SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
IMPAKSI
Definisi
Gambar: gigi impaksi
Impaksi adalah kondisi dimana gigi tidak mengalami erupsi sehingga tidak
menempati posisi yang seharusnya. Harus dibedakan antara impaksi dengan
malposisi, dimana malposisi adalah gigi yang sudah erupsi dengan posisi yang
salah. Hal ini bisa disebabkan karena adanya halangan dari gigi lain, jaringan
lunak sekitar, maupun kelainan pada tulang rahang.
Gambar : Gigi impaksi pada gigi molar rahang atas dan molar rahang bawah
Impaksi gigi adalah masalah harus diperbaiki karena dapat:
1. Menyebabkan kerusakan pada struktur akar gigi yang berdekatan.
2. Mengganggu rongga sinus.
3. Menciptakan spasi gigi yang tidak diinginkan (diestema).
4. Menganggu fungsi gigi.
5. Menyebabkan keausan dini pada gigi.
6. Menyebabkan gigi tidak selaras (asimetris).
Etiologi
Etiologi dari gigi impaksi bermacam-macam di antaranya kekurangan
ruang,kista, gigi supernumerari, retensi gigi sulung, infeksi, trauma, anomali, dan
kondisi sistemik. Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya impaksi gigi
adalah ukuran gigi. Sedangkan faktor yang paling erat hubungannya dengan
ukuran gigi adalah bentuk gigi. Bentuk gigi ditentukan pada saat konsepsi. Satu hal yang
perlu diperhatikan dan perlu diingat bahwa gigi permanen sejak erupsi tetap tidak
berubah.
Pada umumnya, gigi susu mempunyai besar dan bentuk yang sesuai serta letaknya
terletak pada maksila dan mandibula. Tetapi pada saat gigi susu tanggal tidak
terjadi celah antar gigi, maka diperkirakan akan tidak cukup ruang bagi gigi
permanen penggantinya sehingga bisa terjadi gigi berjejal dan hal ini merupakan
salah satu penyebab terjadinya impaksi. Penyebab meningkatnya impaksi gigi
geraham rahang bawah disebabkan oleh karena faktor kekurangan ruang untuk
erupsi. Hal ini dapat dijelaskan antara lain jenis makanan yang
dikonsumsi umumnya bersifat lunak, sehingga untuk mencerna tidak memerlukan
kerja yang kuat dari otot-otot pengunyah, khususnya rahang bawah menjadi
kurang berkembang. Istilah impaksi biasanya diartikan untuk gigi yang erupsi
oleh sesuatu sebab terhalang, sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna
mencapai oklusi yang normal di dalam deretan susunan gigi geligi. Hambatan
halangan ini biasanya berupahambatan dari sekitar gigi atau hambatan dari gigi itu
sendiri.Hambatan dari sekitar gigi dapat terjadi karena :
a. Tulang yang tebal serta padat
b. Tempat untuk gigi tersebut kurang
c. Gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebut
d. Adanya gigi desidui yang persistensi
e. Jaringan lunak yang menutupi gigi tersebut kenyal atau liat
Hambatan dari gigi itu sendiri dapat terjadi karena :
a. Letak benih abnormal, horizontal, vertikal, distal, dan lain-lain.
b. Daya erupsi gigi tersebut kurang.
Dampah dan Keluhan yang Ditimbulkan
Dampak dari adanya gigi impaksi molar ketiga rahang bawah adalah
gangguan rasa sakit, yang dimaksud dengan gangguan rasa sakit yang berasal dari
reaksi radang pada jaringan operkulum yang tampak hiperemi, bengkak dan rasa
sakit bila ditekan. Kesemuaanya itu merupakan gejala yang lazim disebut sebagai
perikoronitis. Keluhan sakit juga dapat timbul oleh karena adanya karies pada gigi
molar tiga rahang bawah. Kerusakan atau keluhan yang ditimbulkan dari impaksi
dapat berupa:
a. Inflamasi
Inflamasi merupakan suatu perikoronitis yang lanjutannya menjadi abses
dento-alveolar akut-kronis, ulkus sub-mukus yang apabila keadaan tubuh
lemah dan tidak mendapat perawatan dapat berlanjut menjadi
osteomyelitis. Biasanya gejala-gejala ini timbul bila sudah ada hubungan
soket gigi atau folikel gigi dengan rongga mulut.
b. Resorpsi gigi tetangga
Setiap gigi yang sedang erupsi mempunyai daya tumbuh ke arah oklusal
gigi tersebut. Jika pada stadium erupsi, gigi mendapat rintangan dari gigi
tetangga maka gigi mempunyai daya untuk melawan rintangan tersebut.
Misalnya gigi terpendam molar ketiga dapat menekan molar kedua,
kaninus dapat menekan insisivus dua dan premolar. Premolar dua dapat
menekan premolar satu. Disamping mengalami resorpsi, gigi tetangga
tersebut dapat berubah arah atau posisi.
c. Kista
Suatu gigi yang terpendam mempunyai daya untuk perangsang
pembentukan kista atau bentuk patologi terutama pada masa pembentukan
gigi. Benih gigi tersebut mengalami rintangan sehingga pembentukannya
terganggu menjadi tidak sempurna dan dapat menimbulkan primordial
kista dan folikular kista.
d. Rasa sakit
Rasa sakit dapat timbul bila gigi terpendam menekan syaraf atau menekan
gigi tetangga dan tekanan tersebut dilanjutkan ke gigi tetangga lain di
dalam deretan gigi, dan ini dapat menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit dapat
timbul karena :
 Periodontitis pada gigi yang mengalami trauma kronis
 Gigi terpendam langsung menekan nervus alveolaris inferior pada
kanalis mandibularis.
Gigi molar ketiga rahang bawah impaksi dapat mengganggu fungsi
pengunyah dan sering menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi yang
terjadi dapat berupa resorbsi patologis gigi yang berdekatan, terbentuknya kista
folikuler, rasa sakit neurolgik, perikoronitis, bahaya fraktur rahang akibat
lemahnya rahang dan berdesakan gigi anterior akibat tekanan gigi impaksi ke
anterior. Dapat pula terjadi periostitis, neoplasma dan komplikasi lainnya.
Klasifikasi Impaksi
Berdasarkan klasifikasinya dapat diambil simpulan bahwa klasifikasi gigi impaksi
dapat ditentukan dengan menggunakan foto radiografi, begitupun dalam
penelitian ini penentuan klasifikasi tersebut dilihat berdasarkan foto radiografi
dari pasien yang mengalami impaksi tersebut.
1. Klasifikasi Pell & Gregory
1.1 Berdasarkan hubungan antara ramus mandibula dengan molar kedua
dengan cara membandingkan lebar mesio-distal molar ketiga dengan jarak
antara bagian distal molar kedua ke ramus mandibula.
a. Kelas I : ukuran mesio-distal gigi molar ketiga lebih kecil
dibandingkan jarak antara distal gigi molar kedua dengan ramus
mandibula.
b. Kelas II : ukuran mesio-distal gigi molar ketiga lebih besar
dibandingkan jarak antara distal gigi molar kedua dengan ramus
mandibula.
c. Kelas III : seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada di dalam
ramus mandibula.
1.2 K
omponen kedua dalam sistem klasifikasi ini didasarkan pada jumlah
tulang yang menutupi gigi impaksi. Baik gigi impaksi atas maupun
bawah bisa dikelompokkan berdasarkan kedalamannya, dalam
hubungannya terhadap garis servikal Molar kedua disebelahnya. Faktor
umum dalam klasifikasi impaksi gigi rahang atas dan rahang bawah :
a. Posisi A: Bidang oklusal gigi impaksi berada pada tingkat yang sama
dengan oklusal gigi molar kedua tetangga. Mahkota Molar ketiga
yang impaksi berada pada atau di atas garis oklusal.
b. Posisi B: Bidang oklusal gigi impaksi berada pada pertengahan garis
servical dan bidang oklusal gigi molar kedua tetangga.Mahkota
Molar ketiga di bawah garis oklusal tetapi di atas garis servikal
Molar kedua.
c. Posisi C: Bidang oklusal gigi impaksi berada di bawah tingkat garis
servikal gigi molar kedua. Hal ini juga dapat diaplikasikan untuk gigi
maksila. Mahkota gigi yang impaksi terletak di bawah garis servikal.
Kedua klasifikasi ini digunakan biasanya berpasangan. Misalkan, Kelas I
tipe B, artinya panjang mesio-distal gigi molar ketiga lebih kecil dibandingkan
jarak distal molar kedua ke ramus mandibula dan posisi molar ketiga berada di
bawah garis oklusal tapi masih di atas servikal gigi molar kedua.
2. Klasifikasi George Winter
Klasifikasi yang dicetuskan oleh George Winter ini cukup sederhana.
Gigi impaksi digolongkan berdasarkan posisi gigi molar ketiga terhadap gigi
molar kedua. Mereka mengklasifikasikan impaksi gigi molar ketiga
mandibula sebagai berikut:
1. Vertikal (10o sampai dengan -10o)
2. Mesioangular (11o sampai dengan -79o)
3. Horizontal (80o sampai dengan 100o)
4. Distoangular (-11o sampai dengan -79o)
5. Lainnya (-111o sampai dengan -80o)
a. Mesioangular: Gigi impaksi mengalami tilting terhadap molar kedua
dalam arah mesial.
b. Distoangular: Axis panjang molar ketiga mengarah ke distal atau ke
posterior menjauhi molar kedua.
c. Horisontal: Axis panjang gigi impaksi horisontal
d. Vertikal: Axis panjang gigi impaksi berada pada arah yang sama dengan
axis panjang gigi molar kedua
e. Bukal atau lingual: Sebagai kombinasi impaksi yang dideskripsikan di
atas, gigi juga dapat mengalami impaksi secara bukal atau secara lingual
f. Transversal: Gigi secara utuh mengalami impaksi pada arah bukolingual
g. Signifikansi: Tiap inklinasi memiliki arah pencabutan gigi secara definitif.
Sebagai contoh, impaksi mesioangular sangat mudah untuk dicabut dan
impaksi distoangular merupakan posisi gigi yang paling sulit untuk
dicabut.
3. Klasifikasi Archer
Archer memberikan klasifikasi untuk impaksi yang terjadi di rahang atas.
Klasifikasi ini mirip dengan klasifikasi Pell & Gregory,namun klasifikasi ini
berlaku untuk gigi atas.
a. Kelas A : bagian terendah molar ketiga setinggi bidang oklusal molar
kedua.
b. Kelas B : bagian terendah molar ketiga di atas bidang oklusal gigi
molar kedua tapi masih di bawah garis servikal molar kedua.
c. Kelas C : bagian terendah molar ketiga lebih tinggi dari garis servikal
molar kedua.
Klasifikasi kedua untuk rahang atas ini sama dengan apa yang dibuat George
Winter. Berdasarkan hubungan gigi molar ketiga dengan sinus maksilaris :
a. Sinus approximation (SA) : tidak dibatasi tulang, atau ada lapisan
tulang yang tipis di antara gigi impaksi dengan sinus maksilaris.
b. Non Sinus approximation (NSA) : terdapat ketebalan tulang yang lebih
dari 2 mm antara gigi molar ketiga dengan sinus maksilaris.
Klasifikasi untuk gigi kaninus rahang atas :
a. Kelas I : kaninus terletak di palatum, baik dalam posisi vertikal,
horisontal, atau semivertikal.
b. Kelas II : kaninus terletak di bagian bukal atau labial
c. Kelas III : kaninus terletak di daerah palatum dan bukal atau labial.
d. Kelas IV : kaninus terletak pada prosesus alveolaris biasanya dalam
posisi vertikal di antara insisif dengan premolar I.
e. Kelas V : kaninus terletak pada daerah tidak bergigi (edentulous).
4. Klasifikasi Impaksi Molar Ketiga Menurut Thoma
Thoma mengklasifikasikan kurvatura akar gigi molar ketiga yang mengalami
impaksi ke dalam tiga kategori:
1. Akar lurus (terpisah atau mengalami fusi)
2. Akar melengkung pada sebuah posisi distal
3. Akar melengkung secara mesial.
5. Klasifikasi Impaksi Molar Ketiga Menurut Killey dan Kay
Killey dan Kay mengklasifikasikan kondisi erupsi gigi molar ketiga impaksi
dan jumlah akar ke dalam tiga kategori. Gigi tersebut diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Erupsi
2. Erupsi sebagian
3. Tidak erupsi
6. Menurut American Dental Association
Jumlah akar mungkin berjumlah dua atau multipel. Gigi impaksi juga dapat
terjadi dengan akar yang mengalami fusi. Dengan tujuan untuk memberikan
mekanisme logis dan praktik untuk industry asuransi. American Association of
Oral and Maxillofacial Surgeons mengklasifikasikan gigi impaksi dan tidak
erupsi berdasarkan prosedur pembedahan yang dibutuhkan untuk melakukan
pencabutan, daripada posisi anatomi gigi. Mereka mengklasifikasikan gigi
impaksi ke dalam empat kategori:
1. Pencabutan gigi hanya dengan impaksi jaringan lunak
2. Pencabutan gigi dengan impaksi tulang secara parsial
3. Pencabutan gigi dengan impaksi tulang secara sempurna
4. Pencabutan gigi dengan impaksi tulang sempurna dan komplikasi
pembedahan yang tidak biasa
Klasifikasi posisi gigi impaksi secara sistematis dan teliti membantu dalam
memeriksa arah pencabutan gigi impaksi dan juga mendeterminasikan jumlah
kesulitan yang akan dialami selama pencabutan.
Gigi yang Paling Sering Mengalami Impaksi
Gigi molar tiga adalah gigi yang paling akhir erupsi dalam rongga mulut,
yaitu pada usia 18-24 tahun. Keadaan ini kemungkinan menyebabkan gigi molar
tiga lebih sering mengalami impaksi dibandingkan gigi yang lain karena
seringkali tidak tersedia ruangan yang cukup bagi gigi untuk erupsi. Menurut Chu
yang dikutip oleh Alamsyah dan Situmarong, 28,3 % dari 7468 pasien mengalami
impaksi, dan gigi molar tiga mandibula yang paling sering mengalami impaksi
(82,5%). Adapun sumber lain yang menyebutkan bahwa erupsi gigi molar ketiga
rahang bawah banyak ditemukan pada pasien berusia 16 sampai dengan 21 tahun.
Disebutkan bahwa penyebab adanya kesulitan erupsi gigi adalah kurangnya atau
terbatasnya ruang untuk erupsi, sehingga gigi molar ketiga bawah sering
mengalami impaksi.
Frekuensi gigi impaksi yang terjadi sesuai dengan urutan berikut :
1. Molar ketiga rahang bawah
2. Molar ketiga rahang atas
3. Kaninus rahang atas
4. Premolar rahang bawah
5. Kaninus rahang bawah
6. Premolar rahang atas
7. Insisivus sentralis rahang atas
8. Insisivus lateralis rahang atas
Perkembangan dan pertumbuhan gigi geligi seringkali mengalami gangguan
erupsi, baik pada gigi anterior maupun gigi posterior. Frekuensi gangguan erupsi
terbanyak pada gigi molar ketiga baik di rahang atas maupun rahang bawah
diikuti gigi kaninus rahang atas. Gigi dengan gangguan letak salah benih akan
menyebabkan kelainan pada erupsinya, baik berupa erupsi di luar lengkung yang
benar atau bahkan terjadi impaksi. Gigi dinyatakan impaksi apabila setelah
mengalami kegagalan erupsi ke bidang oklusal.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada gigi impaksi dapat berbeda tergantung pada kondisi
pasien dan penyakit yang dideritanya.
Beberapa macam pengobatan yang dapat dipilih:
1) Analgesik
2) Obat Pereda Rasa Sakit
3) Pencabutan Gigi
4) Pencabutan Gigi Geraham
5) Sinar-X Gigi
Tidak ada pengobatan yang diperlukan jika gigi yang terkena dampak tidak
menimbulkan masalah. Pencabutan gigi (ekstraksi) adalah pengobatan biasa untuk
gigi yang terkena dampak yang akan dilakukan oleh ahli bedah mulut. Antibiotik
mungkin diresepkan sebelum ekstraksi gigi jika terinfeksi.
Gambar : Foto X-ray Impaksi Molar
Impaksi maggie

More Related Content

What's hot

Endodontic 4
Endodontic 4Endodontic 4
Endodontic 4RSIGM
 
endodontic 2
endodontic 2endodontic 2
endodontic 2RSIGM
 
Alat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan GigiAlat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan GigiVina Widya Putri
 
gigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkapgigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkapikaa388
 
Anatomi periodonsium normal
Anatomi periodonsium normalAnatomi periodonsium normal
Anatomi periodonsium normalMellaniCindera
 
Endodontic 3
Endodontic 3Endodontic 3
Endodontic 3RSIGM
 
5. alignment artikulasi gigi geligi
5. alignment artikulasi gigi geligi5. alignment artikulasi gigi geligi
5. alignment artikulasi gigi geligiasih gahayu
 
Taxonomi dan Nomenklatur Gigi
Taxonomi dan Nomenklatur GigiTaxonomi dan Nomenklatur Gigi
Taxonomi dan Nomenklatur GigiPSPDG-UNUD
 
9. morfologi gigi permanent rahang atas
9. morfologi gigi permanent rahang atas9. morfologi gigi permanent rahang atas
9. morfologi gigi permanent rahang atashasril hasanuddin
 
2. dental anatomi gigi permanen ..
2. dental anatomi gigi permanen ..2. dental anatomi gigi permanen ..
2. dental anatomi gigi permanen ..asih gahayu
 
Proses Tumbuh Kembang Gigi
Proses Tumbuh Kembang GigiProses Tumbuh Kembang Gigi
Proses Tumbuh Kembang GigiPSPDG-UNUD
 
endodontic 1
endodontic 1endodontic 1
endodontic 1RSIGM
 
SETTING TIME GYPSUM TYPE III KEDOKTERAN GIGI RASIO W/P
SETTING TIME GYPSUM TYPE III KEDOKTERAN GIGI RASIO W/PSETTING TIME GYPSUM TYPE III KEDOKTERAN GIGI RASIO W/P
SETTING TIME GYPSUM TYPE III KEDOKTERAN GIGI RASIO W/Pdevita nuryco
 
Asuhan keperawatan maloklusi - pemeriksaan dan penatalaksanaan
Asuhan keperawatan maloklusi - pemeriksaan dan penatalaksanaanAsuhan keperawatan maloklusi - pemeriksaan dan penatalaksanaan
Asuhan keperawatan maloklusi - pemeriksaan dan penatalaksanaanAlex Susanto
 

What's hot (20)

Endodontic 4
Endodontic 4Endodontic 4
Endodontic 4
 
endodontic 2
endodontic 2endodontic 2
endodontic 2
 
Alat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan GigiAlat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan Gigi
 
gigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkapgigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkap
 
Anatomi periodonsium normal
Anatomi periodonsium normalAnatomi periodonsium normal
Anatomi periodonsium normal
 
Ohi s
Ohi sOhi s
Ohi s
 
Endodontic 3
Endodontic 3Endodontic 3
Endodontic 3
 
5. alignment artikulasi gigi geligi
5. alignment artikulasi gigi geligi5. alignment artikulasi gigi geligi
5. alignment artikulasi gigi geligi
 
Taxonomi dan Nomenklatur Gigi
Taxonomi dan Nomenklatur GigiTaxonomi dan Nomenklatur Gigi
Taxonomi dan Nomenklatur Gigi
 
9. morfologi gigi permanent rahang atas
9. morfologi gigi permanent rahang atas9. morfologi gigi permanent rahang atas
9. morfologi gigi permanent rahang atas
 
prinsip preparasi
prinsip preparasiprinsip preparasi
prinsip preparasi
 
Kavitas kelas i rk
Kavitas kelas i rkKavitas kelas i rk
Kavitas kelas i rk
 
2. dental anatomi gigi permanen ..
2. dental anatomi gigi permanen ..2. dental anatomi gigi permanen ..
2. dental anatomi gigi permanen ..
 
Proses Tumbuh Kembang Gigi
Proses Tumbuh Kembang GigiProses Tumbuh Kembang Gigi
Proses Tumbuh Kembang Gigi
 
Pulp capping fix
Pulp capping fixPulp capping fix
Pulp capping fix
 
endodontic 1
endodontic 1endodontic 1
endodontic 1
 
8. anatomi gigi full
8. anatomi gigi full8. anatomi gigi full
8. anatomi gigi full
 
SETTING TIME GYPSUM TYPE III KEDOKTERAN GIGI RASIO W/P
SETTING TIME GYPSUM TYPE III KEDOKTERAN GIGI RASIO W/PSETTING TIME GYPSUM TYPE III KEDOKTERAN GIGI RASIO W/P
SETTING TIME GYPSUM TYPE III KEDOKTERAN GIGI RASIO W/P
 
Asuhan keperawatan maloklusi - pemeriksaan dan penatalaksanaan
Asuhan keperawatan maloklusi - pemeriksaan dan penatalaksanaanAsuhan keperawatan maloklusi - pemeriksaan dan penatalaksanaan
Asuhan keperawatan maloklusi - pemeriksaan dan penatalaksanaan
 
7. anomali gigi
7. anomali gigi7. anomali gigi
7. anomali gigi
 

Viewers also liked

Viewers also liked (9)

2.kongenital anomali kehamilan
2.kongenital anomali   kehamilan2.kongenital anomali   kehamilan
2.kongenital anomali kehamilan
 
11. anatomi gigi
11. anatomi gigi11. anatomi gigi
11. anatomi gigi
 
Cara-Cara Menjaga Kebersihan Gigi
Cara-Cara Menjaga Kebersihan GigiCara-Cara Menjaga Kebersihan Gigi
Cara-Cara Menjaga Kebersihan Gigi
 
kasus gigi
kasus gigikasus gigi
kasus gigi
 
Periodontium brian
Periodontium brianPeriodontium brian
Periodontium brian
 
Penyakit Gigi dan Mulut
Penyakit Gigi dan MulutPenyakit Gigi dan Mulut
Penyakit Gigi dan Mulut
 
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukanKumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
 
Cementum
CementumCementum
Cementum
 
Kode pintar icd 10
Kode pintar icd 10Kode pintar icd 10
Kode pintar icd 10
 

Similar to Impaksi maggie

Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3cameliasenada
 
Indikasi dan kontraidikasi odontektomi
Indikasi dan kontraidikasi odontektomiIndikasi dan kontraidikasi odontektomi
Indikasi dan kontraidikasi odontektomizakiahyahya
 
Tutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & CrossbiteTutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & CrossbiteVina Widya Putri
 
BAB II.docx
BAB II.docxBAB II.docx
BAB II.docxAGUSHARO
 
BAB II.docx
BAB II.docxBAB II.docx
BAB II.docxAGUSHARO
 
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6RSIGM
 
Skripsi aal analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...
Skripsi aal  analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...Skripsi aal  analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...
Skripsi aal analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...Yasirecin Yasir
 
struktur gigi dan karies gigi
struktur gigi dan karies gigistruktur gigi dan karies gigi
struktur gigi dan karies gigiFerdiana Agustin
 
PPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptxPPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptxNSIAk2
 
PERAWATAN MALOKLUSI KELAS III DENGAN REVERSE.pptx
PERAWATAN MALOKLUSI KELAS III DENGAN REVERSE.pptxPERAWATAN MALOKLUSI KELAS III DENGAN REVERSE.pptx
PERAWATAN MALOKLUSI KELAS III DENGAN REVERSE.pptxAGUSHARO
 
PERAWATAN MALOKLUSI KELAS III DENGAN REVERSE.pptx
PERAWATAN MALOKLUSI KELAS III DENGAN REVERSE.pptxPERAWATAN MALOKLUSI KELAS III DENGAN REVERSE.pptx
PERAWATAN MALOKLUSI KELAS III DENGAN REVERSE.pptxAGUSHARO
 
Hubungan antara rahang dengan gigi tiruan
Hubungan antara rahang dengan gigi tiruanHubungan antara rahang dengan gigi tiruan
Hubungan antara rahang dengan gigi tiruaniqbal6979
 
Kerusakan pada gigi dan jaringan penyangga gigi
Kerusakan pada gigi dan jaringan penyangga gigiKerusakan pada gigi dan jaringan penyangga gigi
Kerusakan pada gigi dan jaringan penyangga gigiPebrian Prestya
 
Blok 17 lbm 3
Blok 17 lbm 3Blok 17 lbm 3
Blok 17 lbm 3RSIGM
 

Similar to Impaksi maggie (20)

Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3
 
LITREF BM
LITREF BMLITREF BM
LITREF BM
 
Fraktur TULANG
Fraktur TULANGFraktur TULANG
Fraktur TULANG
 
Indikasi dan kontraidikasi odontektomi
Indikasi dan kontraidikasi odontektomiIndikasi dan kontraidikasi odontektomi
Indikasi dan kontraidikasi odontektomi
 
Tutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & CrossbiteTutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & Crossbite
 
BAB II.docx
BAB II.docxBAB II.docx
BAB II.docx
 
BAB II.docx
BAB II.docxBAB II.docx
BAB II.docx
 
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
 
Skripsi aal analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...
Skripsi aal  analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...Skripsi aal  analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...
Skripsi aal analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...
 
struktur gigi dan karies gigi
struktur gigi dan karies gigistruktur gigi dan karies gigi
struktur gigi dan karies gigi
 
PPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptxPPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptx
 
PERAWATAN MALOKLUSI KELAS III DENGAN REVERSE.pptx
PERAWATAN MALOKLUSI KELAS III DENGAN REVERSE.pptxPERAWATAN MALOKLUSI KELAS III DENGAN REVERSE.pptx
PERAWATAN MALOKLUSI KELAS III DENGAN REVERSE.pptx
 
PERAWATAN MALOKLUSI KELAS III DENGAN REVERSE.pptx
PERAWATAN MALOKLUSI KELAS III DENGAN REVERSE.pptxPERAWATAN MALOKLUSI KELAS III DENGAN REVERSE.pptx
PERAWATAN MALOKLUSI KELAS III DENGAN REVERSE.pptx
 
4.oklusi
4.oklusi4.oklusi
4.oklusi
 
Tugas laporan tutorial
Tugas laporan tutorialTugas laporan tutorial
Tugas laporan tutorial
 
JOURNAL ORTHO LAPSUS.pptx
JOURNAL ORTHO LAPSUS.pptxJOURNAL ORTHO LAPSUS.pptx
JOURNAL ORTHO LAPSUS.pptx
 
Hubungan antara rahang dengan gigi tiruan
Hubungan antara rahang dengan gigi tiruanHubungan antara rahang dengan gigi tiruan
Hubungan antara rahang dengan gigi tiruan
 
Makalah Karies Gigi
Makalah Karies GigiMakalah Karies Gigi
Makalah Karies Gigi
 
Kerusakan pada gigi dan jaringan penyangga gigi
Kerusakan pada gigi dan jaringan penyangga gigiKerusakan pada gigi dan jaringan penyangga gigi
Kerusakan pada gigi dan jaringan penyangga gigi
 
Blok 17 lbm 3
Blok 17 lbm 3Blok 17 lbm 3
Blok 17 lbm 3
 

Recently uploaded

3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfSeruniArdhia
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptxAyu Rahayu
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 

Recently uploaded (20)

3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 

Impaksi maggie

  • 1. IMPAKSI Definisi Gambar: gigi impaksi Impaksi adalah kondisi dimana gigi tidak mengalami erupsi sehingga tidak menempati posisi yang seharusnya. Harus dibedakan antara impaksi dengan malposisi, dimana malposisi adalah gigi yang sudah erupsi dengan posisi yang salah. Hal ini bisa disebabkan karena adanya halangan dari gigi lain, jaringan lunak sekitar, maupun kelainan pada tulang rahang. Gambar : Gigi impaksi pada gigi molar rahang atas dan molar rahang bawah Impaksi gigi adalah masalah harus diperbaiki karena dapat: 1. Menyebabkan kerusakan pada struktur akar gigi yang berdekatan.
  • 2. 2. Mengganggu rongga sinus. 3. Menciptakan spasi gigi yang tidak diinginkan (diestema). 4. Menganggu fungsi gigi. 5. Menyebabkan keausan dini pada gigi. 6. Menyebabkan gigi tidak selaras (asimetris). Etiologi Etiologi dari gigi impaksi bermacam-macam di antaranya kekurangan ruang,kista, gigi supernumerari, retensi gigi sulung, infeksi, trauma, anomali, dan kondisi sistemik. Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya impaksi gigi adalah ukuran gigi. Sedangkan faktor yang paling erat hubungannya dengan ukuran gigi adalah bentuk gigi. Bentuk gigi ditentukan pada saat konsepsi. Satu hal yang perlu diperhatikan dan perlu diingat bahwa gigi permanen sejak erupsi tetap tidak berubah. Pada umumnya, gigi susu mempunyai besar dan bentuk yang sesuai serta letaknya terletak pada maksila dan mandibula. Tetapi pada saat gigi susu tanggal tidak terjadi celah antar gigi, maka diperkirakan akan tidak cukup ruang bagi gigi permanen penggantinya sehingga bisa terjadi gigi berjejal dan hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya impaksi. Penyebab meningkatnya impaksi gigi geraham rahang bawah disebabkan oleh karena faktor kekurangan ruang untuk erupsi. Hal ini dapat dijelaskan antara lain jenis makanan yang dikonsumsi umumnya bersifat lunak, sehingga untuk mencerna tidak memerlukan kerja yang kuat dari otot-otot pengunyah, khususnya rahang bawah menjadi kurang berkembang. Istilah impaksi biasanya diartikan untuk gigi yang erupsi oleh sesuatu sebab terhalang, sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal di dalam deretan susunan gigi geligi. Hambatan halangan ini biasanya berupahambatan dari sekitar gigi atau hambatan dari gigi itu sendiri.Hambatan dari sekitar gigi dapat terjadi karena : a. Tulang yang tebal serta padat b. Tempat untuk gigi tersebut kurang c. Gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebut
  • 3. d. Adanya gigi desidui yang persistensi e. Jaringan lunak yang menutupi gigi tersebut kenyal atau liat Hambatan dari gigi itu sendiri dapat terjadi karena : a. Letak benih abnormal, horizontal, vertikal, distal, dan lain-lain. b. Daya erupsi gigi tersebut kurang. Dampah dan Keluhan yang Ditimbulkan Dampak dari adanya gigi impaksi molar ketiga rahang bawah adalah gangguan rasa sakit, yang dimaksud dengan gangguan rasa sakit yang berasal dari reaksi radang pada jaringan operkulum yang tampak hiperemi, bengkak dan rasa sakit bila ditekan. Kesemuaanya itu merupakan gejala yang lazim disebut sebagai perikoronitis. Keluhan sakit juga dapat timbul oleh karena adanya karies pada gigi molar tiga rahang bawah. Kerusakan atau keluhan yang ditimbulkan dari impaksi dapat berupa: a. Inflamasi Inflamasi merupakan suatu perikoronitis yang lanjutannya menjadi abses dento-alveolar akut-kronis, ulkus sub-mukus yang apabila keadaan tubuh lemah dan tidak mendapat perawatan dapat berlanjut menjadi osteomyelitis. Biasanya gejala-gejala ini timbul bila sudah ada hubungan soket gigi atau folikel gigi dengan rongga mulut. b. Resorpsi gigi tetangga Setiap gigi yang sedang erupsi mempunyai daya tumbuh ke arah oklusal gigi tersebut. Jika pada stadium erupsi, gigi mendapat rintangan dari gigi tetangga maka gigi mempunyai daya untuk melawan rintangan tersebut. Misalnya gigi terpendam molar ketiga dapat menekan molar kedua, kaninus dapat menekan insisivus dua dan premolar. Premolar dua dapat menekan premolar satu. Disamping mengalami resorpsi, gigi tetangga tersebut dapat berubah arah atau posisi. c. Kista
  • 4. Suatu gigi yang terpendam mempunyai daya untuk perangsang pembentukan kista atau bentuk patologi terutama pada masa pembentukan gigi. Benih gigi tersebut mengalami rintangan sehingga pembentukannya terganggu menjadi tidak sempurna dan dapat menimbulkan primordial kista dan folikular kista. d. Rasa sakit Rasa sakit dapat timbul bila gigi terpendam menekan syaraf atau menekan gigi tetangga dan tekanan tersebut dilanjutkan ke gigi tetangga lain di dalam deretan gigi, dan ini dapat menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit dapat timbul karena :  Periodontitis pada gigi yang mengalami trauma kronis  Gigi terpendam langsung menekan nervus alveolaris inferior pada kanalis mandibularis. Gigi molar ketiga rahang bawah impaksi dapat mengganggu fungsi pengunyah dan sering menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa resorbsi patologis gigi yang berdekatan, terbentuknya kista folikuler, rasa sakit neurolgik, perikoronitis, bahaya fraktur rahang akibat lemahnya rahang dan berdesakan gigi anterior akibat tekanan gigi impaksi ke anterior. Dapat pula terjadi periostitis, neoplasma dan komplikasi lainnya. Klasifikasi Impaksi Berdasarkan klasifikasinya dapat diambil simpulan bahwa klasifikasi gigi impaksi dapat ditentukan dengan menggunakan foto radiografi, begitupun dalam penelitian ini penentuan klasifikasi tersebut dilihat berdasarkan foto radiografi dari pasien yang mengalami impaksi tersebut. 1. Klasifikasi Pell & Gregory 1.1 Berdasarkan hubungan antara ramus mandibula dengan molar kedua dengan cara membandingkan lebar mesio-distal molar ketiga dengan jarak antara bagian distal molar kedua ke ramus mandibula. a. Kelas I : ukuran mesio-distal gigi molar ketiga lebih kecil dibandingkan jarak antara distal gigi molar kedua dengan ramus
  • 5. mandibula. b. Kelas II : ukuran mesio-distal gigi molar ketiga lebih besar dibandingkan jarak antara distal gigi molar kedua dengan ramus mandibula. c. Kelas III : seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada di dalam ramus mandibula. 1.2 K omponen kedua dalam sistem klasifikasi ini didasarkan pada jumlah tulang yang menutupi gigi impaksi. Baik gigi impaksi atas maupun bawah bisa dikelompokkan berdasarkan kedalamannya, dalam hubungannya terhadap garis servikal Molar kedua disebelahnya. Faktor umum dalam klasifikasi impaksi gigi rahang atas dan rahang bawah : a. Posisi A: Bidang oklusal gigi impaksi berada pada tingkat yang sama dengan oklusal gigi molar kedua tetangga. Mahkota Molar ketiga yang impaksi berada pada atau di atas garis oklusal. b. Posisi B: Bidang oklusal gigi impaksi berada pada pertengahan garis servical dan bidang oklusal gigi molar kedua tetangga.Mahkota Molar ketiga di bawah garis oklusal tetapi di atas garis servikal Molar kedua.
  • 6. c. Posisi C: Bidang oklusal gigi impaksi berada di bawah tingkat garis servikal gigi molar kedua. Hal ini juga dapat diaplikasikan untuk gigi maksila. Mahkota gigi yang impaksi terletak di bawah garis servikal. Kedua klasifikasi ini digunakan biasanya berpasangan. Misalkan, Kelas I tipe B, artinya panjang mesio-distal gigi molar ketiga lebih kecil dibandingkan jarak distal molar kedua ke ramus mandibula dan posisi molar ketiga berada di bawah garis oklusal tapi masih di atas servikal gigi molar kedua. 2. Klasifikasi George Winter Klasifikasi yang dicetuskan oleh George Winter ini cukup sederhana. Gigi impaksi digolongkan berdasarkan posisi gigi molar ketiga terhadap gigi molar kedua. Mereka mengklasifikasikan impaksi gigi molar ketiga mandibula sebagai berikut: 1. Vertikal (10o sampai dengan -10o)
  • 7. 2. Mesioangular (11o sampai dengan -79o) 3. Horizontal (80o sampai dengan 100o) 4. Distoangular (-11o sampai dengan -79o) 5. Lainnya (-111o sampai dengan -80o) a. Mesioangular: Gigi impaksi mengalami tilting terhadap molar kedua dalam arah mesial. b. Distoangular: Axis panjang molar ketiga mengarah ke distal atau ke posterior menjauhi molar kedua. c. Horisontal: Axis panjang gigi impaksi horisontal d. Vertikal: Axis panjang gigi impaksi berada pada arah yang sama dengan axis panjang gigi molar kedua e. Bukal atau lingual: Sebagai kombinasi impaksi yang dideskripsikan di atas, gigi juga dapat mengalami impaksi secara bukal atau secara lingual f. Transversal: Gigi secara utuh mengalami impaksi pada arah bukolingual g. Signifikansi: Tiap inklinasi memiliki arah pencabutan gigi secara definitif. Sebagai contoh, impaksi mesioangular sangat mudah untuk dicabut dan
  • 8. impaksi distoangular merupakan posisi gigi yang paling sulit untuk dicabut. 3. Klasifikasi Archer Archer memberikan klasifikasi untuk impaksi yang terjadi di rahang atas. Klasifikasi ini mirip dengan klasifikasi Pell & Gregory,namun klasifikasi ini berlaku untuk gigi atas. a. Kelas A : bagian terendah molar ketiga setinggi bidang oklusal molar kedua. b. Kelas B : bagian terendah molar ketiga di atas bidang oklusal gigi molar kedua tapi masih di bawah garis servikal molar kedua. c. Kelas C : bagian terendah molar ketiga lebih tinggi dari garis servikal molar kedua. Klasifikasi kedua untuk rahang atas ini sama dengan apa yang dibuat George Winter. Berdasarkan hubungan gigi molar ketiga dengan sinus maksilaris : a. Sinus approximation (SA) : tidak dibatasi tulang, atau ada lapisan tulang yang tipis di antara gigi impaksi dengan sinus maksilaris. b. Non Sinus approximation (NSA) : terdapat ketebalan tulang yang lebih dari 2 mm antara gigi molar ketiga dengan sinus maksilaris. Klasifikasi untuk gigi kaninus rahang atas : a. Kelas I : kaninus terletak di palatum, baik dalam posisi vertikal, horisontal, atau semivertikal. b. Kelas II : kaninus terletak di bagian bukal atau labial c. Kelas III : kaninus terletak di daerah palatum dan bukal atau labial. d. Kelas IV : kaninus terletak pada prosesus alveolaris biasanya dalam posisi vertikal di antara insisif dengan premolar I. e. Kelas V : kaninus terletak pada daerah tidak bergigi (edentulous). 4. Klasifikasi Impaksi Molar Ketiga Menurut Thoma Thoma mengklasifikasikan kurvatura akar gigi molar ketiga yang mengalami impaksi ke dalam tiga kategori: 1. Akar lurus (terpisah atau mengalami fusi) 2. Akar melengkung pada sebuah posisi distal
  • 9. 3. Akar melengkung secara mesial. 5. Klasifikasi Impaksi Molar Ketiga Menurut Killey dan Kay Killey dan Kay mengklasifikasikan kondisi erupsi gigi molar ketiga impaksi dan jumlah akar ke dalam tiga kategori. Gigi tersebut diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Erupsi 2. Erupsi sebagian 3. Tidak erupsi 6. Menurut American Dental Association Jumlah akar mungkin berjumlah dua atau multipel. Gigi impaksi juga dapat terjadi dengan akar yang mengalami fusi. Dengan tujuan untuk memberikan mekanisme logis dan praktik untuk industry asuransi. American Association of Oral and Maxillofacial Surgeons mengklasifikasikan gigi impaksi dan tidak erupsi berdasarkan prosedur pembedahan yang dibutuhkan untuk melakukan pencabutan, daripada posisi anatomi gigi. Mereka mengklasifikasikan gigi impaksi ke dalam empat kategori: 1. Pencabutan gigi hanya dengan impaksi jaringan lunak 2. Pencabutan gigi dengan impaksi tulang secara parsial 3. Pencabutan gigi dengan impaksi tulang secara sempurna 4. Pencabutan gigi dengan impaksi tulang sempurna dan komplikasi pembedahan yang tidak biasa Klasifikasi posisi gigi impaksi secara sistematis dan teliti membantu dalam memeriksa arah pencabutan gigi impaksi dan juga mendeterminasikan jumlah kesulitan yang akan dialami selama pencabutan. Gigi yang Paling Sering Mengalami Impaksi Gigi molar tiga adalah gigi yang paling akhir erupsi dalam rongga mulut, yaitu pada usia 18-24 tahun. Keadaan ini kemungkinan menyebabkan gigi molar tiga lebih sering mengalami impaksi dibandingkan gigi yang lain karena seringkali tidak tersedia ruangan yang cukup bagi gigi untuk erupsi. Menurut Chu
  • 10. yang dikutip oleh Alamsyah dan Situmarong, 28,3 % dari 7468 pasien mengalami impaksi, dan gigi molar tiga mandibula yang paling sering mengalami impaksi (82,5%). Adapun sumber lain yang menyebutkan bahwa erupsi gigi molar ketiga rahang bawah banyak ditemukan pada pasien berusia 16 sampai dengan 21 tahun. Disebutkan bahwa penyebab adanya kesulitan erupsi gigi adalah kurangnya atau terbatasnya ruang untuk erupsi, sehingga gigi molar ketiga bawah sering mengalami impaksi. Frekuensi gigi impaksi yang terjadi sesuai dengan urutan berikut : 1. Molar ketiga rahang bawah 2. Molar ketiga rahang atas 3. Kaninus rahang atas 4. Premolar rahang bawah 5. Kaninus rahang bawah 6. Premolar rahang atas 7. Insisivus sentralis rahang atas 8. Insisivus lateralis rahang atas Perkembangan dan pertumbuhan gigi geligi seringkali mengalami gangguan erupsi, baik pada gigi anterior maupun gigi posterior. Frekuensi gangguan erupsi terbanyak pada gigi molar ketiga baik di rahang atas maupun rahang bawah diikuti gigi kaninus rahang atas. Gigi dengan gangguan letak salah benih akan menyebabkan kelainan pada erupsinya, baik berupa erupsi di luar lengkung yang benar atau bahkan terjadi impaksi. Gigi dinyatakan impaksi apabila setelah mengalami kegagalan erupsi ke bidang oklusal. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada gigi impaksi dapat berbeda tergantung pada kondisi pasien dan penyakit yang dideritanya. Beberapa macam pengobatan yang dapat dipilih: 1) Analgesik 2) Obat Pereda Rasa Sakit
  • 11. 3) Pencabutan Gigi 4) Pencabutan Gigi Geraham 5) Sinar-X Gigi Tidak ada pengobatan yang diperlukan jika gigi yang terkena dampak tidak menimbulkan masalah. Pencabutan gigi (ekstraksi) adalah pengobatan biasa untuk gigi yang terkena dampak yang akan dilakukan oleh ahli bedah mulut. Antibiotik mungkin diresepkan sebelum ekstraksi gigi jika terinfeksi. Gambar : Foto X-ray Impaksi Molar