3. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan dan diskusi, diharapkan peserta didik dapat
1. Menjelaskan prinsip analisis gula dengan dengan metode Luff Schoorl
2. Menentukan kadar gula dalam sampel dengan metode Luff Schoorl
INDIKATOR
1. Menjelaskan pengertian gula invert
2. Menjelaskan prinsip penentuan gula dengan metode Luff Schoorl
3. Menjelaskan perbedaan prinsip penentuan gula sebelum dan sesudah
inversi
4. Menuliskan reaksi yang terjadi pada penentuan kadar gula sebelum
inversi
5. Menerapkan perhitungan normalitas pada standarisasi larutan baku
6. Menerapkan perhitungan mg sampel dengan menggunakan tabel Luff
Schoorl atau ekivalen natrium thiosulfat
7. Menerapkan perhitungan kadar gula sebelum inversi
8. Menjelaskan fungsi penambahan pereaksi pada percobaan
4. Sebuah studi tahun 2013 memperkirakan bahwa
180.000 kematian
di seluruh dunia terkait dengan minuman manis.
Konsumsi gula yang tidak tepat :
Kekurangan atau kelebihan kadar gula
Perhitungan atau penentuan kadar gula yang kita konsumsi
Metode Luff Schoorl
Permenkes No 30 Tahun 2013 : konsumsi gula lebih dari 50 gram per
orang per hari akan meningkatkan resiko munculnya penyakit
8. SUKROSA
Glukosa + Fruktosa
Bukan
gula invert
Gula invert
mengandung gugus aldehid dan gugus keton
yang aktif mereduksi senyawa lain
dapat mereduksi senyawa lain = Reduktor
9. Metode Luff Schoorl
Larutan Luff
Schrool Cu2+ Oksidator
Reduksi : Cu2+ → Cu+
Sampel Teroksidasi
oleh Cu2+
Cu2+ bebas (sisa) dianalisis dengan titrasi iodometri
10. 2Na2S2O3 + I2 Na2S4O6 + NaI
Oksidasi
Reduksi
titrasi iodometri
A (oksidator) + 2I- A (tereduksi) + I2
Oksidasi
Reduksi
Cu2+
11. Metode Luff Schoorl
Sampel Teroksidasi
oleh Cu2+
Kecuali sukrosa
Sebelum inversi
Sampel Teroksidasi
oleh Cu2+
Tidak terkecuali sukrosa
Sesudah inversi
Kadar gula sukrosa = (% gula sesudah inversi - % gula sebelum inversi) x 0,95
Cu2+ bebas (sisa) sebelum inversi > Cu2+ bebas (sisa) sebelum inversi
mg gula sebelum inversi < mg gula sesudah inversi
12. Reaksi yang terjadi
R-COH (aq)+ 2 CuO(aq) → Cu2O (s) + R-COOH(aq)
H2SO4(aq) + CuO(aq) → CuSO4(aq) + H2O(l)
2 CuSO4(aq) + 4 KI(aq) → 2 CuI(s) + 2 K2SO4(aq) + I2(aq)
I2(aq) + 2 Na2S2O3(aq) → Na2S4O6(aq) + 2 NaI(aq)
Reaksi pada
Iodometri
Cu2+ bebas (sisa)
Penentuan kadar gula sebelum inversi
13. Labu Erlenmeyer 250 mL
- Dimasukkan 5 mL KI 30%
- Dimasukkan larutan
Na2S2O3 0,1 N sesuai SOP
HASIL
STANDARISASI LARUTAN
NATRIUM THIOSULFAT
Buret 50 mL
- Dirangkaikan pada
statif klem
- Di titrasi sampai mendekati tak berwarna (kekuningan)
- Ditambahkan kanji 1% ±3 mL sampai warna biru tua
- Di titrasi lanjut perlahan sampai warna biru menghilang
- Amati dan catat volume larutan Na2S2O3 0,1 N yang terpakai
- Dimasukkan 6 mL HCl pekat
- Dimasukkan 25 mL K2Cr2O7 0,1 N
14. PENENTUAN KADAR GULA SEBELUM INVERSI
DENGAN MOTODE LUFF SCHOORL
Persiapan sampel
Neraca Analitik
- Ditimbang labu erlenmeyer 25 ml
- Ditimbang labu erlenmeyer + ±10 gram sampel
Labu takar 100 ml
-Dimasukkan sampel
-Ditambahkan aquades sampai tanda batas
-Dikocok atau dihomogenkan
-Disaring dengan kertas saring
Larutan I
15. PENENTUAN KADAR GULA SEBELUM INVERSI
DENGAN MOTODE LUFF SCHOORL
Persiapan sampel
Lanjutan
Labu takar 250 ml
- Dipipet larutan I sebanyak 50 ml
- Ditambahkan 5 ml HCL 25%
- Ditambahkan 10 mL Pb Asetat Basa, dikocok
- Ditetesi Na2HPO4 10 %
(Timbulnya endapan putih menandakan penambahan Pb Asetat Basa sudah cukup)
- Ditetesi Na2HPO4 10 % sampai tidak lagi terbentuk endapan putih
- Ditambahkan aquades hingga tanda batas
- Dikocok atau dihomogenkan
- Diamkan selama 30 menit
- Disaring dengan kertas saring
Larutan III
16. PENENTUAN KADAR GULA SEBELUM INVERSI
DENGAN MOTODE LUFF SCHOORL
Penentuan kadar
Labu Erlenmeyer 250 ml
-Dipipet larutan II sebanyak 10 ml
-Ditambahkan 15 ml aquades
- Ditambahkan 25 ml larutan luff
- Dipanaskan selama 10 menit
- Didinginkan
- Ditambahkan 10 ml KI 30%
- Ditambahkan 25 ml H2SO4 25 %
- Dititrasi dengan Natrium tiosulfat 0,1N
sampai berwarna kuning-krem
- Ditambahkan larutan kanji 1% sampai
berwarna biru
- Dititrasi kembali hingga warna biru hilang
- Dicatat volume Natrium tiosulfat
Hasil
17.
18.
19. Titrasi sampel dari 10 mL larutan II perlu 20,4 mL thio
Titrasi blangko perlu 25,6 mL thio
Normalitas thio sesungguhnya setelah distandarisasi
0,0850 N.
Dalam 10 mL larutan sampel terdapat gula setara :
Perhitungan mL Na2S2O3 0,0850 N
mL Na2S2O3 = 25,6 mL – 20,4 mL = 5,2 mL
Perhitungan mL Na2S2O3 0,1 N
mL Na2S2O3 = 5,2 x = 4,42 mL
Perhitungan mg gula
(lihat dalam tabel Luff – ekivalen Natrium thiosulfat)
mg gula = 9,7 + (0,42 x 2,5) = 10,75 mg
Kadar gula sebelum inversi
= 5,01 %
23. 1. Metode Luff Schoorl memiliki prinsip dasar oksidasi gula
menggunakan larutan Luff (Cu2+), yang dilanjutkan dengan
analisis kadar Luff (Cu2+) sisa menggunakan iodometri
2. Iodometri merupakan titrasi menggunakan Na2S2O3 sebagai
larutan baku untuk mereduksi iod
3. Pada penentuan gula sebelum inversi, sukrosa tidak teroksidasi
oleh larutan Luff (Cu2+). Sedangkan pada penentuan gula
sebelum inversi, sukrosa telah menjadi glukosa dan fruktosa
sehingga teroksidasi oleh larutan Luff (Cu2+)
24. mL Na2S2O3 = 5,2 x = 4,42 mL
= 4 mL + 0,42 mL
mg gula= 9,7+1,05 =10,75 mg
9,7 mg
0,42 x (12,2-9,7)
= 0,42 x 2,5
= 1,05 mg
Back