MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
PERAWATAN MALOKLUSI KELAS III DENGAN REVERSE.pptx
1. PERAWATAN MALOKLUSI KELAS III DENGAN REVERSE
TWIN BLOCK PADAANAK YANG SEDANG TUMBUH
(TREATMENT OF CLASS III MALOCCLUSION WITH REVERSE
TWIN BLOCK IN THE GROWING CHILD)
Oleh:
Francisco Xavier Punef
Nim. 40621074
Pembimbing
(Drg. Indah Nur Evi, Sp. Ortho.)
2. Maloklusi adalah suatu bentuk oklusi yang menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk normal. hal tersebut dapat
disebabkan karena tidak ada keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan jaringan dentofasial. keseimbangan dentofasial disebabkan oleh
faktor keturunan, lingkungan, pertumbuhan, perkembangan, etnik, fungsionil, dan patologi yang saling mempengaruhi maloklusi kelas iii
memiliki variasi yang besar pola kerangka baik antero-posterior atau dimensi vertikal. jika tidak dirawat, maloklusi kelas iii pada anak-anak
yang tumbuh akan menjadi lebih buruk seiring bertambahnya usia, yang disajikan oleh pertumbuhan mandibula melebihi pertumbuhan maxilla.
Maloklusi kelas III dengan prognatisme mandibula, crossbite anterior, dan rahang atas yang lebih kecil relatif terhadap rahang bawah. di
dalam kasus, perawatan tahap 1 dilakukan dengan menggunakan twin block kelas III atau reverse twin block untuk memperbaiki kerangka
hubungan dalam bidang sagital, untuk memperoleh overjet normal dan juga mencegah cekung dan asimetri profil wajah.
Reverse twin block dirancang dengan membalik sudut kemiringan vertical untuk mendorong perkembangan rahang atas dan membatasi
pertumbuhan mandibula ke anterior dengan memanfaatkan kekuatan oklusal sebagai mekanisme fungsional untuk mengoreksi hubungan
lengkung. Hasil dari perawatan ini adalah koreksi tulang hubungan, overjet normal, dan profil wajah stabil. Alat reverse twin block dapat
digunakan sebagai perawatan dini untuk maloklusi kelas III skeletal di anak yang sedang tumbuh .
PENDAHULUAN
Advances in Health Science Research, volume 8
3. • Bagaimana mekanisme kerja dan efek perawatan maloklusi Klas III
dengan pesawat Twin Block?
Rumusan Masalah
• Untuk mengetahui mekanisme kerja dan efek pemakaian Twin Block
pada perawatan maloklusi Klas III.
Tujuan Penulisan
• Untuk memberikan sumbangan keilmuan di bidang ortodonsia,
khususnya mengenai mekanisme kerja dan efek perawatan maloklusi
Kelas III dengan pesawat Twin Block, sehingga diharapkan dapat
menjadi pertimbangan bagi dokter gigi dalam melakukan perawatan
yang efektif dan efisien apabila dijumpai kasus yang sama.
Manfaat Penulisan
Advances in Health Science Research, volume 8
5. Advances in Health Science Research, volume 8
Menurut Tweed, membagi maloklusi Klas III dalam 2 kategori.
1. Pertama, pseudo Kelas III dengan mandibula normal dan maksila yang kurang berkembang.
2. Kedua, maloklusi Kelas III sejati (true Class III) dengan ukuran mandibula yang besar.
Cara untuk membedakan keduanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan pola penutupan mandibula pada relasi sentrik
normal dan habitual. Pada Pseudo Klas III, saat relasi sentrik diperoleh overjet yang normal atau posisi insisivus yang edge
to edge. Maloklusi pseudo Kelas III dapat ditandai dengan terjadinya gigitan terbalik habitual dari seluruh gigi anterior,
tanpa kelainan skeletal, dan dihasilkan dari pergeseran fungsional mandibula saat menutup. Hal tersebut menjadi kunci
dalam diagnosa untuk membedakan antara pseudo dan true pada maloklusi Kelas III.
6. Pada Maloklusi Kelas III Biasanya Dijumpai Gambaran Klinis Berupa:
a. Pasien mempunyai hubungan molar Kelas III.
b. Gigi insisivus dalam hubungan edge to edge atau dapat juga terjadi crossbite anterior.
c. Maksila biasanya sempit dan pendek sementara mandibula lebar, sehingga dapat terjadi crossbite posterior.
d. Gigi-geligi pada maksila sering berjejal sedangkan gigi-geligi pada mandibula sering diastema.
e. Profil wajah pasien cekung karena dagu yang lebih menonjol.
f. Pertumbuhan vertikal yang berlebihan akan meningkatkan ruang intermaksiler sehingga dapat terjadi anterior open bite.
Pada beberapa pasien dapat juga terjadi deep overbite.
g. Pada maloklusi pseudo Kelas III ditandai dengan oklusi yang prematur akibat kebiasaan menempatkan mandibula ke depan.
7. Etiologi Maloklusi Kelas III
Menurut Moyers membagi maloklusi Kelas III berdasarkan faktor etiologi, yaitu: skeletal, dental, dan muskular.
Beberapa faktor yang berhubungan dengan maloklusi Klas III akan diuraikan sebagai berikut:
1. Faktor Dental
Pada maloklusi Klas III, hubungan dentoalveolar tidak menunjukkan kelainan sagital-skeletal yang jelas. Sudut
ANB tidak melebihi ukuran yang normal. Masalah utama biasanya karena insisivus maksila miring (tipping) ke
lingual dan insisivus mandibula miring ke labial. Gigi-geligi mandibula biasanya tidak berjejal karena umumnya
mandibula berukuran lebih besar dari maksila, sehingga gigi-geligi cenderung tersusun lebih jarang (spacing)
dibandingkan dengan gigi-geligi maksila yang cenderung berjejal. Pada mandibula dijumpai hubungan insisivus Kelas
III seperti insisal edge yang terletak di depan lereng singulum insisivus maksila. Hal tersebut bertentangan dengan
prinsip oklusi yang ideal seperti pada Klas I Angle.
8. 2. Faktor Skeletal
Berdasarkan dari faktor skeletal, penyebab terjadinya maloklusi Klas III biasanya karena terdapat pertumbuhan abnormal
yang dilihat dari segi ukuran, bentuk atau karena terdapat prognasi tulang kraniofasial. Apabila bagian tulang wajah tumbuh
tidak normal karena terlambat, terlalu cepat atau karena tidak seimbang, maka bentuk penyimpangan ini dapat menyebabkan
masalah ortodonti. Penyebab lain dari maloklusi Klas III adalah pertumbuhan mandibula yang berlebihan. Hal ini tercermin pada
kasus prognasi mandibula atau maloklusi Klas III skeletal yang hingga kini diakui sebagai salah satu kelainan fasial yang paling
nyata. Pada pasien Klas III skeletal biasanya sudut ANB negatif dengan sudut SNA yang lebih kecil dari normal. Namun, dapat
pula terjadi karena sudut SNB yang lebih besar dari normal. Maloklusi Klas III skeletal jarang disebabkan oleh satu faktor
kelainan saja. Biasanya keadaan tersebut berhubungan dengan kombinasi beberapa faktor seperti ukuran dan posisi mandibula,
maksila, tulang alveolar, dasar kranial, dan pertumbuhan vertikal yang walaupun masing-masing masih dalam batas normal,
namun dapat bergabung membentuk pola skeletal Klas III.
9. Ada tiga aspek penting bentuk skeletal yang mempengaruhi hubungan oklusi:
1. Hubungan skeletal antero-posterior
Sebagian besar maloklusi Klas III berhubungan dengan pola skeletal Klas III. Meskipun demikian, maloklusi Klas III juga dapat
berhubungan dengan pola skeletal Klas I. Pada keadaan tersebut, inklinasi gigi-geligi atau letak dasar skeletal sangat berpengaruh dalam
membentuk malrelasi antero-posterior.
Penyimpangan skeletal secara antero-posterior umumnya berpengaruh terhadap hubungan oklusal Klas III dan overjet yang terbalik. Pada
beberapa kasus, penyimpangan skeletal ini berhubungan dengan gigitan yang terbalik pada gigi-geligi bukal. Analisa sefalometri dapat
digunakan untuk mengetahui hubungan anteroposterior dari maksila dan mandibula.
2. Lebar relatif dari rahang atas dan bawah
Crossbite unilateral maupun bilateral bisa disebabkan karena ada penyimpangan pada lebar rahang. Crossbite bilateral biasanya
disebabkan oleh sempitnya tulang basal atau karena terdapat hubungan skeletal Klas III yang simetris dengan lintasan sentral dari penutupan
mandibula. Sedangkan pada crossbite unilateral, ciri asimetris biasanya berhubungan dengan penyimpangan lateral pada lintasan penutupan
mandibula.
3. Dimensi vertikal dari wajah
Tinggi wajah bagian bawah dibentuk dari tinggi rahang dan gigi-geligi. Tinggi wajah juga dipengaruhi oleh sudut gonial mandibula. Sudut
gonial yang besar cenderung menimbulkan wajah yang panjang, sedangkan sudut gonial yang kecil cenderung menghasilkan wajah yang
pendek pada dimensi vertikal. Keadaan ini tercermin pada hubungan oklusi karena terdapat variasi pada overbite insisal. Wajah pendek
10. 3. Faktor Muskular
Faktor muskular pada maloklusi Kelas III menimbulkan masalah yang bervariasi, seperti pada bentuk
dan fungsi bibir akan sedikit berpengaruh terhadap oklusi. Kecenderungan bagi insisivus mandibula untuk
lebih retroklinasi diduga karena ada hubungan antara fungsi bibir bawah dengan penyimpangan –
penyimpangan skeletal yang ada. Apabila tinggi intermaksilaris anterior besar, maka fungsi bibir sering
kurang sempurna. Pada kasus seperti ini sering terjadi openbite anterior yang bersifat skeletal dan terjadi
variasi adaptasi dari cara menelan yang ditandai dengan letak lidah lebih anterior dari celah antara gigi-geligi
seri. Lidah yang melekat pada tepi bagian dalam mandibula, biasanya sesuai dengan ukuran lengkung gigi
mandibula. Jika lengkung maksila lebih kecil daripada lengkung mandibula, ukuran lidah dan fungsinya
akan berpengaruh hingga terbentuk gigitan terbuka anterior.
11. Pesawat Twin Block Reverse Kelas III
Perawatan dengan pesawat fungsional bertujuan untuk memperbaiki hubungan fungsional struktur
dentofasial dengan cara menghilangkan faktor pertumbuhan yang kurang baik serta memperbaiki
lingkungan muskular sebagai pembungkus oklusi yang sedang berkembang. Twin Block sebagai salah satu
pesawat fungsional, mampu memperbaiki keadaan maloklusi Klas III yang diakui sebagai salah satu
masalah ortodonti yang paling sukar untuk dirawat.
Pengertian
Pesawat Twin Block merupakan pesawat fungsional lepasan yang didesain pada tahun 1982 oleh
seorang berkebangsaan Skotlandia bernama William J Clark. Pesawat Twin Block pada dasarnya terdiri dari
bite-block atas dan bite-block bawah. Kedua bite-block tersebut saling mengunci pada sudut 70° terhadap
dataran oklusal apabila maksila dan mandibula beroklusi. Twin Block yang terpisah antara rahang atas dan
rahang bawah, saling berkontak pada occlusal inclined plane. Modifikasi occlusal inclined plane ini akan
menuntun dan menahan mandibula ke depan atau ke belakang pada posisi oklusi yang tepat.
12. Mekanisme perawatan Twin Block Reverse Klas III
Adalah dengan memanfaatkan kekuatan oklusal pada mandibula dengan tujuan untuk memberikan gaya ke
bawah dan ke belakang oleh inclined plane yang terbalik. Gerakan tersebut tidak merusak kondilus, karena gigitan
digantung terbuka bersamaan dengan kondilus yang digerakkan ke bawah dan ke depan di dalam fossa, serta
inclined plane pada gigigeligi mandibula dituntun ke bawah dan ke belakang secara bersamaan. Arah tekanan pada
mandibula melewati molar bawah ke arah sudut gonial. Area ini merupakan bagian terbaik dari mandibula untuk
menyerap tekanan oklusal yang merugikan. Sebelum memulai perawatan Twin Block Klas III, sangat penting untuk
memastikan terlebih dahulu letak kondilus pasien tidak lebih superior atau lebih posterior dari fossa glenoidalis pada
saat oklusi penuh. Hal tersebut dilakukan untuk menjamin keefektifan dari pesawat Twin Block Klas III.
13. Desain Pesawat Twin Block Klas III
Nyaman dan estetis adalah dua faktor yang paling penting dalam mendisain suatu pesawat. Pesawat Twin Block rahang atas
dan rahang bawah adalah suatu komponen yang terpisah, sehingga disain pesawat dapat disesuaikan secara bebas dalam
memecahkan masalah pada kedua lengkung rahang. Pesawat Twin Block bekerja di lingkungan gigi-geligi dan jaringan. Pesawat
ini didesain untuk memanfaatkan gigi-geligi sebagai penjangkar sehingga dapat membatasi pergerakan gigi secara individual dan
memaksimalkan reaksi ortopedik pada perawatan. Pada awalnya, Twin Block didesain dengan komponen dasar sebagai berikut:
a. Sebuah skrup midline untuk ekspansi lengkung rahang atas.
b. Occlusal bite blocks.
c. Klamer di Molar dan Premolar atas.
d. Klamer di Molar dan Premolar bawah.
e. Sebuah labial bow untuk meretraksi.
f. Pegas untuk memindahkan gigi secara individual dan untuk memperbaiki bentu lengkung rahang seperti semestinya.
g. Penggunaan traksi ekstraoral pada beberapa kasus.
14.
15. Twin block
komponen
ekspansi
Pada Twin Block Klas III, skrup ekspansi didesain
secara sagital untuk memajukan insisivus atas
sehingga oklusi lingual dapat dikoreksi. Pada banyak
kasus, maksila diekspansi secara lateral untuk
memperbaiki hubungan distal dengan mandibula.
Oleh karena itu, desain pesawat pada maksila
seharusnya mengikuti syarat ekspansi tiga arah untuk
menambah ukuran maksila pada dimensi sagital dan
transversal.
Advances in Health Science Research, volume 8
16. Labial bow
Pada tahap awal perkembangan pesawat Twin Block
Kelas III, pesawat rahang bawah selalu digabungkan
dengan labial bow. Berdasarkan penelitian, labial bow
cenderung lebih dapat mengoreksi angulasi insisivus
selama proses perbaikan fungsional jaringan mulut.
Namun, labial bow tidak selalu diperlukan dalam
perawatan kecuali untuk memperbaiki insisivus
dengan kasus proklinasi berat. Labial bow tidak boleh
diaktifkan terlebih dahulu sampai perbaikan
fungsional seluruhnya selesai dan didapatkan
hubungan Klas I pada segmen bukal.
Advances in Health Science Research, volume 8
17. Occlusal
Inclined
Plane
• Merupakan dasar dari mekanisme fungsional gigigeligi secara alamiah.
Cuspal inclined plane memegang peranan penting dalam menentukan
gigi-geligi hingga gigi tersebut mencapai oklusinya. Posisi dan angulasi
yang efisien dari occlusal inclined plane sangat berpengaruh dalam
mengoreksi hubungan lengkung rahang. Koreksi fungsional pada
maloklusi Klas III dapat dicapai pada perawatan Twin Block dengan
cara membalikkan angulasi inclined plane. Karena jika dibandingkan
dengan pesawat Twin Block Klas II, posisi bite block pada pesawat Twin
Block Klas III adalah terbalik
Advances in Health Science Research, volume 8
18. Komponen
tambahan
twin
block Skrup
Advancement
Sebuah alternatif untuk mengaktivasi pesawat adalah menggunakan skrup
berbentuk kerucut yang dipasang pada upper block atau lebih dikenal sebagai
skrup advancement. Skrup ini juga dapat digunakan pada perawatan pertumbuhan
mandibula yang asimetris.
Lip Pads
Untuk meningkatkan pergerakan ke depan pada segmen labial atas, lip pads dapat
ditambahkan untuk mendukung bibir atas agar bebas dari insisivus sama seperti
pada Frankel’s III. Lip pads yang berisi kawat berdiameter tebal tidak perlu
diikutsertakan pada bagian midline, agar frenulum terhindar dari iritasi. Penting
untuk melekatkan lip pads ke segmen anterior pesawat, sehingga lip pads akan ikut
maju ketika skrup dibuka. Dalam hal ini, lip pads harus disesuaikan agar bebas ke
depan dari ginggiva ketika insisivus dimajukan untuk menghindari gingiva tertekan
pada segmen labial
Incisal Capping
Modifikasi desain pesawat dengan menambahkan insisal capping di seluruh
permukaan insisal gigi insisivus bawah menjadi pilihan sebagian ortodontis.
Penambahan insisal capping dimaksudkan untuk mengurangi kecenderungan
pecahnya Twin Block rahang bawah. Twin Block digunakan pada saat makan, oleh
karena itu, oral hygiene merupakan faktor yang sangat penting selama perawatan
20. Twin block
Indikasi dan
kontraidikasi
Indikasi
1.1. Maloklusi pseudo Klas III dengan bentuk lengkung gigi yang normal.
2.2. Lengkung rahang dalam keadaan baik atau dapat dikoreksi dengan
mudah.
3. 3. terlihat perubahan ketika pasien memundurkan mandibulanya untuk
mengoreksi crossbite.
4.4. perubahan skeletal yang baik selama perawatan, pasien harus sedang
dalam masa pertumbuhan.
5.5. Pada perawatan maloklusi kompleks yang disebabkan oleh kombinasi
faktor dental dan skeletal.
6.6. Overjet dan deep overbite yang terbalik pada maloklusi Klas III.
7.7. Kondisi pasien yang memiliki kekurangan skeletal maksila yang
minimal dan sudut mandibular plane yang tidak terlalu curam
Kontraindikasi
1. Pada kasus gigi yang sangat berjejal.
2. Pasien dengan protrusi mandibula yang sangat parah.
3. Pasien yang mempunyai sudut gonial yang besar.
4. Pasien yang memiliki sudut mandibular plane yang curam
Advances in Health Science Research, volume 8
23. LAPORAN KASUS
Ringkasan Jurnal
Maloklusi kelas III memiliki variasi yang besar pola kerangka baik antero-posterior atau dimensi vertikal. Jika tidak
dirawat, maloklusi Klas III pada anak-anak yang tumbuh akan menjadi lebih buruk seiring bertambahnya usia, pertumbuhan
mandibula melebihi pertumbuhan maxilla. Seorang pasien laki-laki usia 10 tahun 6 bulan datang ke Klinik Ortodonti
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dengan keluhan utama gigi depan bawah . Diagnosis menunjukkan
Kelas III maloklusi dengan prognatisme mandibula, crossbite anterior, dan rahang atas yang lebih kecil relatif terhadap
rahang bawah. Di dalam kasus, perlakuan tahap 1 dilakukan dengan menggunakan Twin Block Class Alat III atau Reverse
Twin Block untuk memperbaiki kerangka hubungan dalam bidang sagital, memperoleh overjet normal dan juga mencegah
cekung dan asimetri profil wajah. Kembar Terbalik Balok dirancang dengan membalik sudut kemiringan pesawat,
mendorong perkembangan rahang atas dan membatasi pertumbuhan mandibula ke depan dengan memanfaatkan kekuatan
oklusal sebagai mekanisme fungsional untuk mengoreksi hubungan lengkung. Itu hasil dari perawatan ini adalah koreksi
tulang hubungan, overjet normal, dan profil wajah stabil. Sebagai Kesimpulannya, alat Reverse Twin Block dapat digunakan
sebagai perawatan dini untuk maloklusi Klas III skeletal di anak yang sedang tumbuh
24. Identitas pasien
a. Nama : An. MX
b. Jenis Kelamin : Laki – Laki
c. Umur : 10 tahun
Keluhan utama:
Seorang pasien laki-laki usia 10 tahun 6 bulan datang ke Klinik Ortodonti
Fakultas Kedokteran Gigi dengan keluhan utama pasien merasa tidak nyaman
dengan penampilan gigi depan rahang bawah lebih maju kedepan.
Riwayat Kesehatan umum
Pasien dalam keadaan baik kesehatan umum tanpa kebiasaan
buruk, Pasien tidak punya riwayat trauma, operasi atau infeksi.
Pemeriksaan ekstraoral menunjukkan simetris wajah leptoprosopic,
profil lurus, tidak kompeten bibir dan tidak menunjukkan sendi
temporomandibular gejala.
Pemeriksaan ekstra oral
Tak
25. Pemeriksaan intra oral
Secara intraoral, pasien mengalami crossbite anterior kaninus
dan insisivus kanan rahang atas, oral hygiene baik dan jaringan
gingiva yang sehat, overjet -2 mm dan overbite 4 mm, Gigi
mandibula garis tengah digeser 0,5 mm ke kanan dan diastema
pada gigi bawah molar Kelas III ringan hubungan di kedua sisi,
hubungan angle Kelas I di sisi kanan, dan hubungan angle Kelas
III ¼ P di sisi kiri.
Analisis sefalometri lateral dan Panoramik
Analisis sefalometri lateral menunjukkan pola Kelas III skeletal dengan mandibula prognathic (SNB 82°, ANB -10, Wits
Appraisal -7 mm), cekung konveksitas skeletal (NaPog -20), mandibular searah jarum jam rotasi (MP-SN 380), pola
pertumbuhan normal (NSGn 670), proklinasi insisif rahang atas (UI-SN 1000) dan retroklinasi insisivus mandibula (LI-MP
86°). Bibir Atas dan bawah berada di belakang masing-masing E-line -5 mm dan -2 mm.
Menurut Hassel dan Farman hasil analisis menunjukan bahwa Pematangan vertebra serviks pasien dalam tahap transisi
pertumbuhan remaja diharapkan 25% - 65%
26. Diagnosis
Maloklusi Kelas III angle dengan
prognatisme mandibula, gigitan silang
anterior, dan rahang atas lebih kecil relatif
terhadap rahang bawah.
Rencana perawatan
Dalama perawatan ada 2 tahap yaitu:
a. Tahap I
Perawatan pada tahap 1 dilakukan dengan
menggunakan Twin Block Class III atau Reverse Twin
Block untuk mengoreksi hubungan kerangka di bidang
sagital, dapatkan normal overjet dan juga mencegah
wajah cekung dan asimetri profile.
b. Tahap II
Tahap ini akan ditujukan untuk memperbaiki gigi
maksila dan mandibula dengan menggunakan alat
cekat
27.
28.
29.
30.
31. Setelah 6 bulan, overjet negatif dikoreksi menjadi +1 dan profil
wajah yang stabil. Pasca perawatan foto sefalometri menunjukkan
perubahan kerangka yang signifikan dari Kelas III menjadi Kelas I
(SNA dari 810 ke 820, SNB dari 820 hingga 810, ANB dari -10 hingga
10). Superimposisi pre treatment dan post treatment cephalograms
lateral menunjukkan kemajuan maksila dan kemunduran mandibula
Evaluasi Hasil Perawatan Selama 6 Bulan
32. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pada kasus maka Penulis menarik kesimpulan bahwa:
1. Dengan balikkan aplikasi Twin Block ke hubungan skeletal yang benar pada maloklusi Kelas III adalah
terbukti.
2. Desain alat yang tepat, penggunaan yang memadai dan kepatuhan pasien adalah kunci untuk hasil yang baik.
3. Perawatan maloklusi Klas III dengan pesawat Twin Block memiliki efek terhadap skeletal, dental, dan
muskular. Perubahan dental yang tampak selama perawatan adalah terjadinya proklinasi pada insisivus atas,
retroklinasi pada insisivus bawah, koreksi overjet, dan overbite. Perawatan juga menyebabkan peningkatan
sudut ANB serta penurunan sudut SNB akibat meningkatnya vertikal dimensi di bagian anterior.
4. Efek terhadap muskular juga didapatkan secara signifikan, dimana terjadi perubahan yang cepat pada
perawakan wajah pasien selama beberapa bulan pertama perawatan Twin Block.
5. Alat Reverse Twin Block dapat digunakan sebagai awal perawatan untuk maloklusi Kelas III skeletal dalam
pertumbuhan anak.
Saran
Maloklusi Klas III pada anak-anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan sebaiknya dirawat dengan
pesawat fungsional Twin Block. Jika dibandingkan dengan pesawat fungsional lainnya, alat ini lebih sederhana
dari segi ukuran dan desain sehingga adaptasi pasien lebih mudah diperoleh.
33. DAFTAR PUSTAKA
[1] P. Fleming, R. Lee, Teori peralatan fungsional ortodontik dan praktik, India: Wiley, 2016, hlm. 119.
[2] S.S. Sargod, N. Shetty, A. Shabbir, “Manajemen kelas III awal pada gigi sulung menggunakan reverse twin block,” J. Indian Soc. Pedod. Sebelumnya
Dent., vol. 31, hlm. 56-60, 2013.
[3] M. Mittal, et al., “Membalikkan blok kembar untuk interseptif manajemen pengembangan maloklusi kelas III,” J. Indian Soc. Pedod. Sebelumnya
Dent., vol. 35, hlm. 86-89, 2017.
[4] P.V.P.O. Navarro P, et al., “Protokol perawatan dini untuk kerangka maloklusi kelas III,” Brazilian Dental Journal, vol. 24(2), hal. 167-173.
[5] J. Seehra, F.S. Fleming, N.Mandall, A.T. DiBiase, “A perbandingan dua teknik yang berbeda untuk koreksi awal maloklusi kelas III,” Angle Orthod.,
vol. 82, hlm. 96-101, 2012.
[6] W.J. Clark, Perawatan maloklusi kelas III: Twin block aplikasi terapi fungsional dalam ortopedi dentofacial, 3rd ed., New Delhi: Jaypee, 2015, hlm.
227.
[7] G. Kidner, A. DiBiase, D. DiBiase, “Blok kembar Kelas III: a seri kasus, "Journal of Orthodontics," vol. 30, hlm. 197-201, 2003.
[8] N. Negi, K.S. Negi, “Pengelolaan kelas semu III maloklusi dengan blok kembar terbalik, “Scholar Journal of Ilmu Kedokteran Terapan, vol. 5(1 D),
hlm. 244-248, 2017.
[9] V.K. Chugh, P. Tandon, V. Prasad, A. Chugh, “Ortopedi awal koreksi maloklusi kelas III skeletal menggunakan kombinasi reverse twin block dan terapi
masker wajah,” J. Indian Soc. Pedod. Sebelumnya Dent., vol. 33, hlm. 3-9, 2015.
[10] T. Baccetti, L. Franchi, J.A. McNamara, “Tulang belakang leher pematangan (CVM) metode untuk penilaian optimal waktu perawatan dalam ortopedi
dentofacial,” Semin. Ortod., vol. 11, hlm. 119-129, 2005.