1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diberlakukannya kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
yang kemudian disempurnakan menjadi kurikulum 2006 atau Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) membawa konsekuensi logis pada upaya
peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah, yang disesuaikan dengan
karakteristik dan lingkungan sekitar sekolah. Tujuan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut. Proses belajar yang diharapkan melalui
kurikulum ini bukan sekedar membahas materi dalam buku-buku panduan
pelajaran atau menginformasikan pengetahuan kepada siswa, melainkan
menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung kepada siswa untuk
memahami gejala yang terjadi (Anonimus, 2004: 1).
Proses belajar mengajar pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di sekolah dasar memerlukan kemampuan pemahaman atas
suatu masalah konsep kenegaraan, perjuangan, pengaplikasian dalam
kehidupan sehari-hari, serta pembentukan sikap dan kepribadian untuk
berperilaku sesuai dengan konsep dan materi yang ada, sehingga akan
terbentuk watak ketrampilan berfikir ilmiah dan berkepribadian tangguh
dalam memecahkan masalah serta dapat mengatasi kendala-kendala yang
1
2. mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan bernegara.
Berkaitan dengan hal tersebut, seorang guru diharapkan mampu
mengembangkan metode mengajar yang dapat mendukung proses
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang bermutu.
Salah satu permasalahan pokok dalam pembelajaran di pendidikan
formal (sekolah) dewasa ini adalah rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini
nampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat
memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran
yang masih bersifat konvensional yang tak menyentuh ranah dimensi peserta
didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti yang
lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih
memberikan dominasi guru dan tak memberikan akses bagi anak didik untuk
berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya
(Trianto, 2007: 1).
Aktivitas pelaksanaan pendidikan formal, tercermin salah satunya
dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran sebagai aktivitas pendidikan
dalam bentuk yang paling sederhana selalu melibatkan siswa dan guru. Dalam
proses pembelajaran kedua belah pihak akan saling berkomunikasi dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu kemampuan dasar yang
harus dimiliki guru (pendidik) dalam proses pembelajaran adalah kemampuan
dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Suatu rangkaian
proses pembelajaran memerlukan perencanaan yang seksama, yakni
mengkoordinasikan unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran, kegiatan
2
3. pembelajaran, metode dan alat bantu mengajar serta penilaian atau evaluasi
(Sudjana, 2002: 29-30). Pada tahap berikutnya adalah merencanakan rencana
tersebut dalam bentuk tindakan atau praktek mengajar.
Pada pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan, metode dan
pendekatan serta model yang telah dipilih, merupakan alat komunikasi yang
baik antara pengajar dan anak, sehingga setiap pengajaran dan setiap uraian
Pendidikan Kewarganegaraan yang disajikan dapat memberikan motivasi
belajar (Kasmadi, 1996: 2-3).
Selama ini, pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan cenderung ke
arah pembahasan tematik teoritik sehingga terkesan bahwa pengajaran
Pendidikan Kewarganegaraan terdiri dari materi hafalan belaka.
Kecenderungan yang lain adalah motivasi belajar yang kurang dalam
mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan karena adanya anggapan bahwa
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tidak ada gunanya bagi
kehidupan mereka. Kecenderungan di atas dipengaruhi oleh cara guru
Pendidikan Kewarganegaraan dalam memberikan materi pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang monoton dan membosankan.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang didominasi metode
ceramah cenderung berorientasi kepada materi yang tercantum dalam
kurikulum dan buku teks, serta jarang mengaitkan yang dibahas dengan
masalah-masalah nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan
memberikan dampak yang tidak baik bagi siswa karena siswa Belajar
Pendidikan Kewarganegaraan hanya untuk ulangan atau ujian, sehingga
3
4. pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dirasakan tidak bermanfaat, tidak
menarik, dan membosankan oleh siswa, yang pada akhirnya bermuara pada
rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Kondisi ini diperparah dengan adanya pembelajaran yang
bersifat teacher centered atau terpusat pada guru. Pada model pembelajaran
ini, guru memberikan materi hanya berdasarkan buku diktat. Interaksi yang
terjalin di kelas hanya bersifat satu arah, yaitu guru ke siswa. Hal ini membuat
siswa memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap guru dan tidak ada
kemandirian untuk belajar. Akibatnya, siswa menjadi pasif dan kurang
produktif.
Perilaku belajar yang kurang produktif dan pembelajaran yang
berorientasi pada terget penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi
mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak, memecahkan
persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Inilah yang terjadi di sekolah-
sekolah, jika perilaku belajar yang kurang produktif dan berorientasi
pembelajaran pada penguasaan materi terjadi terus menerus maka kualitas
pendidikan akan semakin merosot (Nurhadi, 2003:1).
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa
anak-anak belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah, belajar akan
lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan
mengetahuinya. Paradigma pembelajaran berubah menjadi bersifat dari
teacher centered menjadi student centered. Guru sedikit menjelaskan materi
sedangkan siswa berusaha membuktikan sendiri dari eksperimen yang
4
5. difasilitasi oleh guru. Guru tidak lagi menjadi subyek utama, yang
membawakan materi bahan dan menentukan jalannya pengajaran. Ia tetap
menjadi subyek. Di sini siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk
membangun pengetahuannya sendiri.
Berkaitan dengan adanya tuntutan akan pencapaian keberhasilan dalam
proses pembelajaran serta adanya permasalahan terhadap daya serap siswa,
maka perlu dilakukan berbagai upaya untuk mengimplementasikan berbagai
tindakan dalam peningkatan daya serap siswa. Seperti halnya di beberapa
sekolah lain, di SDN Sangen 01 Geger Madiun, juga terdapat permasalahan
dalam hal daya serap siswa yang rendah. Berdasarkan hasil pengamatan
terhadap pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa diketahui
bahwa hanya 35% dari keseluruhan jumlah siswa di kelas yang mencapai
kriteria berhasil dalam pembelajaran. Hal ini perlu segera ditindaklanjuti
dengan pelaksanaan perbaikan pembelajaran untuk peningkatan prestasi
belajar siswa.
Keberhasilan pembelajaran memerlukan metode penyajian yang tepat
serta bervariasi, sebab untuk menghindari kebosanan pada siswa.
Pembelajaran harus memiliki kesiapan dalam suatu bentuk perencanaan yang
sistematis. Keefektifan proses pembelajaran menjadi penting. Tercapainya
kualitas atau peningkatan kemampuan siswa dalam mempelajari berbagai
macam pengetahuan merupakan harapan bagi semua pihak. Pembelajaran
dikatakan berhasil jika siswa merasa puas dan mampu memahami apa yang
disampaikan oleh pendidik. Hasil pembelajaran yang memuaskan dapat
5
6. tercermin dari pengajaran yang berhasil mengantarkan siswanya dalam
mencapai prestasi yang maksimal.
Tujuan pendidikan nasional dan tujuan pengajaran akan tercapai
apabila tercipta iklim proses belajar mengajar yang kondusif. Setiap
pengajaran harus meliputi pengalaman belajar siswa diarahkan pada tiga
tujuan pengajaran, yaitu: kognitif (pengetahuan dan kemampuan), afektif
(sikap, emosi, perhatian dan nilai), serta psikomotorik (ketrampilan). Kegiatan
belajar mengajar dapat tercipta dengan baik apabila komponen-komponen
dalam pengajaran yang meliputi tujuan pengajaran, materi pelajaran, metode
dan media pengajaran, siswa dan guru, memiliki keterkaitan yang baik.
Sebagai contoh guru menguasai materi yang akan disampaikan kepada siswa,
guru juga menggunakan metode mengajar yang tepat dan tersediannya media
pengajaran yang sesuai. Hal ini dapat menunjang kemudahan siswa dalam
menerima pelajaran dan tujuan dari pengajaran itu sendiri dapat tercapai,
sehingga siswa dapat menerapkan ilmu yang diperolehnya dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah-sekolah,
tujuan dari pengajaran tidak akan tercapai apabila siswa hanya mendengarkan
ceramah dari guru di dalam kelas, namun akan lebih mengena dan berkesan
dalam benak siswa apabila mereka langsung berhadapan pada permasalahan
yang diperoleh dari latihan mengingat-ingat informasi dengan menyatakan
butir-butir penting dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditimbulkan.
6
7. Salah satu bentuk belajar mengajar yang tepat untuk mencapai tujuan
tersebut yaitu dengan melalui latihan, salah satunya melalui latihan
mengingat-ingat informasi dengan menyatakan butir-butir penting dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditimbulkan. Kegiatan ini ditampilkan
karena dalam materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, siswa
dituntut untuk memiliki kemampuan mengingat atas berbagai informasi yang
ada, misalnya tentang kejadian atau suatu peristiwa penting dan makna dari
kejadian tersebut. Para siswa meskipun mendapatkan nilai-nilai yang bagus
dalam sejumlah mata pelajaran, namun mereka tampak kurang mampu
menerapkan perolehannya, baik berupa pengetahuan, keterampilan, maupun
sikap ke dalam situasi yang lain (Semiawan, 2002: 6).
Kegiatan berlatih untuk mengingat-ingat informasi dengan menyatakan
butir-butir penting dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditimbulkan
tidak berarti melakukan kegiatan yang memakan waktu lama dan biaya yang
besar, akan tetapi kegiatan ini dapat dilakukan melalui membaca buku materi
atau sumber-sumber informasi tertulis lainnya.
Dari uraian latar belakang dan permasalahan yang ada, perlu dicari
alternatif pemecahan masalah sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi
belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa. Metode latihan mandiri dengan
didukung bahan bacaan merupakan salah satu metode alternatif yang relevan
dengan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Penggunaan metode
latihan mandiri ini merupakan salah satu upaya untuk menanamkan konsep
yang lebih dalam pada suatu materi pelajaran. Metode latihan mandiri
7
8. memerlukan perencanaan yang matang dengan memperhatikan maksud dan
tujuan, prinsip-prinsip suatu upaya pengefektifan dan pertanggungjawaban
dari pelaksanaan tugas.
Metode latihan mandiri adalah suatu cara belajar mengajar dimana
guru dan siswa merencanakan bersama-sama suatu soal, problem atau
kegiatan yang harus diselesaikan siswa dalam waktu tertentu. Metode latihan
mandiri merupakan suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan
membuat resume dengan kalimat sendiri. Kelebihan metode latihan mandiri
adalah pengetahuan yang diperoleh siswa dari hasil belajar sendiri akan dapat
diingat lebih lama. Siswa berkesempatan memupuk perkembangan dan
keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri
(Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2002: 96).
Metode latihan mandiri akan mengarahkan siswa untuk aktif dalam
pembelajaran, karena mereka harus bertanggung jawab atas tugas-tugas yang
diberikan guru. Dari pelaksanaan tugas tersebut, siswa akan lebih memiliki
ingatan yang kuar dari materi yang dipelajarinya dibandingkan metode
ceramah. Melalui penggunaan metode latihan mandiri ini, diharapkan prestasi
belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa dapat optimal.
Berkaitan dengan adanya kelebihan dari metode latihan mandiri dan
relevansinya dengan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas,
maka dalam penelitian ini akan dibahas secara khusus berkaitan dengan:
“Meningkatkan Prestasi Hasil Belajar PKn dengan Metode Latihan Mandiri
8
9. Motif Prestasi dan Bahan Bacaan Pada Siswa Kelas III SDN Sangen 01 Geger
Madiun Tahun Pelajaran 2008/2009.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka
permasalahan yang dapat diidentifikasikan pada proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di kelas III SDN Sangen 01 Geger Madiun
tersebut antara lain:
1. Prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa di kelas III SDN
Sangen 01 Geger Madiun tahun pelajaran 2008/2009 masih rendah.
2. Penggunaan strategi pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga tidak
mampu meningkatkan ketertarikan siswa untuk mengikuti pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
3. Materi yang disampaikan pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan masih terfokus pada mengingat dan menghafal fakta
yang ada di buku pegangan.
4. Diperlukan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat
siswa atas materi tanpa menghafal.
5. Metode latihan mandiri dengan didukung penyediaan bahan bacaan dan
pemberian tugas relevan dengan pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
9
10. C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas,
maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan suatu permasalahan, yaitu:
"Apakah metode latihan mandiri dapat meningkatkan prestasi belajar
Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas III SDN Sangen 01 Geger
Madiun tahun pelajaran 2008/2009?"
D. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang ada, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui keberhasilan peningkatan prestasi belajar Pendidikan
Kewarganegaraan dengan metode latihan mandiri pada siswa kelas III SDN
Sangen 01 Geger Madiun tahun pelajaran 2008/2009.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak
sebagai berikut:
1. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam
rangka meningkatkan kemampuan berpikir serta motivasi dalam mengikuti
pembelajaran di kelas.
2. Bagi sekolah
Sebagai suatu pertimbangan dalam mengatasi masalah yang berhubungan
dengan tindak lanjut dalam menerapkan salah satu model pembelajaran
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran PKn, serta
10
11. adanya keinginan penulis untuk menyumbangkan pemikiran pada dunia
pendidikan, khususnya guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
dengan harapan dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi.
3. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bacaan dan
informasi untuk menambah pengetahuan ilmiah terhadap permasalahan
baru yang mungkin belum pernah diolah atau ditemui sebagai bahan
penelitian selanjutnya.
11