4. TUJUAN
Menganalisis karbohidrat secara kualitatif dengan pereaksi Fehling
Menentukan kadar gula pereduksi dari suatu sampel meggunakan
metode Luff-schoorl.
PRINSIP
1. Pengendapan
Reaksi terbentuknya produk yang tidak larut atau endapan (Chang,
2005)
2. Karbohidrat
Senyawa-senyawa karbohidrat memiliki sifat pereduksi karena adanya
gugus karbonil dalam benduk aldehid atau keton (Ngili,2010)
3. Gula Pereduksi
Gula yang mengandung gugus aldehid dan keton (Kamaludin, 2010)
4. Metode Luff-schoorl
Metode penentuan monosakarida dengan cara kimiawi untuk
menentukan kuprioksida dalam larutan sebelum di reaksikan dengan gula reduksi
dan sesudah direaksikan dengan sampel gula pereduksi (Sudamarti, 1989)
7. Karbohidrat dalam jeruk merupakan
karbohidrat sederhana, yaitu
fruktosa glukosa dan sukrosa.
Dengan meningkatnya umur buah
maka kandungan karbohidrat akan
bertambah dan berbanding terbalik
dengan kandungan asamnya. Buah
jeruk manis yang langsung terkena
sinar matahari memiliki kandunga
karbohidrat dan vitamin Clebih
banyak.
(Hatta,2016)
9. Metode Fehling
Gula pereduksi yaitu monosakarida dan
disakarida kecuali sukrosa dapat
ditunjukkan dengan pereaksi Fehling
atau Benedict menghasilkan endapan
merah bata (Cu2O). selain pereaksi
Benedict dan Fehling, gula pereduksi
juga bereaksi positif dengan pereaksi
Tollens (Apriyanto et al 1989).
10. Metode Metode Luff Schoorl
Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk
mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau
keton bebas. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau
bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti Cu (II).
Contoh gula yang termasuk gula reduksi adalah glukosa,
manosa, fruktosa, laktosa, maltosa, dan lain-lain.
Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan karbohidrat
melalui penetapan kadar gula reduksi dengan metode
Penentuan gula reduksi dengan metode Luff-Schoorl
ditentukan bukan kuprooksidanya yang mengendap tetapi
dengan menentukan kuprooksida dalam larutan sebelum
direaksikan dengan gula reduksi sesudah reaksi dengan
sample gula reduksi yang dititrasi dengan Na-Thiosulfat.
Selisihnya merupaka kadar gula reduksi. (Khopkar, 1999).
Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan
metode Luff Schoorl ini didasarkan pada reaksi antara
monosakarida dengan larutan cupper. Monosakarida akan
mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan
CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2.
I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada
dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri
karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar
penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi
terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat
oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral
atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat
zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara
jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Underwood, 1996).
11. ALAT DAN BAHAN
ALAT
Buret
Erlenmeyer
Gelas beker
Indikator amilum
Kaca arloji
Kapas
Kertas saring
Labu ukur
Pembakar spiritus
Statif
Tabung reaksi
BAHAN
Aquadest
H2SO4
Larutan glukosa
NaOH
Na-K Tartrat
Na-tiosulfat
Pereaksi Fehling A dan B
Pereaksi Luff schoorl
12. Pereaksi
Fehling A
Timbang CuSO4 Larutkan dalam airPereaksi
Fehling B
Larutkan dalam air
Timbang NaOHLarutkan dalam air
Timbang Na-K Tartrat
Lalu mencampurkannya
dalam labu ukur
13. Uji Fehling
Masukkan 1 ml
sampel ke dalam
tabung reaksi
Tambahkan 5 tetes
reagen fehling a
dan fehling b
Panaskan tabung
reaksi selama 3-4
menit
14. Pereaksi Luff Schoorl
388 g Na2CO3.10H2O dilarutkan dalam 400 mL aquades mendidih
50 g asam nitrat dilarutkan dalam 50 mL aquades
25 g CuSO4.5H2O dilarutkan dalam 100 mL aquades
15. Lanjutan
Homogenkan, jika keruh, diamkan kemudian saring
Setelah dingin, tambahkan aquades hingga 1 L
Tambahkan larutan CuSO4.5H2O
Larutan asam nitrat di tuangkan ke dalam larutan Na2CO3.10H2O
diaduk dengan hati – hati
16. Prosedur
25 mL larutan ke erlenmeyer + 25 mL luff schoorl
Netralkan dengan NaOH 45% dan encerkan sampel hingga 50 mL
Panaskan selama 10 menit, dinginkan
25 mL fitrat ke erlenmeyer + 10 mL HCl 30%
Haluskan 25 g sampel dan 100 mL air, saring
17. Lanjutan
Iodium yang dibebaskan di titrasi dengan Na-tiosulfat 0,1 N dengan
0,5 mL indikator amilum
+ 15 mL KI 20 % dan 25 mL H2SO4 6 N
+ batu didih, erlenmeyer ditutup dengan kapas, didihkan 10 menit,
dinginkan
Membuat blanko = 25 mL aquades dan 25 mL larutan luff schoorl
18. HASIL PENGAMATAN PEREAKSI FEHLING
Aldehid dengan larutan Fehling membentuk endapan berwarna
merah bata, sedangkan keton tidak bereaksi, kecuali keton
hidrolisa alfa. Larutan < 0,1% membentuk endapan hijau
kekuningan (Poedjiadi, 2006).
19. HASIL PENGAMATAN PEREAKSI LUFF SCHOORL
Pada metode ini, HCl digunakan untuk menghidrolisis amilum menjadi
monosakarida, yang akan bereaksi dengan larutan uji Luff Schoorl
dengan mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+. Setelah itu ditambahkan
NaOH untuk menetralkan larutan sampel. Dalam metode Luff-Schoorl,
pH harus diperhatikan dengan cermat. Suasana yang terlalu asam
akan menimbulkan overestimated pada tahap titrasi sebab akan terjadi
reaksi oksidasi ion iodide menjadi I2 (Harjadi 1994).
Apabila pH terlalu tinggi (terlalu basa), maka hasil titrasi akan menjadi lebih rendah
daripada sebenarnya, karena pada pH tinggi akan terjadi resiko kesalahan, yaitu
terjadinya reaksi I2 yang terbentuk dengan air (hidrolisis). H2SO4 ditambahkan untuk
mengikat ion tembaga yang terbentuk dari hasil reduksi monosakarida dengan
pereaksi Luff-Schoorl, kemudian membentuk CuSO4. KI akan bereaksi dengan
tembaga sulfat membentuk buih coklat kehitaman. Langkah terakhir yang dilakukan
dalam metode Luff Schoorl adalah titrasi dengan natrium tiosulfat (Harjadi 1994).
20. Daftar Pustaka
Apriyanto, A. 1999. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Bogor: Graha Utama.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar Jilid Dua Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
Dian Ayu, Netty Suharti, and Roslinda Rasyid. 2013. Isolasi Jamur Pengurai Pati Dari Tanah
Limbah Sagu. Jurnal Farmasi Andalas 1(1).
Harjadi, W. 1994. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.
Kamaludin. 2010. Intisari Kimia. Ogyakarta: ADI.
Khopkar, S. 1999. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Kristina, Kristina, Evi Retno Sari, and Novia Novia. 2012. ALKALINE PRETREATMENT DAN
PROSES SIMULTAN SAKARIFIKASI–FERMENTASI UNTUK PRODUKSI ETANOL
DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT. Jurnal Teknik Kimia 18(3)
Ngili, Yohanis. 2010. Bio Kimia Dasar. Bandung: Rekayasa Sains.
Pudjiadi. Solihin. 2006. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit FKUI
Sudarmaji, Slamet. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertania. Ogyakarta: Liberti.
Sudarmo, Unggul. 2006. Kimia 3. Jakarta : Erlangga.
Underwood. 1996. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.