1. BAB II
KAJIAN TEORI
A. Media Kartu Permainan
1. Pengertian media
Kata media merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti
perantara, sedangkan menurut istilah adalah wahana pengantar pesan.
Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media
secara kreatif akan memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik
dan dapat meningkatkan individu mereka sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.(Asnawir dan Basyarudin Usman,2002:1)
Beberapa teknologi pembelajaran, banyak memberikan batasan
definisi tentang media pembelajaran, diantaranya:
a. Menurut AECT (Association of Education Communication Tecnology)
memberi batasan mengenai media sebagai segala bentuk dan saluran
yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan.
b. Menurut NEA (National Education Assocation) menyatakan bahwa
media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio
visual serta peralatannya, hendakanya dapat dimanipulasi, dilihat, dan
didengar.
13
2. 14
c. Gagne menyatakan bahwa, media adalah berbagai jenis komponen
dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
d. Briggs berpendapat, media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar, misalnya
buku, film bingkai, kaset dan lain-lain.
Perkembangan selanjutnya Martin dan Briggs memberikan batasan
mengenai media pembelajaran yaitu mencakup semua sumber yang
diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa. ( Muhaimin,
dkk,1996:91)
Dalam kaitan ini media adalah suatu usaha untuk
mengkomunikasikan antara proses belajar dan mengajar, dengan perkataan
lain situasi belajar akan lebih berhasil apabila menggunakan media yang
berfungsi mengkomunikasikan antara penerima pesan dengan sumber
penyalurnya.(Soetomo,1993:198)
2. Jenis-jenis media pembelajaran
Gearlach dan Elly, dalam bukunya yang berjudul "Teaching and
Media", menggolonglan media atas dasar ciri-ciri fisiknya terdiri dari :
a. Benda Sesungguhnya
Benda sebenarnya termasuk dalam katagoei ini meliputi : orang,
kejadian, objek atau benda.
b. Presentasi Verbal
Presentasi verbal yang termasuk dalam katagori ini meliputi : media
cetak, kata-kata yang diproyeksikan melalui slide, filmstrip,
3. 15
transparansi, catatan di papan tulis, majalah dinding, papan tempel,
dan lain sebagainya
c. Presentasi Grafis
Presentasi grafis, katagori ini meliputi : Chart, grafik, peta, diagram,
lukisan/gambar yang sengaja dibuat untuk mengkomunikasikan suatu
ide, ketrampilan/sikap.
d. Potret diam (Still picture)
Potret ini dari berbagai macam objek atau peristiwa yang mungkin
dipresentasikan melalui buku, film, stip, slide, majalah dinding dan
sebagainya.
e. Film (Motion picture)
Artinya jenis media yang diperoleh dari hasil pemotretan
benda/kejadian sebenarnya maupun film dari pemotretan gambar (film
animasi)
f. Rekaman suara (audio recorder)
Ialah bentuk media dengan menggunakan bahasa verbal atau efek
suara, dalam hal ini sudah barang tentu dapat dimanfaatkan secara
klasikal, kelompok atau bersifat individual.
g. Program atau disebut dengan "pengajaran Berprograma"
Yaitu infomasi verbal, visual, atau audio yang sengaja dibuat untuk
merangsang adanya respon dari siswa.
4. 16
h. Simulasi
Adalah peniruan situasi yang sengaja diadakan untuk
mendekati/menyerupai kejadian sebenarnya, contoh : simulasi tingkah
laku seorang pengemudi dalam mobil dengan memperhatikan keadaan
jalan ditunjukkan pada layar (dengan film).
(Shalahudin,Mahfud,1986:46-47)
Selanjutnya apabila penggolongan jenis media tersebut atas dasar
ukuran serta kompleks tidaknya alat perlengkapan, maka dapat
diklasifikasikan menjadi lima macam yaitu :
a. Media tanpa proyeksi dua dimensi : yaitu jenis yang penggunaannya
tanpa proyektor dan hanya mempunyai dua ukuran saja, yakni panjang
dan lebar. Termasuk dalam jenis ini misalnya : papan tulis, papan
tempel, papan fanel, dan lainnya.
b. Media tanpa proyeksi tiga dimensi yaitu : Jenis media yang
penggunaannya tanpa proyektor dan mempunyai ukuran panjang, lebal
tebal, dan tinggi. Termasuk dalam katagori ini misalnya : benda
sebenarnya, boneka, dan sebagainya.
c. Media Audio yaitu media yang hanya memberikan rangsangan suara
saja. Media ini penggunaannya tanpa proyektor, tetapi memiliki alat
perlengkapan khusus yang dapat menyampaikan atau memperkera
suara. Jenis media semacam ini misalnya : radio dan tape recorder.
d. Media dengan proyeksi yaitu : Media yang penggunaannya memakai
proyektor, misalnya : Fim, slide, dan Film strip.
5. 17
e. Televisi dan Video Tape Recorder yaitu Jenis media yang pada
prinsipnya sama dengan Audio Tape recorder, dan Radio.
Perbedaannya jika radio cukup dengan pemancar suara saja, sedangkan
TV memancarkan suara dan gambar. Video Tape Recorder adalah alat
untuk merekam, menyimpan dan menampilkan kembali secara
serempak suara dan gambar dari suatu objek. Sedangkan kalau TV
adalah sebagai alat untuk melihat gambar dan mendengarkan suara dari
jarak jauh.( Shalahudin,Mahfud,47-48)
3. Kriteria pemilihan media
Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan
PBM. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media,
antara lain : Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ketepatgunaan,
perangkat, mutu tekhnis dan biaya. Oleh sebab itu, beberapa pertimbangan
yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan
pembelajaran yang telah diterapkan.
b. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam
memilih media.
c. Kondisi audien (siswa) dari segi subyek belajar menjadi perhatian
yang serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan
kondisi anak.
6. 18
d. Ketersediaan media disekolah atau memungkinkan bagi guru
mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang
perlu dipertimbangkan oleh guru.
e. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan
disampaikan kepada audien (siswa) secara cepat dan berhasil guna.
f. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus
seimbang dengan hasil yang akan dicapai.(Asnawir dan Basyarudin
Usman,2002:15-16)
4. Media kartu permainan
a. Kartu
Kartu adalah kertas tebal berbentuk persegi panjang (untuk
berbagi keperluan, hampir sama dengan karcis).(Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga, 2003:510)
b. Permainan
Permainan adalah alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya,
dari yang ia tidak kenali sampai pada yang ia ketahui dan dari yang
tidak dapat ia perbuat sampai dapat melakukanya. Jadi bermain
mempunyai nilai dan ciri tersendiri yang penting dalam kemauan
perkembangan kehiduan sehari-hari seorang anak.
Bagi anak, bermain adalah suatu kegiatan yang serius, tetapi
mengasyikan. Melalui aktivitas bermain, berbagai pekerjaanya
terwujud.bermain adalah salah satu alat utama yang menjadi latihan.
Bermain adalah medium, dimana si anak mencobakan diri, bukan saja
7. 19
dalam fantasinnya tetapi juga benar nyata secara aktif. Bila anak
bermian bebas, sesuai dengan kemampuan maupun sesuai
kecepatannya sendiri, maka ia melatih kemampuannya.
a. Bermain memiliki berbagai arti. Pada permulaan setiap pengaaman
bermain memilii resiko. Ada resiko bagi anak untuk belajar
berjalan sendiri, naik sepeda sendiri, berernang, ataupun meloncat.
Betapapun sederhana bermainnya unsur resiko itu selalu ada.
b. Unsur lain adalah pengulangan. Dengan pengulangan anak akan
memperoleh kesempetaan dalam mengkondisikan ketrampilan
yang harus diwujudkanya dalam berbagai permainan dengan
berbagai nuansa yang berbeda. Sesudah pengulangna itu
berlangsung, anak akan meningkatkan ketrampilanya yang lebih
kompleks. Melalui berbagai permainan yang diulang, ia
memperoleh kemampuan tambahan untuk melakukan aktivitas
lain.
c. Fakta bahwa aktifitas permainan sederhana dapat menjadi
kendaraan (vehicle) untuk menjadi hajatan permainan yang begitu
komplek, dapat dilihat dan terbukti pada kala mereka menjadi
dewasa.
Melalui bermain anak secara aman dapat menyatakan
kebutuhan tanpa dihukum atau terkena teguran, umpama: ia bisa
bermain peran sebagai ibu atau bapak yang galak, atau sebagai bayi
atau anak yang mendambakan kasih sayang. Di dalam semua
8. 20
permainan itu ia dapat menyatakan rasa benci, takut dan gangguan
emosional.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa: Media kartu
permainan adalah sarana atau perantara yang berfungsi menyalurkan
pesan ke audien (siswa), berupa kertas tebal berbentuk persegi panjang
sebagai alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya, dari yang ia tidak
kenali sampai pada yang ia ketahui dan dari yang tidak dapat ia
perbuat sampai dapat melakukanya. Atau lebih jelasnya, media ini
adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu sebesar kartu remi
yang di depan kartunya terdapat gambar masjid, orang yang sedang
ngaji, orang berpaikain baju muslim dan sejenisnya yang dibuat
dengan menggunakan tangan atau foto, atau hasil cetakan computer
yang digunting dan ditempelka pada kartu tersebut, dan sitiap anggota
kelompok disuruh untuk membuatnya masing-masing 10 lembar,
dengan menuliskan soal dan jawaban dikartu permainan, yaitu 5
lembar untuk soal dan 5 lembar untuk jawaban. Kartu permainan
tersebut memiliki ukuran 10 X 8 cm, atau lebih sesuai dengan
kebutuhan. Dengan menggunakan media kartu permainanan ini, maka
kegiatan pembelajaran dapat di desain dengan berbagai macam cara,
baik itu dengan cara individu maupun dengan cara pengelompokan
siswa.
9. 21
a. Strategi penggunakan media pembelajaran (kartu permainan)
Adapun penerapan media pembelajaran kartu permainan
diperlukan beberapa langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti
dalam pelaksanaan kegiatan belajar, yaitu :
1) Waktu penggunaan permainan
Waktu penggunaan permainan bisa digunakan di awal
pelajaran dan diakhir pelajaran untuk menutup pelajaran untuk
menurunkan ketegangan siswa setelah sekian jam belajar.
2) Cara Bermain
a) Permanan apapun yang dilaksanankan diarahkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
b) Setiap permainan sebaiknya diberi peraturan yang jelas dan
tegas
c) Dalam permainan beregu, perlu dibentuk kelompok yang
seimbang
d) Melibatkan siswa sebanyak mungkin (penononton pun
diberi tugas tertentu).
e) Disesuakan dengan tingkat kemampuan siswa.
f) Guru bertindak sebagai pengelola dan pembengkit motivasi
bermain
g) Sebaiknya permianan dihentikan ketika siswa masih
tenggelam dalam keasyikan
10. 22
Dalam kegiatan bermain, guru memiliki perang yang sangat
penting. Guru mengetahui kapan dia harus melakukan intervensi
dalam suatu permainan dan kapan ia membebaskan siswa untukn
bermain. Guru berperan sebagai pengamat, sebagai model,
melakuakn evaluasi dan melakukan rencana yang matang.
b. Kelebihan penggunaan media kartu permainan
1) Kelebihan media kartu permainan
a) Mudah di bawa-bawa: Dengan ukuran yang kecil sehingga
membuat media kartu permainan dapat disimpan di tas
bahkan di saku, sehingga tidak membutuhkan ruang yang
luas, dapat digunakan di mana saja, di kelas ataupun di luar
kelas.
b) Praktis: dilihat dari cara pembuatan dan penggunaannya,
media kartu permainan sangat praktis, dalam menggunakan
media ini guru tidak perlu memiliki keahlian khusus, media
ini tidak perlu juga membutuhkan listrik. Jika akan
menggunakan kita tinggal menyusun urutan gambar sesuai
dengan keinginan kita, pastikan posisi gambarnya tepat
tidak terbalik, dan jika sudah digunakan tinggal disimpan
kembali dengan cara diikat atau menggunakan kotak
khusus supaya tidak tercecer. Selain itu biaya pembuatan
media kartu permainan ini pun sangatlah murah, karena
11. 23
dapat menggunakan barang-barang bekas seperti kertas
kardus sebagai kartunya.
c) Gampang diingat: karakteristik media kartu permainan
adalah tanya jawab yang memudahkan siswa untuk
memahami materi Pendidikan Agama Islam.
d) Menyenangkan: Media kartu permainan dalam
penggunannya bisa melalui permainan. Selain itu dalam
pengguanaan media ini permainnanya diselingi dengan
kata-kata yang berbau Islami.
5. Pentingnya penggunaan media kartu permainan
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dikelas merupakan suatu dunia
komunikasi tersendiri dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk
mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering timbul dan
terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komukasi tersebut tidak
efektif dan efisien. Salah satu usaha mengatasinya, yaitu penggunaan
media secasra terintregasi dalam PBM.
Penggunaan media PBM mempunyai nilai-nilai praktis, yaitu
sebagai berikut :
a. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang
dimiliki siswa.
b. Media dapat mengatasi ruang kelas
c. Media memungkinkan keinginan dan minat yang baru.
d. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru.
12. 24
e. Media dapat membangkitkan motovasi dan merangsang siswa untuk
belajar.
f. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang
kongkrit sampai kepada yang abstrak.
(Asnawir dan M. Basyiruddin Usman,2002:15)
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian prestasi belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata,
yakni prestasi dan belajar. Antara prestasi dan belajar mempunyai arti
yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum penulis membahas pengertian
prestasi belajar, maka penulis akan memberikan pengertian prestasi dan
belajar. Langkah ini bertujuan untuk memudahkan dalam memahami lebih
mendalam tentang pengertian tersebut.
Prestasi belajar terdiri dari dua kata yang mempunyai pengertian
sendiri-sendiri yakni prestasi dan belajar, tetapi dalam pembahasan ini
kedua kata tersebut sangat berhubungan.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari suatu usaha yang telah
dikerjakan,(Departemen Pendidikan Nasional, 2003:895) menurut Zainal
Arifin berasal dari kata prestatie bahasa Belanda yang berarti “hasil
usaha”. Jadi prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar. (Zainal
Arifin,1988:123)
Menurut Nasru Harahap prestasi adalah penilaian pendidikan
tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan
13. 25
penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai
yang terdapat dalam kurikulum. Sedangkan Menurut Djamarah prestasi
adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, dan diciptakan, baik
secara individual maupun kelompok.( Syaiful, Bahri Djamarah,1994:19)
Dari beberapa pengertian prestasi yang dikemukan para ahli diatas,
jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun
intinya sama yakni hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu dapat
dipahami, bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan
jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam
bidang kegiatan tertentu.
Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak
melakukan suatu kegiatan. Dari kegiatan yang digeluti maka seseorang
mendapatkan prestasi. Dalam hal ini berhasil atau gagalnya tujuan belajar
adalah terletak pada dirinya sendiri. Maka dirinya sendirilah yang
bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan belajar agar berhasil. Andai
kata mengalami kegagalan maka akibat yang memikulnya adalah dirinya
sendiri, tidak mungkin perbuatan-perbuatan belajar dilakukan oleh orang
lain, orang tua, guru, teman. Orang lain hanya sebagai petunjuk saja. Yang
memberikan dorongan dan bimbingan yang diberikan serta untuk
selanjutnya dipelajari sendiri dengan mengolah, menyimpan dan
memanifestasikan serta menerapkannya. Oleh karena itu kesuksesan ini
terletak pada diri sendiri (pelajar). Sudah barang tentu faktor kemauan,
14. 26
minat, ketekunan, tekad untuk sukses, cita-cita yang tinggi merupakan
unsur-unsur mutlak yang bersifat mendukung usahanya.
Belajar oleh beberapa pakar dapat diartikan sebagai berikut:
a. Menurut WS. Winkel, belajar dirumuskan sebagai berikut: “suatu
aktivitas/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap. perubahan itu
bersifat secara relatif dan berbekas.( Winkel, WS,1989:36)
b. Sholeh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Madjid, dalam buku “
Attarbiyah wa Turuqu tadris” mengemukakan :
Artinya: Belajar adalah setiap prilaku yang menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan seseorang serta menjadikan
keahliannya berubah sebagaimana yang dimiliki sebelumnya.(Sholeh
Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Madjid,1919:179)
c. Drs. Soetomo mengartikan belajar adalah penambahan ilmu
pengetahuan yang nampak di sekolah. (Soetomo,1993:119)
Menurut Witherington dalam bukunya Educational Psiychology,
belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian (Ngalim, Purwanto,1989:84)
15. 27
Setelah menelusuri hal tersebut di atas, maka dapat dipahami
mengenai makna kata “prestasi”dan “belajar.” Prestasi pada dasarnya
adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar pada
dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan suatu perubahan dalam
individu, yakni perubahan tingkah laku. Dengan demikian, dapat diambil
pengertian yang cukup sederhana mengenai hal ini. Prestasi belajar adalah
hasil yang diperoleh melalui kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan-
perubahan dalam diri sendiri individu hasil dari aktivitas dalam proses
belajar yang berupa ketrampilan, kecakapan dan pengetahuan.
2. Tujuan prestasi belajar siswa
Pada dasarnya setiap manusia yang melakukan segala aktivitas
dalam kehidupannya tidak terlepas dari tujuan yang dicapai. Karena
dengan adanya tujuan akan menentukan arah kemana orang itu akan di
bawah atau diarahkan.
Jadi tujuan belajar merupakan sentral bagi setiap siswa tercapai
tidaknya tujuan tersebut pada siswa itu sendiri, bahkan dapat diketahui
yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan atau kegagalan kegiatan
belajar itu banyak bertumpu pada siswa itu sendiri. Sebagaimana
diungkapkan oleh Drs.Oemar Hamalik bahwa: Kesuksesan itu bagian
besar terletak pada usaha kegiatan saudara sendiri, sudah barang tentu
faktor keamanan, minat, ketentuan, tekad untuk sukses, cita-cita yang
tinggi merupakan unsur mutlak yang bersifat mendukung usaha saudara
itu”(Oemar Hamalik,1983:2)
16. 28
3. Prinsip-prinsip belajar siswa
Proses belajar merupakan proses yang kompleks, tetapi dapat
dianalisa dan diperinci dalam bentuk prinsip belajar. Yang dimaksud
dengan prestasi adalah hasil yang dicapai, sedang yang dimaksud dengan
prinsip belajar adalah hal-hal yang dapat dijadikan sebagai pedoman
dalam proses belajar. Adapun prinsip-prinsip secara mendasar menurut
Slameto yaitu:
a. Dalam belajar siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan
minat dan membimbing untuk mencapai tujuan intruksional.
b. Belajar itu proses kontinue, jadi harus tahap demi tahap berdasarkan
perkembangannya.
c. Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar
tenang. (Slameto,1988,29)
Sedangkan prinsip belajar menurut Oemar Hamalik adalah:
a. Belajar adalah proses aktif dimana terjadi hubungan timbale balik,
saling mempengaruhi secara dinamis antara anak didik dan
lingkungannya.
b. Belajar harus selalu bertujuan, terarah dan jelas bagi anak didik.
Tujuan akan menuntunya dalam belajar untuk mencapai
harapanharapannya.
c. Belajar yang paling efektif adalah apabila didasari oleh dorongan
motivasi yang murni dan bersumber dari dalam diri sendiri.
17. 29
d. Belajar selalu menghadapi rintangan dan hambatan oleh karenanya
anak didik harus sanggup mengatasinya secara tepat.
e. Belajar memerlukan bimbingan. Bimbingan itu baik dari guru maupun
dosen atau tuntunan dari buku pelajaran sendiri.
f. Jenis belajar yang paling utama adalah belajar untuk berfikir kritis,
lebih baik dari pada pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis.
g. Cara belajar yang paling efektif adalah dalam pemecahan masalah
melalui kerja kelompok, asalkan masalah-masalah tersebut telah
disadari bersama.
h. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga
memperoleh pengertian-pengertian.
i. Belajar memerlukan latihan-latihan dan ulangan agar apa yang
dipelajari dan diperoleh dapat dikuasai.
j. Belajar harus disertai dengan keinginan dan kemauan yang kuat untuk
mencapai tujuan atau hasil.
k. Belajar dianggap berhasil apabila anak didik telah sanggup
mentransferkan dan menerapkannya kedalam bidang sehari-hari.
(Muhaimin, dkk,1996:480)
Dari beberapa pendapat diatas, mengenai prinsip-prinsip belajar
tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
bersungguhsungguh dan memiliki cita-cita dalam belajar merupakan
tujuan utama karena belajar tanpa adanya kedisiplinan, kemauan, tujuan
18. 30
serta cita-cita yang tinggi tidak harus adanya hubungan dua arah yang
antara siswa dan guru.
Selain itu dalam belajar harus memiliki keteraturan, dorongan yang
murni, kebiasaan belajar yang baik, dan disiplin memiliki pemahaman dan
pengertian, sarana dan prasarana yang cukup serta belajar itu harus terus
menerus atau dengan kata lain belajar kontinue dan dinamis.
4. Faktor–faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Belajar merupakan suatu proses yang sangat komplek dan rumit,
maksudnya semua orang mempunyai cara tersendiri dalam melakukan
belajar. Belajar juga sebagai proses aktif yang memerlukan dorongan dan
bimbingan agar tercapainya tujuan yang dikehendaki yaitu berupa prestasi
belajar.
Sebagaimana diketahui bahwa prestasi antara orang satu dengan
orang lain sangat berbeda-beda walaupun semangat belajarnya sama. Hal
ini disebabkan karena prestasi belajar itu dipengaruhi oleh banyak faktor.
Sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian:
a. Faktor Interen
Yaitu faktor yang berasal dari individu, dalam arti hal ini dapat
digolongkan menjadi tiga, yaitu faktor jasmani, psikologi dan factor
kelelahan.
19. 31
b. Faktor Eksteren
Yaitu faktor di luar individu, dalam hal ini dikelompokkan menjadi
tiga faktor, yaitu faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.
(Slameto,2003:54)
Adapun macam-macam faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
tersebut dapat dijelaskan dalam uraian sebagai berikut:
a. Faktor dari dalam yang bersifat jasmani
1) Faktor kesehatan
Keadaan jasmani yang sehat, segar dan kuat berpengaruh
baik terhadap prestasi belajar. Demikian juga sebaliknya apabila
kondisi fisik kurang sehat atau mengalami gangguan akan
mempengaruhi proses belajar yang mengakibatkan prestasi
belajarnya kurang memuaskan. Oleh karena itu, agar siswa dapat
belajar dengan baik untuk mencapai prestasi yang terbaik maka
siswa harus memperhatikan kesehatan badannya dan mentaati
aturan tentang waktunya jam belajar, istirahat, olahraga dan
rekreasi secara baik dan teratur.
2) Cacat tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa
yang cacat belajarnya juga akan terganggu, dan prestasinya juga
akan ikut terganggu. (Slameto,2003 : 55)
20. 32
b. Faktor dari dalam yang bersifat psikologis
Dalam kaitannya dengan faktor psikologis ini ada tujuh faktor
yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, yaitu
1) Intelegensi
Menurut William Stren yang dimaksud dengan intelegensi
adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan
baru, dengan menggunakan alat-alat yang sesuai dengan tujuannya.
(Ngalim, Purwanto : 54)
Dengan demikian maka intelegensi merupakan salah satu
factor yang sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa,
pengaruh ini dapat dilihat pada anak yang intelegensinya rendah
maka prestasinya akan rendah. Namun demikian siswa yang
memiliki intelegensi yang tinggi tidak menjamin mutlak bahwa
prestasinya akan tinggi, sebab siswa yang intelegensinya normal
atau sedang bisa berhasil dengan baik dalam belajarnya selama ia
belajar dengan baik, artinya menerapkan metode belajar dengan
baik dan tercipta kondisi yang positif dari lingkungannya.
Intelegensi ini dikatakan mempunyai pengaruh yang sangat
besar terhadap prestasi belajar karena mempunyai empat aspek
kemampuan yaitu:
a) Kemampuan untuk menghasilkan hubungan-hubungan abstrak
b) Kemampuan memanfaatkan pendidikan verbal dan teknik
21. 33
c) Kemampuan verbal dan kemampuan individu untuk bekerja
dengan angka
d) Kemampuan spesifik dapat disamakan dengan sel-sel struktur
intelek. (Slameto:130)
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa dengan
intelegensi, siswa dapat mengkaji, memahami dan
menginterpretasikan pelajaran yang diterima dari guru mereka.
2) Perhatian
Menurut Ghazali perhatian adalah aspek yang penting
dalam proses belajar. Perhatian merupakan “keaktifan siswa yang
dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek
(benda/hal) atau sekumpulan obyek. (Slameto:56)
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa
harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya,
jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah
kebosanan, sehingga ia tidak suka lagi belajar. Agar siswa dapat
belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik
perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan
hobi atau bakatnya.
3) Minat
Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat sangat
erat hubungannya dengan perasaan individu, obyek, aktivitas dan
22. 34
situasi. Jadi jelaslah bahwa minat mempelajari sesuatu, maka hasil
yang diharapkan lebih baik dari seseorang yang tidak berminat
dalam mempelajari sesuatu tersebut.
4) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu
baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah
belajar atau berlatih. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa bakat itu
mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa
sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia
senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam
belajarnya itu.
5) Motivasi
Menurut MC. Donald definisi tentang motivasi sebagai
berikut: “Sebagai perubahan energi dalam diri pribadi seseorang
yang ditandai dengan munculnya "feeling” dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan.
Jadi, motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang
akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau
tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat,
sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri
sebagai daya penggerak atau pendorongnya.
Orang yang termotivasi, membuat reaksi-reaksi yang
mengarahkan dirinya kepada usaha untuk mengurangi ketegangan
23. 35
yang ditimbulkan oleh penambahan tenaga dalam dirinya. Motivasi
dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan, sehingga
kemungkinan sukses belajarnya lebih besar orang yang mempunyai
motivasi daripada orang yang tidak mempunyai motivasi atau
dorongan. Orang yang memiliki motivasi akan memiliki ciri-ciri
giat berusaha, tampak gigih, tidak mudah menyerah dalam
memecahkan masalahnya. Sebaliknya orang yang motivasinya
rendah akan bersikap acuh tak acuh, mudah putus asa, tidak
menaruh perhatian pada pelajaran dan tidak memperdulikan
prestasi belajarnya.
6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam
pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap
untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan
kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya
sudah siap untuk menulis, dan lain-lain.
7) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respons atau
bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga
berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti
kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu
diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan
24. 36
padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih
baik. (Slameto:58-59)
c. Faktor dari dalam yang bersifat kelelahan
Kelelahan pada diri manusia dibedakan menjadi dua macam,
yaitu kelelahan jasmani yang terlihat dengan lemah lunglainya tubuh
dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh, sehingga akan
menyebabkan lemahnya fisik dan kecenderungan suka tidur.
Sedangkan kelelahan kedua adalah kelelahan rohani, yang dapat dilihat
dengan adanya kelesuan dan kebosanan. Hal ini terjadi karena jiwa
terus menerus memikirkan sesuatu yang dianggap berat tanpa istirahat,
menghadapi sesuatu tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu yang
dipaksakan. Kedua macam kelelahan ini sangat berpengaruh terhadap
prestasi belajar. (Slameto:58)
d. Faktor dari luar yang berasal dari keluarga
Keluarga adalah bentuk masyarakat kecil yang mempunyai
pengaruh terhadap prestasi siswa. Karena lingkungan keluargalah yang
pertamatama membentuk kepribadian siswa, apakah keluarga akan
memberikan pengaruh positif atau negatif. Pengaruh ini terlihat dari
cara orang tua mendidik, keadaan ekonomi keluarga, perhatian
keluarga dan sebagainya. (Slameto:60)
e. Faktor dari luar yang berasal dari sekolah
Untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik, maka faktor
selanjutnya yang mempengaruhi adalah faktor sekolah. Siswa akan
25. 37
mempunyai prestasi yang baik apabila sekolah menggunakan metode
belajar yang baik, kurikulum yang sesuai dengan tingkat kemampuan
siswa, adanya hubungan yang harmonis antara siswa dengan guru,
siswa dengan siswa, lengkapnya alat-alat belajar, serta tersedianya
sarana dan prasarana untuk belajar.( Slameto:64)
f. Faktor dari luar yang berasal dari masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan
siswa di tengah-tengah masyarakat, faktor dari masyarakat ini antara
lain tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul dan
bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar
siswa.( Slameto:70)
5. Cara menentukan prestasi belajar siswa
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa maka indikator yang
dijadikan sebagai tolak ukur dalam meyatakan bahwa suatu proses belajar
mengajar dapat dikatakan berhasil, berdasarkan ketentuan kurikulum yang
disempurkan saat ini digunakan adalah:
a. Daya serap terhadap bahan yang diajarkan mencapai prestasi tinggi,
baik secara individu maupun kelompok.
b. Prilaku yang di gariskan dalam tujuan pengajaran atau intruksional
khusus (TIK) telah dicapai siswa baik individu maupun klasikal.
Selanjutnya, untuk mengetahui sampai dimana tingkat keberhasilan
belajar siswa terhadap proses belajar yang telah dilakukan dan sekaligus
26. 38
juga untuk mengetahui keberhasilan mengajar guru, kita dapat
menggunakan acuan tingkat keberhasilan tersebut sejalan dengan
kurikulum yang berlaku saat ini adalah sebagai berikut:
a. Istimewa atau maksimal: Apabila sebuah bahan pelajaran yang
diajarkan itu dapat dikuasai siswa.
b. Baik sekali atau optimal: Apabila bahan pelajaran (85% s/d 94%)
bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa.
c. Baik atau minimal: Apabila bahan pelajaran diajarkan hanya (75% s/d
84%) dikuasai siswa.
d. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75%
dikuasai siswa.
Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa
dalam pelajaran dan prosentase keberhasilan siswa dapat mencapai TIK
tersebut tadi, dapatlah diketahui tingkat keberhasilan proses belajar yang
telah dilakukan siswa dan guru.
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajarnya
tersebut, dengan dilakukan melalui test prestasi belajar sehingga dapat
dijangkau kedalam jenis penilaian sebagai berikut :
a. Test Formatif.
Penilaian ini digunakan untuk mengukur setiap satuan bahasan
tertentu dan bertujuan hanya memperoleh gambaran tentang daya serap
siswa terhadap satuan bahasan tersebut. Hasil test ini digunakan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu
27. 39
tertentu pula, atau sebagai feed back (umpan balik) dalam
memperbaiki belajar mengajar.
b. Test Subsumatif
Penilaian ini meliputi sejumlah bahan mengajar atau satuan
bahasan yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah
selain untuk memperoleh gambaran daya serap, juga untuk
menetapkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasilnya dipertimbangkan
untuk menentukan nilai raport.
c. Test Sumatif
Penilaian ini dilakukan untuk mengukur daya serap siswa
terhadap pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan. Tujuannya ialah
untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam
suatu periode belajar tertentu. Hasil dari test ini dimanfatkan untuk
kenaikan kelas, menyusun peringkat rangking atau sebagai ukuran
kualitas sekolah.
6. Cara-cara meningkatan prestasi belajar
Pada dasarnya prestasi belajar yang dicapai oleh seorang anak
didik, bertalian erat dengan pembinaan sejak ia masih kecil, bahkan
bertalian pula dengan kondisi anak ketika masih dalam kandungan ibunya,
apabila kadar gizi makanan yang dikonsumsi oleh ibu-ibu yang sedang
hamil sangat memadai, akan membantu perkembangan intelegensi anak
ketika dilahirkan nanti. Oleh sebab itu dalam membina prestasi anak
hendaknya tidak melupakan faktor gizi makanan, kadar gizi yang terdapat
28. 40
dalam makanan sehari-hari anak, merupakan salah satu faktor yang akan
menentukan tinggi rendahnya belajar anak.
Setiap pelajar tentunya menyadari bahwa kepentingan belajar
merupakan sebagian dari tugas hidupnya. Mereka sebenarnya tidak
menghendaki kegagalan studi terjadi pada dirinya yang dimaksud dengan
kegagalan di sini adalah tidak naik kelas atau tidak lulus ujian. Bahkan
dalam hati kecil mereka keinginan memperoleh prestasi tinggi selama
pendidikan. Sehingga mereka timbul pertanyaan pada dirinya "Bagaimana
cara meningkatkan prestasi belajar?"
Sehubungan dengan itu, maka penulis paparkan cara-cara
meningkatkan prestasi belajar. Pada pembahasan ini peneliti menjelaskan
bahwa belajar anak lebih berhasil apabila memiliki: kesadaran atas
tanggung jawab belajar, cara belajar yang efisien, dan syarat-syarat yang
diperlukan
a. Kesadaran atas tanggung jawab belajar
Berhasil atau gagalnya kegiatan belajar-mengajar adalah
terletak pada dirinya sendiri. Maka dirinya sendirilah yang
bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan belajar agar berhasil.
Andai kata mengalami kegagalan maka akibatnya yang memikul
adalah dirinya sendiri. Tidak mungkin kegiatan belajar dilakukan oleh
orang lain, orang tua, guru, teman, orang lain hanya bisa memberikan
petunjuk saja, memberikan dorongan, dan bimbingan yang dibutuhkan
serta untuk selanjutnya si pelajar sendirilah yang mengolah,
29. 41
menyimpan dan memanifestasikan serta menerapkannya. Oleh karena
itu kesuksesan ini terletak pada diri si pelajar sendiri.
Sudah barang tentu faktor kemampuan atau motivasi yang
tinggi, minat, kekuatan tekad untuk sukses, cita-cita yang tinggi
merupakan unsur-unsur mutlak yang bersifat mendukung usahanya.
b. Cara belajar yang efisien
Cara belajar yang efisien artinya cara belajar yang tepat,
praktis, ekonomis, terarah sesuai dengan situasi dan tuntunan yang ada
guna mencapai tujuan belajar. Menurut Ny Endang W. Ghozali bahwa
cara belajar yang baik untuk digunakan yaitu:
1) Membuat rencana (program studi)
2) Tehnik mempelajari buku pelajaran
3) Membuat diskusi kelompok
4) Melakukan tanya jawab
5) Belajar berfikir kritis
6) Memantapkan hasil belajar
7) Memenuhi syarat-syarat yang diperlukan
c. Syarat-syarat yang diperlukan
Beberapa syarat yang perlu diperhatikan agar kita dapat belajar
dengan baik, dalam hal ini menurut Ny Endang W. Ghozali adalah:
1) Kesehatan jasmani
2) Rohani yang sehat
3) Lingkungan yang tenang
30. 42
4) Tempat belajar yang menyenangkan
5) Tersedia cukup bahan dan alat-alat yang diperlukan
Dengan memakai cara-cara tersebut di atas maka diharapkan akan
meningkatkan prestasi belajar setiap siswa dengan tidak melupakan juga untuk
meningkatkan gairah belajar dan kebiasaaan disiplin belajar secara teratur.
C. Pembahasan Tentang Pendidikan Agama
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum peneliti membicarakan lebih jauh tentang pengertian
Pendidikan Agama Islam, alangkah baiknya kalau lebih dahulu peneliti
menjabarkan apa sebenarnya arti pendidikan. Menurut pakar-pakar baik
secara etimologis atau termenologi.
a. Dari segi etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani
“paedagogike” ini adalah majmuk yang terdiri dari kata “paes ” yang
berarti “anak” dan kata “ago” yang berarti “aku memberikan
bimbingan”. Jadi paedagogike berarti aku membimbing anak. Orang
yang pekerjaannya membimbing anak dengan maksud membawanya
ketempat belajar, dalam bahsa Yunani di sebut “paedagogos”. Jika
kata ini diartikan secara simbolis, maka perbuatan membimbing seperti
dikatakan di atas itu, merupakan inti perbuatan mendidik yang
tugasnya hanya membimbing saja, dan kemudia pada saat itu harus
melepaskan anak itu kembali (ke dalam masyarakat). (Abu,
Ahmadi,1991:70)
31. 43
b. Dari segi esensialis, mendidik dapat dirumuskan, sebagai berikut:
1) Prof. Dr. M. Y. Langeveld: mendidik ialah mempengaruhi anak
dalam usahanya membimbing anak, agar supaya menjadi dewasa.
2) Prof. Y. H. E. Y. Hoogeveld: mendidik adalah membantu anak,
supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas
tanggungan sendiri.
3) Dr. Sis Heyster: mendidik adalah membantu manusia dalam
pertumbuhan, agar kelak ia mendapat kebahagiaan batin yang
sedalam-dalamnya yang tercapai olehnya.
4) Prof. S. Brojonagoro: mendidik berarti memberi tuntunan kepada
manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan
perkembangannya, samapi tercapainya kedewasaan dalam arti
rohani dan jasmani.
Berdasarkan keempat rumusan tentang mendidik di atas,
dapatlah disimpulkan bahwa pendidikan adalah: pengaruh, bantuan
atau tuntunan yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab
kepada siswa. Selanjutnya setiap rumusan di atas, nampak adanya dua
pengertian : tugas/fungsi mendidik dan intensi/tujuan mendidik. Dalam
intensi itulah kita dapatkan tugas membentuk terhadap pribadi siswa.
Disamping tugas membentuk pribadi, pendidikan masih mempunyai
tugas lain ialah menyerahkan kebudayaan kepada generasi berikutnya
(muda). Di dalam penyerahan ini nampak adanya sikap dari generasi
muda itu: reseptif, selektif dan continous. Dengan adanya sikap-sikap
32. 44
inilah maka di dalam setiap pergantian generasi selalu ada inovasi,
selalu terdapat perubahan dan perkembangan.(Abu, Ahmadi,1991:71)
Definisi-definisi yang telah disebutkan di atas adalah sebagai
barometer untuk mendefinisikan Pendidikan Agama Islam. Mengapa
demikian? karena dalam perkembangannya di Indonesia bahwa
Pendidikan Agama Islam secara kurikulum berada pada sub bagian
dari bagian pendidikan umum. Oleh karena itu, peneliti mendefinisikan
dahulu pengertian pendidikan secara umum, setelah itu membicarakan
definisi Pendidikan Agama Islam.
Pengertian Pendidikan Agama Islam yang terdapat dalam
kurikulum Pendidikan Agama Islam yang telah dikutip oleh Abdul
Majid, et., adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan siswa
untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran
agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut
agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat
beragama hingga wujud kesatuan dan persatuan bangsa.
2. Dasar-dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Sebagai aktivitas yang bergerak di dalam proses pemberian
kepribadian, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang
dijadikan landasan kerja. Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi
pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini,
dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya nerupakan sumber
nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan siswa kearah
33. 45
pencapaian pendidikan. Oleh karena itu, dasar yang terpenting dari
pendidikan Islam adalah Al-qur’an dan As-sunnah Rasulullah SAW.
(Majid, Abdul dan Dian Andayani,2006:64)
3. Tujuan dan fungsi Pendidikan Agama Islam
Tujuan adalah suatu usaha yang diharapkan tercapai setelah usaha
selesai dilakukan. Karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan
kegiatan yang berproses melalui tahapan-tahapan serta tingkatan-tingkatan
untuk mencapai tujuan. Tujuan pendidikan bukanlah suatu yang berbentuk
benda yang bersifat statis, tetapi merupakan keseluruhan dari kepribadian
seseorang yang berkenaan dengan seluruh aspek kehidupan.
Menurut Al-Syaibani menjabarkan tujuan Pendidikan Agama Islam
mempunyai tiga bagian yang saling berkaitan antar bagian.
a. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang
merupakan pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan rohani, dan
kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki di dunia dan di akhirat.
b. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku
masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan
kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
c. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan
pembelajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai
kegiatan masyarakat.
Tujuan akhir Pendidikan Agama Islam menurut beliau adalah
pembinaan akhlak, menyiapkan siswa untuk hidup di dunia dan di akhirat,
34. 46
penguasaan ilmu, dan keterampilan bekerja dalam masyarakat. (Ahmad,
Tafsir,2005:49)
Berdasarkan penjabaran di atas merupakan tujuan pendidikan
menurut Islam, atau pendidikan yang didasarkan Islam, atau sistem
pendidikan yang Islami, yakni pendidikan dari ajaran-ajaran dan nilai-nilai
fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yakni Al-Quran
dan As-Sunnah. Dari pengertian pertama ini, pendidikan Islam dapat
berwujud pemikiran dan teori pendidikan yang berdasarkan diri atau
dibangun dan dikembangkan dari sumber-sumber tersebut. (Muhaimin, et.
Al,2005:7)
Tujuan Pendidikan Agama Islam itu sendiri untuk menumbuhkan
dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengalaman siswa tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia Muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketaqwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.( Abdul, Majid, et:135)
Hal ini sesuai dengan definisi Pendidikan Agama Islam, yakni
upaya mendidik agama Islam atau ajaran agama Islam dan nilai-nilai-nya,
agar menjadi way of life seseorang. Dalam pengertian yang ini dapat
berwujud. Segenap kegiatan yang dilakukan seseorang untuk membantu
seorang atau kelompok siswa dalam menanamkan dan atau
menumbuhkembangkan ajaran agama Islam dan nilai-nilai-nya untuk
35. 47
dijadikan sebagai pegangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup
dan dikembangkan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari.( Muhaimin)
Tujuan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan Pendidikan
Agama Islam adalah agar siswa memahami, menghayati, dan menyakini,
dan mengamalkan ajaran agama Islam, sehingga menjadi Muslim yang
beriman, bertaqwa kepada Allah Swt dan berakhlak mulia. Dengan kata
lain bahwa Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Untuk itu fungsi Pendidikan Agama Islam menurut kurikulum
Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai
berikut:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa
kepada Allah Swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
b. Penanaman nilai, sebagai pedoman untuk mencari kebahagiaan hidup
di dunia dan di akhirat.
c. Penguasaan mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangankekurangan dan kelemahan siswa dalam kenyakinan,
pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari .
36. 48
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya
atau budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangan menuju manusia Indonesia seutuhnya.
f. Pembelajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum,
sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khususnya agama Islam agar berkembang secara optimal sehingga
dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
Pembelajaran terkait dengan bagaimana (how to) membelajarkan
siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan
terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa (what to) yang
berkualitas dalam kurikulum sebagai kebutuhan (needs) siswa. Karena itu,
pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam
kurikulum dengan menganalisis tujuan pembelajaran dan karakteristik isi
bidang studi pendidikan agama yang terkandung di dalam kurikulum, yang
menurut Sujanadi disebut dengan kurikulum ideal/potensil.
Pembelajaran terdapat komponen utama yang saling berpengaruh
dalam proses pembelajaran pendidikan agama. Adapun komponen tersebut
ada tiga komponen yaitu : (1) kondisi pembelajaran pendidikan agama ;
(2) metode pembelajaran pendidikan agama; dan (3) hasil pembelajaran
37. 49
pendidikan agama. Ketiga komponen tersebut memiliki interasi tergambar
berikut ini:
Gambar 2.1. Komponen Proses Pembelajaran
a. Kondisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode
dalam meningkatkan hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Faktor kondisi ini berinteraksi dengan pemilihan, penerapan, dan
pengembangan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam karena
pada dasarnya, komponen ini sudah ada dan tidak dapat dimanipulasi.
Dan kondisi pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini, dapat
diklasifikasikan menjadi tujuan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, karakteristik bidang studi Pendidikan Agama Islam,
karakteristik siswa, dan kendala pembelajaran Pendidikan Agama
Islam.
b. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Adalah cara-cara tertentu yang paling cocok untuk dapat
digunakan dala mencapai hasil-hasil pembelajaran Pendidikan Agama
Kondisi Pemelajaran
Metode Pembelajaran
Hasil Pembelajaran
2 1
38. 50
Islam yang berada dalam kondisi pembelajaran tertentu. Karena itu,
metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat berbeda-beda
menyesuaikan dengan hasil pembelajaran dan kondisi pembelajaran
yang berbeda-beda pula. Untuk itu metode pembelajaran yang
dikembangkan dapat ditekankan pada penataan sumber belajar yang
lebih banyak memberikan kesempatan tersebut dapat dipilih,
ditetapkan, dan dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
bidang studi Pendidikan Agama Islam, sumber belajar Pendidikan
Agama Islam yang tersedia, dan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan siswa.
c. Hasil pembelajaran
Adalah mencakup semua akibat dapat dijadikan tentang nilai
dari penggunaan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Hasil pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dapat berupa hasil nyata (actual out-comes)
dan hasil yang diinginkan (desired out-comes). Actual out-comes
adalah hasil belajar Pendidikan Agama Islam yang dicapai siswa
secara nyata karena digunakannya suatu metode pembelajaran
Pendidikan Agama Islam tertentu yang dikembangkan sesuai dengan
kondisi yang ada. Sedangkan desired out-comes merupakan tujuan
yang ingin dicapai yang biasanya sering mempengaruhi keputusan
perancang pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam melakukan
Pembagian komponen pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
39. 51
Gambar 2.2 Diagram pembagaian komponen pembelajaran
Dari diagram tersebut, dapat diuraikan lebih rinci megenai
ketiga komponen utama faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut. Uraian ini akan
diawali dari komponen kondisi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, kemudian pembelajaran sebagai faktor penentu kualitas
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, selanjutnya komponen hasil
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tiga komponen
tersebut sangat memberi pengaruh terhadap pencapaian
keberhasilanpembelajaran Pendidikan Agama Islam, dan ketiga
komponen tersebut saling berkaitan anata yang satu dengan yang
lainnya. Karena dari tiga hal tersebut dapat dihasilkan sesuatu hal
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang efektif, efisien dan
KONDISI
METODE
HASIL
Tujuaan dan
karasteristik
bidang PAI
Kendala sumber
belajar dan
karastesistik
bidang PAI
Karasteristik
siswa
Strategi
pengorganisasian
Pendidikan
Agama Islam
Strategi
Penyampeaan
PAI
Strategi
pengegolan PAI
Kefektifan, efisiensi, dan daya tarik Pembelajaran
pendidikan agama Islam
40. 52
menarik apabila adanya suatu aktivitas yang profesional dari tiga
komponen tersebut. (Muhaimin:145-149)