SlideShare a Scribd company logo
1 of 170
Download to read offline
INDKEatalog BKPS 4407S001 
INDKEatalog BKPS : 4407S001 
PERILAKU 
INDKEatalog BKPS : 4407S001 
PERILAKU 
ANTI 
ANTI 
KORUPSI 
KORUPSI 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 i 
Katalog BPS : 
4407002 
2013 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 i 
Katalog BPS : 
4407002 
2013 
Kerjasama 
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) 
dan Badan Pusat Statistik
KATA PENGANTAR MENTERI PPN / KEPALA BAPPENAS 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI (IPAK) 2013 
ISBN : 978-979-064-731-2 
Nomor Publikasi : 04330.1301 
Katalog BPS : 4407002 
Ukuran Buku : 17 x 24 cm 
Jumlah Halaman : xxi +105 
Naskah: 
Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan 
Penyunting : 
Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan 
Gambar Kulit: 
Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan 
Diterbitkan Oleh : 
Badan Pusat Statistik, Jakarta-Indonesia 
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya 
ii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
KATA PENGANTAR 
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ 
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL 
KATA PENGANTAR MENTERI PPN / KEPALA BAPPENAS 
Komitmen Pemerintah Indonesia untuk memberantas korupsi 
bersama Negara-negara Negara di di dunia dunia dibuktikan dibuktikan dengan dengan meratifikasi langkah meratifikasi 
Konvensi 
Perserikatan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa-Bangsa Bangsa Menentang Menentang Korupsi Korupsi (The (The United United Nations 
Convention Against Against Corruption, Corruption, UNCAC UNCAC 2003) 2003) melalui melalui Undang-Undang-Undang Undang 
Nomor 
7 Tahun 2006. Untuk lebih meningkatkan berbagai upaya pencegahan dan 
pemberantasan korupsi yang sejalan dengan UNCAC. Pemerintah Indonesia 
telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang 
Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) 
Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014. 
Strategi yang tertuang dalam Stranas PPK mengacu pada strategi-strategi 
yang ditetapkan dalam ketentuan UNCAC, meliputi 6 (enam) strategi; yaitu: 
(a) pencegahan; (b) penegakan hukum; (c) hamonisasi peraturan perundang-undangan; 
Nomor 7 Tahun 2006. Untuk lebih meningkatkan berbagai upaya 
pencegahan dan pemberantasan korupsi yang sejalan dengan UNCAC, 
Pemerintah Indonesia telah berhasil menetapkan Peraturan Presiden Nomor 
55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan 
Korupsi (Stranas PPK) Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka 
Menengah Tahun 2012-2014. Strategi yang tertuang dalam Stranas PPK 
mengacu pada strategi-strategi yang ditetapkan dalam ketentuan UNCAC, 
meliputi 6 (enam) strategi yaitu (a) pencegahan; (b) penegakan hukum; (c) 
harmonisasi (d) peraturan kerjasama perundang-internasional undangan; dan penyelamatan (d) kerjasama asset internasional 
hasil tindak 
dan pidana penyelamatan korupsi; (e) pendidikan asset hasil dan tindak budaya pidana anti korupsi; korupsi; (dan e) pendidikan (f) mekanisme 
dan 
budaya pelaporan anti pelaksanaan korupsi; pemberantasan dan (f) mekanisme korupsi. Survey pelaporan Perilaku Anti pelaksanaan 
Korupsi 
pemberantasan (SPAK) yang dilaksanakan korupsi. oleh Survei Badan Perilaku Pusat Statistik Anti Korupsi (BPS) dan (SPAK) Kementerian 
yang 
dilaksanakan Perencanaan Pembangunan oleh Badan Nasional/Pusat Statistik Badan Perencanaan (BPS) dan Pembangunan 
Kementerian 
Perencanaan Nasional merupakan Pembangunan salah satu Nasional/pelaksanaan Badan dari Perencanaan Strategi 5 (Pembangunan 
lima) Stranas 
Nasional PPK. 
merupakan salah satu pelaksanaan dari Strategi 5 (lima) Stranas 
PPK. 
SPAK merupakan survei yang dibangun atas fondasi kepemilikan 
SPAK merupakan survey yang dibangun di atas fondasi kepemilikan 
nasional. nasional. Sinergi Sinergi para para pemangku pemangku kepentingan kepentingan tercermin tercermin di dalam penyusunan 
di dalam 
penyusunan SPAK 2012. Selain SPAK pemerintah, 2012. Selain unsur pemerintah, masyarakat unsur seperti masyarakat akademisi seperti 
dan 
akademisi aktivis LSM dan pegiat aktivis anti LSM korupsi penggiat yang anti terlibat korupsi telah yang bekerja terlibat telah keras bekerja 
dalam 
keras mempersiapkan dan bekerja seluruh cerdas instruman dalam mempersiapkan survei. Indeks seluruh Perilaku instrumen Anti Korupsi 
survei. 
Indeks (IPAK) Tahun Perilaku 2012 Anti sebesar Korupsi 3,55 (IPAK) sedangkan Tahun IPAK 2012 Tahun sebesar 2013 3,55 sebesar sedangkan 
3,63, 
IPAK naik 0,08 Tahun point 2013 dibandingkan sebesar tahun 3,63, sebelumnya. naik 0,08 Meski poin demikian dibandingkan kenaikan tahun 
ini 
sebelumnya. belum merubah Meski kategori demikian indeks, kenaikan karena masih ini belum dalam merubah kategori kategori yang sama indeks, 
yakni 
karena masyarakat masih cenderung dalam kategori anti korupsi. yang sama Potensi yakni ini masyarakat tentu harus cenderung dimanfaatkan 
anti 
korupsi. dengan meningkatkan Potensi ini keterlibatan tentu harus masyarakat dimanfaatkan secara dengan lebih intensif. 
meningkatkan 
keterlibatan masyarakat secara lebih intensif. 
Dengan terbitnya laporan hasil SPAK 2013, atas nama Pemerintah 
Dengan terbitnya laporan hasil SPAK 2013, atas nama Pemerintah saya 
saya sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas 
sumbangsih, kerja keras dan upaya yang luar biasa dari seluruh tim dan juga 
sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas sumbangsih, 
kerja keras dan upaya yang luar biasa dari sejumlah tim dan juga pihak-pihak 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 iii
KATA PENGANTAR MENTERI PPN / KEPALA BAPPENAS 
pihak-lain yang pihak telah lain membantu yang telah penysunan membantu SPAK penyusunan 2013. Saya berharap, SPAK 2013. hasil SPAK 
Saya 
berharap, 2013 ini dapat hasil memacu SPAK 2013 untuk ini menciptakan dapat memacu budaya untuk zero menciptakan tolerance terhadap 
budaya 
zero korupsi. tolerance Kita semua terhadap juga berharap, korupsi. melalui Kita pengukuran semua juga SPAK berharap, ini, masyarakat 
melalui 
pengukuran diharapkan menjadi SPAK ini, pelaku masyarakat aktif pencegahan diharapkan dan pemberantasan menjadi pelaku korupsi 
aktif 
pencegahan sehingga mampu dan mempengaruhi pemberantasan keputusan korupsi sehingga di lingkungannya. mampu SPAK mempengaruhi 
2013 juga 
keputusan akan menjadi di lingkungannya. pedoman dan acuan SPAK bagi 2013 setiap juga pengambilan akan menjadi keputusan pedoman oleh 
dan 
acuan para pejabat bagi setiap publik pengambilan dalam menyusun keputusan Aksi Pencegahan oleh para pejabat dan Pemberantasan 
publik dalam 
menyusun Korupsi (Aksi Aksi PPK) Pencegahan sehingga dan dengan Pemberantasan berbagai upaya Korupsi pencegahan (Aksi PPK) 
dan 
sehingga pemberantasan dengan korupsi berbagai secara upaya berkesinambungan pencegahan dan Indonesia pemberantasan akan menjadi 
korupsi 
secara negara berkesinambungan besar dan bersih dari Indonesia berbagai akan praktik menjadi korupsi. 
negara besar dan bersih 
dari berbagai praktik korupsi. 
Jakarta, September 2014 
Jakarta, September 2014 
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ 
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ 
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 
iv INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
ttd 
Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana
KATA PENGANTAR 
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK 
KATA PENGANTAR 
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK 
Korupsi merupakan masalah yang dialami hampir semua negara di 
dunia. Korupsi dianggap sebagai ancaman serius yang dapat membahayakan 
perkembangan sendi-sendi kehidupan bangsa karena menggerogoti 
pembangunan dan kesejahteraan rakyat. Kerusakan yang ditimbulkan juga 
tidak sederhana karena berskala masif dengan dampak jangka panjang. Oleh 
karena itulah, pemberantasan korupsi merupakan salah satu fokus utama 
pemerintah Indonesia. 
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, baik yang berupa 
pencegahan maupun pemberantasan. Sejumlah instansi pelaksana dan 
pendukung pemberantasan korupsipun dibentuk. Selain itu, pemerintah juga 
telah menerbitkan sejumlah instruksi dan arahan untuk pencegahan dan 
pemberantasan korupsi (PPK), misalnya Instruksi Presiden (Inpres) No. 5 
Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Kemudian, melalui 
Undang-Undang (UU) No. 7 Tahun 2006, pemerintah juga telah meratifikasi 
United Nations Convention Against Corruption (Konvensi Perserikatan 
Bangsa-Bangsa Anti korupsi, UNCAC) 2003. 
Sekalipun demikian pemerintah tidak berhenti melakukan peningkatan 
upaya, khususnya yang terkait dengan langkah-langkah pencegahan korupsi. 
Dengan penindakan tegas dan pencegahan yang efektif, diharapkan 
percepatan pemberantasan korupsi dapat dilakukan di Indonesia. Dalam 
rangka itulah, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik 
Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan 
Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) jangka menengah tahun 2012-2014 
dan jangka panjang tahun 2012-2025. 
Visi dan Misi Stranas PPK tersebut diturunkan ke dalam enam strategi, 
yakni: (1) melaksanakan upaya-upaya pencegahan; (2) melaksanakan 
langkah-langkah strategis di bidang penegakan hukum; (3) melaksanakan 
upaya-upaya harmonisasi penyusunan peraturan perundang-undangan di 
bidang pemberantasan korupsi dan sektor terkait lain; (4) melaksanakan 
kerjasama internasional dan penyelamatan aset hasil tipikor; (5) 
meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti korupsi; dan (6) 
meningkatkan koordinasi dalam rangka mekanisme pelaporan pelaksanaan 
upaya pemberantasan korupsi. 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 v
KATA PENGANTAR 
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK 
Dalam Perpres 55 tahun 2012 Stranas PPK, Presiden RI secara eksplisit 
menugaskan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk mengukur indikator pada 
strategi 5 yaitu meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti korupsi. 
Strategi kelima ini dianggap penting karena salah satu akar penyebab 
berkembangnya praktik korupsi patut diduga berasal dari rendahnya 
integritas para pelakunya dan masih kentalnya budaya permisif terhadap 
tindakan korupsi. 
Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan dukungan data hasil 
survei, termasuk publikasi yang dapat memberikan gambaran tentang 
perilaku anti korupsi. Hasil survei diharapkan dapat memberikan peta 
permasalahan dan petunjuk arah bagi penyusunan program transformasi 
budaya dari yang permisif ke anti korupsi. Untuk memenuhi kebutuhan 
tersebut, BPS bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan 
Nasional (Bappenas) menyelenggarakan Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 
2013. SPAK 2013 merupakan kelanjutan dari survei baseline yang telah 
dilaksanakan pada tahun 2012. 
Semoga publikasi hasil survei ini bermanfaat bagi pemerintah, 
khususnya untuk menyusun perencanaan kebijakan meningkatkan upaya 
pendidikan dan budaya anti korupsi dan juga untuk masyarakat penggiat 
anti korupsi. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang 
terlibat dalam seluruh tahap persiapan, pelaksanaan dan penyusunan 
kegiatan ini. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa meridhai kita semua. 
vi INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
Jakarta, September 2014 
Kepala Badan Pusat Statistik 
Dr. Suryamin, M.Sc
RINGKASAN EKSEKUTIF 
RINGKASAN EKSEKUTIF 
Perpres No. 55 tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan 
Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK), menugaskan BPS untuk 
melaksanakan Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2013. Survei ini 
dilakukan antara 1-15 November 2013 di 33 provinsi, 170 kabupaten/kota 
(49 kota dan 121 kabupaten) dengan sampel 10.000 rumah tangga (response 
rates: 90,3 persen). Survei yang merupakan kelanjutan dari survei baseline 
yang telah dilaksanakan pada tahun 2012 ini mengukur tingkat permisifitas 
masyarakat Indonesia terhadap perilaku korupsi. 
Laporan ini menyajikan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) dan 
berbagai indikator tunggal yang menggambarkan perilaku anti korupsi. 
Indikator tunggal yang dikumpulkan mencakup pengetahuan, pendapat dan 
pengalaman terhadap kebiasaan di masyarakat berhubungan dengan 
layanan publik dalam hal perilaku penyuapan (bribery), pemerasan 
(extortion), dan nepotisme (nepotism). 
Berdasarkan penghitungan indeks komposit, IPAK Indonesia 2013 
sebesar 3,63 dalam skala 0 sampai 5. Angka ini naik 0,08 poin dibandingkan 
dengan IPAK 2012 sebesar 3,55. Meski demikian kenaikan ini belum 
merubah kategori indeks, karena masih dalam kategori yang sama yakni anti 
korupsi. (catatan: nilai indeks 0–1,25 sangat permisif terhadap korupsi, 
1,26–2,50 permisif, 2,51–3,75 anti korupsi, 3,76–5,00 sangat anti korupsi). 
Laporan ini juga memperlihatkan IPAK 2013 untuk masyarakat yang 
tinggal di wilayah perkotaan sedikit lebih tinggi sebesar 3,71 dibanding di 
wilayah perdesaan sebesar 3,55. Kemudian, IPAK 2013 lebih tinggi pada 
penduduk usia kurang dari 60 tahun dibanding penduduk usia 60 tahun ke 
atas. IPAK penduduk usia kurang dari 40 tahun sebesar 3,63, usia 40 sampai 
59 tahun sebesar 3,65, dan usia 60 tahun ke atas sebesar 3,55. 
Pendidikan berpengaruh cukup kuat pada semangat anti korupsi. 
Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi IPAK. IPAK 2013 untuk 
responden berpendidikan SLTP ke bawah sebesar 3,55, SLTA sebesar 3,82 
dan di atas SLTA sebesar 3,94. 
Berdasarkan indikator tunggal terlihat walau masih ada sebagian 
masyarakat yang menyatakan permisif terhadap penyuapan, pemerasan dan 
nepostime tetapi masih lebih besar persentase masyarakat yang tidak 
permisif. 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 vii
DAFTAR ISI 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 ix 
DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR MENTERI PPN / KEPALA BAPPENAS ...........................................iii 
KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK .............................................. v 
RINGKASAN EKSEKUTIF .............................................................................................................. vii 
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ ix 
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................... xi 
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................. xv 
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................................... xix 
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................................................xxiii 
I. PENDAHULUAN................................................................................................................................ 1 
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1 
1.2. Maksud dan Tujuan ........................................................................................................... 2 
1.3. Ruang Lingkup ..................................................................................................................... 2 
1.4. Sistematika Penulisan ...................................................................................................... 2 
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI............................................................................... 5 
2.1. Metodologi Survei .............................................................................................................. 5 
2.1.1. Kerangka Sampel ................................................................................................... 5 
2.1.2. Desain Sampel ......................................................................................................... 5 
2.1.3. Cakupan dan Jumlah Sampel............................................................................ 6 
2.1.4. Pembentukan Paket Sampel Blok Sensus dan Kelompok Sampel 
Rumah Tangga ......................................................................................................... 6 
2.1.5. Pemilihan Sampel Rumah Tangga ................................................................. 7 
2.1.6. Penggantian Sampel ............................................................................................. 7 
2.1.7. Teknik Estimasi ...................................................................................................... 8 
2.2. Metodologi Perhitungan Indeks............................................................................... 10 
2.3. Konsep dan Definisi ........................................................................................................ 12 
III. PROFIL RESPONDEN ............................................................................................................... 15 
3.1. Response Rate Pencacahan......................................................................................... 15 
3.2. Profil Demografis Responden .................................................................................. 17 
3.3. Tingkat Pendidikan Responden .............................................................................. 19 
3.4. Jenis Kegiatan Utama Responden .......................................................................... 21 
3.5. Status dalam Pekerjaan Utama Responden ...................................................... 22
DAFTAR ISI 
3.6. Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan Responden ....................... 23 
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI .................................................................................. 25 
4.1. IPAK Menurut Jenis Kelamin ..................................................................................... 26 
4.2. IPAK Menurut Umur ...................................................................................................... 27 
4.3. IPAK Menurut Pendidikan .......................................................................................... 28 
4.5. IPAK Menurut Hubungan Kepala Rumah Tangga ........................................... 29 
4.6. IPAK Menurut Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga .................................... 30 
4.7. IPAK Menurut Urban - Rural ...................................................................................... 31 
4.8. IPAK Menurut Zona Waktu ......................................................................................... 32 
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 .................................................................................... 33 
5.1. Pendapat terhadap Kebiasaan di Masyarakat .................................................. 33 
5.1.1. Perilaku di Tingkat Keluarga ........................................................................ 33 
5.1.2. Perilaku di Tingkat Komunitas .................................................................... 40 
5.1.3. Perilaku di Tingkat Publik .............................................................................. 47 
5.2. Pengalaman Berhubungan dengan Layanan Publik ...................................... 65 
5.2.1. Akses terhadap Pelayanan Publik .............................................................. 66 
5.2.2. Pengetahuan Masyarakat akan Prosedur dan Biaya yang 
Berlaku ..................................................................................................................... 69 
5.2.3. Pengalaman Membayar Melebihi Ketentuan ....................................... 70 
5.2.4. Waktu Pembayaran yang Melebihi Ketentuan .................................... 73 
5.2.5. Bentuk Pembayaran yang Melebihi Ketentuan ................................... 74 
5.2.6. Penyebab Pembayaran Melebihi Ketentuan ......................................... 75 
5.2.7. Pola Tanggapan Ketika diminta Membayar Melebihi Ketentuan76 
5.2.8. Alasan Pembayaran Melebihi Ketentuan ............................................... 77 
5.2.9. Pelaporan Kejadian ............................................................................................ 78 
5.3. Pengalaman Mendapatkan Tawaran/Permintaan Tertentu ..................... 79 
5.4. Pengetahuan/Pemahaman tentang Perilaku Korupsi .................................. 82 
5.5. Media Sosialisasi Pengetahuan Anti Korupsi .................................................... 86 
VI. REKOMENDASI ........................................................................................................................... 91 
LAMPIRAN ........................................................................................................................................... 95 
x INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
DAFTAR TABEL 
DAFTAR TABEL 
Tabel 2.1. Kelompok Sampel Rumah Tangga dalam Paket Sampel Blok 
Sensus .......................................................................................................................... 6 
Tabel 2.1. Kelompok Sampel Rumah Tangga 2012 - 2016..................................... 7 
Tabel 3.1. Persentase Response Rate dan Non Response Rate Survei 
Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2013 .......................................................... 16 
Tabel 3.2. Persentase Responden Menurut Hubungan dengan Kepala 
Rumah Tangga dan Jenis Kelamin, 2013 ................................................ 17 
Tabel 3.3. Persentase Responden Menurut Status Perkawinan dan Jenis 
Kelamin Tahun 2013 ....................................................................................... 18 
Tabel 3.4. Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan yang 
Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2013 ...................................................... 20 
Tabel 3.5. Persentase Responden Menurut Kegiatan Utama dan Jenis 
Kelamin, 2013 ....................................................................................................... 21 
Tabel 3.6. Persentase Responden Menurut Status Pekerjaan Utama dan 
Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................................... 22 
Tabel 5.1. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Sikap 
Istri yang Menerima Uang Pemberian Suami di Luar Penghasilan 
Suami Tanpa Mempertanyakan Asal Usul Uang Tersebut 
Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013 .......................................................... 36 
Tabel 5.2. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Pegawai Negeri yang Bepergian Bersama Keluarga dengan 
Menggunakan Kendaraan Dinas untuk Keperluan Pribadi 
Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013 .......................................................... 37 
Tabel 5.3. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Orang Tua yang Mengajak Anaknya dalam Kampanye 
Pemilu/Pilkada Demi Mendapatkan Uang Saku yang Lebih 
Banyak Menurut Wilayah Domisili, 2012-2013 ................................. 38 
Tabel 5.4. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Seseorang yang Mengetahui Saudaranya Mengambil Uang Orang 
Tuanya Tetapi Tidak Melaporkannya Menurut Jenis Kelamin, 
2012-2013 .............................................................................................................. 39 
Tabel 5.5. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh 
Informal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan 
(Pernikahan, Khitanan, Kematian) Menurut Domisili Wilayah, 
2012-2013 .............................................................................................................. 42 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xi
DAFTAR TABEL 
Tabel 5.6. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Memberi Uang/Barang Kepada Tokoh Formal Ketika 
Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, 
Kematian) Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013 ........................... 44 
Tabel 5.7. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh 
Informal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan Menurut 
Domisili Wilayah, 2012-2013 ....................................................................... 45 
Tabel 5.8. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Formal Ketika 
Menjelang Hari Raya Keagamaan Menurut Domisili Wilayah. 
2012-2013 .............................................................................................................. 46 
Tabel 5.9. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku 
Seseorang yang Menjamin Keluarga/Saudara/Teman agar 
Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta Menurut Domisili 
Wilayah, 2012-2013 .......................................................................................... 49 
Tabel 5.10. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang dalam Proses 
Penerimaan Menjadi Pegawai Negeri/Swasta Menurut Domisili 
Wilayah. 2012-2013 .......................................................................................... 50 
Tabel 5.11. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Lebih kepada Petugas 
untuk Mempercepat Urusan Administrasi (KTP Dan KK) 
Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013................................................... 52 
Tabel 5.12. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Lebih kepada Polisi 
untuk Mempercepat Pengurusan SIM dan STNK Menurut 
Domisili Wilayah, 2012-2013 ....................................................................... 53 
Tabel 5.13. Perkembangan Persentasae Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Damai kepada Polisi 
Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013................................................... 54 
Tabel 5.14. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Petugas KUA yang Meminta Uang Tambahan untuk 
Transpor ke Tempat Acara Akad Nikah Menurut Domisili 
Wilayah, 2012-2013.......................................................................................... 56 
Tabel 5.15. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Seseorang Guru yang Mendapatkan Jaminan (Jatah) 
agar Anaknya Diterima di Sekolah Tempatnya Mengajar 
Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013 .......................................................... 58 
xii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Tabel 5.16. Perkembangan Persentase Pendapat tentang Perilaku Seseorang 
Guru yang Meminta Uang/Barang dari Orang Tua Murid Ketika 
Kenaikan Kelas/Penerimaan Rapor Menurut Jenis Kelamin, 
2012-2013 .............................................................................................................. 59 
Tabel 5.17. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Pihak 
Sekolah agar Anaknya Diterima di Sekolah Tersebut Menurut 
Jenis Kelamin. 2012-2013 .............................................................................. 60 
Tabel 5.18. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Seseorang Pegawai yang Melakukan Pekerjaan/Usaha 
Sampingan di Luar Tugasnya pada Saat Jam Kerja Menurut 
Domisili Wilayah. 2012-2013 ....................................................................... 61 
Tabel 5.19. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Seseorang yang Membagikan Uang/Barang kepada Calon 
Pemilih pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu Menurut 
Domisili Wilayah, 2012-2013 ....................................................................... 63 
Tabel 5.20. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Seseorang yang Mengharapkan Uang/Barang pada Pelaksanaan 
Pilkades/Pilkada/Pemilu Menurut Domisili Wilayah, 2012-201364 
Tabel 5.21. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan dengan 
Petugas Layanan Publik Selama Setahun Terakhir, 2012-2013 67 
Tabel 5.22. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri 
dengan Petugas Layanan Publik dan Mengetahui Prosedur dan 
Biaya Resmi yang Berlaku .............................................................................. 70 
Tabel 5.23. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri 
dengan Petugas Layanan Publik menurut Pernah atau Tidaknya 
Membayar Melebihi Ketentuan ................................................................... 71 
Tabel 5.24. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri 
dengan Petugas Layanan Publik dan Tidak Pernah Membayar 
Melebihi Ketentuan menurut Alasan, 2012-2013 ............................. 72 
Tabel 5.25. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri 
dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi 
Ketentuan menurut Waktu Pembayaran .............................................. 73 
Tabel 5.26. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri 
dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi 
Ketentuan menurut Bentuk Pengeluaran yang Dilakukan, 2012- 
2013 ........................................................................................................................... 74 
Tabel 5.27. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri 
dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xiii
DAFTAR TABEL 
Ketentuan menurut Cara Mengetahui Bahwa Harus Membayar 
Lebih .......................................................................................................................... 75 
Tabel 5.28. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri 
dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Diminta oleh 
Petugas/Pihak Ketiga menurut Tanggapan Ketika Dimintai Tidak 
Sesuai Ketentuan ................................................................................................ 77 
Tabel 5.29. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri 
dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi 
Ketentuan menurut Tujuan, 2012-2013................................................. 78 
Tabel 5.30. Persentase Masyarakat yang Membayar Melebihi Ketentuan dan 
Tidak Melaporkan, 2012-2013 .................................................................... 79 
Tabel 5.31. Persentase Masyarakat yang Pernah Mendapatkan Tawaran 
Tertentu Selama Setahun Terakhir .......................................................... 80 
Tabel 5.32. Persentase Masyarakat yang Pernah Mendapatkan Tawaran 
Tertentu Selama Setahun Terakhir menurut Tanggapannya, 
2012-2013 .............................................................................................................. 81 
Tabel 5.33. Persentase Masyarakat yang Memberikan Pendapat tentang 
Beberapa Perilaku Tertentu di Masyarakat sebagai Perilaku 
Korupsi ..................................................................................................................... 83 
Tabel 5.34. Persentase Masyarakat yang Memberikan Pendapat tentang 
Beberapa Perilaku Tertentu di Masyarakat sebagai Tidak Tahu 
dan Bukan Perilaku Korupsi ......................................................................... 84 
Tabel 5.35. Persentase Masyarakat yang Memberikan Pendapat tentang 
Beberapa Perilaku Tertentu di Masyarakat sebagai Perilaku 
Korupsi menurut Domisili Wilayah, 2012–2013 .............................. 85 
xiv INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
DAFTAR GAMBAR 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xv 
DAFTAR GAMBAR 
Gambar 3.1. Persentase Non-Respon SPAK 2013 Menurut Alasannya ........ 15 
Gambar 3.2. Persentase Responden menurut Kelompok Umur (Tahun), 
2013 ...................................................................................................................... 19 
Gambar 3.3. Persentase Responden menurut Pengeluaran Rumah 
Tangga Sebulan, 2013 ................................................................................. 23 
Gambar 4.1. Perkembangan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) 
Indonesia, 2012–2013................................................................................. 26 
Gambar 4.2. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Jenis Kelamin. 
2012–2013 ........................................................................................................ 27 
Gambar 4.3. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Umur (Tahun), 
2012-2013 ......................................................................................................... 28 
Gambar 4.4. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Pendidikan 
Tertinggi, 2012-2013 ................................................................................... 29 
Gambar 4.5. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Hubungan dengan 
Kepala Rumah Tangga, 2012–2013 ..................................................... 29 
Gambar 4.6. IPAK Indonesia Menurut Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga 
Sebulan (dalam jutaan rupiah), 2013................................................. 30 
Gambar 4.7. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Domisili Wilayah, 
2012–2013 ........................................................................................................ 31 
Gambar 4.8. IPAK Indonesia Menurut Zona Waktu, 2013 ................................... 32 
Gambar 5.1. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Sikap Istri yang Menerima Uang Pemberian Suami di Luar 
Penghasilan Suami Tanpa Mempertanyakan Asal Usul Uang 
Tersebut, 2012-2013 ................................................................................... 35 
Gambar 5.2. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Pegawai Negeri yang Bepergian Bersama Keluarga dengan 
Menggunakan Kendaraan Dinas untuk Keperluan Pribadi. 
2012–2013 ........................................................................................................ 36 
Gambar 5.3. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Orang Tua yang Mengajak Anaknya dalam 
Kampanye Pemilu/Pilkada Demi Mendapatkan Uang Saku 
yang Lebih Banyak, 2012–2013 ............................................................. 37
DAFTAR GAMBAR 
Gambar 5.4. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Seseorang yang Mengetahui Saudaranya Mengambil Uang 
Orang Tuanya tetapi Tidak Melaporkannya, 2012–2013 ......... 39 
Gambar 5.5. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/ Barang kepada 
Tokoh Informal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan 
Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian) 2012–2013 ........... 42 
Gambar 5.6. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada 
Tokoh Formal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan 
Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian), 2012–2013 .......... 43 
Gambar 5.7. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada 
Tokoh Informal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan, 
2012–2013 ........................................................................................................ 44 
Gambar 5.8. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada 
Tokoh Formal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan, 
2012–2013 ........................................................................................................ 46 
Gambar 5.9. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Seseorang yang Menjamin Keluarga/Saudara/ 
Teman agar Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta, 
2012–2013 ........................................................................................................ 48 
Gambar 5.10. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang dalam 
Proses Penerimaan Menjadi Pegawai Negeri/Swasta, 
2012–2013 ........................................................................................................ 50 
Gambar 5.11. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Lebih kepada 
Petugas untuk Mempercepat Urusan Administrasi (KTP 
dan KK), 2012–2013 .................................................................................... 51 
Gambar 5.12. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Lebih Kepada 
Polisi Untuk Mempercepat Pengurusan SIM dan STNK, 
2012–2013 ........................................................................................................ 53 
Gambar 5.13. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Damai kepada 
Polisi, 2012-2013 ........................................................................................... 54 
xvi INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Gambar 5.14. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Petugas KUA yang Meminta Uang Tambahan 
untuk Transpor ke Tempat Acara Akad Nikah, 2012–2013... 55 
Gambar 5.15. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Seseorang Guru yang Mendapatkan Jaminan 
(Jatah) agar Anaknya Diterima di Sekolah Tempatnya 
Mengajar, 2012–2013.................................................................................. 57 
Gambar 5.16. Perkembangan Persentase Pendapat tentang Perilaku 
Seseorang Guru yang Meminta Uang/Barang dari Orang 
Tua Murid Ketika Kenaikan Kelas/ Penerimaan Rapor, 
2012–2013 ........................................................................................................ 58 
Gambar 5.17. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada 
Pihak Sekolah agar Anaknya Diterima di Sekolah Tersebut, 
2012–2013 ........................................................................................................ 59 
Gambar 5.18. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Perilaku Seseorang Pegawai yang Melakukan 
Pekerjaan/Usaha Sampingan di Luar Tugasnya Pada Saat 
Jam Kerja, 2012–2013 ................................................................................. 61 
Gambar 5.19. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Seseorang yang Membagikan Uang/Barang kepada Calon 
Pemilih pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu, 
2012–2013 ........................................................................................................ 62 
Gambar 5.20. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang 
Seseorang yang Mengharapkan Uang/Barang pada 
Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu, 2012–2013 ................... 64 
Gambar 5.21. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri 
dengan Petugas Layanan Publik, 2012-2013 ................................. 68 
Gambar 5.22. Diagram Alur Pertanyaan Pengalaman Berhubungan 
dengan Layanan Publik............................................................................... 69 
Gambar 5.23. Persentase Frekuensi Masyarakat Memperoleh Pengetahuan 
Anti Korupsi Selama Setahun Terakhir Menurut Sumber, 
2012–2013 ........................................................................................................ 87 
Gambar 5.24. Persentase Sumber Media yang Menurut Masyarakat Paling 
Efektif dalam Memberikan Pengetahuan Anti Korupsi, 
2012–2013 ........................................................................................................ 88 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xvii
DAFTAR GAMBAR 
Gambar 5.25. Persentase Frekuensi Masyarakat Memperoleh Pengetahuan 
Anti Korupsi Selama Setahun Terakhir Menurut Jenis Media, 
2012–2013 ........................................................................................................ 89 
Gambar 5.26. Persentase Jenis Media yang Menurut Masyarakat Paling 
Efektif dalam Memberikan Pengetahuan Anti Korupsi, 
2012–2013 ........................................................................................................ 90 
xviii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
DAFTAR LAMPIRAN 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xix 
DAFTAR LAMPIRAN 
Lampiran 1 : Kuesioner SPAK13.K ........................................................................ 95 
Lampiran 2 : Foto-Foto Workshop Instruktur Nasional ......................... 100 
Lampiran 4 : Foto-Foto Pencacahan .................................................................. 103 
Lampiran Tabel 1. Jumlah Target Sampel SPAK 2013 menurut 
Klasifikasi Wilayah dan Provinsi .............................................105 
Lampiran Tabel 2. Jumlah Realisasi Sampel SPAK 2013 menurut 
Klasifikasi Wilayah dan Provinsi .............................................106 
Lampiran Tabel 3. Karakteristik Responden menurut Klasifikasi 
Kota/Desa ............................................................................................107 
Lampiran Tabel 4. Persentase Pendapat Masyarakat terhadap 
Beberapa Kebiasaan di Masyarakat menurut 
Klasifikasi Wilayah, 2013 ............................................................108 
Lampiran Tabel 5. Persentase Pendapat Masyarakat terhadap 
Beberapa Kebiasaan di Masyarakat menurut 
Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................110 
Lampiran Tabel 6. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan 
dengan Petugas Layanan Publik Menurut Klasifikasi 
Wilayah Selama Setahun Terakhir, 2013 ............................112 
Lampiran Tabel 7. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan 
dengan Petugas Layanan Publik Menurut Jenis 
Kelamin Selama Setahun Terakhir, 2013 ............................113 
Lampiran Tabel 8. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan 
Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan 
Mengetahui Prosedur dan Biaya Resmi yang 
Berlaku menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ......................114 
Lampiran Tabel 9. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan 
Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan 
Mengetahui Prosedur dan Biaya Resmi yang 
Berlaku menurut Jenis Kelamin, 2013..................................115 
Lampiran Tabel 10. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan 
Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut 
Pernah atau Tidaknya Membayar Melebihi 
Ketentuan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ................116
DAFTAR LAMPIRAN 
Lampiran Tabel 11. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan 
Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut 
Pernah atau Tidaknya Membayar Melebihi 
Ketentuan menurut Jenis Kelamin, 2013 ............................117 
Lampiran Tabel 12. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan 
Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut 
Alasan Tidak Membayar Melebihi Ketentuan 
menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ........................................118 
Lampiran Tabel 13. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan 
Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut 
Alasan Tidak Membayar Melebihi Ketentuan 
menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................119 
Lampiran Tabel 14. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan 
Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut 
Kapan pemberian/ permintaan dilakukan menurut 
Klasifikasi Wilayah, 2013 ............................................................120 
Lampiran Tabel 15. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan 
Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut 
Kapan pemberian/ permintaan dilakukan menurut 
Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................121 
Lampiran Tabel 16. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan 
Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut 
Bentuk pemberian/permintaan yang diberikan 
menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ........................................122 
Lampiran Tabel 17. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan 
Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut 
Bentuk pemberian/permintaan yang diberikan 
menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................123 
Lampiran Tabel 18. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan 
Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut 
Kapan pengeluaran uang/barang dilakukan 
menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ........................................124 
Lampiran Tabel 19. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan 
Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut 
Kapan Pengeluaran Uang/Barang Dilakukan 
menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................125 
Lampiran Tabel 20. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan 
Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut 
xx INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Tanggapan Ketika Dimintai Tidak Sesuai Ketentuan 
menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ........................................126 
Lampiran Tabel 21. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan 
Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut 
Tanggapan Ketika Dimintai Tidak Sesuai Ketentuan 
menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................127 
Lampiran Tabel 22. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan 
Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah 
Membayar Melebihi Ketentuan menurut menurut 
Klasifikasi Wilayah dan Tujuan, 2013 ..................................128 
Lampiran Tabel 23. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan 
Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah 
Membayar Melebihi Ketentuan menurut menurut 
Jenis Kelamin dan Tujuan, 2013 ..............................................129 
Lampiran Tabel 24. Persentase Masyarakat yang Membayar Melebihi 
Ketentuan menurut Melaporkan dan Tidak 
Melaporkan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 .............130 
Lampiran Tabel 25. Persentase Masyarakat yang Membayar Melebihi 
Ketentuan menurut Melaporkan dan Tidak 
Melaporkan menurut Jenis Kelamin, 2013 ........................131 
Lampiran Tabel 26. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan 
Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut 
menurut Klasifikasi Wilayah dan Alasan Tidak 
Melaporkan, 2013 ...........................................................................132 
Lampiran Tabel 27. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan 
Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut 
menurut Jenis Kelamin dan Alasan Tidak 
Melaporkan, 2013 ...........................................................................133 
Lampiran Tabel 28. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika 
Ditawari Uang/Barang untuk Memilih Kandidat 
Tertentu dalam Pilkades/Pilkada/Pemilu menurut 
Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................134 
Lampiran Tabel 29. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Pengalaman 
dan Tanggapan Ketika Diminta Uang/Barang Saat 
Proses Penerimaan Pegawai Negeri/Swasta 
menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................135 
Lampiran Tabel 30. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika 
Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman Agar ART 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xxi
DAFTAR LAMPIRAN 
Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta 
menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................136 
Lampiran Tabel 31. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika 
Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman Agar ART 
Lolos Seleksi Penerimaan Masuk Sekolah menurut 
Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................137 
Lampiran Tabel 32. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika 
Ditawari untuk Membayar Uang Damai Saat Ditilang 
Oleh Petugas Polisi Lalu Lintas, 2013 ...................................138 
Lampiran Tabel 33. Persentase Pendapat Masyarakat terhadap Beberapa 
Perilaku di Masyarakat Apakah Termasuk Korupsi 
atau Tidak menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ................139 
Lampiran Tabel 34. Termasuk Korupsi atau Tidak menurut Jenis Kelamin, 
2013 ........................................................................................................140 
Lampiran Tabel 35. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan 
tentang Anti Korupsi dari Beberapa Sumber 
Selama 12 Bulan Terakhir menurut Klasifikasi 
Wilayah, 2013 ....................................................................................141 
Lampiran Tabel 36. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan 
tentang Anti Korupsi dari Beberapa Sumber Selama 
12 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2013 ...........142 
Lampiran Tabel 37. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan 
tentang Anti Korupsi dari Beberapa Media Selama 
12 Bulan Terakhir menurut Klasifikasi Wilayah, 
2013 ........................................................................................................143 
Lampiran Tabel 38. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan 
tentang Anti Korupsi dari Beberapa Media Selama 
12 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2013 ...........144 
xxii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
DAFTAR SINGKATAN 
DAFTAR SINGKATAN 
 SPAK : Survei Perilaku Anti Korupsi 
 IPAK : Indeks Perilaku Anti Korupsi 
 PBAK : Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi 
 Stranas PPK : Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xxiii 
Korupsi 
 EFA : Explanatory Factor Analysis 
 PCA : Principal Component Analysis 
 KRT : Kepala Rumah Tangga 
 ART : Anggota Rumah Tangga 
 RT : Rukun Tetangga 
 RW : Rukun Warga 
 KK : Kartu Keluarga 
 KTP : Kartu Tanda Pengenal 
 KUA : Kantor Urusan Agama 
 Pilkades : Pemilihan Kepala Desa 
 Pilkada : Pemilihan Kepala Daerah 
 Pemilu : Pemilihan Umum
I. PENDAHULUAN 
I. PENDAHULUAN 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 1 
1.1. Latar Belakang 
Korupsi telah lama menjadi parasit yang secara sengaja mengerogoti 
sendi-sendi keadilan dan membajak kebijakan serta mengorbankan 
kepentingan masyarakat. Kerusakan yang ditimbulkan juga tidak sederhana 
karena berskala masif dengan dampak jangka panjang, sehingga pada banyak 
kasus dapat dilihat korelasinya dengan penurunan kualitas kehidupan 
masyarakat. Untuk itu, di Indonesia korupsi disebut sebagai kejahatan luar 
biasa (extraordinary crime) sehingga penanganannya mendapat salah satu 
prioritas utama. Salah satu akar penyebab berkembangnya praktik korupsi 
diduga berasal dari rendahnya integritas para pelakunya dan masih 
kentalnya budaya permisif terhadap tindakan korupsi. 
Kesadaran memerangi korupsi juga seperti telah menjadi “trend” dunia, 
seiring dengan semakin banyaknya regulasi yang dibuat untuk menekan 
terjadinya korupsi. Indonesia, melalui Undang-Undang (UU) No. 7 Tahun 
2006, juga telah meratifikasi United Nations Convention against Corruption 
(Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti korupsi, UNCAC) 2003. 
Dalam rangka mempercepat upaya pencegahan dan pemberantasan 
korupsi pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik 
Indonesia Nomor 55 tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan 
Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) jangka panjang tahun 2012-2025 dan 
jangka menengah tahun 2012-2014. 
Presiden RI menugaskan BPS secara eksplisit untuk mengukur indikator 
pada strategi 5 yaitu meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti 
korupsi. Strategi ini diukur dengan melaksanakan Survei Perilaku Anti 
Korupsi. Strategi kelima ini dianggap penting karena salah satu akar 
penyebab berkembangnya praktik korupsi patut diduga berasal dari 
rendahnya integritas para pelakunya dan masih kentalnya budaya permisif 
terhadap tindakan korupsi. 
Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan sebuah survei yang 
dapat memberikan gambaran tentang pendapat-pendapat yang berkembang 
di masyarakat terkait dengan korupsi. Hasil survei diharapkan dapat 
memberikan peta bagi penyusunan program-program yang dapat
I. PENDAHULUAN 
meningkatkan imunitas masyarakat terhadap praktek-praktek koruptif, dan 
peran aktif mereka dalam mendukung tercapainya kondisi tersebut. 
Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, Badan Pusat Statistik 
menyelenggarakan kegiatan dalam bentuk Survei Perilaku Anti Korupsi 
(SPAK) 2013 yang merupakan kelanjutan dari survei yang sama pada tahun 
2012. 
1.2. Maksud dan Tujuan 
Penyusunan publikasi ini secara umum dimaksudkan untuk 
memperoleh gambaran secara lengkap mengenai situasi dan kondisi 
perilaku anti korupsi masyarakat terkini dilihat dari pendapat, pengetahuan, 
perilaku, dan pengalaman individu terkait perilaku anti korupsi di Indonesia. 
Secara khusus, penyusunan publikasi ini juga ditujukan untuk 
memperoleh gambaran secara lengkap mengenai sejauhmana budaya zero 
tolerance terhadap perilaku korupsi terinternalisasi dalam setiap individu 
khususnya terkait dengan strategi kelima STRANAS PPK yakni pendidikan 
dan budaya anti korupsi. 
1.3. Ruang Lingkup 
Kegiatan SPAK 2013 ini dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia yang 
tersebar di 170 Kabupaten/Kota (49 kota dan 121 kabupaten) dan di 33 
provinsi. Jumlah sampel seluruhnya sebanyak 10.000 rumah tangga. 
Analisis dan kajian mengenai perilaku anti korupsi penduduk Indonesia 
dalam publikasi ini secara keseluruhan hanya dilakukan untuk level 
nasional. 
1.4. Sistematika Penulisan 
Publikasi ini disajikan dalam empat bagian (bab) yang disusun secara 
sistematis. Bab 1 (Pendahuluan) berisi penjelasan rinci tentang latar 
belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan sistematika penulisan. Bab 
2 (Metodologi) menjelaskan tentang metodologi termasuk metodologi 
sampling dan konsep/definisi yang digunakan dalam penyusunan publikasi 
ini. Bagian berikutnya atau Bab 3 menyajikan profil responden berdasarkan 
berbagai struktur mulai dari pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran rumah 
tangga. 
2 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Kemudian, Bab 4 menyajikan hasil Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) 
2013 dibandingkan dengan IPAK 2012. Bab 5 menyajikan data indikator 
tunggal mengenai penilaian terhadap perilaku penduduk Indonesia dilihat 
dari tiga aspek yakni kebiasaan di tingkat keluarga, komunitas, dan publik. 
Analisis dilanjutkan dengan pembahasan mengenai pengalaman 
masyarakat berhubungan dengan pelayanan publik dilihat dari aspek 
perilaku korupsi dan anti korupsi yang terjadi. Kemudian bagian berikutnya 
menyajikan pengetahuan terkait perilaku korupsi dan anti korupsi penduduk 
Indonesia. Bab 6 menyajikan rekomendasi terkait dengan stranas PPK secara 
umum maupun hasil SPAK. Bagian terakhir atau (lampiran) menyajikan 
data-data yang kuesioner dan foto-foto pencacahan. 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 3
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI 
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 5 
2.1. Metodologi Survei 
2.1.1. Kerangka Sampel 
Kerangka sampel yang digunakan pada Survei Perilaku Anti Korupsi 
2013 terdiri dari empat jenis, yaitu : 
1. Kerangka sampel penarikan tahap pertama adalah daftar 
kabupaten/kota di masing-masing provinsi dilengkapi jumlah rumah 
tangga hasil SP2010 menurut klasifikasi perkotaan dan pedesaan 
2. Kerangka sampel penarikan tahap kedua adalah daftar blok sensus 
susenas triwulan 3 2012 di masing-masing kabupaten/kota terpilih 
3. Kerangka sampel penarikan tahap ketiga adalah daftar rumah tangga 
hasil pemutakhiran di blok sensus terpilih susenas triwulan 3 yang 
terpilih SPAK 2012 
4. Kerangka sampel tahap keempat adalah kepala rumah tangga atau 
suami/istrinya di setiap rumah tangga terpilih. 
2.1.2. Desain Sampel 
Sampel blok sensus Survei Perilaku Anti Korupsi 2013 adalah 
subsampel dari blok sensus terpilih Susenas 2012 triwulan 3. Pengambilan 
sampel adalah Three Stages Two Phase Rotation Sampling, sebagai berikut: 
1. Pertama, memilih sejumlah kabupaten/kota dengan metode PPS 
sistematik with replacement size jumlah rumah tangga SP2010. 
Dengan metode ini kabupaten/kota terpilih lebih dari 1 kali akan 
memiliki alokasi sampel blok sensus lebih banyak. 
2. Kedua, memilih sejumlah blok sensus dari blok sensus terpilih 
Susenas triwulan 3 2012 di kabupaten terpilih dengan cara 
sistematik. Sampel blok sensus dibedakan atas daerah urban 
(perkotaan) dan rural (pedesaan). 
3. Ketiga, dari sampel blok sensus Susenas triwulan 3, dilakukan 
penarikan sampel rumah tangga berdasarkan hasil pemutakhiran 
sebanyak 10 rumah tangga. Penarikan sampel menggunakan nilai 
angka random pertama (R1) yang berbeda dengan R1 Susenas.
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI 
4. Keempat, dari setiap rumah tangga terpilih, selanjutnya dipilih 
responden kepala rumah tangga atau pasangannya menggunakan 
Tabel Kish 
2.1.3. Cakupan dan Jumlah Sampel 
Survei Perilaku Anti Korupsi 2013 dilaksanakan di seluruh Indonesia. 
Jumlah sampel blok sensus adalah 1000 blok sensus sehingga jumlah sampel 
rumah tangga adalah 10.000 rumah tangga. Sampel 1000 blok tersebut 
adalah sampel pada level nasional yang selanjutnya didistribusikan ke dalam 
populasi blok sensus di kabupaten/kota terpilih 
2.1.4. Pembentukan Paket Sampel Blok Sensus dan Kelompok Sampel 
Rumah Tangga 
Untuk keperluan pelaksanaan Panel Survei hingga tahun 2016, 
dilakukan sampling rotasi. Dari 1.000 sampel blok sensus terpilih SPAK 2012 
selanjutnya dibagi menjadi 4 paket sampel, yaitu: paket sampel 1, paket 
sampel 2, paket sampel 3, dan paket sampel 4. Setiap paket sampel 
berukuran 250 blok sensus dan antar paket sampel tidak saling tumpang 
tindih. Pada setiap blok sensus dipilih 2 kelompok sampel rumah tangga 
yang masing-masing berukuran 10 rumah tangga. Antar kelompok sampel 
rumah tangga tidak saling tumpang tindih. 
Tabel 2.1. 
Kelompok Sampel Rumah Tangga dalam Paket Sampel Blok Sensus 
Paket Sampel Blok 
Sensus 
6 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
Kelompok Sampel 
Rumah Tangga 
1 A dan E 
2 B dan F 
3 C dan G 
4 D dan H 
Setelah dilakukan pembagian kelompok sampel maka selanjutnya 
dilakukan pengaturan rotasi kelompok sampel setiap tahun pencacahan 
sebagai berikut :
Tabel 2.2. 
Kelompok Sampel Rumah Tangga 2012 - 2016 
Paket 
Sampel 
Blok Sensus 
Kelompok Sampel Rumah Tangga 
2012 2013 2014 2015 2016 
1 A E E E E 
2 B B F F F 
3 C C C G G 
4 D D D D H 
2.1.5. Pemilihan Sampel Rumah Tangga 
Misalkan jumlah rumah tangga di blok sensus ke-i dari hasil 
pemutakhiran adalah , maka interval untuk penarikan sampel sistematik 
adalah    
. Penentuan sampel rumah tangga ke-n (n=2,3,…,10) secara 
 dan 	 
 dan 	 
 dan 	 
 dan 	 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 7 
sistematik menggunakan rumus: 
	
  	 + (
 − 1) 
Sampel rumah tangga yang pertama (	) untuk setiap paket 
sampel ditentukan dengan rumus: 
1. Paket sampel 1: 	  	 
  	 
 + 1 atau 	 
  	 
 − 1 
2. Paket sampel 2: 	  	 
  	 
 + 1 atau 	 
  	 
 − 1 
3. Paket sampel 3: 	  	 
  	 
 + 1 atau 	 
  	 
 − 1 
4. Paket sampel 4: 	  	 
  	 
 + 1 atau 	 
  	 
 − 1 
2.1.6. Penggantian Sampel 
 Penggantian sampel blok sensus tidak diperkenankan. 
 Penggantian sampel rumah tangga diperkenankan asalkan 
penggantinya adalah rumah tangga yang menghuni bangunan sensus 
(dwelling) rumah tangga yang diganti.
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI 
2.1.7. Teknik Estimasi 
2.1.7.1. Design Weight 
Design Weight merupakan kebalikan dari fraksi sampling. Sehingga 
fraksi sampling untuk blok sensus SPAK dapat dijabarkan sebagai berikut: 
Sampel kabupaten/kota : b 
p dipilih secara PPS sistematik dari populasi 
kabupaten/kota di suatu propinsi sehingga fraksi sampling kabupaten/kota 
ke-k adalah: 
p k p 
Mb 
p pk 
pk M 
Σ 
Sampel blok sensus : dipilih secara sistematik dari sampel blok 
sensus Susenas triwulan 3, sehingga fraksi sampling blok sensus ke-i 
dibedakan urban/rural adalah: 
 
h 
h hi 
n 
hi M 
Σ h 
Jumlah sampel ruta blok sensus SPAK 2013 adalah 10, sehingga 
fraksi sampling rumah tangga ke-j terpilih dibedakan urban/rural adalah: 
 h 
10 
f m 
Overall sampling fraction untuk rumah tangga SPAK 2013 ke-j blok sensus 
ke-i, kabupaten ke-p dibedakan urban/rural adalah: 
p k p 
hpij pk hi hj i M M 
8 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
p 
N 
k 
pk 
M 
Mb 
f  
 
1 
n 
0 
1 
hi 
h 
h 
Nh 
i 
hi 
M 
n 
n 
M 
n M 
f  
  
 
hi hi 
ih j MM 
 
 
 
| 
hi 
h 
h i h 
p 
n M 
M 
Mb 
f f f f 
 
.  .   10 
0 
|
Sehingga design weight SPAK 2013 per kabupaten/kota ke-p menurut 
urban/rural adalah : 
1 0 hi 
p k p 
ij ij X ˆW x 
h 
ij ij Yˆ W y 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 9 
dimana : 
: weight rumah tangga ke-j, blok sensus ke-i, propinsi ke-p strata ke-h 
: banyaknya rumah tangga propinsi ke-p 
: banyaknya rumah tangga kabupaten/kota ke-k, propinsi ke-p 
: banyaknya populasi rumah tangga propinsi ke-p, strata ke-h 
: banyaknya rumah tangga blok sensus ke-i, strata ke-h 
: banyaknya rumah tangga hasil pemutakhiran blok sensus ke-i, strata ke-h 
: banyaknya sampel blok sensus, strata ke-h 
: banyaknya sampel rumah tangga di setiap blok sensus, strata ke-h 
2.1.7.2. Estimasi Karakteristik 
Misalkan ij y dan ij x masing-masing merupakan nilai karakteristik Y dan 
X rumah tangga terpilih ke-j di blok sensus terpilih ke-i di suatu propinsi di 
suatu strata, maka estimasi total karakteristik Y, X, dan rasio R serta varians 
rasio dirumuskan sebagai berikut: 
a. Estimasi total nilai karakteristik X 
ΣΣ 
= = 
= 
n 
1i 
m 
1j 
b. Estimasi total nilai karakteristik Y: 
ΣΣ 
= = 
= 
n 
1i 
m 
1j 
10 
h i h 
p 
hpij 
hpij 
M 
Mn 
M 
Mb 
M 
f 
w 
 
 
  
hpij w 
p M 
pk M 
h0 M 
hi M 
hi M 
h n 
h m
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI 
c. Estimasi rasio dan varians rasio: 
yW 
Yˆ 
= = == = n 
10 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
ΣΣ 
= = 
y 
ΣΣ 
ΣΣ 
ΣΣ 
= = 
= = 
1i 
m 
1j 
ij 
n 
1i 
m 
j 1 
ij 
n 
1i 
m 
1j 
ij ij 
n 
1i 
m 
1j 
ij ij 
x 
xW 
Xˆ 
Rˆ 
	 
 =  
 !  
 

 #Σ % 
' − ( 
 
! 

 
) 
 = - − 	/.01 
* +, % 
% 
= - − 	/.0 1 
Dengan: 

 : jumlah blok sensus terpilih 
- 
 : estimasi total karakteristik Y dalam blok sensus ke-i 
1 
 : estimasi total karakteristik X dalam blok sensus ke-i 
2 : fraksi penarikan sampel blok sensus 
2.2. Metodologi Perhitungan Indeks 
Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) 2013 adalah indikator komposit 
yang datanya diperoleh dari Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK). SPAK 2013 
mencakup tiga fenomena utama korupsi yaitu penyuapan (bribery), 
pemerasan (extortion), dan nepotisme. Variabel penyusun IPAK dipilih dari 
sekumpulan pertanyaan pada kuesioner SPAK 2013 menggunakan 
explanatory factor analysis (EFA) 
IPAK disusun berdasarkan dua substansi utama yakni pendapat tentang 
kebiasaan terkait akar dan perilaku anti korupsi di masyarakat serta 
pengalaman praktek korupsi terkait pelayanan publik dalam kurun waktu 
setahun terakhir. 
IPAK sebagai sebuah indeks komposit dihitung menggunakan beberapa 
variabel interdependensi yang signifikan secara statistik. Dibutuhkan 
metode analisis statistik yang mampu menangani interdependensi antar 
variabel dan sekaligus memberikan besaran bobot (penimbang) bagi setiap 
variabel yang signifikan secara statistik. 
Exploratory Factor Analysis merupakan metode analisis statistik yang 
dianggap paling cocok digunakan, dengan keterangan sebagai berikut : 
 Metode ekstraksi: Principal Component Analysis (PCA)
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 11 
 Model Fit: 
 Kaiser-Mayer-Olkin Measure of Sampling Adequacy  0,5 
 Eigenvalue  1 
 Loading Factor  0,4 
 Total Variance Explained  60% 
Berikut adalah tahapan penghitungan IPAK : 
• Pemilihan variabel analisis dan transformasi data (proses recording 
data) 
• Pemilihan variabel penyusun indeks didasarkan pada hasil 
Exploratory Factor Analysis (Principal Component Analysis) 
• Penghitungan indeks komposit (Indeks Perilaku Anti Korupsi. 
Penghitungan IPAK 
1. Penghitungan Bobot Setiap Variabel 
34546 (3) = 
7489:
; 8=64 
?468@ 7489:
; 8=64 
98@8A 1 28B64 
C ?468@ D8:8E: 98@8A 1 28B64 
2. Penghitungan Bobot Terstandarisasi Setiap Variabel 
34546 ?FE68
98:E8E: (5) = 
3 
Σ 3 
3. Penghitungan IPAK 
IPAK adalah rata-rata tertimbang dari seluruh jawaban pada variabel 
penyusun indeks dengan penimbang bobot terstandardisasi masing-masing. 
GH = 
Σ 51 
Σ 5 
bi : Bobot Terstandarisasi; Xi : Variabel 
4. Transformasi indeks ke skala 5 (sesuai Perpres) 

9FBE (I − 5) = 
(5 C 
9FBE (1 − 4) − 5) 
3
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI 
IPAK memiliki rentang nilai 0–5. Nilai indeks semakin mendekati 5 
menunjukkan bahwa masyarakat berperilaku semakin anti korupsi. Dalam 
memaknainya, nilai IPAK bisa dikelompokkan ke dalam 4 kategori, sebagai 
berikut : 
Nilai IPAK Makna Indeks 
0 – 1,25 Sangat Permisif 
1,26 – 2,50 Permisif 
2,51 – 3,75 Anti Korupsi 
3,76 – 5 Sangat Anti Korupsi 
2.3. Konsep dan Definisi 
Menurut Wertheim, ada tiga fenomena utama yang tercakup dalam 
istilah korupsi pada negara-negara Asia Tenggara yaitu 
 Penyuapan (bribery), yakni apabila seorang pegawai pemerintah 
menerima imbalan yang disodorkan oleh seorang dengan maksud 
mempengaruhinya agar memberikan perhatian istimewa pada 
kepentingan si pemberi. 
 Pemerasan (extortion), yakni permintaan pemberian-pemberian 
atau hadiah dalam pelaksanaan tugas-tugas publik, termasuk 
pejabat-pejabat yang menggunakan dana publik yang mereka urus 
bagi keuntungan mereka sendiri atau mereka yang bersalah 
melakukan penggelapan di atas harga yang harus dibayar oleh publik. 
 Nepotisme (nepotism) yaitu pengangkatan sanak saudara, teman-teman 
atau rekan-rekan politik pada jabatan-jabatan publik tanpa 
memandang kemampuan mereka atau konsekuensinya pada 
kesejahteraan publik. 
Akar Kultural Korupsi 
Menurut Scott (dalam Mas’oed, 2008) dalam setiap masyarakat 
terdapat desakan untuk timbulnya korupsi disebabkan karena faktor 
kultural dan struktural. Dalam masyarakat seperti Indonesia, faktor kultural 
yang umumnya mendorong timbulnya korupsi, misalnya adalah adanya nilai 
atau kebiasaan sebagai berikut: 
12 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
 Adanya tradisi pemberian hadiah, oleh-oleh atau semacam itu kepada 
pejabat pemerintah. Tindakan seperti itu di Eropa atau Amerika 
Utara bisa dianggap korupsi sebagai bentuk pemenuhan kewajiban 
oleh kawula kepada gustinya. 
 Ikatan keluarga dan kesetiaan parokial di masyarakat ketimuran 
seperti Indonesia masih dipandang sangat penting. Kewajiban 
seseorang pertama-tama adalah memperhatikan saudara terdekat, 
kemudian trah atau sesama etniknya. Pada budaya semacam ini 
apabila ada seseorang yang mendatangi saudaranya yang pejabat 
untuk meminta perlakuan khusus sulit untuk ditolak. Penolakan bisa 
diartikan sebagai pengingkaran terhadap kewajiban tradisional, 
tetapi menuruti permintaan berarti mengingkari norma-norma 
hukum formal yang berlaku. Sehingga selalu terjadi konflik nilai, 
yaitu antara norma budaya atau norma hukum formal. 
Hasil diskusi dengan stakeholder dan para ahli, definisi perilaku korupsi 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 13 
dan anti korupsi dalam SPAK 2013 : 
Perilaku korupsi adalah “Tindakan meminta (pemerasan)/ 
memperoleh/memberi (penyuapan) imbalan uang, barang, atau 
keistimewaan (nepotisme) bagi layanan yang sudah seharusnya diberikan 
atau menggunakan kekuasaan/wewenang untuk mencapai tujuan yang tidak 
sesuai dengan standar etik/moral atau peraturan perundang-undangan bagi 
kepentingan pribadi (personal, keluarga dekat, kawan dekat)”. 
Perilaku anti korupsi adalah “tindakan menolak/tidak permisif 
terhadap segala perilaku baik yang secara langsung merupakan korupsi, 
maupun perilaku yang menjadi akar atau kebiasaan pelanggengan perilaku 
korupsi di masyarakat yang terjadi di keluarga, komunitas, maupun publik”.
III. PROFIL RESPONDEN 
III. PROFIL RESPONDEN 
Pindah 
54% 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 15 
3.1. Response Rate Pencacahan 
Responden terpilih untuk Survei Perilaku Anti Korupsi 2013 ini adalah 
kepala rumah tangga atau pasangannya (suami/isteri). Penentuan ini 
didasarkan pada pertimbangan bahwa kepala rumah tangga atau 
pasangannya selain merupakan orang yang bertanggung-jawab atas 
pengelolaan aset rumah tangga, juga merupakan informan kunci yang paling 
mengetahui keadaan rumah tangganya dan banyak berhubungan dengan 
pelayanan publik. 
Gambar 3.1. 
Persentase Non-Respon SPAK 2013 Menurut Alasannya 
Gila/Sakit/ 
Menolak 
6% 
Tua/ 
lainnya 
16% 
Pergi 
16% 
Tidak 
Ditemukan 
8% 
Dari keseluruhan sampel yang berjumlah sebanyak 10.000 responden, 
sebanyak 970 responden sampai batas akhir waktu pencacahan tidak 
berhasil dicacah dikarenakan berbagai hal: pindah sebesar 54 persen, tidak 
dapat ditemukan sebesar 8 persen, tidak bersedia dicacah atau menolak 
sebesar 6 persen, sedang pergi selama periode pencacahan sebesar 16 
persen), dan lainnya sebesar 16 persen tidak dapat didata karena berbagai 
hal seperti sudah terlalu tua, sakit, dan gila.
III. PROFIL RESPONDEN 
Tingkat respon pencacahan (response rate) SPAK 2013 ini secara 
keseluruhan mencapai sebesar 90,3 persen. Secara rinci response rate setiap 
provinsi dapat dilihat pada Tabel 3.1. 
Tabel 3.1. 
Persentase Response Rate dan Non Response Rate 
Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2013 
Provinsi Respon Rate Non-Respon Rate Jumlah 
(1) (2) (3) (4) 
Aceh 90,00 10,00 100,00 
Sumatera Utara 91,04 8,96 100,00 
Sumatera Barat 90,00 10,00 100,00 
Riau 89,00 11,00 100,00 
Jambi 93,33 6,67 100,00 
Sumatera Selatan 83,33 16,67 100,00 
Bengkulu 85,00 15,00 100,00 
Lampung 93,85 6,15 100,00 
Kep. Bangka Belitung 90,00 10,00 100,00 
Kep. Riau 88,75 11,25 100,00 
DKI Jakarta 89,46 10,54 100,00 
Jawa Barat 88,68 11,32 100,00 
Jawa Tengah 93,24 6,76 100,00 
DI Yogyakarta 87,00 13,00 100,00 
Jawa Timur 92,26 7,74 100,00 
Banten 89,36 10,64 100,00 
Bali 92,35 7,65 100,00 
Nusa Tenggara Barat 92,17 7,83 100,00 
Nusa Tenggara Timur 93,64 6,36 100,00 
Kalimantan Barat 92,50 7,50 100,00 
Kalimantan Tengah 91,67 8,33 100,00 
Kalimantan Selatan 91,67 8,33 100,00 
Kalimantan Timur 88,13 11,88 100,00 
Sulawesi Utara 88,89 11,11 100,00 
Sulawesi Tengah 91,82 8,18 100,00 
Sulawesi Selatan 87,62 12,38 100,00 
Sulawesi Tenggara 95,00 5,00 100,00 
Gorontalo 92,50 7,50 100,00 
Sulawesi Barat 90,00 10,00 100,00 
Maluku 80,00 20,00 100,00 
Maluku Utara 76,00 24,00 100,00 
Papua Barat 85,00 15,00 100,00 
Papua 82,22 17,78 100,00 
INDONESIA 90,30 9,70 100,00 
16 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 17 
3.2. Profil Demografis Responden 
Faktor-faktor demografis adalah faktor atau atribut yang melekat 
pada seseorang, variabel demografis yang dikumpulkan dalam survei ini 
terbatas pada jenis kelamin, umur, hubungan dengan kepala rumah tangga, 
dan status perkawinan. Faktor demografis ini diduga berpengaruh terhadap 
sikap, pandangan dan perilaku seseorang. Faktor-faktor lainnya yang juga 
diduga berpengaruh adalah tingkat pendidikan, status dan lapangan 
pekerjaan dibahas pada bagian berikutnya. 
Berdasarkan Tabel 3.2 terlihat bahwa sebagian besar responden 
yang diwawancarai adalah kepala rumah tangga (KRT). Pada 2013 
responden berstatus KRT sebanyak 58,48 persen dari jumlah responden 
secara keseluruhan, sedangkan 41,52 persen responden lainnya adalah 
pasangan atau suami/isteri dari KRT. 
Tabel 3.2. 
Persentase Responden Menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga 
dan Jenis Kelamin, 2013 
Hubungan dengan 
Kepala Rumah Tangga 
Laki-laki 
Perempuan Jumlah 
(1) (2) (3) (4) 
KRT 99,91 26,26 58,48 
Isteri/Suami 0,09 73,74 41,52 
Jumlah 100,00 100,00 100,00 
Selain melihat pola status responden menurut hubungan dengan 
KRT, survei ini juga menanyakan mengenai status perkawinan responden. 
Terdapat empat kategori yakni tidak kawin, kawin, cerai hidup dan cerai 
mati. Tidak kawin berarti responden tersebut belum pernah kawin. 
Sementara kawin adalah seseorang mempunyai istri (bagi laki-laki) atau 
suami (bagi perempuan) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama 
maupun terpisah. 
Dalam hal ini yang dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara 
hukum (adat, agama, negara, dan sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup 
bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami-istri. 
Cerai hidup adalah seseorang yang telah berpisah sebagai suami-istri karena 
bercerai dan belum kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang
III. PROFIL RESPONDEN 
mengaku cerai walaupun belum resmi secara hukum. Sebaliknya tidak 
termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi masih berstatus kawin, 
misalnya suami/istri ditinggalkan oleh istri/suami ke tempat lain karena 
sekolah, bekerja, mencari pekerjaan, atau untuk keperluan lain. Wanita yang 
mengaku belum pernah kawin tetapi pernah hamil, dianggap cerai hidup. 
Selanjutnya cerai mati adalah seseorang ditinggal mati oleh suami atau 
istrinya dan belum kawin lagi. 
Komposisi responden menurut status perkawinan seperti yang 
disajikan pada Tabel 3.3, menunjukkan bahwa mayoritas dari keseluruhan 
responden status perkawinannya adalah kawin. Lebih dari tiga perempat 
dari keseluruhan responden atau sebesar 82,08 persen berstatus kawin, 
mempunyai istri bagi laki-laki atau mempunyai suami bagi yang perempuan. 
Responden yang memiliki status perkawinan cerai (mati dan hidup) sebesar 
15,65 persen. Sedangkan responden yang tidak kawin sebesar 2,27 persen. 
Tabel 3.3. 
Persentase Responden Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin 
Tahun 2013 
Status 
Perkawinan Laki-Laki Perempuan Jumlah 
(1) (2) (3) (4) 
Tidak Kawin 3,22 1,54 2,27 
Kawin 88,74 76,90 82,08 
Cerai Hidup 2,30 3,25 2,84 
Cerai Mati 5,74 18,31 12,81 
Jumlah 100,00 100,00 100,00 
Komposisi responden menurut status perkawinannya untuk setiap 
jenis kelamin memiliki polanya serupa secara keseluruhan. Persentase 
responden laki-laki berstatus kawin 88,74 persen sementara responden 
perempuan bersatus kawin persentasenya mencapai 76,90 persen. Proporsi 
responden laki-laki yang berstatus cerai hidup berjumlah paling sedikit, 
yakni hanya 2,3 persen. Sementara itu proporsi responden perempuan tidak 
kawin paling kecil sebesar 1,54 persen. 
Struktur umur responden yang diperlihatkan pada Gambar 3.2, 
modus umur berkisar antara 40 - 49 tahun dengan persentase sebesar 26,30 
persen. Sebagian besar responden merupakan individu dalam usia produktif 
terlihat dari gabungan kelompok umur 20 - 29, 30 – 39 dan 40 – 49 tahun 
18 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
yang mencapai 59,32 persen dari keseluruhan. Untuk kelompok dengan 
jumlah paling kecil adalah penduduk dibawah 20 tahun, hanya berjumlah 
0,46 persen. 
Gambar 3.2. 
Persentase Responden menurut Kelompok Umur (Tahun), 2013 
26,30 
22,13 
11,59 
6,49 
 20 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70 + 
Kelompok Umur (Tahun) 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 19 
0,46 
8,43 
24,59 
30,00 
25,00 
20,00 
15,00 
10,00 
5,00 
0,00 
3.3. Tingkat Pendidikan Responden 
Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) yaitu 
proses perubahan sikap dan tata laku sesorang atau sekelompok orang 
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan 
pelatihan. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia pasal 1 Nomor 20 
Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, pengertian pendidikan adalah 
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses 
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi 
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, 
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan 
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 
Setiap jenjang pendidikan ditetapkan berdasarkan tingkat 
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang 
dikembangkan. Sejalan dengan itu, tingkat pendidikan seseorang dapat 
merefleksikan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kedewasaan yang 
dimilikinya. Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan 
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai 
dan kemauan yang dikembangkan. Tingginya rata-rata tingkat pendidikan 
masyarakat sangat penting bagi kesiapan bangsa menghadapi tantangan
III. PROFIL RESPONDEN 
global di masa depan. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan 
memudahkan sesorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan 
mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari. 
Pendidikan formal membentuk nilai bagi seseorang terutama dalam 
menerima hal baru (Suhardjo, 2007). 
Dalam survei ini yang dimaksud jenjang pendidikan tertinggi yang 
pernah ditamatkan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang pernah 
ditamatkan oleh seseorang yang masih atau sudah tidak bersekolah lagi. 
Terdapat delapan kategori jenjang pendidikan mulai dari tidak pernah 
sekolah sampai tamat S2 atau S3. 
Tabel 3.4. 
Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan 
dan Jenis Kelamin, 2013 
Tingkat Pendidikan 
yang Ditamatkan Laki-laki Perempuan Jumlah 
(1) (2) (3) (4) 
Tidak Pernah Sekolah 7,47 11,48 9,72 
Tidak Tamat SD/sedarajat 21,97 20,54 21,16 
SD/Sederajat 29,77 31,15 30,55 
SLTP/Sederajat 13,57 14,74 14,23 
SLTA/Sederajat 19,31 16,37 17,66 
DI/DII/DIII 1,92 2,02 1,98 
S1 5,21 3,44 4,21 
S2/S3 0,77 0,26 0,49 
Jumlah 100,00 100,00 100,00 
Komposisi responden menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan 
secara rinci disajikan pada Tabel 3.4. Persentase yang tertinggi adalah tamat 
SD/sederajat (30,55 persen), berikutnya berturut-turut adalah tidak tamat 
SD/sederajat (21,16 persen), tamat SLTA (17,66 persen), dan tamat SLTP 
(14,23 persen). Sedangan gabungan responden tamatan Diploma, S1, S2/S3 
persentasenya sebesar 6,68 persen. 
Struktur tingkat pendidikan responden pada masing-masing jenis 
kelamin serupa dengan struktur tingkat pendidikan responden secara 
keseluruhan. Persentase tertinggi pada responden laki-laki adalah tamatan 
SD mencapai 29,77 persen, sementara responden perempuan yang tamatan 
SD sebesar 31,15 persen. 
20 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
3.4. Jenis Kegiatan Utama Responden 
Kegiatan utama sehari-hari yang dilakukan seseorang akan 
membangun suatu komunitas tersendiri yang juga memiliki pola interaksi 
sosial tersendiri. Kondisi ini pada gilirannya nanti akan mempengaruhi sikap 
dan perilakunya. Sejalan dengan itu, sikap, wawasan dan perilaku seseorang 
yang bekerja akan berbeda dengan orang yang mengurus rumah tangga atau 
sekolah (tidak bekerja). 
Survei menanyakan apakah responden bekerja atau berusaha dalam 
seminggu terakhir. Konsep bekerja atau berusaha yang dipakai dalam survei 
ini adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud 
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan 
paling sedikit 1 (satu) jam secara tidak terputus selama seminggu yang lalu. 
Kegiatan bekerja ini mencakup, baik yang sedang bekerja maupun yang 
punya pekerjaan tetapi dalam seminggu yang lalu sementara tidak bekerja, 
misalnya karena cuti, sakit, dan sejenisnya. 
Tabel 3.5. 
Persentase Responden Menurut Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin, 2013 
Kegiatan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah 
(1) (2) (3) (4) 
Bekerja 89,82 60,88 73,54 
Tidak Bekerja 10,18 39,12 26,46 
Jumlah 100,00 100,00 100,00 
Komposisi responden menurut kegiatan utama sehari-hari disajikan 
pada Tabel 3.5. Kegiatan utama mayoritas responden adalah bekerja sebesar 
73,54 persen, sedangkan responden yang tidak bekerja pada saat dilakukan 
pencacahan mencapai 26,46 persen. 
Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin maka untuk responden yang 
berjenis kelamin laki-laki yang tidak bekerja ada sebanyak 10,18 persen. 
Berbeda dengan responden perempuan yang tidak bekerja persentasenya 
sebanyak 39,12 persen. 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 21
III. PROFIL RESPONDEN 
3.5. Status dalam Pekerjaan Utama Responden 
Status dalam pekerjaan utama adalah kedudukan seseorang dalam 
melakukan pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan. Komposisi responden 
menurut status dalam pekerjaan utama dari Tabel 3.6 terlihat bahwa 
persentase tertinggi adalah berusaha sendiri sebesar 30,06 persen. 
Kelompok mayoritas responden berikutnya berturut-turut adalah 
mereka yang berusaha dibantu buruh tidak dibayar (17,89 persen), mereka 
yang merupakan karyawan/pegawai swasta (16,21 persen), dan pekerja 
bebas (14,33 persen). Sedangkan untuk responden yang berstatus sebagai 
pegawai negeri sipil mencapai 4,63 persen. 
Tabel 3.6. 
Persentase Responden Menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2013 
Status dalam 
Pekerjaan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah 
(1) (2) (3) (4) 
Berusaha sendiri 28,79 31,51 30,06 
Berusaha dibantu buruh tidak dibayar 21,82 13,38 17,89 
Berusaha dibantu buruh dibayar 6,94 3,88 5,52 
Karyawan/pegawai swasta 19,23 12,73 16,21 
Pegawai Negeri Sipil/ Pejabat Pemerintah 4,54 4,73 4,63 
TNI/POLRI 1,09 0,02 0,59 
Pegawai BUMD/BUMN 0,33 0,10 0,23 
Pekerja bebas 15,76 12,69 14,33 
Pekerja tidak dibayar 0,75 20,13 9,77 
Lainnya 0,73 0,83 0,78 
Jumlah 100,00 100,00 100,00 
Bila diklasifikasi menjadi tiga kelompok utama yaitu: 1) kelompok 
pegawai negeri (PNS dan TNI/Polri), 2) kelompok pekerja/pegawai swasta, 
dan 3) kelompok berusaha (wiraswasta) maka data yang dihasilkan 
menunjukkan mayoritas responden berada dalam kelompok yang memiliki 
pekerjaan berusaha (wiraswasta) mencapai 53,46 persen, diikuti kelompok 
pekerja/pegawai swasta mencapai 41,32 persen dan kelompok aparatur 
pemerintah (PNS dan TNI Polri) sebesar 5,22 persen dari keseluruhan 
responden yang bekerja pada saat pencacahan dilaksanakan. 
22 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
3.6. Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan Responden 
Pengeluaran rumah tangga secara umum dapat menggambarkan 
tingkat pendapatan. Pendapatan seseorang merupakan salah satu faktor 
yang turut menentukan tingkat kesejahteraan dalam kehidupan seseorang. 
Secara umum, tingkat kesejahteraan memiliki pengaruh terhadap pola pikir 
seseorang. Dalam kaitannya dengan perilaku anti korupsi, pola pikir (mind 
set) dapat membentuk perilaku permisif atau tidaknya seseorang dalam 
menyikapi petty corruption (korupsi sehari-hari). 
Tingkat pendapatan dalam survei ini diukur dengan tingkat 
pengeluaran. Rata-rata pengeluaran rumah tangga per bulan merupakan 
perkiraan berapa biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan hidup seluruh 
rumah tangga setiap bulan. 
Gambar 3.3. 
Persentase Responden menurut Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan , 2013 
60,00 
50,00 
40,00 
30,00 
20,00 
10,00 
Tingkat pengeluaran rumah tangga (sebulan) responden seperti yang 
perlihatkan pada Gambar 3.3 memperlihatkan bahwa mayoritas responden 
berada pada tingkat pengeluaran rumah tangga sebulan berkisar antara Rp 1 
juta – Rp 2,9 juta mencapai lebih dari separuh (55,94 persen). Kemudian 
diikuti dengan responden yang memiliki pengeluaran rumah tangga dibawah 
Rp 1 juta sebesar 30,29 persen. Sedangkan, untuk kelompok dengan jumlah 
yang paling kecil yakni pengeluaran rumah tangga diatas Rp 15 juta sebulan 
hanya berjumlah 0,09 persen dari keseluruhan. 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 23 
30,29 
55,94 
12,28 
1,24 0,16 0,09 
0,00 
 1 Juta 1 - 2,9 
juta 
3 - 5,9 
juta 
6 - 9,9 
juta 
10 - 14,9 
juta 
 15 juta 
Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan (Rp)
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 
Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia merupakan alat ukur 
yang memiliki fungsi untuk menggambarkan dinamika perilaku masyarakat 
apakah berperilaku anti atau permisif terhadap korupsi. Selain itu, juga 
untuk mencerminkan intensitas dan kecenderungan perilaku yang 
mengambarkan kondisi perilaku masyarakat secara umum (secara 
matematis indeks masyarakat adalah rata-rata dari indeks seluruh individu). 
Meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti korupsi merupakan 
salah satu dari enam strategi yang diamanatkan Stranas PPK. Strategi ini 
mengangankan masyarakat menjadi pelaku aktif pencegahan dan 
pemberantasan korupsi. Strategi ini diukur berdasarkan IPAK dari individu 
di Indonesia. Semakin tinggi angka indeks ini, maka diyakini nilai budaya 
anti korupsi semakin terinternalisasi dan mewujud dalam perilaku nyata 
setiap individu untuk memerangi tindak pidana korupsi. Sesuai dengan visi 
dari strategi nasional pencegahan dan pemberantasan korupsi (Stranas PPK) 
yang kelima yakni terwujudnya masyarakat dengan budaya integritas dalam 
berbagai lini kehidupan berbangsa dan bernegara. 
IPAK dihitung secara tahunan dapat untuk menggambarkan 
perkembangan dinamika perilaku masyarakat. IPAK 2013 merupakan 
kelanjutan dari baseline IPAK pada tahun 2012 lalu. 
Indeks Perilaku Anti 
Korupsi (IPAK) Indonesia 
2013 sebesar 3,63 dalam 
skala 0 sampai 5. 
Angka ini naik 0,08 poin 
dibandingkan IPAK tahun 
2012 (3,55) 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 25 
IPAK Indonesia 2013 sebesar 
3,63 dalam skala 0 sampai 5. Angka 
ini naik 0,08 poin dibandingkan 
dengan IPAK 2012 yang besarnya 
3,55. Meski demikian, kenaikan ini 
belum merubah posisi dalam 
kategori indeks, karena masih dalam 
kategori yang sama yakni anti 
korupsi. 
Kategori IPAK dibagi ke dalam empat kategori yakni “sangat permisif 
terhadap korupsi“ dengan nilai indeks 0 sampai 1,25, kategori “permisif” 
terhadap korupsi dengan nilai indeks 1,26 sampai 2,50, kategori “anti
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 
korupsi” dengan nilai indeks 2,51 sampai 3,75, dan kategori ”sangat anti 
korupsi” dengan nilai indeks 3,76 sampai 5,00. 
Gambar 4.1. 
Perkembangan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia, 2012–2013 
Makna nilai IPAK adalah semakin mendekati angka lima menunjukkan 
bahwa masyarakat berperilaku semakin anti korupsi, yang bernilai bahwa 
budaya zero tolerance terhadap korupsi semakin mengikat dan mewujud 
dalam perilaku di masyarakat. 
Dengan demikian, diharapkan semakin berkembangnya persamaan cara 
pandang individu bahwa korupsi sangat merugikan masyarakat dan setiap 
manusia Indonesia, yang kemudian akan muncul perbaikan perilaku yang 
anti korupsi. Pendidikan dan internalisasi budaya anti korupsi di segenap 
lapisan masyarakat merupakan salah satu cari untuk menyamakan cara 
pandang tersebut. 
4.1. IPAK Menurut Jenis Kelamin 
Secara umum, IPAK 2013 lebih 
tinggi pada jenis kelamin laki-laki 
dibanding perempuan, meski 
perbedaannya tidak dapat dikatakan 
signifikan. Berdasarkan Gambar 4.2 
IPAK 2013 untuk jenis kelamin laki-laki 
sedikit lebih tinggi sebesar 3,66 
26 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
Meski tidak berbeda 
signifikan, IPAK laki-laki 
relatif lebih tinggi 
daripada IPAK 
perempuan
dibanding perempuan sebesar 3,60. Hal ini juga terjadi pada IPAK 2012 
dimana IPAK untuk jenis kelamin laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan 
IPAK untuk jenis kelamin perempuan. 
Pada setiap kelompok jenis kelamin terjadi perubahan IPAK dari 2012 
ke 2013. Dibandingkan dengan IPAK 2012 terlihat pola yang sama antara 
IPAK laki-laki dan perempuan. IPAK untuk laki-laki maupun IPAK untuk 
perempuan masing-masing naik 0,07 poin. 
Gambar 4.2. 
Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Jenis Kelamin. 2012–2013 
Lebih tingginya angka IPAK 2013 untuk laki-laki dibandingkan dengan 
IPAK untuk perempuan dari hasil survei berbanding lurus dengan tingkat 
pengetahuan terkait dengan perilaku korupsi. Terlihat dari lebih banyak laki-laki 
dibandingkan perempuan yang mengetahui/memahami jenis-jenis 
perilaku yang merupakan perilaku korupsi (lihat bab 5.4 
Pengetahuan/Pemahaman terkait perilaku korupsi). Hal ini mencerminkan 
lebih rendahnya pengetahuan/pemahaman perempuan terkait dengan 
perilaku korupsi yang berimplikasi kepada kecenderungan semakin 
permisifnya perempuan daripada laki-laki. 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 27 
4.2. IPAK Menurut Umur 
IPAK 2013 lebih tinggi pada penduduk usia kurang dari 60 tahun 
dibanding penduduk usia 60 tahun ke atas. IPAK penduduk usia kurang dari 
40 tahun sebesar 3,63, usia 40 sampai 59 tahun sebesar 3,65, dan usia 60 
tahun ke atas sebesar 3,55.
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 
Seperti yang disajikan pada Gambar 4.3 memperlihatkan pada setiap 
kelompok umur terjadi kenaikan IPAK dari 2012 ke 2013. Pada kelompok 
umur di bawah 40 tahun terjadi kenaikan dari 3,57 menjadi 3,63. Pada 
kelompok umur 40 sampai 60 tahun terjadi kenaikan dari 3,58 menjadi 3,65. 
Hal ini juga terjadi pada kelompok umur di atas 60 tahun yang mengalami 
kenaikan dari 3,45 menjadi 3,55. 
Gambar 4.3. 
Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Umur (Tahun), 2012-2013 
4.3. IPAK Menurut Pendidikan 
Pendidikan berpengaruh cukup kuat pada semangat anti korupsi. Dari 
Gambar 4.4 terlihat bahwa semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi 
IPAK. IPAK 2013 untuk responden berpendidikan SLTP ke bawah sebesar 
3,55, SLTA sebesar 3,82 dan di atas SLTA sebesar 3,94. 
Bila diliihat, terjadi peningkatan pada 
indeks kategori SLTP ke bawah, dimana pada 
2013 skornya naik dibandingkan angka 2012. 
Sementara itu, pada kategori SLTA pada 2012 
sebesar 3,78 dan pada 2013 sebesar 3,82. 
Sementara untuk kategori SLTA ke atas pada 
2012 sebesar 3,93 dan pada 2013 sebesar 3,94 
Secara umum tingkat pendidikan seseorang dapat merefleksikan tingkat 
pengetahuan, keterampilan, dan kedewasaan yang dimilikinya. Pendidikan 
28 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
Pendidikan 
berpengaruh cukup 
kuat pada semangat 
anti korupsi
dan internalisasi budaya anti korupsi di segenap lapisan masyarakat 
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan semangat anti korupsi. 
Gambar 4.4. 
Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi, 2012-2013 
4.5. IPAK Menurut Hubungan Kepala Rumah Tangga 
Secara umum tidak terdapat perbedaan yang signifkan skor indeks bila 
dilihat berdasarkan hubungan dengan kepala rumah tangga. Pada setiap 
kategori hubungan dengan kepala rumah tangga terjadi kenaikan IPAK dari 
2012 ke 2013. 
Gambar 4.5. 
Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga, 
2012–2013 
Berdasarkan Gambar 4.5 terlihat IPAK 2013 untuk responden yang 
berstatus KRT naik dari 3,56 menjadi 3,62 dan IPAK untuk responden yang 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 29
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 
berstatus pasangan (suami/istri) juga naik dari 3,54 menjadi 3,63 pada 
2013. Pola ini sejalan dengan pola yang terjadi pada IPAK komposit. 
4.6. IPAK Menurut Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga 
Apabila dilihat berdasarkan 
tingkat pengeluaran maka secara 
umum terlihat bahwa tingkat 
pengeluaran paling rendah 
memiliki IPAK yang paling rendah 
pula. 
Secara umum terlihat tingkat 
pengeluaran rendah memiliki 
IPAK yang cenderung rendah 
Gambar 4.6. 
IPAK Indonesia Menurut Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan 
(dalam jutaan rupiah), 2013 
3,64 
1 – 2,9 3 – 5,9 6 – 9,9 10 – 14,9  15 
5,0 
3,75 
2,50 
1,25 
0 
 1 
Seperti yang disajikan pada Gambar 4.6. terlihat pada 2013, IPAK untuk 
masyarakat dengan tingkat pengeluaran dibawah 1 juta perbulan sebesar 
3,53 sementara IPAK untuk masyarakat dengan tingkat pengeluaran diatass 
15 juta rupiah sebesar 3,82. Selanjutnya, IPAK 2013 untuk masyarakat 
dengan tingkat pengeluaran 1 sampai 2,9 juta perbulan sebesar 3,64. 
IPAK 2013 untuk masyarakat dengan tingkat pengeluaran 3 sampai 5,9 
juta perbulan sebesar 3,78, IPAK 2013 untuk masyarakat dengan tingkat 
pengeluaran 6 sampai 9,9 juta perbulan sebesar 3,69. Kemudian, IPAK 2013 
30 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
2013 
3,53 
3,78 
3,69 
3,86 
3,82
untuk masyarakat dengan tingkat pengeluaran 10 sampai 14,9 juta perbulan 
sebesar 3,86. 
Tingkat kesejahteraan yang direfleksikan dalam tingkat pengeluaran 
memiliki pengaruh terhadap pola pikir seseorang. Dalam kaitannya dengan 
perilaku anti korupsi, pola pikir (mind set) secara kognitif dapat membentuk 
perilaku permisif atau tidaknya seseorang terkait dengan petty corruption 
(korupsi sehari-hari). 
IPAK masyarakat di 
wilayah perkotaan 
sedikit lebih tinggi 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 31 
4.7. IPAK Menurut Urban - Rural 
Nilai IPAK berdasarkan wilayah urban - rural memiliki pola yang sama 
dengan IPAK nasional. Pada Gambar 4.7 terlihat IPAK 2013 untuk perkotaan 
cenderung lebih tinggi sebesar 3,71 
dibandingkan IPAK perdesaan sebesar 
3,55. Perbandingan serupa juga telah 
nampak pada 2012, IPAK perkotaan 
sebesar 3,63 dibanding perdesaan 
sebesar 3,43. 
Gambar 4.7. 
Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Domisili Wilayah, 2012–2013 
Secara umum pada setiap kelompok wilayah, baik perkotaan maupun 
perdesaan terjadi peningkatan IPAK dari 2012 ke 2013.. IPAK untuk 
perkotaan maupun IPAK untuk perdesaan masing-masing naik 0,05 poin dan 
0,09 poin. 
Lebih rendahnya IPAK perdesaan dapat mencerminkan kurangnya 
dampak internalisasi budaya anti korupsi disana ketimbang di perkotaan.
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 
Kesenjangan tersebut perlu diantisipasi sejak dini supaya tidak menjadi 
semakin lebar. 
Sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan perilaku-perilaku 
yang termasuk dalam perilaku korupsi penting untuk dilakukan, 
agar masyarakat perdesaan menjadi lebih memahami/mengetahui bahwa 
perilaku yang sepertinya sudah biasa dilakukan di masyarakat merupakan 
perilaku korupsi yang tidak sepatutnya dilakukan. 
4.8. IPAK Menurut Zona Waktu 
IPAK merupakan indeks dengan level estimasi nasional sehingga 
merinci nilai IPAK berdasarkan provinsi memang tidak didesain dari survei 
perilaku anti korupsi (SPAK) untuk sekarang ini. Namun, sebagai upaya 
untuk menjelaskan IPAK berbasis lokasi/wilayah, maka dilakukan 
penghitungan IPAK menurut zona waktu 
Gambar 4.8. 
IPAK Indonesia Menurut Zona Waktu, 2013 
Secara umum, IPAK 2013 lebih tinggi pada zona waktu Indonesia 
Tengah (WITA) daripada zona waktu lainnya, meski perbedaannya tidak 
dapat dikatakan signifikan. Berdasarkan Gambar 4.8. terlihat IPAK untuk 
zona waktu tengah (WITA) sebesar 3,76 cenderung lebih tinggi 
dibandingkan IPAK zona waktu barat (WIB) sebesar 3,60 dan IPAK zona 
waktu timur sebesar 3,71. 
32 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 
5.1. Pendapat terhadap Kebiasaan di Masyarakat 
Pertanyaan pada bagian ini didesain untuk mengatahui bagaimana 
pendapat atau penilaian masyarakat terhadap beberapa perilaku/kebiasaan 
yang diduga merupakan akar kultural berkembangnya perilaku korupsi. 
Dalam tatanan sosial perilaku/kebiasaan baik atau buruk dapat membentuk 
sebuah kultur dalam kehidupan sehari-hari. 
Dalam tatanan inilah pada 
penetapan variabel dirancang dalam 
tiga tingkatan yakni keluarga, 
komunitas, dan publik. Pendapat dan 
penilaian merupakan awal yang 
membentuk perilaku individu. Perilaku 
yang dinilai adalah perilaku sehari-hari 
Sikap, pendapat dan pola 
pikir membentuk 
perilaku korupsi atau 
anti korupsi individu 
(Prof Hamdi Muluk) 
yang merupakan perilaku korupsi (everyday corruption) maupun 
perilaku yang diduga merupakan akar kebiasaan perilaku koruptif. 
Prof Hamdi Muluk (Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia) pada 
workshop survei perilaku anti korupsi menyampaikan dalam salah satu 
pendekatan psikologi sosial, perilaku manusia dapat terbentuk melalui sikap, 
pendapat dan pola pikir yang ada pada masing-masing individu. Pendekatan 
kognitif menjelaskan perilaku manusia ditentukan beberapa faktor yakni 
informasi/stimulus yang diterima responden di dalam lingkungan, kemudian 
informasi tersebut diolah dan membentuk pendapat, sikap, dan pola pikir. 
Akhirnya membentuk perilaku yag tercermin dalam kehidupan sehari-hari. 
Dengan kata lain, semakin permisif pendapat masyarakat terhadap 
perilaku korupsi dapat diduga menggambarkan perilaku anti korupsi 
individu yang semakin rendah dan sebaliknya. Bagian ini diukur dari tiga 
aspek (level) yaitu keluarga, komunitas, dan publik. 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 33 
5.1.1. Perilaku di Tingkat Keluarga 
Keluarga adalah level yang sangat penting dalam kehidupan sosial 
setiap individu. Keluarga merupakan agen sosialisasi yang memiliki peranan 
yang sangat penting. Peranan yang sangat penting itu didasarkan sebuah
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 
keyakinan bahwa keluarga mempunyai fungsi yang sangat penting didalam 
menanamkan nilai-nilai sebagai bagian dalam proses sosialisasi. 
Sosialisasi menjadi penting karena merupakan proses belajar dimana 
anggota masyarakat mempelajari norma-norma dan nilai-nilai yang 
berkembang dalam masyarakat. Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai 
proses melalui mana seseorang belajar menjadi seorang anggota yang 
berpartisipasi dalam masyarakat (Sunarto, 2004). 
Dalam pendidikan dan budaya anti korupsi posisi keluarga 
dipandang memiliki peran yang sangat penting dalam mengajarkan nilai-nlai 
luhur yang merupakan dasar perilaku anti korupsi. Hal ini sejalan dengan 
sembilan nilai integritas yang disampaikan oleh KPK (Komisi Pemberantasan 
Korupsi), yaitu jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, 
sederhana, berani dan adil. Nilai-nilai tersebut diyakini memiliki kaitan erat 
dengan fungsi dan peran keluarga. 
Dalam survei ini di level keluarga terdiri dari empat variabel, yaitu: 
1. Pendapat tentang sikap istri yang menerima uang pemberian suami di 
luar penghasilan suami tanpa mempertanyakan asal usul uang 
tersebut 
2. Pendapat tentang pegawai negeri yang bepergian bersama keluarga 
dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi 
3. Pendapat tentang perilaku orang tua yang mengajak anaknya dalam 
kampanye Pemilu/Pilkada demi mendapatkan uang saku yang lebih 
banyak 
4. Pendapat tentang seseorang mengetahui saudaranya mengambil uang 
orang tuanya tetapi tidak melaporkannya 
Hasil SPAK 2013 
Tiga dari empat responden 
menganggap kurang wajar 
atau tidak wajar seorang istri 
menerima uang yang diberikan 
seperti yang disajikan pada 
Gambar 5.1 menunjukkan 
bahwa masih terdapat 76,43 
persen masyarakat 
menyatakan bahwa perilaku 
istri yang menerima uang 
pemberian suami di luar penghasilan suami tanpa mempertanyakan asal 
usul uang tersebut merupakan hal yang kurang wajar atau tidak wajar. Jika 
34 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
suami tanpa harus 
mempertanyakan asal usulnya
dibandingkan dengan 2012 yang sebesar 68,76 persen maka terlihat terjadi 
peningkatan sebesar 7,67 persen. Sedangkan masyarakat yang menyatakan 
perilaku tersebut merupakan hal yang wajar atau sangat wajar sebesar 31,24 
persen. 
Gambar 5.1. 
Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Sikap Istri yang Menerima 
Uang Pemberian Suami di Luar Penghasilan Suami Tanpa Mempertanyakan Asal Usul 
Uang Tersebut, 2012-2013 
60 
50 
40 
30 
20 
10 
1,20 
30,03 
22,50 22,30 
19,56 
49,20 
1,07 
54,13 
Artinya tiga dari empat masyarakat menganggap kurang wajar atau 
tidak wajar seorang istri menerima uang yang diberikan suami tanpa harus 
mempertanyakan asal usulnya. Hal ini cerminan perilaku yang memiliki nilai 
integritas untuk menjadi anti korupsi. 
Apabila berdasarkan jenis kelamin, Tabel 5.1 memperlihatkan pola 
yang sama dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 sebanyak 73,45 
persen laki-laki menyatakan bahwa perilaku istri yang menerima uang 
pemberian suami di luar penghasilan suami tanpa mempertanyakan asal 
usul uang tersebut adalah hal yang kurang wajar atau tidak wajar. 
Sedangkan perempuan yang menyatakan perilaku tersebut adalah 
hal yang kurang wajar atau tidak wajar lebih besar yakni 78,75 persen. 
Persentase perempuan yang tidak permisif terkait perilaku tersebut lebih 
tinggi daripada laki-laki. 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 35 
0 
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar 
2012 2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 
Tabel 5.1. 
Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Sikap Istri yang Menerima 
Uang Pemberian Suami di Luar Penghasilan Suami Tanpa Mempertanyakan Asal Usul 
Uang Tersebut Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013 
Pendapat 
2012 2013 
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan 
Sangat Wajar 1,34 1,09 1,17 0,99 
Wajar 32,35 28,11 25,39 20,26 
Kurang Wajar 20,12 19,10 23,15 21,64 
Tidak Wajar 46,19 51,69 50,30 57,11 
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 
Komposisi masyarakat yang menilai kurang wajar atau tidak wajar 
apabila seorang pegawai negeri bepergian bersama keluarga dengan 
menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi mencapai 76,17 
persen atau naik 3,13 persen dibandingkan tahun 2012 (73,04 persen). 
Jumlah ini lebih besar daripada persentase masyarakat yang menyatakan 
perilaku tersebut sebagai hal yang wajar atau sangat wajar sebesar 23,83 
persen. Hampir tiga perempat masyarakat tidak permisif terkait perilaku ini. 
Gambar 5.2. 
Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Pegawai Negeri 
yang Bepergian Bersama Keluarga dengan Menggunakan Kendaraan Dinas 
untuk Keperluan Pribadi. 2012–2013 
60 
50 
40 
30 
20 
10 
0 
2,20 
25,76 
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar 
Secara umum laki-laki lebih menganggap perilaku seorang pegawai 
negeri yang bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan 
dinas untuk keperluan pribadi sebagai hal yang kurang wajar atau tidak 
wajar sebesar 78,54 persen atau naik 3,85 persen dari tahun 2012 sebesar 
36 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
20,70 
52,34 
0,43 
23,41 
20,52 
55,65 
2012 2013
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir

More Related Content

What's hot

Sekelumit tentang Keadaan Sosial Ekonomi Jawa Timur
Sekelumit tentang Keadaan Sosial Ekonomi Jawa TimurSekelumit tentang Keadaan Sosial Ekonomi Jawa Timur
Sekelumit tentang Keadaan Sosial Ekonomi Jawa TimurMuhamad Suharsa
 
Digital surya 26 desember 2013
Digital surya 26 desember 2013Digital surya 26 desember 2013
Digital surya 26 desember 2013Portal Surya
 
Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035
Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035
Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035daldukpapua
 
Bahan ugm 13 agustus 2021
Bahan ugm 13 agustus 2021Bahan ugm 13 agustus 2021
Bahan ugm 13 agustus 2021baskoro3105
 
Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015
Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015
Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015daldukpapua
 
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014daldukpapua
 
Merebut public trust
Merebut public trustMerebut public trust
Merebut public trustridhofitrah
 

What's hot (11)

Sekelumit tentang Keadaan Sosial Ekonomi Jawa Timur
Sekelumit tentang Keadaan Sosial Ekonomi Jawa TimurSekelumit tentang Keadaan Sosial Ekonomi Jawa Timur
Sekelumit tentang Keadaan Sosial Ekonomi Jawa Timur
 
Perguruan tinggi dan pencegahan korupsi mod won
Perguruan tinggi dan pencegahan korupsi mod wonPerguruan tinggi dan pencegahan korupsi mod won
Perguruan tinggi dan pencegahan korupsi mod won
 
Digital surya 26 desember 2013
Digital surya 26 desember 2013Digital surya 26 desember 2013
Digital surya 26 desember 2013
 
Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035
Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035
Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035
 
Lima tahun Kinerja Presiden
Lima tahun Kinerja PresidenLima tahun Kinerja Presiden
Lima tahun Kinerja Presiden
 
golput pemilu 2009
golput pemilu 2009golput pemilu 2009
golput pemilu 2009
 
Idi sulsel 2017
Idi sulsel 2017Idi sulsel 2017
Idi sulsel 2017
 
Bahan ugm 13 agustus 2021
Bahan ugm 13 agustus 2021Bahan ugm 13 agustus 2021
Bahan ugm 13 agustus 2021
 
Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015
Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015
Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015
 
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014
 
Merebut public trust
Merebut public trustMerebut public trust
Merebut public trust
 

Similar to SPAK 2013 Editan Terakhir

materi dasar Stranas PPK; Menatap Indonesia Bersih Tanpa Korupsi
materi dasar Stranas PPK; Menatap Indonesia Bersih Tanpa Korupsimateri dasar Stranas PPK; Menatap Indonesia Bersih Tanpa Korupsi
materi dasar Stranas PPK; Menatap Indonesia Bersih Tanpa KorupsiAgustanto Imam Suprayoghie
 
PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI BARAT DALAM PERSPEKTIF ANTI KORUPSI
PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI BARAT DALAM PERSPEKTIF ANTI KORUPSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI BARAT DALAM PERSPEKTIF ANTI KORUPSI
PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI BARAT DALAM PERSPEKTIF ANTI KORUPSI temanna #LABEDDU
 
Desain Pencegahan Korupsi di Indonesia
Desain Pencegahan Korupsi di IndonesiaDesain Pencegahan Korupsi di Indonesia
Desain Pencegahan Korupsi di IndonesiaChabibah Nur Afida
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...Haristian Sahroni Putra
 
PENCEGAHAN KORUPSI PROVINSI SULAWESI SELATAN
PENCEGAHAN KORUPSI PROVINSI SULAWESI SELATANPENCEGAHAN KORUPSI PROVINSI SULAWESI SELATAN
PENCEGAHAN KORUPSI PROVINSI SULAWESI SELATANtemanna #LABEDDU
 
Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi
Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti KorupsiSolusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi
Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti KorupsiIsnu Rahadi Wiratama
 
BUMD BERINTEGRITAS: IKHTIAR MENUJU BEBAS KORUPSI.pdf
BUMD BERINTEGRITAS: IKHTIAR MENUJU BEBAS KORUPSI.pdfBUMD BERINTEGRITAS: IKHTIAR MENUJU BEBAS KORUPSI.pdf
BUMD BERINTEGRITAS: IKHTIAR MENUJU BEBAS KORUPSI.pdfZainul Ulum
 
Buku_Peta_Jalan_Penanggulangan_Gangguan_Penglihatan_di_Indonesia_tahun_2017_2...
Buku_Peta_Jalan_Penanggulangan_Gangguan_Penglihatan_di_Indonesia_tahun_2017_2...Buku_Peta_Jalan_Penanggulangan_Gangguan_Penglihatan_di_Indonesia_tahun_2017_2...
Buku_Peta_Jalan_Penanggulangan_Gangguan_Penglihatan_di_Indonesia_tahun_2017_2...JazzyLazzy
 
Strategi Nasional Pemberantasan Korupsi (Perpres 55 Tahun 2012)
Strategi Nasional Pemberantasan Korupsi (Perpres 55 Tahun 2012)Strategi Nasional Pemberantasan Korupsi (Perpres 55 Tahun 2012)
Strategi Nasional Pemberantasan Korupsi (Perpres 55 Tahun 2012)Abdillah Mt
 
3-Penerapan-Unsur-Merugikan-Keuangan-Negara-dalam-Delik-Tindak-Pidana-Korupsi...
3-Penerapan-Unsur-Merugikan-Keuangan-Negara-dalam-Delik-Tindak-Pidana-Korupsi...3-Penerapan-Unsur-Merugikan-Keuangan-Negara-dalam-Delik-Tindak-Pidana-Korupsi...
3-Penerapan-Unsur-Merugikan-Keuangan-Negara-dalam-Delik-Tindak-Pidana-Korupsi...Frengkiuloli
 
Evaluasi Pelaksanaan RPJM Nasional 2004-2009
Evaluasi Pelaksanaan RPJM Nasional 2004-2009Evaluasi Pelaksanaan RPJM Nasional 2004-2009
Evaluasi Pelaksanaan RPJM Nasional 2004-2009Dadang Solihin
 

Similar to SPAK 2013 Editan Terakhir (20)

Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
 
materi dasar Stranas PPK; Menatap Indonesia Bersih Tanpa Korupsi
materi dasar Stranas PPK; Menatap Indonesia Bersih Tanpa Korupsimateri dasar Stranas PPK; Menatap Indonesia Bersih Tanpa Korupsi
materi dasar Stranas PPK; Menatap Indonesia Bersih Tanpa Korupsi
 
Stranas ppk ac forum ipk_iph_aksi2014_diani
Stranas ppk ac forum ipk_iph_aksi2014_dianiStranas ppk ac forum ipk_iph_aksi2014_diani
Stranas ppk ac forum ipk_iph_aksi2014_diani
 
PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI BARAT DALAM PERSPEKTIF ANTI KORUPSI
PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI BARAT DALAM PERSPEKTIF ANTI KORUPSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI BARAT DALAM PERSPEKTIF ANTI KORUPSI
PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI BARAT DALAM PERSPEKTIF ANTI KORUPSI
 
Desain Pencegahan Korupsi di Indonesia
Desain Pencegahan Korupsi di IndonesiaDesain Pencegahan Korupsi di Indonesia
Desain Pencegahan Korupsi di Indonesia
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
 
PPT KORUPSI.pptx
PPT KORUPSI.pptxPPT KORUPSI.pptx
PPT KORUPSI.pptx
 
PPT KORUPSI.pptx
PPT KORUPSI.pptxPPT KORUPSI.pptx
PPT KORUPSI.pptx
 
PENCEGAHAN KORUPSI PROVINSI SULAWESI SELATAN
PENCEGAHAN KORUPSI PROVINSI SULAWESI SELATANPENCEGAHAN KORUPSI PROVINSI SULAWESI SELATAN
PENCEGAHAN KORUPSI PROVINSI SULAWESI SELATAN
 
Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi
Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti KorupsiSolusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi
Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi
 
Fact sheet-hal3-STRANAS PPK
Fact sheet-hal3-STRANAS PPKFact sheet-hal3-STRANAS PPK
Fact sheet-hal3-STRANAS PPK
 
Fact sheet-Stranas PPK
Fact sheet-Stranas PPKFact sheet-Stranas PPK
Fact sheet-Stranas PPK
 
BUMD BERINTEGRITAS: IKHTIAR MENUJU BEBAS KORUPSI.pdf
BUMD BERINTEGRITAS: IKHTIAR MENUJU BEBAS KORUPSI.pdfBUMD BERINTEGRITAS: IKHTIAR MENUJU BEBAS KORUPSI.pdf
BUMD BERINTEGRITAS: IKHTIAR MENUJU BEBAS KORUPSI.pdf
 
Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012
Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012
Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012
 
Buku_Peta_Jalan_Penanggulangan_Gangguan_Penglihatan_di_Indonesia_tahun_2017_2...
Buku_Peta_Jalan_Penanggulangan_Gangguan_Penglihatan_di_Indonesia_tahun_2017_2...Buku_Peta_Jalan_Penanggulangan_Gangguan_Penglihatan_di_Indonesia_tahun_2017_2...
Buku_Peta_Jalan_Penanggulangan_Gangguan_Penglihatan_di_Indonesia_tahun_2017_2...
 
Strategi Nasional Pemberantasan Korupsi (Perpres 55 Tahun 2012)
Strategi Nasional Pemberantasan Korupsi (Perpres 55 Tahun 2012)Strategi Nasional Pemberantasan Korupsi (Perpres 55 Tahun 2012)
Strategi Nasional Pemberantasan Korupsi (Perpres 55 Tahun 2012)
 
Pedoman Anti Korupsi Madrasah
Pedoman Anti Korupsi MadrasahPedoman Anti Korupsi Madrasah
Pedoman Anti Korupsi Madrasah
 
Tujuan Global SDGS Ke-16
Tujuan Global SDGS Ke-16Tujuan Global SDGS Ke-16
Tujuan Global SDGS Ke-16
 
3-Penerapan-Unsur-Merugikan-Keuangan-Negara-dalam-Delik-Tindak-Pidana-Korupsi...
3-Penerapan-Unsur-Merugikan-Keuangan-Negara-dalam-Delik-Tindak-Pidana-Korupsi...3-Penerapan-Unsur-Merugikan-Keuangan-Negara-dalam-Delik-Tindak-Pidana-Korupsi...
3-Penerapan-Unsur-Merugikan-Keuangan-Negara-dalam-Delik-Tindak-Pidana-Korupsi...
 
Evaluasi Pelaksanaan RPJM Nasional 2004-2009
Evaluasi Pelaksanaan RPJM Nasional 2004-2009Evaluasi Pelaksanaan RPJM Nasional 2004-2009
Evaluasi Pelaksanaan RPJM Nasional 2004-2009
 

More from Indonesia Anti Corruption Forum

Notulensi hasil PSC INDA 03 Anti Corruption, Bappenas, 1 Sept. 2014
Notulensi hasil PSC INDA 03 Anti Corruption, Bappenas, 1 Sept. 2014Notulensi hasil PSC INDA 03 Anti Corruption, Bappenas, 1 Sept. 2014
Notulensi hasil PSC INDA 03 Anti Corruption, Bappenas, 1 Sept. 2014Indonesia Anti Corruption Forum
 
Uu nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan t
Uu nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan tUu nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan t
Uu nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan tIndonesia Anti Corruption Forum
 
Uu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan konvensi pbb antiko
Uu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan konvensi pbb antikoUu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan konvensi pbb antiko
Uu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan konvensi pbb antikoIndonesia Anti Corruption Forum
 
Instruksi presiden nomor 1 tahun 2013 tentang aksi pencegaha
Instruksi presiden nomor 1 tahun 2013 tentang aksi pencegahaInstruksi presiden nomor 1 tahun 2013 tentang aksi pencegaha
Instruksi presiden nomor 1 tahun 2013 tentang aksi pencegahaIndonesia Anti Corruption Forum
 

More from Indonesia Anti Corruption Forum (20)

IACF GTC: Tanggung jawab korporasi (Albertina Ho)
IACF GTC: Tanggung jawab korporasi (Albertina Ho)IACF GTC: Tanggung jawab korporasi (Albertina Ho)
IACF GTC: Tanggung jawab korporasi (Albertina Ho)
 
IACF GTC: Menakar pertanggungjawaban korporasi
IACF GTC: Menakar pertanggungjawaban korporasiIACF GTC: Menakar pertanggungjawaban korporasi
IACF GTC: Menakar pertanggungjawaban korporasi
 
Korupsi korporasi
Korupsi korporasiKorupsi korporasi
Korupsi korporasi
 
IACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJ by IAPI
IACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJ by IAPIIACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJ by IAPI
IACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJ by IAPI
 
IACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJ
IACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJIACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJ
IACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJ
 
Notulensi hasil PSC INDA 03 Anti Corruption, Bappenas, 1 Sept. 2014
Notulensi hasil PSC INDA 03 Anti Corruption, Bappenas, 1 Sept. 2014Notulensi hasil PSC INDA 03 Anti Corruption, Bappenas, 1 Sept. 2014
Notulensi hasil PSC INDA 03 Anti Corruption, Bappenas, 1 Sept. 2014
 
Reformasi Regulasi di Korea
Reformasi Regulasi di KoreaReformasi Regulasi di Korea
Reformasi Regulasi di Korea
 
E book-uncac-gap-analysis-3
E book-uncac-gap-analysis-3E book-uncac-gap-analysis-3
E book-uncac-gap-analysis-3
 
Uu nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan t
Uu nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan tUu nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan t
Uu nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan t
 
Uu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan konvensi pbb antiko
Uu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan konvensi pbb antikoUu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan konvensi pbb antiko
Uu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan konvensi pbb antiko
 
Uu nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik
Uu nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publikUu nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik
Uu nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik
 
Uu nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan
Uu nomor 10 tahun 1998 tentang perbankanUu nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan
Uu nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan
 
Uncac indonesia
Uncac indonesiaUncac indonesia
Uncac indonesia
 
Uu nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan korupsi
Uu nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan korupsiUu nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan korupsi
Uu nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan korupsi
 
Se no 9 12 dpnp tentang pelaksanaan gcg bagi bank umum
Se no 9 12 dpnp tentang pelaksanaan gcg bagi bank umumSe no 9 12 dpnp tentang pelaksanaan gcg bagi bank umum
Se no 9 12 dpnp tentang pelaksanaan gcg bagi bank umum
 
Uu nomor 15 tahun 2002 tentang tppu
Uu nomor 15 tahun 2002 tentang tppuUu nomor 15 tahun 2002 tentang tppu
Uu nomor 15 tahun 2002 tentang tppu
 
Peraturan presiden nomor 35 tahun 2011
Peraturan presiden nomor 35 tahun 2011Peraturan presiden nomor 35 tahun 2011
Peraturan presiden nomor 35 tahun 2011
 
Pbi nomor 8 4 2006 tentang pelaksanaan gcg
Pbi nomor 8 4 2006 tentang pelaksanaan gcgPbi nomor 8 4 2006 tentang pelaksanaan gcg
Pbi nomor 8 4 2006 tentang pelaksanaan gcg
 
Instruksi presiden nomor 1 tahun 2013 tentang aksi pencegaha
Instruksi presiden nomor 1 tahun 2013 tentang aksi pencegahaInstruksi presiden nomor 1 tahun 2013 tentang aksi pencegaha
Instruksi presiden nomor 1 tahun 2013 tentang aksi pencegaha
 
Uu nomor 23 tahun 1999 tentang bank indonesia
Uu nomor 23 tahun 1999 tentang bank indonesiaUu nomor 23 tahun 1999 tentang bank indonesia
Uu nomor 23 tahun 1999 tentang bank indonesia
 

Recently uploaded

ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanamalaguswan1
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehBISMIAULIA
 
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanBungaCitraNazwaAtin
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Surveikustiyantidew94
 
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalmenghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalHendriKurniawanP
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1YudiPradipta
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompokelmalinda2
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxnursariheldaseptiana
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxAhmadSyajili
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasiDasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasidadan50
 
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxMANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxnugrohoaditya12334
 

Recently uploaded (14)

ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
 
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
 
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalmenghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasiDasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
 
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxMANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
 

SPAK 2013 Editan Terakhir

  • 1. INDKEatalog BKPS 4407S001 INDKEatalog BKPS : 4407S001 PERILAKU INDKEatalog BKPS : 4407S001 PERILAKU ANTI ANTI KORUPSI KORUPSI INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 i Katalog BPS : 4407002 2013 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 i Katalog BPS : 4407002 2013 Kerjasama Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Badan Pusat Statistik
  • 2. KATA PENGANTAR MENTERI PPN / KEPALA BAPPENAS INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI (IPAK) 2013 ISBN : 978-979-064-731-2 Nomor Publikasi : 04330.1301 Katalog BPS : 4407002 Ukuran Buku : 17 x 24 cm Jumlah Halaman : xxi +105 Naskah: Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan Penyunting : Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan Gambar Kulit: Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan Diterbitkan Oleh : Badan Pusat Statistik, Jakarta-Indonesia Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya ii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 3. KATA PENGANTAR MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KATA PENGANTAR MENTERI PPN / KEPALA BAPPENAS Komitmen Pemerintah Indonesia untuk memberantas korupsi bersama Negara-negara Negara di di dunia dunia dibuktikan dibuktikan dengan dengan meratifikasi langkah meratifikasi Konvensi Perserikatan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa-Bangsa Bangsa Menentang Menentang Korupsi Korupsi (The (The United United Nations Convention Against Against Corruption, Corruption, UNCAC UNCAC 2003) 2003) melalui melalui Undang-Undang-Undang Undang Nomor 7 Tahun 2006. Untuk lebih meningkatkan berbagai upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi yang sejalan dengan UNCAC. Pemerintah Indonesia telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014. Strategi yang tertuang dalam Stranas PPK mengacu pada strategi-strategi yang ditetapkan dalam ketentuan UNCAC, meliputi 6 (enam) strategi; yaitu: (a) pencegahan; (b) penegakan hukum; (c) hamonisasi peraturan perundang-undangan; Nomor 7 Tahun 2006. Untuk lebih meningkatkan berbagai upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi yang sejalan dengan UNCAC, Pemerintah Indonesia telah berhasil menetapkan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014. Strategi yang tertuang dalam Stranas PPK mengacu pada strategi-strategi yang ditetapkan dalam ketentuan UNCAC, meliputi 6 (enam) strategi yaitu (a) pencegahan; (b) penegakan hukum; (c) harmonisasi (d) peraturan kerjasama perundang-internasional undangan; dan penyelamatan (d) kerjasama asset internasional hasil tindak dan pidana penyelamatan korupsi; (e) pendidikan asset hasil dan tindak budaya pidana anti korupsi; korupsi; (dan e) pendidikan (f) mekanisme dan budaya pelaporan anti pelaksanaan korupsi; pemberantasan dan (f) mekanisme korupsi. Survey pelaporan Perilaku Anti pelaksanaan Korupsi pemberantasan (SPAK) yang dilaksanakan korupsi. oleh Survei Badan Perilaku Pusat Statistik Anti Korupsi (BPS) dan (SPAK) Kementerian yang dilaksanakan Perencanaan Pembangunan oleh Badan Nasional/Pusat Statistik Badan Perencanaan (BPS) dan Pembangunan Kementerian Perencanaan Nasional merupakan Pembangunan salah satu Nasional/pelaksanaan Badan dari Perencanaan Strategi 5 (Pembangunan lima) Stranas Nasional PPK. merupakan salah satu pelaksanaan dari Strategi 5 (lima) Stranas PPK. SPAK merupakan survei yang dibangun atas fondasi kepemilikan SPAK merupakan survey yang dibangun di atas fondasi kepemilikan nasional. nasional. Sinergi Sinergi para para pemangku pemangku kepentingan kepentingan tercermin tercermin di dalam penyusunan di dalam penyusunan SPAK 2012. Selain SPAK pemerintah, 2012. Selain unsur pemerintah, masyarakat unsur seperti masyarakat akademisi seperti dan akademisi aktivis LSM dan pegiat aktivis anti LSM korupsi penggiat yang anti terlibat korupsi telah yang bekerja terlibat telah keras bekerja dalam keras mempersiapkan dan bekerja seluruh cerdas instruman dalam mempersiapkan survei. Indeks seluruh Perilaku instrumen Anti Korupsi survei. Indeks (IPAK) Tahun Perilaku 2012 Anti sebesar Korupsi 3,55 (IPAK) sedangkan Tahun IPAK 2012 Tahun sebesar 2013 3,55 sebesar sedangkan 3,63, IPAK naik 0,08 Tahun point 2013 dibandingkan sebesar tahun 3,63, sebelumnya. naik 0,08 Meski poin demikian dibandingkan kenaikan tahun ini sebelumnya. belum merubah Meski kategori demikian indeks, kenaikan karena masih ini belum dalam merubah kategori kategori yang sama indeks, yakni karena masyarakat masih cenderung dalam kategori anti korupsi. yang sama Potensi yakni ini masyarakat tentu harus cenderung dimanfaatkan anti korupsi. dengan meningkatkan Potensi ini keterlibatan tentu harus masyarakat dimanfaatkan secara dengan lebih intensif. meningkatkan keterlibatan masyarakat secara lebih intensif. Dengan terbitnya laporan hasil SPAK 2013, atas nama Pemerintah Dengan terbitnya laporan hasil SPAK 2013, atas nama Pemerintah saya saya sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas sumbangsih, kerja keras dan upaya yang luar biasa dari seluruh tim dan juga sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas sumbangsih, kerja keras dan upaya yang luar biasa dari sejumlah tim dan juga pihak-pihak INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 iii
  • 4. KATA PENGANTAR MENTERI PPN / KEPALA BAPPENAS pihak-lain yang pihak telah lain membantu yang telah penysunan membantu SPAK penyusunan 2013. Saya berharap, SPAK 2013. hasil SPAK Saya berharap, 2013 ini dapat hasil memacu SPAK 2013 untuk ini menciptakan dapat memacu budaya untuk zero menciptakan tolerance terhadap budaya zero korupsi. tolerance Kita semua terhadap juga berharap, korupsi. melalui Kita pengukuran semua juga SPAK berharap, ini, masyarakat melalui pengukuran diharapkan menjadi SPAK ini, pelaku masyarakat aktif pencegahan diharapkan dan pemberantasan menjadi pelaku korupsi aktif pencegahan sehingga mampu dan mempengaruhi pemberantasan keputusan korupsi sehingga di lingkungannya. mampu SPAK mempengaruhi 2013 juga keputusan akan menjadi di lingkungannya. pedoman dan acuan SPAK bagi 2013 setiap juga pengambilan akan menjadi keputusan pedoman oleh dan acuan para pejabat bagi setiap publik pengambilan dalam menyusun keputusan Aksi Pencegahan oleh para pejabat dan Pemberantasan publik dalam menyusun Korupsi (Aksi Aksi PPK) Pencegahan sehingga dan dengan Pemberantasan berbagai upaya Korupsi pencegahan (Aksi PPK) dan sehingga pemberantasan dengan korupsi berbagai secara upaya berkesinambungan pencegahan dan Indonesia pemberantasan akan menjadi korupsi secara negara berkesinambungan besar dan bersih dari Indonesia berbagai akan praktik menjadi korupsi. negara besar dan bersih dari berbagai praktik korupsi. Jakarta, September 2014 Jakarta, September 2014 Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional iv INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 ttd Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana
  • 5. KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK Korupsi merupakan masalah yang dialami hampir semua negara di dunia. Korupsi dianggap sebagai ancaman serius yang dapat membahayakan perkembangan sendi-sendi kehidupan bangsa karena menggerogoti pembangunan dan kesejahteraan rakyat. Kerusakan yang ditimbulkan juga tidak sederhana karena berskala masif dengan dampak jangka panjang. Oleh karena itulah, pemberantasan korupsi merupakan salah satu fokus utama pemerintah Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, baik yang berupa pencegahan maupun pemberantasan. Sejumlah instansi pelaksana dan pendukung pemberantasan korupsipun dibentuk. Selain itu, pemerintah juga telah menerbitkan sejumlah instruksi dan arahan untuk pencegahan dan pemberantasan korupsi (PPK), misalnya Instruksi Presiden (Inpres) No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Kemudian, melalui Undang-Undang (UU) No. 7 Tahun 2006, pemerintah juga telah meratifikasi United Nations Convention Against Corruption (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti korupsi, UNCAC) 2003. Sekalipun demikian pemerintah tidak berhenti melakukan peningkatan upaya, khususnya yang terkait dengan langkah-langkah pencegahan korupsi. Dengan penindakan tegas dan pencegahan yang efektif, diharapkan percepatan pemberantasan korupsi dapat dilakukan di Indonesia. Dalam rangka itulah, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) jangka menengah tahun 2012-2014 dan jangka panjang tahun 2012-2025. Visi dan Misi Stranas PPK tersebut diturunkan ke dalam enam strategi, yakni: (1) melaksanakan upaya-upaya pencegahan; (2) melaksanakan langkah-langkah strategis di bidang penegakan hukum; (3) melaksanakan upaya-upaya harmonisasi penyusunan peraturan perundang-undangan di bidang pemberantasan korupsi dan sektor terkait lain; (4) melaksanakan kerjasama internasional dan penyelamatan aset hasil tipikor; (5) meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti korupsi; dan (6) meningkatkan koordinasi dalam rangka mekanisme pelaporan pelaksanaan upaya pemberantasan korupsi. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 v
  • 6. KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK Dalam Perpres 55 tahun 2012 Stranas PPK, Presiden RI secara eksplisit menugaskan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk mengukur indikator pada strategi 5 yaitu meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti korupsi. Strategi kelima ini dianggap penting karena salah satu akar penyebab berkembangnya praktik korupsi patut diduga berasal dari rendahnya integritas para pelakunya dan masih kentalnya budaya permisif terhadap tindakan korupsi. Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan dukungan data hasil survei, termasuk publikasi yang dapat memberikan gambaran tentang perilaku anti korupsi. Hasil survei diharapkan dapat memberikan peta permasalahan dan petunjuk arah bagi penyusunan program transformasi budaya dari yang permisif ke anti korupsi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, BPS bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyelenggarakan Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2013. SPAK 2013 merupakan kelanjutan dari survei baseline yang telah dilaksanakan pada tahun 2012. Semoga publikasi hasil survei ini bermanfaat bagi pemerintah, khususnya untuk menyusun perencanaan kebijakan meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti korupsi dan juga untuk masyarakat penggiat anti korupsi. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalam seluruh tahap persiapan, pelaksanaan dan penyusunan kegiatan ini. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa meridhai kita semua. vi INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 Jakarta, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Dr. Suryamin, M.Sc
  • 7. RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF Perpres No. 55 tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK), menugaskan BPS untuk melaksanakan Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2013. Survei ini dilakukan antara 1-15 November 2013 di 33 provinsi, 170 kabupaten/kota (49 kota dan 121 kabupaten) dengan sampel 10.000 rumah tangga (response rates: 90,3 persen). Survei yang merupakan kelanjutan dari survei baseline yang telah dilaksanakan pada tahun 2012 ini mengukur tingkat permisifitas masyarakat Indonesia terhadap perilaku korupsi. Laporan ini menyajikan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) dan berbagai indikator tunggal yang menggambarkan perilaku anti korupsi. Indikator tunggal yang dikumpulkan mencakup pengetahuan, pendapat dan pengalaman terhadap kebiasaan di masyarakat berhubungan dengan layanan publik dalam hal perilaku penyuapan (bribery), pemerasan (extortion), dan nepotisme (nepotism). Berdasarkan penghitungan indeks komposit, IPAK Indonesia 2013 sebesar 3,63 dalam skala 0 sampai 5. Angka ini naik 0,08 poin dibandingkan dengan IPAK 2012 sebesar 3,55. Meski demikian kenaikan ini belum merubah kategori indeks, karena masih dalam kategori yang sama yakni anti korupsi. (catatan: nilai indeks 0–1,25 sangat permisif terhadap korupsi, 1,26–2,50 permisif, 2,51–3,75 anti korupsi, 3,76–5,00 sangat anti korupsi). Laporan ini juga memperlihatkan IPAK 2013 untuk masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan sedikit lebih tinggi sebesar 3,71 dibanding di wilayah perdesaan sebesar 3,55. Kemudian, IPAK 2013 lebih tinggi pada penduduk usia kurang dari 60 tahun dibanding penduduk usia 60 tahun ke atas. IPAK penduduk usia kurang dari 40 tahun sebesar 3,63, usia 40 sampai 59 tahun sebesar 3,65, dan usia 60 tahun ke atas sebesar 3,55. Pendidikan berpengaruh cukup kuat pada semangat anti korupsi. Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi IPAK. IPAK 2013 untuk responden berpendidikan SLTP ke bawah sebesar 3,55, SLTA sebesar 3,82 dan di atas SLTA sebesar 3,94. Berdasarkan indikator tunggal terlihat walau masih ada sebagian masyarakat yang menyatakan permisif terhadap penyuapan, pemerasan dan nepostime tetapi masih lebih besar persentase masyarakat yang tidak permisif. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 vii
  • 8.
  • 9. DAFTAR ISI INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR MENTERI PPN / KEPALA BAPPENAS ...........................................iii KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK .............................................. v RINGKASAN EKSEKUTIF .............................................................................................................. vii DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ................................................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................................... xix DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................................................xxiii I. PENDAHULUAN................................................................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1 1.2. Maksud dan Tujuan ........................................................................................................... 2 1.3. Ruang Lingkup ..................................................................................................................... 2 1.4. Sistematika Penulisan ...................................................................................................... 2 II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI............................................................................... 5 2.1. Metodologi Survei .............................................................................................................. 5 2.1.1. Kerangka Sampel ................................................................................................... 5 2.1.2. Desain Sampel ......................................................................................................... 5 2.1.3. Cakupan dan Jumlah Sampel............................................................................ 6 2.1.4. Pembentukan Paket Sampel Blok Sensus dan Kelompok Sampel Rumah Tangga ......................................................................................................... 6 2.1.5. Pemilihan Sampel Rumah Tangga ................................................................. 7 2.1.6. Penggantian Sampel ............................................................................................. 7 2.1.7. Teknik Estimasi ...................................................................................................... 8 2.2. Metodologi Perhitungan Indeks............................................................................... 10 2.3. Konsep dan Definisi ........................................................................................................ 12 III. PROFIL RESPONDEN ............................................................................................................... 15 3.1. Response Rate Pencacahan......................................................................................... 15 3.2. Profil Demografis Responden .................................................................................. 17 3.3. Tingkat Pendidikan Responden .............................................................................. 19 3.4. Jenis Kegiatan Utama Responden .......................................................................... 21 3.5. Status dalam Pekerjaan Utama Responden ...................................................... 22
  • 10. DAFTAR ISI 3.6. Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan Responden ....................... 23 IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI .................................................................................. 25 4.1. IPAK Menurut Jenis Kelamin ..................................................................................... 26 4.2. IPAK Menurut Umur ...................................................................................................... 27 4.3. IPAK Menurut Pendidikan .......................................................................................... 28 4.5. IPAK Menurut Hubungan Kepala Rumah Tangga ........................................... 29 4.6. IPAK Menurut Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga .................................... 30 4.7. IPAK Menurut Urban - Rural ...................................................................................... 31 4.8. IPAK Menurut Zona Waktu ......................................................................................... 32 V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 .................................................................................... 33 5.1. Pendapat terhadap Kebiasaan di Masyarakat .................................................. 33 5.1.1. Perilaku di Tingkat Keluarga ........................................................................ 33 5.1.2. Perilaku di Tingkat Komunitas .................................................................... 40 5.1.3. Perilaku di Tingkat Publik .............................................................................. 47 5.2. Pengalaman Berhubungan dengan Layanan Publik ...................................... 65 5.2.1. Akses terhadap Pelayanan Publik .............................................................. 66 5.2.2. Pengetahuan Masyarakat akan Prosedur dan Biaya yang Berlaku ..................................................................................................................... 69 5.2.3. Pengalaman Membayar Melebihi Ketentuan ....................................... 70 5.2.4. Waktu Pembayaran yang Melebihi Ketentuan .................................... 73 5.2.5. Bentuk Pembayaran yang Melebihi Ketentuan ................................... 74 5.2.6. Penyebab Pembayaran Melebihi Ketentuan ......................................... 75 5.2.7. Pola Tanggapan Ketika diminta Membayar Melebihi Ketentuan76 5.2.8. Alasan Pembayaran Melebihi Ketentuan ............................................... 77 5.2.9. Pelaporan Kejadian ............................................................................................ 78 5.3. Pengalaman Mendapatkan Tawaran/Permintaan Tertentu ..................... 79 5.4. Pengetahuan/Pemahaman tentang Perilaku Korupsi .................................. 82 5.5. Media Sosialisasi Pengetahuan Anti Korupsi .................................................... 86 VI. REKOMENDASI ........................................................................................................................... 91 LAMPIRAN ........................................................................................................................................... 95 x INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 11. DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Kelompok Sampel Rumah Tangga dalam Paket Sampel Blok Sensus .......................................................................................................................... 6 Tabel 2.1. Kelompok Sampel Rumah Tangga 2012 - 2016..................................... 7 Tabel 3.1. Persentase Response Rate dan Non Response Rate Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2013 .......................................................... 16 Tabel 3.2. Persentase Responden Menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga dan Jenis Kelamin, 2013 ................................................ 17 Tabel 3.3. Persentase Responden Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin Tahun 2013 ....................................................................................... 18 Tabel 3.4. Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2013 ...................................................... 20 Tabel 3.5. Persentase Responden Menurut Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin, 2013 ....................................................................................................... 21 Tabel 3.6. Persentase Responden Menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................................... 22 Tabel 5.1. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Sikap Istri yang Menerima Uang Pemberian Suami di Luar Penghasilan Suami Tanpa Mempertanyakan Asal Usul Uang Tersebut Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013 .......................................................... 36 Tabel 5.2. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Pegawai Negeri yang Bepergian Bersama Keluarga dengan Menggunakan Kendaraan Dinas untuk Keperluan Pribadi Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013 .......................................................... 37 Tabel 5.3. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Orang Tua yang Mengajak Anaknya dalam Kampanye Pemilu/Pilkada Demi Mendapatkan Uang Saku yang Lebih Banyak Menurut Wilayah Domisili, 2012-2013 ................................. 38 Tabel 5.4. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengetahui Saudaranya Mengambil Uang Orang Tuanya Tetapi Tidak Melaporkannya Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013 .............................................................................................................. 39 Tabel 5.5. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Informal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian) Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013 .............................................................................................................. 42 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xi
  • 12. DAFTAR TABEL Tabel 5.6. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Memberi Uang/Barang Kepada Tokoh Formal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian) Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013 ........................... 44 Tabel 5.7. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Informal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013 ....................................................................... 45 Tabel 5.8. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Formal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013 .............................................................................................................. 46 Tabel 5.9. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Menjamin Keluarga/Saudara/Teman agar Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013 .......................................................................................... 49 Tabel 5.10. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang dalam Proses Penerimaan Menjadi Pegawai Negeri/Swasta Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013 .......................................................................................... 50 Tabel 5.11. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Lebih kepada Petugas untuk Mempercepat Urusan Administrasi (KTP Dan KK) Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013................................................... 52 Tabel 5.12. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Lebih kepada Polisi untuk Mempercepat Pengurusan SIM dan STNK Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013 ....................................................................... 53 Tabel 5.13. Perkembangan Persentasae Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Damai kepada Polisi Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013................................................... 54 Tabel 5.14. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Petugas KUA yang Meminta Uang Tambahan untuk Transpor ke Tempat Acara Akad Nikah Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013.......................................................................................... 56 Tabel 5.15. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Guru yang Mendapatkan Jaminan (Jatah) agar Anaknya Diterima di Sekolah Tempatnya Mengajar Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013 .......................................................... 58 xii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 13. Tabel 5.16. Perkembangan Persentase Pendapat tentang Perilaku Seseorang Guru yang Meminta Uang/Barang dari Orang Tua Murid Ketika Kenaikan Kelas/Penerimaan Rapor Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013 .............................................................................................................. 59 Tabel 5.17. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Pihak Sekolah agar Anaknya Diterima di Sekolah Tersebut Menurut Jenis Kelamin. 2012-2013 .............................................................................. 60 Tabel 5.18. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Pegawai yang Melakukan Pekerjaan/Usaha Sampingan di Luar Tugasnya pada Saat Jam Kerja Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013 ....................................................................... 61 Tabel 5.19. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Membagikan Uang/Barang kepada Calon Pemilih pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013 ....................................................................... 63 Tabel 5.20. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengharapkan Uang/Barang pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu Menurut Domisili Wilayah, 2012-201364 Tabel 5.21. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan dengan Petugas Layanan Publik Selama Setahun Terakhir, 2012-2013 67 Tabel 5.22. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Mengetahui Prosedur dan Biaya Resmi yang Berlaku .............................................................................. 70 Tabel 5.23. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Pernah atau Tidaknya Membayar Melebihi Ketentuan ................................................................... 71 Tabel 5.24. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Tidak Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Alasan, 2012-2013 ............................. 72 Tabel 5.25. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Waktu Pembayaran .............................................. 73 Tabel 5.26. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Bentuk Pengeluaran yang Dilakukan, 2012- 2013 ........................................................................................................................... 74 Tabel 5.27. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xiii
  • 14. DAFTAR TABEL Ketentuan menurut Cara Mengetahui Bahwa Harus Membayar Lebih .......................................................................................................................... 75 Tabel 5.28. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Diminta oleh Petugas/Pihak Ketiga menurut Tanggapan Ketika Dimintai Tidak Sesuai Ketentuan ................................................................................................ 77 Tabel 5.29. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Tujuan, 2012-2013................................................. 78 Tabel 5.30. Persentase Masyarakat yang Membayar Melebihi Ketentuan dan Tidak Melaporkan, 2012-2013 .................................................................... 79 Tabel 5.31. Persentase Masyarakat yang Pernah Mendapatkan Tawaran Tertentu Selama Setahun Terakhir .......................................................... 80 Tabel 5.32. Persentase Masyarakat yang Pernah Mendapatkan Tawaran Tertentu Selama Setahun Terakhir menurut Tanggapannya, 2012-2013 .............................................................................................................. 81 Tabel 5.33. Persentase Masyarakat yang Memberikan Pendapat tentang Beberapa Perilaku Tertentu di Masyarakat sebagai Perilaku Korupsi ..................................................................................................................... 83 Tabel 5.34. Persentase Masyarakat yang Memberikan Pendapat tentang Beberapa Perilaku Tertentu di Masyarakat sebagai Tidak Tahu dan Bukan Perilaku Korupsi ......................................................................... 84 Tabel 5.35. Persentase Masyarakat yang Memberikan Pendapat tentang Beberapa Perilaku Tertentu di Masyarakat sebagai Perilaku Korupsi menurut Domisili Wilayah, 2012–2013 .............................. 85 xiv INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 15. DAFTAR GAMBAR INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xv DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1. Persentase Non-Respon SPAK 2013 Menurut Alasannya ........ 15 Gambar 3.2. Persentase Responden menurut Kelompok Umur (Tahun), 2013 ...................................................................................................................... 19 Gambar 3.3. Persentase Responden menurut Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan, 2013 ................................................................................. 23 Gambar 4.1. Perkembangan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia, 2012–2013................................................................................. 26 Gambar 4.2. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Jenis Kelamin. 2012–2013 ........................................................................................................ 27 Gambar 4.3. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Umur (Tahun), 2012-2013 ......................................................................................................... 28 Gambar 4.4. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi, 2012-2013 ................................................................................... 29 Gambar 4.5. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga, 2012–2013 ..................................................... 29 Gambar 4.6. IPAK Indonesia Menurut Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan (dalam jutaan rupiah), 2013................................................. 30 Gambar 4.7. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Domisili Wilayah, 2012–2013 ........................................................................................................ 31 Gambar 4.8. IPAK Indonesia Menurut Zona Waktu, 2013 ................................... 32 Gambar 5.1. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Sikap Istri yang Menerima Uang Pemberian Suami di Luar Penghasilan Suami Tanpa Mempertanyakan Asal Usul Uang Tersebut, 2012-2013 ................................................................................... 35 Gambar 5.2. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Pegawai Negeri yang Bepergian Bersama Keluarga dengan Menggunakan Kendaraan Dinas untuk Keperluan Pribadi. 2012–2013 ........................................................................................................ 36 Gambar 5.3. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Orang Tua yang Mengajak Anaknya dalam Kampanye Pemilu/Pilkada Demi Mendapatkan Uang Saku yang Lebih Banyak, 2012–2013 ............................................................. 37
  • 16. DAFTAR GAMBAR Gambar 5.4. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengetahui Saudaranya Mengambil Uang Orang Tuanya tetapi Tidak Melaporkannya, 2012–2013 ......... 39 Gambar 5.5. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/ Barang kepada Tokoh Informal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian) 2012–2013 ........... 42 Gambar 5.6. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Formal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian), 2012–2013 .......... 43 Gambar 5.7. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Informal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan, 2012–2013 ........................................................................................................ 44 Gambar 5.8. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Formal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan, 2012–2013 ........................................................................................................ 46 Gambar 5.9. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Menjamin Keluarga/Saudara/ Teman agar Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta, 2012–2013 ........................................................................................................ 48 Gambar 5.10. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang dalam Proses Penerimaan Menjadi Pegawai Negeri/Swasta, 2012–2013 ........................................................................................................ 50 Gambar 5.11. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Lebih kepada Petugas untuk Mempercepat Urusan Administrasi (KTP dan KK), 2012–2013 .................................................................................... 51 Gambar 5.12. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Lebih Kepada Polisi Untuk Mempercepat Pengurusan SIM dan STNK, 2012–2013 ........................................................................................................ 53 Gambar 5.13. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Damai kepada Polisi, 2012-2013 ........................................................................................... 54 xvi INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 17. Gambar 5.14. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Petugas KUA yang Meminta Uang Tambahan untuk Transpor ke Tempat Acara Akad Nikah, 2012–2013... 55 Gambar 5.15. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Guru yang Mendapatkan Jaminan (Jatah) agar Anaknya Diterima di Sekolah Tempatnya Mengajar, 2012–2013.................................................................................. 57 Gambar 5.16. Perkembangan Persentase Pendapat tentang Perilaku Seseorang Guru yang Meminta Uang/Barang dari Orang Tua Murid Ketika Kenaikan Kelas/ Penerimaan Rapor, 2012–2013 ........................................................................................................ 58 Gambar 5.17. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Pihak Sekolah agar Anaknya Diterima di Sekolah Tersebut, 2012–2013 ........................................................................................................ 59 Gambar 5.18. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Pegawai yang Melakukan Pekerjaan/Usaha Sampingan di Luar Tugasnya Pada Saat Jam Kerja, 2012–2013 ................................................................................. 61 Gambar 5.19. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Membagikan Uang/Barang kepada Calon Pemilih pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu, 2012–2013 ........................................................................................................ 62 Gambar 5.20. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengharapkan Uang/Barang pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu, 2012–2013 ................... 64 Gambar 5.21. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik, 2012-2013 ................................. 68 Gambar 5.22. Diagram Alur Pertanyaan Pengalaman Berhubungan dengan Layanan Publik............................................................................... 69 Gambar 5.23. Persentase Frekuensi Masyarakat Memperoleh Pengetahuan Anti Korupsi Selama Setahun Terakhir Menurut Sumber, 2012–2013 ........................................................................................................ 87 Gambar 5.24. Persentase Sumber Media yang Menurut Masyarakat Paling Efektif dalam Memberikan Pengetahuan Anti Korupsi, 2012–2013 ........................................................................................................ 88 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xvii
  • 18. DAFTAR GAMBAR Gambar 5.25. Persentase Frekuensi Masyarakat Memperoleh Pengetahuan Anti Korupsi Selama Setahun Terakhir Menurut Jenis Media, 2012–2013 ........................................................................................................ 89 Gambar 5.26. Persentase Jenis Media yang Menurut Masyarakat Paling Efektif dalam Memberikan Pengetahuan Anti Korupsi, 2012–2013 ........................................................................................................ 90 xviii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 19. DAFTAR LAMPIRAN INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xix DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Kuesioner SPAK13.K ........................................................................ 95 Lampiran 2 : Foto-Foto Workshop Instruktur Nasional ......................... 100 Lampiran 4 : Foto-Foto Pencacahan .................................................................. 103 Lampiran Tabel 1. Jumlah Target Sampel SPAK 2013 menurut Klasifikasi Wilayah dan Provinsi .............................................105 Lampiran Tabel 2. Jumlah Realisasi Sampel SPAK 2013 menurut Klasifikasi Wilayah dan Provinsi .............................................106 Lampiran Tabel 3. Karakteristik Responden menurut Klasifikasi Kota/Desa ............................................................................................107 Lampiran Tabel 4. Persentase Pendapat Masyarakat terhadap Beberapa Kebiasaan di Masyarakat menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ............................................................108 Lampiran Tabel 5. Persentase Pendapat Masyarakat terhadap Beberapa Kebiasaan di Masyarakat menurut Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................110 Lampiran Tabel 6. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan dengan Petugas Layanan Publik Menurut Klasifikasi Wilayah Selama Setahun Terakhir, 2013 ............................112 Lampiran Tabel 7. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan dengan Petugas Layanan Publik Menurut Jenis Kelamin Selama Setahun Terakhir, 2013 ............................113 Lampiran Tabel 8. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Mengetahui Prosedur dan Biaya Resmi yang Berlaku menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ......................114 Lampiran Tabel 9. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Mengetahui Prosedur dan Biaya Resmi yang Berlaku menurut Jenis Kelamin, 2013..................................115 Lampiran Tabel 10. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Pernah atau Tidaknya Membayar Melebihi Ketentuan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ................116
  • 20. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Tabel 11. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Pernah atau Tidaknya Membayar Melebihi Ketentuan menurut Jenis Kelamin, 2013 ............................117 Lampiran Tabel 12. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Alasan Tidak Membayar Melebihi Ketentuan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ........................................118 Lampiran Tabel 13. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Alasan Tidak Membayar Melebihi Ketentuan menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................119 Lampiran Tabel 14. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Kapan pemberian/ permintaan dilakukan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ............................................................120 Lampiran Tabel 15. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Kapan pemberian/ permintaan dilakukan menurut Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................121 Lampiran Tabel 16. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Bentuk pemberian/permintaan yang diberikan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ........................................122 Lampiran Tabel 17. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Bentuk pemberian/permintaan yang diberikan menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................123 Lampiran Tabel 18. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Kapan pengeluaran uang/barang dilakukan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ........................................124 Lampiran Tabel 19. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Kapan Pengeluaran Uang/Barang Dilakukan menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................125 Lampiran Tabel 20. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut xx INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 21. Tanggapan Ketika Dimintai Tidak Sesuai Ketentuan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ........................................126 Lampiran Tabel 21. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Tanggapan Ketika Dimintai Tidak Sesuai Ketentuan menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................127 Lampiran Tabel 22. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut menurut Klasifikasi Wilayah dan Tujuan, 2013 ..................................128 Lampiran Tabel 23. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut menurut Jenis Kelamin dan Tujuan, 2013 ..............................................129 Lampiran Tabel 24. Persentase Masyarakat yang Membayar Melebihi Ketentuan menurut Melaporkan dan Tidak Melaporkan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 .............130 Lampiran Tabel 25. Persentase Masyarakat yang Membayar Melebihi Ketentuan menurut Melaporkan dan Tidak Melaporkan menurut Jenis Kelamin, 2013 ........................131 Lampiran Tabel 26. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut menurut Klasifikasi Wilayah dan Alasan Tidak Melaporkan, 2013 ...........................................................................132 Lampiran Tabel 27. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut menurut Jenis Kelamin dan Alasan Tidak Melaporkan, 2013 ...........................................................................133 Lampiran Tabel 28. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika Ditawari Uang/Barang untuk Memilih Kandidat Tertentu dalam Pilkades/Pilkada/Pemilu menurut Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................134 Lampiran Tabel 29. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Pengalaman dan Tanggapan Ketika Diminta Uang/Barang Saat Proses Penerimaan Pegawai Negeri/Swasta menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................135 Lampiran Tabel 30. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman Agar ART INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xxi
  • 22. DAFTAR LAMPIRAN Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................136 Lampiran Tabel 31. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman Agar ART Lolos Seleksi Penerimaan Masuk Sekolah menurut Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................137 Lampiran Tabel 32. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika Ditawari untuk Membayar Uang Damai Saat Ditilang Oleh Petugas Polisi Lalu Lintas, 2013 ...................................138 Lampiran Tabel 33. Persentase Pendapat Masyarakat terhadap Beberapa Perilaku di Masyarakat Apakah Termasuk Korupsi atau Tidak menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ................139 Lampiran Tabel 34. Termasuk Korupsi atau Tidak menurut Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................................................140 Lampiran Tabel 35. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan tentang Anti Korupsi dari Beberapa Sumber Selama 12 Bulan Terakhir menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ....................................................................................141 Lampiran Tabel 36. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan tentang Anti Korupsi dari Beberapa Sumber Selama 12 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2013 ...........142 Lampiran Tabel 37. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan tentang Anti Korupsi dari Beberapa Media Selama 12 Bulan Terakhir menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ........................................................................................................143 Lampiran Tabel 38. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan tentang Anti Korupsi dari Beberapa Media Selama 12 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2013 ...........144 xxii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 23. DAFTAR SINGKATAN DAFTAR SINGKATAN  SPAK : Survei Perilaku Anti Korupsi  IPAK : Indeks Perilaku Anti Korupsi  PBAK : Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi  Stranas PPK : Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xxiii Korupsi  EFA : Explanatory Factor Analysis  PCA : Principal Component Analysis  KRT : Kepala Rumah Tangga  ART : Anggota Rumah Tangga  RT : Rukun Tetangga  RW : Rukun Warga  KK : Kartu Keluarga  KTP : Kartu Tanda Pengenal  KUA : Kantor Urusan Agama  Pilkades : Pemilihan Kepala Desa  Pilkada : Pemilihan Kepala Daerah  Pemilu : Pemilihan Umum
  • 24.
  • 25. I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 1 1.1. Latar Belakang Korupsi telah lama menjadi parasit yang secara sengaja mengerogoti sendi-sendi keadilan dan membajak kebijakan serta mengorbankan kepentingan masyarakat. Kerusakan yang ditimbulkan juga tidak sederhana karena berskala masif dengan dampak jangka panjang, sehingga pada banyak kasus dapat dilihat korelasinya dengan penurunan kualitas kehidupan masyarakat. Untuk itu, di Indonesia korupsi disebut sebagai kejahatan luar biasa (extraordinary crime) sehingga penanganannya mendapat salah satu prioritas utama. Salah satu akar penyebab berkembangnya praktik korupsi diduga berasal dari rendahnya integritas para pelakunya dan masih kentalnya budaya permisif terhadap tindakan korupsi. Kesadaran memerangi korupsi juga seperti telah menjadi “trend” dunia, seiring dengan semakin banyaknya regulasi yang dibuat untuk menekan terjadinya korupsi. Indonesia, melalui Undang-Undang (UU) No. 7 Tahun 2006, juga telah meratifikasi United Nations Convention against Corruption (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti korupsi, UNCAC) 2003. Dalam rangka mempercepat upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) jangka panjang tahun 2012-2025 dan jangka menengah tahun 2012-2014. Presiden RI menugaskan BPS secara eksplisit untuk mengukur indikator pada strategi 5 yaitu meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti korupsi. Strategi ini diukur dengan melaksanakan Survei Perilaku Anti Korupsi. Strategi kelima ini dianggap penting karena salah satu akar penyebab berkembangnya praktik korupsi patut diduga berasal dari rendahnya integritas para pelakunya dan masih kentalnya budaya permisif terhadap tindakan korupsi. Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan sebuah survei yang dapat memberikan gambaran tentang pendapat-pendapat yang berkembang di masyarakat terkait dengan korupsi. Hasil survei diharapkan dapat memberikan peta bagi penyusunan program-program yang dapat
  • 26. I. PENDAHULUAN meningkatkan imunitas masyarakat terhadap praktek-praktek koruptif, dan peran aktif mereka dalam mendukung tercapainya kondisi tersebut. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, Badan Pusat Statistik menyelenggarakan kegiatan dalam bentuk Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2013 yang merupakan kelanjutan dari survei yang sama pada tahun 2012. 1.2. Maksud dan Tujuan Penyusunan publikasi ini secara umum dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secara lengkap mengenai situasi dan kondisi perilaku anti korupsi masyarakat terkini dilihat dari pendapat, pengetahuan, perilaku, dan pengalaman individu terkait perilaku anti korupsi di Indonesia. Secara khusus, penyusunan publikasi ini juga ditujukan untuk memperoleh gambaran secara lengkap mengenai sejauhmana budaya zero tolerance terhadap perilaku korupsi terinternalisasi dalam setiap individu khususnya terkait dengan strategi kelima STRANAS PPK yakni pendidikan dan budaya anti korupsi. 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan SPAK 2013 ini dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia yang tersebar di 170 Kabupaten/Kota (49 kota dan 121 kabupaten) dan di 33 provinsi. Jumlah sampel seluruhnya sebanyak 10.000 rumah tangga. Analisis dan kajian mengenai perilaku anti korupsi penduduk Indonesia dalam publikasi ini secara keseluruhan hanya dilakukan untuk level nasional. 1.4. Sistematika Penulisan Publikasi ini disajikan dalam empat bagian (bab) yang disusun secara sistematis. Bab 1 (Pendahuluan) berisi penjelasan rinci tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan sistematika penulisan. Bab 2 (Metodologi) menjelaskan tentang metodologi termasuk metodologi sampling dan konsep/definisi yang digunakan dalam penyusunan publikasi ini. Bagian berikutnya atau Bab 3 menyajikan profil responden berdasarkan berbagai struktur mulai dari pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran rumah tangga. 2 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 27. Kemudian, Bab 4 menyajikan hasil Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) 2013 dibandingkan dengan IPAK 2012. Bab 5 menyajikan data indikator tunggal mengenai penilaian terhadap perilaku penduduk Indonesia dilihat dari tiga aspek yakni kebiasaan di tingkat keluarga, komunitas, dan publik. Analisis dilanjutkan dengan pembahasan mengenai pengalaman masyarakat berhubungan dengan pelayanan publik dilihat dari aspek perilaku korupsi dan anti korupsi yang terjadi. Kemudian bagian berikutnya menyajikan pengetahuan terkait perilaku korupsi dan anti korupsi penduduk Indonesia. Bab 6 menyajikan rekomendasi terkait dengan stranas PPK secara umum maupun hasil SPAK. Bagian terakhir atau (lampiran) menyajikan data-data yang kuesioner dan foto-foto pencacahan. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 3
  • 28.
  • 29. II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 5 2.1. Metodologi Survei 2.1.1. Kerangka Sampel Kerangka sampel yang digunakan pada Survei Perilaku Anti Korupsi 2013 terdiri dari empat jenis, yaitu : 1. Kerangka sampel penarikan tahap pertama adalah daftar kabupaten/kota di masing-masing provinsi dilengkapi jumlah rumah tangga hasil SP2010 menurut klasifikasi perkotaan dan pedesaan 2. Kerangka sampel penarikan tahap kedua adalah daftar blok sensus susenas triwulan 3 2012 di masing-masing kabupaten/kota terpilih 3. Kerangka sampel penarikan tahap ketiga adalah daftar rumah tangga hasil pemutakhiran di blok sensus terpilih susenas triwulan 3 yang terpilih SPAK 2012 4. Kerangka sampel tahap keempat adalah kepala rumah tangga atau suami/istrinya di setiap rumah tangga terpilih. 2.1.2. Desain Sampel Sampel blok sensus Survei Perilaku Anti Korupsi 2013 adalah subsampel dari blok sensus terpilih Susenas 2012 triwulan 3. Pengambilan sampel adalah Three Stages Two Phase Rotation Sampling, sebagai berikut: 1. Pertama, memilih sejumlah kabupaten/kota dengan metode PPS sistematik with replacement size jumlah rumah tangga SP2010. Dengan metode ini kabupaten/kota terpilih lebih dari 1 kali akan memiliki alokasi sampel blok sensus lebih banyak. 2. Kedua, memilih sejumlah blok sensus dari blok sensus terpilih Susenas triwulan 3 2012 di kabupaten terpilih dengan cara sistematik. Sampel blok sensus dibedakan atas daerah urban (perkotaan) dan rural (pedesaan). 3. Ketiga, dari sampel blok sensus Susenas triwulan 3, dilakukan penarikan sampel rumah tangga berdasarkan hasil pemutakhiran sebanyak 10 rumah tangga. Penarikan sampel menggunakan nilai angka random pertama (R1) yang berbeda dengan R1 Susenas.
  • 30. II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI 4. Keempat, dari setiap rumah tangga terpilih, selanjutnya dipilih responden kepala rumah tangga atau pasangannya menggunakan Tabel Kish 2.1.3. Cakupan dan Jumlah Sampel Survei Perilaku Anti Korupsi 2013 dilaksanakan di seluruh Indonesia. Jumlah sampel blok sensus adalah 1000 blok sensus sehingga jumlah sampel rumah tangga adalah 10.000 rumah tangga. Sampel 1000 blok tersebut adalah sampel pada level nasional yang selanjutnya didistribusikan ke dalam populasi blok sensus di kabupaten/kota terpilih 2.1.4. Pembentukan Paket Sampel Blok Sensus dan Kelompok Sampel Rumah Tangga Untuk keperluan pelaksanaan Panel Survei hingga tahun 2016, dilakukan sampling rotasi. Dari 1.000 sampel blok sensus terpilih SPAK 2012 selanjutnya dibagi menjadi 4 paket sampel, yaitu: paket sampel 1, paket sampel 2, paket sampel 3, dan paket sampel 4. Setiap paket sampel berukuran 250 blok sensus dan antar paket sampel tidak saling tumpang tindih. Pada setiap blok sensus dipilih 2 kelompok sampel rumah tangga yang masing-masing berukuran 10 rumah tangga. Antar kelompok sampel rumah tangga tidak saling tumpang tindih. Tabel 2.1. Kelompok Sampel Rumah Tangga dalam Paket Sampel Blok Sensus Paket Sampel Blok Sensus 6 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 Kelompok Sampel Rumah Tangga 1 A dan E 2 B dan F 3 C dan G 4 D dan H Setelah dilakukan pembagian kelompok sampel maka selanjutnya dilakukan pengaturan rotasi kelompok sampel setiap tahun pencacahan sebagai berikut :
  • 31. Tabel 2.2. Kelompok Sampel Rumah Tangga 2012 - 2016 Paket Sampel Blok Sensus Kelompok Sampel Rumah Tangga 2012 2013 2014 2015 2016 1 A E E E E 2 B B F F F 3 C C C G G 4 D D D D H 2.1.5. Pemilihan Sampel Rumah Tangga Misalkan jumlah rumah tangga di blok sensus ke-i dari hasil pemutakhiran adalah , maka interval untuk penarikan sampel sistematik adalah . Penentuan sampel rumah tangga ke-n (n=2,3,…,10) secara dan dan dan dan INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 7 sistematik menggunakan rumus: + ( − 1) Sampel rumah tangga yang pertama ( ) untuk setiap paket sampel ditentukan dengan rumus: 1. Paket sampel 1: + 1 atau − 1 2. Paket sampel 2: + 1 atau − 1 3. Paket sampel 3: + 1 atau − 1 4. Paket sampel 4: + 1 atau − 1 2.1.6. Penggantian Sampel  Penggantian sampel blok sensus tidak diperkenankan.  Penggantian sampel rumah tangga diperkenankan asalkan penggantinya adalah rumah tangga yang menghuni bangunan sensus (dwelling) rumah tangga yang diganti.
  • 32. II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI 2.1.7. Teknik Estimasi 2.1.7.1. Design Weight Design Weight merupakan kebalikan dari fraksi sampling. Sehingga fraksi sampling untuk blok sensus SPAK dapat dijabarkan sebagai berikut: Sampel kabupaten/kota : b p dipilih secara PPS sistematik dari populasi kabupaten/kota di suatu propinsi sehingga fraksi sampling kabupaten/kota ke-k adalah: p k p Mb p pk pk M Σ Sampel blok sensus : dipilih secara sistematik dari sampel blok sensus Susenas triwulan 3, sehingga fraksi sampling blok sensus ke-i dibedakan urban/rural adalah:  h h hi n hi M Σ h Jumlah sampel ruta blok sensus SPAK 2013 adalah 10, sehingga fraksi sampling rumah tangga ke-j terpilih dibedakan urban/rural adalah:  h 10 f m Overall sampling fraction untuk rumah tangga SPAK 2013 ke-j blok sensus ke-i, kabupaten ke-p dibedakan urban/rural adalah: p k p hpij pk hi hj i M M 8 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 p N k pk M Mb f   1 n 0 1 hi h h Nh i hi M n n M n M f     hi hi ih j MM    | hi h h i h p n M M Mb f f f f  .  .   10 0 |
  • 33. Sehingga design weight SPAK 2013 per kabupaten/kota ke-p menurut urban/rural adalah : 1 0 hi p k p ij ij X ˆW x h ij ij Yˆ W y INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 9 dimana : : weight rumah tangga ke-j, blok sensus ke-i, propinsi ke-p strata ke-h : banyaknya rumah tangga propinsi ke-p : banyaknya rumah tangga kabupaten/kota ke-k, propinsi ke-p : banyaknya populasi rumah tangga propinsi ke-p, strata ke-h : banyaknya rumah tangga blok sensus ke-i, strata ke-h : banyaknya rumah tangga hasil pemutakhiran blok sensus ke-i, strata ke-h : banyaknya sampel blok sensus, strata ke-h : banyaknya sampel rumah tangga di setiap blok sensus, strata ke-h 2.1.7.2. Estimasi Karakteristik Misalkan ij y dan ij x masing-masing merupakan nilai karakteristik Y dan X rumah tangga terpilih ke-j di blok sensus terpilih ke-i di suatu propinsi di suatu strata, maka estimasi total karakteristik Y, X, dan rasio R serta varians rasio dirumuskan sebagai berikut: a. Estimasi total nilai karakteristik X ΣΣ = = = n 1i m 1j b. Estimasi total nilai karakteristik Y: ΣΣ = = = n 1i m 1j 10 h i h p hpij hpij M Mn M Mb M f w     hpij w p M pk M h0 M hi M hi M h n h m
  • 34. II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI c. Estimasi rasio dan varians rasio: yW Yˆ = = == = n 10 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 ΣΣ = = y ΣΣ ΣΣ ΣΣ = = = = 1i m 1j ij n 1i m j 1 ij n 1i m 1j ij ij n 1i m 1j ij ij x xW Xˆ Rˆ = ! #Σ % ' − ( ! ) = - − /.01 * +, % % = - − /.0 1 Dengan: : jumlah blok sensus terpilih - : estimasi total karakteristik Y dalam blok sensus ke-i 1 : estimasi total karakteristik X dalam blok sensus ke-i 2 : fraksi penarikan sampel blok sensus 2.2. Metodologi Perhitungan Indeks Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) 2013 adalah indikator komposit yang datanya diperoleh dari Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK). SPAK 2013 mencakup tiga fenomena utama korupsi yaitu penyuapan (bribery), pemerasan (extortion), dan nepotisme. Variabel penyusun IPAK dipilih dari sekumpulan pertanyaan pada kuesioner SPAK 2013 menggunakan explanatory factor analysis (EFA) IPAK disusun berdasarkan dua substansi utama yakni pendapat tentang kebiasaan terkait akar dan perilaku anti korupsi di masyarakat serta pengalaman praktek korupsi terkait pelayanan publik dalam kurun waktu setahun terakhir. IPAK sebagai sebuah indeks komposit dihitung menggunakan beberapa variabel interdependensi yang signifikan secara statistik. Dibutuhkan metode analisis statistik yang mampu menangani interdependensi antar variabel dan sekaligus memberikan besaran bobot (penimbang) bagi setiap variabel yang signifikan secara statistik. Exploratory Factor Analysis merupakan metode analisis statistik yang dianggap paling cocok digunakan, dengan keterangan sebagai berikut :  Metode ekstraksi: Principal Component Analysis (PCA)
  • 35. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 11  Model Fit:  Kaiser-Mayer-Olkin Measure of Sampling Adequacy  0,5  Eigenvalue 1  Loading Factor  0,4  Total Variance Explained  60% Berikut adalah tahapan penghitungan IPAK : • Pemilihan variabel analisis dan transformasi data (proses recording data) • Pemilihan variabel penyusun indeks didasarkan pada hasil Exploratory Factor Analysis (Principal Component Analysis) • Penghitungan indeks komposit (Indeks Perilaku Anti Korupsi. Penghitungan IPAK 1. Penghitungan Bobot Setiap Variabel 34546 (3) = 7489: ; 8=64 ?468@ 7489: ; 8=64 98@8A 1 28B64 C ?468@ D8:8E: 98@8A 1 28B64 2. Penghitungan Bobot Terstandarisasi Setiap Variabel 34546 ?FE68 98:E8E: (5) = 3 Σ 3 3. Penghitungan IPAK IPAK adalah rata-rata tertimbang dari seluruh jawaban pada variabel penyusun indeks dengan penimbang bobot terstandardisasi masing-masing. GH = Σ 51 Σ 5 bi : Bobot Terstandarisasi; Xi : Variabel 4. Transformasi indeks ke skala 5 (sesuai Perpres) 9FBE (I − 5) = (5 C 9FBE (1 − 4) − 5) 3
  • 36. II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI IPAK memiliki rentang nilai 0–5. Nilai indeks semakin mendekati 5 menunjukkan bahwa masyarakat berperilaku semakin anti korupsi. Dalam memaknainya, nilai IPAK bisa dikelompokkan ke dalam 4 kategori, sebagai berikut : Nilai IPAK Makna Indeks 0 – 1,25 Sangat Permisif 1,26 – 2,50 Permisif 2,51 – 3,75 Anti Korupsi 3,76 – 5 Sangat Anti Korupsi 2.3. Konsep dan Definisi Menurut Wertheim, ada tiga fenomena utama yang tercakup dalam istilah korupsi pada negara-negara Asia Tenggara yaitu  Penyuapan (bribery), yakni apabila seorang pegawai pemerintah menerima imbalan yang disodorkan oleh seorang dengan maksud mempengaruhinya agar memberikan perhatian istimewa pada kepentingan si pemberi.  Pemerasan (extortion), yakni permintaan pemberian-pemberian atau hadiah dalam pelaksanaan tugas-tugas publik, termasuk pejabat-pejabat yang menggunakan dana publik yang mereka urus bagi keuntungan mereka sendiri atau mereka yang bersalah melakukan penggelapan di atas harga yang harus dibayar oleh publik.  Nepotisme (nepotism) yaitu pengangkatan sanak saudara, teman-teman atau rekan-rekan politik pada jabatan-jabatan publik tanpa memandang kemampuan mereka atau konsekuensinya pada kesejahteraan publik. Akar Kultural Korupsi Menurut Scott (dalam Mas’oed, 2008) dalam setiap masyarakat terdapat desakan untuk timbulnya korupsi disebabkan karena faktor kultural dan struktural. Dalam masyarakat seperti Indonesia, faktor kultural yang umumnya mendorong timbulnya korupsi, misalnya adalah adanya nilai atau kebiasaan sebagai berikut: 12 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 37.  Adanya tradisi pemberian hadiah, oleh-oleh atau semacam itu kepada pejabat pemerintah. Tindakan seperti itu di Eropa atau Amerika Utara bisa dianggap korupsi sebagai bentuk pemenuhan kewajiban oleh kawula kepada gustinya.  Ikatan keluarga dan kesetiaan parokial di masyarakat ketimuran seperti Indonesia masih dipandang sangat penting. Kewajiban seseorang pertama-tama adalah memperhatikan saudara terdekat, kemudian trah atau sesama etniknya. Pada budaya semacam ini apabila ada seseorang yang mendatangi saudaranya yang pejabat untuk meminta perlakuan khusus sulit untuk ditolak. Penolakan bisa diartikan sebagai pengingkaran terhadap kewajiban tradisional, tetapi menuruti permintaan berarti mengingkari norma-norma hukum formal yang berlaku. Sehingga selalu terjadi konflik nilai, yaitu antara norma budaya atau norma hukum formal. Hasil diskusi dengan stakeholder dan para ahli, definisi perilaku korupsi INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 13 dan anti korupsi dalam SPAK 2013 : Perilaku korupsi adalah “Tindakan meminta (pemerasan)/ memperoleh/memberi (penyuapan) imbalan uang, barang, atau keistimewaan (nepotisme) bagi layanan yang sudah seharusnya diberikan atau menggunakan kekuasaan/wewenang untuk mencapai tujuan yang tidak sesuai dengan standar etik/moral atau peraturan perundang-undangan bagi kepentingan pribadi (personal, keluarga dekat, kawan dekat)”. Perilaku anti korupsi adalah “tindakan menolak/tidak permisif terhadap segala perilaku baik yang secara langsung merupakan korupsi, maupun perilaku yang menjadi akar atau kebiasaan pelanggengan perilaku korupsi di masyarakat yang terjadi di keluarga, komunitas, maupun publik”.
  • 38.
  • 39. III. PROFIL RESPONDEN III. PROFIL RESPONDEN Pindah 54% INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 15 3.1. Response Rate Pencacahan Responden terpilih untuk Survei Perilaku Anti Korupsi 2013 ini adalah kepala rumah tangga atau pasangannya (suami/isteri). Penentuan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kepala rumah tangga atau pasangannya selain merupakan orang yang bertanggung-jawab atas pengelolaan aset rumah tangga, juga merupakan informan kunci yang paling mengetahui keadaan rumah tangganya dan banyak berhubungan dengan pelayanan publik. Gambar 3.1. Persentase Non-Respon SPAK 2013 Menurut Alasannya Gila/Sakit/ Menolak 6% Tua/ lainnya 16% Pergi 16% Tidak Ditemukan 8% Dari keseluruhan sampel yang berjumlah sebanyak 10.000 responden, sebanyak 970 responden sampai batas akhir waktu pencacahan tidak berhasil dicacah dikarenakan berbagai hal: pindah sebesar 54 persen, tidak dapat ditemukan sebesar 8 persen, tidak bersedia dicacah atau menolak sebesar 6 persen, sedang pergi selama periode pencacahan sebesar 16 persen), dan lainnya sebesar 16 persen tidak dapat didata karena berbagai hal seperti sudah terlalu tua, sakit, dan gila.
  • 40. III. PROFIL RESPONDEN Tingkat respon pencacahan (response rate) SPAK 2013 ini secara keseluruhan mencapai sebesar 90,3 persen. Secara rinci response rate setiap provinsi dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Persentase Response Rate dan Non Response Rate Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2013 Provinsi Respon Rate Non-Respon Rate Jumlah (1) (2) (3) (4) Aceh 90,00 10,00 100,00 Sumatera Utara 91,04 8,96 100,00 Sumatera Barat 90,00 10,00 100,00 Riau 89,00 11,00 100,00 Jambi 93,33 6,67 100,00 Sumatera Selatan 83,33 16,67 100,00 Bengkulu 85,00 15,00 100,00 Lampung 93,85 6,15 100,00 Kep. Bangka Belitung 90,00 10,00 100,00 Kep. Riau 88,75 11,25 100,00 DKI Jakarta 89,46 10,54 100,00 Jawa Barat 88,68 11,32 100,00 Jawa Tengah 93,24 6,76 100,00 DI Yogyakarta 87,00 13,00 100,00 Jawa Timur 92,26 7,74 100,00 Banten 89,36 10,64 100,00 Bali 92,35 7,65 100,00 Nusa Tenggara Barat 92,17 7,83 100,00 Nusa Tenggara Timur 93,64 6,36 100,00 Kalimantan Barat 92,50 7,50 100,00 Kalimantan Tengah 91,67 8,33 100,00 Kalimantan Selatan 91,67 8,33 100,00 Kalimantan Timur 88,13 11,88 100,00 Sulawesi Utara 88,89 11,11 100,00 Sulawesi Tengah 91,82 8,18 100,00 Sulawesi Selatan 87,62 12,38 100,00 Sulawesi Tenggara 95,00 5,00 100,00 Gorontalo 92,50 7,50 100,00 Sulawesi Barat 90,00 10,00 100,00 Maluku 80,00 20,00 100,00 Maluku Utara 76,00 24,00 100,00 Papua Barat 85,00 15,00 100,00 Papua 82,22 17,78 100,00 INDONESIA 90,30 9,70 100,00 16 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 41. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 17 3.2. Profil Demografis Responden Faktor-faktor demografis adalah faktor atau atribut yang melekat pada seseorang, variabel demografis yang dikumpulkan dalam survei ini terbatas pada jenis kelamin, umur, hubungan dengan kepala rumah tangga, dan status perkawinan. Faktor demografis ini diduga berpengaruh terhadap sikap, pandangan dan perilaku seseorang. Faktor-faktor lainnya yang juga diduga berpengaruh adalah tingkat pendidikan, status dan lapangan pekerjaan dibahas pada bagian berikutnya. Berdasarkan Tabel 3.2 terlihat bahwa sebagian besar responden yang diwawancarai adalah kepala rumah tangga (KRT). Pada 2013 responden berstatus KRT sebanyak 58,48 persen dari jumlah responden secara keseluruhan, sedangkan 41,52 persen responden lainnya adalah pasangan atau suami/isteri dari KRT. Tabel 3.2. Persentase Responden Menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga dan Jenis Kelamin, 2013 Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) KRT 99,91 26,26 58,48 Isteri/Suami 0,09 73,74 41,52 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Selain melihat pola status responden menurut hubungan dengan KRT, survei ini juga menanyakan mengenai status perkawinan responden. Terdapat empat kategori yakni tidak kawin, kawin, cerai hidup dan cerai mati. Tidak kawin berarti responden tersebut belum pernah kawin. Sementara kawin adalah seseorang mempunyai istri (bagi laki-laki) atau suami (bagi perempuan) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah. Dalam hal ini yang dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara, dan sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami-istri. Cerai hidup adalah seseorang yang telah berpisah sebagai suami-istri karena bercerai dan belum kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang
  • 42. III. PROFIL RESPONDEN mengaku cerai walaupun belum resmi secara hukum. Sebaliknya tidak termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi masih berstatus kawin, misalnya suami/istri ditinggalkan oleh istri/suami ke tempat lain karena sekolah, bekerja, mencari pekerjaan, atau untuk keperluan lain. Wanita yang mengaku belum pernah kawin tetapi pernah hamil, dianggap cerai hidup. Selanjutnya cerai mati adalah seseorang ditinggal mati oleh suami atau istrinya dan belum kawin lagi. Komposisi responden menurut status perkawinan seperti yang disajikan pada Tabel 3.3, menunjukkan bahwa mayoritas dari keseluruhan responden status perkawinannya adalah kawin. Lebih dari tiga perempat dari keseluruhan responden atau sebesar 82,08 persen berstatus kawin, mempunyai istri bagi laki-laki atau mempunyai suami bagi yang perempuan. Responden yang memiliki status perkawinan cerai (mati dan hidup) sebesar 15,65 persen. Sedangkan responden yang tidak kawin sebesar 2,27 persen. Tabel 3.3. Persentase Responden Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin Tahun 2013 Status Perkawinan Laki-Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Tidak Kawin 3,22 1,54 2,27 Kawin 88,74 76,90 82,08 Cerai Hidup 2,30 3,25 2,84 Cerai Mati 5,74 18,31 12,81 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Komposisi responden menurut status perkawinannya untuk setiap jenis kelamin memiliki polanya serupa secara keseluruhan. Persentase responden laki-laki berstatus kawin 88,74 persen sementara responden perempuan bersatus kawin persentasenya mencapai 76,90 persen. Proporsi responden laki-laki yang berstatus cerai hidup berjumlah paling sedikit, yakni hanya 2,3 persen. Sementara itu proporsi responden perempuan tidak kawin paling kecil sebesar 1,54 persen. Struktur umur responden yang diperlihatkan pada Gambar 3.2, modus umur berkisar antara 40 - 49 tahun dengan persentase sebesar 26,30 persen. Sebagian besar responden merupakan individu dalam usia produktif terlihat dari gabungan kelompok umur 20 - 29, 30 – 39 dan 40 – 49 tahun 18 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 43. yang mencapai 59,32 persen dari keseluruhan. Untuk kelompok dengan jumlah paling kecil adalah penduduk dibawah 20 tahun, hanya berjumlah 0,46 persen. Gambar 3.2. Persentase Responden menurut Kelompok Umur (Tahun), 2013 26,30 22,13 11,59 6,49 20 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70 + Kelompok Umur (Tahun) INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 19 0,46 8,43 24,59 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 3.3. Tingkat Pendidikan Responden Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) yaitu proses perubahan sikap dan tata laku sesorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia pasal 1 Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Setiap jenjang pendidikan ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan. Sejalan dengan itu, tingkat pendidikan seseorang dapat merefleksikan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kedewasaan yang dimilikinya. Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemauan yang dikembangkan. Tingginya rata-rata tingkat pendidikan masyarakat sangat penting bagi kesiapan bangsa menghadapi tantangan
  • 44. III. PROFIL RESPONDEN global di masa depan. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan sesorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari. Pendidikan formal membentuk nilai bagi seseorang terutama dalam menerima hal baru (Suhardjo, 2007). Dalam survei ini yang dimaksud jenjang pendidikan tertinggi yang pernah ditamatkan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang pernah ditamatkan oleh seseorang yang masih atau sudah tidak bersekolah lagi. Terdapat delapan kategori jenjang pendidikan mulai dari tidak pernah sekolah sampai tamat S2 atau S3. Tabel 3.4. Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2013 Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Tidak Pernah Sekolah 7,47 11,48 9,72 Tidak Tamat SD/sedarajat 21,97 20,54 21,16 SD/Sederajat 29,77 31,15 30,55 SLTP/Sederajat 13,57 14,74 14,23 SLTA/Sederajat 19,31 16,37 17,66 DI/DII/DIII 1,92 2,02 1,98 S1 5,21 3,44 4,21 S2/S3 0,77 0,26 0,49 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Komposisi responden menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan secara rinci disajikan pada Tabel 3.4. Persentase yang tertinggi adalah tamat SD/sederajat (30,55 persen), berikutnya berturut-turut adalah tidak tamat SD/sederajat (21,16 persen), tamat SLTA (17,66 persen), dan tamat SLTP (14,23 persen). Sedangan gabungan responden tamatan Diploma, S1, S2/S3 persentasenya sebesar 6,68 persen. Struktur tingkat pendidikan responden pada masing-masing jenis kelamin serupa dengan struktur tingkat pendidikan responden secara keseluruhan. Persentase tertinggi pada responden laki-laki adalah tamatan SD mencapai 29,77 persen, sementara responden perempuan yang tamatan SD sebesar 31,15 persen. 20 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 45. 3.4. Jenis Kegiatan Utama Responden Kegiatan utama sehari-hari yang dilakukan seseorang akan membangun suatu komunitas tersendiri yang juga memiliki pola interaksi sosial tersendiri. Kondisi ini pada gilirannya nanti akan mempengaruhi sikap dan perilakunya. Sejalan dengan itu, sikap, wawasan dan perilaku seseorang yang bekerja akan berbeda dengan orang yang mengurus rumah tangga atau sekolah (tidak bekerja). Survei menanyakan apakah responden bekerja atau berusaha dalam seminggu terakhir. Konsep bekerja atau berusaha yang dipakai dalam survei ini adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan paling sedikit 1 (satu) jam secara tidak terputus selama seminggu yang lalu. Kegiatan bekerja ini mencakup, baik yang sedang bekerja maupun yang punya pekerjaan tetapi dalam seminggu yang lalu sementara tidak bekerja, misalnya karena cuti, sakit, dan sejenisnya. Tabel 3.5. Persentase Responden Menurut Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin, 2013 Kegiatan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Bekerja 89,82 60,88 73,54 Tidak Bekerja 10,18 39,12 26,46 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Komposisi responden menurut kegiatan utama sehari-hari disajikan pada Tabel 3.5. Kegiatan utama mayoritas responden adalah bekerja sebesar 73,54 persen, sedangkan responden yang tidak bekerja pada saat dilakukan pencacahan mencapai 26,46 persen. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin maka untuk responden yang berjenis kelamin laki-laki yang tidak bekerja ada sebanyak 10,18 persen. Berbeda dengan responden perempuan yang tidak bekerja persentasenya sebanyak 39,12 persen. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 21
  • 46. III. PROFIL RESPONDEN 3.5. Status dalam Pekerjaan Utama Responden Status dalam pekerjaan utama adalah kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan. Komposisi responden menurut status dalam pekerjaan utama dari Tabel 3.6 terlihat bahwa persentase tertinggi adalah berusaha sendiri sebesar 30,06 persen. Kelompok mayoritas responden berikutnya berturut-turut adalah mereka yang berusaha dibantu buruh tidak dibayar (17,89 persen), mereka yang merupakan karyawan/pegawai swasta (16,21 persen), dan pekerja bebas (14,33 persen). Sedangkan untuk responden yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil mencapai 4,63 persen. Tabel 3.6. Persentase Responden Menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2013 Status dalam Pekerjaan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Berusaha sendiri 28,79 31,51 30,06 Berusaha dibantu buruh tidak dibayar 21,82 13,38 17,89 Berusaha dibantu buruh dibayar 6,94 3,88 5,52 Karyawan/pegawai swasta 19,23 12,73 16,21 Pegawai Negeri Sipil/ Pejabat Pemerintah 4,54 4,73 4,63 TNI/POLRI 1,09 0,02 0,59 Pegawai BUMD/BUMN 0,33 0,10 0,23 Pekerja bebas 15,76 12,69 14,33 Pekerja tidak dibayar 0,75 20,13 9,77 Lainnya 0,73 0,83 0,78 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Bila diklasifikasi menjadi tiga kelompok utama yaitu: 1) kelompok pegawai negeri (PNS dan TNI/Polri), 2) kelompok pekerja/pegawai swasta, dan 3) kelompok berusaha (wiraswasta) maka data yang dihasilkan menunjukkan mayoritas responden berada dalam kelompok yang memiliki pekerjaan berusaha (wiraswasta) mencapai 53,46 persen, diikuti kelompok pekerja/pegawai swasta mencapai 41,32 persen dan kelompok aparatur pemerintah (PNS dan TNI Polri) sebesar 5,22 persen dari keseluruhan responden yang bekerja pada saat pencacahan dilaksanakan. 22 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 47. 3.6. Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan Responden Pengeluaran rumah tangga secara umum dapat menggambarkan tingkat pendapatan. Pendapatan seseorang merupakan salah satu faktor yang turut menentukan tingkat kesejahteraan dalam kehidupan seseorang. Secara umum, tingkat kesejahteraan memiliki pengaruh terhadap pola pikir seseorang. Dalam kaitannya dengan perilaku anti korupsi, pola pikir (mind set) dapat membentuk perilaku permisif atau tidaknya seseorang dalam menyikapi petty corruption (korupsi sehari-hari). Tingkat pendapatan dalam survei ini diukur dengan tingkat pengeluaran. Rata-rata pengeluaran rumah tangga per bulan merupakan perkiraan berapa biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan hidup seluruh rumah tangga setiap bulan. Gambar 3.3. Persentase Responden menurut Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan , 2013 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 Tingkat pengeluaran rumah tangga (sebulan) responden seperti yang perlihatkan pada Gambar 3.3 memperlihatkan bahwa mayoritas responden berada pada tingkat pengeluaran rumah tangga sebulan berkisar antara Rp 1 juta – Rp 2,9 juta mencapai lebih dari separuh (55,94 persen). Kemudian diikuti dengan responden yang memiliki pengeluaran rumah tangga dibawah Rp 1 juta sebesar 30,29 persen. Sedangkan, untuk kelompok dengan jumlah yang paling kecil yakni pengeluaran rumah tangga diatas Rp 15 juta sebulan hanya berjumlah 0,09 persen dari keseluruhan. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 23 30,29 55,94 12,28 1,24 0,16 0,09 0,00 1 Juta 1 - 2,9 juta 3 - 5,9 juta 6 - 9,9 juta 10 - 14,9 juta 15 juta Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan (Rp)
  • 48.
  • 49. IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia merupakan alat ukur yang memiliki fungsi untuk menggambarkan dinamika perilaku masyarakat apakah berperilaku anti atau permisif terhadap korupsi. Selain itu, juga untuk mencerminkan intensitas dan kecenderungan perilaku yang mengambarkan kondisi perilaku masyarakat secara umum (secara matematis indeks masyarakat adalah rata-rata dari indeks seluruh individu). Meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti korupsi merupakan salah satu dari enam strategi yang diamanatkan Stranas PPK. Strategi ini mengangankan masyarakat menjadi pelaku aktif pencegahan dan pemberantasan korupsi. Strategi ini diukur berdasarkan IPAK dari individu di Indonesia. Semakin tinggi angka indeks ini, maka diyakini nilai budaya anti korupsi semakin terinternalisasi dan mewujud dalam perilaku nyata setiap individu untuk memerangi tindak pidana korupsi. Sesuai dengan visi dari strategi nasional pencegahan dan pemberantasan korupsi (Stranas PPK) yang kelima yakni terwujudnya masyarakat dengan budaya integritas dalam berbagai lini kehidupan berbangsa dan bernegara. IPAK dihitung secara tahunan dapat untuk menggambarkan perkembangan dinamika perilaku masyarakat. IPAK 2013 merupakan kelanjutan dari baseline IPAK pada tahun 2012 lalu. Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia 2013 sebesar 3,63 dalam skala 0 sampai 5. Angka ini naik 0,08 poin dibandingkan IPAK tahun 2012 (3,55) INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 25 IPAK Indonesia 2013 sebesar 3,63 dalam skala 0 sampai 5. Angka ini naik 0,08 poin dibandingkan dengan IPAK 2012 yang besarnya 3,55. Meski demikian, kenaikan ini belum merubah posisi dalam kategori indeks, karena masih dalam kategori yang sama yakni anti korupsi. Kategori IPAK dibagi ke dalam empat kategori yakni “sangat permisif terhadap korupsi“ dengan nilai indeks 0 sampai 1,25, kategori “permisif” terhadap korupsi dengan nilai indeks 1,26 sampai 2,50, kategori “anti
  • 50. IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI korupsi” dengan nilai indeks 2,51 sampai 3,75, dan kategori ”sangat anti korupsi” dengan nilai indeks 3,76 sampai 5,00. Gambar 4.1. Perkembangan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia, 2012–2013 Makna nilai IPAK adalah semakin mendekati angka lima menunjukkan bahwa masyarakat berperilaku semakin anti korupsi, yang bernilai bahwa budaya zero tolerance terhadap korupsi semakin mengikat dan mewujud dalam perilaku di masyarakat. Dengan demikian, diharapkan semakin berkembangnya persamaan cara pandang individu bahwa korupsi sangat merugikan masyarakat dan setiap manusia Indonesia, yang kemudian akan muncul perbaikan perilaku yang anti korupsi. Pendidikan dan internalisasi budaya anti korupsi di segenap lapisan masyarakat merupakan salah satu cari untuk menyamakan cara pandang tersebut. 4.1. IPAK Menurut Jenis Kelamin Secara umum, IPAK 2013 lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibanding perempuan, meski perbedaannya tidak dapat dikatakan signifikan. Berdasarkan Gambar 4.2 IPAK 2013 untuk jenis kelamin laki-laki sedikit lebih tinggi sebesar 3,66 26 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 Meski tidak berbeda signifikan, IPAK laki-laki relatif lebih tinggi daripada IPAK perempuan
  • 51. dibanding perempuan sebesar 3,60. Hal ini juga terjadi pada IPAK 2012 dimana IPAK untuk jenis kelamin laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan IPAK untuk jenis kelamin perempuan. Pada setiap kelompok jenis kelamin terjadi perubahan IPAK dari 2012 ke 2013. Dibandingkan dengan IPAK 2012 terlihat pola yang sama antara IPAK laki-laki dan perempuan. IPAK untuk laki-laki maupun IPAK untuk perempuan masing-masing naik 0,07 poin. Gambar 4.2. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Jenis Kelamin. 2012–2013 Lebih tingginya angka IPAK 2013 untuk laki-laki dibandingkan dengan IPAK untuk perempuan dari hasil survei berbanding lurus dengan tingkat pengetahuan terkait dengan perilaku korupsi. Terlihat dari lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan yang mengetahui/memahami jenis-jenis perilaku yang merupakan perilaku korupsi (lihat bab 5.4 Pengetahuan/Pemahaman terkait perilaku korupsi). Hal ini mencerminkan lebih rendahnya pengetahuan/pemahaman perempuan terkait dengan perilaku korupsi yang berimplikasi kepada kecenderungan semakin permisifnya perempuan daripada laki-laki. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 27 4.2. IPAK Menurut Umur IPAK 2013 lebih tinggi pada penduduk usia kurang dari 60 tahun dibanding penduduk usia 60 tahun ke atas. IPAK penduduk usia kurang dari 40 tahun sebesar 3,63, usia 40 sampai 59 tahun sebesar 3,65, dan usia 60 tahun ke atas sebesar 3,55.
  • 52. IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI Seperti yang disajikan pada Gambar 4.3 memperlihatkan pada setiap kelompok umur terjadi kenaikan IPAK dari 2012 ke 2013. Pada kelompok umur di bawah 40 tahun terjadi kenaikan dari 3,57 menjadi 3,63. Pada kelompok umur 40 sampai 60 tahun terjadi kenaikan dari 3,58 menjadi 3,65. Hal ini juga terjadi pada kelompok umur di atas 60 tahun yang mengalami kenaikan dari 3,45 menjadi 3,55. Gambar 4.3. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Umur (Tahun), 2012-2013 4.3. IPAK Menurut Pendidikan Pendidikan berpengaruh cukup kuat pada semangat anti korupsi. Dari Gambar 4.4 terlihat bahwa semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi IPAK. IPAK 2013 untuk responden berpendidikan SLTP ke bawah sebesar 3,55, SLTA sebesar 3,82 dan di atas SLTA sebesar 3,94. Bila diliihat, terjadi peningkatan pada indeks kategori SLTP ke bawah, dimana pada 2013 skornya naik dibandingkan angka 2012. Sementara itu, pada kategori SLTA pada 2012 sebesar 3,78 dan pada 2013 sebesar 3,82. Sementara untuk kategori SLTA ke atas pada 2012 sebesar 3,93 dan pada 2013 sebesar 3,94 Secara umum tingkat pendidikan seseorang dapat merefleksikan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kedewasaan yang dimilikinya. Pendidikan 28 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 Pendidikan berpengaruh cukup kuat pada semangat anti korupsi
  • 53. dan internalisasi budaya anti korupsi di segenap lapisan masyarakat merupakan salah satu cara untuk meningkatkan semangat anti korupsi. Gambar 4.4. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi, 2012-2013 4.5. IPAK Menurut Hubungan Kepala Rumah Tangga Secara umum tidak terdapat perbedaan yang signifkan skor indeks bila dilihat berdasarkan hubungan dengan kepala rumah tangga. Pada setiap kategori hubungan dengan kepala rumah tangga terjadi kenaikan IPAK dari 2012 ke 2013. Gambar 4.5. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga, 2012–2013 Berdasarkan Gambar 4.5 terlihat IPAK 2013 untuk responden yang berstatus KRT naik dari 3,56 menjadi 3,62 dan IPAK untuk responden yang INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 29
  • 54. IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI berstatus pasangan (suami/istri) juga naik dari 3,54 menjadi 3,63 pada 2013. Pola ini sejalan dengan pola yang terjadi pada IPAK komposit. 4.6. IPAK Menurut Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Apabila dilihat berdasarkan tingkat pengeluaran maka secara umum terlihat bahwa tingkat pengeluaran paling rendah memiliki IPAK yang paling rendah pula. Secara umum terlihat tingkat pengeluaran rendah memiliki IPAK yang cenderung rendah Gambar 4.6. IPAK Indonesia Menurut Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan (dalam jutaan rupiah), 2013 3,64 1 – 2,9 3 – 5,9 6 – 9,9 10 – 14,9 15 5,0 3,75 2,50 1,25 0 1 Seperti yang disajikan pada Gambar 4.6. terlihat pada 2013, IPAK untuk masyarakat dengan tingkat pengeluaran dibawah 1 juta perbulan sebesar 3,53 sementara IPAK untuk masyarakat dengan tingkat pengeluaran diatass 15 juta rupiah sebesar 3,82. Selanjutnya, IPAK 2013 untuk masyarakat dengan tingkat pengeluaran 1 sampai 2,9 juta perbulan sebesar 3,64. IPAK 2013 untuk masyarakat dengan tingkat pengeluaran 3 sampai 5,9 juta perbulan sebesar 3,78, IPAK 2013 untuk masyarakat dengan tingkat pengeluaran 6 sampai 9,9 juta perbulan sebesar 3,69. Kemudian, IPAK 2013 30 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 2013 3,53 3,78 3,69 3,86 3,82
  • 55. untuk masyarakat dengan tingkat pengeluaran 10 sampai 14,9 juta perbulan sebesar 3,86. Tingkat kesejahteraan yang direfleksikan dalam tingkat pengeluaran memiliki pengaruh terhadap pola pikir seseorang. Dalam kaitannya dengan perilaku anti korupsi, pola pikir (mind set) secara kognitif dapat membentuk perilaku permisif atau tidaknya seseorang terkait dengan petty corruption (korupsi sehari-hari). IPAK masyarakat di wilayah perkotaan sedikit lebih tinggi INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 31 4.7. IPAK Menurut Urban - Rural Nilai IPAK berdasarkan wilayah urban - rural memiliki pola yang sama dengan IPAK nasional. Pada Gambar 4.7 terlihat IPAK 2013 untuk perkotaan cenderung lebih tinggi sebesar 3,71 dibandingkan IPAK perdesaan sebesar 3,55. Perbandingan serupa juga telah nampak pada 2012, IPAK perkotaan sebesar 3,63 dibanding perdesaan sebesar 3,43. Gambar 4.7. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Domisili Wilayah, 2012–2013 Secara umum pada setiap kelompok wilayah, baik perkotaan maupun perdesaan terjadi peningkatan IPAK dari 2012 ke 2013.. IPAK untuk perkotaan maupun IPAK untuk perdesaan masing-masing naik 0,05 poin dan 0,09 poin. Lebih rendahnya IPAK perdesaan dapat mencerminkan kurangnya dampak internalisasi budaya anti korupsi disana ketimbang di perkotaan.
  • 56. IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI Kesenjangan tersebut perlu diantisipasi sejak dini supaya tidak menjadi semakin lebar. Sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan perilaku-perilaku yang termasuk dalam perilaku korupsi penting untuk dilakukan, agar masyarakat perdesaan menjadi lebih memahami/mengetahui bahwa perilaku yang sepertinya sudah biasa dilakukan di masyarakat merupakan perilaku korupsi yang tidak sepatutnya dilakukan. 4.8. IPAK Menurut Zona Waktu IPAK merupakan indeks dengan level estimasi nasional sehingga merinci nilai IPAK berdasarkan provinsi memang tidak didesain dari survei perilaku anti korupsi (SPAK) untuk sekarang ini. Namun, sebagai upaya untuk menjelaskan IPAK berbasis lokasi/wilayah, maka dilakukan penghitungan IPAK menurut zona waktu Gambar 4.8. IPAK Indonesia Menurut Zona Waktu, 2013 Secara umum, IPAK 2013 lebih tinggi pada zona waktu Indonesia Tengah (WITA) daripada zona waktu lainnya, meski perbedaannya tidak dapat dikatakan signifikan. Berdasarkan Gambar 4.8. terlihat IPAK untuk zona waktu tengah (WITA) sebesar 3,76 cenderung lebih tinggi dibandingkan IPAK zona waktu barat (WIB) sebesar 3,60 dan IPAK zona waktu timur sebesar 3,71. 32 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 57. V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 5.1. Pendapat terhadap Kebiasaan di Masyarakat Pertanyaan pada bagian ini didesain untuk mengatahui bagaimana pendapat atau penilaian masyarakat terhadap beberapa perilaku/kebiasaan yang diduga merupakan akar kultural berkembangnya perilaku korupsi. Dalam tatanan sosial perilaku/kebiasaan baik atau buruk dapat membentuk sebuah kultur dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tatanan inilah pada penetapan variabel dirancang dalam tiga tingkatan yakni keluarga, komunitas, dan publik. Pendapat dan penilaian merupakan awal yang membentuk perilaku individu. Perilaku yang dinilai adalah perilaku sehari-hari Sikap, pendapat dan pola pikir membentuk perilaku korupsi atau anti korupsi individu (Prof Hamdi Muluk) yang merupakan perilaku korupsi (everyday corruption) maupun perilaku yang diduga merupakan akar kebiasaan perilaku koruptif. Prof Hamdi Muluk (Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia) pada workshop survei perilaku anti korupsi menyampaikan dalam salah satu pendekatan psikologi sosial, perilaku manusia dapat terbentuk melalui sikap, pendapat dan pola pikir yang ada pada masing-masing individu. Pendekatan kognitif menjelaskan perilaku manusia ditentukan beberapa faktor yakni informasi/stimulus yang diterima responden di dalam lingkungan, kemudian informasi tersebut diolah dan membentuk pendapat, sikap, dan pola pikir. Akhirnya membentuk perilaku yag tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, semakin permisif pendapat masyarakat terhadap perilaku korupsi dapat diduga menggambarkan perilaku anti korupsi individu yang semakin rendah dan sebaliknya. Bagian ini diukur dari tiga aspek (level) yaitu keluarga, komunitas, dan publik. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 33 5.1.1. Perilaku di Tingkat Keluarga Keluarga adalah level yang sangat penting dalam kehidupan sosial setiap individu. Keluarga merupakan agen sosialisasi yang memiliki peranan yang sangat penting. Peranan yang sangat penting itu didasarkan sebuah
  • 58. V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 keyakinan bahwa keluarga mempunyai fungsi yang sangat penting didalam menanamkan nilai-nilai sebagai bagian dalam proses sosialisasi. Sosialisasi menjadi penting karena merupakan proses belajar dimana anggota masyarakat mempelajari norma-norma dan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat. Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai proses melalui mana seseorang belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Sunarto, 2004). Dalam pendidikan dan budaya anti korupsi posisi keluarga dipandang memiliki peran yang sangat penting dalam mengajarkan nilai-nlai luhur yang merupakan dasar perilaku anti korupsi. Hal ini sejalan dengan sembilan nilai integritas yang disampaikan oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), yaitu jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani dan adil. Nilai-nilai tersebut diyakini memiliki kaitan erat dengan fungsi dan peran keluarga. Dalam survei ini di level keluarga terdiri dari empat variabel, yaitu: 1. Pendapat tentang sikap istri yang menerima uang pemberian suami di luar penghasilan suami tanpa mempertanyakan asal usul uang tersebut 2. Pendapat tentang pegawai negeri yang bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi 3. Pendapat tentang perilaku orang tua yang mengajak anaknya dalam kampanye Pemilu/Pilkada demi mendapatkan uang saku yang lebih banyak 4. Pendapat tentang seseorang mengetahui saudaranya mengambil uang orang tuanya tetapi tidak melaporkannya Hasil SPAK 2013 Tiga dari empat responden menganggap kurang wajar atau tidak wajar seorang istri menerima uang yang diberikan seperti yang disajikan pada Gambar 5.1 menunjukkan bahwa masih terdapat 76,43 persen masyarakat menyatakan bahwa perilaku istri yang menerima uang pemberian suami di luar penghasilan suami tanpa mempertanyakan asal usul uang tersebut merupakan hal yang kurang wajar atau tidak wajar. Jika 34 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 suami tanpa harus mempertanyakan asal usulnya
  • 59. dibandingkan dengan 2012 yang sebesar 68,76 persen maka terlihat terjadi peningkatan sebesar 7,67 persen. Sedangkan masyarakat yang menyatakan perilaku tersebut merupakan hal yang wajar atau sangat wajar sebesar 31,24 persen. Gambar 5.1. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Sikap Istri yang Menerima Uang Pemberian Suami di Luar Penghasilan Suami Tanpa Mempertanyakan Asal Usul Uang Tersebut, 2012-2013 60 50 40 30 20 10 1,20 30,03 22,50 22,30 19,56 49,20 1,07 54,13 Artinya tiga dari empat masyarakat menganggap kurang wajar atau tidak wajar seorang istri menerima uang yang diberikan suami tanpa harus mempertanyakan asal usulnya. Hal ini cerminan perilaku yang memiliki nilai integritas untuk menjadi anti korupsi. Apabila berdasarkan jenis kelamin, Tabel 5.1 memperlihatkan pola yang sama dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 sebanyak 73,45 persen laki-laki menyatakan bahwa perilaku istri yang menerima uang pemberian suami di luar penghasilan suami tanpa mempertanyakan asal usul uang tersebut adalah hal yang kurang wajar atau tidak wajar. Sedangkan perempuan yang menyatakan perilaku tersebut adalah hal yang kurang wajar atau tidak wajar lebih besar yakni 78,75 persen. Persentase perempuan yang tidak permisif terkait perilaku tersebut lebih tinggi daripada laki-laki. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 35 0 Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar 2012 2013
  • 60. V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 Tabel 5.1. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Sikap Istri yang Menerima Uang Pemberian Suami di Luar Penghasilan Suami Tanpa Mempertanyakan Asal Usul Uang Tersebut Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013 Pendapat 2012 2013 Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Sangat Wajar 1,34 1,09 1,17 0,99 Wajar 32,35 28,11 25,39 20,26 Kurang Wajar 20,12 19,10 23,15 21,64 Tidak Wajar 46,19 51,69 50,30 57,11 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 Komposisi masyarakat yang menilai kurang wajar atau tidak wajar apabila seorang pegawai negeri bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi mencapai 76,17 persen atau naik 3,13 persen dibandingkan tahun 2012 (73,04 persen). Jumlah ini lebih besar daripada persentase masyarakat yang menyatakan perilaku tersebut sebagai hal yang wajar atau sangat wajar sebesar 23,83 persen. Hampir tiga perempat masyarakat tidak permisif terkait perilaku ini. Gambar 5.2. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Pegawai Negeri yang Bepergian Bersama Keluarga dengan Menggunakan Kendaraan Dinas untuk Keperluan Pribadi. 2012–2013 60 50 40 30 20 10 0 2,20 25,76 Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar Secara umum laki-laki lebih menganggap perilaku seorang pegawai negeri yang bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi sebagai hal yang kurang wajar atau tidak wajar sebesar 78,54 persen atau naik 3,85 persen dari tahun 2012 sebesar 36 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 20,70 52,34 0,43 23,41 20,52 55,65 2012 2013