Dokumen tersebut membahas tentang Pertempuran Badar antara umat Islam melawan musuh-musuhnya dari Mekkah. Pertempuran ini terjadi pada tahun 624 M dengan pasukan Muslim yang berjumlah 313 orang mengalahkan pasukan Mekkah yang jauh lebih besar berjumlah 1000 orang. Pertempuran ini sangat berarti bagi umat Islam awal sebagai bukti kemenangan atas musuh-musuh mereka.
1. NAMA ANGGOTA
1. Akbar Darmawan (02)
2. Cikal Arum S.S (06)
3. Erlin Monica A.W (09)
4. Fifi Rachmawati A (12)
5. Hakeem Adeil R (13)
6. Jihan Nabilah (16)
7. Luqman Al Ghifari A (18)
8. Muhammad Fauzan Halim (20)
9. Oryza Kharin J (27)
10.Diana Pepi Farhana (34) X-MIA3
2. • Pertempuran Badar (bahasa Arab: غزوةبدر , ghazawāt badr), adalah pertempuran besar
pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada 17 Maret 624
Masehi atau 17 Ramadan 2 Hijriah. Pasukan kecil kaum Muslim yang berjumlah 313 orang
bertempur menghadapi pasukan Quraisy[1] dari Mekkah yang berjumlah 1.000 orang. Setelah
bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan Muslim menghancurkan barisan pertahanan
pasukan Quraisy, yang kemudian mundur dalam kekacauan.
• Sebelum pertempuran ini, kaum Muslim dan penduduk Mekkah telah terlibat dalam beberapa
kali konflik bersenjata skala kecil antara akhir 623 sampai dengan awal 624, dan konflik
bersenjata tersebut semakin lama semakin sering terjadi. Meskipun demikian, Pertempuran
Badar adalah pertempuran skala besar pertama yang terjadi antara kedua kekuatan itu.
Muhammad saat itu sedang memimpin pasukan kecil dalam usahanya melakukan pencegatan
terhadap kafilah Quraisy yang baru saja pulang dari Syam, ketika ia dikejutkan oleh
keberadaan pasukan Quraisy yang jauh lebih besar. Pasukan Muhammad yang sangat
berdisiplin bergerak maju terhadap posisi pertahanan lawan yang kuat, dan berhasil
menghancurkan barisan pertahanan Mekkah sekaligus menewaskan beberapa pemimpin
penting Quraisy, antara lain ialah Abu Jahal alias Amr bin Hisyam.
• Bagi kaum Muslim awal, pertempuran ini sangatlah berarti karena merupakan bukti pertama
bahwa mereka sesungguhnya berpeluang untuk mengalahkan musuh mereka di Mekkah.
Mekkah saat itu merupakan salah satu kota terkaya dan terkuat di Arabia zaman jahiliyah.
Kemenangan kaum Muslim juga memperlihatkan kepada suku-suku Arab lainnya bahwa suatu
kekuatan baru telah bangkit di Arabia, serta memperkokoh otoritas Muhammad sebagai
pemimpin atas berbagai golongan masyarakat Madinah yang sebelumnya sering bertikai.
Berbagai suku Arab mulai memeluk agama Islam dan membangun persekutuan dengan kaum
Muslim di Madinah; dengan demikian, ekspansi agama Islam pun dimulai.
3. LATAR BELAKANG PERANG BADAR
• Suatu ketika terdengarlah kabar di kalangan kaum muslimin Madinah bahwa Abu Sufyan
beserta kafilah dagangnya, hendak berangkat pulang dari Syam menuju Mekkah. Jalan
mudah dan terdekat untuk perjalanan Syam menuju Mekkah harus melewati Madinah.
Kesempatan berharga ini dimanfaatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
shahabat untuk merampas barang dagangan mereka. Harta mereka menjadi halal bagi kaum
muslimin. Ada dua alasan yang menyebabkan harta Orang kafir Quraisy tersebut halal bagi
para shahabat:
• Orang-orang kafir Quraisy statusnya adalah kafir harbi, yaitu orang kafir yang secara terang-
terangan memerangi kaum muslimin, mengusir kaum muslimin dari tanah kelahiran mereka
di Mekah, dan melarang kaum muslimin untuk memanfaatkan harta mereka sendiri.
• Tidak ada perjanjian damai antara kaum muslimin dan orang kafir Quraisy yang memerangi
kaum muslimin.
• Dengan alasan inilah, mereka berhak untuk menarik kembali harta yang telah mereka tinggal
dan merampas harta orang musyrik.
• Selanjutnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat bersama tiga ratus sekian belas
shahabat.Di antara tiga ratus belasan pasukan itu, ada dua penunggang kuda dan 70 onta
yang mereka tunggangi bergantian. 70 orang di kalangan Muhajirin dan sisanya dari Anshar.
• Sementara di pihak lain, orang kafir Quraisy ketika mendengar kabar bahwa kafilah dagang
Abu Sufyan meminta bantuan, mereka menyiapkan kekuatan mereka sebanyak 1000
personil, 600 baju besi, 100 kuda, dan 700 onta serta dengan persenjataan lengkap.
Berangkat dengan penuh kesombongan dan pamer kekuatan di bawah pimpinan Abu Jahal.
4. SAAT PEPERANGAN BADAR
• Yang pertama kali menyulut peperangan adalah Al Aswad Al Makhzumi, seorang yang berperangai
kasar dan akhlaknya buruk. Dia keluar dari barisan orang kafir sambil menantang. Kedatangannya
langsung disambut oleh Hamzah bin Abdul Muthallib radhiyallahu ‘anhu. Setelah saling
berhadapan, Hamzah radhiyallahu ‘anhu langsung menyabet pedangnya hingga kaki Al Aswad Al
Makhzumi putus. Setelah itu, Al Aswad merangkak ke kolam dan tercebur di dalamnya. Kemudian
Hamzah menyabetkan sekali lagi ketika dia berada di dalam kolam. Inilah korban Badar pertama
kali yang menyulut peperangan.
• Selanjutnya, muncul tiga penunggang kuda handal dari kaum Musyrikin. Ketiganya berasal dari
satu keluarga. Syaibah bin Rabi’ah, Utbah bin Rabi’ah, dan anaknya Al Walid bin Utbah.
Kedatangan mereka ditanggapi 3 pemuda Anshar, yaitu Auf bin Harits, Mu’awwidz bin Harits, dan
Abdullah bin Rawahah. Namun, ketiga orang kafir tersebut menolak adu tanding dengan tiga orang
Anshar dan mereka meminta orang terpandang di kalangan Muhajirin. Kemudian Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam memerintahkan Ali, Hamzah, dan Ubaidah bin Harits untuk maju. Ubaidah
berhadapan dengan Al Walid, Ali berhadapan dengan Syaibah, dan Hamzah berhadapan dengan
Utbah. Bagi Ali dan Hamzah, menghadapi musuhnya tidak ada kesulitan. Lain halnya dengan
Ubaidah. Masing-masing saling melancarkan serangan, hingga masing-masing terluka. Kemudian
lawan Ubaidah dibunuh oleh Ali radhiyallahu ‘anhu.
NEXT…
5. • Selanjutnya, bertemulah dua pasukan. Pertempuran-pun terjadi antara pembela Tauhid dan
pembela syirik. Mereka berperang karena perbedaan prinsip beragama, bukan karena
rebutan dunia. Sementara itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di tenda beliau,
memberikan komando terhadap pasukan. Abu Bakar dan Sa’ad bin Muadz radhiyallahu
‘anhuma bertugas menjaga beliau. Tidak pernah putus, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
senantiasa melantunkan do’a dan memohon bantuan dan pertolongan kepada Allah.
• Beliau juga senantiasa memberi motivasi kepada para shahabat untuk berjuang. Beliau
bersabda, “Demi Allah, tidaklah seseorang memerangi mereka pada hari ini, kemudian dia
terbunuh dengan sabar dan mengharap pahala serta terus maju dan pantang mundur, pasti
Allah akan memasukkannya ke dalam surga.”
• Tiba-tiba berdirilah Umair bin Al Himam Al Anshari sambil membawa beberapa kurma untuk
dimakan, beliau bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah surga lebarnya selebar langit dan
bumi?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya.” Kemudian Umair mengatakan,
“Wahai Rasulullah, antara diriku dan aku masuk surga adalah ketika mereka membunuhku.
Demi Allah, andaikan saya hidup harus makan kurma dulu, sungguh ini adalah usia yang
terlalu panjang. Kemudian beliau melemparkan kurmanya, dan terjun ke medan perang
sampai terbunuh.”
• Dalam kesempatan yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil segenggam
pasir dan melemparkannya ke barisan musuh. Sehingga tidak ada satu pun orang kafir kecuali
matanya penuh dengan pasir. Mereka pun sibuk dengan matanya sendiri-sendiri, sebagai
tanda kemukjizatan Beliau atas kehendak Dzat Penguasa alam semesta.
6. LARANGAN RASULULLAH SAAT
PERANG BADAR
• Saat perang badar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk
membunuh Abul Bakhtari. Karena ketika di Mekkah, dia sering melindungi
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang memiliki inisiatif untuk
menggugurkan boikot pada Bani Hasyim. Suatu ketika Al Mujadzar bin
Ziyad bertemu dengannya di tengah pertempuran. Ketika, itu Abul
Bakhtari bersama rekannya. Maka, Al Mujadzar mengatakan, “Wahai Abul
Bakhtari, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang
kami untuk membunuhmu.”
• “Lalu bagaimana dengan temanku ini?”, tanya Abul Bakhtari
“Demi Allah, kami tidak akan membiarkan temanmu.” Jawab Al Mujadzar.
• Akhirnya mereka berdua melancarkan serangan, sehingga dengan
terpaksa Al Mujadzar membunuh Abul Bakhtari.
7. SETELAH PEPERANGAN
Korban dan tawanan
• Imam Bukhari memberikan keterangan bahwa dari pihak Mekkah tujuh puluh orang tewas dan
tujuh puluh orang tertawan. Hal ini berarti 15%-16% pasukan Quraisy telah menjadi korban.
Kecuali bila ternyata jumlah pasukan Mekkah yang terlibat di Badr jauh lebih sedikit, maka
persentase pasukan yang tewas akan lebih tinggi lagi. Korban pasukan Muslim umumnya
dinyatakan sebanyak empat belas orang tewas, yaitu sekitar 4% dari jumlah mereka yang terlibat
peperangan. Sumber-sumber tidak menceritakan mengenai jumlah korban luka-luka dari kedua
belah pihak, dan besarnya selisih jumlah korban keseluruhan antara kedua belah pihak
menimbulkan dugaan bahwa pertempuran berlangsung dengan sangat singkat dan sebagian besar
pasukan Mekkah terbunuh ketika sedang bergerak mundur.
• Selama terjadinya pertempuran, pasukan Muslim berhasil menawan beberapa orang Quraisy
Mekkah. Perbedaan pendapat segera terjadi di antara pasukan Muslim mengenai nasib bagi para
tawanan tersebut. Kekhawatiran awal ialah pasukan Mekkah akan menyerbu kembali dan kaum
Muslim tidak memiliki orang-orang untuk menjaga para tawanan. Sa'ad dan Umar berpendapat
agar tawanan dibunuh, sedangkan Abu Bakar mengusulkan pengampunan
NEXT...
8. • Muhammad akhirnya menyetujui usulan Abu Bakar, dan sebagian besar
tawanan dibiarkan hidup, sebagian karena alasan hubungan kekerabatan
(salah seorang adalah menantu Muhammad), keinginan untuk menerima
tebusan, atau dengan harapan bahwa suatu saat mereka akan masuk Islam
(dan memang kemudian sebagian melakukannya). Setidak-tidaknya dua orang
penting Mekkah, Amr bin Hisyam dan Umayyah, tewas pada saat atau setelah
Pertempuran Badar. Demikian pula dua orang Quraisy lainnya yang pernah
menumpahkan keranjang kotoran kambing kepada Muhammad saat ia masih
berdakwah di Mekkah, dibunuh dalam perjalanan kembali ke Madinah.[ Bilal,
bekas budak Umayyah, begitu berkeinginan membunuhnya sehingga bersama
sekumpulan orang yang membantunya bahkan sampai melukai seorang
Muslim yang ketika itu sedang mengawal Umayyah.
• Beberapa saat sebelum meninggalkan Badar, Muhammad memberikan
perintah agar mengubur sekitar dua puluh orang Quraisy yang tewas ke dalam
sumur Badar.Beberapa hadits menyatakan kejadian ini, yang tampaknya
menjadi penyebabkan kemarahan besar pada kaum Quraisy Mekkah. Segera
setelah itu, beberapa orang Muslim yang baru saja ditangkap sekutu-sekutu
Mekkah dibawa ke kota itu dan dibunuh sebagai pembalasan atas kekalahan
yang terjadi.
NEXT…
9. • Berdasarkan tradisi Mekkah mengenai hutang darah, siapa saja
yang memiliki hubungan darah dengan mereka yang tewas di
Badar, haruslah merasa terpanggil untuk melakukan pembalasan
terhadap orang-orang dari suku-suku yang telah membunuh
kerabat mereka tersebut. Pihak Muslim juga mempunyai
keinginan yang besar untuk melakukan pembalasan, karena telah
mengalami penyiksaan dan penganiayaan oleh kaum Quraisy
Mekkah selama bertahun-tahun. Akan tetapi selain pembunuhan
awal yang telah terjadi, para tawanan lainnya yang masih hidup
kemudian ditempatkan pada beberapa keluarga Muslim di
Madinah dan mendapat perlakuan yang baik; yaitu sebagai
kerabat atau sebagai sumber potensial untuk mendapatkan uang
tebusan.