Penelitian ini mengkaji pengalaman 12 konselor sekolah yang menerima supervisi menggunakan model PARM. Hasilnya menunjukkan empat tema utama: hubungan dengan supervisor yang mendukung, aksesibel, memberi umpan balik dan kerja sama tim; hubungan dengan siswa yang mendukung dan memberdayakan; peran profesional sebagai konselor; identitas profesional yang kuat. Temuan ini sesuai dengan model SAAFT yang mendukung, memberi akses, member
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
Supervisi Konselor Sekolah
1. Supervisi Konselor Sekolah
The SAAFT Model
Katrina Cook, Heather Trepal & Catherine Somody
Anggraeni Kusumawardani
1108821014 / S2 BK UNJ
2. Rasional: Urgensi Supervisi Konselor Sekolah
• Pada pertengahan tahun 70an, investigasi yang dilakukan American Counselling
Associaton (ACA) menyebutkan kegiatan supervisi konselor di sekolah memprihatinkan
dan kurang berjalan. Kondisi ini berisiko terhadap keberadaan masa depan konselor
sekolah.
• Penyebab supervisi bagi konselor sekolah kurang berjalan: kurangnya waktu, biaya, dan
kendala yang paling banyak: kurangnya akses ke supervisor terlatih.
• Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa: (a) konselor sekolah menginginkan
supervisi; (b) kebanyakan konselor sekolah tidak menerima supervisi.
3. Manfaat supervisi bagi
konselor sekolah
• Peningkatan pengembangan
profesional
• Penyediaan dukungan
profesional
• Pengembangan keterampilan
konseling
• Penyempurnaan keterampilan
konseling
• Integrasi yang tepat untuk
masalah klien
• Peningkatan dalam hubungan
profesional
• Perumusan rencana
treatment yang tepat
4. PARM
Professional Assessment
Response Models
Sebuah studi empiris
menunjukan bahwa
PARM (Henderson &
Gysbers, 1998;
Henderson & Lampe,
1992), secara signifikan
dapat berkontribusi pada
profesi dan mengatasi
kebutuhan yang
diungkapkan dari
konselor sekolah
mengenai supervisi.
PARM dirancang untuk mengatasi kebutuhan unik konselor
sekolah dengan memasukkan konsep-konsep dari:
▪ model supervisi konselor
▪ model pengembangan supervisi guru
▪ supervisi manajemen
Konselor sekolah yang berprestasi dalam suatu wilayah
dilatih untuk memberikan supervisi menggunakan PARM,
melalui proses 5 tahapan: pra-observasi,observasi, analisis
data, pemberian umpan balik, dan analisis sesi supervisi
Supervisor memperkenalkan konsep profesionalisme
terdiri dari konstruksi ganda: (a) kompetensi,dimana
seorang yang disupervisi mampu memenuhi standar
kinerja, (b) komitmen atau sikap yang dibawa oleh orang
yang disupervisi terhadap pekerjaannya.
5. Penelitian
Metode Penelitian
Peneliti menggunakan teori dasar kualitatif untuk
mengidentifikasi tema yang muncul dan bagaimana tema-tema
tersebut saling terkait untuk membentuk kerangka teoretis yang
menjelaskan pengalaman pengawasan konselor sekolah (Patton,
2002).
Partisipan
Sebanyak 35 konselor sekolah di wilayah barat daya AS secara sukarela berpartisipasi dalam
wawancara. Dari kumpulan sukarelawan itu,Peneliti memilih 12 peserta untuk penelitian,
berdasarkan beberapa karakteristik yang dipertimbangkan, antara lain: tahun pengalaman sebagai
konselor sekolah, etnis, dan memiliki kesetaraan jumlah perwakilan dari setiap tingkat sekolah
Pengumpulan Data
in-depth personal
interviews
Analisa Data
Berdasarkan pola Grounded Theory. Dilakukan sistem
pengkodean untuk memecah data menjadi unit informasi yang
terpisah, yang menyebabkan identifikasi dan pelabelan
konseptual dari unit-unit tersebut.
Diperoleh hasil 33 konsep umum.
6. Hasil
Penelitian
Konselor sekolah dalam penelitian ini disebut supervisee,
menggambarkan pengalaman pengawasan mereka menggunakan
PARM yang dicirikan oleh empat tema:
(a) hubungan supervisee dengan supervisor, yang meliputi
kategori dukungan, kerja sama tim, pemberian umpan balik,
aksesibilitas, dan advokasi
(b) hubungan supervisee dengan siswa,yang meliputi kategori
dukungan, aksesibilitas, dan advokasi,
(c) peran profesional supervisee sebagai konselor sekolah,
(d) identitas professional supervisee sebagai konselor sekolah
7. Hubungan Supervisor
dan Konselor Sekolah
tentang hubungan
saling percaya dan
tidak mengancam.
Accessibility
Provision
Feedback
menumbuhkan rasa kerja
tim (tidak otoriter),
memiliki tujuan yang sama,
meningkatkan hubungan
dengan atasan
melaporkan perasaan
divalidasi dan lebih percaya
diri sebagai hasil dari umpan
balik individual dan spesifik
Teamwor
k
Support
Ketersediaan supervisor untuk
memberikan panduan dalam
situasi krisis atau saat
dibutuhkan
Advocacy
menunjukkan perasaan didukung
dan mendapat pembelaan dari
kantor pusat, kepala sekolah, dan
orang tua
8. Hubungan Supervisee dan Siswa
Accessibility
Support
melaporkan keinginan (desire)
membantu peserta didik
Kebersediaan membantu siswa
sebagai prioritas utama,
dibandingkan tugas-tugas lain
Advocacy
Pembelaan dan bantuan bagi
siswa yang membutuhkan
10. SAAFT Model
Hasil penelitian tersebut sesuai
dengan model hubungan SAAFT
antara supervisor & konselor
sekolah.
SAAFT dapat dijadikan akronim
dari Support, Accessibility,
Advocacy, Feedback &
Teamwork.
11. Rekomendasi
penelitian
Hasil penelitian memperkuat penelitian-
penelitian sebelumnya: (1) memperkuat
dukungan profesional, (2) peningkatan
pengembangan professional, (3)
mengembangkan ketrampilan konselor
sekolah, (4) pengembangan identitas
professional, (5) advokasi dari harapan yang
tidak realistis dari kantor pusat, kepala
sekolah dan orangtua siswa, (6)
meminimalkan biaya mempekerjakan
personel luar untuk melakukan supervisi.
Keterbatasan Penelitian
Subjective interpretasi dari peneliti
Bias jawaban dari partisipan yang diteliti
12. Interview Guide
1. Grand Tour Question: How would you describe your experience of supervision
while employed at this school district?
Possible sub-questions, if needed:
a. Describe your last clinical supervision session.
b. Describe your last program management or professional development
supervision session.
c. Describe your last administrative supervision session.
2. Which of the 3 types of supervision (clinical, program management and
professional development, or administrative) is most important to you?
3. Why is this type of supervision more important to you than the others?
4. How do you perceive your competence has changed as a result of participating
in this district’s supervision model?
5. How do you perceive your commitment has changed as a result of participating
in this district’s supervision model?
6. What do you perceive as weaknesses of this district’s supervision model?
7. What do you perceive as strengths of this district’s supervision model?
8. Are there any other comments about your experience of this district’s supervision
model that were not addressed by the previous questions that you would like to
add?