SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
P R E S I D E N
R E P U B L I K I N D O N E S i A
UNDANG-UNDANGREPUBLIKINDONESIA
NOMOR 7 TAHUN2006
TENTANG
PENGESAHANUNITED JVA?IOJVSCOI,ITIENTIONAGAINSTCORRUPTION,2OO3
(KOIn/ENSIPERSERIKATANBANGSA-BANGSAANTIKORUPSI,2003)
DENGANRAHMATTUHANYANGMAHA ESA
Menimbang : a.
PRESIDENREPUBLIKINDONESI.A,
bahwa dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka
pemerintah bersama-sama masyarakat mengambil
langkah-Iangkah pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi secarasistematis dan berkesinambungan;
bahwa tindak pidana korupsi tidak lagt merupakan
masalah lokal, akan tetapi menrpakan fenomena
transnasional yang mempenganrhi selunrh masyarakat
dan perekonomian sehingga penting adanya kerja sama
internasional untuk pencegahan dan pemberantasannya
termasuk pemulihan atau pengembalian aset-aset hasil
tindak pidana korupsi;
bahwa kerja sama internasional dalam pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana konrpsi perlu didukung oleh
integritas, akuntabilitas, dan manajernen pemerintahan
yang baik;
bahwa bangsa Indonesia telatr ikut aktif daiam upaya
rnasyarakat internasional untuk pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi dengan telah
menandatangani United JVafions Conuention Against
Comtption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Anti Korupsi,2003);
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud
dalam huruf a, huruf b, hun:f c, dan hunrf d, perlu
membentuk Undang-Undang tentang Pengesahan United
Nations Conuerfiion Against Corruption, 2003 (Konvensi
PerserikatanBangsa-BangsaAnti Korupsi, 2OO3);
b.
c.
d.
e.
M e n g i n g a t : . . .
Mengingat : 1 .
2 .
.-#ffi
Nf;:T''Vt Jlr.Z :r1fiy'z
Et-rr. D'LZ
- 7 -  -
P R E S I D E N
R E P U B L I K I N D O N E S I A
- 2 -
Pasal 5 ayat (1), Pasal 11.,dan Pasal 20 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan
Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3882);
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2O0Otentang Pe{anjiart
Internasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 185, Tambatran Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor aOL2l;
3.
DenganPersetujuanBersama
DEWANPERWAKILANRAI'TAT REPUBLIKINDONESIA
dan
PRESIDENREPUBLIKINDONESI.A
MEMUTUSI(AN:
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN UNITED
/VAflOJVS COIII.TENTION AGAIJV,$T CORRr.iPTION, 2OO3
(KOT{VENSI PERSERIKATAN BANGSA.BANGSA ANTI
KORUPSI,2003).
Pasal 1
(1) Mengesahkan United Nations Conuention Against
. Comtption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Anti Korupsi, 2003) dengan Reservation (Pensyaratan)
terhadap Pasal 66 ayat (21 tentang Penyelesaian
Sengketa.
(21 Salinan naskah asli United Nations ConuentionAgainst
Comtption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Anti Korupsi, 2003) dengan Resentation (Pensyaratan)
terlradap Pasal 66 ayat (2) tentang PenyelesaianSengketa
dalam bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa
Indonesia sebagaimanaterlampir dan menrpakan bagran
yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.
Pasal2
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar .
R'"uJ.1ft'1R53*.=,o
- 3 -
Agar setlap or€urg mengetatruhya, memerlntahl<an
pengundan€an undang-undang ir:l dengan penempatannya
dalam Lembaran NegaraRepubllk Indonesla.
-
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 18 Aprtl 2006
PRESIDENREPUBUKINDONESIA,
ttd
DR. H. SUSILOBAIVTBAI{GYUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
padatanggal f B April 2006
MENTERIHUKUM DATIHAK ASASI MANUSIA
REPUBLIKINDONESIA,
ttd
HAMID AWALUDIN
LEMBARAAINEGARAREPUBLIKINDONESIATAHUN2006 NONIOR.32
Sallnan sesual dengan aslinya
SEKRSNATAT NEG.qRA RI
I.
P R E S I D E N
R E P U B L I K I N D O N E S I A
PENJELASAN
ATAS
UNDANG.UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 7 TAHUN 2006
TENTANG
PENGESAHAN UNITED JVAflOJVSCONWNTION AGAflVST CORRUPTION,2OO3
(KONVENSI PERSERIKATANBANGSA-BANGSAANTI KORUPSI, 2OO3)
UMUM
Tindak pidana korupsi merupakan ancaman terhadap prinsip-prinsip
demokrasi, yang menjunjung tinggi transparansi, akuntabilitas, dan
integritas, serta keamanan dan stabilitas bangsa Indonesia. Oleh karena
korupsi merupakan tindak pidana yang bersifat sistematik dan merugikan
pembangunan berkelanjutan sehingga memerlukan langkah-Iangkah
pencegahan dan pemberantasan yang bersifat menyeluruh, sistematis,
dan berkesinambungan baik pada tingkat nasional mauPun tingkat
internasional. Datam melaksanakan pencegatran dan pemberantasan
tindak pidana korupsi yang efisien dan efektif diperlukan dukungan
manajemen tala pemerintahan yang baik dan kerja sama internasional,
termasuk pengembalian aset-aset yang berasal dari tindak pidana
konrpsi.
Selama ini pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi di
Indonesia suaafr dilaksanakan berdasarkan peraftrran perundang-
undangan khusus yang berlaku sejak tahun L957 dan telah diubah
sebanyak 5 (tima) kali, akan tetapi perahrran perundang-undangan
dimaksud belum memadai, antara lain karena belum adarrya keda sama
internasional dalam masalah pengembalianhasil tindak pidana kompsi.
PemerintahRepublik Indonesiapada tanggal 18 Desember2003 di Markas
Besar Perserikatan Bangsa-Bangsatelah ikut menandatangani.Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Anti Korupsi yang diadopsi gleh
Sidangke-58 Majelis Umum melalui ResolusiNomor 58/4 pada tanggal31
Oktober2003.
POKOK-POKOKPIKIRANYANGMENDORONGI.,AHIRI{YAKOI{VENSI
pen5rusunan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa diawali sejak tahun
zOOb di mana Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam
sidangnyake-55 melalui ResolusiNomor 55/61 pada tanggal 6 Desember
2OOO
-mLmandang
perlu dirumuskannya instnrmen hukum internasional
antikonrpsi secara global. Instrumen hukum internasional tersebut amat
diperlukan untuk menjembatani sistem hulnrm y€ng berbeda dan
sekaligu" memajukan upaya pemberantasan tindak pidana korupsi secara.
efektif.
Unflrk . . .
P R E S I D E N
R E P U B L I K I N D O N E S I A
B .
. 2 -
Untuk tujuan tersebut, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Barlgsa
membentuk Ad Hoc Committee (I(omite Ad Hoc) yang bertugas
merundingtan draft Konvensi, Komite Ad Hoc yang beranggotakan
mayoritas negara-negara a.nggota Perserikatan Bangsa-Bangsa
memerlukan *Lttu hampir 2 (dua) tahun untuk menyelesaikan
pembahasan sebelum akhirnya menyepakati. naskah akhir Konvensi
Lntuk disampaikan clan diterima sidang Majelis Umum Perserikatan
Bangsa-Bangsa.
ARTI PENTINGKONVENSIBAGI INDONESIA
Ratifikasi Konvensi ini merupakan komitmen nasional untuk
meningkatkan citra bangsa Indonesia dalam percaturan politik
internasional. Arti penting lainnya dari ratifikasi Konvensi tersebut
adalah:
- untuk meningkatkan kerja salna internasional khususnya dalam
melacak, *emb"kukan, rnenyita, dan mengembalikan aset-aset hasil
tindak pid.tra korupsi yang ditempatkan di luar negeri;
- meningkatkan kerja salna internasional dalam mewujudkan tata
pemerintahan Yang baik;
- meningkatkan kerja sama internasional dalam pelaks-anaan perjanjian
ekstralisi, bantuan hukum timbal balik, penyerahan narapidana,
pengalihan proses pidana, dan kerja salna penegakan hukum;
- mendorong terjalinnya kerja sama teknik dan pertukaran informasi
dalam p"rr""g-^i.an dan p"-b"t.tttasan tindak pidana koruPsi di bawah
p.y""d kerji sama pembangUnan ekonomi dan bantuan teknis pada
ii"gf."p bilateral, regional, dan multilateral; dan
- harmonisasi peraturan perundang-undangan nasional dalam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi sesuai dengan
Konvensi ini.
POKOK-POKOKISI KONVENSI
Lingkup Konvensi pembukaan dan batang tubuh yang terdiri atas 8
(delapan) bab dan Zi ltuiufr puluh satu) pasal dengan sistematika sebagai
berikut:
: Ketentuan Umum, menruat Pernyataan Tujuan;
Penggunaan Istilah-istilah; Ruang lingkup Pemberlakuan;
dan Perlindungan Kedaulatan'
c.
- B a b I
- B A B I I : .
- Bab II
- Bab III :
. BABIV :
- BABV
P R E S I D E N
R E P U B L I K I N D O N E S I A
- 3 -
Tindakan'tindakan Pencegahan, memuat Kebijakan dan
Praktek Pencegahan Korupsi; Badan atau Badan-badan
PencegahanKorupsi; Sektor Rrblik; Ahrran Perilaku Bagi
Pejabat Publik; Pengadaan Umum dan Pengelolaan
Keuangan Publik; Pelaporan Publik; Tindakan-tindakan
yang Berhubungan dengan Jasa-jasa Peradilan dan
Penuntutan; Sektor Swasta; Partisipasi Masyarakat; dart
Tindakan-tindakan untuk MencegahPencucianUang.
Kriminalitas dan PenegakanHukum, memuat Penyuapan
Pejabat-pejabat Pubtik Nasional, Penytrapan Pejabat-
pejabat Publik Asing dan Pejabat-pejabat Organisasi-
Organisasi Internasional Publik; Penggelapan,
Penyalahgunaan atau Penyimpangan lain Kekayaan oleh
Pejabat Publik; Memperdagangkan Pengamh;
Penyalahgunaan Fungsi; Memperkaya Diri Secara Tidak
Sah; Penyuapan di Sektor Swasta; PenggelapanKekayaan
di Sektor Swasta; Pencucian Hasil-Hasil Kejahatan;
Penyembunyian; Penghalangan Jalannya Proses
Pengadilan; Tanggung Jawab Badan-badan Hukum;
Keil<qtsertaan dan Percobaan;Pengetahuan, Maksud dan
Tujuan Sebagai Unsur Kejahatan; Aturan Pembatasan;
Penuntutan dan Pengadilan,dan Saksi-saksi; Pembeluan,
penyitaan dan Perampasan;Perlindungan para saksi, Ahli
dan Korban; Perlindungan bagi Orang-orang yang
Melaporkan; Akibat-akibat Tindakan Korupsi; Kompensasi
atas Kerugian; Badan-badan Berwenang Khusus; Kerja
Sama dengan Badan-badan PenegakHulnrm; Kerja Sama
antar Badan-badan Benvenang Nasional; Kerja Sama
antara Badan-badan Berwenang Nasional dan sektor
Swasta; Kerahasian Bank; Catatan Kejahatan; dan
Yurisdiksi.
Keda sama Internasional. memuat Ekstradisi; Transfer
Naiapidana; Bantuan Hukum Timbal Balik; Transfer
proses Pidana; Kerja sama PenegakanHukum; Penyidikan
Bersama; dan Teknik-teknik Penyidikan Khusus.
Pengembalian Aset, memuat Pencegatran dan Deteksi
Transfer Hasil-hasil Kejahatan; Tindakan-tindalcan untuk
PengembalianLangsung atas Kekayaan; Mekanisme untuk
Penlembalian Kekayaan melalui Kerja Sama lnternasional
dalam Perampasan; Kerja sama Internasional untuk
Tujuan Peranrpasan; Kerja sama Khusus; Pengembalian
d; Penyerahan Aset; Unit Intelejen Keuangani dtl
Perjanjian-perjanjian dan Pengaturan-pengaturan Bilateral
dan Multilateral.
. BAE} VI :
P R E S I D E N
R E P U B L I K I N D O N E S I A
- 4 -
' BAB VI : Bantuan Teknis dan Pertukaran Informasi, memuat
Pelatihan dan Bantuan Teknis; Pengumpulan, Perhrkaran,
dan Analisis Informasi tentang Korupsi; dan Tindakan'
tindakan lain; Pelaksanaan I(onvensi melalui
PembangunanEkonomi dan Bantuan Teknis.
- BAB VII : Mekanisme-mekanisme Pelaksanaan, memuat Konferensi
Negara-negaraPihak pada Konvensi; dan Sekretariat.
- BAB VIII : Ketentuan-ketentuan Akhir, memuat Pelaksanaan
Konvensi; Penyelesaian Sengketa; Penandatanganan,
Pengesahan, Penerimaan, Persetujuan, dan Aksesi;
Pemberlakuan; Amandemen; Penarikan Diri; Penyimpanan
dan Bahasa-bahasa.
Sesuai dengan ketentuan Konvensi, Indonesia juga menyatakan
resentation (pensyaratan) terhadap Pasal 66 ayat (2) Konvensi yang
mengatur upaya penyelesaian sengketa, seandainya terjadi, mengenai
penafsiran dan pelaksanaan Konvensi melaiui Mahkamah
Internasional. Sikap ini diambil antara-lain atas pertimbangan bahwa
Indonesia tidak mengakui jurisdiksi yang mengikat secara clematis
(compulsory jurisdiction) dari Mahkamah Internasional. Pensyaratan
tersebut bersifat prosedural sesuai dengan ketentuan internasional
yang berlaku.
II. PASALDEMI PASAL
Pasal I
Yang disahkan dalarn Undang-Undang ini adalah United.Nations
ConuentionAgainst Corntption,2)1?(Konvensi PBB anti Korupsi,
2003).
Untuk kepentingan pemasyarakatannya, dipergunakan salinan
naskah asli dalam bahasa Inggris dan terjematran dalam bahasa
Indonesia. Apabila terjadi perbedaanpengertian terhadap terjemahan
dalam bahasa Indonesia, maka dipergunakan salinan naskah aslinya
dalam bahasaInggris.
Diajukannya Resentatfon(pensyaratan) terhadap Pasal 66 ayat 2
adalah berdasarkan pada prinsip untuk tidak menerima kewajiban
dalam pengajuan perselisihan kepada Mahkamah Internasional
kecuali dengan kesepakatan Para Pihak.
Pasal2
Cukup jelas.
TAMBAHANLEMBARANNEGARAREPUBLIKINDONESI.ANOMOR4620
P R E S I D E N
R E P U B L I K I N D O N E S I A
I,A]VIPIRAN
UNDA}IG -UNDAI{G REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 7 TAFIUN 2006
TENTAXIG
PENGESAFIAN UNITED NAT1ONSCOAIDA]TIONAGAIA/S" CORRUSITOM 2OO3
(KONVENSI PERSERIIGTAXI BANGSA-BAI.IGSAA}ITI KORUPSI, 2OO3)
RES.ENVATTONTO ARTICLE 66 PARAGRAPH2
LIIITED NATIONS CONI/EMnIONAGAINST
CORRT/ITION,2OO3
Reseruahon;
The Gouemm.entoJ tlte RepubLlcoJ Indonesle does not corwtder itselJ bouttd bg
tlw prouiston oJ afticle 66 poragraph 2 qrld takes the posttton that disputes
relating to ttw lnterpretati.onartd appLicatanoJtIveConuentlonwhfch cort not be
settledtlvough th.echonneLprouidedJor in paragraph2 oJtle sald,aftlsle ntolybe
reJerredto the InternationqLCot-rt oJJustice ontg wtth tle corsent oJthe parlles
to the dtsputes.
PRESIDENREPUBLIKINDONESIA,
ttd
DR. H. SUSILOBAI,IBAM YUDHOYONO
Salinan sesual dengan asllnya
SEKRSNARIAT NEGARA zu
Kepala Blro Hukum dan Admlntstrasi
CJ
WP R E S I D E N
R E P U B L I K I N D O N E S I A
I"AIVPIRA}T
UNDAI.TG-UNDAI{GREPUBLIK INDONESIA
NOMOR 7 TAI-IUN 2006
TENTAI{G
PENGESAFIAN UNTTEDNATI'ONSCONI/ENTION AGAIAIST CORRUf{rION, 2OO3
(KOIITENSI PERSEzuIWTAN BAI{GSA-BAI{GSA A}ITI KORUPSI, 2003)
PENSYARATANTERHADAPPASAL66 AYAT (2)
KONVENSIPERSERIIqTANBANGSA-BAI{GSA
AI{TI KORUPSI,2OO3
Pensyaratan:
pemerintatr Republik Indonesia menyatakan tidatc terikat ketentuan Pasal 66
ayat (2) Konvensl dan berpendirian batrwa apabila terJadt persellsihan aldbat
perbedaan penafslran atau penerapan isi Konvensl, yang Udak terselesalkan
melalui Jalur sebagatmana diatur dalam ayat tzl pasal tersebut, dapat
menunJuk Mahkamatr Internasional harrya berdasarkan kesepakatan para
Pihak yang bersellslh.
PRESIDENREPUBLIKINDONESIA,
ttd
DR. H, SUSILOBAI4BAI.IGY1JDHOYONO
Salinan sesuai dengan asllnYa
SEKRSNARIAS NEGARA RI
dan Admlnistrasi
-undangan,
N

More Related Content

What's hot

Dim+ruu+kamnas+versi+16+oktober+2012+terbaru
Dim+ruu+kamnas+versi+16+oktober+2012+terbaruDim+ruu+kamnas+versi+16+oktober+2012+terbaru
Dim+ruu+kamnas+versi+16+oktober+2012+terbaruArya Andie
 
Ekstradisi sebagai sebuah perjanjian internasional
Ekstradisi sebagai sebuah perjanjian internasionalEkstradisi sebagai sebuah perjanjian internasional
Ekstradisi sebagai sebuah perjanjian internasionalDimebag Darrell
 
Tanggungjawab Penyelenggara Negara Dalam Penanganan Pandemi Covid-19
Tanggungjawab Penyelenggara Negara Dalam Penanganan Pandemi Covid-19Tanggungjawab Penyelenggara Negara Dalam Penanganan Pandemi Covid-19
Tanggungjawab Penyelenggara Negara Dalam Penanganan Pandemi Covid-19IWAYANADNYANA1
 

What's hot (7)

Perpu 01 2002
Perpu 01 2002Perpu 01 2002
Perpu 01 2002
 
Dim+ruu+kamnas+versi+16+oktober+2012+terbaru
Dim+ruu+kamnas+versi+16+oktober+2012+terbaruDim+ruu+kamnas+versi+16+oktober+2012+terbaru
Dim+ruu+kamnas+versi+16+oktober+2012+terbaru
 
Ekstradisi sebagai sebuah perjanjian internasional
Ekstradisi sebagai sebuah perjanjian internasionalEkstradisi sebagai sebuah perjanjian internasional
Ekstradisi sebagai sebuah perjanjian internasional
 
Bab iv mahkamah pidana internasional
Bab iv mahkamah pidana internasionalBab iv mahkamah pidana internasional
Bab iv mahkamah pidana internasional
 
Hub internasional
Hub internasionalHub internasional
Hub internasional
 
Tanggungjawab Penyelenggara Negara Dalam Penanganan Pandemi Covid-19
Tanggungjawab Penyelenggara Negara Dalam Penanganan Pandemi Covid-19Tanggungjawab Penyelenggara Negara Dalam Penanganan Pandemi Covid-19
Tanggungjawab Penyelenggara Negara Dalam Penanganan Pandemi Covid-19
 
Hubungan warga negara(mustina3)
Hubungan warga negara(mustina3)Hubungan warga negara(mustina3)
Hubungan warga negara(mustina3)
 

Similar to Uu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan konvensi pbb antiko

Uu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan un convention again
Uu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan un convention againUu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan un convention again
Uu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan un convention againIndonesia Anti Corruption Forum
 
PPT_KELOMPOK 3. Materi Gerakan Kerjasama Dan Instrumen Internasional Pencegah...
PPT_KELOMPOK 3. Materi Gerakan Kerjasama Dan Instrumen Internasional Pencegah...PPT_KELOMPOK 3. Materi Gerakan Kerjasama Dan Instrumen Internasional Pencegah...
PPT_KELOMPOK 3. Materi Gerakan Kerjasama Dan Instrumen Internasional Pencegah...jefrydaniel07
 
Bab I Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidana
Bab I Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidanaBab I Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidana
Bab I Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidanaAndy Susanto
 
KEBIJAKAN DAN UPAYA INDONESIA MENANGANI TRANSNASIONAL CRIME (STUDI KASUS TENT...
KEBIJAKAN DAN UPAYA INDONESIA MENANGANI TRANSNASIONAL CRIME (STUDI KASUS TENT...KEBIJAKAN DAN UPAYA INDONESIA MENANGANI TRANSNASIONAL CRIME (STUDI KASUS TENT...
KEBIJAKAN DAN UPAYA INDONESIA MENANGANI TRANSNASIONAL CRIME (STUDI KASUS TENT...Ahirul Habib Padilah
 
Materi Antikorupsi Dasar-utk upload.pptx
Materi Antikorupsi Dasar-utk upload.pptxMateri Antikorupsi Dasar-utk upload.pptx
Materi Antikorupsi Dasar-utk upload.pptxssuser2a04b1
 
Tugas Kelompok 4 Anti Korupsi kelas f.pptx
Tugas Kelompok 4 Anti Korupsi kelas f.pptxTugas Kelompok 4 Anti Korupsi kelas f.pptx
Tugas Kelompok 4 Anti Korupsi kelas f.pptxjayazriljaya
 
Kejahatan Lintas Negara (Transnational Crime).pptx
Kejahatan Lintas Negara (Transnational Crime).pptxKejahatan Lintas Negara (Transnational Crime).pptx
Kejahatan Lintas Negara (Transnational Crime).pptxDanialDarwis1
 
ppt antikorupsi.pptx
ppt antikorupsi.pptxppt antikorupsi.pptx
ppt antikorupsi.pptxArfiHarahap
 
Penjelasan Atas UU Nomor 6 Tahun 2011
Penjelasan Atas UU Nomor 6 Tahun 2011 Penjelasan Atas UU Nomor 6 Tahun 2011
Penjelasan Atas UU Nomor 6 Tahun 2011 HumasRudenimKupang
 
15 Materi Dasar Penyuluh Anti Korupsi.pptx
15 Materi Dasar Penyuluh Anti Korupsi.pptx15 Materi Dasar Penyuluh Anti Korupsi.pptx
15 Materi Dasar Penyuluh Anti Korupsi.pptxcahyomeiyana
 
PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI BARAT DALAM PERSPEKTIF ANTI KORUPSI
PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI BARAT DALAM PERSPEKTIF ANTI KORUPSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI BARAT DALAM PERSPEKTIF ANTI KORUPSI
PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI BARAT DALAM PERSPEKTIF ANTI KORUPSI temanna #LABEDDU
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...Haristian Sahroni Putra
 
PHAM Risk Mitigation Exposure.pdf.123456
PHAM Risk Mitigation Exposure.pdf.123456PHAM Risk Mitigation Exposure.pdf.123456
PHAM Risk Mitigation Exposure.pdf.123456PepenOzone
 

Similar to Uu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan konvensi pbb antiko (20)

Uu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan un convention again
Uu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan un convention againUu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan un convention again
Uu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan un convention again
 
PPT_KELOMPOK 3. Materi Gerakan Kerjasama Dan Instrumen Internasional Pencegah...
PPT_KELOMPOK 3. Materi Gerakan Kerjasama Dan Instrumen Internasional Pencegah...PPT_KELOMPOK 3. Materi Gerakan Kerjasama Dan Instrumen Internasional Pencegah...
PPT_KELOMPOK 3. Materi Gerakan Kerjasama Dan Instrumen Internasional Pencegah...
 
Uncac indonesia
Uncac indonesiaUncac indonesia
Uncac indonesia
 
Bab I Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidana
Bab I Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidanaBab I Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidana
Bab I Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidana
 
KEBIJAKAN DAN UPAYA INDONESIA MENANGANI TRANSNASIONAL CRIME (STUDI KASUS TENT...
KEBIJAKAN DAN UPAYA INDONESIA MENANGANI TRANSNASIONAL CRIME (STUDI KASUS TENT...KEBIJAKAN DAN UPAYA INDONESIA MENANGANI TRANSNASIONAL CRIME (STUDI KASUS TENT...
KEBIJAKAN DAN UPAYA INDONESIA MENANGANI TRANSNASIONAL CRIME (STUDI KASUS TENT...
 
Hari HKI 1
Hari HKI 1Hari HKI 1
Hari HKI 1
 
Materi Antikorupsi Dasar-utk upload.pptx
Materi Antikorupsi Dasar-utk upload.pptxMateri Antikorupsi Dasar-utk upload.pptx
Materi Antikorupsi Dasar-utk upload.pptx
 
Tugas Kelompok 4 Anti Korupsi kelas f.pptx
Tugas Kelompok 4 Anti Korupsi kelas f.pptxTugas Kelompok 4 Anti Korupsi kelas f.pptx
Tugas Kelompok 4 Anti Korupsi kelas f.pptx
 
Kejahatan Lintas Negara (Transnational Crime).pptx
Kejahatan Lintas Negara (Transnational Crime).pptxKejahatan Lintas Negara (Transnational Crime).pptx
Kejahatan Lintas Negara (Transnational Crime).pptx
 
Money Laundering
Money LaunderingMoney Laundering
Money Laundering
 
ppt antikorupsi.pptx
ppt antikorupsi.pptxppt antikorupsi.pptx
ppt antikorupsi.pptx
 
Penjelasan Atas UU Nomor 6 Tahun 2011
Penjelasan Atas UU Nomor 6 Tahun 2011 Penjelasan Atas UU Nomor 6 Tahun 2011
Penjelasan Atas UU Nomor 6 Tahun 2011
 
Bab viii pak
Bab viii pakBab viii pak
Bab viii pak
 
15 Materi Dasar Penyuluh Anti Korupsi.pptx
15 Materi Dasar Penyuluh Anti Korupsi.pptx15 Materi Dasar Penyuluh Anti Korupsi.pptx
15 Materi Dasar Penyuluh Anti Korupsi.pptx
 
PPT KORUPSI.pptx
PPT KORUPSI.pptxPPT KORUPSI.pptx
PPT KORUPSI.pptx
 
PPT KORUPSI.pptx
PPT KORUPSI.pptxPPT KORUPSI.pptx
PPT KORUPSI.pptx
 
PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI BARAT DALAM PERSPEKTIF ANTI KORUPSI
PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI BARAT DALAM PERSPEKTIF ANTI KORUPSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI BARAT DALAM PERSPEKTIF ANTI KORUPSI
PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI BARAT DALAM PERSPEKTIF ANTI KORUPSI
 
Pedoman Anti Korupsi Madrasah
Pedoman Anti Korupsi MadrasahPedoman Anti Korupsi Madrasah
Pedoman Anti Korupsi Madrasah
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
 
PHAM Risk Mitigation Exposure.pdf.123456
PHAM Risk Mitigation Exposure.pdf.123456PHAM Risk Mitigation Exposure.pdf.123456
PHAM Risk Mitigation Exposure.pdf.123456
 

More from Indonesia Anti Corruption Forum

Notulensi hasil PSC INDA 03 Anti Corruption, Bappenas, 1 Sept. 2014
Notulensi hasil PSC INDA 03 Anti Corruption, Bappenas, 1 Sept. 2014Notulensi hasil PSC INDA 03 Anti Corruption, Bappenas, 1 Sept. 2014
Notulensi hasil PSC INDA 03 Anti Corruption, Bappenas, 1 Sept. 2014Indonesia Anti Corruption Forum
 
Uu nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan t
Uu nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan tUu nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan t
Uu nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan tIndonesia Anti Corruption Forum
 
Instruksi presiden nomor 1 tahun 2013 tentang aksi pencegaha
Instruksi presiden nomor 1 tahun 2013 tentang aksi pencegahaInstruksi presiden nomor 1 tahun 2013 tentang aksi pencegaha
Instruksi presiden nomor 1 tahun 2013 tentang aksi pencegahaIndonesia Anti Corruption Forum
 

More from Indonesia Anti Corruption Forum (20)

IACF GTC: Tanggung jawab korporasi (Albertina Ho)
IACF GTC: Tanggung jawab korporasi (Albertina Ho)IACF GTC: Tanggung jawab korporasi (Albertina Ho)
IACF GTC: Tanggung jawab korporasi (Albertina Ho)
 
IACF GTC: Menakar pertanggungjawaban korporasi
IACF GTC: Menakar pertanggungjawaban korporasiIACF GTC: Menakar pertanggungjawaban korporasi
IACF GTC: Menakar pertanggungjawaban korporasi
 
Korupsi korporasi
Korupsi korporasiKorupsi korporasi
Korupsi korporasi
 
IACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJ by IAPI
IACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJ by IAPIIACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJ by IAPI
IACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJ by IAPI
 
IACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJ
IACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJIACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJ
IACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJ
 
SPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan TerakhirSPAK 2013 Editan Terakhir
SPAK 2013 Editan Terakhir
 
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
 
Release launch ipak_2013
Release launch ipak_2013Release launch ipak_2013
Release launch ipak_2013
 
Notulensi hasil PSC INDA 03 Anti Corruption, Bappenas, 1 Sept. 2014
Notulensi hasil PSC INDA 03 Anti Corruption, Bappenas, 1 Sept. 2014Notulensi hasil PSC INDA 03 Anti Corruption, Bappenas, 1 Sept. 2014
Notulensi hasil PSC INDA 03 Anti Corruption, Bappenas, 1 Sept. 2014
 
Reformasi Regulasi di Korea
Reformasi Regulasi di KoreaReformasi Regulasi di Korea
Reformasi Regulasi di Korea
 
E book-uncac-gap-analysis-3
E book-uncac-gap-analysis-3E book-uncac-gap-analysis-3
E book-uncac-gap-analysis-3
 
Uu nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan t
Uu nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan tUu nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan t
Uu nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan t
 
Uu nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik
Uu nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publikUu nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik
Uu nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik
 
Uu nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan
Uu nomor 10 tahun 1998 tentang perbankanUu nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan
Uu nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan
 
Uu nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan korupsi
Uu nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan korupsiUu nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan korupsi
Uu nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan korupsi
 
Se no 9 12 dpnp tentang pelaksanaan gcg bagi bank umum
Se no 9 12 dpnp tentang pelaksanaan gcg bagi bank umumSe no 9 12 dpnp tentang pelaksanaan gcg bagi bank umum
Se no 9 12 dpnp tentang pelaksanaan gcg bagi bank umum
 
Uu nomor 15 tahun 2002 tentang tppu
Uu nomor 15 tahun 2002 tentang tppuUu nomor 15 tahun 2002 tentang tppu
Uu nomor 15 tahun 2002 tentang tppu
 
Peraturan presiden nomor 35 tahun 2011
Peraturan presiden nomor 35 tahun 2011Peraturan presiden nomor 35 tahun 2011
Peraturan presiden nomor 35 tahun 2011
 
Pbi nomor 8 4 2006 tentang pelaksanaan gcg
Pbi nomor 8 4 2006 tentang pelaksanaan gcgPbi nomor 8 4 2006 tentang pelaksanaan gcg
Pbi nomor 8 4 2006 tentang pelaksanaan gcg
 
Instruksi presiden nomor 1 tahun 2013 tentang aksi pencegaha
Instruksi presiden nomor 1 tahun 2013 tentang aksi pencegahaInstruksi presiden nomor 1 tahun 2013 tentang aksi pencegaha
Instruksi presiden nomor 1 tahun 2013 tentang aksi pencegaha
 

Uu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan konvensi pbb antiko

  • 1. P R E S I D E N R E P U B L I K I N D O N E S i A UNDANG-UNDANGREPUBLIKINDONESIA NOMOR 7 TAHUN2006 TENTANG PENGESAHANUNITED JVA?IOJVSCOI,ITIENTIONAGAINSTCORRUPTION,2OO3 (KOIn/ENSIPERSERIKATANBANGSA-BANGSAANTIKORUPSI,2003) DENGANRAHMATTUHANYANGMAHA ESA Menimbang : a. PRESIDENREPUBLIKINDONESI.A, bahwa dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka pemerintah bersama-sama masyarakat mengambil langkah-Iangkah pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi secarasistematis dan berkesinambungan; bahwa tindak pidana korupsi tidak lagt merupakan masalah lokal, akan tetapi menrpakan fenomena transnasional yang mempenganrhi selunrh masyarakat dan perekonomian sehingga penting adanya kerja sama internasional untuk pencegahan dan pemberantasannya termasuk pemulihan atau pengembalian aset-aset hasil tindak pidana korupsi; bahwa kerja sama internasional dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana konrpsi perlu didukung oleh integritas, akuntabilitas, dan manajernen pemerintahan yang baik; bahwa bangsa Indonesia telatr ikut aktif daiam upaya rnasyarakat internasional untuk pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi dengan telah menandatangani United JVafions Conuention Against Comtption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi,2003); bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, huruf b, hun:f c, dan hunrf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang Pengesahan United Nations Conuerfiion Against Corruption, 2003 (Konvensi PerserikatanBangsa-BangsaAnti Korupsi, 2OO3); b. c. d. e. M e n g i n g a t : . . .
  • 2. Mengingat : 1 . 2 . .-#ffi Nf;:T''Vt Jlr.Z :r1fiy'z Et-rr. D'LZ - 7 - - P R E S I D E N R E P U B L I K I N D O N E S I A - 2 - Pasal 5 ayat (1), Pasal 11.,dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3882); Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2O0Otentang Pe{anjiart Internasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambatran Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor aOL2l; 3. DenganPersetujuanBersama DEWANPERWAKILANRAI'TAT REPUBLIKINDONESIA dan PRESIDENREPUBLIKINDONESI.A MEMUTUSI(AN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN UNITED /VAflOJVS COIII.TENTION AGAIJV,$T CORRr.iPTION, 2OO3 (KOT{VENSI PERSERIKATAN BANGSA.BANGSA ANTI KORUPSI,2003). Pasal 1 (1) Mengesahkan United Nations Conuention Against . Comtption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003) dengan Reservation (Pensyaratan) terhadap Pasal 66 ayat (21 tentang Penyelesaian Sengketa. (21 Salinan naskah asli United Nations ConuentionAgainst Comtption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003) dengan Resentation (Pensyaratan) terlradap Pasal 66 ayat (2) tentang PenyelesaianSengketa dalam bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagaimanaterlampir dan menrpakan bagran yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini. Pasal2 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar .
  • 3. R'"uJ.1ft'1R53*.=,o - 3 - Agar setlap or€urg mengetatruhya, memerlntahl<an pengundan€an undang-undang ir:l dengan penempatannya dalam Lembaran NegaraRepubllk Indonesla. - Disahkan di Jakarta pada tanggal 18 Aprtl 2006 PRESIDENREPUBUKINDONESIA, ttd DR. H. SUSILOBAIVTBAI{GYUDHOYONO Diundangkan di Jakarta padatanggal f B April 2006 MENTERIHUKUM DATIHAK ASASI MANUSIA REPUBLIKINDONESIA, ttd HAMID AWALUDIN LEMBARAAINEGARAREPUBLIKINDONESIATAHUN2006 NONIOR.32 Sallnan sesual dengan aslinya SEKRSNATAT NEG.qRA RI
  • 4. I. P R E S I D E N R E P U B L I K I N D O N E S I A PENJELASAN ATAS UNDANG.UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN UNITED JVAflOJVSCONWNTION AGAflVST CORRUPTION,2OO3 (KONVENSI PERSERIKATANBANGSA-BANGSAANTI KORUPSI, 2OO3) UMUM Tindak pidana korupsi merupakan ancaman terhadap prinsip-prinsip demokrasi, yang menjunjung tinggi transparansi, akuntabilitas, dan integritas, serta keamanan dan stabilitas bangsa Indonesia. Oleh karena korupsi merupakan tindak pidana yang bersifat sistematik dan merugikan pembangunan berkelanjutan sehingga memerlukan langkah-Iangkah pencegahan dan pemberantasan yang bersifat menyeluruh, sistematis, dan berkesinambungan baik pada tingkat nasional mauPun tingkat internasional. Datam melaksanakan pencegatran dan pemberantasan tindak pidana korupsi yang efisien dan efektif diperlukan dukungan manajemen tala pemerintahan yang baik dan kerja sama internasional, termasuk pengembalian aset-aset yang berasal dari tindak pidana konrpsi. Selama ini pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia suaafr dilaksanakan berdasarkan peraftrran perundang- undangan khusus yang berlaku sejak tahun L957 dan telah diubah sebanyak 5 (tima) kali, akan tetapi perahrran perundang-undangan dimaksud belum memadai, antara lain karena belum adarrya keda sama internasional dalam masalah pengembalianhasil tindak pidana kompsi. PemerintahRepublik Indonesiapada tanggal 18 Desember2003 di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsatelah ikut menandatangani.Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Anti Korupsi yang diadopsi gleh Sidangke-58 Majelis Umum melalui ResolusiNomor 58/4 pada tanggal31 Oktober2003. POKOK-POKOKPIKIRANYANGMENDORONGI.,AHIRI{YAKOI{VENSI pen5rusunan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa diawali sejak tahun zOOb di mana Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam sidangnyake-55 melalui ResolusiNomor 55/61 pada tanggal 6 Desember 2OOO -mLmandang perlu dirumuskannya instnrmen hukum internasional antikonrpsi secara global. Instrumen hukum internasional tersebut amat diperlukan untuk menjembatani sistem hulnrm y€ng berbeda dan sekaligu" memajukan upaya pemberantasan tindak pidana korupsi secara. efektif. Unflrk . . .
  • 5. P R E S I D E N R E P U B L I K I N D O N E S I A B . . 2 - Untuk tujuan tersebut, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Barlgsa membentuk Ad Hoc Committee (I(omite Ad Hoc) yang bertugas merundingtan draft Konvensi, Komite Ad Hoc yang beranggotakan mayoritas negara-negara a.nggota Perserikatan Bangsa-Bangsa memerlukan *Lttu hampir 2 (dua) tahun untuk menyelesaikan pembahasan sebelum akhirnya menyepakati. naskah akhir Konvensi Lntuk disampaikan clan diterima sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. ARTI PENTINGKONVENSIBAGI INDONESIA Ratifikasi Konvensi ini merupakan komitmen nasional untuk meningkatkan citra bangsa Indonesia dalam percaturan politik internasional. Arti penting lainnya dari ratifikasi Konvensi tersebut adalah: - untuk meningkatkan kerja salna internasional khususnya dalam melacak, *emb"kukan, rnenyita, dan mengembalikan aset-aset hasil tindak pid.tra korupsi yang ditempatkan di luar negeri; - meningkatkan kerja salna internasional dalam mewujudkan tata pemerintahan Yang baik; - meningkatkan kerja sama internasional dalam pelaks-anaan perjanjian ekstralisi, bantuan hukum timbal balik, penyerahan narapidana, pengalihan proses pidana, dan kerja salna penegakan hukum; - mendorong terjalinnya kerja sama teknik dan pertukaran informasi dalam p"rr""g-^i.an dan p"-b"t.tttasan tindak pidana koruPsi di bawah p.y""d kerji sama pembangUnan ekonomi dan bantuan teknis pada ii"gf."p bilateral, regional, dan multilateral; dan - harmonisasi peraturan perundang-undangan nasional dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi sesuai dengan Konvensi ini. POKOK-POKOKISI KONVENSI Lingkup Konvensi pembukaan dan batang tubuh yang terdiri atas 8 (delapan) bab dan Zi ltuiufr puluh satu) pasal dengan sistematika sebagai berikut: : Ketentuan Umum, menruat Pernyataan Tujuan; Penggunaan Istilah-istilah; Ruang lingkup Pemberlakuan; dan Perlindungan Kedaulatan' c. - B a b I - B A B I I : .
  • 6. - Bab II - Bab III : . BABIV : - BABV P R E S I D E N R E P U B L I K I N D O N E S I A - 3 - Tindakan'tindakan Pencegahan, memuat Kebijakan dan Praktek Pencegahan Korupsi; Badan atau Badan-badan PencegahanKorupsi; Sektor Rrblik; Ahrran Perilaku Bagi Pejabat Publik; Pengadaan Umum dan Pengelolaan Keuangan Publik; Pelaporan Publik; Tindakan-tindakan yang Berhubungan dengan Jasa-jasa Peradilan dan Penuntutan; Sektor Swasta; Partisipasi Masyarakat; dart Tindakan-tindakan untuk MencegahPencucianUang. Kriminalitas dan PenegakanHukum, memuat Penyuapan Pejabat-pejabat Pubtik Nasional, Penytrapan Pejabat- pejabat Publik Asing dan Pejabat-pejabat Organisasi- Organisasi Internasional Publik; Penggelapan, Penyalahgunaan atau Penyimpangan lain Kekayaan oleh Pejabat Publik; Memperdagangkan Pengamh; Penyalahgunaan Fungsi; Memperkaya Diri Secara Tidak Sah; Penyuapan di Sektor Swasta; PenggelapanKekayaan di Sektor Swasta; Pencucian Hasil-Hasil Kejahatan; Penyembunyian; Penghalangan Jalannya Proses Pengadilan; Tanggung Jawab Badan-badan Hukum; Keil<qtsertaan dan Percobaan;Pengetahuan, Maksud dan Tujuan Sebagai Unsur Kejahatan; Aturan Pembatasan; Penuntutan dan Pengadilan,dan Saksi-saksi; Pembeluan, penyitaan dan Perampasan;Perlindungan para saksi, Ahli dan Korban; Perlindungan bagi Orang-orang yang Melaporkan; Akibat-akibat Tindakan Korupsi; Kompensasi atas Kerugian; Badan-badan Berwenang Khusus; Kerja Sama dengan Badan-badan PenegakHulnrm; Kerja Sama antar Badan-badan Benvenang Nasional; Kerja Sama antara Badan-badan Berwenang Nasional dan sektor Swasta; Kerahasian Bank; Catatan Kejahatan; dan Yurisdiksi. Keda sama Internasional. memuat Ekstradisi; Transfer Naiapidana; Bantuan Hukum Timbal Balik; Transfer proses Pidana; Kerja sama PenegakanHukum; Penyidikan Bersama; dan Teknik-teknik Penyidikan Khusus. Pengembalian Aset, memuat Pencegatran dan Deteksi Transfer Hasil-hasil Kejahatan; Tindakan-tindalcan untuk PengembalianLangsung atas Kekayaan; Mekanisme untuk Penlembalian Kekayaan melalui Kerja Sama lnternasional dalam Perampasan; Kerja sama Internasional untuk Tujuan Peranrpasan; Kerja sama Khusus; Pengembalian d; Penyerahan Aset; Unit Intelejen Keuangani dtl Perjanjian-perjanjian dan Pengaturan-pengaturan Bilateral dan Multilateral. . BAE} VI :
  • 7. P R E S I D E N R E P U B L I K I N D O N E S I A - 4 - ' BAB VI : Bantuan Teknis dan Pertukaran Informasi, memuat Pelatihan dan Bantuan Teknis; Pengumpulan, Perhrkaran, dan Analisis Informasi tentang Korupsi; dan Tindakan' tindakan lain; Pelaksanaan I(onvensi melalui PembangunanEkonomi dan Bantuan Teknis. - BAB VII : Mekanisme-mekanisme Pelaksanaan, memuat Konferensi Negara-negaraPihak pada Konvensi; dan Sekretariat. - BAB VIII : Ketentuan-ketentuan Akhir, memuat Pelaksanaan Konvensi; Penyelesaian Sengketa; Penandatanganan, Pengesahan, Penerimaan, Persetujuan, dan Aksesi; Pemberlakuan; Amandemen; Penarikan Diri; Penyimpanan dan Bahasa-bahasa. Sesuai dengan ketentuan Konvensi, Indonesia juga menyatakan resentation (pensyaratan) terhadap Pasal 66 ayat (2) Konvensi yang mengatur upaya penyelesaian sengketa, seandainya terjadi, mengenai penafsiran dan pelaksanaan Konvensi melaiui Mahkamah Internasional. Sikap ini diambil antara-lain atas pertimbangan bahwa Indonesia tidak mengakui jurisdiksi yang mengikat secara clematis (compulsory jurisdiction) dari Mahkamah Internasional. Pensyaratan tersebut bersifat prosedural sesuai dengan ketentuan internasional yang berlaku. II. PASALDEMI PASAL Pasal I Yang disahkan dalarn Undang-Undang ini adalah United.Nations ConuentionAgainst Corntption,2)1?(Konvensi PBB anti Korupsi, 2003). Untuk kepentingan pemasyarakatannya, dipergunakan salinan naskah asli dalam bahasa Inggris dan terjematran dalam bahasa Indonesia. Apabila terjadi perbedaanpengertian terhadap terjemahan dalam bahasa Indonesia, maka dipergunakan salinan naskah aslinya dalam bahasaInggris. Diajukannya Resentatfon(pensyaratan) terhadap Pasal 66 ayat 2 adalah berdasarkan pada prinsip untuk tidak menerima kewajiban dalam pengajuan perselisihan kepada Mahkamah Internasional kecuali dengan kesepakatan Para Pihak. Pasal2 Cukup jelas. TAMBAHANLEMBARANNEGARAREPUBLIKINDONESI.ANOMOR4620
  • 8. P R E S I D E N R E P U B L I K I N D O N E S I A I,A]VIPIRAN UNDA}IG -UNDAI{G REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAFIUN 2006 TENTAXIG PENGESAFIAN UNITED NAT1ONSCOAIDA]TIONAGAIA/S" CORRUSITOM 2OO3 (KONVENSI PERSERIIGTAXI BANGSA-BAI.IGSAA}ITI KORUPSI, 2OO3) RES.ENVATTONTO ARTICLE 66 PARAGRAPH2 LIIITED NATIONS CONI/EMnIONAGAINST CORRT/ITION,2OO3 Reseruahon; The Gouemm.entoJ tlte RepubLlcoJ Indonesle does not corwtder itselJ bouttd bg tlw prouiston oJ afticle 66 poragraph 2 qrld takes the posttton that disputes relating to ttw lnterpretati.onartd appLicatanoJtIveConuentlonwhfch cort not be settledtlvough th.echonneLprouidedJor in paragraph2 oJtle sald,aftlsle ntolybe reJerredto the InternationqLCot-rt oJJustice ontg wtth tle corsent oJthe parlles to the dtsputes. PRESIDENREPUBLIKINDONESIA, ttd DR. H. SUSILOBAI,IBAM YUDHOYONO Salinan sesual dengan asllnya SEKRSNARIAT NEGARA zu Kepala Blro Hukum dan Admlntstrasi CJ
  • 9. WP R E S I D E N R E P U B L I K I N D O N E S I A I"AIVPIRA}T UNDAI.TG-UNDAI{GREPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAI-IUN 2006 TENTAI{G PENGESAFIAN UNTTEDNATI'ONSCONI/ENTION AGAIAIST CORRUf{rION, 2OO3 (KOIITENSI PERSEzuIWTAN BAI{GSA-BAI{GSA A}ITI KORUPSI, 2003) PENSYARATANTERHADAPPASAL66 AYAT (2) KONVENSIPERSERIIqTANBANGSA-BAI{GSA AI{TI KORUPSI,2OO3 Pensyaratan: pemerintatr Republik Indonesia menyatakan tidatc terikat ketentuan Pasal 66 ayat (2) Konvensl dan berpendirian batrwa apabila terJadt persellsihan aldbat perbedaan penafslran atau penerapan isi Konvensl, yang Udak terselesalkan melalui Jalur sebagatmana diatur dalam ayat tzl pasal tersebut, dapat menunJuk Mahkamatr Internasional harrya berdasarkan kesepakatan para Pihak yang bersellslh. PRESIDENREPUBLIKINDONESIA, ttd DR. H, SUSILOBAI4BAI.IGY1JDHOYONO Salinan sesuai dengan asllnYa SEKRSNARIAS NEGARA RI dan Admlnistrasi -undangan, N