TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
EKOTEK
1. Pengenalan Ekonomi Teknik
A. Pengertian Ekonomi Teknik
Ekonomi teknik adalah memuat tentang bagaimana membuat sebuah keputusan
(decision making) dimana dibatasi oleh ragam permasalahan yang berhubungan dengan
seorang engineer sehingga menghasilkan pilihan yang terbaik dari berbagai alternatif pilihan.
Keputusan yang diambil berdasarkan suatu proses analisa, teknik dan perhitungan ekonomi.
Engineering (rekayasa) adalah profesi/disiplin dimana pengetahuan tentang matematika dan
ilmu pengetahuan alam yang diperoleh dengan studi, pengalaman, dan praktek
dipergunakan dengan bijaksana dalam mengembangkan cara-cara untuk penggunaan
secara ekonomis bahan-bahan dan sumber alam untuk kepentingan umat manusia.
Dari definisi ini aspek-aspek ekonomi dari engineering (Engineering Economic/
Ekonomi Teknik) dititik beratkan pada aspek-aspek fisik. Jelas, bahwa pada dasarnya
ekonomi merupakan bagian dari engineering yang dilaksanakan dengan baik.Alternatif-
alternatif timbul karena adanya keterbatasan dari sumber daya (manusia, material, uang,
mesin, kesempatan,dll). Dengan berbagai alternatif yang ada tersebut maka diperlukan sebuah
perhitunganuntuk mendapatkan pilihan yang terbaik secara ekonomi, baik ketika
membandingkan berbagai alternative rancangan, membauat keputusan investasi modal,
mengevalusai kesempatan finansial dan lain-lain.
Analisa ekonomi teknik melibatkan pembuatan keputusan terhadap berbagai
penggunaan sumber daya yang terbatas. Konsekuensi terhadap hasil keputusan biasanya
berdampak jauh ke masa yang akan datang, yang konsekuensinya itu tidak bisa diketahui
secara pasti, merupakan pengambilan keputusan dibawah ketidakpastian.
Sehingga penting mengetahui:
a. Prediksi kondisi masa yang akan datang
b. Perkembangan teknologi
c. Sinergi antara proyek-proyek yang didanai
Namun demikian keputusan-keputusan yang diambil (sekalipun dengan berbagai
presikdi-prediksi yang masuk akal) terkadang terdapat juga perbedaan terhadap
kenyataannya, yang lebih dikenal RISIKO. Dalan pengambilan keputusannya yang berdasar
faktor-faktor (parameter) tertentu yang tidak diketahui dengan pasti mengharuskan kita
menganalisa sebesara besar pengaruh faktor-faktor tersebut saling mempengaruhinya, yang
dikenal analisis SENSITIVITAS.
2. Sumber-sumber ketidakpastian:
1. Kemungkinan ketidakakuratan estimasi yang digunakan dalam analisis
2. Jenis bisnis yang berkaitan dengan kesehatan perekonomia masa depan
3. Jenis fisik bangunan dan peralatan yang digunakan
4. Lama (waktu) periode yang diasumsikan
B. Tahapan-tahapan Proses Pengambilan Keputusan
Pembuatan keputusan merupakan fungsi utama seorang manajer begitu pula bagi
seorang wirausahawan. Kegiatan pembuatan keputusan meliputi mengidentifikasikan
masalah, pencarian alternative keputusan yang baik. Pembuatan keputusan diperlukan pada
semua tahapan kegiatan manajemen, baik pada saat proses pembuatan perencanaan, pada
tahap implementasi, atau operasionalisasi kegiatan maupun pada tahap pengawasan yang
mencakup pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian (evaluasi) terhadap hasil pelaksanaan dari
rencana agar hasil yang diperoleh sesuai dengan target baik dalam jumlah, mutu, biaya, serta
penggunaan sumber lainnya secara efektif dan efisien.
C. Analisis Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan salah satu fungsi kunci keberhasilan dalam
manajemen bisnis. Pada zaman sekarang, proses pengambilan keputusan baik untuk negara
maupun untuk niaga atau bisnis banyak diteliti orang. Apa sebabnya? Sebab, mereka
beranggapan bahwa proses keputusan itu sangat unik dan erat kaitannya dengan keberhasilan
usaha atau bisnis. Suatu keputusan yang benar, tumbuh dan berkembang dari adanya
pertentangan antar pendapat dan alternative alternatif yang saling bersaing.
Dalam proses pembuatan keputusan, keragu-raguan dan ketidaksetujuan sebenarnya
masih diperlukan, karena ada manfaatnya untuk :
1. Merangsang daya imajinasi untuk mendapatkan jawaban yang benar terhadap suatu
masalah.
2. Memperkaya alternatif-alternatif untuk melahirkan keputusan yang lebih mantap.
3. Memungkinkan penerimaan bersama, terhadap keputusan yang akan diambil.
3. Keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah yang kongkret, sebenarnya tidak
begitu sulit untuk diambil. Pertimbangan yang diadakan berkisar pada masalah bertindak atau
tidak bertindak dengan memperhitungkan untung ruginya. Agar seorang Wirausaha mampu
membuat keputusan yang efektif dan efisien, ia harus memiliki beberapa persyaratan, sebagai
berikut.
a. Keterampilan dalam kepemimpinan
b. Keterampilan dalam manajerial
c. Keterampilan dalam bergaul.
Di dalam kegiatan usahanya, wirausahawan akan dihadapkan pada berbagai resiko yang
akan mempengaruhi kelangsungan usahanya. Oleh karena itu, wirausahawan dituntut untuk
memiliki kemampuan dalam menghadapi resiko, dan metode pengambilan resiko.
D. Proses Pengambilan Keputusan
Berikut ini adalah faktor-faktor dan pertimbangan yang harus diperhatikan dalam
membuat keputusan :
a) Faktor membuat keputusan
Membuat keputusan di dalam usaha atau bisnis adalah pekerjaan yang tidak mudah. Di
dalam membuat keputusan, seorang wirausaha perlu memperhatikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keputusan yang diambilnya.
1. Faktor orang
Dalam membuat keputusan, perlu diperhatikan dan dipertimbangkan orang-orang yang
akan merasakan masalah, sebagai akibat dari adanya keputusan tersebut.
2. Faktor psychologis
Dalam membuat keputusan, seorang wirausaha perlu memperhatikan dan
mempertimbangkan faktor psychologis, baik yang terasa maupun yang tidak terasa, seperti
emosional, pikiran, perasaan, kekecewaan, maupun pengaruh kejiwaan lainnya.
3. Faktor fisik
Membuat keputusan merupakan pekerjaan mental. Maka dari itu, di dalam membuat
keputusan, perlu ditransferkan ke arah tindakan fisik.
4. 4. Faktor sasaran
Di dalam membuat keputusan, seorang Wirausaha harus memperhatikan dan
mendorong arah usaha atau bisnis dalam rangka pencapaian sasaran yang sudah ditetapkan.
5. Faktor waktu.
Di dalam membuat keputusan, waktu yang efektif dan efisien harus cukup untuk
menganalisis data-data dan permasalahannya.
6. Faktor pelaksanaan
Faktor pelaksanaan merupakan follow-up dari setiap keputusan yang diambil.
Selanjutnya, perlu diingat pula bahwa setiap keputusan akan menimbulkan suatu rangkaian
tindakan di dalam membuat keputusan. Pembuatan keputusan dalam kehidupan bisnis,
tidaklah begitu mudah. Setiap alternatif di dalam faktor pembuatan keputusan yang ditujukan
agar semua pihak merasa puas, sudah tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Namun,
seorang Wirausaha yang berpengalaman harus mempunyai keberanian dalam membuat dan
mengambil suatu keputusan yang tepat, cermat, dan cepat.
b) Pertimbangan membuat keputusan usaha
Pertimbangan-pertimbangan dalam membuat keputusan, didasarkan atas beberapa hal sebagai
berikut :
1. Keputusan yang akan diambil
Keputusan yang akan diambil, harus dipertimbangkan masak-masak secara obyektif.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam membuat keputusan, antara lain:
Manfaatnya
Pelaksanaannya
Orang-orangnya
2. Tindakan-tindakan
Tindakan-tindakan dalam mengambil dan membuat keputusan yang tepat dan akurat,
adalah sebagai berikut:
5. Menilai data-data
Di dalam menilai data-data, seorang harus mengenal betul persoalan atau permasalahan yang
hendak diputuskan, seperti :
1. Mencari sebab pokok persoalan
2. Memilih data-data yang benar
3. Memilih data-data yang tepat
Memilih data-data
Memilih data-data merupakan tindakan penting dalam pembuatan keputusan. Data terpilih
diterapkan ke dalam berbagai alternative pemacahan masalah yang diharapkan dan dihadapi,
seperti :
1. Mencari sebab persoalan pokok
2. Memikirkan kemungkinan untuk memecahkan persoalan atau mencari jalan
keluarnya.
3. Memformulasikan faktor-faktor yang berhubungan antara yang satu dengan yang
lainnya.
c) Konsekuensi pilihan
Konsekuensi pilihan dalam membuat keputusan adalah usaha untuk menilai tiap-tiap
pilihan, Usaha untuk meramalkan apa yang terjadi apabila salah satu alternatif yang
dilaksanakan.
d) Tindakan pelaksanaan
Tindakan pelaksanaan dalam keputusan adalah usaha untuk memiliki suatu tindakan yang
telah ditentukan oleh salah satu pilihan seperti:
a. Menetapkan langkah-langkah dalam tindakan.
b. Pemikiran langkah-langkah untuk melaksanakan keputusan yang telah diambil.
c. Membuat keputusan terakhir. Walaupun dalam pengetahuan manajemen terdapat mata
pelajaran tentang“problem identification, problem solving and decision making”,
namun keberanian untuk mengambil keputusan, sangat tergantung pada sifat pribadi
Wirausaha masing-masing. Seorang Wirausaha harus selalu berkata pada dirinya, pasti
bisa mengambil keputusan di dalam menentukan bisnisnya. Tuhan akan selalu beserta
mereka selama para Wirausaha mau berusaha dengan semangat etos kerja yang tinggi.
6. d. Jika Anda mampu mengambil keputusan dalam batas-batas waktu yang masuk akal,
Anda akan mampu mengambil keuntungan sewaktu-waktu timbul peluang-peluang
bisnis
e. Semakin berpengalaman dalam pengambilan keputusan, semakin besar pula
kepercayaan pada dirinya dan semakin berorientasi pada tindakannya.
E. Proses Pemecahan Masalah
Study Kasus
Setelah ditunjuk menjadi Pimpinan Eksekutif di Porsche (salah satu produsen mobil
terkenal), pada tahun 1992, disaat Porsche sedang menuju jurang kebangkrutan, Wendelin
Wiedeking langsung mengajak kelompok Shin-Gijutsu, yang merupakan para ahli teknik
yang telah dikader oleh Toyota untuk mengelola dan membenahi sistim yang ada di pabrik
Porsche. Dengan bantuan dari para ahli teknik Jepang, waktu untuk melakukan perakitan
berhasil diturunkan dari 120 jam menjadi 72 jam. Jumlah kesalahan pada setiap pembuatan
mobil turun 50 % menjadi hanya 3 kesalahan per mobil. Jumlah tenaga kerja menurun
sebesar 19 % menjadi 6.800 orang, dari lebih dari 8.400 orang di tahun 1992. Jumlah "line
production" telah berhasil diperpendek . Begitu pula dengan jumlah inventori yang telah
berkurang, membuat ruang yang digunakan di pabrik menjadi lebih kecil sebesar 30 %.
Perubahan-perubahan tersebut di atas telah membuat Porsche berhasil memproduksi mobil
dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya. Dampaknya, pertama kali dalam
4 tahun terakhir, perusahaan melaporkan keuntungan, setelah sebelumnya merugi sebesar 300
Juta Dolar Amerika.
Hal yang menarik yang mungkin ingin kita ketahui dari ilustrasi cerita di atas adalah,
cara efektif yang berhasil diterapkan oleh para ahli teknik Jepang untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh Porsche, dan kemudian merubahnya menjadi sebuah keuntungan.
Secara umum yang dilakukan oleh ahli teknik Jepang adalah dengan membentuk kelompok
kerja yang berbeda yang menerapkan prinsip-prinsip pemecahan masalah secara ilmiah untuk
menganalisa situasi yang terjadi, membuat rencana perbaikan secara kreatif, dan menerapkan
rencana perbaikan melalui proses pengawasan kualitas.
Ilustrasi di atas yang dikutip dari tulisan Phillip L Hunsaker tentang Pemecahan
Masalah Secara Kreatif (2005) , menunjukkan kepada kita bahwa proses penyelesaian
masalah secara efektif akan dapat membantu sebuah organisasi keluar dari kemelut keuangan
7. yang mereka hadapi, dan merubahnya menjadi sebuah kesempatan yang menguntungkan.
Tanpa penanganan yang benar saat itu, bukan tidak mungkin Porsche mengalami
kebangkrutan total, dan tidak pernah terdengar lagi dalam industri kendaraan bermotor.
Peristiwa yang terjadi pada Porshce bukan tidak mungkin terjadi pada organisasi lainnya,
organisasi tempat kita bekerja saat ini atau pada diri kita sendiri. Kemampuan kita dalam
melakukan pemecahan masalah secara analitis dan kreatif menjadi salah satu kunci agar kita
dapat keluar dari masalah yang kita hadapi, dan mencapai kesuksesan dalam bisnis, maupun
karir kita.
Adanya kesempatan bagi kita untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang kita
hadapi secara analitis dan kreatif menjadi inspirasi bagi saya untuk menjadikan pemecahan
masalah secara analitis dan kreatif sebagai bahan tulisan saya kali ini. Mudah-mudahan
tulisan ini dapat membantu kita semua agar kita tidak terjebak dalam perangkap yang
mengurangi kualitas pemecahan masalah yang kita hasilkan.
1. Pemecahan Masalah Secara Analitis dan Kreatif
Pemecahan masalah didefinisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau
ketidak-sesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan
(Hunsaker, 2005). Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan
keputusan (decision making), yang didefinisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah
alternatif yang tersedia (Hunsaker, 2005). Pengambilan keputusan yang tidak tepat, akan
mempengaruhi kualitas hasil dari pemecahan masalah yang dilakukan.
Kemampuan untuk melakukan pemecahan masalah adalah ketrampilan yang
dibutuhkan oleh hampir semua orang dalam setiap aspek kehidupannya. Jarang sekali
seseorang tidak menghadapi masalah dalam kehidupannya sehari-hari. Pekerjaan seorang
manajer, secara khusus, merupakan pekerjaan yang mengandung unsur pemecahan masalah
di dalamnya. Bila tidak ada masalah di dalam banyak organisasi, mungkin tidak akan muncul
kebutuhan untuk mempekerjakan para manajer. Untuk itulah sulit untuk dapat diterima bila
seorang yang tidak memiliki kompetensi untuk menyelesaikan masalah, menjadi seorang
manajer (Whetten & Cameron, 2002).
Ungkapan di atas memberikan gambaran yang jelas kepada kita semua bahwa sulit
untuk menghindarkan diri kita dari masalah, karena masalah telah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam kehidupan kita, baik kehidupan sosial, maupun kehidupan profesional kita.
8. Untuk itulah penguasaan atas metode pemecahan masalah menjadi sangat penting, agar kita
terhindar dari tindakan Jump to conclusion, yaitu proses penarikan kesimpulan terhadap suatu
masalah tanpa melalui proses analisa masalah secara benar, serta didukung oleh bukti-bukti
atau informasi yang akurat. Ada kecenderungan bahwa orang-orang, termasuk para manajer
mempunyai kecenderungan alamiah untuk memilih solusi pertama yang masuk akal yang
muncul dalam benak mereka (March & Simon, 1958; March, 1994; Koopman, Broekhuijsen,
& Weirdsma, 1998). Sayangnya, pilihan pertama yang mereka ambil seringkali bukanlah
solusi terbaik. Secara tipikal, dalam pemecahan masalah, kebanyakan orang menerapkan
solusi yang kurang dapat diterima atau kurang memuaskan, dibanding solusi yang optimal
atau yang ideal (Whetten & Cameron, 2002). Pemecahan masalah yang tidak optimal ini,
bukan tidak mungkin dapat memunculkan masalah baru yang lebih rumit dibandingkan
dengan masalah awal.
Pemecahan masalah dapat dilakukan melalui dua metode yang berbeda, yaitu analitis
dan kreatif. Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang pemecahan masalah
secara analitis dan kreatif, serta perbedaan-perbedaan yang ada diantara keduanya, maka pada
bagian berikut , saya akan menjelaskan secara singkat hal tersebut di atas.
2. Pemecahan Masalah Secara Analitis
Metode penyelesaian masalah secara analitis merupakan pendekatan yang cukup
terkenal dan digunakan oleh banyak perusahaan, serta menjadi inti dari gerakan peningkatan
kualitas (quality improvement). Secara luas dapat diterima bahwa untuk meningkatan kualitas
individu dan organisasi, langkah penting yang perlu dilakukan adalah mempelajari dan
menerapkan metode pemecahan masalah secara analitis (Juran, 1988; Ichikawa, 1986; Riley,
1998). Banyak organisasi besar (misalnya : Ford Motor Company, General Electric, Dana)
menghabiskan jutaan Dolar untuk mendidik para manajer mereka tentang metode pemecahan
masalah ini sebagai bagian dari proses peningkatan kualitas yang ada di organisasi mereka
(Whetten & Cameron, 2002). Pelatihan ini penting agar para manajer dapat berfungsi efektif,
yang salah satu cirinya adalah pada kemampuannya untuk memecahkan masalah. Hal ini
sejalan dengan pendapat dari Hunsaker (2005) yang menyatakan bahwa manajer yang efektif,
seperti halnya Pemimpin Eksekutif Porsche, Wendelin Wiedeking, mengetahui cara
mengumpulkan dan mengevaluasi informasi yang dapat menerangkan tentang masalah yang
terjadi, mengetahui manfaatnya bila kita memiliki lebih dari satu alternatif pemecahan
9. masalah, dan memberikan bobot kepada semua implikasi yang dapat terjadi dari sebuah
rencana, sebelum menerapkan rencana yang bersangkutan.
Definisikan Masalah
Langkah pertama yang perlu dilakukan dengan metode analitis adalah mendefinisikan
masalah yang terjadi. Pada tahap ini, kita perlu melakukan diagnosis terhadap sebuah situasi,
peristiwa atau kejadian, untuk memfokuskan perhatian kita pada masalah sebenarnya, dan
bukan pada gejala-gejala yang muncul. Sebagai contoh : Seorang manajer yang mempunyai
masalah dengan staf-nya yang kerapkali tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya pada waktu
yang telah ditentukan. Masalah ini bisa terjadi karena, cara kerja yang lambat dari staf yang
bersangkutan. Cara kerja yang lambat, bisa saja hanya sebuah gejala dari permasalahan yang
lebih mendasar lagi, seperti misalnya masalah kesehatan, moral kerja yang rendah, kurangnya
pelatihan atau kurang efektifnya proses kepemimpinan yang ada. Agar kita dapat
memfokuskan perhatian kita pada masalah sebenarnya, dan bukan pada gejala-gejala yang
muncul, maka dalam proses mendefiniskan suatu masalah, diperlukan upaya untuk mencari
informasi yang diperlukan sebanyak-banyaknya, agar masalah dapat didefinisikan dengan
tepat.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik dari pendefinisian masalah yang baik:
Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi
Data objektif dipisahkan dari persepsi
Semua pihak yang terlibat diperlakukan sebagai sumber informasi
Masalah harus dinyatakan secara eksplisit/tegas. Hal ini seringkali dapat
menghindarkan kita dari pembuatan definisi yang tidak jelas
Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas adanya ketidak-sesuaian antara
standar atau harapan yang telah ditetapkan sebelumnya dan kenyataan yang terjadi.
Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas, pihak-pihak yang terkait atau
berkepentingan dengan terjadinya masalah.
Definisi yang dibuat bukanlah seperti sebuah solusi yang samar. Contoh: Masalah
yang kita hadapi adalah melatih staf yang bekerja lamban.
10. Buat Alternatif Pemecahan Masalah
Langkah kedua yang perlu kita lakukan adalah membuat alternatif penyelesaian
masalah. Pada tahap ini, kita diharapkan dapat menunda untuk memilih hanya satu solusi,
sebelum alternatif solusi-solusi yang ada diusulkan. Penelitian-penelitian yang pernah
dilakukan dalam kaitannya dengan pemecahan masalah (contohnya oleh March, 1999)
mendukung pandangan bahwa kualitas solusi-solusi yang dihasilkan akan lebih baik bila
mempertimbangkan berbagai alternatif (Whetten & Cameron, 2002).
Berikut adalah karakteristik-karakteristik dari pembuatan alternatif masalah yang baik:
Semua alternatif yang ada sebaiknya diusulkan dan dikemukakan terlebih dahulu
sebelum kemudian dilakukannya evaluasi terhadap mereka.
Alternatif-alternatif yang ada, diusulkan oleh semua orang yang terlibat dalam
penyelesaian masalah. Semakin banyaknya orang yang mengusulkan alternatif, dapat
meningkatkan kualitas solusi dan penerimaaan kelompok.
Alternatif-alternatif yang diusulkan harus sejalan dengan tujuan atau kebijakan
organisasi. Kritik dapat menjadi penghambat baik terhadap proses organisasi maupun
proses pembuatan alternatif pemecahan masalah.
Alternatif-alternatif yang diusulkan perlu mempertimbangkan konsekuensi yang
muncul dalam jangka pendek, maupun jangka panjang.
Alternatif–alternatif yang ada saling melengkapi satu dengan lainnya. Gagasan yang
kurang menarik , bisa menjadi gagasan yang menarik bila dikombinasikan dengan
gagasan-gagasan lainnya. Contoh : Pengurangan jumlah tenaga kerja, namun kepada
karyawan yang terkena dampak diberikan paket kompensasi yang menarik.
Alternatif-alternatif yang diusulkan harus dapat menyelesaikan masalah yang telah
didefinisikan dengan baik. Masalah lainnya yang muncul, mungkin juga penting.
Namun dapat diabaikan bila, tidak secara langsung mempengaruhi pemecahan
masalah utama yang sedang terjadi.
Evaluasi Alternatif-Alternatif Pemecahan Masalah
Langkah ketiga dalam proses pemecahan masalah adalah melakukan evaluasi terhadap
alternatif-alternatif yang diusulkan atau tersedia. Dalam tahap ini , kita perlu berhati-hati
dalam memberikan bobot terhadap keuntungan dan kerugian dari masing-masing alternatif
yang ada, sebelum membuat pilihan akhir. Seorang yang terampil dalam melakukan
11. pemecahan masalah, akan memastikan bahwa dalam memilih alternatif-alternatif yang ada
dinilai berdasarkan:
Tingkat kemungkinannya untuk dapat menyelesaikan masalah tanpa menyebabkan
terjadinya masalah lain yang tidak diperkirakan sebelumnya.
Tingkat penerimaan dari semua orang yang terlibat di dalamnya
Tingkat kemungkinan penerapannya
Tingkat kesesuaiannya dengan batasan-batasan yang ada di dalam organisasi;
misalnya budget, kebijakan perusahaan, dll.
Berikut adalah karakteristik-karakteristik dari evaluasi alternatif-alternatif pemecahan
masalah yang baik:
Alternatif- alternatif yang ada dinilai secara relatif berdasarkan suatu standar yang
optimal, dan bukan sekedar standar yang memuaskan
penilaian terhadap alternative-alternatif yang ada dilakukan secara sistematis,
sehingga semua alternatif yang diusulkan akan dipertimbangkan,
Alternatif-alternatif yang ada dinilai berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan
organisasi dan mempertimbangkan preferensi dari orang-orang yang terlibat
didalamnya.
Alternatif-alternatif yang ada dinilai berdasarkan dampak yang mungkin
ditimbulkannya, baik secara langsung, maupun tidak langsung
Alternatif yang paling dipilih dinyatakan secara eksplisit/tegas.
Terapkan Solusi dan Tindak- Lanjuti
Langkah terakhir dari metode ini adalah menerapkan dan menindak-lanjuti solusi yang
telah diambil. Dalam upaya menerapkan berbagai solusi terhadap suatu masalah, kita perlu
lebih sensitif terhadap kemungkinan terjadinya resistensi dari orang-orang yang mungkin
terkena dampak dari penerapan tersebut. Hampir pada semua perubahan, terjadi resistensi.
Karena itulah seorang yang piawai dalam melakukan pemecahan masalah akan secara hati-
hati memilih strategi yang akan meningkatkan kemungkinan penerimaan terhadap solusi
pemecahan masalah oleh orang-orang yang terkena dampak dan kemungkinan penerapan
sepenuhnya dari solusi yang bersangkutan (Whetten & Cameron, 2002).
12. Berikut adalah karakteristik dari penerapan dan langkah tindak lanjut yang efektif:
Penerapan solusi dilakukan pada saat yang tepat dan dalam urutan yang benar.
Penerapan tidak mengabaikan faktor-faktor yang membatasi dan tidak akan terjadi
sebelum tahap 1, 2, dan 3 dalam proses pemecahan masalah dilakukan.
Penerapan solusi dilakukan dengan menggunakan strategi "sedikit-demi sedikit"
dengan tujuan untuk meminimalkan terjadinya resistensi dan meningkatkan
dukungan.
Proses penerapan solusi meliputi juga proses pemberian umpan balik. Berhasil
tidaknya penerapan solusi, harus dikomunikasikan , sehingga terjadi proses
pertukaran informasi
Keterlibatan dari orang-orang yang akan terkena dampak dari penerapan solusi
dianjurkan dengan tujuan untuk membangun dukungan dan komitmen
Adanya sistim monitoring yang dapat memantau penerapan solusi secara
berkesinambungan. Dampak jangka pendek, maupun jangka panjang diukur.
Penilaian terhadap keberhasilan penerapan solusi didasarkan atas terselesaikannya
masalah yang dihadapi, bukan karena adanya manfaat lain yang diperoleh dengan
adanya penerapan solusi ini. Sebuah solusi tidak dapat dianggap berhasil bila masalah
yang menjadi pertimbangan yang utama tidak terselesaikan dengan baik, walaupun
mungkin muncul dampak positif lainnya.