Sm, khoirul anwar, hapzi ali, digital era, universitas mercu buana, 2018
1. Executive Summary “Digital Era”
Program Studi Magister Manajemen Universitas Mercu Buana
Dosen : Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, CMA
Mahasiswa : Khoirul Anwar
Pendahuluan
Era Informasi ditandai dengan transisi cepat dari industri tradisional ke teknologi informasi.
ekonomi berbasis. Permulaan Zaman Informasi dikaitkan dengan Revolusi Digital.
Selama Era Informasi, fenomenanya adalah bahwa industri digital menciptakan masyarakat
berbasis pengetahuan yang dikelilingi oleh ekonomi global berteknologi tinggi yang
memperluas pengaruhnya pada bagaimana manufaktur di seluruh dan sektor jasa beroperasi
dengan cara yang efisien dan nyaman. industri informasi mampu memungkinkan individu untuk
mengeksplorasi kebutuhan pribadi mereka, sehingga menyederhanakan prosedur untuk
membuat keputusan untuk transaksi dan secara signifikan mengurangi biaya untuk produsen
dan pembeli. Era Informasi dibentuk dengan memanfaatkan kemajuan dalam
mikrominiaturisasi komputer. Evolusi teknologi dalam kehidupan sehari-hari dan organisasi
sosial telah memunculkan fakta bahwa modernisasi proses informasi dan komunikasi telah
menjadi kekuatan pendorong evolusi sosial.
a. Definisi Era Digital
Era digital adalah istilah yang di gunakan dalam kemunculan digital, jaringan internet
khususnya teknologi informasi komputer. Media baru Era Digital sering di gunakan untuk
menggambarkan teknologi digital. Media ini memiliki karakteristik dapat d imanipulasi,bersifat
jaringan atau internet, selain internet seperti media cetak, telivisi, majalah, koran dan lain-lain
bukanlah termasuk dalam kategori media baru.
b. Perkembangan Era Digital di Indonesia
Banyak perkembangan Era Digital yang bisa lihat di negara kita ini. Kemajuan teknologi memaksa
media massa di Indonesia harus berubah dalam menyampaikan informasi. Media online (internet)
di era sekarang ini menggeserkan media massa.
Sebenarnya Hampir satu dasawarsa Indonesia terlambat dalam mengadopsi teknologi
komunikasi khususnya internet. Dengan munculnya budaya digital masyarakat sangat cepat
menerima perkembangan teknologi tersebut.
c. Dampak Positif dan Negatif Era Digital
Berikut dampak Positif era digital :
1. Informasi yang dibutuhkan menjadi lebih cepat dan lebih mudah dalam mengakses.
2. Tumbuhnya inovasi dalam berbagai bidang.
3. Munculnya media massa berbasis digital.
2. 4. Peningkatan kualitas sumber daya manusia.
5. munculnya perpustakaan online, media pembelajaran online.
6. munculnya toko online.
Berikut dampak negatif era digital :
1. memudahkan pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) karena mudah ke akses data.
2. dampak televisi adalah menjadikan anak berdaya pikir pendek dan konsentrasi singkat.
3. Penyalahgunaan pengetahuan dalam tindak pidana.
4. Tidak membuat teknologi informasi sebagai media belajar.
d. Tantangan Era Digital Dalam Berbagai Bidang
Penggunaan bermacam teknologi memang sangat memudahkan kehidupan. Gaya hidup digital
pun akan makin bergantung pada penggunaan ponsel dan komputer. Tentunya setiap
penggunaan harus ada kontrol agar tidak merugikan penggunanya.
Tantangan teknologi era digital di bidang politik :
1) Biaya membuat infrastruktur dan teknisnya mahal.
2) Jangkauan akses terbatas di kota-kota yang dapat mengakses.
3) Transparansi bisa terganngu jika ada modifikasi dalam pemberitaan.
4) Privasi dapat terganggu karena adanya permintaan informasi dari negara.
Tantangan Dalam bidang ekonomi:
1. dalam perindustrian musik di Indonesia banyak sekali terjadi pembajakan atau plagiat
dari berbagai karya yang original.
2. persaingan dunia kerja yang sangat ketat.
Tantangan Dalam bidang sosial budaya:
1. Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat
2. Pola interaksi antar manusia berubah. Komunikasi Komputer merubah pola berhubungan
dengan dunia luar tanpa harus bersosial langsung dengan lawan bicaranya.
Tantangan Dalam bidang pertahanan dan keamanan:
1. Munculnya ancaman dari luar yang bersifat maya seperti aktifitas hacker yang bisa merusak
sistem situs pertahanan Indonesia.
2. Teknologi digital menciptakan jenis perang yang secara kualitatif seperti penggunaan robot.
Tantangan Dalam bidang teknologi informasi:
1. semakin kompleks dari berbagai bidang kehidupan membawa pengaruh-pengaruh yang
bisa membuat perubahan di setiap sisi.
2. bagaimana memecahkan suatu masalah.
3. membuka kreativitas.
e. Upaya Yang Harus di Lakukan Pada Era Digital
3. Upaya yang harus kita lakukan agar Era Digital adalah membawa Era Digital memberikan manfaat
bagi setiap aspek kehidupan. Upaya yang harus kita lakukan seperti memberi pendidikan awal
kepada anak-anak dan remaja mengerti benar apa-apa saja dampak positif dan negatif dari dunia
teknologi digital sehingga mereka dapat memilah dan memilih informasi yang mereka dapatkan
dari kamajuan Ilmu teknologi ini. Pengenalan tentang pemanfaatan aplikasi aplikasi yang dapat
membantu kerja manusia juga perlu dillakukan berikut dengan pengaruh negatifnya.
f. Hubungan dengan ekonomi
Teknologi Informasi dan Komunikasi — komputer, mesin komputerisasi, serat optik, satelit
komunikasi, internet, dan perangkat ICT lainnya — menjadi bagian penting dari ekonomi.
Mikrokomputer dikembangkan dan banyak bisnis dan industri sangat berubah oleh ICT. Nicholas
Negroponte menangkap esensi dari perubahan ini dalam bukunya 1995, Being Digital. Bukunya
membahas persamaan dan perbedaan antara produk yang terbuat dari atom dan produk yang
terbuat dari bit. Pada dasarnya, salinan produk yang terbuat dari bit dapat dibuat dengan murah
dan cepat, dan dikirim ke seluruh negeri atau internasional dengan cepat dan dengan biaya yang
sangat rendah.
Era Informasi telah mempengaruhi tenaga kerja dalam beberapa cara. Ini telah menciptakan
situasi di mana pekerja yang melakukan tugas-tugas otomatis mudah dipaksa untuk mencari
pekerjaan yang tidak mudah otomatis. Para pekerja juga dipaksa berkompetisi di pasar kerja
global.
Terakhir, pekerja digantikan oleh komputer yang dapat melakukan pekerjaan mereka lebih cepat
dan lebih efektif. Ini menimbulkan masalah bagi pekerja di masyarakat industri, yang masih
harus dipecahkan. Namun, solusi yang melibatkan penurunan waktu kerja biasanya sangat
ditolak. Pekerjaan yang secara tradisional dikaitkan dengan kelas menengah (pekerja lini
perakitan, pengolah data, mandor dan pengawas) mulai menghilang, baik melalui alih daya atau
otomatisasi.
Individu yang kehilangan pekerjaan mereka harus naik, bergabung dengan kelompok "pekerja
pikiran" (insinyur, dokter, pengacara, guru, ilmuwan, profesor, eksekutif, jurnalis, konsultan),
atau menerima pekerjaan dengan keterampilan rendah dan rendah upah.
Para "pekerja pikiran" mampu bersaing dengan sukses di pasar dunia dan menerima (relatif)
upah tinggi. Sebaliknya, pekerja produksi dan pekerja layanan di negara industri tidak dapat
bersaing dengan pekerja di negara berkembang dan kehilangan pekerjaan mereka melalui
outsourcing atau dipaksa untuk menerima pemotongan upah.
Selain itu, internet memungkinkan para pekerja di negara-negara berkembang untuk
menyediakan layanan langsung dan bersaing langsung dengan rek an-rekan mereka di negara
lain. Ini memiliki beberapa konsekuensi besar, termasuk peningkatan peluang di negara
berkembang dan globalisasi angkatan kerja.Pekerja di negara berkembang memiliki keunggulan
kompetitif yang diterjemahkan ke dalam peningkatan peluang dan upah yang lebih tinggi.
Dampak penuh pada tenaga kerja di negara-negara berkembang sangat kompleks dan memiliki
kelemahan.
g. Dampak pada pekerjaan dan distribusi pendapatan
4. Era Informasi telah mempengaruhi tenaga kerja dalam otomatisasi dan komputerisasi yang
telah menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi ditambah dengan kehilangan pekerjaan
bersih dalam pembuatan. Di Amerika Serikat misalnya, dari Januari 1972 hingga Agustus 2010,
jumlah orang yang dipekerjakan di pekerjaan manufaktur turun dari 17.500.000 menjadi
11.500.000 sementara nilai manufaktur naik 270%. Meskipun awalnya muncul bahwa hilangnya
pekerjaan di sektor industri mungkin diimbangi sebagian oleh pertumbuhan pesat pekerjaan
di sektor TI, resesi Maret 2001 meramalkan penurunan tajam dalam jumlah pekerjaan di
sektor TI. Pola penurunan pekerjaan ini berlanjut hingga 2003. Data telah menunjukkan
bahwa secara keseluruhan, teknologi menciptakan lebih banyak pekerjaan daripada yang
dihancurkan bahkan dalam jangka pendek. Proses dan otomatisasi alur kerja. Komputer
menyederhanakan, menstandardisasi, dan secara efisien menjalankan tugas-tugas rutin (seperti
pengumpulan dan pemasukan data). Analisis canggih dan otomatisasi keputusan. Teknik dan
algoritma statistik canggih, bersama dengan kecerdasan buatan (termasuk pembelajaran
mesin, agen kognitif, dan robot) membantu manajer mengekstraksi wawasan, membuat prediksi
yang lebih baik, dan memilih intervensi yang lebih bermanfaat. Infrastruktur yang kohesif, tepat
waktu, dan fleksibel. Lingkungan data yang dimodernisasi, termasuk arsitektur data dan
sistem yang mendasarinya, menjadi fleksibel melalui penggunaan teknik seperti data danau,
virtualisasi, dan cloud hybrid. Infrastruktur menghasilkan pengalaman pengguna yang mulus
dan konsisten — untuk pelanggan dan karyawan — di PC, ponsel, dan tablet. Visualisasi
dan antarmuka yang cerdas. Alat dan aplikasi menghadirkan data kepada pengguna, seperti
laporan layanan mandiri, dasbor interaktif, dan bahkan realitas yang ditambah. Ekosistem
eksternal. Kemitraan memberikan kemampuan digital terkemuka di pasar yang dikembangkan
dengan rekan-rekan, perusahaan, perusahaan baru, dan lainnya. Bakat dan budaya. Orang
menggabungkan pengetahuan dan pengalaman bisnis dan teknologi tradisional dengan data
modern, analitik, dan keahlian digital. Budaya mendorong pengiriman yang cepat dan berulang;
kemampuan untuk "gagal cepat"; dan kolaborasi yang mendalam.
h. Indonesia dan Era Digital
Sebagai negara berkembang, teknologi digital mampu mendorong berbagai kemajuan
Indonesia. Dari segi infrastruktur dan hukum yang mengatur kegiatan di dalam internet,
Indonesia sudah siap hidup di era digital. Kesiapan Indonesia dalam koneksi internet yang saat ini
sudah semakin membaik di era 4G dengan Informasi dan Transaksi Eelektronik(ITE).
Masyarakat Indonesia secara umum antusias mengadopsi hidup mendigital terutama dipicu oleh
penetrasi internet dan penggunaan ponsel pintar yang terus meningkat setiap tahun. Dunia
digital berbasis internet membuat seluruh aktivitas para penghuninya menjadi tanpa batas
ruang dan waktu. Payung hukum untuk mengatur segala bentuk aktivitas tersebut seperti
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) tahun 2008 terus disempurnakan.
Data pribadi masyarakat perlu diberikan perlindungan di dalam dunia maya, maka pihak seperti
Google atau Facebook yang memiliki data pribadi penggunanya tidak bisa menggunakan big data
tersebut sembarangan. Telah banyak perkembangan era digital yang dilakukan Indonesia
termasuk media massa di Indonesia berubah dalam menyampaikan informasi. Media online
(internet) di era sekarang ini menggeserkan media massa konvensional. Walaupun hampir satu
dasawarsa Indonesia terlambat dalam mengadopsi teknologi komunikasi khususnya internet.
Namun budaya digital masyarakat Indonesia sangat cepat menerima perkembangan teknologi
tersebut. Di lihat secara global Indonesia masuk dalam budaya digital yang di butuhkan
dalam mencapai pertumbuhan yang positif sesuai dengan kemajuan jaman itu sendiri.
Daftar Pustaka:
3. Hapzi Ali, 2018. Modul Manajeen Strategic, UMB Jakarta.
5. Forum minggu 13:
Contoh Transformasi Digital Unilever:
Unilever adalah bisnis global yang mewakili lebih dari 400 Brand/Merek, termasuk Dove,
Lipton, Rinso, Buavita, Sunsilk, Pepsodent, Molto, Lifebuoy, Clear, Close Up dan banyak
lagi. Masing-masing daftar poduk Unilever tersebut memiliki target pasar sendiri. Direktur IT
global pemasaran digital di Unilever, mengklaim bahwa transformasi digital Unilever telah
berhasil dilakukan. Hal ini dilakukan dengan cara lebih mengutamakan peran pihak IT.
Ketika Jane Moran bergabung dengan Unilever sebagai CIO pada tahun 2014, dia adalah
orang pertama yang mengambil peran sebagai teknolog yang memperkenalkan teknologi
pada seluruh lingkup bisnis. Transformasi digital memang memerlukan kepemimpinan
yang dapat memberikan digital awareness pada seluruh elemen. Selama bertahun-tahun
Unilever memiliki CIO yang berasal dari divisi keuangan atau mungkin dari divisi distribusi
rantai pasokan. Transformasi digital Unilever merupakan perubahan besar dalam berpikir.
Unilever sudah melakuan secara tertutup selama beberapa tahun terakhir, tapi itu mulai
berubah. Pihak IT mulai disejajarkan dengan bisnis dan ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Transformasi digital di Unilever berhasil dengan merangkul gagasan bahwa transformasi
digital merupakan proses yang berkesinambungan yang membuat dan memberikan manfaat
tanpa akhir. Cara pendekatan transformasi digital Unilever sebelumnya di berbagai merek
menyebabkan masalah seperti duplikasi, tumpang tindih dan karena kurangnya investasi
untuk tahap eksperimen.
Unilever bertujuan mengambil pendekatan berbasis platform teknologi, tetapi ingin
menggunakan alat umum di mana diperlukan, tanpa menghambat kemampuan merek
individu untuk skala dan inovasi.
Dua hambatan utama pada transformasi digital Unilever adalah
1. jumlah teknologi yang tersedia di pasar,
2. pendekatan tersegmentasi untuk mengadopsi teknologi baru tanpa memikirkan organisasi
secara keseluruhan.
“Ini bukan lagi sebuah tantangan pemasaran TI. Ini merupakan tantangan organisasi.” Vineet
Bhalla, Direktur IT Global Digital Marketing di Unilever Perusahaan melihat banyak merek
yang sudah berinovasi, sehingga mengembangkan platform yang memungkinkan inovasi ini
dapat diterapkan di seluruh bisnis. Sementara itu, Unilever masih memungkinkan skala untuk
merek dan menerapkan sistem yang lebih kompleks. Hal ini untuk mencegah perusahaan dari
implementasi platform terpusat di mana merek yang lebih besar, yang mampu lebih, yang
ditahan oleh beberapa merek yang lebih kecil di bawah payung Unilever.
Transformasi Digital Adalah Strategi Jangka Panjang
Wisnu Indugula, mitra Konsultan IT Unilever, mengatakan saat mencoba tingkat transformasi
digital di Unilever, di mana perusahaan biasanya salah dalam pemikiran transformasi digital
sebagai tujuan akhir. Salah satu hal yang perlu Anda sadari adalah bahwa itu adalah sebuah
perjalanan,” kata Indugula. “Ini bukan tujuan. Ini bukan tentang pelaksanaan suatu produk.
Ini tentang strategi jangka panjang untuk mengubah seluruh organisasi. ” Pelanggan saat ini
menjadi lebih menuntut. Konsumen membandingkan semua bisnis dengan pengalaman
terakhir mereka dengan merek. Misalnya, jika hal terakhir yang pelanggan lakukan adalah
memesan layanan Uber, mereka akan mengharapkan pengalaman berikutnya menjadi lebih
sederhana, terlepas dari apa merek berikutnya dan bagaimana mereka berinteraksi dengan
6. semudah mungkin. Untuk mengatasi hal ini ketika mencoba untuk berinovasi dan
berkembang, bisnis harus memanfaatkan apa yang telah mereka bangun, seperti pengakuan
pelanggan. Setiap loyalitas merek yang ada dan data yang telah dikumpulkan merupakan
salah satu modal awal dalam melakukan transformasi digital. Dalam kasus Unilever, ada
banyak merek lama yang berbeda yang sudah dikenal konsumen, bahkan jika mereka tidak
menyadari bahwa produk tersebut adalah dari Unilever. Perusahaan Unilever telah
membangun merek selama bertahun-tahun yang sangat terkenal untuk konsumen. Tapi perlu
beradaptasi dengan dunia baru ini, dan bagaimana hal itu dapat di adaptasikan dengan
pemasran digital.
Inovasi Lebih Lanjut dari Unilever:
1. Unilever sedang mencoba untuk menerapkan platform yang lebih digital dan terpusat
untuk transformasi digital dan inovasi, Unilever telah mengubah cara pendekatan di
daerah lain juga, seperti praktek hukum dan perekrutan.
2. Unilever bertujuan untuk mengelola kegagalan dalam mengadopsi tes dan pembelajaan
prilaku, sehingga lebih lincah secara keseluruhan.
3. Unilever juga mencari start ups untuk bekerjasama dengan mereka, daripada mencoba
untuk melaksanakan semua layanan dan platform di perusahaan mereka sendiri.
4. Perusahaan sedang mencoba menggunakan sistem virtual reality untuk mewawancarai
pelamar pekerjaan, mengurangi proses rekrutmen dari enam bulan sampai dua minggu.
Semua ini inovasi kecil yang membantu Unilever untuk menutup “adopsi gap” – perbedaan
antara kecepatan dan jenis teknologi yang digunakan untuk orang dan jenis teknologi bisnis
yang mampu mengadopsi di skala besar. Kesenjangan akan lebih luas jika perusahaan
menghindari inovasi dan kelincahan. Dalam melakukan transformasi digital, perusahaan akan
lebih sering melakukan invovasi melalui eksperimen. Pada dasarnya, ini hanya dapat
dilakukan dengan mengadopsi pola kerja DevOps, jika tidak maka downtime akan sering
terjadi saat pengujian rilis atau fitur baru. Untuk hal itu, perusahaan dapat mengantisipasi dan
memperkecil resiko downtime dengan menggunakan layanan disaster recovery atau DRaaS
(Disaster Recovery as a Services).
Pustaka:
https://perantara.net/transformasi-digital-unilever-berhasil/ver-berhasil/