dibunuh oleh sekelompok orang jahat.”
Amr bin Aas menyebutkan hadits Rasulullah tersebut kepada
Mu‟awiyah seraya berkata:
“Sekarang jelaslah sudah bahwa kitalah orang-orang yang
bersalah itu.”
Mu‟awiyah memerintahkan Amr bin Aas untuk diam dan tidak
berkata lagi tentang hal itu karena takut hadits itu didengar orang-
orang. Dan ia memerintahkan agar dikabarkan bahwa Ammar itu
sebenarnya dibunuh oleh Imam Ali karena Imam Ali-lah yang sudah
membawa Ammar ke medan perang itu.
Salah seorang sahabat Nabi yang ikut bersama dengan pasukan
Mu‟awiyah dengan hati-hati mengomentari pandangan
(Mu‟awiyah) yang mengatakan bahwa apabila Imam Ali disalahkan
sebagai pembunuh Ammar hanya karena dialah yang telah
membawa ke medan perang bersamanya, maka itu sama saja
dengan mengatakan bahwa Muhammad-lah yang telah membunuh
Hamzah karena Muhammad-lah yang telah membawa Hamzah ke
medan perang bersamanya (di Perang Uhud—pen).
6
(pasukannya Imam Ali—pen)
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 13
Ketika Imam Ali mendengar bahwa Ammar terbunuh di dalam
peperangan, maka ia kemudian membacakan sebuah ayat suci Al-
Qur‟an (QS. Al-Baqarah: 156) sebagai berikut:
“ ‫إنا‬‫هلل‬‫وإنا‬‫إليه‬‫راجعون‬ ……”
“Dari Allah kita berasal dan kepadaNya-lah kita kembali”
Kematian Ammar begitu mengguncang Imam Ali. Keduanya sudah
menjalin ikatan persahabatan sejak peristiwa dimana Ammar dan
kedua orang tuanya7 disiksa oleh kaum Qurays karena mereka
sekeluarga sudah memeluk Islam. Pada waktu itu Muhammad ar-
Rasulullah mencoba menghibur mereka. Sekarang Rasulullah sendiri
sudah lama meninggal dunia dan tidak bisa lagi menghibur mereka.
sekarang ditambah lagi dengan Ammar yang sudah meninggalkan
dunia ini ……… meninggalkan Imam Ali sendirian. Imam Ali diliputi
kesedihan yang mendalam dan ia merasakan kesepian yang amat
mencekik.
Imam Ali dan para sahabatnya menshalati jenazah Ammar bin
Yasir—kekasih Allah, sahabatnya Muhammad dan seorang syuhada
di Siffin. Setelah itu Ammar dikebumikan.
Seperti kedua temannya—yaitu Rasulullah Muhammad dan Imam
Ali—Ammar juga sudah bertempur dengan orang-orang Qurays
selama sepanjang hidupnya. Dulu orang-orang Qurays pernah
membunuh kedua orang tuanya dan sekarang mereka
membunuhnya.
Tiga orang anggota keluarga Yasir telah mendapatkan mahkota
kesyahidannya masing-masing.
Ketika Imam Ali bersedih atas meninggalnya Ammar, Mu‟awiyah
sedang bersukan cita atas kematiannya itu. Mu‟awiyah seringkali
berkata bahwa Ammar itu adalah salah satu tangan dari dua
7
Yasir dan Sumayah
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 14
tangan Imam Ali (tangan lainnya ialah Malik ibn Asytar). Dan
Mu‟awiyah sekarang sedang menyombong-nyombongkan
keberhasilannya dalam menebas salah satu tangan Imam Ali itu.
Ketika perang kembali diteruskan, dua orang putera Hudzaifah ibn al-
Yaman yaitu: Sa‟id dan Safwa. Keduanya syahid terbunuh oleh
pasukan Syria. Do‟a ayah mereka (Hudzaifah ibn al-Yamani) terkabul
sudah dimana di dalam do‟anya ia mendo‟akan kedua anaknya itu
syahid karena bertempur di pihak Imam Ali.
Beberapa hari sudah berlalu dan mereka masih berada dalam
kesulitan ekonomi dan serba kekuarangan karena peperangan masih
berkecamuk. Di dalam beberapa peperangan kecil ini, Imam Ali
kembali menderita kehilangan yang besar. Dua orang sahabat Nabi
yang setia sudah terbunuh lagi dalam peperangan itu. Salah satu
dari mereka bernama Khuzaima ibn Tsabit Ansari (ia adalah seorang
sahabat yang kesaksiannya sebanding dengan kesaksian dua orang
laki-laki). Sahabat Nabi yang lainnya ialah Oways al-Qarni. Oways al-
Qarni sendiri sudah tiba di tempat peperangan itu dan ia datang dari
daerah Yaman dan ia bertemu dengan Ali untuk pertama kalinya di
malam hari ketika Perang Basrah (Perang Unta) sedang berkecamuk.
Kerinduan Khuzaimah dan Oways al-Qarni untuk mendapatkan
kesyahidan di dalam Islam. Mereka akhirnya mendapatkan
kesyahidan itu di dalam Perang Siffin.
Kematian Khuzaimah dan Oways al-Qarni itu sangat menyakitkan
bagi Imam Ali sehingga ia mengirimkan sebuah surat kepada
Mu‟awiyah agar ia keluar dan mau berduel satu lawan satu dan oleh
karena itu bisa menyelamatkan ribuan kaum Muslimin yang
berguguran di kedua belah pihak. Mu‟awiyah tentu saja tidak mau
menanggapi ajakan itu. Tampaknya Mu‟awiyah hanya memiliki
keculasan dan kelicikan politis saja dan ia sama sekali tidak memiliki
keberanian atau sifat ksatria di dalam dirinya.
Korban berjatuhan banyak sekali di kedua belah pihak akan tetapi
hasil dari peperangan itu belum tampak juga. Imam Ali melihat hal ini
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 15
berdampak buruk bagi mental dan moral pasukannya dan oleh
karena itu ia memutuskan untuk mengatasi masalah itu. Pada suatu
malam ia memanggil Abdullah ibn Abbas yang merupakan
penasihat utamanya. Ia juga memanggil Malik Ibn Asytar yang
menjadi kepala pasukannya untuk mencari sebuah solusi yang bisa
mengatasi masalah itu. Mereka bersama berusaha untuk membuat
sebuah strategi yang baru untuk membawakan kemenangan
kepada pasukannya.
Pada hari berikutnya, Imam Ali dan Malik al-Asytar berencana akan
menyerang musuh secara terus menerus. Satu serangan akan
diarahkan dari sebelah kanan dan serangan lainnya di sebelah kiri
pasukan musuh. Mereka akan menyerang dengan koordinasi yang
rapi dan tingkat ketepatan yang tinggi. Kedua pasukan (yang dari
kanan dan dari kiri) akan menyerang dengan arah menggunting
musuh dan kemudian bertemu di tengah-tengah. Malik bin Asytar
akan memimpin serangan dan memukul musuh untuk menyerah dan
takluk.
Setelah menunaikan shalat malam, Imam Ali berpidato di depan
para prajuritnya sebagai berikut:
“Wahai kaum Muslimin! Esok hari kalian akan bertempur dalam
pertempuran yang paling menentukan. Oleh karena itu,
habiskanlah malam ini dengan ibadah-ibadah kepada Allah
sang maha-pencipta. Carilah ampunanNya, dan berdo’alah
kepadaNya agar diberikan ketabahan dan kemenangan. Dan
esok hari buktikanlah kepada setiap orang bahwa kalian itu
para sahabat keadilan dan kebenaran.”
(LIHAT: Kamil ibn Athir, Tarikh, vol. III, halaman 151)
PERANG LAYLATUL HARIR
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 16
Pada keesokan harinya, Imam Ali dan Malik al-Asytar menaiki
kudanya dan memacu kudanya di depan pasukan Syria seraya
melihat penempatan pasukannya. Mereka sudah melakukan
perubahan kecil di sana-sini semuanya siap-siap untuk berperang
dan setelah ada tanda dari Imam Ali, Malik al-Asytar mulai
melancarkan serangan di sebelah sayap kanan pasukan musuh.
Pasukan Syria memiliki jumlah pasukan dan perlengkapan senjata
yang jauh lebih unggul dibandingkan dengan pasukan Malik al-
Asytar; dan para jenderal pasukannya mencoba sekuat tenaga
untuk menggunakan keunggulan ini. Ketika Malik al-Asytar
menyerang, mereka juga membalas dengan sengitnya.
Malik al-Asytar bertempur habis-habisan sepanjang hari. Biasanya,
kedua belah pihak akan berhenti bertarung ketika matahari
terbenam, dan kemudian kembali ke tenda-tenda mereka untuk
mendirikan shalat dan untuk beristirahat akan tetapi hari itu Malik al-
Asytar menolak untuk kembali ke tendanya. Ia juga tidak
membiarkan pasukan Syria kembali ke tenda-tenda mereka. Malik al-
Asytar memaksa mereka bertahan di medan perang.
Setelah beristirahat sejenak untuk melakukan shalat, Malik al-Asytar
kemudian kembali melancarkan serangannya kearah pasukan Syria.
Serangan kali ini begitu hebatnya sehingga pasukan Syria terpukul
mundur dan lari kocar-kacir seperti biri-biri di padang rumput. Setelah
shalat malam, Imam Ali juga kembali ke medan perang, dan mulai
menyerang sayap kanan pasukan Syria. Pasukan Syria diserang dari
dua sayap digempur habis-habisan. Pasukan Imam Ali dan pasukan
Malik al-Asytar membunuhi banyak sekali prajurit Syria. Pasukan Syria
dicekam ketakutan. Barisan pasukan mereka mulai goyah dan tidak
lagi bisa memberikan perlawanan sengit. Raungan, jeritan, tangisan
dari pasukan Syria yang terluka dan yang sedang sekarat terdengar
di sana-sini. Dentingan senjata yang beradu nyaring sekali
terdengar—besi beradu besi. Pedang Malik al-Asytar yang bermata
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 17
dua terayun-ayun membelah pasukan Syria. Teriakan Allahu Akbar,
memenuhi angkasa di tengah-tengah gurun pasir yang luas.
Malik al-Asytar itu sangat berani dan tidak mengenal rasa takut
sedikitpun. Di mata musuh-musuhnya, ia tampak perkasa dan sangat
cerdas. Ia mirip mesin perang yang tangguh yang sengaja dibuat
oleh sang maha-pengatur dan maha-pemelihara. Kemanapun ia
memacu kudanya, kemenangan selalu bersamanya.
Dalam pertempuran yang sangat berdarah-darah ini, Khalifah yang
hak—Imam Ali bin Abi Thalib—memperlihatkan karakter yang kuat. Ia
penuh dengan rasa kemanusiaan yang tinggi di satu sisi, tapi juga
keberanian yang tiada banding di sisi yang lain. Pasukannya sangat
disiplin; mereka menunggu dulu serangan musuh yang pertama dan
sama sekali tidak tergerak untuk melakukan serangan lebih dulu.
Ketika mereka menyerang dan musuh menyerah satu per satu;
musuhnya sama sekali tidak dianiaya. Tubuh-tubuh jenazah pasukan
musuhpun dihormati; tidak ada yang dimutilasi, tidak ada yang
diperlakukan secara keji.
Kehormatan kaum wanita dan tahanan lainnya dijunjung tinggi dan
diperlakukan secara mulia tanpa ada yang disakiti, tanpa ada yang
dicemarkan sama sekali. Khalifah Ali bin Abi Thalib sangat pema‟af
dan malah ia memberikan kesempatan bagi pasukannya hanya
untuk menaklukan musuh dalam satu kali peperangan saja agar
banyak nyawa kaum Muslimin yang terselamatkan. Sedangkan
musuh-musuhnya menganggap bahwa nyawa yang melayang di
dalam pertempuran itu sebagai sesuatu yang wajar dan tidak bisa
dielakan walaupun nyali mereka sudah ciut mengkerut. Barisan-
barisan pasukan Syria hancur porak poranda dengan serangan
seorang pahlawan yang mengendarai seekor kuda belang. Barisan
itu terbelah dengan kekuatan dasyhatnya diiringi sabetan pedang
bermata duanya. Setiap kali ayunan pedangnya kearah kaum
pemberontak itu, setiap kali itu pula ia berteriak “Allahu Akbar”. Di
tengah hiruk pikuk pertempuran malam itu, ia kurang lebih berteriak
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 18
“Allahu Akbar” sebanyak 400 kali dengan teriakan yang sama
kuatnya, sama membahananya; bergaung di bukit-bukit yang ada di
padang pasir itu (LIHAT: The Decline and Fall of the Roman Empire—
Edward Gibbon).
Pahlawan yang menyeruak ke tengah-tengah pasukan Syria itu
adalah Malik al-Asytar. Baru setelah ia membunuh begitu banyak
orang—pasukan pemberontak dari Syria—Malik al-Asytar mulai
kehilangan selera untuk membunuh lebih banyak lagi anggota
pasukan musuh. Ia sekarang mulai mencari-cari komandan pasukan
yang menggerakan pasukan itu.
Di dalam Perang Basrah atau Perang Unta atau Perang Jamal seperti
yang dikenal di dalam sejarah, Malik al-Asytar menyudahi
peperangan dengan membunuh unta yang dikendarai oleh „Aisyah.
Pertempuran berakhir ketika komandan pasukannya ditaklukan dari
punggung unta. Sekarang Malik al-Asytar memiliki niat yang sama. Ia
hendak membunuh atau menangkap Mu‟awiyah sebagai otak dari
pemberontakan terhadap Khalifah yang hak—Imam Ali bin Abi
Thalib. Dengan itu, ia hendak mengakhiri perang yang dasyhat ini
untuk menyelamatkan korban yang jauh lebih banyak lagi. Dengan
naluri seorang pemburu, ia mulai mencari mangsanya itu.
Malik al-Asytar memacu kudanya memecah genangan darah dan
gelimpangan tubuh-tubuh tak bernyawa dari para prajurit Syria yang
tidak bisa ia hindari karena banyak sekali jumlahnya bertebaran di
sana-sini. Siapapun yang menghalangi dirinya di jalan, maka
nasibnya sudah jelas. Ia akan ditebas impas tuntas.
Mu‟awiyah sekarang bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri
bahwa bahaya yang sangat potensial sedang mendekat kearah
dirinya. Yang sangat ia takuti yang sekarang sedang mendekat
sebenarnya bukan Malik al-Asytar—anak buah dari Imam Ali—
melainkan malaikat maut yang siap menjemput. Tanah yang keras
yang dipijaknya terasa seolah-olah menjadi lembek dan menjadi
pasir hisap yang siap-siap menenggelamkannya. Para begundal
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 19
yang disewanya—yang sudah dipilihnya sendiri dengan
memperhatikan keberaniannya, kekuatannya, dan pengabdiannya
kepada dirinya maupun keluarganya—terlihat sangat rapuh dan
lembek ketika berhadapan dengan Malik al-Asytar. Mereka semua
tidak bisa mencegah dan menghambat laju Malik al-Asytar yang
sedang mendekati mangsanya itu. Satu-satunya yang bisa mereka
lakukan ialah mempersiapkan seekor kuda segar yang dipersiapkan
untuk Mu‟awiyah kabur dari tempat peperangan itu.
Kabur dalam kegelapan malam yang secara sempurna berhasil
menyembunyikannya.
Di tengah kekalutan dan kegalauan yang mencekam itu, Mu‟awiyah
menemui Amr bin Aas. Ia berkata:
“Apakah masih ada harapan bagi kita untuk menyelamatkan
nyawa kita? Apakah tempat gersang yang menyeramkan ini
ditakdirkan menjadi kuburan kita? Apakah engkau masih
menginginkan Mesir?8 Kalau engkau masih menginginkan
Mesir, maka pikirkanlah sebuah tipu muslihat untuk menjebak
Malik atau orang lain agar mereka bisa dibunuh dalam
beberapa saat.”
Naluri Amr bin Aas untuk bertahan hidup itu sangat tinggi. Ia bisa tiba-
tiba muncul idenya hampir di dalam setiap kesempatan ketika ia
terdesak. Dan pada saat itu, ia memang sudah siap-siap dengan
sebuah tipu muslihat. Tipu muslihat Amr bin Aas itu direncanakan
bukan saja untuk melawan si penyerang akan tetapi juga untuk
merebut kemenangan dari si penyerang tersebut!
Perang yang diikuti Malik al-Asytar pada malam itu dikenal di dalam
sejarah sebagai Perang “Laylatul Harir”. Perang itu adalah puncak
peperangan di padang Siffin yang terletak di tepian sungai Efrat.
8
Apakah engkau masih berhasrat untuk menjadi pemimpin di Mesir?
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 20
Perang itu juga merupakan puncak karir politik dan militer bagi Imam
Ali dan Malik al-Asytar seperti yang akan kita lihat sebentar lagi.
Semenjak Imam Ali meminta bai‟at kesetiaan dari Mu‟awiyah (karena
Ali sudah ditunjuk umat sebagai khalifah yang hak), semenjak itu pula
Mu‟awiyah membuka perang psikologis terhadap Imam Ali. Salah
satu senjata Mu‟awiyah yang paling jitu dalam perang psikologis itu
adalah emas.9 Ibunya Mu‟awiyah—yaitu Hindun—seringkali
menggunakan jebakan seks sebagai senjatanya ketika ia ikut
berperang di dalam Perang Uhud. Dengan menggunakan rayuan
emas, Mu‟awiyah berhasil untuk merayu para pejabat senior dalam
barisan pasukan Irak (pasukannya Imam Ali). Mereka bahkan
bersedia untuk berperang bersama pasukan Mu‟awiyah—dan di
pihak Mu‟awiyah—untuk memerangi Imam Ali. Mu‟awiyah bukan
saja menjanjikan mereka dengan emas dan perak akan tetapi juga
menjanjikan kedudukan bagi mereka sebagai gubernur di berbagai
macam provinsi dan atau menjanjikan mereka kedudukan di dalam
pasukan Mu‟awiyah sebagai para komandan senior. Dan itu semua
bisa mereka raih secara mudah kalau mereka mau mengkhianati
Imam Ali. Akhirnya mereka memang mengkhianati Imam Ali pada
saat-saat yang paling menentukan.
Saat yang menentukan itu akhirnya tiba juga. Serangan Malik al-
Asytar yang dasyhat sudah memukul mundur pasukan Syria dan
membuat mereka tidak berdaya dan putus asa. Harapan mereka
satu-satunya ialah menyelamatkan diri dalam kegelapan malam
yang mungkin bisa menyembunyikan mereka supaya mereka bisa
luput dari penglihatan Malik al-Asytar.
Malik al-Asytar yang merasa bahwa ia sudah hampir bisa membunuh
atau menangkap Mu‟awiyah dan Amr bin Aas, tidak sadar bahwa
keduanya sedang mempersiapkan senjata rahasia yang bisa
9
Banyak sekali pengikut Imam Ali yang tergoda untuk menyeberang menjadi pengikut Mu’awiyah
karena tergiur oleh tumpukan emas dan harta lainnya yang ditawarkan kepadanya.
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 21
menyelamatkan nyawa mereka di satu sisi dan membuat bingung
lawan di sisi lainnya. Senjata Mu‟awiyah itu berjalan secara diam-
diam tapi menghanyutkan dan sangat efektif. Ia menebar bibit-bibit
pengkhianatan di dalam pasukan Irak (pasukan Imam Ali). Bibit
pengkhianatan itu akhirnya muncul di dalam Perang Laylatul Harir!
Malik al-Asytar waktu itu sedang memukul-mukulkan pedangnya
kearah pasukan Syria ketika Amr bin Aas memerintahkan pasukannya
untuk mengusung al-Qur‟an di ujung tombak-tombak mereka
sebagai tanda bahwa mereka akan menjadikan al-Qur‟an itu
sebagai hakim; mereka ingin menjadikan al-Qur‟an untuk
memutuskan perkara diantara mereka.
Para pejabat tinggi yang ada di dalam pasukan Irak yang sudah
dibeli oleh Mu‟awiyah—dan sudah siap-siap untuk “menunaikan
tugas dari tuannya”—sedang menunggu aba-aba. Ketika mereka
melihat al-Qur‟an di atas tombak-tombak, para pejabat tinggi itu
menyarungkan kembali pedang-pedang mereka dan mereka
berhenti berperang. Hal itu tentu saja mengejutkan Imam Ali,
Abdullah bin Abbas, dan serombongan pejabat setia lainnya.
Abdullah Ibn Abbas sendiri melihat sekilas al-Qur‟an yang tertancap
di ujung tombak dan ia segera mengerti apa yang sedang terjadi. Ia
berkomentar tentang hal itu sebagai berikut:
“Pertempuran telah selesai sekarang; pengkhianatan sudah
dimulai.”
Dan itulah yang memang sedang terjadi pada waktu itu. Mu‟awiyah
dan Amr bin Aas tadinya melancarkan peperangan bersenjata dan
mereka kalah dalam perang itu. Sekarang mereka melancarkan
pengkhianatan, dan seperti nantinya kita lihat, mereka berhasil
memenangkannya! Laki-laki pertama di dalam barisan pasukan Irak
ialah Ash‟ath bin Qays. Puterinya juga seorang pengkhianat. Puteri
dari Ash‟ath bin Qays ialah Ju‟dah dan nantinya ia akan membunuh
Hasan Ibn Ali (cucu Nabi) dengan racun yang mematikan. Ash‟ath
bin Qays itu adalah salah seorang pemimpin kaum pengkhianat di
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 22
barisan pasukan Irak. Ia pergi menemui Imam Ali seraya berkata
kepadanya:
“Orang-orang Syria tidak mau lagi melihat darah tertumpah
diantara kaum Muslimin. Mereka ingin menjadikan Kitabullah
sebagai hakim yang adil diantara mereka dan kita. Oleh
karena itu, kita tidak boleh memeranginya lagi.”
Para pemimpin dari suku-suku lainnya yang juga berada bersama
Mu‟awiyah berhenti berperang meniru perbuatan Ash‟ath bin Qays.
Kemudian perbuatan para pemimpin suku itu diikuti oleh anggota-
anggota sukunya (atau para pengikut pemimpinnya sendiri-sendiri).
Mereka berhenti berperang. Karena mereka semua berhenti
menyerang, maka pasukan garda depan hampir semuanya tidak
lagi berperang. Hanya satu skuadron tentara saja yang masih
berperang. Tentara itu ialah pasukan dari Malik al-Asytar. Mereka
masih menyerang pasukah orang-orang Syria.
Para pengkhianat di kalangan pasukan Imam Ali (pasukan Irak) tidak
sadar dan tidak memahami bahwa Mu‟awiyah dan Amr bin Aas
sebenarnya tidak menghormati al-Qur‟an sama sekali. Karena kalau
mereka memang menghormati al-Qur‟an dan hendak
menggunakan al-Qur‟an sebagai hakim diantara mereka, maka
mereka akan melakukan itu jauh sebelum peperangan terjadi atau
ketika peperangan sedang berkecamuk dasyhat. Para pengkhianat
dalam pasukan Irak itu tidak pula sadar bahwa Mu‟awiyah dan Amr
ibn Aas baru menggunakan al-Qur‟an sebagai hakim setelah mereka
kalah dalam perang dan takut akan terbunuh di dalam perang.
Mereka baru menggunakan al-Qur‟an untuk tipu muslihat setelah
pasukan mereka kocar-kacir bertemperasan kesana kemari.
Ash‟ath bin Qays tiba-tiba seolah-olah merasa dikuasai oleh rasa
cintanya terhadap nyawa-nyawa kaum Muslimin dan oleh karena itu
ia lalu mengambil al-Qur‟an itu dan ia kemudian berdiri menghadap
pasukannya seraya berkata:
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 23
“Wahai kaum Muslimin! Paksalah Ali untuk menerima Kitabullah
sebagai hakim diantara kita! Hentikanlah peperangan ini untuk
mencegah darah tertumpah lebih banyak.”
Ash‟ath baru peduli dengan darah-darah kaum Muslimin hanya
setelah ia melihat bahwa Imam Ali akan memenangkan perang
(padahal ia berada dalam pasukan Imam Ali dan kemudian ia
mengkhianati Imam Ali). Apabila Imam Ali menang dalam perang itu,
Ash‟ath merasa bahwa itu tidak akan mengubah dirinya lebih kaya
atau lebih baik. Akan tetapi kalau Imam Ali kalah dalam perang itu,
atau kalau Imam Ali tidak berhasil memberangus Mu‟awiyah dan
Amr ibn Aas, maka Ash‟ath tentunya akan mendapatkan kekayaan
yang berlimpah sebagai balas jasa dari Mu‟awiyah. Jadi
“kepeduliaannya” terhadap darah dan nyawa kaum Muslimin
hanyalah “kepedulian” yang palsu saja. “Kepedulian” Ash‟ath yang
sesungguhnya ialah kepedulian terhadap kekayaan yang dijanjikan
oleh musuh-musuh Tuhan.
Pada saat itu, tiba-tiba saja, Imam Ali dikepung oleh para pemimpin
pasukannya yang berasal dari suku-sukunya masing-masing. Mereka
semua meminta Imam Ali untuk mengakhiri pertempuran melawan
pasukan Syria yang menurut mereka, pada saat itu, Imam Ali-lah
yang harus bertanggung jawab untuk mengakhiri pembunuhan
kaum Muslimin. Imam Ali balik memperingatkan anak-anak buahnya
itu (yang sekarang menjadi para pengkhianat) bahwa mereka
sedang ditipu oleh musuh sekaligus memperingatkan mereka bahwa
mereka harus mengejar kemenangan yang sudah ada di depan
mata. Ia juga menyebutkan bahwa ajakan untuk berhakim kepada
Kitabullah itu hanyalah membuat mereka jauh dari kemenangan
sedangkan pihak musuh mendapatkan keuntungan yang sangat
besar. Mereka akan terbebas dari kekalahan dan kematian.
Akan tetapi rupanya rayuan emas perak dan jabatan dari
Mu‟awiyah jauh lebih menggiurkan daripada apa-apa yang
diucapkan oleh Imam Ali. Para pengkhianat itu keras kepala dan
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 24
bersifat kurang ajar kepada Imam Ali. Mereka dengan beraninya
malah menyuruh Imam Ali untuk memanggil Malik al-Asytar dari
medan peperangan dan menyuruhnya untuk mengadakan
gencatan senjata secepatnya. Imam Ali terlihat ragu-ragu karena
segera ia juga menyadari bahwa ia tidak lagi memiliki pilihan. Ia
dihadapkan pada pembangkangan para pengikutnya di satu sisi; di
sisi lain ia harus memenangkan pertempuran itu demi Islam yang
harus ia jaga kemurniannya sampai kapanpun. Pilihan apapun yang
ia ambil bakal berdampak besar terhadap Islam. Ia dengan sangat
berat hati mengirim seseorang untuk menyuruh Malik al-Asytar
kembali dari medan perang. Malik al-Asytar waktu itu sedang asyik
memerangi sisa-sisa tentara Syria sehingga ia tidak sadar bahwa
pasukan yang dipimpinnya sendiri sudah tidak lagi berperang. Oleh
karena itu, ia menyuruh utusan Imam Ali agar kembali karena ia
sedang sibuk di medan pertempuran menunaikan tugasnya. Ia
menolak untuk mengakhiri tugasnya yang ia anggap belum selesai.
Malik al-Asytar nanti segera menyadari bahwa pedang bermata
duanya itu—yang sudah membunuhi pasukan Syria hingga hampir
tak bersisa—sama sekali tidak berdaya dihadapan senjata baru yang
dibuat oleh Mu‟awiyah dan Amr Ibn Aas yaitu senjata bermata dua:
tipu muslihat dan pengkianatan!
Ketika mata-mata Mu‟awiyah dan orang-orang sewaannya (yang
sedang berada di tenda Imam Ali) mendengarkan jawaban Malik al-
Asytar, mereka berkata bahwa apabila Malik al-Asytar tidak mau
kembali dari peperangan segera, maka mereka mengancam akan
menahan Imam Ali dan akan menyerahkannya kepada Mu‟awiyah.
Pada waktu itulah Imam Ali memperlihatkan rasa kecemasan dan
kegalauannya kepada Malik al-Asytar yang sudah diberitahu bahwa
apabila ia tidak kembali ke tenda Imam Ali sesegera mungkin, maka
ia tidak akan bisa lagi melihat Imam Ali.
Malik al-Asytar menahan amarahnya. Giginya gemerutuk berbunyi
keras. Ia sekarang mengalami kenyataan yang menggetirkan:
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 25
buruan yang sedang diburunya selama ini harus lepas dari tangan. Ia
datang dan masuk ke tenda Imam Ali dengan amarah yang masih
sangat tinggi. Ingin sekali dirinya membunuhi para pengkhianat yang
telah mengkhianati Imam Ali. Akan tetapi di sisi lainnya ia juga
merasakan bahwa Imam Ali sendiri sedang di dalam marabahaya.
Para pengkhianat yang jumlahnya banyak sekali itu semuanya
dalam keadaan siap siaga. Tangan-tangan mereka mengepal erat
menggenggam pedangnya masing-masing. Ketika Malik al-Asytar
berteriak keras kepada mereka menyebutkan bahwa mereka bodoh
dan sudah berkhianat kepada Imam Ali, mereka serentak maju
mendekati Malik al-Asytar dengan menghunus pedangnya masing-
masing. Akan tetapi Imam Ali cepat-cepat menengahi mereka dan
berkata kepada para pengkhianatnya:
“Kalian boleh saja tidak lagi berperang dengan musuh-
musuhmu akan tetapi setidaknya engkau tidak memerangi
sahabat kita yang terbaik.”
Imam Ali tidak ingin Mu‟awiyah melihat pertempuran berlangsung di
dalam tendanya.
Perang Siffin berakhir sudah. Mu‟awiyah memang tidak berhasil
berkuasa; tidak berhasil memenangkan pertempuran. Akan tetapi ia
berhasil memberikan pengaruh yang luas kepada pasukan Imam Ali.
Sementara di pihak Imam Ali, Imam Ali tidak jadi meraih
kemenangan. Kemenangan yang sudah ada di tangan sekarang
melayang; malahan ia harus menjadi pihak yang bertahan, agar
tidak menemui kekalahan dari pihak Mu‟awiyah. Gencatan senjata
yang terjadi di kedua belah pihak itu menandai awal dari kekalahan
politis.
Setelah gencatan senjata dimulai, dicapailah kesepakatan di kedua
belah pihak bahwa perang saudara diantara kaum Muslimin harus
diakhiri, dan hal itu harus disepakati oleh kedua belah pihak. Tidak
boleh satu orang pun yang tidak sepakat atas kesepakatan itu.
Disepakati juga oleh kedua belah pihak bahwa setiap keputusan
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 26
yang diambil dalam kesepakatan itu harus sesuai dengan
“Kitabullah”. Mu‟awiyah menunjuk Amr bin Aas sebagai arbitrator10
dari pihak pasukan Mu‟awiyah. Sedangkan kaum pengkhianat di
dalam barisan Imam Ali menunjuk Abu Musa al-Asy‟ari untuk mewakili
sebagai arbitrator pasukan Irak.
Abu Musa itu orangnya tidak cerdas dan juga tidak patuh dan ta‟at
serta kesetiaannya kepada Imam Ali itu diragukan banyak pihak.
Nantinyq, iq segera saja menunjukkan sifat-sifatnya itu. Ketika ia
bernegosiasi berhadapan dengan Amr ibn Aas, ia kelihatan sama
sekali tidak cakap dan tidak terampil dalam berdiskusi dan berdebat.
Sementara itu Imam Ali menolak Abu Musa dan ia lebih memilih
Abdullah bin Abbas atau Malik ibn Asytar sebagai arbitrator. Akan
tetapi keduanya tidak disetujui oleh Mu‟awiyah dan antek-anteknya
yang ada di barisan Imam Ali (diantara pasukan Irak) seperti Ash‟ath
ibn Qays dan yang lainnya. Mereka sendiri menolak Abdullah ibn
Abbas dan Malik Ibn Asytar dengan alasan mereka lebih
menginginkan orang yang lebih “imparsial” atau “non-partisan” yang
bisa kemana-mana; yang luwes dan supel; dan oleh karena itu,
mereka lebih menginginkan Abu Musa karena mereka melihat Abu
Musa lebih cocok untuk mereka.
Ali kemudian berkata kepada mereka (kaum pengkhianat dari
barisannya): “Kalau begitu, mengapa kalian tidak keberatan dengan
penunjukkan Amr ibn Aas yang sama sekali tidak “imparsial” dan
tidak “non-partisan”? Mereka menjawab bahwa mereka hanya
bertanggung-jawab atau hanya mengurus urusan mereka saja.
Penunjukkan Amr ibn Aas bukan urusan mereka dan mereka tidak
mau mengurusi itu.
Imam Ali berusaha sekuat tenaga untuk melawan tekanan dari para
pengkhianat itu akan tetapi mereka makin banyak lagi yang
menyeberang ke Mu‟awiyah karena menginginkan harta berupa
10
Juru damai
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 27
emas dan uang yang berlimpah. Mereka tidak mau berpisah dari
harta yang dijanjikan Mu‟awiyah kepada mereka. Kenyataan yang
sebenarnya ialah memang para pengkhianat itu sudah mengatur
sendiri bahwa yang akan mereka jadikan juru bicara bagi pasukan
Irak itu ialah Abu Musa. Akhirnya, para pengkhianat itu berhasil
mengusung Abu Musa dan memaksa Imam Ali untuk bisa
menerimanya menjadi “juru bicara”.
Ketika surat perjanjian gencatan senjata akan dituliskan, sebuah
kejadian yang mirip dengan kejadian yang terjadi ketika kaum
Muslimin menandatangani perjanjian Hudaybiah terjadi lagi.11
Sekretaris menuliskan kalimat: “Ini adalah kesepakatan antara Ali bin
Abi Thalib, AMIRUL-MUKMININ bersama dengan Mu’awiyah bin Abu
Sufyan ….” Amr bin Aas—juru bicara Mu‟awiyah pada waktu itu—
mengemukakan keberatannya. Ia berkata: “Hapuskan kata-kata
Amirul Mukminin, karena kalau kita mengakui bahwa Ali itu adalah
Amirul Mukminin, maka kita tidak akan mungkin memeranginya.”
Mendengar itu, Imam Ali bin Abi Thalib berkata: “Betapa benarnya
Rasulullah ketika ia meramalkan kejadian ini bakal terjadi. Ketika
Perjanjian Hudaybiah sedang dituliskan, dan aku menuliskan kata-
kata: “Ini adalah perjanjian antara Muhammad Rasulullah dan …”
kemudian para penyembah berhala menghardikku seraya berkata
bahwa seandainya mereka mengakui bahwa Muhammad itu adalah
Rasulullah (utusan Allah), maka mereka tidak akan memeranginya,
dan mereka bersikeras agar kami menghapus kata-kata RASULULLAH
dari surat perjanjian tersebut.”
11
Pada waktu perjanjian Hudaybiah hendak dituliskan, pihak kaum Musyrikin tidak setuju
dituliskannya nama MUHAMMAD dengan gelar RASULULLAH. Mereka berkilah bahwa kalau mereka
setuju nama Muhammad disandingkan dengan gelar Rasulullah, maka itu artinya mereka mengakui
bahwa Muhammad itu memang Rasulullah. Sedangkan mereka memerangi Muhammad itu karena
mereka tidak mempercayai bahwa Muhammad itu adalah seorang Rasulullah. Mereka baru mau
menuliskan perjanjian Hudaybiah itu ketika gelar RASULULLAH dihapuskan dan nama MUHAMMAD
ditulis dengan nama MUHAMMAD BIN ABDULLAH.
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 28
Di dalam penulisan Perjanjian Hudaybiah itu, akhirnya Muhammad
ar-Rasulullah menghapus kata-kata “RASULULLAH” dari surat
perjanjian tersebut; sementara di dalam Perang Siffin, Imam Ali—yang
mengikut langkah Rasulullah dalam perjalanan hidupnya—juga
mengijinkan kata-kata “AMIRUL MUKMININ” untuk dihapuskan dari
surat perjanjian gencatan senjata itu. Akhirnya surat perjanjian
gencatan senjata itu ditanda-tangani dan penanda-tanganan surat
perjanjian itu disaksikan oleh kedua belah pihak. Salinannya disimpan
untuk arsip.
Isi dari surat perjanjian gencatan senjata tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Kedua belah pihak harus mengikuti keputusan yang akan
didasarkan atas Kitabullah (Al-Qur‟an). Apabila mereka tidak
bisa memutuskan dengan Al-Qur‟an, maka mereka akan
memutuskan berdasarkan Sunnah Rasulullah.
2. Keputusan dari kesepakatan perjanjian damai itu, apabila
berdasarkan Kitabullah, maka harus mengikat kedua belah
pihak.
3. Kedua belah pihak harus mengusut sebab-sebab dari
pembunuhan Utsman bin Affan dan perang saudara antara
kaum Muslimin (supaya tidak terjadi lagi hal yang serupa di
masa yang akan datang).
4. Kedua belah pihak harus mengumumkan keputusan yang
sudah disepakati dalam kurun waktu enam bulan dari tanggal
ditanda-tanganinya kesepatakan perjanjian gencatan senjata
itu.
5. Yang terlibat peperangan harus menjaga kesepakatan damai
itu. Mereka semua harus melindungi para juru bicara masing-
masing dimana keduanya harus diberi kebebasan bergerak di
negaranya masing-masing.
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 29
6. Para juru bicara harus bertemu di sebuah tempat perbatasan
diantara Irak dan Syria.
Klausul yang paling penting di dalam kesepakatan tersebut di atas
ialah bahwa para juru bicara atau juru damai atau arbitrator dari
kedua belah pihak itu akan menjadikan Kitabullah sebagai tuntunan
mereka, dan bahwa kedua arbitrator itu tidak akan mendasarkan
keputusan mereka atas hawa nafsu mereka.
Perang Siffin sudah selesai akan tetapi Malik ibn Asytar—yang
kemudian hari dikenal sebagai “Singa yang terbelenggu di kalangan
masyarakat Arab,” menolak untuk menjadi saksi dari penanda-
tanganan surat keputusan damai itu. Ia menganggap surat itu
sebagai dokumen yang buruk, penuh tipu muslihat, dan tidak adil
sama sekali.
R. A. Nicholson menuliskan:
“Sebuah perang dasyhat terjadi di Siffin—sebuah desa di
pinggiran sungai Efrat. Ali sudah benar-benar dekat dengan
kemenangan ketika Mu’awiyah menipu dia dengan sebuah
tipu muslihat yang sangat licik. Ia memerintahkan pasukannya
untuk membawa al-Qur’an di ujung tombak-tombak mereka
seraya berkata, “Ini adalah Kitabullah; marilah jadikan ia
pemutus perkara diantara kita!” Tipu muslihat yang kotor itu
akhirnya memang berhasil. Diantara pasukan Ali ada orang-
orang yang sangat fanatik yang berhasil tergoda oleh ajakan
itu. Mereka serabutan maju ke depan seraya mengancam
untuk mengkhianati pemimpin mereka itu kecuali ia (Ali) mau
bertahkim kepada Kitabullah juga.”
“Sia-sia saja Ali melawan para pembangkang yang ada di
dalam pasukannya; sia-sia juga ia memperingatkan mereka
bahwa itu hanyalah sebuah jebakan yang mereka akan masuk
kedalamnya, padahal kemenangan sudah hampir ada di
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 30
dalam genggaman mereka. Akhirnya Ali tidak memiliki pilihan
lain selain menyerah kepada para pembangkang itu dengan
menunjuk seseorang yang sangat diragukan kepatuhannya,
yaitu Abu Musa al-Asyari—salah seorang sahabat Nabi yang
masih tersisa pada waktu itu. Mu’awiyah sendiri menunjuk
orangnya sendiri yaitu Amr bin al-Aas—yang kelicikannya
menghasilkan manuver yang sangat menentukan.”
(LIHAT: A Literary History of the Arabs, halaman 192; tahun 1969)
Kedua orang arbitrator itu, yaitu Abu Musa Asyari dan Amr bin Aas,
mengumumkan bahwa mereka akan bertemu—6 bulan kemudian—
di Adzruh, untuk memberikan keputusan fatwa berkenaan dengan
pertentangan diantara kedua belah pihak. Imam Ali dan Mu‟awiyah
kemudian mundur dari Siffin untuk menunggu keputusan yang akan
dibuat oleh kedua orang juru bicara itu.
Ketika Imam Ali kembali ke Kufah, ia kembali sibuk bekerja untuk
mengatur kembali pemerintahannya, akan tetapi sayang sekali, ia
harus menuda rencananya itu karena ada pemberontakan baru di
dalam tubuh pasukannya.
Selama Perang Siffin berlangsung, Mu‟awiyah sudah menyemaikan
bibit-bibit pengkhianatan di dalam tubuh pasukan Irak (pasukannya
Imam Ali) seperti yang sudah dijelaskan di atas. Ia melakukan itu
dengan mengiming-imingi anggota pasukan Irak dengan emas dan
perak. Ia juga menjanjikan berbidang-bidang tanah yang luas;
rumah-rumah yang megah; dan pangkat serta kedudukan militer
yang tinggi kepada para tokoh kunci yang ada di barisan Imam Ali.
Semua itu akan menjadi milik mereka kalau mereka mau
mendukungnya.
“Investasi” Mu‟awiyah ini membuahkan hasil yang melimpah bagi
dirinya. Orang-orangnya Imam Ali yang sudah berhasil ia suap sudah
memaksa Imam Ali untuk menghentikan pertempuran dan menerima
gencatan senjata. Dengan cara licik ini, Mu‟awiyah berhasil selamat
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 31
dari bencana dan kematian di Siffin. Orang-orang yang disuap oleh
Mu‟awiyah itu sekarang sedang menunggu dengan penuh harapan
bahwa Mu‟awiyah akan memenuhi janjinya.
Akan tetapi apa lacur, ternyata Mu‟awiyah setelah ia kembali ke
Damaskus, ia merasa bahwa ia tidak sanggup untuk memenuhi
semua janji yang sudah ia obral kepada antek-anteknya yang ada di
dalam pasukan Imam Ali. Oleh karena itu, yang paling mudah bagi
dirinya ialah menyangkal semua apa yang sudah ia janjikan kepada
mereka. Ia berujar bahwa ia sama sekali tidak pernah menjanjikan
apapun juga.
Para pengkhianat di barisan Imam Ali itu baru menyadari bahwa
mereka telah ditipu oleh Mu‟awiyah. Dengan rasa putus asa dan rasa
terhina serta kecewa, mereka kembali berbalik kepada Imam Ali
(yang belum pernah sama sekali mengecewakan mereka dan belum
pernah mengingkari janjinya). Mereka meminta Imam Ali untuk
menggagalkan perundingan damai dan gencatan senjata, serta
sekaligus melancarkan lagi peperangan terhadap Mu‟awiyah. Akan
tetapi Imam Ali menolaknya karena Imam Ali ingin melihat terlebih
dahulu apakah para arbitrator benar-benar akan bertahkim kepada
Al-Qur‟an atau tidak ketika mereka hendak membuat keputusan
sebelum akhirnya nanti Imam Ali memutuskan untuk bertindak.
Akan tetapi para mantan anak buah Mu‟awiyah itu tidak mau
menunggu terlalu lama. Mereka menekan Imam Ali (untuk kesekian
kalinya) agar melancarkan serangan akan tetapi Imam Ali tidak
setuju. Mereka akhirnya meninggalkan pasukan dan menarik kembali
bai‟at yang dulunya mereka berikan kepada Imam Ali. Ada sekitar
12,000 orang pasukan yang menarik bai‟at dari Imam Ali setelah
Perang Siffin berakhir. Mereka akhirnya dalam sejarah dikenal
dengan sebutan kaum Khawarij. Mereka berkumpul di sebuah
tempat yang bernama Harura dimana dari tempat itulah mereka
mulai melakukan berbagai tindak kejahatan. Mereka menjarah
berbagai desa di sekitar mereka. Mereka membunuhi orang-orang
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 32
tidak berdosa dan bukan itu saja ….. mereka juga membunuhi setiap
orang yang tidak setuju dengan pandangan mereka atas sistem
pemerintahan dan pandangan mereka terhadap politik.12
Imam Ali mencoba untuk membujuk kaum Khawarij itu agar mau
kembali ke kota Kufah dan membicarakan perbedaan-perbedaan
yang terjadi diantara mereka dengan dirinya. Imam Ali bisa
menjawab seluruh pertanyaan dan keberatan yang diajukan oleh
kaum Khawarij itu dan beberapa orang dari mereka merasa yakin
dengan jawaban-jawaban Imam Ali dan merasa bahwa Imam Ali
memang berada di pihak yang benar. Oleh karena itu, mereka
memutuskan untuk memperbaharui bai‟at mereka kepada Imam Ali.
Mereka memutuskan untuk setia kepada Imam Ali. Akan tetapi
sebagian besar dari mereka tidak mau menolak kebenaran yang
sudah disampaikan oleh Imam Ali.
Mereka yang menolak berbai‟at kembali kepada Imam Ali itu
menyebutkan bahwa dengan menyetujui untuk memasrahkan
permasalahan kepada Mu‟awiyah itu sama saja dengan
memberikan keputusan kepada seorang manusia yang memiliki
kemungkinan untuk salah yang sangat besar. Berbeda benar dengan
memutuskan perkara berdasarkan Kitabullah. Sementara terhadap
Imam Ali mereka berpendapat bahwa Imam Ali telah “sesat”, dan
hanya “pertobatan” saja yang bisa memberikan dirinya
keselamatan. Jadi baik Mu‟awiyah maupun Imam Ali dianggap salah
oleh kaum Khawarij ini.
Imam Ali masih memberikan toleransi terhadap kesombongan dan
kelancangan kaum Khawarij itu, dengan harapan bahwa mereka
nantinya akan menyadari kesalahan mereka. Akan tetapi ternyata
mereka malah lebih sombong dan lebih kurang ajar lagi terhadap
Imam Ali. Kemudian, para pemimpin Khawarij itu memutuskan untuk
12
Sikap ini ditiru habis-habisan oleh kaum Wahabi/Salafi di jaman moderen ini. Kaum Wahabi/Salafi
akan langsung menganggap setiap orang itu kafir hanya karena mereka memiliki pandangan yang
berbeda walaupun memiliki banyak hujah yang kuat dan didukung oleh fakta yang kuat pula.
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 33
meninggalkan kota Kufah dan mendirikan beberapa markas di
berbagai tempat. Tapi akhirnya mereka memilih sebuah desa yang
disebut Nahrawan untuk markas besarnya. Para pemimpin Khawarij
itu memerintahkan seluruh pengikutnya untuk berkumpul di
Nahrawan. Dari Nahrawan itu kaum Khawarij melancarkan teror ke
seluruh penjuru desa. Mereka melakukan perbuatan yang sangat
berlebihan untuk menutupi perasaan bersalah mereka; perasaan
malu mereka dan perasaan penyesalan mereka.13 Mereka berkeliling
desa—dari desa ke desa—untuk membunuhi orang-orang tanpa
pandang bulu—bahkan mereka tidak memberikan ampunan hatta
pada wanita dan anak-anak tak berdosa. Kemudian setelah itu
kabar segera menyebar bahwa mereka akan menyerang kota
Kufah.
Imam Ali harus bertindak cepat untuk mencegah perbuatan buruk
kaum Khawarij yang bertindak anarkis, melawan hukum secara
terang-terangan. Imam Ali kemudian mendatangi desa Nahrawan
untuk menemui para pemimpin Khawarij. Imam Ali mengumumkan
kepada mereka bahwa apabila mereka mau selamat maka mereka
harus meninggalkan tempat itu, kemudian kembali pulang kampong
dan tinggal secara damai dengan orang lain di daerahnya masing-
masing. Banyak diantara mereka yang menyadari bahwa mereka
memang tidak memiliki alasan sama sekali untuk memerangi Imam
Ali. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk meninggalkan
Nahrawan dan kembali ke rumahnya masing-masing. Akan tetapi
sebanyak 4,000 orang dari mereka masih bandel dan keras kepala.
Mereka malah menuntut Imam Ali untuk “bertobat”14 sebelum
mereka mengakui Imam Ali sebagai pemimpin kaum Muslimin.
13
Mirip sekali dengan orang-orang Salafi/Wahabi di jaman sekarang ini yang suka berlebih-lebihan
dalam segala sesuatu untuk menutupi keburukan mereka kepada orang lain dari madzhab lain dan
atau dari agama lain.
14
Sekali lagi. Ini mirip sekali dengan perbuatan kaum Salafi/Wahabi yang suku menyuruh bertobat
orang-orang yang berbeda pandangan dengan mereka walaupun orang-orang itu memiliki
pandangan yang jauh lebih kuat daripada orang-orang Salafi/Wahabi itu. Kaum Salafi/Wahabi selalu
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 34
Mereka kemudian meneriakkan jeritan peperangan: “Tidak ada
hukum melainkan hukum Allah!” seraya menyerang pasukan Imam
Ali. Meskipun mereka menyerang dengan serabutan dan membabi
buta, serangan mereka tidak begitu banyak berarti di hadapan
pasukan Imam Ali. Akan tetapi ketika pasukan Imam Ali berbalik
menyerang, maka seketika pasukan Khawarij dapat dikalahkan
dengan mudah. Kebanyakan dari mereka berhasil dibunuh dengan
mudah; hanya beberapa saja yang bisa selamat dan melarikan diri
dari peperangan.
Meskipun kaum Khawarij mengutip semboyan yang diambil dari ayat
Al-Qur‟an15 yaitu “Tidak ada yang berhak menetapkan hukum
kecuali Allah!”, akan tetapi mereka sendiri sama sekali tidak memiliki
niatan sedikitpun dan tidak memiliki kemampuan sedikitpun untuk
membuat “Kerajaan Langit di Bumi”. Mereka hanya menginginkan
kekuasaan untuk diri mereka sendiri. Diri mereka sendiri terdiri dari
campuran sifat teroris, sikap fanatis menggebu-gebu dalam hal politik
dan keagamaan. Apabila mereka berhasil dalam perjuangannya,
maka mereka hanya akan menghidupkan semangat kesukuan
bangsa Arab yang ada di jaman jahiliyah dulu. Hingga hari ini,
mereka tetap terpisah dari sejarah Islam karena mereka tidak pernah
sungguh-sungguh membela Islam walaupun slogan yang mereka
kumandangkan ialah slogan keIslaman.
Dr. Hamiduddin
Dr. Hamiduddin menuliskan:
“Kaum Khawarij senantiasa mencegah manusia yang mau
bergabung kedalam kelompok pengikut Imam Ali. Dan apabila
menganggap orang yang berbeda pandangan dengan mereka sebagai orang sesat dan kafir dan
hanya pertobatan saja yang bisa menyelamatkan orang itu. Jadi kaum Salafi/Wahabi itu adalah
penjelmaan kaum Khawarij di jaman sekarang.
15
(QS. Al-An’aam: 57)
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 35
ada orang yang bertentangan dengan keyakinan mereka,
maka mereka tidak segan-segan untuk membunuh orang itu di
tempat. Dengan cara inilah mereka membunuh banyak kaum
Muslimin. Imam Ali kemudian mengirimkan seorang utusan
untuk mencegah mereka berbuat jauh lebih keji lagi terhadap
kaum yang tidak berdosa akan tetapi apa nyana ternyata
utusan yang diutus oleh Imam Ali itu kemudian dibunuhnya
juga.”
“Kaum Khawarij itu bermukim di desa Nahrawan. Oleh karena
itu, Imam Ali juga menggiring pasukannya ke Nahrawan. Imam
Ali meminta kaum Khawarij untuk menyerahkan orang-
orangnya untuk diadili dan dijatuhi hukuman seadil-adilnya
atas perbuatan dosa mereka karena sudah membunuhi kaum
Muslimin yang tidak berdosa. Akan tetapi mereka
menyuarakan satu suara bahwa mereka sudah membunuhi
kaum Muslimin itu karena mereka menganggap bahwa
membunuh mereka itu (kaum Muslimin yang berbeda
pandangan dengan mereka) sebagai sebuah tugas suci.
Imam Ali sekali lagi menyatakan bahwa mereka itu telah salah
besar dalam berbuat. Imam Ali juga untuk kesekian kalinya
meminta mereka untuk pulang ke rumahnya masing-masing
akan tetapi jawaban mereka ternyata sangat negatif.”
“Banyak sekali kaum Khawarij yang menyadari kesalahan
mereka, kemudian mereka bergabung di bawah panji yang
ditegakkan oleh Abu Ayub Ansari di tengah-tengah dua
kekuatan yang saling bertentangan. Abu Ayub mengobarkan
panjinya seraya mengumumkan bahwa barangsiapa ada
orang Khawarij yang masuk ke dalam barisannya, maka ia
akan selamat.”
“Banyak orang Khawarij yang menyadari kesalahan mereka
kemudian mereka bergabung di bawah panji yang ditegakkan
oleh Abu Ayub. Akan tetapi 4000 pasukan Khawarij itu masih
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 36
menolak untuk meninggalkan kamp-kamp mereka. Mereka
tetap bersikukuh untuk terus memerangi Imam Ali. Mereka
tetap berteriak: “Tidak ada hukum kecuali dari sisi Allah!”, dan
kemudian mereka menyerang pasukan Imam Ali. Mereka
bertempur dengan penuh semangat fanatisme menggebu-
gebu akan tetapi mereka terkepung kemudian dapat
dikalahkan dengan mudah; dan hampir-hampir mereka
musnah semuanya.”
(History of Islam, Lahore, Pakistan, halaman 202, tahun 1971)
Jeritan peperangan yang digelorakan oleh kaum Khawarij itu yaitu:
“Tidak ada hukum melainkan dari sisi Allah”16 hanyalah gimmick
semata. Semboyan itu dibuat oleh mereka itu untuk mengambil
simpati agar mendapatkan kekuatan politik. Semboyan itu juga
digunakan agar mereka terlihat sebagai orang yang berada di pihak
yang benar dan yang menentangnya ada di pihak yang salah.
Sementara itu, Amr bin Aas dan Abu Musa al-Asy‟ari, dua orang
arbitrator itu, telah menunaikan tugas rahasianya, dan mereka
berdua telah siap memberikan sebuah pengumuman kepada
masyarakat. Keduanya telah setuju bahwa untuk membangun
sebuah Darul Islam maka baik Imam Ali maupun Mu‟awiyah harus
dilengserkan dua-duanya, dan kaum Muslimin harus diberikan
kebebasan untuk memilih seorang pemimpin baru bagi mereka.
Kedua arbitrator dan para stafnya telah bertemu di Adzruh.
Sebanyak 400 orang dari kedua belah pihak telah tiba di lokasi.
Utusan dari prajurit Syria dipimpin oleh Abul Awar Salmi sementara
utusan dari Irak dipimpin oleh Abdullah Ibn Abbas dan Surayh ibn
Hani.
16
Sekarang slogan ini gerakan-gerakan keIslaman yang digelorakan oleh kaum Salafi/Wahabi
dengan sedikit perubahan: “Kembalilah kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah” seolah-olah kaum
Muslimin selain Salafi/Wahabi tidak berhukum kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah. Padahal kaum
Muslimin senantiasa setia kepada dua pedoman hukum itu sementara kaum Salafi/Wahabi hanya
menjadikannya sebagai semboyan saja.
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 37
Banyak orang-orang lain juga yang ikut datang ke Adzruh untuk turut
menyaksikan keluarnya Fatwa dari kedua arbitrator. Mereka ingin
mendengar dari orang pertama mengenai nasib dari Darul-Islam.
Diantara mereka yang datang ialah Abdullah bin Umar, Abdullah bin
Zubayr, Abdur Rahman bin Abu Bakar, Sa‟ad bin Abi Waqqas, dan
Mughirah bin Syu‟bah.
Amr bin Aas memberitahu Abu Musa bahwa ia sangat menghormati
dan mengagumi Abu Musa karena ia bukan saja pernah jadi
sahabat Nabi akan tetapi ia juga dikenal sebagai ulama yang hebat
dan oleh karena itu, ia lebih mengutamakan dan atau
mendahulukan Abu Musa daripada dirinya sendiri. Dan itu artinya
bahwa Amr bin Aas lebih suka Abu Musa mengumumkan lebih dulu
keputusan yang telah mereka buat bersama. Sementara Amr bin Aas
akan memberikan pengumumannya setelah Abu Musa.
Abudullah bin Abbas memperingatkan Abu Musa bahwa Amr bin
Aas kemungkinan besar akan mencoba untuk memperdaya dan
menipu dia. Abdullah bin Abbas memberitahu Abu Musa agar ia
mempersilahkan Amr bin Aas untuk memberikan pengumuman
terlebih dahulu. Akan tetapi Abu Musa tidak mempedulikan nasihat
dari Abdullah bin Abbas itu. Ia malah berkata:
“Biarkan saja apa adanya. Permasalahan ini sangat ketat dan
oleh karena itu tidak ada ruang bagi Amr bin Aas untuk menipu
siapapun.”
Abu Musa sudah tebuai oleh kata-kata Amr bin Aas yang
menyebutkan bahwa ia itu seorang ulama yang hebat, seseorang
yang sangat ia kagumi dan hormati dan setumpuk pujian lainnya
hingga ia tidak sadar bahwa Amr bin Aas sedang memperdaya
dirinya. Abu Musa kemudian menuju mimbar dengan perasaan
bangganya untuk membuat sebuah pengumuman yang sangat
bersejarah di dalam hidupnya. Ia berpidato seperti ini:
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 38
“Wahai kaum Muslimin! Sudah begitu banyak kepedihan dan
kesulitan yang menimpa Ummat Muhammad lewat
peperangan antara Ali dan Mu’awiyah. Oleh karena itu, kami
berdua memutuskan untuk melengserkan keduanya, dan kami
sudah berkeputusan untuk melimpahkan hak untuk memimpin
khalifah yang baru kepada Ummat Muhammad—yaitu kepada
anda semuanya.”
Utusan dari Irak langsung pucat pasi begitu mendengar
pengumuman ini dibacakan oleh Abu Musa akan tetapi mereka
tetap memutuskan untuk mendengarkan pengumuman yang
satunya lagi, yaitu pengumuman dari arbitrator Amr bin Aas.
Abu Musa duduk kembali setelah memberikan pengumumannya itu,
kemudian Amr bin Aas berdiri untuk gilirannya membacakan
keputusan yang telah dibuatnya. Ia berpidato seperti berikut:
“Wahai kaum Muslimin! Kalian barusaja mendengarkan apa
yang telah dikatakan oleh Abu Musa mengenai pengunduran
Ali. Ia sudah menurunkan Ali dari jabatannya sebagai khalifah.
Aku dukung keputusannya itu, dan aku mengumumkan sekali
lagi bahwa Ali sekarang sudah tidak lagi menjabat sebagai
khalifah. Dan untuk menggantikan Ali, maka saya akan
menunjuk Mu’awiyah sebagai khalifah yang baru …….”
Amr bin Aas tidak selesai berpidatonya karena setelah ia
mengatakan bahwa ia telah menunjuk Mu‟awiyah sebagai khalifah
yang baru, maka ributlah orang-orang yang hadir di situ. Abu Musa
berteriak dengan penuh kemarahan:
“Dasar kau seorang pembohong! Aku tidak pernah
mengatakan hal itu. Engkau adalah seorang pembohong
yang sangat tidak tahu malu. Engkau tidak ubahnya, sama
saja dengan seekor anjing yang menjulurkan lidahnya yang
basah dengan air liur!”
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 39
“Anjing”17 dan “keledai”18 itu kemudian saling serang ucapan, saling
“gigit”, saling “ancam” selama beberapa saat dan kemudian
mereka saling serang satu sama lainnya dengan sengitnya.
Keduanya saling gigit dan saling tending; berteriak-teriak seperti yang
kesetanan di tengah-tengah hiruk pikuk orang-orang yang hadir
pada waktu itu sampai keduanya suaranya parau. Di sana-sini
terdengar suara orang-orang tertawa juga; dan tawa mereka itu
untuk Abu Musa seorang. Mereka mentertawakan kebodohan yang
telah dilakukan oleh Abu Musa di dalam perundingan damai itu.
Setelah 6 bulan lamanya kedua arbitrator itu berunding dan
berdebat, ternyata baik Amr bin Aas maupun Abu Musa hanyalah
hiruk-pikuk dan keributan yang sia-sia padahal keduanya menjanjikan
akan membuat kehidupan kaum Muslimin lebih baik.
Ketika keributan di Adzruh itu reda dengan sendirinya karena mereka
sudah lelah dan penat, maka kaum Muslimin yang hadir di tempat itu
satu per satu meninggalkan tempat itu dan kembali ke kampung
halamannya.
Abu Musa baru menyadari bahwa ia sekarang menjadi bahan
tertawaan oleh seluruh bangsa Arab. Oleh karena tidak sanggup
menanggung malu, maka Abu Musa menyingkir ke Yaman. Ia
sebenarnya orang yang tidak memiliki kemampuan yang tinggi akan
tetapi ia dipaksa oleh sejarah untuk menjadi orang yang
mendapatkan kedudukan yang penting dalam menentukan alur
sejarah. Sebelumnya, ia mengira bahwa ia bisa mengendalikan
segala sesuatunya. Sebelumnya ia merasa bahwa ia cukup mampu
untuk mengatur nasib dari Umat Muhammad yang besar ini.
Walaupun ia tidak layak untuk mendapatkan kedudukan yang tinggi
seperti itu, tapi perasaan bangganya menjadikan dirinya tidak mau
menolak kedudukan itu. Akhirnya ia menerima kedudukan sebagai
17
Amr ibn Aas
18
Abu Musa
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 40
arbitrator itu. Pekerjaan itu terlalu sulit untuk dirinya yang tidak
memiliki kemampuan diplomasi yang baik yang pada akhirnya ia
menemui kegagalan yang besar sekali. Ia dulunya adalah orang
kepercayaan Umar bin Khattab. Umar pernah menunjuknya sebagai
gubernur Basrah dan kemudian menjadi gubernur Kufah.
Ancaman terhadap Mu‟awiyah berakhir sudah; dan pada akhirnya
ia malah mendapatkan durian runtuh. Ia mendapatkan kursi khilafah
yang sebenarnya jauh dari jangkauannya. Klaim terhadap kursi
khilafah akhirnya bisa ia dapatkan dari orang kepercayaannya yaitu
Amr bin Aas yang menjadi “king maker” bagi Mu‟awiyah di Adzruh.
Apa yang dilakukan oleh Amr bin Aas itu adalah trik politik tingkat
tinggi yang mungkin akan membuat Machiavelli terhenyak dan
berdecak kagum; akan tetapi bagi orang-orang Syria, apa yang
dilakukan oleh Amr bin Aas itu tidak lain merupakan kehendak Allah
juga. Itu sudah digariskan oleh takdir dan tidak bisa diganggu-gugat;
tidak bisa diubah lagi. Apa yang tertulis sudah menjadi suratan takdir.
R. A. Nicholson
Menurut R. A. Nicholson
Sudah menjadi sifat dan tabiat orang Arab dimana mereka
memandang trik politik yang licik yang dilakukan oleh Mu‟awiyah
dan para pengikutnya ini sebagai sebuah kemenangan diplomatis
yang menempatkan dirinya menjadi seorang khalifah. (LIHAT: A
Literary History of the Arabs, halaman192-193, tahun1969)
Perundingan damai antara pihak Imam Ali dan pihak Mu‟awiyah
berakhir dengan kegagalan dan malah lebih mirip dengan
pertunjukan komedi satu babak saja tampaknya. Keputusan yang
dihasilkannya di luar perkiraan. Tidak ada satu orangpun yang telah
memberikan hak dan mandat kepada dua orang arbitrator itu untuk
mengumumkan apakah seseorang itu layak atau tidak menjabat
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 41
sebagai seorang khalifah; tidak juga memberikan hak untuk
melengserkan dan mengangkat seorang khalifah. Hak prerogatif
seperti itu tidak pernah diberikan kepada mereka baik secara lisan
apalagi secara tertulis. Para pengikut Mu‟awiyah itu tadinya hanya
ingin membalas dendam atas pembunuhan Utsman bin Affan. (KLIK
SAJA LINK DI BAWAH INI)
(LIHAT: 1. SIAPAKAH PEMBUNUH UTSMAN BIN AFFAN?
2. DIMANAKAH „AISYAH KETIKA UTSMAN DIBUNUH?)
Mu‟awiyah sudah meyakinkan para pengikutnya bahwa Imam Ali-lah
yang bertanggung jawab atas kematian Utsman bin Affan; dan
dengan alasan inilah maka mereka memerangi Imam Ali di Siffin.19
Mereka tidak pernah memerangi Imam Ali dengan alasan untuk
mendudukkan Mu‟awiyah ke tampuk khilafah.20
Akan tetapi ketika kedua arbitrator itu berembuk, mereka sama sekali
tidak menyelidiki dulu apa permasalahannya serta apa yang sudah
menyebabkan perang saudara di antara kaum Muslimin. Mereka
hanya berbicara tentang khilafah meskipun permasalahan itu
bukanlah penyebab dari perang yang terjadi diantara mereka.
Seharusnya tugas kedua arbitrator itu hanya mencari orang yang
menjadi pembunuh Utsman. Selain itu, tugas kedua arbitrator itu ialah
untuk menentukan apakah Mu‟awiyah berhak untuk membalas
dendam terhadap pembunuh Utsman.
Abu Musa sudah mengeluarkan sebuah “fatwa yang sangat konyol”
dengan melengserkan Mu‟awiyah. Mengapa ia harus melakukan itu
19
Paling tidak, itulah klaim mereka ketika mereka menghasut orang-orang untuk memerangi Imam
Ali. Karena kalau Mu’awiyah menghasut orang-orang untuk menjatuhkan Imam Ali dari kursi
khilafah, maka mereka tidak mau mengikuti Mu’awiyah karena mereka tahu bahwa Imam Ali itu
adalah khalifah yang hak dan mendapatkan kedudukannya itu dengan cara yang hak.
20
Karena mereka tahu bahwa Imam Ali sudah menjadi khalifah dari kaum Muslimin dan juga
mereka tahu bahwa Mu’awiyah sama sekali tidak memiliki kualitas yang cukup untuk menjadi
seorang khalifah.
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 42
karena Mu‟awiyah sendiri bukanlah siapa-siapa?21 Mu‟awiyah itu
bukan seorag khalifah. Mu‟awiyah juga tidak pernah diajukan oleh
siapapun untuk menduduki kursi khilafah. Sementara itu di sisi lain,
Imam Ali adalah seorang khalifah yang hak bagi kaum Muslimin. Ia
dipilih secara aklamasi oleh kaum Muhajirin dan Ansar. Ia juga
didukung oleh seluruh jazirah Arabia kecuali oleh Syria.22 Imam Ali
memiliki kedaulatan penuh atas kekuasaannya.
Sebagai seorang arbitrator—atau lebih tepatnya sebagai “King
Makers”—baik Amr bin Aas maupun Abu Musa telah meluangkan
waktunya dalam pembicaraan yang panjang dan melelahkan.
Mereka berdua hanya berbicara tentang politik dan perang sera
kekuasaan. Mereka juga berbicara tentang masa depan kaum
Muslimin. Mereka membicarakan itu semua, tapi tanpa satu kalipun
mereka mengacu pada Al-Qur‟anul Karim. Di Adzruh mereka secara
sengaja tidak mengkonsultasikan perkara yang mereka bahas itu
kepada Al-Qur‟an. Dulu juga mereka tidak mendasarkan keputusan
untuk mengangkat khalifah kepada Al-Qur‟an sewaktu mereka
memilih khalifah untuk pertama kalinya di Saqifah bani Sa‟idah.
Apabila kita perhatikan ada sesuatu yang ganjil di dalam
penunjukkan para khalifah di dalam sejarah Islam itu. Ada benang
merah yang menyambung antara satu dan lainnya. Para “King
Makers” yang ada di dalam sejarah Islam itu semuanya “secara
kebetulan” (harus diberi-tanda kutip karena masih sangsi akan
adanya kebetulan yang aneh ini) semuanya tidak berdasarkan Al-
Qur‟an yang seharusnya dijadikan pegangan kaum Muslimin dalam
kehidupan sehari-hari. Apalagi ini di dalam memilih seorang
21
Karena ia bukan seorang khalifah yang harus dilengserkan karena bertempur dengan seorang
khalifah yang lain.
22
Syria adalah wilayah dimana Mu’awiyah berkuasa (tapi bukan sebagai seorang khalifah kaum
Musimin).
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 43
pemimpin. Di Saqifah23 mereka tidak berpegang pada Al-Qur‟an.
Ketika memilih Utsman mereka tidak berdasarkan Al-Qur‟an
melainkan berdasarkan majelis syura Abdur Rahman bin Auf24. Di
Adzruh sejarah yang serupa terjadi. Mereka seolah-olah memang
alergi terhadap Al-Qur‟an. Atau mungkin sebaliknya yang terjadi? Al-
Qur‟an sangat alergi terhadap orang-orang picik yang telah
menunjuk seseorang untuk menjadi khalifah yang tidak berdasarkan
Al-Qur‟an? Para “King Makers” itu secara sengaja mencampakkan
Al-Qur‟an ketika hendak memutuskan perkara. Dan itu diulang
berkali-kali menjadikannya sebagai sebuah “keajaiban yang
kebetulan” di dalam sejarah Islam. Ketika mereka mengajak orang
untuk kembali kepada Al-Qur‟an, ketika itu pula mereka sudah
memutuskan untuk tidak melibatkan Al-Qur‟an. Mungkin para “King
Makers” itu punya alasan yang sangat misterius yang hanya mereka
sendiri yang tahu; mereka sejak awal jauh dari Al-Qur‟an dan Al-
Qur‟an jauh dari mereka.
Amr bin Aas dan Abu Musa seharusnya menggunakan Al-Qur‟an
ketika mereka bertugas sebagai arbitrator. Mereka sendiri sudah
menyatakan komitmennya untuk menggunakan Al-Qur‟an ketika
mereka hendak merumuskan sebuah keputusan. Al-Qur‟an yang
berisi aturan Tuhan itu akhirnya sama sekali tidak digunakan.
Simaklah ayat Al-Qur‟an berikut ini:
23
Untuk pemilihan Abu Bakar yang hanya dipilih (atau terpaksa dipilih) oleh beberapa gelintir orang
yang hadir di sana karena sebagian besar umat Islam memilih untuk berduka cita dan mengurus
jenazah Nabi. Mereka tidak tamak untuk memperebutkan kursi kepemimpinan dan tidak ikut ke
Saqifah bani Sai’dah. Umar bin Khattab menunjuk Abu Bakar dan terpaksa diikuti oleh orang-orang
yang hadir di sana. Abu Bakar merasa berhutang budi dan nanti ia akan memilih Umar bin Khattab
untuk menggantikan dirinya.
24
Abdur Rahman bin Auf merupakan anggota mejelis syuro yang 6 orang jumlahnya. Di dalam
majelis itu ada Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaydillah, Zubayr bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqas,
Abdur Rahman bin Auf, dan Utsman bin Affan. Di akhir pemilihan tersisa dua orang yaitu Ali bin Abi
Thalib dan Utsman bin Affan. Abdur Rahman bin Auf telah bersekongkol dengan Umar bin Khattab
untuk memilih Utsman sejak awal pemilihan. Terpilihlah Utsman berkat konspirasi tingkat tinggi.
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 44
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” -
-(QS. An-Nisaa: 59)
Para arbitrator itu tampaknya lupa kedua perintah Allah yang ada di
dalam ayat tersebut di atas. Mereka juga lupa pada komitmen yang
sudah mereka buat sendiri. Akan tetapi Al-Qur‟an tidak melupakan
mereka semua. Al-Qur‟an malah menyatakan kemudian
menyatakan apa yang telah mereka perbuat dan apa yang mereka
tidak perbuat di dalam ayat berikut ini:
“ …….., mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu
menetapkan hukum di antara mereka; kemudian sebahagian
dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi
(kebenaran).” (QS. Ali Imran: 23)
Amr bin Aas dan Abu Musa—dua arbitrator yang tergabung kedalam
orang-orang yang berpaling dari Al-Qur‟an. Mereka lebih memilih
hawa nafsu mereka sendiri saja. Mereka mengajak orang-orang
untuk patuh dan taat kepada Al-Qur‟an akan tetapi mereka juga
yang mencampakkan Al-Qur‟an. Al-Qur‟an berkata tentang orang-
orang seperti itu sebagai berikut:
“…... Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa
yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang
yang fasik.”
Di dalam Perang Siffin, pasukan Irak dan pasukan Syria berhadap-
hadapan dan bertempur selama kurang lebih 110 hari lamanya. Ada
sekitar 90 pertempuran besar dan kecil yang melibatkan kedua belah
pihak dan menyebabkan terbunuhnya 25,000 orang pasukan Irak
dan 45,000 orang pasukan Syria.
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 45
Perang yang sangat mengerikan itu adalah akibat dari ambisi
berlebihan dan syahwat politik yang ketinggian dari Mu‟awiyah dan
Amr bin Aas. Mu‟awiyah pada waktu itu menjadi gubernur Syria dan
ia sama sekali menolak untuk kehilangan posisinya sebagai seorang
gubernur.25 Sementara Amr bin Aas pada waktu itu menjabat
sebagai gubernur Mesir akan tetapi ia dicopot oleh Utsman bin Affan.
Dan tentu saja ia sangat menginginkan posisi itu kembali kepadanya.
Untuk mempertahankan dan atau untuk meraih kembali kedudukan
tersebut, keduanya rela dan tega melakukan apapun dan
membayar sejumlah apapun. Mereka bisa menipu dan memperdaya
banyak orang sehingga mereka tidak bisa membedakan antara
Darul Islam dan kebohongan. Dan dengan darah kaum Muslimin
yang mereka perdaya itu, mereka mencoba untuk mewujudkan
ambisi dan syahwatnya itu.
“Tiga Serangkai”26 dalam Perang Basrah (Perang Unta), juga
Mu‟awiyah dan Amr bin Aas tahu benar bahwa mereka memiliki
kesempatan yang besar sekali untuk mewujudkan impian dan cita-
cita mereka ketika Utsman bin Affan dibunuh ramai-ramai oleh kaum
Muslimin. Kursi kekuasaan yang kosong menjadi incara mereka
semua. Membalas dendam akan kematian Utsman bin Affan
dijadikan oleh mereka sebagai senjata sekaligus untuk
menyembunyikan niat mereka yang sebenarnya. Utsman bin Affan
itu yang sudah mati lebih berharga daripada yang masih hidup bagi
mereka. Oleh karena itu, mereka melakukan apapun agar Utsman
bisa mati. Akan tetapi ketika Utsman sudah mati, mereka ramai-ramai
merasa berhak untuk mengejar dan membalas dendam kepada si
pembunuhnya.
Perang Basrah (Perang Unta) dan Perang Siffin merupakan
pembunuhan besar-besaran terhadap kaum Muslimin yang mereka
lakukan untuk “membalas dendam” atau “menuntut darah Utsman”.
25
Ia sangat ketakutan bahwa Imam Ali akan mencopotnya dari jabatan tersebut.
26
‘Aisyah binti Abu Bakar, Thalhah bin Ubaydillah, dan Zubayr bin Awwam
PERANG SIFFIN
www.islamitucinta.blogspot.com 46
Toynbee mengatakan bahwa Nabi Muhammad dan Imam Ali sama
sekali bukan tandingan bagi para pengusaha yang sekaligus
penguasa dari Makkah (yaitu Bani Umayyah) dalam hal percaturan
politik. Mungkin Toynbee benar. Nabi Muhammad dan Imam Ali
sangat ragu-ragu untuk membunuh hatta untuk membunuh seorang
penyembah berhala sekalipun27. Apalagi membunuh seorang
Muslim; itu tabu sekali bagi mereka kalau tidak ada perkara yang
memperbolehkannya. mereka tidak bisa membunuh siapapun
dengan dasar keinginan untuk berkuasa atau keinginan akan harta.
Oleh karena itu, mereka berdua tidak bisa “bersaing” dengan kaum
Bani Umayyah yang suka menghalalkan segala cara agar tujuan
mereka tercapai.
Wallahu „alam.
27
Berbeda dengan kaum Salafi/Wahabi yang gemar membunuh siapapun termasuk kaum Muslimin
yang beriman dan beramal shaleh asal mereka berbeda dengan pandangan kaum Salafi/Wahabi.

More Related Content

What's hot

Pengenalan Konsep Islah dan Tajdid dalam Islam
Pengenalan Konsep Islah dan Tajdid dalam IslamPengenalan Konsep Islah dan Tajdid dalam Islam
Pengenalan Konsep Islah dan Tajdid dalam IslamKOSPATI UKM
 
Perang tabuk
Perang tabukPerang tabuk
Perang tabukScifi
 
Konflik pada zaman saidina uthman new one
Konflik pada zaman saidina uthman new oneKonflik pada zaman saidina uthman new one
Konflik pada zaman saidina uthman new onenoor afidah
 
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAWSEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAWIda Suryaningsih
 
Topik 2 Nabi Muhammad selepas kerasulan
Topik 2 Nabi Muhammad selepas kerasulanTopik 2 Nabi Muhammad selepas kerasulan
Topik 2 Nabi Muhammad selepas kerasulanAmnah Saayah Ismail
 
SEJARAH: Kerajaan Bani Abbasiyah
SEJARAH: Kerajaan Bani AbbasiyahSEJARAH: Kerajaan Bani Abbasiyah
SEJARAH: Kerajaan Bani AbbasiyahNajiha Mohammad Nor
 
4.1 ar rahn (konsep 1)
4.1 ar rahn (konsep 1)4.1 ar rahn (konsep 1)
4.1 ar rahn (konsep 1)shahirah44
 
Sumbangan khalifah abu bakar al siddiq
Sumbangan khalifah abu bakar al siddiqSumbangan khalifah abu bakar al siddiq
Sumbangan khalifah abu bakar al siddiqNurhawa Rosman
 
Kemajuan ayyubiyah
Kemajuan ayyubiyahKemajuan ayyubiyah
Kemajuan ayyubiyahiwan Alit
 
Sumber Yang Tidak Disepakati Oleh Ulama
Sumber Yang Tidak Disepakati Oleh UlamaSumber Yang Tidak Disepakati Oleh Ulama
Sumber Yang Tidak Disepakati Oleh UlamaInteger
 
PPT ILMU KALAM KELOMPOK 1.pptx
PPT ILMU KALAM KELOMPOK 1.pptxPPT ILMU KALAM KELOMPOK 1.pptx
PPT ILMU KALAM KELOMPOK 1.pptxmiduwidang
 
Pengantar fiqh muamalat maliah dalam islam
Pengantar fiqh muamalat maliah dalam islamPengantar fiqh muamalat maliah dalam islam
Pengantar fiqh muamalat maliah dalam islamAbdul Ghani
 
Power Point 'Ulumul Qur'an
Power Point 'Ulumul Qur'anPower Point 'Ulumul Qur'an
Power Point 'Ulumul Qur'anMythaChan
 

What's hot (20)

Pengenalan Konsep Islah dan Tajdid dalam Islam
Pengenalan Konsep Islah dan Tajdid dalam IslamPengenalan Konsep Islah dan Tajdid dalam Islam
Pengenalan Konsep Islah dan Tajdid dalam Islam
 
Perang tabuk
Perang tabukPerang tabuk
Perang tabuk
 
Perang uhud غزوة أحد
Perang uhud غزوة أحدPerang uhud غزوة أحد
Perang uhud غزوة أحد
 
Wadi’ah
Wadi’ahWadi’ah
Wadi’ah
 
Konflik pada zaman saidina uthman new one
Konflik pada zaman saidina uthman new oneKonflik pada zaman saidina uthman new one
Konflik pada zaman saidina uthman new one
 
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAWSEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW
 
Fiqh Muamalat
Fiqh MuamalatFiqh Muamalat
Fiqh Muamalat
 
Topik 2 Nabi Muhammad selepas kerasulan
Topik 2 Nabi Muhammad selepas kerasulanTopik 2 Nabi Muhammad selepas kerasulan
Topik 2 Nabi Muhammad selepas kerasulan
 
SEJARAH: Kerajaan Bani Abbasiyah
SEJARAH: Kerajaan Bani AbbasiyahSEJARAH: Kerajaan Bani Abbasiyah
SEJARAH: Kerajaan Bani Abbasiyah
 
PERANG BADAR
PERANG BADARPERANG BADAR
PERANG BADAR
 
4.1 ar rahn (konsep 1)
4.1 ar rahn (konsep 1)4.1 ar rahn (konsep 1)
4.1 ar rahn (konsep 1)
 
Sumbangan khalifah abu bakar al siddiq
Sumbangan khalifah abu bakar al siddiqSumbangan khalifah abu bakar al siddiq
Sumbangan khalifah abu bakar al siddiq
 
PERANG BADAR
PERANG BADARPERANG BADAR
PERANG BADAR
 
Kemajuan ayyubiyah
Kemajuan ayyubiyahKemajuan ayyubiyah
Kemajuan ayyubiyah
 
Sumber Yang Tidak Disepakati Oleh Ulama
Sumber Yang Tidak Disepakati Oleh UlamaSumber Yang Tidak Disepakati Oleh Ulama
Sumber Yang Tidak Disepakati Oleh Ulama
 
PPT ILMU KALAM KELOMPOK 1.pptx
PPT ILMU KALAM KELOMPOK 1.pptxPPT ILMU KALAM KELOMPOK 1.pptx
PPT ILMU KALAM KELOMPOK 1.pptx
 
Umar Bin Khattab
Umar Bin Khattab Umar Bin Khattab
Umar Bin Khattab
 
Pengantar fiqh muamalat maliah dalam islam
Pengantar fiqh muamalat maliah dalam islamPengantar fiqh muamalat maliah dalam islam
Pengantar fiqh muamalat maliah dalam islam
 
Ppt Dinasti Abbasiyah
Ppt Dinasti AbbasiyahPpt Dinasti Abbasiyah
Ppt Dinasti Abbasiyah
 
Power Point 'Ulumul Qur'an
Power Point 'Ulumul Qur'anPower Point 'Ulumul Qur'an
Power Point 'Ulumul Qur'an
 

Similar to PERANG SIFFIN

Khalifah Uthman Bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Talib
Khalifah Uthman Bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi TalibKhalifah Uthman Bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Talib
Khalifah Uthman Bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Talibamiraaa96
 
Khulafaur rasyidin
Khulafaur rasyidinKhulafaur rasyidin
Khulafaur rasyidinelesfarkelis
 
Sejarah kelahiran ilmu kalam
Sejarah kelahiran ilmu kalamSejarah kelahiran ilmu kalam
Sejarah kelahiran ilmu kalamabdullahtamlikha
 
Tarikh Khilafah (Meluruskan Kerancuan Tentang Perselisihan di Antara Shahabat)
Tarikh Khilafah (Meluruskan Kerancuan Tentang Perselisihan di Antara Shahabat)Tarikh Khilafah (Meluruskan Kerancuan Tentang Perselisihan di Antara Shahabat)
Tarikh Khilafah (Meluruskan Kerancuan Tentang Perselisihan di Antara Shahabat)alhazimy
 
Ski kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalib
Ski kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalibSki kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalib
Ski kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalibTatik Suwartinah
 
SEJARAH PERADABAN ISLAM KELOMPOK 6 ( Enam )
SEJARAH PERADABAN ISLAM KELOMPOK 6 ( Enam )SEJARAH PERADABAN ISLAM KELOMPOK 6 ( Enam )
SEJARAH PERADABAN ISLAM KELOMPOK 6 ( Enam )FatimaNurKania1
 
BIOGRAFI Ibnu Zubair ('Abdullah bin Zubair) Radhiyallahu 'anhu (wafat 94 H)
BIOGRAFI Ibnu Zubair ('Abdullah bin Zubair) Radhiyallahu 'anhu (wafat 94 H)BIOGRAFI Ibnu Zubair ('Abdullah bin Zubair) Radhiyallahu 'anhu (wafat 94 H)
BIOGRAFI Ibnu Zubair ('Abdullah bin Zubair) Radhiyallahu 'anhu (wafat 94 H)Muhammad Idris
 
Biografi Ali Bin Abi Thalib (Tugas Ketahanmalangan)
Biografi Ali Bin Abi Thalib (Tugas Ketahanmalangan) Biografi Ali Bin Abi Thalib (Tugas Ketahanmalangan)
Biografi Ali Bin Abi Thalib (Tugas Ketahanmalangan) Afninurulfitri
 
Biografi sahabat golongan al abadillah
Biografi sahabat golongan al abadillahBiografi sahabat golongan al abadillah
Biografi sahabat golongan al abadillahMuhammad Idris
 
Biografi muhammad bin ala hanafiyah
Biografi muhammad bin ala hanafiyah Biografi muhammad bin ala hanafiyah
Biografi muhammad bin ala hanafiyah Muhammad Idris
 
Jawaban Soal UAS Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Bela Hemalia. P
Jawaban Soal UAS Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Bela Hemalia. PJawaban Soal UAS Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Bela Hemalia. P
Jawaban Soal UAS Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Bela Hemalia. PBelaHemaliaPutri
 
Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Berdirinya Dinasti AbbasiyahBerdirinya Dinasti Abbasiyah
Berdirinya Dinasti Abbasiyahhelmyshin1
 
Sanggahan kepada kaum syiah
Sanggahan kepada kaum syiahSanggahan kepada kaum syiah
Sanggahan kepada kaum syiahFaisal Pak
 
Sejarah kebudayaan islam (Perguruan Tinggi )
Sejarah kebudayaan islam (Perguruan Tinggi )Sejarah kebudayaan islam (Perguruan Tinggi )
Sejarah kebudayaan islam (Perguruan Tinggi )YULIA LIA
 
Meneladani ulama pejuang
Meneladani ulama pejuangMeneladani ulama pejuang
Meneladani ulama pejuangFlamencoRizky
 
Materi SKI 8 Sem 1.docx
Materi SKI 8 Sem 1.docxMateri SKI 8 Sem 1.docx
Materi SKI 8 Sem 1.docxfarohah82
 
Biografi tokoh islam sahabat ali bin abi thalib
Biografi tokoh islam sahabat ali bin abi thalibBiografi tokoh islam sahabat ali bin abi thalib
Biografi tokoh islam sahabat ali bin abi thalibMuhammad Idris
 

Similar to PERANG SIFFIN (20)

Khalifah Uthman Bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Talib
Khalifah Uthman Bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi TalibKhalifah Uthman Bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Talib
Khalifah Uthman Bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Talib
 
Khulafaur rasyidin
Khulafaur rasyidinKhulafaur rasyidin
Khulafaur rasyidin
 
Sejarah kelahiran ilmu kalam
Sejarah kelahiran ilmu kalamSejarah kelahiran ilmu kalam
Sejarah kelahiran ilmu kalam
 
Tarikh Khilafah (Meluruskan Kerancuan Tentang Perselisihan di Antara Shahabat)
Tarikh Khilafah (Meluruskan Kerancuan Tentang Perselisihan di Antara Shahabat)Tarikh Khilafah (Meluruskan Kerancuan Tentang Perselisihan di Antara Shahabat)
Tarikh Khilafah (Meluruskan Kerancuan Tentang Perselisihan di Antara Shahabat)
 
Ski kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalib
Ski kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalibSki kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalib
Ski kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalib
 
SEJARAH PERADABAN ISLAM KELOMPOK 6 ( Enam )
SEJARAH PERADABAN ISLAM KELOMPOK 6 ( Enam )SEJARAH PERADABAN ISLAM KELOMPOK 6 ( Enam )
SEJARAH PERADABAN ISLAM KELOMPOK 6 ( Enam )
 
BIOGRAFI Ibnu Zubair ('Abdullah bin Zubair) Radhiyallahu 'anhu (wafat 94 H)
BIOGRAFI Ibnu Zubair ('Abdullah bin Zubair) Radhiyallahu 'anhu (wafat 94 H)BIOGRAFI Ibnu Zubair ('Abdullah bin Zubair) Radhiyallahu 'anhu (wafat 94 H)
BIOGRAFI Ibnu Zubair ('Abdullah bin Zubair) Radhiyallahu 'anhu (wafat 94 H)
 
Materi bab i aa
Materi bab i aaMateri bab i aa
Materi bab i aa
 
Biografi Ali Bin Abi Thalib (Tugas Ketahanmalangan)
Biografi Ali Bin Abi Thalib (Tugas Ketahanmalangan) Biografi Ali Bin Abi Thalib (Tugas Ketahanmalangan)
Biografi Ali Bin Abi Thalib (Tugas Ketahanmalangan)
 
Biografi sahabat golongan al abadillah
Biografi sahabat golongan al abadillahBiografi sahabat golongan al abadillah
Biografi sahabat golongan al abadillah
 
Biografi muhammad bin ala hanafiyah
Biografi muhammad bin ala hanafiyah Biografi muhammad bin ala hanafiyah
Biografi muhammad bin ala hanafiyah
 
Tugas agama
Tugas agamaTugas agama
Tugas agama
 
Ali ibn abi thalib
Ali ibn abi thalibAli ibn abi thalib
Ali ibn abi thalib
 
Jawaban Soal UAS Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Bela Hemalia. P
Jawaban Soal UAS Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Bela Hemalia. PJawaban Soal UAS Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Bela Hemalia. P
Jawaban Soal UAS Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Bela Hemalia. P
 
Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Berdirinya Dinasti AbbasiyahBerdirinya Dinasti Abbasiyah
Berdirinya Dinasti Abbasiyah
 
Sanggahan kepada kaum syiah
Sanggahan kepada kaum syiahSanggahan kepada kaum syiah
Sanggahan kepada kaum syiah
 
Sejarah kebudayaan islam (Perguruan Tinggi )
Sejarah kebudayaan islam (Perguruan Tinggi )Sejarah kebudayaan islam (Perguruan Tinggi )
Sejarah kebudayaan islam (Perguruan Tinggi )
 
Meneladani ulama pejuang
Meneladani ulama pejuangMeneladani ulama pejuang
Meneladani ulama pejuang
 
Materi SKI 8 Sem 1.docx
Materi SKI 8 Sem 1.docxMateri SKI 8 Sem 1.docx
Materi SKI 8 Sem 1.docx
 
Biografi tokoh islam sahabat ali bin abi thalib
Biografi tokoh islam sahabat ali bin abi thalibBiografi tokoh islam sahabat ali bin abi thalib
Biografi tokoh islam sahabat ali bin abi thalib
 

More from primagraphology consulting

Keagungan Rasulullah SAW & Keutamaan Ahlul Bait.pdf
Keagungan Rasulullah SAW & Keutamaan Ahlul Bait.pdfKeagungan Rasulullah SAW & Keutamaan Ahlul Bait.pdf
Keagungan Rasulullah SAW & Keutamaan Ahlul Bait.pdfprimagraphology consulting
 
Mengapa. Sebaiknya Kita Sujud di Atas Tanah_ Editor Musyayya Ba abud.pdf
Mengapa. Sebaiknya Kita Sujud di Atas Tanah_ Editor Musyayya Ba abud.pdfMengapa. Sebaiknya Kita Sujud di Atas Tanah_ Editor Musyayya Ba abud.pdf
Mengapa. Sebaiknya Kita Sujud di Atas Tanah_ Editor Musyayya Ba abud.pdfprimagraphology consulting
 
BUNYI MERDEKA : SEJARAH SOSIAL DAN TINJAUAN MUSIKOLOGI LAGU KEBANGSAAN INDONE...
BUNYI MERDEKA : SEJARAH SOSIAL DAN TINJAUAN MUSIKOLOGI LAGU KEBANGSAAN INDONE...BUNYI MERDEKA : SEJARAH SOSIAL DAN TINJAUAN MUSIKOLOGI LAGU KEBANGSAAN INDONE...
BUNYI MERDEKA : SEJARAH SOSIAL DAN TINJAUAN MUSIKOLOGI LAGU KEBANGSAAN INDONE...primagraphology consulting
 
SEJARAH TEORI KRISIS : SEBUAH PENGANTAR ANALISA MARXIS -- ANWAR SHAIKH
SEJARAH TEORI KRISIS : SEBUAH PENGANTAR ANALISA MARXIS -- ANWAR SHAIKHSEJARAH TEORI KRISIS : SEBUAH PENGANTAR ANALISA MARXIS -- ANWAR SHAIKH
SEJARAH TEORI KRISIS : SEBUAH PENGANTAR ANALISA MARXIS -- ANWAR SHAIKHprimagraphology consulting
 
MEMBUKA GERBANG KEHIDUPAN : KIAT MENGATASI KEPUTUSASAAN -- ABBAS AL-MUDARRISI
MEMBUKA GERBANG KEHIDUPAN : KIAT MENGATASI KEPUTUSASAAN -- ABBAS AL-MUDARRISIMEMBUKA GERBANG KEHIDUPAN : KIAT MENGATASI KEPUTUSASAAN -- ABBAS AL-MUDARRISI
MEMBUKA GERBANG KEHIDUPAN : KIAT MENGATASI KEPUTUSASAAN -- ABBAS AL-MUDARRISIprimagraphology consulting
 
MANUSIA, PEREMPUAN, LAKI-LAKI : PENGANTAR KE PEMIKIRAN HANNAH ARENDT, SEYLA B...
MANUSIA, PEREMPUAN, LAKI-LAKI : PENGANTAR KE PEMIKIRAN HANNAH ARENDT, SEYLA B...MANUSIA, PEREMPUAN, LAKI-LAKI : PENGANTAR KE PEMIKIRAN HANNAH ARENDT, SEYLA B...
MANUSIA, PEREMPUAN, LAKI-LAKI : PENGANTAR KE PEMIKIRAN HANNAH ARENDT, SEYLA B...primagraphology consulting
 
TAHUN YANG TAK PERNAH BERAKHIR : MEMAHAMI PENGALAMAN KORBAN 65 -- ESAI-ESAI L...
TAHUN YANG TAK PERNAH BERAKHIR : MEMAHAMI PENGALAMAN KORBAN 65 -- ESAI-ESAI L...TAHUN YANG TAK PERNAH BERAKHIR : MEMAHAMI PENGALAMAN KORBAN 65 -- ESAI-ESAI L...
TAHUN YANG TAK PERNAH BERAKHIR : MEMAHAMI PENGALAMAN KORBAN 65 -- ESAI-ESAI L...primagraphology consulting
 
PEMBAHARUAN TANPA APOLOGIA : ESAI-ESAI TENTANG AHMAD WAHIB
PEMBAHARUAN TANPA APOLOGIA : ESAI-ESAI TENTANG AHMAD WAHIBPEMBAHARUAN TANPA APOLOGIA : ESAI-ESAI TENTANG AHMAD WAHIB
PEMBAHARUAN TANPA APOLOGIA : ESAI-ESAI TENTANG AHMAD WAHIBprimagraphology consulting
 
ISLAM RADIKAL : TELAAH KRITIS RADIKALISME DARI IKHWANUL MUSLIMIN HINGGA ISIS ...
ISLAM RADIKAL : TELAAH KRITIS RADIKALISME DARI IKHWANUL MUSLIMIN HINGGA ISIS ...ISLAM RADIKAL : TELAAH KRITIS RADIKALISME DARI IKHWANUL MUSLIMIN HINGGA ISIS ...
ISLAM RADIKAL : TELAAH KRITIS RADIKALISME DARI IKHWANUL MUSLIMIN HINGGA ISIS ...primagraphology consulting
 
STRATEGI SUKSES MENGELOLA KARIER DAN BISNIS -- JOHANES LIM
STRATEGI SUKSES MENGELOLA KARIER DAN BISNIS -- JOHANES LIM STRATEGI SUKSES MENGELOLA KARIER DAN BISNIS -- JOHANES LIM
STRATEGI SUKSES MENGELOLA KARIER DAN BISNIS -- JOHANES LIM primagraphology consulting
 
MAJALAH TEMPO EDISI KHUSUS SOEHARTO -- LIMITED EDITION
MAJALAH TEMPO EDISI KHUSUS SOEHARTO -- LIMITED EDITIONMAJALAH TEMPO EDISI KHUSUS SOEHARTO -- LIMITED EDITION
MAJALAH TEMPO EDISI KHUSUS SOEHARTO -- LIMITED EDITIONprimagraphology consulting
 
Majalah TEMPO EDISI KHUSUS "RAHASIA-RAHASIA ALI MURTOPO", 14 - 20 OKTOBER 2013
Majalah TEMPO EDISI KHUSUS "RAHASIA-RAHASIA ALI MURTOPO", 14 - 20 OKTOBER 2013Majalah TEMPO EDISI KHUSUS "RAHASIA-RAHASIA ALI MURTOPO", 14 - 20 OKTOBER 2013
Majalah TEMPO EDISI KHUSUS "RAHASIA-RAHASIA ALI MURTOPO", 14 - 20 OKTOBER 2013primagraphology consulting
 
BADAI PEMBALASAN : EPISODE KEEMPAT SERI KARBALA -- MUHSEIN LABIB
BADAI PEMBALASAN : EPISODE KEEMPAT SERI KARBALA -- MUHSEIN LABIBBADAI PEMBALASAN : EPISODE KEEMPAT SERI KARBALA -- MUHSEIN LABIB
BADAI PEMBALASAN : EPISODE KEEMPAT SERI KARBALA -- MUHSEIN LABIBprimagraphology consulting
 
TENTARA LANGIT DI KARBALA : EPIC SUCI CUCU SANG NABI
TENTARA LANGIT DI KARBALA : EPIC SUCI CUCU SANG NABITENTARA LANGIT DI KARBALA : EPIC SUCI CUCU SANG NABI
TENTARA LANGIT DI KARBALA : EPIC SUCI CUCU SANG NABIprimagraphology consulting
 

More from primagraphology consulting (20)

pengantar-daras-filsafat.pdf
pengantar-daras-filsafat.pdfpengantar-daras-filsafat.pdf
pengantar-daras-filsafat.pdf
 
Teologi pembebasan dalam Islam.pdf
Teologi pembebasan dalam Islam.pdfTeologi pembebasan dalam Islam.pdf
Teologi pembebasan dalam Islam.pdf
 
Keagungan Rasulullah SAW & Keutamaan Ahlul Bait.pdf
Keagungan Rasulullah SAW & Keutamaan Ahlul Bait.pdfKeagungan Rasulullah SAW & Keutamaan Ahlul Bait.pdf
Keagungan Rasulullah SAW & Keutamaan Ahlul Bait.pdf
 
Mengapa. Sebaiknya Kita Sujud di Atas Tanah_ Editor Musyayya Ba abud.pdf
Mengapa. Sebaiknya Kita Sujud di Atas Tanah_ Editor Musyayya Ba abud.pdfMengapa. Sebaiknya Kita Sujud di Atas Tanah_ Editor Musyayya Ba abud.pdf
Mengapa. Sebaiknya Kita Sujud di Atas Tanah_ Editor Musyayya Ba abud.pdf
 
BUNYI MERDEKA : SEJARAH SOSIAL DAN TINJAUAN MUSIKOLOGI LAGU KEBANGSAAN INDONE...
BUNYI MERDEKA : SEJARAH SOSIAL DAN TINJAUAN MUSIKOLOGI LAGU KEBANGSAAN INDONE...BUNYI MERDEKA : SEJARAH SOSIAL DAN TINJAUAN MUSIKOLOGI LAGU KEBANGSAAN INDONE...
BUNYI MERDEKA : SEJARAH SOSIAL DAN TINJAUAN MUSIKOLOGI LAGU KEBANGSAAN INDONE...
 
SEJARAH TEORI KRISIS : SEBUAH PENGANTAR ANALISA MARXIS -- ANWAR SHAIKH
SEJARAH TEORI KRISIS : SEBUAH PENGANTAR ANALISA MARXIS -- ANWAR SHAIKHSEJARAH TEORI KRISIS : SEBUAH PENGANTAR ANALISA MARXIS -- ANWAR SHAIKH
SEJARAH TEORI KRISIS : SEBUAH PENGANTAR ANALISA MARXIS -- ANWAR SHAIKH
 
MEMBUKA GERBANG KEHIDUPAN : KIAT MENGATASI KEPUTUSASAAN -- ABBAS AL-MUDARRISI
MEMBUKA GERBANG KEHIDUPAN : KIAT MENGATASI KEPUTUSASAAN -- ABBAS AL-MUDARRISIMEMBUKA GERBANG KEHIDUPAN : KIAT MENGATASI KEPUTUSASAAN -- ABBAS AL-MUDARRISI
MEMBUKA GERBANG KEHIDUPAN : KIAT MENGATASI KEPUTUSASAAN -- ABBAS AL-MUDARRISI
 
MANUSIA, PEREMPUAN, LAKI-LAKI : PENGANTAR KE PEMIKIRAN HANNAH ARENDT, SEYLA B...
MANUSIA, PEREMPUAN, LAKI-LAKI : PENGANTAR KE PEMIKIRAN HANNAH ARENDT, SEYLA B...MANUSIA, PEREMPUAN, LAKI-LAKI : PENGANTAR KE PEMIKIRAN HANNAH ARENDT, SEYLA B...
MANUSIA, PEREMPUAN, LAKI-LAKI : PENGANTAR KE PEMIKIRAN HANNAH ARENDT, SEYLA B...
 
TAHUN YANG TAK PERNAH BERAKHIR : MEMAHAMI PENGALAMAN KORBAN 65 -- ESAI-ESAI L...
TAHUN YANG TAK PERNAH BERAKHIR : MEMAHAMI PENGALAMAN KORBAN 65 -- ESAI-ESAI L...TAHUN YANG TAK PERNAH BERAKHIR : MEMAHAMI PENGALAMAN KORBAN 65 -- ESAI-ESAI L...
TAHUN YANG TAK PERNAH BERAKHIR : MEMAHAMI PENGALAMAN KORBAN 65 -- ESAI-ESAI L...
 
PEMBAHARUAN TANPA APOLOGIA : ESAI-ESAI TENTANG AHMAD WAHIB
PEMBAHARUAN TANPA APOLOGIA : ESAI-ESAI TENTANG AHMAD WAHIBPEMBAHARUAN TANPA APOLOGIA : ESAI-ESAI TENTANG AHMAD WAHIB
PEMBAHARUAN TANPA APOLOGIA : ESAI-ESAI TENTANG AHMAD WAHIB
 
ISLAM RADIKAL : TELAAH KRITIS RADIKALISME DARI IKHWANUL MUSLIMIN HINGGA ISIS ...
ISLAM RADIKAL : TELAAH KRITIS RADIKALISME DARI IKHWANUL MUSLIMIN HINGGA ISIS ...ISLAM RADIKAL : TELAAH KRITIS RADIKALISME DARI IKHWANUL MUSLIMIN HINGGA ISIS ...
ISLAM RADIKAL : TELAAH KRITIS RADIKALISME DARI IKHWANUL MUSLIMIN HINGGA ISIS ...
 
STRATEGI SUKSES MENGELOLA KARIER DAN BISNIS -- JOHANES LIM
STRATEGI SUKSES MENGELOLA KARIER DAN BISNIS -- JOHANES LIM STRATEGI SUKSES MENGELOLA KARIER DAN BISNIS -- JOHANES LIM
STRATEGI SUKSES MENGELOLA KARIER DAN BISNIS -- JOHANES LIM
 
MENGOREK ABU SEJARAH HITAM INDONESIA
MENGOREK ABU SEJARAH HITAM INDONESIAMENGOREK ABU SEJARAH HITAM INDONESIA
MENGOREK ABU SEJARAH HITAM INDONESIA
 
MAJALAH TEMPO EDISI KHUSUS SOEHARTO -- LIMITED EDITION
MAJALAH TEMPO EDISI KHUSUS SOEHARTO -- LIMITED EDITIONMAJALAH TEMPO EDISI KHUSUS SOEHARTO -- LIMITED EDITION
MAJALAH TEMPO EDISI KHUSUS SOEHARTO -- LIMITED EDITION
 
Majalah TEMPO EDISI KHUSUS "RAHASIA-RAHASIA ALI MURTOPO", 14 - 20 OKTOBER 2013
Majalah TEMPO EDISI KHUSUS "RAHASIA-RAHASIA ALI MURTOPO", 14 - 20 OKTOBER 2013Majalah TEMPO EDISI KHUSUS "RAHASIA-RAHASIA ALI MURTOPO", 14 - 20 OKTOBER 2013
Majalah TEMPO EDISI KHUSUS "RAHASIA-RAHASIA ALI MURTOPO", 14 - 20 OKTOBER 2013
 
BADAI PEMBALASAN : EPISODE KEEMPAT SERI KARBALA -- MUHSEIN LABIB
BADAI PEMBALASAN : EPISODE KEEMPAT SERI KARBALA -- MUHSEIN LABIBBADAI PEMBALASAN : EPISODE KEEMPAT SERI KARBALA -- MUHSEIN LABIB
BADAI PEMBALASAN : EPISODE KEEMPAT SERI KARBALA -- MUHSEIN LABIB
 
TENTARA LANGIT DI KARBALA : EPIC SUCI CUCU SANG NABI
TENTARA LANGIT DI KARBALA : EPIC SUCI CUCU SANG NABITENTARA LANGIT DI KARBALA : EPIC SUCI CUCU SANG NABI
TENTARA LANGIT DI KARBALA : EPIC SUCI CUCU SANG NABI
 
DEWI-DEWI SAHARA -- MUHSIN LABIB
DEWI-DEWI SAHARA -- MUHSIN LABIBDEWI-DEWI SAHARA -- MUHSIN LABIB
DEWI-DEWI SAHARA -- MUHSIN LABIB
 
SEJARAH AL-HUSAIN DAN TRAGEDI KARBALA
SEJARAH AL-HUSAIN DAN TRAGEDI KARBALASEJARAH AL-HUSAIN DAN TRAGEDI KARBALA
SEJARAH AL-HUSAIN DAN TRAGEDI KARBALA
 
TRAGEDI KARBALA -- SWARAMUSLIM.COM
TRAGEDI KARBALA -- SWARAMUSLIM.COMTRAGEDI KARBALA -- SWARAMUSLIM.COM
TRAGEDI KARBALA -- SWARAMUSLIM.COM
 

Recently uploaded

Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxshafiraramadhani9
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 

PERANG SIFFIN

  • 2. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 1 Taken from: Restatement of History of Islam Perang Siffin Untuk mencegah Mu‟awiyah melancarkan peperangan terhadap kaum Muslimin, Imam Ali menggunakan argumen yang sama yang ia pernah gunakan ketika membujuk „Aisyah, Thalhah, dan Zubayr agar mereka tidak memerangi kaum Muslimin meskipun mereka tetap saja ngotot untuk berperang dan akhirnya perang Unta1 terjadi juga. Sama halnya dengan perang Unta, perang antara Imam Ali dan Mu‟awiyah ini akhirnya terjadi juga meskipun Imam Ali sudah membujuk Mu‟awiyah agar tidak berperang. Di mata musuh Imam Imam Ali, perdamaian itu hanyalah akan menambah masalah kepada masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh umat Islam. Mereka hanya melihat sebuah jawaban atau pemecahan dari masalah itu yaitu melalui peperangan. Kali ini, Imam Ali dihadapkan dengan seorang musuh yang jauh lebih licin, cerdik, kejam, jahat dan jauh lebih berbahaya dibandingkan tiga orang musuhnya yang terdahulu („Aisyah, Thalhah, dan Zubayr). Malahan apabila dibandingkan „Aisyah, Thalhah, dan Zubayr itu tidak ada apa-apanya dibanding dengan Mu‟awiyah. Di kota Basrah, kelompok pemberontak yang ada di dalam perang Unta (perang antara para sahabat Nabi yang dikobarkan oleh „Aisyah) ini terdiri dari kelompok yang memiliki kepentingan yang berbeda-beda akan tetapi dipersatukan dengan satu kesamaan yaitu kebencian terhadap Imam Ali. Tujuan atau kepentingan 1 Perang antara keluarga Abu Bakar (‘Aisyah binti Abu Bakar—puteri Abu Bakar, Thalhah bin Ubaydillah—sepupu Abu Bakar, Zubayr bin Awwam—menantu Abu Bakar, Abdullah bin Zubayr— cucu Abu Bakar, dll) melawan keluarga Nabi Muhammad (Ali bin Abi Thalib—sepupu Nabi, Hasan dan Husain—cucu Nabi, dll). Untung perang dimenangkan oleh keluarga Nabi Muhammad, karena kalau dimenangkan keluarga Abu Bakar, maka itu akhir dari Islam itu sendiri. Islam akan hilang sebagai agama para Nabi.
  • 3. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 2 mereka tidak sama dan tidak bisa dipersatukan. „Aisyah memerangi Imam Ali dengan tujuan bahwa ia kelak bisa mengusung keponakannya yaitu Abdullah bin Zubayr ke tampuk kekuasaan kekhalifahan. Akan tetapi Thalhah dan Zubayr tidak memiliki tujuan yang sama dengan „Aisyah. Mereka berdua juga menginginkan tampuk kekhalifahan itu bagi mereka sendiri (meskipun Zubayr adalah ayah dari Abdullah bin Zubayr—keponakan „Aisyah). Itu menjadikan koalisi yang mereka bangun menjadi rapuh dan tidak bisa menjadi suatu kekuatan yang satu dan solid seperti yang diinginkan oleh para pengikutnya. Kelompok tiga serangkai kota Basrah („Aisyah, Thalhah, Zubayr) dipusingkan oleh tujuan dan impian mereka yang berbeda-beda sedangkan Mu‟awiyah tidak sama sekali. Mu‟awiyah mencari nasehat dari penasehatnya yang sangat licik yaitu Amr bin Aas dan kawan-kawan. Akan tetapi Mu‟awiyah sendiri yang akhirnya memutuskan segala sesuatunya. Imam Ali sendiri sedang berusaha sekuat tenaga untuk mempersatukan umat Muhammad. Persatuan umat Muhammad sedang dilanda kekacauan dan ketegangan, dan ia ingin mempersatukan umat Muhammad itu seperti dulu di bawah kepemimpinan sepupunya itu. Di sisi lain, musuh Imam Ali sama sekali tidak peduli. Ia tidak peduli umat Muhammad bertikai dan berselisih. Ia tidak peduli umat Muhammad kacau balau dan hancur. Tujuan mereka malah menghancurkan umat Muhammad dan kemudian menguasai mereka di bawah kaki kekuasaannya. Pada musim semi tahun 657, Mu‟awiyah meninggalkan kota Damaskus bersama pasukannya untuk memperluas perang ke wilayah Irak. Ia melintasi daerah perbatasan dan kemudian ia berhenti di sebuah desa yang disebut dengan Siffin—Siffin terletak di tepian sungai Efrat. Yang mula-mula ia lakukan pada waktu itu ialah menguasai mata air untuk kepentingannya sendiri.
  • 4. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 3 Demi mendengar kabar tentang pergerakan tentara Syria (tentaranya Mu‟awiyah), Imam Ali menunjuk Aqaba Ibn Amr Ansari sebagai gubernur kota Kufah. Setelah itu Imam Ali memanggil Abdullah Ibn Abbas dari kota Basrah untuk menemaninya. Kemudian mereka meninggalkan kota Kufah bersama pasukannya ke desa Siffin pada bulan April 657. “Sebanyak 70 orang veteran perang Badar dan sebanyak 250 orang sahabat Nabi yang pernah berbai‟at di bawah pohon merangsek maju di bawah panji Imam Ali. Mereka berjalan di tepian sungai Efrat menuju desa Siffin.” (LIHAT: Mustadrak, vol 3). Setibanya di desa Siffin, pasukan Imam Ali melihat jalan ke sumber air sudah dijaga dengan ketat sekali oleh pasukan Syria. Imam Ali mengirimkan Sa‟sa‟ ibn Sauhan—salah seorang sahabat Nabi—untuk menemui Mu‟awiyah. Imam Ali memohon kepada Mu‟awiyah agar menarik kembali pasukan yang menjaga sumber air agar setiap orang bisa memanfaatkan sumber air itu untuk kebutuhan mereka masing-masing. Mu‟awiyah tentu saja tidak mau mentaati permintaan Imam Ali. Akhirnya Imam Ali memerintahkan pasukannya agar merebut sumber air itu dari pasukan Mu‟awiyah. Pasukannya bergerak dan menyerang pasuka Syria dan akhirnya berhasil merebut sumber air itu dari mereka. Segera setelah itu terjadi kepanikan luar biasa di markas pasukan Mu‟awiyah, Mu‟awiyah membayangkan bahwa kematian sudah menunggu mereka karena mereka kemungkinan besar akan kekurangan air dan itu artinya mereka akan kehausan. Akan tetapi Amr bin Aas mencoba meyakinkan Mu‟awiyah bahwa Imam Ali tidak mungkin berbuat jahat dan Imam Ali pastinya tidak akan menghalangi orang yang hendak mengambil air dari sumber air itu.2 2 Agama Ali adalah agama para Nabi. Agama para Nabi ialah agama rahmatan lil ‘alamin—rahmat bagi seluruh alam semesta dari dulu kala hingga sepanjang masa. Rahmat Allah turun atas dasar cinta. Agama Ali ialah agama Cinta. Tak mungkin agama Cinta berbuat aniaya. Tak mungkin agama CInta merugikan sesama.
  • 5. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 4 Pasukan Syria tidak memiliki jalan untuk menuju sumber air. Para jenderal pasukan Imam Ali berpendapat bahwa mereka harus membalas apa yang sudah dilakukan oleh Mu‟awiyah—yaitu menghalangi orang-orang yang hendak mengambil air. Para jenderal itu bisa saja membiarkan pasukan Syria itu mati kehausan dan itu mudah saja mereka lakukan. Akan tetapi Imam Ali menolak melakukan itu. Imam Ali menolak melakukan perbuatan yang pernah mereka kutuk karena itu perbuatan yang buruk. Imam Ali tidak mau pasukannya meniru perbuatan terkutuk yang pernah dilakukan oleh pasukan terkutuk, pasukannya Mu‟awiyah. Imam Ali malah mengumumkan ke khalayak umum: “Sungai itu milik Allah. Tidak boleh ada pelarangan untuk mengambil air kepada siapapun. Siapapun yang hendak mengambil air daripadanya, maka ia boleh mengambilnya.” Pertempuran kecil-kecilan mulai terjadi di bulan Dzulhijjah3 tahun 36H atau kira-kira di bulan Mei tahun 657 Masehi. Pertempuran itu mulai merebak secara sporadis selama beberapa minggu kemudian. Ketika bulan Muharram4 datang, diadakan gencatan senjata selama satu bulan. Selama masa gencatan senjata ini, Imam Ali mencoba kembali untuk mengusahakan perdamaian lewat perundingan- perundingan. Imam Ali ingin pertempuran tidak lagi terjadi diantara sesama kaum Muslimin. Akan tetapi usaha Imam Ali ini ternyata sia-sia saja karena musuhnya—Mu‟awiyah (yang juga musuh Islam, musuh umat manusia)—sekali lagi, tidak menganggap perdamaian itu sebagai pemecah masalah umat. Ia melihat perdamaian umat Islam itu hanya akan menghalangi cita-citanya saja. Imam Ali sebenarnya sudah melewati banyak sekali ujian berat. Ia pernah ditipu, dijahati, dikhianati, melewati banyak tragedi dan pengalaman pahit lainnya, akan tetapi ia tetap saja percaya bahwa 3 Bulan Dzulhijjah ialah bulan terakhir di dalam penanggalan kalender hijriyyah. 4 Bulan Muharram ialah bulan permulaan dalam penanggalan kalender hijriyyah.
  • 6. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 5 perdamaian itu adalah hal yang terbaik dan ia berusaha sekuat tenaga untuk mencapainya. Ketika bulan Muharram berlalu dan bulan Safar menjelang, Imam Ali mengirimkan lagi seorang utusan yang bernama Merthid ibn Harits untuk menyampaikan sebuah pesan kepada orang-orang Syria. Ia berdiri di depan pasukan Syria dan membacakan pesan yang diamanatkan oleh Imam Ali. Pesan itu dibacakannya secara lantang: “Wahai orang-orang Syria! Ali—sang Amirulmukminin— memberitahukan kepada kalian bahwa ia telah memberikan kalian kesempatan untuk melihat fakta kebenaran dan mencukupi diri kalian dengan fakta-fakta itu. Ia telah mengajak kalian untuk mengikuti Kitabullah akan tetapi kalian tetap tidak menghiraukannya. Sekarang tidak ada lagi yang bisa disampaikan kepada kalian. Tidak ada lagi keraguan bahwa Allah itu tidak akan ridha kepada siapa saja yang menyangkal kebenaran.” (LIHAT: Tabari, Tarikh, Vol. IV, halaman 6) Ketika dua pasukan berhadapan satu sama lainnya, Imam Ali mengeluarkan sebuah perintah kepada pasukannya sama seperti yang ia lakukan ketika pasukan mereka berperang di Perang Basrah (atau lebih dikenal dengan Perang Unta: download link: PERANG UNTA: HUBUNGAN ANTARA PERANG UNTA DAN PENCIPTAAN TOKOH “ABDULLAH IBN SABA” (2 buku untuk di download gratis)). Imam Ali mengumumkan: “Wahai kaum Muslimin! Tunggulah sampai musuh kalian itu bersikap kejam terhadap kalian dan menyerang kalian secara terbuka. Kalau mereka menyerang kalian, maka pertahankanlah diri kalian. Apabila ada musuh yang hendak melarikan diri dari peperangan untuk menyelamatkan nyawanya sendiri, maka biarkanlah ia lari dan kabur. Apabila seandainya Allah memberikan kalian kemenangan, maka
  • 7. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 6 janganlah kalian jarah tenda-tenda musuh kalian; janganlah kalian cincang tubuh mereka; janganlah kalian merampas baju perang mereka dan senjata mereka; dan jangan pula kalian mencemarkan kehormatan para wanita mereka. Namun di atas itu semua, tetaplah ingat kepada Allah di segala kesempatan.” Imam Ali mengerahkan kembali kekuatan pasukannya. Ia memberikan komando untuk pasukan sayap kanannya kepada Abdullah ibn Abbas; sementara untuk komando sayap kanannya diberikan kepada Malik ibn Asytar. Imam Ali sendiri memberikan komando di tengah-tengah pasukan inti. Bersama Imam Ali, ikut serta para sahabat senior Muhammad—Rasulullah. Diantara mereka ada Ammar bin Yassir. Ketika pasukan Syria mulai melakukan serangan, Ali memberikan isyarat kepada pasukannya untuk membalas serangan mereka. PERANG SIFFIN DIMULAI …………. Ammar bin Yassir sudah berusia lanjut pada waktu itu. Ia berusia 70 tahun. Akan tetapi karena dadanya dipenuhi rasa cinta kepada Sayyidina Muhammad ar-Rasulullah, maka ia berperang dengan sangat bersemangat seolah-olah ia masih sangat muda. Untuk memberikan efek dramatis dari Perang Sifin itu, Imam Ali membawa senjata-senjata yang pernah digunakannya puluhan tahun yang lalu dimana ia masih bersama-sama dengan Muhammad al-Mustafa berperang melawan kaum Musyrikin Mekah di Badar. Musuh yang dihadapi oleh Ammar di Siffin adalah orang-orang yang secara notabene adalah kaum Muslimin (meskipun prilaku mereka sama sekali tidak mencerminkan itu semua) akan tetapi Ammar sama sekali tidak tertipu dengan itu. Ammar sanggup melihat apa yang ada di balik topeng ke-Muslim-an mereka yang hanya pura- pura saja. Ammar juga merasa sedikit geli melihat musuh-musuh
  • 8. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 7 lamanya sekarang ada lagi dan berhadapan lagi dengan dirinya di perang Siffin ini. Bagi Ammar Perang Siffin ini mirip-mirip dengan Perang Badar. Sekali lagi, Ammar berperang dan sekali lagi ia masih berada di pihak Muhammad dan keluarganya yang disucikan. Sekali lagi ia berada di samping Imam Ali, saudara dan penerus kepemimpinan Nabi untuk bersama-sama mempertahankan Islam yang asli yang sekarang sedang mendapatkan cobaan yang sangat dasyhat sekali. Setiap kali Ammar mengayunkan pedangnya untuk menyerang orang-orang Syria, Ammar tak henti-hentinya mengucapkan: “Kami berperang melawan kalian hari ini atas penafsiran Qur’an yang berbeda diantara kita, sama seperti yang terjadi di masa Nabi kita. Kami berperang dengan kalian karena kami hendak mempertahankan risalah Illahi.” Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab Musnad-nya, dan Hakim dalam kitab al-Mustadrak-nya menuliskan hadits riwayat dari Abu Said al-Khudri—salah seorang sahabat Rasulullah yang dilaporkan pernah berkata kepada Imam Ali sebagai berikut: “Wahai Ali! Sementara aku akan bertempur melawan para penyembah berhala atas turunnya wahyu Al-Qur’an, engkau akan bertempur melawan orang-orang sesat atas penafsiran Al-Qur’an” Ammar berhenti sejenak untuk kemudian ia kembali memberi semangat kepada para sahabatnya dengan mengucapkan: “Sahabat-sahabatku! Seranglah musuh-musuhmu itu! Tidak ada waktu untuk berleha-leha bermalas-malasan. Pintu-pintu surga telah terbuka lebar pada hari ini dan menunggu kalian untuk memasukinya. Tapi untuk memasukinya, kalian harus menantang pedang dan tombak musuh-musuh Allah dan RasulNya yang terhunus kearah kalian. Seranglah mereka. Hancurkan pedang-pedang mereka, tombak-tombak mereka.
  • 9. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 8 Remukkanlah tengkorak-tengkorak mereka dan kalian akan memasuki pintu-pintu kebahagiaan dan pintu keabadian dan di sana kalian akan bertemu dengan menjadi sahabat Muhammad, kekasih Allah.” Ammar sendiri memimpin serangan itu (sekali lagi, meskipun usianya sudah uzur, yaitu 70 tahun). Ia merangsek masuk ke tengah-tengah pasukan musuh hingga ia masuk jauh lebih dalam lagi diantara barisan orang-orang Syria. Di tengah-tengah perang yang berkecamuk itu, ia merasa sangat kehausan dan kepanasan. Ia kembali lagi ke barisannya untuk mencari air minum agar bisa menghilangkan rasa hausnya itu. Ia mencari ke sana kemari untuk meminta bantuan orang agar membawakannya air minum. Akan tetapi mereka tidak bisa berbuat banyak karena mereka sendiri tidak membawa persediaan air minum. Sampai ada satu orang yang membawakannya air susu dan kemudian diberikannya kepadanya satu cangkir susu. Ketika Ammar melihat secangkir susu itu dibawakannya kepadanya, ia merasakan tubuhnya gemetar karena rasa senangnya. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman dan ia berseru: “Allahu Akbar! Rasulullah tidak pernah berkata kecuali mengatakan yang benar.” Orang-orang yang ada di sekelilingnya bertanya kepadanya mengapa ia berkata seperti itu. Ammar berkata; “Rasulullah pernah berkata kepadaku bahwa minuman terakhir yang akan aku minum di dunia ini ialah susu. Sekarang aku tahu kapan waktunya aku bisa bertemu lagi dengan orang yang aku cintai itu. Waktunya telah tiba. Aku sudah menunggu-nunggu waktu ini begitu lamanya hingga aku tidak sabar lagi. Sekaranglah waktu itu akhirnya tiba kepadaku. Alhamdulillah.” Ammar ibn Yasir tercekam oleh perasaan cintanya yang meluap terhadap Allah dan RasulNya. Dengan segenap rasa cinta dan kerinduan untuk bertemu dengan kekasihnya—Muhammad—ia
  • 10. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 9 meminum air susu itu dan kemudian ia naik lagi ke atas kudanya dan menyeruak lagi ke tengah-tengah pasukan musuh. Tiba-tiba ia melihat Amr bin Aas di tengah-tengah pasukan itu dan ia berteriak kepadanya: “Laknat semoga tercurah kepadamu, wahai begundal Mu’awiyah! Apakah engkau telah lupa ramalan Rasulullah bahwa pada suatu ketika ia bersabda bahwa sekelompok orang jahat akan membunuhku? Camkanlah dan lihatlah sekali lagi kearahku. Apakah engkau telah lupa kepadaku? Aku ini Ammar, Ammar bin Yasir, saudara dari Muhammad al- Mustafa.” Amr bin Aas tentu saja tidak lupa. Ia juga sudah menimbang- nimbang segala kemungkinan dan ia tetap memutuskan untuk lebih memilih Mesir. Akan tetapi ia tetap membisu karena kalau ia berbicara maka itu akan berarti bahwa ia mengakui kesalahannya sendiri. Tidak peduli apapun yang ia katakan, tetap saja itu artinya ia menyerahkan dirinya sendiri. Ammar bin Yasir sedang berjalan di muka bumi ini untuk yang terakhir kalinya. Segera ia akan menemui kekasihnya—Muhammad ar- Rasulullah—di surga, dimana ia juga akan bertemu dengan para sahabat lainnya yang sudah mendahuluinya. Muhammad kekasihnya akan menunggu di sana. Ia akan menyapanya; menjabat tangannya dan membersihkan tubuhnya, rambut keritingnya, dan pakaiannya dari debu-debu gurun Siffin seperti dulu Rasulullah juga membersihkan rambut keriting Ammar dan wajah Ammar yang bercahaya dari debu Madinah ketika ia tergeletak di dalam sebuah parit. Dengan mengayunkan pedangnya ke kanan dan ke kiri, Ammar merangsek maju. Ia sepertinya tidak peduli lagi dengan bahaya yang sedang mengancam dirinya. Kepala dan wajahnya sudah tertutup oleh darahnya sendiri. Debu juga sudah menyelimuti kepala dan wajahnya itu, sehingga ia hampir-hampir tidak dikenali oleh
  • 11. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 10 orang-orang. Pada saat itulah, seorang prajurit dari Syria, membidikkan sebuah tombak pada dirinya. Kemudian ia melontarkan tombak itu dan tepat mengenai jantung Ammar bin Yasir. Ammar terlempar dari kudanya. Ketika ia terjatuh dari kudanya itulah, Ammar sedang mengenakan mahkota kesyahidan di kepalanya. Dan dengan mahkota kesyahidan yang berkilauan itu Ammar bin Yasir memasuki pintu keabadian di surga. Ia dibimbing oleh sahabat-sahabatnya yang telah terlebih dahulu mendahuluinya di sana. Ia dibimbing untuk segera berjumpa dengan Allah dan RasulNya. Dua orang prajurit bayaran dari Syria segera menemui Mu‟awiyah. Mereka satu sama lain saling mengaku bahwa dirinyalah yang telah melemparkan sebuah tombak yang mengenai Ammar bin Yasir. Mereka berdua begitu bersemangat untuk mendapatkan hadiah dari Mu‟awiyah atas “jasa” mereka karena telah membunuh Ammar bin Yasir. Amr bin Aas ada bersama Mu‟awiyah pada waktu itu dan ia berkata kepada mereka berdua: “Mengapa kalian berdua begitu bersemangat untuk terjun ke dalam api neraka?” Dua orang sejarawan dan sekaligus ahli hadits telah mencatat sebuah hadits berupa ramalan Rasulullah bahwa Ammar bin Yasir akan dibunuh oleh orang-orang sesat. Catatan Sir John Glubb Sir John Glubb mencatat: “Ketika orang-orang Muslim pertama di kota Madinah terancam oleh orang-orang Qurays—yang akhirnya berhasil diusir dengan menggali sebuah parit (dalam Perang Khandaq)—Ammar bin Yasir sudah berlumuran debu dan tanah. Rasulullah sendiri melihat hal itu dan ia datang memberikan bantuan kepada Ammar. Ia menyeka tanah dan debu yang menyelimuti tubuh Ammar dan pakaiannya. Sifat
  • 12. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 11 lembut penuh kasih sayang seperti orang tua kepada anaknya menyebabkan para pengikutnya sangat setia mengikutinya. Ia berkata, “Kasihan sekali engkau, ya Ammar! Orang-orang yang dzalim dan tiran akan membunuhmu.” Tampaknya pada waktu itu pernyataan Muhammad itu hanya dianggap candaan saja mengingat para sahabatnya terlalu setia dan patuh pada Nabi. Akan tetapi pernyataan itu sekarang diingat orang-orang sebagai ramalan. Pada hari kedua di Perang Siffin, Ammar dibunuh karena ia membela Ali dan ia pada waktu itu dilaporkan berteriak-teriak, “Wahai surga! Betapa dekatnya dirimu dengan diriku.” Teriakan itu begitu berpengaruh kepada kedua belah pihak yang bertempur di medan perang karena itu mengingatkan mereka kepada perkataan Rasulullah tentang kematian Ammar. Pasukan Imam Ali menjadi sangat bersemangat dalam melakukan perlawanan terhadap pasukan Mu’awiyah. Itu disebabkan oleh ramalan Rasulullah bahwa orang-orang yang akan membunuh Ammar itu adalah orang-orang sesat.5” (LIHAT: “The Great Arab Conquests, London, hal. 326, thn. 1963) Sir John Glubb sendiri sebenarnya sudah melakukan kesalahan dengan mengatakan bahwa Rasulullah “bercanda” karena Rasulullah jelas-jelas tidak bercanda pada waktu itu. Tidak ada alasan untuk bercanda bagi beliau pada waktu itu. Rasulullah benar- benar serius ketika ia mengabarkan bahwa Ammar itu akan dibunuh oleh orang-orang sesat. Kematian Ammar memberikan pengaruh yang sangat mendalam baik kepada kawan maupun lawan dan itu sekaligus memberikan sebuah pandangan pada kedua belah pihak. Pasukan Irak (pasukannya Imam Ali) sekarang mendapatkan semangat baru 5 Berarti pasukan Imam Ali berada di dalam kebenaran dan mereka sedang memerangi kesesatan (pen.)
  • 13. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 12 karena mereka merasa lebih yakin lagi karena mereka sekarang bergabung dengan pasukan yang beserta kebenaran6. Pada waktu yang bersamaan, pasukan Syria berkecamuk dalam kebimbangan. Beberapa dari mereka berhenti dan tidak melanjutkan peperangan, diantara mereka yang berhenti berperang adalah Amr bin Aas sendiri. Puteranya yang bernama Abdullah berkata kepadanya: “Pada hari ini kita telah membunuh seseorang yang wajahnya pernah dibersihkan oleh Rasulullah dari debu-debu yang melekat. Dan ia telah diberitahu olehnya bahwa ia akan dibunuh oleh sekelompok orang jahat.” Amr bin Aas menyebutkan hadits Rasulullah tersebut kepada Mu‟awiyah seraya berkata: “Sekarang jelaslah sudah bahwa kitalah orang-orang yang bersalah itu.” Mu‟awiyah memerintahkan Amr bin Aas untuk diam dan tidak berkata lagi tentang hal itu karena takut hadits itu didengar orang- orang. Dan ia memerintahkan agar dikabarkan bahwa Ammar itu sebenarnya dibunuh oleh Imam Ali karena Imam Ali-lah yang sudah membawa Ammar ke medan perang itu. Salah seorang sahabat Nabi yang ikut bersama dengan pasukan Mu‟awiyah dengan hati-hati mengomentari pandangan (Mu‟awiyah) yang mengatakan bahwa apabila Imam Ali disalahkan sebagai pembunuh Ammar hanya karena dialah yang telah membawa ke medan perang bersamanya, maka itu sama saja dengan mengatakan bahwa Muhammad-lah yang telah membunuh Hamzah karena Muhammad-lah yang telah membawa Hamzah ke medan perang bersamanya (di Perang Uhud—pen). 6 (pasukannya Imam Ali—pen)
  • 14. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 13 Ketika Imam Ali mendengar bahwa Ammar terbunuh di dalam peperangan, maka ia kemudian membacakan sebuah ayat suci Al- Qur‟an (QS. Al-Baqarah: 156) sebagai berikut: “ ‫إنا‬‫هلل‬‫وإنا‬‫إليه‬‫راجعون‬ ……” “Dari Allah kita berasal dan kepadaNya-lah kita kembali” Kematian Ammar begitu mengguncang Imam Ali. Keduanya sudah menjalin ikatan persahabatan sejak peristiwa dimana Ammar dan kedua orang tuanya7 disiksa oleh kaum Qurays karena mereka sekeluarga sudah memeluk Islam. Pada waktu itu Muhammad ar- Rasulullah mencoba menghibur mereka. Sekarang Rasulullah sendiri sudah lama meninggal dunia dan tidak bisa lagi menghibur mereka. sekarang ditambah lagi dengan Ammar yang sudah meninggalkan dunia ini ……… meninggalkan Imam Ali sendirian. Imam Ali diliputi kesedihan yang mendalam dan ia merasakan kesepian yang amat mencekik. Imam Ali dan para sahabatnya menshalati jenazah Ammar bin Yasir—kekasih Allah, sahabatnya Muhammad dan seorang syuhada di Siffin. Setelah itu Ammar dikebumikan. Seperti kedua temannya—yaitu Rasulullah Muhammad dan Imam Ali—Ammar juga sudah bertempur dengan orang-orang Qurays selama sepanjang hidupnya. Dulu orang-orang Qurays pernah membunuh kedua orang tuanya dan sekarang mereka membunuhnya. Tiga orang anggota keluarga Yasir telah mendapatkan mahkota kesyahidannya masing-masing. Ketika Imam Ali bersedih atas meninggalnya Ammar, Mu‟awiyah sedang bersukan cita atas kematiannya itu. Mu‟awiyah seringkali berkata bahwa Ammar itu adalah salah satu tangan dari dua 7 Yasir dan Sumayah
  • 15. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 14 tangan Imam Ali (tangan lainnya ialah Malik ibn Asytar). Dan Mu‟awiyah sekarang sedang menyombong-nyombongkan keberhasilannya dalam menebas salah satu tangan Imam Ali itu. Ketika perang kembali diteruskan, dua orang putera Hudzaifah ibn al- Yaman yaitu: Sa‟id dan Safwa. Keduanya syahid terbunuh oleh pasukan Syria. Do‟a ayah mereka (Hudzaifah ibn al-Yamani) terkabul sudah dimana di dalam do‟anya ia mendo‟akan kedua anaknya itu syahid karena bertempur di pihak Imam Ali. Beberapa hari sudah berlalu dan mereka masih berada dalam kesulitan ekonomi dan serba kekuarangan karena peperangan masih berkecamuk. Di dalam beberapa peperangan kecil ini, Imam Ali kembali menderita kehilangan yang besar. Dua orang sahabat Nabi yang setia sudah terbunuh lagi dalam peperangan itu. Salah satu dari mereka bernama Khuzaima ibn Tsabit Ansari (ia adalah seorang sahabat yang kesaksiannya sebanding dengan kesaksian dua orang laki-laki). Sahabat Nabi yang lainnya ialah Oways al-Qarni. Oways al- Qarni sendiri sudah tiba di tempat peperangan itu dan ia datang dari daerah Yaman dan ia bertemu dengan Ali untuk pertama kalinya di malam hari ketika Perang Basrah (Perang Unta) sedang berkecamuk. Kerinduan Khuzaimah dan Oways al-Qarni untuk mendapatkan kesyahidan di dalam Islam. Mereka akhirnya mendapatkan kesyahidan itu di dalam Perang Siffin. Kematian Khuzaimah dan Oways al-Qarni itu sangat menyakitkan bagi Imam Ali sehingga ia mengirimkan sebuah surat kepada Mu‟awiyah agar ia keluar dan mau berduel satu lawan satu dan oleh karena itu bisa menyelamatkan ribuan kaum Muslimin yang berguguran di kedua belah pihak. Mu‟awiyah tentu saja tidak mau menanggapi ajakan itu. Tampaknya Mu‟awiyah hanya memiliki keculasan dan kelicikan politis saja dan ia sama sekali tidak memiliki keberanian atau sifat ksatria di dalam dirinya. Korban berjatuhan banyak sekali di kedua belah pihak akan tetapi hasil dari peperangan itu belum tampak juga. Imam Ali melihat hal ini
  • 16. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 15 berdampak buruk bagi mental dan moral pasukannya dan oleh karena itu ia memutuskan untuk mengatasi masalah itu. Pada suatu malam ia memanggil Abdullah ibn Abbas yang merupakan penasihat utamanya. Ia juga memanggil Malik Ibn Asytar yang menjadi kepala pasukannya untuk mencari sebuah solusi yang bisa mengatasi masalah itu. Mereka bersama berusaha untuk membuat sebuah strategi yang baru untuk membawakan kemenangan kepada pasukannya. Pada hari berikutnya, Imam Ali dan Malik al-Asytar berencana akan menyerang musuh secara terus menerus. Satu serangan akan diarahkan dari sebelah kanan dan serangan lainnya di sebelah kiri pasukan musuh. Mereka akan menyerang dengan koordinasi yang rapi dan tingkat ketepatan yang tinggi. Kedua pasukan (yang dari kanan dan dari kiri) akan menyerang dengan arah menggunting musuh dan kemudian bertemu di tengah-tengah. Malik bin Asytar akan memimpin serangan dan memukul musuh untuk menyerah dan takluk. Setelah menunaikan shalat malam, Imam Ali berpidato di depan para prajuritnya sebagai berikut: “Wahai kaum Muslimin! Esok hari kalian akan bertempur dalam pertempuran yang paling menentukan. Oleh karena itu, habiskanlah malam ini dengan ibadah-ibadah kepada Allah sang maha-pencipta. Carilah ampunanNya, dan berdo’alah kepadaNya agar diberikan ketabahan dan kemenangan. Dan esok hari buktikanlah kepada setiap orang bahwa kalian itu para sahabat keadilan dan kebenaran.” (LIHAT: Kamil ibn Athir, Tarikh, vol. III, halaman 151) PERANG LAYLATUL HARIR
  • 17. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 16 Pada keesokan harinya, Imam Ali dan Malik al-Asytar menaiki kudanya dan memacu kudanya di depan pasukan Syria seraya melihat penempatan pasukannya. Mereka sudah melakukan perubahan kecil di sana-sini semuanya siap-siap untuk berperang dan setelah ada tanda dari Imam Ali, Malik al-Asytar mulai melancarkan serangan di sebelah sayap kanan pasukan musuh. Pasukan Syria memiliki jumlah pasukan dan perlengkapan senjata yang jauh lebih unggul dibandingkan dengan pasukan Malik al- Asytar; dan para jenderal pasukannya mencoba sekuat tenaga untuk menggunakan keunggulan ini. Ketika Malik al-Asytar menyerang, mereka juga membalas dengan sengitnya. Malik al-Asytar bertempur habis-habisan sepanjang hari. Biasanya, kedua belah pihak akan berhenti bertarung ketika matahari terbenam, dan kemudian kembali ke tenda-tenda mereka untuk mendirikan shalat dan untuk beristirahat akan tetapi hari itu Malik al- Asytar menolak untuk kembali ke tendanya. Ia juga tidak membiarkan pasukan Syria kembali ke tenda-tenda mereka. Malik al- Asytar memaksa mereka bertahan di medan perang. Setelah beristirahat sejenak untuk melakukan shalat, Malik al-Asytar kemudian kembali melancarkan serangannya kearah pasukan Syria. Serangan kali ini begitu hebatnya sehingga pasukan Syria terpukul mundur dan lari kocar-kacir seperti biri-biri di padang rumput. Setelah shalat malam, Imam Ali juga kembali ke medan perang, dan mulai menyerang sayap kanan pasukan Syria. Pasukan Syria diserang dari dua sayap digempur habis-habisan. Pasukan Imam Ali dan pasukan Malik al-Asytar membunuhi banyak sekali prajurit Syria. Pasukan Syria dicekam ketakutan. Barisan pasukan mereka mulai goyah dan tidak lagi bisa memberikan perlawanan sengit. Raungan, jeritan, tangisan dari pasukan Syria yang terluka dan yang sedang sekarat terdengar di sana-sini. Dentingan senjata yang beradu nyaring sekali terdengar—besi beradu besi. Pedang Malik al-Asytar yang bermata
  • 18. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 17 dua terayun-ayun membelah pasukan Syria. Teriakan Allahu Akbar, memenuhi angkasa di tengah-tengah gurun pasir yang luas. Malik al-Asytar itu sangat berani dan tidak mengenal rasa takut sedikitpun. Di mata musuh-musuhnya, ia tampak perkasa dan sangat cerdas. Ia mirip mesin perang yang tangguh yang sengaja dibuat oleh sang maha-pengatur dan maha-pemelihara. Kemanapun ia memacu kudanya, kemenangan selalu bersamanya. Dalam pertempuran yang sangat berdarah-darah ini, Khalifah yang hak—Imam Ali bin Abi Thalib—memperlihatkan karakter yang kuat. Ia penuh dengan rasa kemanusiaan yang tinggi di satu sisi, tapi juga keberanian yang tiada banding di sisi yang lain. Pasukannya sangat disiplin; mereka menunggu dulu serangan musuh yang pertama dan sama sekali tidak tergerak untuk melakukan serangan lebih dulu. Ketika mereka menyerang dan musuh menyerah satu per satu; musuhnya sama sekali tidak dianiaya. Tubuh-tubuh jenazah pasukan musuhpun dihormati; tidak ada yang dimutilasi, tidak ada yang diperlakukan secara keji. Kehormatan kaum wanita dan tahanan lainnya dijunjung tinggi dan diperlakukan secara mulia tanpa ada yang disakiti, tanpa ada yang dicemarkan sama sekali. Khalifah Ali bin Abi Thalib sangat pema‟af dan malah ia memberikan kesempatan bagi pasukannya hanya untuk menaklukan musuh dalam satu kali peperangan saja agar banyak nyawa kaum Muslimin yang terselamatkan. Sedangkan musuh-musuhnya menganggap bahwa nyawa yang melayang di dalam pertempuran itu sebagai sesuatu yang wajar dan tidak bisa dielakan walaupun nyali mereka sudah ciut mengkerut. Barisan- barisan pasukan Syria hancur porak poranda dengan serangan seorang pahlawan yang mengendarai seekor kuda belang. Barisan itu terbelah dengan kekuatan dasyhatnya diiringi sabetan pedang bermata duanya. Setiap kali ayunan pedangnya kearah kaum pemberontak itu, setiap kali itu pula ia berteriak “Allahu Akbar”. Di tengah hiruk pikuk pertempuran malam itu, ia kurang lebih berteriak
  • 19. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 18 “Allahu Akbar” sebanyak 400 kali dengan teriakan yang sama kuatnya, sama membahananya; bergaung di bukit-bukit yang ada di padang pasir itu (LIHAT: The Decline and Fall of the Roman Empire— Edward Gibbon). Pahlawan yang menyeruak ke tengah-tengah pasukan Syria itu adalah Malik al-Asytar. Baru setelah ia membunuh begitu banyak orang—pasukan pemberontak dari Syria—Malik al-Asytar mulai kehilangan selera untuk membunuh lebih banyak lagi anggota pasukan musuh. Ia sekarang mulai mencari-cari komandan pasukan yang menggerakan pasukan itu. Di dalam Perang Basrah atau Perang Unta atau Perang Jamal seperti yang dikenal di dalam sejarah, Malik al-Asytar menyudahi peperangan dengan membunuh unta yang dikendarai oleh „Aisyah. Pertempuran berakhir ketika komandan pasukannya ditaklukan dari punggung unta. Sekarang Malik al-Asytar memiliki niat yang sama. Ia hendak membunuh atau menangkap Mu‟awiyah sebagai otak dari pemberontakan terhadap Khalifah yang hak—Imam Ali bin Abi Thalib. Dengan itu, ia hendak mengakhiri perang yang dasyhat ini untuk menyelamatkan korban yang jauh lebih banyak lagi. Dengan naluri seorang pemburu, ia mulai mencari mangsanya itu. Malik al-Asytar memacu kudanya memecah genangan darah dan gelimpangan tubuh-tubuh tak bernyawa dari para prajurit Syria yang tidak bisa ia hindari karena banyak sekali jumlahnya bertebaran di sana-sini. Siapapun yang menghalangi dirinya di jalan, maka nasibnya sudah jelas. Ia akan ditebas impas tuntas. Mu‟awiyah sekarang bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa bahaya yang sangat potensial sedang mendekat kearah dirinya. Yang sangat ia takuti yang sekarang sedang mendekat sebenarnya bukan Malik al-Asytar—anak buah dari Imam Ali— melainkan malaikat maut yang siap menjemput. Tanah yang keras yang dipijaknya terasa seolah-olah menjadi lembek dan menjadi pasir hisap yang siap-siap menenggelamkannya. Para begundal
  • 20. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 19 yang disewanya—yang sudah dipilihnya sendiri dengan memperhatikan keberaniannya, kekuatannya, dan pengabdiannya kepada dirinya maupun keluarganya—terlihat sangat rapuh dan lembek ketika berhadapan dengan Malik al-Asytar. Mereka semua tidak bisa mencegah dan menghambat laju Malik al-Asytar yang sedang mendekati mangsanya itu. Satu-satunya yang bisa mereka lakukan ialah mempersiapkan seekor kuda segar yang dipersiapkan untuk Mu‟awiyah kabur dari tempat peperangan itu. Kabur dalam kegelapan malam yang secara sempurna berhasil menyembunyikannya. Di tengah kekalutan dan kegalauan yang mencekam itu, Mu‟awiyah menemui Amr bin Aas. Ia berkata: “Apakah masih ada harapan bagi kita untuk menyelamatkan nyawa kita? Apakah tempat gersang yang menyeramkan ini ditakdirkan menjadi kuburan kita? Apakah engkau masih menginginkan Mesir?8 Kalau engkau masih menginginkan Mesir, maka pikirkanlah sebuah tipu muslihat untuk menjebak Malik atau orang lain agar mereka bisa dibunuh dalam beberapa saat.” Naluri Amr bin Aas untuk bertahan hidup itu sangat tinggi. Ia bisa tiba- tiba muncul idenya hampir di dalam setiap kesempatan ketika ia terdesak. Dan pada saat itu, ia memang sudah siap-siap dengan sebuah tipu muslihat. Tipu muslihat Amr bin Aas itu direncanakan bukan saja untuk melawan si penyerang akan tetapi juga untuk merebut kemenangan dari si penyerang tersebut! Perang yang diikuti Malik al-Asytar pada malam itu dikenal di dalam sejarah sebagai Perang “Laylatul Harir”. Perang itu adalah puncak peperangan di padang Siffin yang terletak di tepian sungai Efrat. 8 Apakah engkau masih berhasrat untuk menjadi pemimpin di Mesir?
  • 21. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 20 Perang itu juga merupakan puncak karir politik dan militer bagi Imam Ali dan Malik al-Asytar seperti yang akan kita lihat sebentar lagi. Semenjak Imam Ali meminta bai‟at kesetiaan dari Mu‟awiyah (karena Ali sudah ditunjuk umat sebagai khalifah yang hak), semenjak itu pula Mu‟awiyah membuka perang psikologis terhadap Imam Ali. Salah satu senjata Mu‟awiyah yang paling jitu dalam perang psikologis itu adalah emas.9 Ibunya Mu‟awiyah—yaitu Hindun—seringkali menggunakan jebakan seks sebagai senjatanya ketika ia ikut berperang di dalam Perang Uhud. Dengan menggunakan rayuan emas, Mu‟awiyah berhasil untuk merayu para pejabat senior dalam barisan pasukan Irak (pasukannya Imam Ali). Mereka bahkan bersedia untuk berperang bersama pasukan Mu‟awiyah—dan di pihak Mu‟awiyah—untuk memerangi Imam Ali. Mu‟awiyah bukan saja menjanjikan mereka dengan emas dan perak akan tetapi juga menjanjikan kedudukan bagi mereka sebagai gubernur di berbagai macam provinsi dan atau menjanjikan mereka kedudukan di dalam pasukan Mu‟awiyah sebagai para komandan senior. Dan itu semua bisa mereka raih secara mudah kalau mereka mau mengkhianati Imam Ali. Akhirnya mereka memang mengkhianati Imam Ali pada saat-saat yang paling menentukan. Saat yang menentukan itu akhirnya tiba juga. Serangan Malik al- Asytar yang dasyhat sudah memukul mundur pasukan Syria dan membuat mereka tidak berdaya dan putus asa. Harapan mereka satu-satunya ialah menyelamatkan diri dalam kegelapan malam yang mungkin bisa menyembunyikan mereka supaya mereka bisa luput dari penglihatan Malik al-Asytar. Malik al-Asytar yang merasa bahwa ia sudah hampir bisa membunuh atau menangkap Mu‟awiyah dan Amr bin Aas, tidak sadar bahwa keduanya sedang mempersiapkan senjata rahasia yang bisa 9 Banyak sekali pengikut Imam Ali yang tergoda untuk menyeberang menjadi pengikut Mu’awiyah karena tergiur oleh tumpukan emas dan harta lainnya yang ditawarkan kepadanya.
  • 22. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 21 menyelamatkan nyawa mereka di satu sisi dan membuat bingung lawan di sisi lainnya. Senjata Mu‟awiyah itu berjalan secara diam- diam tapi menghanyutkan dan sangat efektif. Ia menebar bibit-bibit pengkhianatan di dalam pasukan Irak (pasukan Imam Ali). Bibit pengkhianatan itu akhirnya muncul di dalam Perang Laylatul Harir! Malik al-Asytar waktu itu sedang memukul-mukulkan pedangnya kearah pasukan Syria ketika Amr bin Aas memerintahkan pasukannya untuk mengusung al-Qur‟an di ujung tombak-tombak mereka sebagai tanda bahwa mereka akan menjadikan al-Qur‟an itu sebagai hakim; mereka ingin menjadikan al-Qur‟an untuk memutuskan perkara diantara mereka. Para pejabat tinggi yang ada di dalam pasukan Irak yang sudah dibeli oleh Mu‟awiyah—dan sudah siap-siap untuk “menunaikan tugas dari tuannya”—sedang menunggu aba-aba. Ketika mereka melihat al-Qur‟an di atas tombak-tombak, para pejabat tinggi itu menyarungkan kembali pedang-pedang mereka dan mereka berhenti berperang. Hal itu tentu saja mengejutkan Imam Ali, Abdullah bin Abbas, dan serombongan pejabat setia lainnya. Abdullah Ibn Abbas sendiri melihat sekilas al-Qur‟an yang tertancap di ujung tombak dan ia segera mengerti apa yang sedang terjadi. Ia berkomentar tentang hal itu sebagai berikut: “Pertempuran telah selesai sekarang; pengkhianatan sudah dimulai.” Dan itulah yang memang sedang terjadi pada waktu itu. Mu‟awiyah dan Amr bin Aas tadinya melancarkan peperangan bersenjata dan mereka kalah dalam perang itu. Sekarang mereka melancarkan pengkhianatan, dan seperti nantinya kita lihat, mereka berhasil memenangkannya! Laki-laki pertama di dalam barisan pasukan Irak ialah Ash‟ath bin Qays. Puterinya juga seorang pengkhianat. Puteri dari Ash‟ath bin Qays ialah Ju‟dah dan nantinya ia akan membunuh Hasan Ibn Ali (cucu Nabi) dengan racun yang mematikan. Ash‟ath bin Qays itu adalah salah seorang pemimpin kaum pengkhianat di
  • 23. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 22 barisan pasukan Irak. Ia pergi menemui Imam Ali seraya berkata kepadanya: “Orang-orang Syria tidak mau lagi melihat darah tertumpah diantara kaum Muslimin. Mereka ingin menjadikan Kitabullah sebagai hakim yang adil diantara mereka dan kita. Oleh karena itu, kita tidak boleh memeranginya lagi.” Para pemimpin dari suku-suku lainnya yang juga berada bersama Mu‟awiyah berhenti berperang meniru perbuatan Ash‟ath bin Qays. Kemudian perbuatan para pemimpin suku itu diikuti oleh anggota- anggota sukunya (atau para pengikut pemimpinnya sendiri-sendiri). Mereka berhenti berperang. Karena mereka semua berhenti menyerang, maka pasukan garda depan hampir semuanya tidak lagi berperang. Hanya satu skuadron tentara saja yang masih berperang. Tentara itu ialah pasukan dari Malik al-Asytar. Mereka masih menyerang pasukah orang-orang Syria. Para pengkhianat di kalangan pasukan Imam Ali (pasukan Irak) tidak sadar dan tidak memahami bahwa Mu‟awiyah dan Amr bin Aas sebenarnya tidak menghormati al-Qur‟an sama sekali. Karena kalau mereka memang menghormati al-Qur‟an dan hendak menggunakan al-Qur‟an sebagai hakim diantara mereka, maka mereka akan melakukan itu jauh sebelum peperangan terjadi atau ketika peperangan sedang berkecamuk dasyhat. Para pengkhianat dalam pasukan Irak itu tidak pula sadar bahwa Mu‟awiyah dan Amr ibn Aas baru menggunakan al-Qur‟an sebagai hakim setelah mereka kalah dalam perang dan takut akan terbunuh di dalam perang. Mereka baru menggunakan al-Qur‟an untuk tipu muslihat setelah pasukan mereka kocar-kacir bertemperasan kesana kemari. Ash‟ath bin Qays tiba-tiba seolah-olah merasa dikuasai oleh rasa cintanya terhadap nyawa-nyawa kaum Muslimin dan oleh karena itu ia lalu mengambil al-Qur‟an itu dan ia kemudian berdiri menghadap pasukannya seraya berkata:
  • 24. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 23 “Wahai kaum Muslimin! Paksalah Ali untuk menerima Kitabullah sebagai hakim diantara kita! Hentikanlah peperangan ini untuk mencegah darah tertumpah lebih banyak.” Ash‟ath baru peduli dengan darah-darah kaum Muslimin hanya setelah ia melihat bahwa Imam Ali akan memenangkan perang (padahal ia berada dalam pasukan Imam Ali dan kemudian ia mengkhianati Imam Ali). Apabila Imam Ali menang dalam perang itu, Ash‟ath merasa bahwa itu tidak akan mengubah dirinya lebih kaya atau lebih baik. Akan tetapi kalau Imam Ali kalah dalam perang itu, atau kalau Imam Ali tidak berhasil memberangus Mu‟awiyah dan Amr ibn Aas, maka Ash‟ath tentunya akan mendapatkan kekayaan yang berlimpah sebagai balas jasa dari Mu‟awiyah. Jadi “kepeduliaannya” terhadap darah dan nyawa kaum Muslimin hanyalah “kepedulian” yang palsu saja. “Kepedulian” Ash‟ath yang sesungguhnya ialah kepedulian terhadap kekayaan yang dijanjikan oleh musuh-musuh Tuhan. Pada saat itu, tiba-tiba saja, Imam Ali dikepung oleh para pemimpin pasukannya yang berasal dari suku-sukunya masing-masing. Mereka semua meminta Imam Ali untuk mengakhiri pertempuran melawan pasukan Syria yang menurut mereka, pada saat itu, Imam Ali-lah yang harus bertanggung jawab untuk mengakhiri pembunuhan kaum Muslimin. Imam Ali balik memperingatkan anak-anak buahnya itu (yang sekarang menjadi para pengkhianat) bahwa mereka sedang ditipu oleh musuh sekaligus memperingatkan mereka bahwa mereka harus mengejar kemenangan yang sudah ada di depan mata. Ia juga menyebutkan bahwa ajakan untuk berhakim kepada Kitabullah itu hanyalah membuat mereka jauh dari kemenangan sedangkan pihak musuh mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Mereka akan terbebas dari kekalahan dan kematian. Akan tetapi rupanya rayuan emas perak dan jabatan dari Mu‟awiyah jauh lebih menggiurkan daripada apa-apa yang diucapkan oleh Imam Ali. Para pengkhianat itu keras kepala dan
  • 25. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 24 bersifat kurang ajar kepada Imam Ali. Mereka dengan beraninya malah menyuruh Imam Ali untuk memanggil Malik al-Asytar dari medan peperangan dan menyuruhnya untuk mengadakan gencatan senjata secepatnya. Imam Ali terlihat ragu-ragu karena segera ia juga menyadari bahwa ia tidak lagi memiliki pilihan. Ia dihadapkan pada pembangkangan para pengikutnya di satu sisi; di sisi lain ia harus memenangkan pertempuran itu demi Islam yang harus ia jaga kemurniannya sampai kapanpun. Pilihan apapun yang ia ambil bakal berdampak besar terhadap Islam. Ia dengan sangat berat hati mengirim seseorang untuk menyuruh Malik al-Asytar kembali dari medan perang. Malik al-Asytar waktu itu sedang asyik memerangi sisa-sisa tentara Syria sehingga ia tidak sadar bahwa pasukan yang dipimpinnya sendiri sudah tidak lagi berperang. Oleh karena itu, ia menyuruh utusan Imam Ali agar kembali karena ia sedang sibuk di medan pertempuran menunaikan tugasnya. Ia menolak untuk mengakhiri tugasnya yang ia anggap belum selesai. Malik al-Asytar nanti segera menyadari bahwa pedang bermata duanya itu—yang sudah membunuhi pasukan Syria hingga hampir tak bersisa—sama sekali tidak berdaya dihadapan senjata baru yang dibuat oleh Mu‟awiyah dan Amr Ibn Aas yaitu senjata bermata dua: tipu muslihat dan pengkianatan! Ketika mata-mata Mu‟awiyah dan orang-orang sewaannya (yang sedang berada di tenda Imam Ali) mendengarkan jawaban Malik al- Asytar, mereka berkata bahwa apabila Malik al-Asytar tidak mau kembali dari peperangan segera, maka mereka mengancam akan menahan Imam Ali dan akan menyerahkannya kepada Mu‟awiyah. Pada waktu itulah Imam Ali memperlihatkan rasa kecemasan dan kegalauannya kepada Malik al-Asytar yang sudah diberitahu bahwa apabila ia tidak kembali ke tenda Imam Ali sesegera mungkin, maka ia tidak akan bisa lagi melihat Imam Ali. Malik al-Asytar menahan amarahnya. Giginya gemerutuk berbunyi keras. Ia sekarang mengalami kenyataan yang menggetirkan:
  • 26. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 25 buruan yang sedang diburunya selama ini harus lepas dari tangan. Ia datang dan masuk ke tenda Imam Ali dengan amarah yang masih sangat tinggi. Ingin sekali dirinya membunuhi para pengkhianat yang telah mengkhianati Imam Ali. Akan tetapi di sisi lainnya ia juga merasakan bahwa Imam Ali sendiri sedang di dalam marabahaya. Para pengkhianat yang jumlahnya banyak sekali itu semuanya dalam keadaan siap siaga. Tangan-tangan mereka mengepal erat menggenggam pedangnya masing-masing. Ketika Malik al-Asytar berteriak keras kepada mereka menyebutkan bahwa mereka bodoh dan sudah berkhianat kepada Imam Ali, mereka serentak maju mendekati Malik al-Asytar dengan menghunus pedangnya masing- masing. Akan tetapi Imam Ali cepat-cepat menengahi mereka dan berkata kepada para pengkhianatnya: “Kalian boleh saja tidak lagi berperang dengan musuh- musuhmu akan tetapi setidaknya engkau tidak memerangi sahabat kita yang terbaik.” Imam Ali tidak ingin Mu‟awiyah melihat pertempuran berlangsung di dalam tendanya. Perang Siffin berakhir sudah. Mu‟awiyah memang tidak berhasil berkuasa; tidak berhasil memenangkan pertempuran. Akan tetapi ia berhasil memberikan pengaruh yang luas kepada pasukan Imam Ali. Sementara di pihak Imam Ali, Imam Ali tidak jadi meraih kemenangan. Kemenangan yang sudah ada di tangan sekarang melayang; malahan ia harus menjadi pihak yang bertahan, agar tidak menemui kekalahan dari pihak Mu‟awiyah. Gencatan senjata yang terjadi di kedua belah pihak itu menandai awal dari kekalahan politis. Setelah gencatan senjata dimulai, dicapailah kesepakatan di kedua belah pihak bahwa perang saudara diantara kaum Muslimin harus diakhiri, dan hal itu harus disepakati oleh kedua belah pihak. Tidak boleh satu orang pun yang tidak sepakat atas kesepakatan itu. Disepakati juga oleh kedua belah pihak bahwa setiap keputusan
  • 27. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 26 yang diambil dalam kesepakatan itu harus sesuai dengan “Kitabullah”. Mu‟awiyah menunjuk Amr bin Aas sebagai arbitrator10 dari pihak pasukan Mu‟awiyah. Sedangkan kaum pengkhianat di dalam barisan Imam Ali menunjuk Abu Musa al-Asy‟ari untuk mewakili sebagai arbitrator pasukan Irak. Abu Musa itu orangnya tidak cerdas dan juga tidak patuh dan ta‟at serta kesetiaannya kepada Imam Ali itu diragukan banyak pihak. Nantinyq, iq segera saja menunjukkan sifat-sifatnya itu. Ketika ia bernegosiasi berhadapan dengan Amr ibn Aas, ia kelihatan sama sekali tidak cakap dan tidak terampil dalam berdiskusi dan berdebat. Sementara itu Imam Ali menolak Abu Musa dan ia lebih memilih Abdullah bin Abbas atau Malik ibn Asytar sebagai arbitrator. Akan tetapi keduanya tidak disetujui oleh Mu‟awiyah dan antek-anteknya yang ada di barisan Imam Ali (diantara pasukan Irak) seperti Ash‟ath ibn Qays dan yang lainnya. Mereka sendiri menolak Abdullah ibn Abbas dan Malik Ibn Asytar dengan alasan mereka lebih menginginkan orang yang lebih “imparsial” atau “non-partisan” yang bisa kemana-mana; yang luwes dan supel; dan oleh karena itu, mereka lebih menginginkan Abu Musa karena mereka melihat Abu Musa lebih cocok untuk mereka. Ali kemudian berkata kepada mereka (kaum pengkhianat dari barisannya): “Kalau begitu, mengapa kalian tidak keberatan dengan penunjukkan Amr ibn Aas yang sama sekali tidak “imparsial” dan tidak “non-partisan”? Mereka menjawab bahwa mereka hanya bertanggung-jawab atau hanya mengurus urusan mereka saja. Penunjukkan Amr ibn Aas bukan urusan mereka dan mereka tidak mau mengurusi itu. Imam Ali berusaha sekuat tenaga untuk melawan tekanan dari para pengkhianat itu akan tetapi mereka makin banyak lagi yang menyeberang ke Mu‟awiyah karena menginginkan harta berupa 10 Juru damai
  • 28. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 27 emas dan uang yang berlimpah. Mereka tidak mau berpisah dari harta yang dijanjikan Mu‟awiyah kepada mereka. Kenyataan yang sebenarnya ialah memang para pengkhianat itu sudah mengatur sendiri bahwa yang akan mereka jadikan juru bicara bagi pasukan Irak itu ialah Abu Musa. Akhirnya, para pengkhianat itu berhasil mengusung Abu Musa dan memaksa Imam Ali untuk bisa menerimanya menjadi “juru bicara”. Ketika surat perjanjian gencatan senjata akan dituliskan, sebuah kejadian yang mirip dengan kejadian yang terjadi ketika kaum Muslimin menandatangani perjanjian Hudaybiah terjadi lagi.11 Sekretaris menuliskan kalimat: “Ini adalah kesepakatan antara Ali bin Abi Thalib, AMIRUL-MUKMININ bersama dengan Mu’awiyah bin Abu Sufyan ….” Amr bin Aas—juru bicara Mu‟awiyah pada waktu itu— mengemukakan keberatannya. Ia berkata: “Hapuskan kata-kata Amirul Mukminin, karena kalau kita mengakui bahwa Ali itu adalah Amirul Mukminin, maka kita tidak akan mungkin memeranginya.” Mendengar itu, Imam Ali bin Abi Thalib berkata: “Betapa benarnya Rasulullah ketika ia meramalkan kejadian ini bakal terjadi. Ketika Perjanjian Hudaybiah sedang dituliskan, dan aku menuliskan kata- kata: “Ini adalah perjanjian antara Muhammad Rasulullah dan …” kemudian para penyembah berhala menghardikku seraya berkata bahwa seandainya mereka mengakui bahwa Muhammad itu adalah Rasulullah (utusan Allah), maka mereka tidak akan memeranginya, dan mereka bersikeras agar kami menghapus kata-kata RASULULLAH dari surat perjanjian tersebut.” 11 Pada waktu perjanjian Hudaybiah hendak dituliskan, pihak kaum Musyrikin tidak setuju dituliskannya nama MUHAMMAD dengan gelar RASULULLAH. Mereka berkilah bahwa kalau mereka setuju nama Muhammad disandingkan dengan gelar Rasulullah, maka itu artinya mereka mengakui bahwa Muhammad itu memang Rasulullah. Sedangkan mereka memerangi Muhammad itu karena mereka tidak mempercayai bahwa Muhammad itu adalah seorang Rasulullah. Mereka baru mau menuliskan perjanjian Hudaybiah itu ketika gelar RASULULLAH dihapuskan dan nama MUHAMMAD ditulis dengan nama MUHAMMAD BIN ABDULLAH.
  • 29. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 28 Di dalam penulisan Perjanjian Hudaybiah itu, akhirnya Muhammad ar-Rasulullah menghapus kata-kata “RASULULLAH” dari surat perjanjian tersebut; sementara di dalam Perang Siffin, Imam Ali—yang mengikut langkah Rasulullah dalam perjalanan hidupnya—juga mengijinkan kata-kata “AMIRUL MUKMININ” untuk dihapuskan dari surat perjanjian gencatan senjata itu. Akhirnya surat perjanjian gencatan senjata itu ditanda-tangani dan penanda-tanganan surat perjanjian itu disaksikan oleh kedua belah pihak. Salinannya disimpan untuk arsip. Isi dari surat perjanjian gencatan senjata tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kedua belah pihak harus mengikuti keputusan yang akan didasarkan atas Kitabullah (Al-Qur‟an). Apabila mereka tidak bisa memutuskan dengan Al-Qur‟an, maka mereka akan memutuskan berdasarkan Sunnah Rasulullah. 2. Keputusan dari kesepakatan perjanjian damai itu, apabila berdasarkan Kitabullah, maka harus mengikat kedua belah pihak. 3. Kedua belah pihak harus mengusut sebab-sebab dari pembunuhan Utsman bin Affan dan perang saudara antara kaum Muslimin (supaya tidak terjadi lagi hal yang serupa di masa yang akan datang). 4. Kedua belah pihak harus mengumumkan keputusan yang sudah disepakati dalam kurun waktu enam bulan dari tanggal ditanda-tanganinya kesepatakan perjanjian gencatan senjata itu. 5. Yang terlibat peperangan harus menjaga kesepakatan damai itu. Mereka semua harus melindungi para juru bicara masing- masing dimana keduanya harus diberi kebebasan bergerak di negaranya masing-masing.
  • 30. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 29 6. Para juru bicara harus bertemu di sebuah tempat perbatasan diantara Irak dan Syria. Klausul yang paling penting di dalam kesepakatan tersebut di atas ialah bahwa para juru bicara atau juru damai atau arbitrator dari kedua belah pihak itu akan menjadikan Kitabullah sebagai tuntunan mereka, dan bahwa kedua arbitrator itu tidak akan mendasarkan keputusan mereka atas hawa nafsu mereka. Perang Siffin sudah selesai akan tetapi Malik ibn Asytar—yang kemudian hari dikenal sebagai “Singa yang terbelenggu di kalangan masyarakat Arab,” menolak untuk menjadi saksi dari penanda- tanganan surat keputusan damai itu. Ia menganggap surat itu sebagai dokumen yang buruk, penuh tipu muslihat, dan tidak adil sama sekali. R. A. Nicholson menuliskan: “Sebuah perang dasyhat terjadi di Siffin—sebuah desa di pinggiran sungai Efrat. Ali sudah benar-benar dekat dengan kemenangan ketika Mu’awiyah menipu dia dengan sebuah tipu muslihat yang sangat licik. Ia memerintahkan pasukannya untuk membawa al-Qur’an di ujung tombak-tombak mereka seraya berkata, “Ini adalah Kitabullah; marilah jadikan ia pemutus perkara diantara kita!” Tipu muslihat yang kotor itu akhirnya memang berhasil. Diantara pasukan Ali ada orang- orang yang sangat fanatik yang berhasil tergoda oleh ajakan itu. Mereka serabutan maju ke depan seraya mengancam untuk mengkhianati pemimpin mereka itu kecuali ia (Ali) mau bertahkim kepada Kitabullah juga.” “Sia-sia saja Ali melawan para pembangkang yang ada di dalam pasukannya; sia-sia juga ia memperingatkan mereka bahwa itu hanyalah sebuah jebakan yang mereka akan masuk kedalamnya, padahal kemenangan sudah hampir ada di
  • 31. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 30 dalam genggaman mereka. Akhirnya Ali tidak memiliki pilihan lain selain menyerah kepada para pembangkang itu dengan menunjuk seseorang yang sangat diragukan kepatuhannya, yaitu Abu Musa al-Asyari—salah seorang sahabat Nabi yang masih tersisa pada waktu itu. Mu’awiyah sendiri menunjuk orangnya sendiri yaitu Amr bin al-Aas—yang kelicikannya menghasilkan manuver yang sangat menentukan.” (LIHAT: A Literary History of the Arabs, halaman 192; tahun 1969) Kedua orang arbitrator itu, yaitu Abu Musa Asyari dan Amr bin Aas, mengumumkan bahwa mereka akan bertemu—6 bulan kemudian— di Adzruh, untuk memberikan keputusan fatwa berkenaan dengan pertentangan diantara kedua belah pihak. Imam Ali dan Mu‟awiyah kemudian mundur dari Siffin untuk menunggu keputusan yang akan dibuat oleh kedua orang juru bicara itu. Ketika Imam Ali kembali ke Kufah, ia kembali sibuk bekerja untuk mengatur kembali pemerintahannya, akan tetapi sayang sekali, ia harus menuda rencananya itu karena ada pemberontakan baru di dalam tubuh pasukannya. Selama Perang Siffin berlangsung, Mu‟awiyah sudah menyemaikan bibit-bibit pengkhianatan di dalam tubuh pasukan Irak (pasukannya Imam Ali) seperti yang sudah dijelaskan di atas. Ia melakukan itu dengan mengiming-imingi anggota pasukan Irak dengan emas dan perak. Ia juga menjanjikan berbidang-bidang tanah yang luas; rumah-rumah yang megah; dan pangkat serta kedudukan militer yang tinggi kepada para tokoh kunci yang ada di barisan Imam Ali. Semua itu akan menjadi milik mereka kalau mereka mau mendukungnya. “Investasi” Mu‟awiyah ini membuahkan hasil yang melimpah bagi dirinya. Orang-orangnya Imam Ali yang sudah berhasil ia suap sudah memaksa Imam Ali untuk menghentikan pertempuran dan menerima gencatan senjata. Dengan cara licik ini, Mu‟awiyah berhasil selamat
  • 32. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 31 dari bencana dan kematian di Siffin. Orang-orang yang disuap oleh Mu‟awiyah itu sekarang sedang menunggu dengan penuh harapan bahwa Mu‟awiyah akan memenuhi janjinya. Akan tetapi apa lacur, ternyata Mu‟awiyah setelah ia kembali ke Damaskus, ia merasa bahwa ia tidak sanggup untuk memenuhi semua janji yang sudah ia obral kepada antek-anteknya yang ada di dalam pasukan Imam Ali. Oleh karena itu, yang paling mudah bagi dirinya ialah menyangkal semua apa yang sudah ia janjikan kepada mereka. Ia berujar bahwa ia sama sekali tidak pernah menjanjikan apapun juga. Para pengkhianat di barisan Imam Ali itu baru menyadari bahwa mereka telah ditipu oleh Mu‟awiyah. Dengan rasa putus asa dan rasa terhina serta kecewa, mereka kembali berbalik kepada Imam Ali (yang belum pernah sama sekali mengecewakan mereka dan belum pernah mengingkari janjinya). Mereka meminta Imam Ali untuk menggagalkan perundingan damai dan gencatan senjata, serta sekaligus melancarkan lagi peperangan terhadap Mu‟awiyah. Akan tetapi Imam Ali menolaknya karena Imam Ali ingin melihat terlebih dahulu apakah para arbitrator benar-benar akan bertahkim kepada Al-Qur‟an atau tidak ketika mereka hendak membuat keputusan sebelum akhirnya nanti Imam Ali memutuskan untuk bertindak. Akan tetapi para mantan anak buah Mu‟awiyah itu tidak mau menunggu terlalu lama. Mereka menekan Imam Ali (untuk kesekian kalinya) agar melancarkan serangan akan tetapi Imam Ali tidak setuju. Mereka akhirnya meninggalkan pasukan dan menarik kembali bai‟at yang dulunya mereka berikan kepada Imam Ali. Ada sekitar 12,000 orang pasukan yang menarik bai‟at dari Imam Ali setelah Perang Siffin berakhir. Mereka akhirnya dalam sejarah dikenal dengan sebutan kaum Khawarij. Mereka berkumpul di sebuah tempat yang bernama Harura dimana dari tempat itulah mereka mulai melakukan berbagai tindak kejahatan. Mereka menjarah berbagai desa di sekitar mereka. Mereka membunuhi orang-orang
  • 33. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 32 tidak berdosa dan bukan itu saja ….. mereka juga membunuhi setiap orang yang tidak setuju dengan pandangan mereka atas sistem pemerintahan dan pandangan mereka terhadap politik.12 Imam Ali mencoba untuk membujuk kaum Khawarij itu agar mau kembali ke kota Kufah dan membicarakan perbedaan-perbedaan yang terjadi diantara mereka dengan dirinya. Imam Ali bisa menjawab seluruh pertanyaan dan keberatan yang diajukan oleh kaum Khawarij itu dan beberapa orang dari mereka merasa yakin dengan jawaban-jawaban Imam Ali dan merasa bahwa Imam Ali memang berada di pihak yang benar. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk memperbaharui bai‟at mereka kepada Imam Ali. Mereka memutuskan untuk setia kepada Imam Ali. Akan tetapi sebagian besar dari mereka tidak mau menolak kebenaran yang sudah disampaikan oleh Imam Ali. Mereka yang menolak berbai‟at kembali kepada Imam Ali itu menyebutkan bahwa dengan menyetujui untuk memasrahkan permasalahan kepada Mu‟awiyah itu sama saja dengan memberikan keputusan kepada seorang manusia yang memiliki kemungkinan untuk salah yang sangat besar. Berbeda benar dengan memutuskan perkara berdasarkan Kitabullah. Sementara terhadap Imam Ali mereka berpendapat bahwa Imam Ali telah “sesat”, dan hanya “pertobatan” saja yang bisa memberikan dirinya keselamatan. Jadi baik Mu‟awiyah maupun Imam Ali dianggap salah oleh kaum Khawarij ini. Imam Ali masih memberikan toleransi terhadap kesombongan dan kelancangan kaum Khawarij itu, dengan harapan bahwa mereka nantinya akan menyadari kesalahan mereka. Akan tetapi ternyata mereka malah lebih sombong dan lebih kurang ajar lagi terhadap Imam Ali. Kemudian, para pemimpin Khawarij itu memutuskan untuk 12 Sikap ini ditiru habis-habisan oleh kaum Wahabi/Salafi di jaman moderen ini. Kaum Wahabi/Salafi akan langsung menganggap setiap orang itu kafir hanya karena mereka memiliki pandangan yang berbeda walaupun memiliki banyak hujah yang kuat dan didukung oleh fakta yang kuat pula.
  • 34. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 33 meninggalkan kota Kufah dan mendirikan beberapa markas di berbagai tempat. Tapi akhirnya mereka memilih sebuah desa yang disebut Nahrawan untuk markas besarnya. Para pemimpin Khawarij itu memerintahkan seluruh pengikutnya untuk berkumpul di Nahrawan. Dari Nahrawan itu kaum Khawarij melancarkan teror ke seluruh penjuru desa. Mereka melakukan perbuatan yang sangat berlebihan untuk menutupi perasaan bersalah mereka; perasaan malu mereka dan perasaan penyesalan mereka.13 Mereka berkeliling desa—dari desa ke desa—untuk membunuhi orang-orang tanpa pandang bulu—bahkan mereka tidak memberikan ampunan hatta pada wanita dan anak-anak tak berdosa. Kemudian setelah itu kabar segera menyebar bahwa mereka akan menyerang kota Kufah. Imam Ali harus bertindak cepat untuk mencegah perbuatan buruk kaum Khawarij yang bertindak anarkis, melawan hukum secara terang-terangan. Imam Ali kemudian mendatangi desa Nahrawan untuk menemui para pemimpin Khawarij. Imam Ali mengumumkan kepada mereka bahwa apabila mereka mau selamat maka mereka harus meninggalkan tempat itu, kemudian kembali pulang kampong dan tinggal secara damai dengan orang lain di daerahnya masing- masing. Banyak diantara mereka yang menyadari bahwa mereka memang tidak memiliki alasan sama sekali untuk memerangi Imam Ali. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk meninggalkan Nahrawan dan kembali ke rumahnya masing-masing. Akan tetapi sebanyak 4,000 orang dari mereka masih bandel dan keras kepala. Mereka malah menuntut Imam Ali untuk “bertobat”14 sebelum mereka mengakui Imam Ali sebagai pemimpin kaum Muslimin. 13 Mirip sekali dengan orang-orang Salafi/Wahabi di jaman sekarang ini yang suka berlebih-lebihan dalam segala sesuatu untuk menutupi keburukan mereka kepada orang lain dari madzhab lain dan atau dari agama lain. 14 Sekali lagi. Ini mirip sekali dengan perbuatan kaum Salafi/Wahabi yang suku menyuruh bertobat orang-orang yang berbeda pandangan dengan mereka walaupun orang-orang itu memiliki pandangan yang jauh lebih kuat daripada orang-orang Salafi/Wahabi itu. Kaum Salafi/Wahabi selalu
  • 35. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 34 Mereka kemudian meneriakkan jeritan peperangan: “Tidak ada hukum melainkan hukum Allah!” seraya menyerang pasukan Imam Ali. Meskipun mereka menyerang dengan serabutan dan membabi buta, serangan mereka tidak begitu banyak berarti di hadapan pasukan Imam Ali. Akan tetapi ketika pasukan Imam Ali berbalik menyerang, maka seketika pasukan Khawarij dapat dikalahkan dengan mudah. Kebanyakan dari mereka berhasil dibunuh dengan mudah; hanya beberapa saja yang bisa selamat dan melarikan diri dari peperangan. Meskipun kaum Khawarij mengutip semboyan yang diambil dari ayat Al-Qur‟an15 yaitu “Tidak ada yang berhak menetapkan hukum kecuali Allah!”, akan tetapi mereka sendiri sama sekali tidak memiliki niatan sedikitpun dan tidak memiliki kemampuan sedikitpun untuk membuat “Kerajaan Langit di Bumi”. Mereka hanya menginginkan kekuasaan untuk diri mereka sendiri. Diri mereka sendiri terdiri dari campuran sifat teroris, sikap fanatis menggebu-gebu dalam hal politik dan keagamaan. Apabila mereka berhasil dalam perjuangannya, maka mereka hanya akan menghidupkan semangat kesukuan bangsa Arab yang ada di jaman jahiliyah dulu. Hingga hari ini, mereka tetap terpisah dari sejarah Islam karena mereka tidak pernah sungguh-sungguh membela Islam walaupun slogan yang mereka kumandangkan ialah slogan keIslaman. Dr. Hamiduddin Dr. Hamiduddin menuliskan: “Kaum Khawarij senantiasa mencegah manusia yang mau bergabung kedalam kelompok pengikut Imam Ali. Dan apabila menganggap orang yang berbeda pandangan dengan mereka sebagai orang sesat dan kafir dan hanya pertobatan saja yang bisa menyelamatkan orang itu. Jadi kaum Salafi/Wahabi itu adalah penjelmaan kaum Khawarij di jaman sekarang. 15 (QS. Al-An’aam: 57)
  • 36. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 35 ada orang yang bertentangan dengan keyakinan mereka, maka mereka tidak segan-segan untuk membunuh orang itu di tempat. Dengan cara inilah mereka membunuh banyak kaum Muslimin. Imam Ali kemudian mengirimkan seorang utusan untuk mencegah mereka berbuat jauh lebih keji lagi terhadap kaum yang tidak berdosa akan tetapi apa nyana ternyata utusan yang diutus oleh Imam Ali itu kemudian dibunuhnya juga.” “Kaum Khawarij itu bermukim di desa Nahrawan. Oleh karena itu, Imam Ali juga menggiring pasukannya ke Nahrawan. Imam Ali meminta kaum Khawarij untuk menyerahkan orang- orangnya untuk diadili dan dijatuhi hukuman seadil-adilnya atas perbuatan dosa mereka karena sudah membunuhi kaum Muslimin yang tidak berdosa. Akan tetapi mereka menyuarakan satu suara bahwa mereka sudah membunuhi kaum Muslimin itu karena mereka menganggap bahwa membunuh mereka itu (kaum Muslimin yang berbeda pandangan dengan mereka) sebagai sebuah tugas suci. Imam Ali sekali lagi menyatakan bahwa mereka itu telah salah besar dalam berbuat. Imam Ali juga untuk kesekian kalinya meminta mereka untuk pulang ke rumahnya masing-masing akan tetapi jawaban mereka ternyata sangat negatif.” “Banyak sekali kaum Khawarij yang menyadari kesalahan mereka, kemudian mereka bergabung di bawah panji yang ditegakkan oleh Abu Ayub Ansari di tengah-tengah dua kekuatan yang saling bertentangan. Abu Ayub mengobarkan panjinya seraya mengumumkan bahwa barangsiapa ada orang Khawarij yang masuk ke dalam barisannya, maka ia akan selamat.” “Banyak orang Khawarij yang menyadari kesalahan mereka kemudian mereka bergabung di bawah panji yang ditegakkan oleh Abu Ayub. Akan tetapi 4000 pasukan Khawarij itu masih
  • 37. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 36 menolak untuk meninggalkan kamp-kamp mereka. Mereka tetap bersikukuh untuk terus memerangi Imam Ali. Mereka tetap berteriak: “Tidak ada hukum kecuali dari sisi Allah!”, dan kemudian mereka menyerang pasukan Imam Ali. Mereka bertempur dengan penuh semangat fanatisme menggebu- gebu akan tetapi mereka terkepung kemudian dapat dikalahkan dengan mudah; dan hampir-hampir mereka musnah semuanya.” (History of Islam, Lahore, Pakistan, halaman 202, tahun 1971) Jeritan peperangan yang digelorakan oleh kaum Khawarij itu yaitu: “Tidak ada hukum melainkan dari sisi Allah”16 hanyalah gimmick semata. Semboyan itu dibuat oleh mereka itu untuk mengambil simpati agar mendapatkan kekuatan politik. Semboyan itu juga digunakan agar mereka terlihat sebagai orang yang berada di pihak yang benar dan yang menentangnya ada di pihak yang salah. Sementara itu, Amr bin Aas dan Abu Musa al-Asy‟ari, dua orang arbitrator itu, telah menunaikan tugas rahasianya, dan mereka berdua telah siap memberikan sebuah pengumuman kepada masyarakat. Keduanya telah setuju bahwa untuk membangun sebuah Darul Islam maka baik Imam Ali maupun Mu‟awiyah harus dilengserkan dua-duanya, dan kaum Muslimin harus diberikan kebebasan untuk memilih seorang pemimpin baru bagi mereka. Kedua arbitrator dan para stafnya telah bertemu di Adzruh. Sebanyak 400 orang dari kedua belah pihak telah tiba di lokasi. Utusan dari prajurit Syria dipimpin oleh Abul Awar Salmi sementara utusan dari Irak dipimpin oleh Abdullah Ibn Abbas dan Surayh ibn Hani. 16 Sekarang slogan ini gerakan-gerakan keIslaman yang digelorakan oleh kaum Salafi/Wahabi dengan sedikit perubahan: “Kembalilah kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah” seolah-olah kaum Muslimin selain Salafi/Wahabi tidak berhukum kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah. Padahal kaum Muslimin senantiasa setia kepada dua pedoman hukum itu sementara kaum Salafi/Wahabi hanya menjadikannya sebagai semboyan saja.
  • 38. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 37 Banyak orang-orang lain juga yang ikut datang ke Adzruh untuk turut menyaksikan keluarnya Fatwa dari kedua arbitrator. Mereka ingin mendengar dari orang pertama mengenai nasib dari Darul-Islam. Diantara mereka yang datang ialah Abdullah bin Umar, Abdullah bin Zubayr, Abdur Rahman bin Abu Bakar, Sa‟ad bin Abi Waqqas, dan Mughirah bin Syu‟bah. Amr bin Aas memberitahu Abu Musa bahwa ia sangat menghormati dan mengagumi Abu Musa karena ia bukan saja pernah jadi sahabat Nabi akan tetapi ia juga dikenal sebagai ulama yang hebat dan oleh karena itu, ia lebih mengutamakan dan atau mendahulukan Abu Musa daripada dirinya sendiri. Dan itu artinya bahwa Amr bin Aas lebih suka Abu Musa mengumumkan lebih dulu keputusan yang telah mereka buat bersama. Sementara Amr bin Aas akan memberikan pengumumannya setelah Abu Musa. Abudullah bin Abbas memperingatkan Abu Musa bahwa Amr bin Aas kemungkinan besar akan mencoba untuk memperdaya dan menipu dia. Abdullah bin Abbas memberitahu Abu Musa agar ia mempersilahkan Amr bin Aas untuk memberikan pengumuman terlebih dahulu. Akan tetapi Abu Musa tidak mempedulikan nasihat dari Abdullah bin Abbas itu. Ia malah berkata: “Biarkan saja apa adanya. Permasalahan ini sangat ketat dan oleh karena itu tidak ada ruang bagi Amr bin Aas untuk menipu siapapun.” Abu Musa sudah tebuai oleh kata-kata Amr bin Aas yang menyebutkan bahwa ia itu seorang ulama yang hebat, seseorang yang sangat ia kagumi dan hormati dan setumpuk pujian lainnya hingga ia tidak sadar bahwa Amr bin Aas sedang memperdaya dirinya. Abu Musa kemudian menuju mimbar dengan perasaan bangganya untuk membuat sebuah pengumuman yang sangat bersejarah di dalam hidupnya. Ia berpidato seperti ini:
  • 39. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 38 “Wahai kaum Muslimin! Sudah begitu banyak kepedihan dan kesulitan yang menimpa Ummat Muhammad lewat peperangan antara Ali dan Mu’awiyah. Oleh karena itu, kami berdua memutuskan untuk melengserkan keduanya, dan kami sudah berkeputusan untuk melimpahkan hak untuk memimpin khalifah yang baru kepada Ummat Muhammad—yaitu kepada anda semuanya.” Utusan dari Irak langsung pucat pasi begitu mendengar pengumuman ini dibacakan oleh Abu Musa akan tetapi mereka tetap memutuskan untuk mendengarkan pengumuman yang satunya lagi, yaitu pengumuman dari arbitrator Amr bin Aas. Abu Musa duduk kembali setelah memberikan pengumumannya itu, kemudian Amr bin Aas berdiri untuk gilirannya membacakan keputusan yang telah dibuatnya. Ia berpidato seperti berikut: “Wahai kaum Muslimin! Kalian barusaja mendengarkan apa yang telah dikatakan oleh Abu Musa mengenai pengunduran Ali. Ia sudah menurunkan Ali dari jabatannya sebagai khalifah. Aku dukung keputusannya itu, dan aku mengumumkan sekali lagi bahwa Ali sekarang sudah tidak lagi menjabat sebagai khalifah. Dan untuk menggantikan Ali, maka saya akan menunjuk Mu’awiyah sebagai khalifah yang baru …….” Amr bin Aas tidak selesai berpidatonya karena setelah ia mengatakan bahwa ia telah menunjuk Mu‟awiyah sebagai khalifah yang baru, maka ributlah orang-orang yang hadir di situ. Abu Musa berteriak dengan penuh kemarahan: “Dasar kau seorang pembohong! Aku tidak pernah mengatakan hal itu. Engkau adalah seorang pembohong yang sangat tidak tahu malu. Engkau tidak ubahnya, sama saja dengan seekor anjing yang menjulurkan lidahnya yang basah dengan air liur!”
  • 40. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 39 “Anjing”17 dan “keledai”18 itu kemudian saling serang ucapan, saling “gigit”, saling “ancam” selama beberapa saat dan kemudian mereka saling serang satu sama lainnya dengan sengitnya. Keduanya saling gigit dan saling tending; berteriak-teriak seperti yang kesetanan di tengah-tengah hiruk pikuk orang-orang yang hadir pada waktu itu sampai keduanya suaranya parau. Di sana-sini terdengar suara orang-orang tertawa juga; dan tawa mereka itu untuk Abu Musa seorang. Mereka mentertawakan kebodohan yang telah dilakukan oleh Abu Musa di dalam perundingan damai itu. Setelah 6 bulan lamanya kedua arbitrator itu berunding dan berdebat, ternyata baik Amr bin Aas maupun Abu Musa hanyalah hiruk-pikuk dan keributan yang sia-sia padahal keduanya menjanjikan akan membuat kehidupan kaum Muslimin lebih baik. Ketika keributan di Adzruh itu reda dengan sendirinya karena mereka sudah lelah dan penat, maka kaum Muslimin yang hadir di tempat itu satu per satu meninggalkan tempat itu dan kembali ke kampung halamannya. Abu Musa baru menyadari bahwa ia sekarang menjadi bahan tertawaan oleh seluruh bangsa Arab. Oleh karena tidak sanggup menanggung malu, maka Abu Musa menyingkir ke Yaman. Ia sebenarnya orang yang tidak memiliki kemampuan yang tinggi akan tetapi ia dipaksa oleh sejarah untuk menjadi orang yang mendapatkan kedudukan yang penting dalam menentukan alur sejarah. Sebelumnya, ia mengira bahwa ia bisa mengendalikan segala sesuatunya. Sebelumnya ia merasa bahwa ia cukup mampu untuk mengatur nasib dari Umat Muhammad yang besar ini. Walaupun ia tidak layak untuk mendapatkan kedudukan yang tinggi seperti itu, tapi perasaan bangganya menjadikan dirinya tidak mau menolak kedudukan itu. Akhirnya ia menerima kedudukan sebagai 17 Amr ibn Aas 18 Abu Musa
  • 41. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 40 arbitrator itu. Pekerjaan itu terlalu sulit untuk dirinya yang tidak memiliki kemampuan diplomasi yang baik yang pada akhirnya ia menemui kegagalan yang besar sekali. Ia dulunya adalah orang kepercayaan Umar bin Khattab. Umar pernah menunjuknya sebagai gubernur Basrah dan kemudian menjadi gubernur Kufah. Ancaman terhadap Mu‟awiyah berakhir sudah; dan pada akhirnya ia malah mendapatkan durian runtuh. Ia mendapatkan kursi khilafah yang sebenarnya jauh dari jangkauannya. Klaim terhadap kursi khilafah akhirnya bisa ia dapatkan dari orang kepercayaannya yaitu Amr bin Aas yang menjadi “king maker” bagi Mu‟awiyah di Adzruh. Apa yang dilakukan oleh Amr bin Aas itu adalah trik politik tingkat tinggi yang mungkin akan membuat Machiavelli terhenyak dan berdecak kagum; akan tetapi bagi orang-orang Syria, apa yang dilakukan oleh Amr bin Aas itu tidak lain merupakan kehendak Allah juga. Itu sudah digariskan oleh takdir dan tidak bisa diganggu-gugat; tidak bisa diubah lagi. Apa yang tertulis sudah menjadi suratan takdir. R. A. Nicholson Menurut R. A. Nicholson Sudah menjadi sifat dan tabiat orang Arab dimana mereka memandang trik politik yang licik yang dilakukan oleh Mu‟awiyah dan para pengikutnya ini sebagai sebuah kemenangan diplomatis yang menempatkan dirinya menjadi seorang khalifah. (LIHAT: A Literary History of the Arabs, halaman192-193, tahun1969) Perundingan damai antara pihak Imam Ali dan pihak Mu‟awiyah berakhir dengan kegagalan dan malah lebih mirip dengan pertunjukan komedi satu babak saja tampaknya. Keputusan yang dihasilkannya di luar perkiraan. Tidak ada satu orangpun yang telah memberikan hak dan mandat kepada dua orang arbitrator itu untuk mengumumkan apakah seseorang itu layak atau tidak menjabat
  • 42. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 41 sebagai seorang khalifah; tidak juga memberikan hak untuk melengserkan dan mengangkat seorang khalifah. Hak prerogatif seperti itu tidak pernah diberikan kepada mereka baik secara lisan apalagi secara tertulis. Para pengikut Mu‟awiyah itu tadinya hanya ingin membalas dendam atas pembunuhan Utsman bin Affan. (KLIK SAJA LINK DI BAWAH INI) (LIHAT: 1. SIAPAKAH PEMBUNUH UTSMAN BIN AFFAN? 2. DIMANAKAH „AISYAH KETIKA UTSMAN DIBUNUH?) Mu‟awiyah sudah meyakinkan para pengikutnya bahwa Imam Ali-lah yang bertanggung jawab atas kematian Utsman bin Affan; dan dengan alasan inilah maka mereka memerangi Imam Ali di Siffin.19 Mereka tidak pernah memerangi Imam Ali dengan alasan untuk mendudukkan Mu‟awiyah ke tampuk khilafah.20 Akan tetapi ketika kedua arbitrator itu berembuk, mereka sama sekali tidak menyelidiki dulu apa permasalahannya serta apa yang sudah menyebabkan perang saudara di antara kaum Muslimin. Mereka hanya berbicara tentang khilafah meskipun permasalahan itu bukanlah penyebab dari perang yang terjadi diantara mereka. Seharusnya tugas kedua arbitrator itu hanya mencari orang yang menjadi pembunuh Utsman. Selain itu, tugas kedua arbitrator itu ialah untuk menentukan apakah Mu‟awiyah berhak untuk membalas dendam terhadap pembunuh Utsman. Abu Musa sudah mengeluarkan sebuah “fatwa yang sangat konyol” dengan melengserkan Mu‟awiyah. Mengapa ia harus melakukan itu 19 Paling tidak, itulah klaim mereka ketika mereka menghasut orang-orang untuk memerangi Imam Ali. Karena kalau Mu’awiyah menghasut orang-orang untuk menjatuhkan Imam Ali dari kursi khilafah, maka mereka tidak mau mengikuti Mu’awiyah karena mereka tahu bahwa Imam Ali itu adalah khalifah yang hak dan mendapatkan kedudukannya itu dengan cara yang hak. 20 Karena mereka tahu bahwa Imam Ali sudah menjadi khalifah dari kaum Muslimin dan juga mereka tahu bahwa Mu’awiyah sama sekali tidak memiliki kualitas yang cukup untuk menjadi seorang khalifah.
  • 43. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 42 karena Mu‟awiyah sendiri bukanlah siapa-siapa?21 Mu‟awiyah itu bukan seorag khalifah. Mu‟awiyah juga tidak pernah diajukan oleh siapapun untuk menduduki kursi khilafah. Sementara itu di sisi lain, Imam Ali adalah seorang khalifah yang hak bagi kaum Muslimin. Ia dipilih secara aklamasi oleh kaum Muhajirin dan Ansar. Ia juga didukung oleh seluruh jazirah Arabia kecuali oleh Syria.22 Imam Ali memiliki kedaulatan penuh atas kekuasaannya. Sebagai seorang arbitrator—atau lebih tepatnya sebagai “King Makers”—baik Amr bin Aas maupun Abu Musa telah meluangkan waktunya dalam pembicaraan yang panjang dan melelahkan. Mereka berdua hanya berbicara tentang politik dan perang sera kekuasaan. Mereka juga berbicara tentang masa depan kaum Muslimin. Mereka membicarakan itu semua, tapi tanpa satu kalipun mereka mengacu pada Al-Qur‟anul Karim. Di Adzruh mereka secara sengaja tidak mengkonsultasikan perkara yang mereka bahas itu kepada Al-Qur‟an. Dulu juga mereka tidak mendasarkan keputusan untuk mengangkat khalifah kepada Al-Qur‟an sewaktu mereka memilih khalifah untuk pertama kalinya di Saqifah bani Sa‟idah. Apabila kita perhatikan ada sesuatu yang ganjil di dalam penunjukkan para khalifah di dalam sejarah Islam itu. Ada benang merah yang menyambung antara satu dan lainnya. Para “King Makers” yang ada di dalam sejarah Islam itu semuanya “secara kebetulan” (harus diberi-tanda kutip karena masih sangsi akan adanya kebetulan yang aneh ini) semuanya tidak berdasarkan Al- Qur‟an yang seharusnya dijadikan pegangan kaum Muslimin dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi ini di dalam memilih seorang 21 Karena ia bukan seorang khalifah yang harus dilengserkan karena bertempur dengan seorang khalifah yang lain. 22 Syria adalah wilayah dimana Mu’awiyah berkuasa (tapi bukan sebagai seorang khalifah kaum Musimin).
  • 44. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 43 pemimpin. Di Saqifah23 mereka tidak berpegang pada Al-Qur‟an. Ketika memilih Utsman mereka tidak berdasarkan Al-Qur‟an melainkan berdasarkan majelis syura Abdur Rahman bin Auf24. Di Adzruh sejarah yang serupa terjadi. Mereka seolah-olah memang alergi terhadap Al-Qur‟an. Atau mungkin sebaliknya yang terjadi? Al- Qur‟an sangat alergi terhadap orang-orang picik yang telah menunjuk seseorang untuk menjadi khalifah yang tidak berdasarkan Al-Qur‟an? Para “King Makers” itu secara sengaja mencampakkan Al-Qur‟an ketika hendak memutuskan perkara. Dan itu diulang berkali-kali menjadikannya sebagai sebuah “keajaiban yang kebetulan” di dalam sejarah Islam. Ketika mereka mengajak orang untuk kembali kepada Al-Qur‟an, ketika itu pula mereka sudah memutuskan untuk tidak melibatkan Al-Qur‟an. Mungkin para “King Makers” itu punya alasan yang sangat misterius yang hanya mereka sendiri yang tahu; mereka sejak awal jauh dari Al-Qur‟an dan Al- Qur‟an jauh dari mereka. Amr bin Aas dan Abu Musa seharusnya menggunakan Al-Qur‟an ketika mereka bertugas sebagai arbitrator. Mereka sendiri sudah menyatakan komitmennya untuk menggunakan Al-Qur‟an ketika mereka hendak merumuskan sebuah keputusan. Al-Qur‟an yang berisi aturan Tuhan itu akhirnya sama sekali tidak digunakan. Simaklah ayat Al-Qur‟an berikut ini: 23 Untuk pemilihan Abu Bakar yang hanya dipilih (atau terpaksa dipilih) oleh beberapa gelintir orang yang hadir di sana karena sebagian besar umat Islam memilih untuk berduka cita dan mengurus jenazah Nabi. Mereka tidak tamak untuk memperebutkan kursi kepemimpinan dan tidak ikut ke Saqifah bani Sai’dah. Umar bin Khattab menunjuk Abu Bakar dan terpaksa diikuti oleh orang-orang yang hadir di sana. Abu Bakar merasa berhutang budi dan nanti ia akan memilih Umar bin Khattab untuk menggantikan dirinya. 24 Abdur Rahman bin Auf merupakan anggota mejelis syuro yang 6 orang jumlahnya. Di dalam majelis itu ada Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaydillah, Zubayr bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqas, Abdur Rahman bin Auf, dan Utsman bin Affan. Di akhir pemilihan tersisa dua orang yaitu Ali bin Abi Thalib dan Utsman bin Affan. Abdur Rahman bin Auf telah bersekongkol dengan Umar bin Khattab untuk memilih Utsman sejak awal pemilihan. Terpilihlah Utsman berkat konspirasi tingkat tinggi.
  • 45. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 44 “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” - -(QS. An-Nisaa: 59) Para arbitrator itu tampaknya lupa kedua perintah Allah yang ada di dalam ayat tersebut di atas. Mereka juga lupa pada komitmen yang sudah mereka buat sendiri. Akan tetapi Al-Qur‟an tidak melupakan mereka semua. Al-Qur‟an malah menyatakan kemudian menyatakan apa yang telah mereka perbuat dan apa yang mereka tidak perbuat di dalam ayat berikut ini: “ …….., mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum di antara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran).” (QS. Ali Imran: 23) Amr bin Aas dan Abu Musa—dua arbitrator yang tergabung kedalam orang-orang yang berpaling dari Al-Qur‟an. Mereka lebih memilih hawa nafsu mereka sendiri saja. Mereka mengajak orang-orang untuk patuh dan taat kepada Al-Qur‟an akan tetapi mereka juga yang mencampakkan Al-Qur‟an. Al-Qur‟an berkata tentang orang- orang seperti itu sebagai berikut: “…... Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.” Di dalam Perang Siffin, pasukan Irak dan pasukan Syria berhadap- hadapan dan bertempur selama kurang lebih 110 hari lamanya. Ada sekitar 90 pertempuran besar dan kecil yang melibatkan kedua belah pihak dan menyebabkan terbunuhnya 25,000 orang pasukan Irak dan 45,000 orang pasukan Syria.
  • 46. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 45 Perang yang sangat mengerikan itu adalah akibat dari ambisi berlebihan dan syahwat politik yang ketinggian dari Mu‟awiyah dan Amr bin Aas. Mu‟awiyah pada waktu itu menjadi gubernur Syria dan ia sama sekali menolak untuk kehilangan posisinya sebagai seorang gubernur.25 Sementara Amr bin Aas pada waktu itu menjabat sebagai gubernur Mesir akan tetapi ia dicopot oleh Utsman bin Affan. Dan tentu saja ia sangat menginginkan posisi itu kembali kepadanya. Untuk mempertahankan dan atau untuk meraih kembali kedudukan tersebut, keduanya rela dan tega melakukan apapun dan membayar sejumlah apapun. Mereka bisa menipu dan memperdaya banyak orang sehingga mereka tidak bisa membedakan antara Darul Islam dan kebohongan. Dan dengan darah kaum Muslimin yang mereka perdaya itu, mereka mencoba untuk mewujudkan ambisi dan syahwatnya itu. “Tiga Serangkai”26 dalam Perang Basrah (Perang Unta), juga Mu‟awiyah dan Amr bin Aas tahu benar bahwa mereka memiliki kesempatan yang besar sekali untuk mewujudkan impian dan cita- cita mereka ketika Utsman bin Affan dibunuh ramai-ramai oleh kaum Muslimin. Kursi kekuasaan yang kosong menjadi incara mereka semua. Membalas dendam akan kematian Utsman bin Affan dijadikan oleh mereka sebagai senjata sekaligus untuk menyembunyikan niat mereka yang sebenarnya. Utsman bin Affan itu yang sudah mati lebih berharga daripada yang masih hidup bagi mereka. Oleh karena itu, mereka melakukan apapun agar Utsman bisa mati. Akan tetapi ketika Utsman sudah mati, mereka ramai-ramai merasa berhak untuk mengejar dan membalas dendam kepada si pembunuhnya. Perang Basrah (Perang Unta) dan Perang Siffin merupakan pembunuhan besar-besaran terhadap kaum Muslimin yang mereka lakukan untuk “membalas dendam” atau “menuntut darah Utsman”. 25 Ia sangat ketakutan bahwa Imam Ali akan mencopotnya dari jabatan tersebut. 26 ‘Aisyah binti Abu Bakar, Thalhah bin Ubaydillah, dan Zubayr bin Awwam
  • 47. PERANG SIFFIN www.islamitucinta.blogspot.com 46 Toynbee mengatakan bahwa Nabi Muhammad dan Imam Ali sama sekali bukan tandingan bagi para pengusaha yang sekaligus penguasa dari Makkah (yaitu Bani Umayyah) dalam hal percaturan politik. Mungkin Toynbee benar. Nabi Muhammad dan Imam Ali sangat ragu-ragu untuk membunuh hatta untuk membunuh seorang penyembah berhala sekalipun27. Apalagi membunuh seorang Muslim; itu tabu sekali bagi mereka kalau tidak ada perkara yang memperbolehkannya. mereka tidak bisa membunuh siapapun dengan dasar keinginan untuk berkuasa atau keinginan akan harta. Oleh karena itu, mereka berdua tidak bisa “bersaing” dengan kaum Bani Umayyah yang suka menghalalkan segala cara agar tujuan mereka tercapai. Wallahu „alam. 27 Berbeda dengan kaum Salafi/Wahabi yang gemar membunuh siapapun termasuk kaum Muslimin yang beriman dan beramal shaleh asal mereka berbeda dengan pandangan kaum Salafi/Wahabi.