SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
1
IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOFOSFAT PADA SAYURAN KENTANG
DI SWALAYAN LOTTEMART DAN PASAR TERONG KOTA MAKASSAR TAHUN 2013
IDENTIFICATION OF PESTICIDE RESIDUES ON POTATO ORGANOFOSFAT GROUPS IN THE
LOTTEMART AND TERONG MARKET OF MAKASSAR 2013
Yusnani1
, Anwar Daud2
, Anwar2
1
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit, Makassar
2
Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNHAS, Makassar
(yusnani117@yahoo.co.id/081354959056)
ABSTRAK
Pestisida adalah bahan racun yang disamping memberikan manfaat di bidang pertanian tetapi dapat
memberikan dampak terhadap kesehatan masyarakat. Residu pestisida adalah zat tertentu yang terkandung dalam
hasil pertanian bahan pangan atau pakan hewan, baik sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari
penggunaan pestisida. Residu pestisida menimbulkan efek yang bersifat tidak langsung terhadap konsumen,
namun dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan kesehatan diantaranya berupa gangguan pada syaraf
dan metabolisme enzim. Tujuan penelitian ini Mengidentifikasi residu pestisida golongan organofosfat pada
sayuran kentang di Swalayan Lottemart dan Pasar Terong di Kota Makassar. Jenis penelitian ini adalah
penelitian observasional dengan pendekatan deskriptif. Sampel penelitian ini adalah kentang yang berasal dari
lima daerah berbeda yang dijual di Swalayan Lottemart dan Pasar Terong Kota Makassar. Cara pengambilan
sampel secara purposive sampling yaitu sampel dipilih sesuai dengan keinginan peneliti.Hasil uji laboratorium
menunjukkan bahwa dari 5 sampel, nilai residu pestisida adalah <0,1 mg/kg. Artinya, kandungan residu pestisida
klorpirifos pada semua sampel kentang berada di bawah ambang batas deteksi alat.Berdasarkan uji laboratorium,
tidak ada residu pestisida golongan organoposfat jenis kloririfos yang terdeteksi di dalam sampel yang dijual di
swalayan Lotte Mart dan Pasar terong. Penelitian ini menyarankan agar masyarakat memperhatikan tempat yang
telah terbukti tidak mengandung residu pestisida, seperti pasar terong dan Swalayan Lottemart Untuk peneliti
selanjutnya agar meneliti dapat meneliti jenis sayuran lain dengan parameter yang berbeda.
Kata Kunci: Pestisida, klorpirifos, Kentang
ABSTRACT
Pesticides are poisons that besides providing the benefits in agriculture but can give impact on public health.
Pesticide residues are certain substances contained in the food or feed farm animals, either as a direct or
indirect result of the use of pesticides. Pesticide residues pose an indirect effect on consumers, but in the long
run can cause health problems such as neurological disorders of the metabolism and enzymes. The purpose of
this research was to identify pesticide residues of organofosfat on vegetables of potato in the Self-service Market
Eggplant and Lottemart in Makassar cityThis type of research is research observational with a descriptive
approach. The sample of this research is the potatoes that come from five different areas that are sold in
Supermarkets and market Eggplant Lottemart Makassar city. A purposive sampling method sampling the sample
was selected in accordance with the wishes of researchers. Laboratory test results show that of the 5 samples,
the pesticide residues is & lt; 0,1 mg/kg. That is, the content of klorpirifos pesticide residues in all samples of
potatoes was below the threshold of detection tools. Based on laboratory tests, no pesticide residues were
organoposfat kinds of kloririfos were detected in the samples sold in supermarket Lotte Mart and eggplant. This
research suggested that people pay attention to places that have been shown to contain no pesticide residues,
such as Eggplant and Self-service markets Lottemart For researchers to examine further elaborate other
vegetables with different parameters.
Keyword: Pesticide, Chlorphyirifos, potato
2
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan
keanekaragaman hayati yang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu subsektor
pertanian yang memiliki potensi untuk dikembangkan yaitu hortikultura. Hortikultura
merupakan bagian dari sektor pertanian yang terdiri atas sayuran, buah-buahan, tanaman hias,
dan biofarmaka. Hortikultura berperan sebagai sumber pangan, sumber pendapatan
masyarakat, penyedia lapangan kerja, perdagangan domestik dan internasional, serta
peningkatan aktivitas industri pengolahan yang bersifat meningkatkan nilai tambah. Adanya
peranan penting hortikultura menjadi alasan bahwa subsektor ini perlu menjadi prioritas
pengembangan (Andarwati, 2011).
Upaya untuk meningkatkan produksi dengan tujuan agar tanaman tidak dirusak oleh
hama dan penyakit adalah dengan menggunakan pestisida. Penggunaan pestisida pada
tanaman sayuran di dataran tinggi tergolong sangat intensif, hal ini terutama disebabkan
kondisi iklim yang sejuk dengan kelembaban udara dan curah hujan yang tinggi menciptakan
kondisi yang baik untuk perkembangbiakan hama dan penyakit tanaman (Munarso, dkk.,
2006).
Monitoring terbatas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dan Departemen
Pertanian melalui Direktorat Perlindungan Tanaman tahun 1980 menemukan sejumlah residu
pestisida yang telah mencemari beberapa jenis sayuran seperti kentang, kubis, sawi, tomat dan
wortel pada daerah-daerah sentra sayuran di Jawa. Hasil analisa menunjukkan bahwa residu
pestisida tersebut di atas adalah dari jenis DDT, Diazinon, Dieldrin, Fenitrithion dan
Klorfirifos. Di negara-negara maju beberapa pestisida telah diteliti dapat bersifat carsinogenic
agent, mutagenic agent, teratogenic agent dan menjadi penyebab dari penyakit lain seperti
leukemia dan sebagainya (Saenong, 2007).
Data hasil pengawasan keamanan pangan yang dilakukan oleh Balai Besar Karantina
Pertanian Makassar tahun 2009-2012 menemukan residu pestisida golongan organofosfat
pada sawi dan kangkung yang dijual di Pasar Terong Makassar. Hasil kajian yang dilakukan
oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Kelas 1
Makassar mengenai analisis dampak penggunaan pestisida terhadap petani dan lingkungan di
Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010 menemukan
adanya residu pestisida pada sayuran kentang, yaitu <0,002 mg/kg karbaril, <0,002 mg/kg
karbofuran, dan 6,46 mg/kg klorofirifos.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Munarso, dkk (2009) di Malang dan Cianjur
ditemukan residu pestisida pada kubis, tomat, dan wortel. Hasil analisis menemukan sebanyak
3
7,4 ppb endosulfan pada kubis, 10,6 ppb endosulfan pada wortel, dan 7,9 ppb profenos pada
tomat. Selain itu, Residu lain yang terdeteksi antara lain pestisida yang mengandung bahan
aktif klorpirifos, metidation, malation, dan karbaril. Berdasarkan data tersebut maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai identifikasi residu pestisida golongan
organofosfat pada sayuran kentang di swalayan Lottemart dan Pasar Terong Kota Makassar
tahun 2013.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada sejak 28 Januari-4 Februari 2013. Adapun lokasi
penelitian berada di Swalayan Lottemart dan Pasar Terong Kota Makassar. Populasi dari
penelitian ini adalah semua kentang yang dijual di Swalayan Lottemart dan Pasar Terong
Kota Makassar. Adapun sampel dari penelitian ini adalah kentang yang berasal dari lima
daerah berbeda yang dijual di Swalayan Lottemart dan Pasar Terong Kota Makassar yang di
ambil secara acak sesuai dengan keinginan peneliti.
Jenis penelitian ini adalah survei/observasional dengan pendekatan deskriftif yaitu
mengidentifikasi residu pestisida yang tinggal dalam sayuran kentang melalui pemeriksaan
laboratorium. Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium dan observasi
langsung ke lokasi penelitian. Sedangkan data sekunder di peroleh dari dan malaui
penelusuran literatur-literatur, jurnal, dan artikel melalui internet serta buku-buku yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
HASIL PENELITIAN
Tabel 2 menunjukkan bahwa semua sampel kentang yang diperiksa, hasil residu yang
terdeteksi menunjukkan angka <0,1/mg/kg.
PEMBAHASAN
Hasil pemeriksaan residu pestisida yang dilakukan terhadap kentang, menunjukkan
angka <0,1/mg/kg kandungan residu pestisida yang terkandung jauh di bawah ambang batas
yang telah ditentukan. Hal ini berarti tidak ditemukannya residu pestisida lebih dari 0,1 mg/kg
dengan bahan aktif klofpirifos. Hasil ini memberikan dua kemungkinan, yaitu residu pestisida
pada sampel kentang yang diperiksa telah hilang atau petani pemasok kentang tersebut
memang tidak menggunakan pestisida golongan organoposfat berbahan aktif klorpirifos.
Berarti kentang tersebut aman ditinjau dari segi kesehatan, tidak membahayakan bagi yang
mengonsumsi.
4
Perbedaan prosedur pemeriksaan laboratorium kemungkinan berpengaruh terhadap
hasil yang diperoleh. Pada prosedur pemeriksaan yang dilakukan di Balai Besar Laboratorium
Kesehatan ekstraksi sampel dilakukan hanya satu kali sedangkan pada prosedur pemeriksaan
sampel yang dilakukan oleh BPTP Maros, ekstraksi sampel di buat dua kali yang bertujuan
untuk dijadikan larutan pembanding dan diperoleh variasi. Tujuan dilakukannya ekstraksi
sampel sebanyak dua kali adalah untuk membandingkan pengujian pertama dan kedua apakah
terdapat perbedaan atau terjadi kesalahan sehingga hasil yang diperoleh lebih meyakinkan.
Selain itu, kemungkinan adanya prosedur pemeriksaan residu pestisida yang tidak sesuai
dengan standar pemeriksaan juga dapat menyebabkan tidak terdeteksinya residu pestisida
pada sampel yang diperiksa, seperti proses pelumatan yang tidak halus, penimbangan yang
tidak akurat karena ketidakstabilan neraca yang digunakan serta penambahan larutan yang
tidak sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Kelas 1 Makassar mengenai
analisis dampak penggunaan pestisida terhadap petani dan lingkungan di Kecamatan Uluere
Kabupaten Bantaeng Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010 menemukan adanya residu
pestisida pada sayuran kentang, yaitu <0,002 mg/kg karbaril, <0,002 mg/kg karbofuran, dan
6,46 mg/kg klorofirifos. Hasil tersebut positif dikarenakan sampel diambil langsung dari
kebun (BTKL-PPM, 2010)
Sampel kentang yang diuji tersebut diambil di tempat penjualannya, bukan dari tempat
penanamannya sehingga walaupun para petani kentang mengaplikasikan pestisida pada
kentang, kemungkinan besar sudah tidak ada pestisida yang melekat pada kentang karena
telah dilakukan pencucian secara berulang oleh para pedagang.
Pedagang sayuran melakukan pencucian dimana tujuannya untuk membersihkan
sayuran dari kotoran yang menempel seperti debu, kotoran, tanah, sisa pestisida, atau zat
pengaur tubuh, dan jamur agar sayuran terlihat mengkilap, bersih, segar, dan lebih menarik.
Hal ini tidak dilakukan hanya sekali saja, namun berulang kali sehingga sisa-sisa pestisida
yang melekat pada kulit sayuran akan berkurang. Perlakuan yang sama juga diaplikasikan
pada sayuran di swalayan Lottemart, bedanya sayuran simpan pada tempat pendingin atau
freezer.
Selain itu, penelitian ini di lakukan pada saat musim hujan sehingga kentang lebih
sering terkena air yang kemungkinan dapat menghilangkan zat-zat kimia yang melekat pada
kentang tersebut.yang terdeteksi adalah dosis pestisida yang di semprotkan para petani pada
5
sayuran kentang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan. Selain itu, petisida golongan
organoposfat termasuk pestida yang mudah terdegradasi.
Di dalam lingkungan, pestisida diserap oleh berbagai komponen lingkungan, kemudian
terangkut ke tempat lain oleh air, angin atau organisme yang berpindah tempat. Ketiga
komponen lingkungan ini kemudian mengubah pestisida tersebut melalui proses kimiawi atau
biokimiawi menjadi senyawa lain yang masih meracun atau senyawa yang bahkan telah
hilang sifat meracunnya. Yang menjadi perhatian utama dalam toksikologi lingkungan ialah
berbagai pengaruh dinamis pestisida dan derivat-derivatnya setelah mengalami perubahan
oleh faktor lingkungan secara langsung atau oleh faktor hayati terhadap sistem hayati dan
ekosistemnya.
Air merupakan medium utama bagi transportasi pestisida. Pindahnya pestisida dapat
bersama partikel air atau debu pembawa. Pestisida dapat pula menguap karena suhu yang
tinggi (pembakaran). Pestisida yang di udara bisa kembali ke tanah oleh hujan atau
pengendapan debu.Dalam dinamika pestisida di lingkungan terdapat dua istilah yang
berhubungan yakni deposit dan residu. Deposit ialah materi yang terdapat pada permukaan
segera setelah aplikasi sedangkan residu pestisida merupakan materi yang terdapat di atas atau
di dalam benda lain setelah beberapa saat atau mengalami penuaan, perubahan kimia, atau
keduanya. Residu permukaan atau residu efektif ialah banyaknya materi yang tertinggal,
misalnya pada tanaman setelah aplikasi. Residu permukaan dapat hilang karena pencucian
(pembilasan), penggosokan, hidrolisis, dan sebagainya.
Pembilasan bukan hanya terjadi pada pestisida hidrofilik tetapi juga yang lipofilik.
Dalam waktu 1-2 jam setelah aplikasi pestisida, kemungkinan besar 90% deposit telah hilang
karena pencucian oleh air hujan. Sisanya biasanya terurai oleh sinar ultraviolet. Banyak jenis
pestisida lipofilik yang cenderung berakumulasi (menumpuk) pada lapisan malam (lilin) dan
lemak tanaman, terutama pada bagian kulit. Itu sebabnya sayuran atau buah terutama yang
dimakan mentah perlu dicuci atau dikupas dahulu (Sinulingga, 2006).
Pestisida pada buah ada yang hanya menempel pada kulit, tertinggal dalam kulit
ataupun pada daging buah, hal ini tergantung pada ketebalan, kulit buah, pori-pori buah dan
jenis pestisida yang digunakan. Penggunaan pestisida secara tidak bijaksana dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif baik manusia maupun lingkungan. Di dalam
lingkungan pestisida diserap oleh berbagai komponen lingkungan yang mengubahnya
menjadi bahan-bahan lain yang tidak beracun atau masih beracun. Dalam jangka panjang
aplikasi yang sangat intensif, dapat meningkatkan probabilitas organisme pengganggu
tumbuhan (OPT) sekunder atau meningkatkan resistensi hama. Penggunaan pestisida kimia,
6
terutama yang daya kerjanya sistemik dapat meninggalkan residu pada produk yang
dihasilkan (Ameriana, 2008).
Keterpaparan pestisida terhadap manusia dapat diestimasi melalui pengukuran residu
pestisida dalam lingkungan (udara, air, tanah dan tanaman). Udara dapat dengan mudah
terkontaminasi pestisida selama proses penyemprotan. Butiran-butiran pestisida selama
penyemprotan menjadi partikel halus dapat melayang jauh terbawa angin. Residu pestisida
dapat pula terjadi di tanah, apabila pestisida disemprotkan pada tanaman/tanah tidak mencapai
sasaran dan jatuh ke permukaan tanah dan selanjutnya diserap kedalam tumbuhan jenis umbi-
umbian. Apabila residu pestisida itu terdapat pada rumput lalu tertelan oleh ternak, maka
pestisida tersebut dapat terdeteksi melalui daging dan susu ternak tersebut.
Rute penyerapan pestisida ke dalam tubuh dapat melalui tiga cara yakni melalui kulit,
saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Pestisida yang masuk kedalam tubuh akan di
metabolisme dan distribusikan ke dalam jaringan dan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
urine. Pestisida distribusikan dan disimpan di dalam jaringan lemak dan di biotransformasi di
dalam bagian tubuh akan terdapat dalam darah, urine, jaringan lemak dan lain sebagainya.
Setelah diserap dari usus maka yang tinggi substansi lipophilienya akan diekresikan ke dalam
empedu sebagai akibat resirkulasi enterohepathik (BTKL-PPM Kelas 1 Makassar, 2009).
Di seluruh sistem persyarafan terdapat pusat-pusat pengaliran elektro Cholinesterase
mical yang dinamakan sinapsis dimana getaran-getaran saraf eketrokemis dibawa
menyeberangi kesenjangan antara sebuah sel saraf (neuron) dan sebuah otot dad neuron.
Karena getaran saraf (sinyal) mencapai suatu sinaps, sinyal itu merangsang pembebasan
acetyleholin. Acetyleholin berperan sebagai jembatan penyeberangan bagi mengalirnya
getaran saraf (new impulse), setelah impulse syaraf oleh acetyleholin dipindahkan
(diseberangkan) melampaui kesenjangan, emzim cholinesterase itu memecahkan acetylcholin
dengan menghidrolisa asetylocholin menjadi cholin dan sebuah asam asetat, impuls syaraf
kemudian berhenti, reaksi-reaksi ini terjadi sangat cepat.
Ketika pestisida organofosfat dan karbamat memasuki tubuh manusia pestisida ini
akan menempel pada emzim cholinesterase didalam darah. Karena cholinesterase tidak dapat
memecahkan acetylcholin, impuls syaraf mengalir terus (konstanta) menyebabkan
kejang-kejang yang cepat dan akhirnya mengarah kepada kelumpuhan. Dengan terbentuknya
senyawa-senyawa tersebut maka terjadi penurunan aktivitas cholinesterase, sehingga emzym
tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan demikian maka pengukuran
cholinesterase dalam darah dapat dijadikan indikator dalam menentukan keracunan pestisida
organofosfat dan karbamat.
7
Harus diakui walaupun pestisida sangat berbahaya, peningkatan produksi pertanian
dapat tercapai justru dengan bantuan pestisida. Pencemaran yang disebabkan oleh pestisida
bukan hal sepele. Tetapi kalau cara pema kaian pe stisida dilakukan dengan sangat hati-hati,
kemungkinan besar pencemaran dapat dihindari atau setidaknya mengurangi bahayanya
pembatasan pemakaian pestisida ini sudah dimulai dengan gebrakan PAN (Pesticides Action
Network) yang beranggotakan 50 negara, termasuk Indonesia. Di sini ada tujuh jenis pestisida
yang dilarang di antara 12 jenis yang dima sukkan dalam The Dirty Dozen seperti Heptachlor.
Di Indonesia, hal ini didukung oleh ikut sertanya BATAN dalam meneliti residu-
residu produk pertanian dan mengeluarkan batas ambang yang aman bagi pemakaian
pestisida. Juga turut peran serta pemerintah yaitu peraturan tentang ANDAL yang mulai
berlaku dari segi pengamanan baik bagi keselamatan manusia maupun lingkungan. Tindakan
pemerintah dengan peraturan ANDAL adalah tepat sebagai tindakan pencegahan dan usaha
menanggulangi kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan hidup manusia Indonesia.
Bagaimanapun juga pestisida adalah racun. Sebenarnya kalau ada kerugian yang ditimbulkan
oleh pestisida, maka yang paling menderita adalah manusia.
Manusia harus bertanggung jawab terhadap kerusakan yang timbul, karena semua
kegiatan pencegahan hama adalah hasil karya manusia dan ditujukan untuk pemenuhan
kebutuhannya. Manusia adalah pelaku utama pemberantasan hama. Karena itu selain
perlindungan terhadap tanah, air, dan hewan lainnya dari bahaya pestisida, perlindungan
pertama justru harus diberikan terhadap manusia. Cara yang paling baik untuk mencegah
pencemaran pestisida adalah dengan tidak menggunakan pestisida sebagai pemberantas hama
. Mengingat akibat sampingan yang terlalu berat atau bahkan menyebabkan rusaknya
lingkungan dan merosotnya hasil panen, penggunaan pestisida mulai dikurangi. Cara-cara
yang dapat ditempuh untuk mencegah atau mengurangi serangga hama antara lain pengaturan
jenis tanaman dan waktu tanam, memilih varietas yang tahan lama, memanfaatkan musuh-
musuh alami serangga, penggunaan hormon serangga, pemanfaatan daya tarik seks pada
serangga, sterilisasi.
Cara-cara tersebut di atas memang tidak memiliki efek yang cepat dan merata
dibanding pestisida. Karenanya bila dibutuhkan pemberantasan hama yang sifatnya segera,
penggunaan pestisida memang merupakan pilihan yang paling baik dan tepat. Jika memang
pestisidalah yang akan digunakan, maka adalah suatu langkah yang paling bijaksana untuk
melakukan suatu tindakan pencegahan terhadap pencemaran atau keracunan yang mungkin
timbul (Pohan, 2004).
8
KESIMPULAN
Residu pestisida golongan organoposfat jenis klorpirifos yang terdeteksi pada kentang
di Swalayan Lottemart < 0,1 mg/kg. Residu pestisida golongan organoposfat jenis klorpirifos
yang terdeteksi pada kentang di Pasar Terong < 0,1 mg/kg.
SARAN
Kepada masyarakat dalam mengonsumsi sayuran kentang hendaknnya memperhatikan
tempat yang telah terbukti tidak mengandung residu pestisida, seperti pasar terong dan
Swalayan Lottemart. Kepada petani sebaiknya mencuci sayuran yang telah dipanen terlebih
dahulu sebelum dijual. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti jenis sayuran lain
dengan parameter yang berbeda.
9
DAFTAR PUSTAKA
Andarwati, A.,U., 2011. Efisiensi Teknisusahatani Kentang Dan Faktor Yang Mempengaruhi
Dikecamatan Baturkabupaten Banjarnegara. [online]
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51239/H11aua.pdf?sequence=1
[diakses 12 Desember 2012]
Balai Besar Karantina Pertanian Makassar. 2012. Hasil Pengawasan Keamanan Pangan.
BTKL-PPM., 2009. Analisis Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Petani dan
Lingkungan di Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi
Selatan. Makassar: Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit
Menular Kelas 1
BTKL-PPM., 2010. Analisis Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Petani dan
Lingkungan di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng Propinsi Sulawesi Selatan.
Makassar: Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Kelas 1
Munarso, S., J., Miskiyah, dan Broto W., 2009. Studi Kandungan Residu Pestisida Pada
Kubis, Tomat, Dan Wortel Di Malang Dan . Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian:
Vol. 5 [online] http://pascapanen.litbang.deptan.
go.id/assets/media/publikasi/bulletin/2009_4.pdf [diakses 12 Desember 2012]
Saenong, M., S., 2007. Beberapa Senyawa Pestisida Yang Berbahaya. [online]
http://WWW.peipfi-komdasulsel.org/wp-content/uploads/2011/06/30.-BEBERAPA-
SENYAWA-PESTISIDA-YANG-BERBAHAYA-M.-Sudjak-Saenong.pdf [diakses 12
Desember 2012]
Pohan N., 2004. Pestisida dan Pencemarannya. [online] http://repository.
usu.ac.id/bitstream/123456789/1367/1/tkimia-nurhasmawaty7.pdf [diakses 12
Desember 2012]
10
LAMPIRAN
Tabel 1. Kandungan Gizi kentang per 100 g BDD
Kandungan Gizi Jumlah
Energi 83,00 kal
Protein 2,00 g
Lemak 0,10 g
Karbohidrat 19,10 g
Kalsium 11,00 mg
Fosfor 56,00 mg
Serat 0,30 g
Besi 0,70 mg
Vitamin A 0,00 RE
Vitamin B1 0,09 mg
Vitamin B2 0,03 mg
Vitamin C 16,00 mg
Niacin 1,40 mg
Sumber : Wirakusumah (2001) dalam Deptan, 2004
Tabel 2. Hasil Analisis Residu Pestisida dengan Parameter Klorpirifos pada Kentang di
Pasar Terong dan Swalayan Lottemart Kota Makassar Tahun 2013
Sampel Lokasi Kode Sampel Hasil
1 Pasar Terong K1 < 0,1 mg/kg
2 Pasar Terong K2 < 0,1 mg/kg
3 Pasar Terong K3 < 0,1 mg/kg
4 Swalayan Lottemart K4 < 0,1 mg/kg
5 Sawalayan Lottemart K5 < 0,1 mg/kg
Sumber Data: Data Primer, 2004

More Related Content

What's hot (6)

Pik evi selvia j1 c111042
Pik evi selvia  j1 c111042Pik evi selvia  j1 c111042
Pik evi selvia j1 c111042
 
Bptpjakarta
BptpjakartaBptpjakarta
Bptpjakarta
 
Uv vis
Uv visUv vis
Uv vis
 
Jurnal echino
Jurnal echinoJurnal echino
Jurnal echino
 
133 285-1-sm
133 285-1-sm133 285-1-sm
133 285-1-sm
 
Koch download
Koch downloadKoch download
Koch download
 

Viewers also liked (17)

Colombia
ColombiaColombia
Colombia
 
Red de redes, internet.
Red de redes, internet.Red de redes, internet.
Red de redes, internet.
 
Open Data and Culture Change at CERN - Achintya Rao - OpenCon 2016
Open Data and Culture Change at CERN - Achintya Rao - OpenCon 2016Open Data and Culture Change at CERN - Achintya Rao - OpenCon 2016
Open Data and Culture Change at CERN - Achintya Rao - OpenCon 2016
 
Comenzar
ComenzarComenzar
Comenzar
 
Layout
LayoutLayout
Layout
 
Maria Elvira di maio semiotica
Maria Elvira di maio semioticaMaria Elvira di maio semiotica
Maria Elvira di maio semiotica
 
Ideas ted dos grandes sueños2
Ideas ted dos grandes sueños2Ideas ted dos grandes sueños2
Ideas ted dos grandes sueños2
 
Preguntas de investigacion melii
Preguntas de investigacion meliiPreguntas de investigacion melii
Preguntas de investigacion melii
 
Presentación1 3 eso
Presentación1 3 esoPresentación1 3 eso
Presentación1 3 eso
 
Temas informatica
Temas informaticaTemas informatica
Temas informatica
 
todo sobre un blog
todo sobre un blogtodo sobre un blog
todo sobre un blog
 
Trabajo practico dos buba
Trabajo practico dos bubaTrabajo practico dos buba
Trabajo practico dos buba
 
Presentación informática final kjhg.pptx
Presentación informática final kjhg.pptxPresentación informática final kjhg.pptx
Presentación informática final kjhg.pptx
 
Transportes
TransportesTransportes
Transportes
 
Newage Realty
Newage Realty Newage Realty
Newage Realty
 
Caixas cemar
Caixas cemarCaixas cemar
Caixas cemar
 
Marketing in gaming
Marketing in gamingMarketing in gaming
Marketing in gaming
 

Similar to Yusnani k11111622

Tgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisidaTgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisida
rizky hadi
 
INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...
INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...
INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...
Repository Ipb
 
Perilaku Petani Dalam Menggunakan Pestisida
Perilaku Petani Dalam Menggunakan PestisidaPerilaku Petani Dalam Menggunakan Pestisida
Perilaku Petani Dalam Menggunakan Pestisida
Lastri Mulyanti
 
Perta organik sisi undang2nya
Perta organik sisi undang2nyaPerta organik sisi undang2nya
Perta organik sisi undang2nya
harisnibras
 
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
AlazizSetiawan1
 
Herfina yv j1f111217 laporan akhir
Herfina yv   j1f111217 laporan akhirHerfina yv   j1f111217 laporan akhir
Herfina yv j1f111217 laporan akhir
Finayv
 
Herfina yv j1f111217
Herfina yv   j1f111217Herfina yv   j1f111217
Herfina yv j1f111217
Finayv
 

Similar to Yusnani k11111622 (20)

Tgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisidaTgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisida
 
72. Revisi.143.Puspitasari_4.pdf
72. Revisi.143.Puspitasari_4.pdf72. Revisi.143.Puspitasari_4.pdf
72. Revisi.143.Puspitasari_4.pdf
 
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
 
MATERI BIOSAKA KA_BBPOPT (1).pptx
MATERI BIOSAKA KA_BBPOPT (1).pptxMATERI BIOSAKA KA_BBPOPT (1).pptx
MATERI BIOSAKA KA_BBPOPT (1).pptx
 
Puhay penyul
Puhay penyulPuhay penyul
Puhay penyul
 
INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...
INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...
INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...
 
Artkel kkn limbah cair tahu
Artkel kkn limbah cair tahuArtkel kkn limbah cair tahu
Artkel kkn limbah cair tahu
 
Jack Bean (Canavalia ensiformis L)
Jack Bean (Canavalia ensiformis L)Jack Bean (Canavalia ensiformis L)
Jack Bean (Canavalia ensiformis L)
 
Andrew hidayat 200428-none
 Andrew hidayat   200428-none Andrew hidayat   200428-none
Andrew hidayat 200428-none
 
Perilaku Petani Dalam Menggunakan Pestisida
Perilaku Petani Dalam Menggunakan PestisidaPerilaku Petani Dalam Menggunakan Pestisida
Perilaku Petani Dalam Menggunakan Pestisida
 
Perta organik sisi undang2nya
Perta organik sisi undang2nyaPerta organik sisi undang2nya
Perta organik sisi undang2nya
 
Presentation seminar HASIL LENA DIAN S - Copy.pptx
Presentation seminar HASIL LENA DIAN S - Copy.pptxPresentation seminar HASIL LENA DIAN S - Copy.pptx
Presentation seminar HASIL LENA DIAN S - Copy.pptx
 
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
 
ANALISIS RISIKO PRODUKSI WORTEL DAN BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIANJU...
ANALISIS RISIKO PRODUKSI WORTEL DAN BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIANJU...ANALISIS RISIKO PRODUKSI WORTEL DAN BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIANJU...
ANALISIS RISIKO PRODUKSI WORTEL DAN BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIANJU...
 
Ikan asin
Ikan asinIkan asin
Ikan asin
 
Herfina yv j1f111217 laporan akhir
Herfina yv   j1f111217 laporan akhirHerfina yv   j1f111217 laporan akhir
Herfina yv j1f111217 laporan akhir
 
Herfina yv j1f111217
Herfina yv   j1f111217Herfina yv   j1f111217
Herfina yv j1f111217
 
Badan pengawasan obat dan makanan
Badan pengawasan obat dan makananBadan pengawasan obat dan makanan
Badan pengawasan obat dan makanan
 
Pertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Organik Mendukung Pertanian BerkelanjutanPertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
 
PPT Laporan Rizki Farmasi.pptx
PPT Laporan Rizki Farmasi.pptxPPT Laporan Rizki Farmasi.pptx
PPT Laporan Rizki Farmasi.pptx
 

Yusnani k11111622

  • 1. 1 IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOFOSFAT PADA SAYURAN KENTANG DI SWALAYAN LOTTEMART DAN PASAR TERONG KOTA MAKASSAR TAHUN 2013 IDENTIFICATION OF PESTICIDE RESIDUES ON POTATO ORGANOFOSFAT GROUPS IN THE LOTTEMART AND TERONG MARKET OF MAKASSAR 2013 Yusnani1 , Anwar Daud2 , Anwar2 1 Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit, Makassar 2 Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNHAS, Makassar (yusnani117@yahoo.co.id/081354959056) ABSTRAK Pestisida adalah bahan racun yang disamping memberikan manfaat di bidang pertanian tetapi dapat memberikan dampak terhadap kesehatan masyarakat. Residu pestisida adalah zat tertentu yang terkandung dalam hasil pertanian bahan pangan atau pakan hewan, baik sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari penggunaan pestisida. Residu pestisida menimbulkan efek yang bersifat tidak langsung terhadap konsumen, namun dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan kesehatan diantaranya berupa gangguan pada syaraf dan metabolisme enzim. Tujuan penelitian ini Mengidentifikasi residu pestisida golongan organofosfat pada sayuran kentang di Swalayan Lottemart dan Pasar Terong di Kota Makassar. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan deskriptif. Sampel penelitian ini adalah kentang yang berasal dari lima daerah berbeda yang dijual di Swalayan Lottemart dan Pasar Terong Kota Makassar. Cara pengambilan sampel secara purposive sampling yaitu sampel dipilih sesuai dengan keinginan peneliti.Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa dari 5 sampel, nilai residu pestisida adalah <0,1 mg/kg. Artinya, kandungan residu pestisida klorpirifos pada semua sampel kentang berada di bawah ambang batas deteksi alat.Berdasarkan uji laboratorium, tidak ada residu pestisida golongan organoposfat jenis kloririfos yang terdeteksi di dalam sampel yang dijual di swalayan Lotte Mart dan Pasar terong. Penelitian ini menyarankan agar masyarakat memperhatikan tempat yang telah terbukti tidak mengandung residu pestisida, seperti pasar terong dan Swalayan Lottemart Untuk peneliti selanjutnya agar meneliti dapat meneliti jenis sayuran lain dengan parameter yang berbeda. Kata Kunci: Pestisida, klorpirifos, Kentang ABSTRACT Pesticides are poisons that besides providing the benefits in agriculture but can give impact on public health. Pesticide residues are certain substances contained in the food or feed farm animals, either as a direct or indirect result of the use of pesticides. Pesticide residues pose an indirect effect on consumers, but in the long run can cause health problems such as neurological disorders of the metabolism and enzymes. The purpose of this research was to identify pesticide residues of organofosfat on vegetables of potato in the Self-service Market Eggplant and Lottemart in Makassar cityThis type of research is research observational with a descriptive approach. The sample of this research is the potatoes that come from five different areas that are sold in Supermarkets and market Eggplant Lottemart Makassar city. A purposive sampling method sampling the sample was selected in accordance with the wishes of researchers. Laboratory test results show that of the 5 samples, the pesticide residues is & lt; 0,1 mg/kg. That is, the content of klorpirifos pesticide residues in all samples of potatoes was below the threshold of detection tools. Based on laboratory tests, no pesticide residues were organoposfat kinds of kloririfos were detected in the samples sold in supermarket Lotte Mart and eggplant. This research suggested that people pay attention to places that have been shown to contain no pesticide residues, such as Eggplant and Self-service markets Lottemart For researchers to examine further elaborate other vegetables with different parameters. Keyword: Pesticide, Chlorphyirifos, potato
  • 2. 2 PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi untuk dikembangkan yaitu hortikultura. Hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang terdiri atas sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan biofarmaka. Hortikultura berperan sebagai sumber pangan, sumber pendapatan masyarakat, penyedia lapangan kerja, perdagangan domestik dan internasional, serta peningkatan aktivitas industri pengolahan yang bersifat meningkatkan nilai tambah. Adanya peranan penting hortikultura menjadi alasan bahwa subsektor ini perlu menjadi prioritas pengembangan (Andarwati, 2011). Upaya untuk meningkatkan produksi dengan tujuan agar tanaman tidak dirusak oleh hama dan penyakit adalah dengan menggunakan pestisida. Penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di dataran tinggi tergolong sangat intensif, hal ini terutama disebabkan kondisi iklim yang sejuk dengan kelembaban udara dan curah hujan yang tinggi menciptakan kondisi yang baik untuk perkembangbiakan hama dan penyakit tanaman (Munarso, dkk., 2006). Monitoring terbatas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dan Departemen Pertanian melalui Direktorat Perlindungan Tanaman tahun 1980 menemukan sejumlah residu pestisida yang telah mencemari beberapa jenis sayuran seperti kentang, kubis, sawi, tomat dan wortel pada daerah-daerah sentra sayuran di Jawa. Hasil analisa menunjukkan bahwa residu pestisida tersebut di atas adalah dari jenis DDT, Diazinon, Dieldrin, Fenitrithion dan Klorfirifos. Di negara-negara maju beberapa pestisida telah diteliti dapat bersifat carsinogenic agent, mutagenic agent, teratogenic agent dan menjadi penyebab dari penyakit lain seperti leukemia dan sebagainya (Saenong, 2007). Data hasil pengawasan keamanan pangan yang dilakukan oleh Balai Besar Karantina Pertanian Makassar tahun 2009-2012 menemukan residu pestisida golongan organofosfat pada sawi dan kangkung yang dijual di Pasar Terong Makassar. Hasil kajian yang dilakukan oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Kelas 1 Makassar mengenai analisis dampak penggunaan pestisida terhadap petani dan lingkungan di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010 menemukan adanya residu pestisida pada sayuran kentang, yaitu <0,002 mg/kg karbaril, <0,002 mg/kg karbofuran, dan 6,46 mg/kg klorofirifos. Pada penelitian yang dilakukan oleh Munarso, dkk (2009) di Malang dan Cianjur ditemukan residu pestisida pada kubis, tomat, dan wortel. Hasil analisis menemukan sebanyak
  • 3. 3 7,4 ppb endosulfan pada kubis, 10,6 ppb endosulfan pada wortel, dan 7,9 ppb profenos pada tomat. Selain itu, Residu lain yang terdeteksi antara lain pestisida yang mengandung bahan aktif klorpirifos, metidation, malation, dan karbaril. Berdasarkan data tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai identifikasi residu pestisida golongan organofosfat pada sayuran kentang di swalayan Lottemart dan Pasar Terong Kota Makassar tahun 2013. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada sejak 28 Januari-4 Februari 2013. Adapun lokasi penelitian berada di Swalayan Lottemart dan Pasar Terong Kota Makassar. Populasi dari penelitian ini adalah semua kentang yang dijual di Swalayan Lottemart dan Pasar Terong Kota Makassar. Adapun sampel dari penelitian ini adalah kentang yang berasal dari lima daerah berbeda yang dijual di Swalayan Lottemart dan Pasar Terong Kota Makassar yang di ambil secara acak sesuai dengan keinginan peneliti. Jenis penelitian ini adalah survei/observasional dengan pendekatan deskriftif yaitu mengidentifikasi residu pestisida yang tinggal dalam sayuran kentang melalui pemeriksaan laboratorium. Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium dan observasi langsung ke lokasi penelitian. Sedangkan data sekunder di peroleh dari dan malaui penelusuran literatur-literatur, jurnal, dan artikel melalui internet serta buku-buku yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. HASIL PENELITIAN Tabel 2 menunjukkan bahwa semua sampel kentang yang diperiksa, hasil residu yang terdeteksi menunjukkan angka <0,1/mg/kg. PEMBAHASAN Hasil pemeriksaan residu pestisida yang dilakukan terhadap kentang, menunjukkan angka <0,1/mg/kg kandungan residu pestisida yang terkandung jauh di bawah ambang batas yang telah ditentukan. Hal ini berarti tidak ditemukannya residu pestisida lebih dari 0,1 mg/kg dengan bahan aktif klofpirifos. Hasil ini memberikan dua kemungkinan, yaitu residu pestisida pada sampel kentang yang diperiksa telah hilang atau petani pemasok kentang tersebut memang tidak menggunakan pestisida golongan organoposfat berbahan aktif klorpirifos. Berarti kentang tersebut aman ditinjau dari segi kesehatan, tidak membahayakan bagi yang mengonsumsi.
  • 4. 4 Perbedaan prosedur pemeriksaan laboratorium kemungkinan berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh. Pada prosedur pemeriksaan yang dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan ekstraksi sampel dilakukan hanya satu kali sedangkan pada prosedur pemeriksaan sampel yang dilakukan oleh BPTP Maros, ekstraksi sampel di buat dua kali yang bertujuan untuk dijadikan larutan pembanding dan diperoleh variasi. Tujuan dilakukannya ekstraksi sampel sebanyak dua kali adalah untuk membandingkan pengujian pertama dan kedua apakah terdapat perbedaan atau terjadi kesalahan sehingga hasil yang diperoleh lebih meyakinkan. Selain itu, kemungkinan adanya prosedur pemeriksaan residu pestisida yang tidak sesuai dengan standar pemeriksaan juga dapat menyebabkan tidak terdeteksinya residu pestisida pada sampel yang diperiksa, seperti proses pelumatan yang tidak halus, penimbangan yang tidak akurat karena ketidakstabilan neraca yang digunakan serta penambahan larutan yang tidak sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Kelas 1 Makassar mengenai analisis dampak penggunaan pestisida terhadap petani dan lingkungan di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010 menemukan adanya residu pestisida pada sayuran kentang, yaitu <0,002 mg/kg karbaril, <0,002 mg/kg karbofuran, dan 6,46 mg/kg klorofirifos. Hasil tersebut positif dikarenakan sampel diambil langsung dari kebun (BTKL-PPM, 2010) Sampel kentang yang diuji tersebut diambil di tempat penjualannya, bukan dari tempat penanamannya sehingga walaupun para petani kentang mengaplikasikan pestisida pada kentang, kemungkinan besar sudah tidak ada pestisida yang melekat pada kentang karena telah dilakukan pencucian secara berulang oleh para pedagang. Pedagang sayuran melakukan pencucian dimana tujuannya untuk membersihkan sayuran dari kotoran yang menempel seperti debu, kotoran, tanah, sisa pestisida, atau zat pengaur tubuh, dan jamur agar sayuran terlihat mengkilap, bersih, segar, dan lebih menarik. Hal ini tidak dilakukan hanya sekali saja, namun berulang kali sehingga sisa-sisa pestisida yang melekat pada kulit sayuran akan berkurang. Perlakuan yang sama juga diaplikasikan pada sayuran di swalayan Lottemart, bedanya sayuran simpan pada tempat pendingin atau freezer. Selain itu, penelitian ini di lakukan pada saat musim hujan sehingga kentang lebih sering terkena air yang kemungkinan dapat menghilangkan zat-zat kimia yang melekat pada kentang tersebut.yang terdeteksi adalah dosis pestisida yang di semprotkan para petani pada
  • 5. 5 sayuran kentang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan. Selain itu, petisida golongan organoposfat termasuk pestida yang mudah terdegradasi. Di dalam lingkungan, pestisida diserap oleh berbagai komponen lingkungan, kemudian terangkut ke tempat lain oleh air, angin atau organisme yang berpindah tempat. Ketiga komponen lingkungan ini kemudian mengubah pestisida tersebut melalui proses kimiawi atau biokimiawi menjadi senyawa lain yang masih meracun atau senyawa yang bahkan telah hilang sifat meracunnya. Yang menjadi perhatian utama dalam toksikologi lingkungan ialah berbagai pengaruh dinamis pestisida dan derivat-derivatnya setelah mengalami perubahan oleh faktor lingkungan secara langsung atau oleh faktor hayati terhadap sistem hayati dan ekosistemnya. Air merupakan medium utama bagi transportasi pestisida. Pindahnya pestisida dapat bersama partikel air atau debu pembawa. Pestisida dapat pula menguap karena suhu yang tinggi (pembakaran). Pestisida yang di udara bisa kembali ke tanah oleh hujan atau pengendapan debu.Dalam dinamika pestisida di lingkungan terdapat dua istilah yang berhubungan yakni deposit dan residu. Deposit ialah materi yang terdapat pada permukaan segera setelah aplikasi sedangkan residu pestisida merupakan materi yang terdapat di atas atau di dalam benda lain setelah beberapa saat atau mengalami penuaan, perubahan kimia, atau keduanya. Residu permukaan atau residu efektif ialah banyaknya materi yang tertinggal, misalnya pada tanaman setelah aplikasi. Residu permukaan dapat hilang karena pencucian (pembilasan), penggosokan, hidrolisis, dan sebagainya. Pembilasan bukan hanya terjadi pada pestisida hidrofilik tetapi juga yang lipofilik. Dalam waktu 1-2 jam setelah aplikasi pestisida, kemungkinan besar 90% deposit telah hilang karena pencucian oleh air hujan. Sisanya biasanya terurai oleh sinar ultraviolet. Banyak jenis pestisida lipofilik yang cenderung berakumulasi (menumpuk) pada lapisan malam (lilin) dan lemak tanaman, terutama pada bagian kulit. Itu sebabnya sayuran atau buah terutama yang dimakan mentah perlu dicuci atau dikupas dahulu (Sinulingga, 2006). Pestisida pada buah ada yang hanya menempel pada kulit, tertinggal dalam kulit ataupun pada daging buah, hal ini tergantung pada ketebalan, kulit buah, pori-pori buah dan jenis pestisida yang digunakan. Penggunaan pestisida secara tidak bijaksana dapat menimbulkan berbagai dampak negatif baik manusia maupun lingkungan. Di dalam lingkungan pestisida diserap oleh berbagai komponen lingkungan yang mengubahnya menjadi bahan-bahan lain yang tidak beracun atau masih beracun. Dalam jangka panjang aplikasi yang sangat intensif, dapat meningkatkan probabilitas organisme pengganggu tumbuhan (OPT) sekunder atau meningkatkan resistensi hama. Penggunaan pestisida kimia,
  • 6. 6 terutama yang daya kerjanya sistemik dapat meninggalkan residu pada produk yang dihasilkan (Ameriana, 2008). Keterpaparan pestisida terhadap manusia dapat diestimasi melalui pengukuran residu pestisida dalam lingkungan (udara, air, tanah dan tanaman). Udara dapat dengan mudah terkontaminasi pestisida selama proses penyemprotan. Butiran-butiran pestisida selama penyemprotan menjadi partikel halus dapat melayang jauh terbawa angin. Residu pestisida dapat pula terjadi di tanah, apabila pestisida disemprotkan pada tanaman/tanah tidak mencapai sasaran dan jatuh ke permukaan tanah dan selanjutnya diserap kedalam tumbuhan jenis umbi- umbian. Apabila residu pestisida itu terdapat pada rumput lalu tertelan oleh ternak, maka pestisida tersebut dapat terdeteksi melalui daging dan susu ternak tersebut. Rute penyerapan pestisida ke dalam tubuh dapat melalui tiga cara yakni melalui kulit, saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Pestisida yang masuk kedalam tubuh akan di metabolisme dan distribusikan ke dalam jaringan dan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui urine. Pestisida distribusikan dan disimpan di dalam jaringan lemak dan di biotransformasi di dalam bagian tubuh akan terdapat dalam darah, urine, jaringan lemak dan lain sebagainya. Setelah diserap dari usus maka yang tinggi substansi lipophilienya akan diekresikan ke dalam empedu sebagai akibat resirkulasi enterohepathik (BTKL-PPM Kelas 1 Makassar, 2009). Di seluruh sistem persyarafan terdapat pusat-pusat pengaliran elektro Cholinesterase mical yang dinamakan sinapsis dimana getaran-getaran saraf eketrokemis dibawa menyeberangi kesenjangan antara sebuah sel saraf (neuron) dan sebuah otot dad neuron. Karena getaran saraf (sinyal) mencapai suatu sinaps, sinyal itu merangsang pembebasan acetyleholin. Acetyleholin berperan sebagai jembatan penyeberangan bagi mengalirnya getaran saraf (new impulse), setelah impulse syaraf oleh acetyleholin dipindahkan (diseberangkan) melampaui kesenjangan, emzim cholinesterase itu memecahkan acetylcholin dengan menghidrolisa asetylocholin menjadi cholin dan sebuah asam asetat, impuls syaraf kemudian berhenti, reaksi-reaksi ini terjadi sangat cepat. Ketika pestisida organofosfat dan karbamat memasuki tubuh manusia pestisida ini akan menempel pada emzim cholinesterase didalam darah. Karena cholinesterase tidak dapat memecahkan acetylcholin, impuls syaraf mengalir terus (konstanta) menyebabkan kejang-kejang yang cepat dan akhirnya mengarah kepada kelumpuhan. Dengan terbentuknya senyawa-senyawa tersebut maka terjadi penurunan aktivitas cholinesterase, sehingga emzym tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan demikian maka pengukuran cholinesterase dalam darah dapat dijadikan indikator dalam menentukan keracunan pestisida organofosfat dan karbamat.
  • 7. 7 Harus diakui walaupun pestisida sangat berbahaya, peningkatan produksi pertanian dapat tercapai justru dengan bantuan pestisida. Pencemaran yang disebabkan oleh pestisida bukan hal sepele. Tetapi kalau cara pema kaian pe stisida dilakukan dengan sangat hati-hati, kemungkinan besar pencemaran dapat dihindari atau setidaknya mengurangi bahayanya pembatasan pemakaian pestisida ini sudah dimulai dengan gebrakan PAN (Pesticides Action Network) yang beranggotakan 50 negara, termasuk Indonesia. Di sini ada tujuh jenis pestisida yang dilarang di antara 12 jenis yang dima sukkan dalam The Dirty Dozen seperti Heptachlor. Di Indonesia, hal ini didukung oleh ikut sertanya BATAN dalam meneliti residu- residu produk pertanian dan mengeluarkan batas ambang yang aman bagi pemakaian pestisida. Juga turut peran serta pemerintah yaitu peraturan tentang ANDAL yang mulai berlaku dari segi pengamanan baik bagi keselamatan manusia maupun lingkungan. Tindakan pemerintah dengan peraturan ANDAL adalah tepat sebagai tindakan pencegahan dan usaha menanggulangi kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan hidup manusia Indonesia. Bagaimanapun juga pestisida adalah racun. Sebenarnya kalau ada kerugian yang ditimbulkan oleh pestisida, maka yang paling menderita adalah manusia. Manusia harus bertanggung jawab terhadap kerusakan yang timbul, karena semua kegiatan pencegahan hama adalah hasil karya manusia dan ditujukan untuk pemenuhan kebutuhannya. Manusia adalah pelaku utama pemberantasan hama. Karena itu selain perlindungan terhadap tanah, air, dan hewan lainnya dari bahaya pestisida, perlindungan pertama justru harus diberikan terhadap manusia. Cara yang paling baik untuk mencegah pencemaran pestisida adalah dengan tidak menggunakan pestisida sebagai pemberantas hama . Mengingat akibat sampingan yang terlalu berat atau bahkan menyebabkan rusaknya lingkungan dan merosotnya hasil panen, penggunaan pestisida mulai dikurangi. Cara-cara yang dapat ditempuh untuk mencegah atau mengurangi serangga hama antara lain pengaturan jenis tanaman dan waktu tanam, memilih varietas yang tahan lama, memanfaatkan musuh- musuh alami serangga, penggunaan hormon serangga, pemanfaatan daya tarik seks pada serangga, sterilisasi. Cara-cara tersebut di atas memang tidak memiliki efek yang cepat dan merata dibanding pestisida. Karenanya bila dibutuhkan pemberantasan hama yang sifatnya segera, penggunaan pestisida memang merupakan pilihan yang paling baik dan tepat. Jika memang pestisidalah yang akan digunakan, maka adalah suatu langkah yang paling bijaksana untuk melakukan suatu tindakan pencegahan terhadap pencemaran atau keracunan yang mungkin timbul (Pohan, 2004).
  • 8. 8 KESIMPULAN Residu pestisida golongan organoposfat jenis klorpirifos yang terdeteksi pada kentang di Swalayan Lottemart < 0,1 mg/kg. Residu pestisida golongan organoposfat jenis klorpirifos yang terdeteksi pada kentang di Pasar Terong < 0,1 mg/kg. SARAN Kepada masyarakat dalam mengonsumsi sayuran kentang hendaknnya memperhatikan tempat yang telah terbukti tidak mengandung residu pestisida, seperti pasar terong dan Swalayan Lottemart. Kepada petani sebaiknya mencuci sayuran yang telah dipanen terlebih dahulu sebelum dijual. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti jenis sayuran lain dengan parameter yang berbeda.
  • 9. 9 DAFTAR PUSTAKA Andarwati, A.,U., 2011. Efisiensi Teknisusahatani Kentang Dan Faktor Yang Mempengaruhi Dikecamatan Baturkabupaten Banjarnegara. [online] http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51239/H11aua.pdf?sequence=1 [diakses 12 Desember 2012] Balai Besar Karantina Pertanian Makassar. 2012. Hasil Pengawasan Keamanan Pangan. BTKL-PPM., 2009. Analisis Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Petani dan Lingkungan di Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan. Makassar: Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Kelas 1 BTKL-PPM., 2010. Analisis Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Petani dan Lingkungan di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng Propinsi Sulawesi Selatan. Makassar: Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Kelas 1 Munarso, S., J., Miskiyah, dan Broto W., 2009. Studi Kandungan Residu Pestisida Pada Kubis, Tomat, Dan Wortel Di Malang Dan . Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian: Vol. 5 [online] http://pascapanen.litbang.deptan. go.id/assets/media/publikasi/bulletin/2009_4.pdf [diakses 12 Desember 2012] Saenong, M., S., 2007. Beberapa Senyawa Pestisida Yang Berbahaya. [online] http://WWW.peipfi-komdasulsel.org/wp-content/uploads/2011/06/30.-BEBERAPA- SENYAWA-PESTISIDA-YANG-BERBAHAYA-M.-Sudjak-Saenong.pdf [diakses 12 Desember 2012] Pohan N., 2004. Pestisida dan Pencemarannya. [online] http://repository. usu.ac.id/bitstream/123456789/1367/1/tkimia-nurhasmawaty7.pdf [diakses 12 Desember 2012]
  • 10. 10 LAMPIRAN Tabel 1. Kandungan Gizi kentang per 100 g BDD Kandungan Gizi Jumlah Energi 83,00 kal Protein 2,00 g Lemak 0,10 g Karbohidrat 19,10 g Kalsium 11,00 mg Fosfor 56,00 mg Serat 0,30 g Besi 0,70 mg Vitamin A 0,00 RE Vitamin B1 0,09 mg Vitamin B2 0,03 mg Vitamin C 16,00 mg Niacin 1,40 mg Sumber : Wirakusumah (2001) dalam Deptan, 2004 Tabel 2. Hasil Analisis Residu Pestisida dengan Parameter Klorpirifos pada Kentang di Pasar Terong dan Swalayan Lottemart Kota Makassar Tahun 2013 Sampel Lokasi Kode Sampel Hasil 1 Pasar Terong K1 < 0,1 mg/kg 2 Pasar Terong K2 < 0,1 mg/kg 3 Pasar Terong K3 < 0,1 mg/kg 4 Swalayan Lottemart K4 < 0,1 mg/kg 5 Sawalayan Lottemart K5 < 0,1 mg/kg Sumber Data: Data Primer, 2004