SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Makalah Semantik 
BAB I 
PENDAHULUAN 
1. Latar Belakang 
Pendidikan Bahasa Indonesia sekarang ini dapat diibaratkan seperti mobil tua yang mesinnya 
rewel dan sedang melintasi jalur lalu lintas di jalan bebas hambatan. Betapa tidak, pada satu sisi 
dunia pendidikan Bahasa Indonesia saat ini dirundung masalah yang besar dan pada sisi lain 
tantangan menghadapi milenium ketiga semakin besar. Dari aspek kualitas, pendidikan Bahasa 
Indonesia kita memang sungguh sangat memprihatinkan dibandingkan dengan kualitas 
pendidikan bangsa lain. 
Sejalan dengan berkembangnya zaman perkembangan bahasa pun juga ikut berkembang dan 
mengalami pergeseran-pergeseran makna. Pergeseran makna bahasa memang tidak dapat 
dihindari, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang nantinya akan di bahas secara mendalam 
di dalam pembahasan. 
Atas dasar itu, tidak mengherankan dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia muncul 
berbagai kata yang memiliki banyak makna baru. Meski demikian makna yang melekat terlebih 
dahulu tidak serta merta hilang begitu saja. Perubahan makna suatu kata yang terjadi, terkadang 
hampir tidak disadari oleh pengguna bahasa itu sendiri. Untuk itu perlu bagi kita mengetahui dan 
memahami ilmu kebahasaan secara utuh. 
2. Rumusan Masalah 
1. Apa pengertian semantik? 
2. Apa saja unsur-unsur semantik? 
3. Apa saja jenis-jenis makna? 
4. Apa hubungan antara Semantik, Fonologi, Morfologi, dan Sintaksis 
3. Tujuan 
1. Untuk mengetahui pengertian semantik. 
2. Untuk mengetahui unsur-unsur semantik. 
3. Untuk mengatahui jenis-jenis makna. 
4. Untuk mengetahui hubungan antara Semantik, Fonologi, Morfologi, dan Sintaksis .
4. Manfaat 
Manfaat penulisan makalah ini antara lain: 
1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca. 
2. Memahami tentang semantik . 
3. Memotivasi guru atau calon pendidik untuk lebih memahami perkembangan bahas 
BAB II 
PEMBAHASAN 
1. Pengertian Semantik 
Semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. Semantik sebagai cabang ilmu 
bahasa mempunyai kedudukan yang sama dengan cabangcabang ilmu bahasa lainnya. Semantik 
berkedudukan sama dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis. Di sini, yang membedakan adalah 
cabang-cabang ilmu bahasa ini terbagi menjadi dua bagian besar yaitu morfologi dan sintaksis 
termasuk pada tataran gramatika, sedangkan fonologi dan semantik termasuk pada tataran di luar 
gramatika. 
Sejak Chomsky menyatakan betapa pentingnya semantik dalam studi linguistik, maka studi 
semantik sebagai bagian dari studi linguistik menjadi semakin diperhatikan. Semantik tidak lagi 
menjadi objek periferal, melainkan menjadi objek studi yang setaraf dengan bidang-bidang studi 
linguistik lainnya, baik fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Berbagai teori tentang makna 
mulai bermunculan, Ferdinand de Saussure, dengan teorinya bahwa tanda linguistic (signe 
linguistique) terdiri atas komponen signifian dan signifie. Selanjutnya, Hockett (1954) dalam 
Chaer (1994), menyatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang kompleks dari kebiasaan-kebiasaan. 
Sistem bahasa ini terdiri atas lima subsistem, yaitu subsistem gramatika, subsistem 
fonologi, subsistem morfofonemik, subsistem semantik, dan subsistem fonetik. Chomsky sendiri, 
dalam bukunya yang pertama tidak menyinggung-nyinggung masalah makna, baru pada buku 
yang kedua, (1965), menyatakan bahwa semantik merupakan salah satu komponen dari tata 
bahasa, di samping dua komponen lain yaitu sintaksis dan fonologi, serta makna kalimat sangat 
ditentukan oleh komponen semantik. 
Pandangan yang bermacam-macam dari para ahli mejadikan para ahli memiliki perbedaan dalam 
mengartikan semantik. Pengertian semantik yang berbeda-beda tersebut justru diharapkan dapat 
mngembangkan disiplin ilmu linguistik yang amat luas cakupannya. 
1. Charles Morrist 
Mengemukakan bahwa semantik menelaah “hubungan-hubungan tanda-tanda dengan objek-objek 
yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut”.
2. J.W.M Verhaar; 1981:9 
Mengemukakan bahwa semantik (inggris: semantics) berarti teori makna atau teori arti, yakni 
cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti. 
3. Lehrer; 1974: 1 
Semantik adalah studi tentang makna. Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang kajian yang 
sangat luas, karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat 
dihubungkan dengan psikologi, filsafat dan antropologi. 
4. Kambartel (dalam Bauerk, 1979: 195) 
Semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakan makna apabila 
dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia. 
5. Ensiklopedia britanika (Encyclopedia Britanica, vol.20, 1996: 313) 
Semantik adalah studi tentang hubungan antara suatu pembeda linguistik dengan hubungan 
proses mental atau simbol dalam aktifitas bicara. 
6. Dr. Mansoer pateda 
Semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna. 
7. Abdul Chaer 
Semantik adalah ilmu tentang makna atau tentang arti. Yaitu salah satu dari 3 (tiga) tataran 
analisis bahasa (fonologi, gramatikal dan semantik). 
Semantik mengandung pengertian studi tentang makna dengan anggapan bahwa makna menjadi 
bagian dari bahasa, maka semantic merupakan bagian dari linguistik. 
Semantic sebenarnya merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning. 
Kata semantic sendiri berasal dari bahasa Yunani. Yaitu sema (kata benda) yang berarti 
“menandai” atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau 
“melambangkan”. Kemudian semantic disepakati sebagai istilah yang digunakan dalam bidang 
linguistic untuk memelajari hubungan antara tanda-tanda linguistic dengan sesuatu yang 
ditandainya. 
Namun istilah semantic sama halnya dengan kata semantique dalam bahasa Perancis yang 
diserap dari bahasa Yunani yang diperkenalkan oleh M. Breal. Di dalam kedua istilah semantics 
dan semantique, sebenarnya semantic belum secara tegas membahas makna karena lebih banyak 
membahas tentang sejarahnya. 
Selain itu istilah semantic dalam sejarah linguistic digunakan pula istilah seperti semiotika,
semiologi, semasiologi, sememik, dan semik yang merupakan bidang studi yang memelajari 
makna dari suatu lambang atau tanda pada objek cakupan yang lebih luas yakni mencakup 
lambang atau tanda pada umumnya. Berbeda dengan istilah sematik yang digunakan dalam 
bidang studi linguistic. 
2. Unsur Semantik 
Semantik berhubungan dengan tanda-tanda, sintaksis berhubungan dengan gabungan tanda-tanda 
(susunan tanda-tanda) sedangkan pragmatik berhubungan dengan asal-usul, pemakaian dan 
akibat pemakaian tanda-taqnda di dalam tingkah laku berbahasa. Penggolongan tanda dapat 
dilakukan denagn cara: 
1. Tanda yang ditimbulkan oleh alam, diketahui manusia karena pengalaman, misalnya: 
a. Hari mendung tanda akan hujan. 
b. Hujan terus-menerus dapat menimbulkan banjir. 
c. Banjir dapat menimbulkan wabah penyakit dan kelaparan. 
2. Tanda yang ditimbulkan oleh binatang, diketahui manusia dari suara binatang tersebut, 
misalnya: 
a. Anjing menggonggong tanda ada orang masuk halaman. 
b. Kucing bertengkar (mengeong) dengan ramai suaranya tanda ada wabah penyakit atau 
keribytan (bagi masyarakat bangsa Indonesia yang ada di Jawa Barat), dst. 
3. Tanda yang ditimbulkan oleh manusia, tanda ini dibedakan atas: 
a. Yang bersifat verbal, adalah tanda yang dihasilkan menusia melalui alat-alat bicara. 
b. Yang bersifat non-verbal, dibedakan menjadi 2, yaitu: 
tanda yang dihasilkan anggota badan, dikenal sebagai bahasa isyarat, misalnya acungan 
jempol bermakan hebat, bagus. 
tanda yang dihasilkan melalui bunyi (suara), misalnya bersiul bermakna gembira, memanggil, 
ingin kenal, dsb. 
C. Jenis – Jenis Makna 
1. Makna Leksikal: makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, yang sesuai dengan hasil 
observasi indera kita, makna apa adanya, makna yang ada di dalam kamus. 
Misalnya, kuda bermakna leksikal sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai.
2. Makna Gramatikal: makna gramatikal terjadi apabila terdapat proses afiksasi, reduplikasi, 
komposisi dan kalimatisasi. 
Misalnya, berkuda, kata dasar kuda berawalan ber- yang bermakna mengendarai kuda. 
3. Makna Kontekstual: makna sebuah kata yang berada di dalam suatu konteks. Misalnya: 
Rambut di kepala nenek belum ada yang putih (bermakna kepala) 
Sebagai kepala sekolah dia harus menegur murid itu. 
Makna konteks dapat juga berkenaan dengan konteks situasinya, yakni tempat, waktu dan 
lingkungan penggunaan bahasa itu, misalnya: tiga kali empat berapa? Pertanyaan tersebut 
apabila dilontarkan kepada anka SD jawabannya adalah dua belas, tetapi apabila dilontarkan 
kepada tukang cetak foto jawabanya adalah dua ratus atau tiga ratus, karena pertanyaan tesebut 
mengacu pada biaya pembuatan pas photo yang berukuran tiga kali empat centimeter. 
4. Makna referansial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau 
referent (acuan), makna referensial disebut juga makna kognitif, karena memiliki acuan. 
Misalnya : 
1) orang itu menampar orang 
2) orang itu menampar dirinya 
Pada (1) orang1 dibedakan maknanya dari orang2 karena orang1 sebagai pelaku dan orang2 
sebagai pengalam, sedangkan pada (2) orang memiliki makna referensial yang sama dengan 
orang1 dan orang2 karena mengacu kepada konsep yang sama. 
5. Makna kognitif disebut juga makna denotative adalah makna yang menunjukkan adanya 
hubungan antara konsep dengan dunia kenyataan. Makna kognitif tidak hanya dimiliki kata-kata 
yang menunjuk benda-benda nyata, tetapi mengacu pula pada bentuk-bentuk yang makna 
kognitifnya, antara lain itu, ini, ke sana, ke sini. 
Misalnya orang itu mata duitan. 
6. Makna konotatif adalah makna yang bersifat negatif, misalnya berbunga-bunga sampai tidak 
tahu sedangkan makna sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif, misalnya dia 
adalah bunga di kampung itu. 
7. Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari sebuah 
konteks atau asosiasi apa pun, misalnya kata kuda memiliki makna konseptula sejenis binatang 
berkaki empat yang biasa dikendarai. 
Misalnya Kuda memiliki konseptual sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai.
8. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem atau kata berkenaan dengan 
adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. 
misalnya kata melati berasosiasi dengan suci atau kesucian, kata merah berasosiasi dengan 
berani. 
9. Makna idiom adalah makna leksikal yang terbentuk dari beberapa kata. Kata-kata yang 
disusun dengan kombinasi kata lain dapat pula menghasilkan makna berlainan. 
misalnya meja hijau bermakna pengadilan, membanting tulang bermakna bekerja keras. 
10. Makna pribahasa adalah makna yang hampir mirip dengan makna idiom, akan tetapi 
terdapat perbedaan, makna pribahasa adalah makna yang masih dapat ditelusuri dari makna 
unsur-unsurnya karena adanya asosiasi antara makna asli dengan maknanya sebagai pribahasa, 
sedangkan makna idiom tidak dapat diramalkan. 
Misalnya, seperti anjing dan kucing yang bermakna dua orang yang tidak pernah akur. Makna ini 
memiliki asosiasi bahwa binatang yang namanya anjing dan kucing jika bersuara memang selalu 
berkelahi, tidak pernah damai. 
D. Relasi Makna 
Didalam Linguistik Umum (Karsinem 2008 : 297) Relasi Makna merupakan hubungan semantik 
yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Satuan Bahasa 
(Frase, kata maupun Kalimat). 
Drs. Abdul Chear (1989 : 82) mengemukan bahwa Relasi Makna merupakan hubungan 
kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa yang lainya lagi. 
Menurut KBBI (2008 : 1159) Relasi adalah hubungan, perhubungan, pertalian. Sintagmatis ling 
adalah hubungan kata atau frase dengan dasarnya dari sudut urutan gramatikal. Dan makna 
adalah arti. Jenis – jenis Relasi Makna. 
1. Sinonimi 
2. Antonimi dan Oposisi 
3. Hominimi, homofoni, dan homografi 
4. Hipomini dan hipermini 
5. Ambiguitas 
6. Redundansi
E. Medan Makna 
Medan makna merupakan salah satu metode atau pendekatan untuk menganalisa makna yang 
terdapat pada kata atau unsur leksikal. Teori ini dikemukakan oleh Trier (semantic field: 1931), 
Lounsbury (lexical field: 1956), dan pakar-pakar linguistik lainnya dengan sebutan yang 
berbeda-beda. Hartimurti (1982) dalam Chaer (1990: 113) menyatakan bahwa medan makna 
(semantic field, domain) adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan 
bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu yang direalisasikan 
seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Menurut Umar (1982) dalam Ainin dan 
Asrori (2008:108), medan makna (al-haqlu ad-dillali) merupakan seperangkat atau kumpulan 
kata yang maknanya saling berkaitan. 
Teori ini menegaskan bahwa agar kita memahami makna suatu kata, maka kita harus memahami 
pula sekumpulan kosa kata yang maknanya berhubungan. Berdasar pada penjelasan di atas kita 
dapat mengambil contoh nama warna-warna, nama-nama perabot, atau nama-nama istilah 
pelayaran yang dapat membentuk medan makna tertentu. 
Dalam kaitannya dengan medan makna ini, para pencetus teori ini, Lyon misalnya berpendapat 
bahwa: 
1. Setiap butir leksikal hanya ada pada satu medan makna. 
2. Tidak ada butir leksikal yang tidak menjadi anggota pada medan makna tertentu. 
3. Tidak ada alas an untuk mengabaikan konteks. 
4. Ketidakmungkinan kajian terhadap kosa kata terlepas dari struktur (Umar, (1982) dalam 
Ainin dan Asrori (2008:107). 
F. Makna Kolokasi 
kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmantik, karena sifatnya yang linear, maka kelompok set 
menunjuk, pada hubungan pradigmatik, karena kata-kata yang berada dalam satu kelompok set 
biasanya mempunyai kelas yang sama dan tampaknya merupakan satu kesatuan. Setiap kata 
dalam set dibatasi oleh tempatnya dalam hubungan dengan anggota-anggota lain dalam set itu 
umpamanya, kata remaja merupakan tahap perkembangan dari anak-anak menjadi dewasa, 
sedangkan kata sejuk merupakan suhu diantara dingin dan hangat, maka kalau kata-kata yang 
satu set dengan remaja dan sejuk dibagankan adalah menjadi sebagai berikut : 
SET (PARADIGMATIK) 
Manula/lansia Terik 
Dewasa Panas 
Remaja Hangat
Kanak-kanak Sejuk 
Bayi Dingin 
Pengelompokan kata atas kolokasi dan set ini besar artinya bagi kita dapat memahami konsep-konsep 
budaya yang ada dalam satu masyarakat bahasa. Namun pengelompokan ini sering 
kurang jelas karena adanya ketumpang tindihan unsur-unsur leksikal yang di kelompokkan itu, 
misalnya, kata karang dapat masuk dalam kelompok medan makna pariwisata dan dapat pula 
masuk kedalam kelompok medan makna pariwisata dan dapat pula dalam kelompok medan 
makna kelautan, selain itu pengelompokan kata atas medan makna ini tidak mempedulikan 
adanay nuansa makan, perbedaan makna denotasi dan konotasi. Misalnya, kata remaja itu juga 
memiliki juga makna “belum dewasa”, keras kepala, bersifat kaku, suka mengganggu dan 
membantah, serta tidak konsisten, jadi pengelompokan kata atas medan makana ini hanya 
tertumpu pada makna dasar, makna denotatif, atau makana pusatnya saja. 
Kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmantik yang terdapat antara kata-kata atau unsur-unsur 
leksikal itu. Misalnya, pada kalimat penyerang tengah bernomor punggung tujuh itu 
memasukkan bola ke gawang dengan melewati pemain belakang dari pihak lawan yang ramai, 
kiper dari pihak lawan kewalahan menangkap bola tersebut sehingga wasit menyatakan gol. Kita 
dapat melihat kata-kata penyerang tengah, penyerang belakang, gol, bola, wasit, gawang, dan 
kiper merupakan kata-kata dalam satu kolokasi; satu tempat atau lingkungan. Jadi, kata-kata 
yang berkolokasi ditemukan bersama atau berada bersama dalam satu wilayah atau satu 
lingkungan. 
Dalam pembicaraan tentang jenis makna ada juga, yaitu jenis makna kolokasi. Yang dimaksud di 
sini adalah makna kata tertentu berkenaan dengan keterikatan kata tersebut dengan kata yang lain 
yang merupakan kolokasinya. 
Misalnya kata cantik, tampan, dan indah sama-sama bermakna denotatif ‘bagus’. Tetapi kata 
tampan memiliki komponen atau ciri makna [+laki-laki] sedangkan kata cantik memiliki 
komponen atau ciri makna [-laki-laki]; dan kata indah memiliki komponen atau ciri makna [- 
manusia]. Oleh karena itulah, ada bentuk-bentuk pemuda tampan, gadis cantik, lukisan indah, 
sedangkan bentuk *pemuda indah dan gadis tampan tidak dapat diterima. 
G. Komponen Makna 
Makna yang dimiliki oleh setiap kata itu terdiri dari sejumlah komponen (yang disebut 
komponen makna), yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Komponen makna ini dapat 
dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu per satu, berdasarkan “pengertian-pengertian” yang 
dimilikinya. Umpamanya, kata ayah memiliki komponen makna/ + manusia/, /+ dewasa/, /+ 
jantan/, /+ kawin/, dan /+ punya anak. Perbedaan makna antara kata ayah dan ibu hanyalah pada 
ciri makna atau komponen makna; ayah memiliki makna jantan, sedangkan ibu tidak memiliki 
kata jantan. 
Komponen Makna Ayah Ibu
1. Insane 
2. Dewasa 
3. Jantan 
4. kawin + 
+ 
+ 
+ + 
+ 
_ 
+ 
Keterangan : tanda + mempunyai komponen makna tersebut, dan tanda – tidak mempunyai 
komponen makna tersebut. 
Konsep analisis dua-dua ini (lazim disebut anlisis biner) oleh para ahli kemudian diterapkan juga 
untuk membedakan makna suatu kata dengan kata lain. Denga juga dapat analisis biner ini kita 
juga dapat menggolong-golongkan kata atau unsur leksikal sesuai dengan medan makna. 
Ada tiga hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan analisis biner tersebut : 
 Pertama, ada pasangan kata yang satu diantaranya lebih bersifat netrl atau umum sedangkan 
yang lain bersift khusus. Misalnya, pasangan kata siswa dan siswi. Kata siswa lebih bersifat 
umum dan netral karena dapat termasuk “pria” dan “wanita”. Sebaliknya kata siswi lebih bersift 
khusus karena hanya mengenai “wanit” saja. 
Kedua, ada kata atau unsur leksikal yang sukar dicari pasanganya karena memang mungkin 
tidak ada, tetapi ada juga yang memiliki pasangan lebih dari satu. Contoh yang sukar dicari 
pasanganya adalah kata-kata yang berkenaan dengan nama warna. Contoh kedua yaitu contoh 
yang pasanganya lebih dari satu, yaitu berdiri misalnya. Kata berdiri bukan hanya bias 
dipertentangkan dengan kata tidur, tetapi bisa saja dengan kata tiarap, rebah, duduk, jongkok dan 
berbaring. 
Ketiga, kita sering kali sukar mengatur ciri-ciri semantic itu secara bertingkat, mana yang 
lebih bersifat umum, dan mana yang lebih bersifat khusus. Contohnya, ciri jantan dan dewasa, 
mana yang lebih bersifat umum antara jantan dan dewasa. Bisa jantan, tetapi bisa juga dewasa 
sebab tidak ada alas an bagi kita untuk menyebutkan cirri jantan lebih bersifat umum daripada
dewasa, begitu juga sebaliknya, karena ciri yang satu tidak menyiratkan makna yang lain. 
H. Prosedur Analisis Komponen Makna 
Untuk menganalisis makna dapat digunakan berbagai prosedur. Nida (1975:64) menyebutkan 
empat teknik dalam menganalisis komponen makna yakni penamaan, parafrasis, pendefinisian 
dan pengklasifikasian (dalam Surayat, 2009:38). 
1) Penamaan (Penyebutan) 
Proses penamaan berkaitan dengan acuannya. Penamaan bersifat konvensional dan arbitrer. 
Konvensional berdasarkan kebiasaan masyarakat pemakainya sedangkan arbitrer berdasarkan 
kemauan masyarakatnya. Misalnya, leksem rumah mengacu ke ‘benda yang beratap, berdinding, 
berpintu, berjendela, dan biasa digunakan manusia untuk beristirahat’. 
Ada beberapa cara dalam proses penamaan, antara lain: (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan 
bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penyebutan apelativa, (5) penyebutan tempat asal, (6) 
penyebutan bahan, (7) penyebutan keserupaan, (8) penyebutan pemendekan, (9) penyebutan 
penemuan baru, dan (10) penyebutan pengistilahan. 
2) Parafrasis 
Parafrasis merupakan deskripsi lain dari suatu leksem, misalnya: 
1. Paman dapat diparafrasis menjadi: 
a) adik laki-laki ayah 
b) adik laki-laki ibu 
1. Berjalan dapat dihubungkan dengan: 
a) berdarmawisata 
b) berjalan-jalan 
c) bertamasya 
d) makan angin 
e) pesiar 
3) Pengklasifikasian 
Pengklasifikasian adalah cara memberikan pengertian pada suatu kata dengan cara 
menghubungkan kata yang satu dengan kata yang lain. Klasifikasi atau taksonomi merupakan
suatu proses yang bersifat alamiah untuk menampilkan pengelompokan sesuai dengan 
pengalaman manusia. Klasifikasi dibedakan atas klasifikasi dikotomis yaitu klasifikasi yang 
terdiri atas dua anggota kelas atau subkelas saja dan klasifikasi kompleks yaitu klasifikasi yang 
memiliki lebih dari dua subkelas. 
4) Pendefinisian 
Pendefinisian adalah suatu proses memberi pengertian pada sebuah kata dengan menyampaikan 
seperangkat ciri pada kata tersebut supaya dapat dibedakan dari kata-kata lainnya sehingga dapat 
ditempatkan dengan tepat dan sesuai dengan konteks. 
Kelemahan Analisis Komponen Makna Menggunakan Pembagian Biner 
Di samping memiliki beberpa mamfaat, analisis komponen makna juga memiliki keterbatasan. 
Analisis komponen makna tidak dapat diterapkan pada semua kata, karena komponen makna 
kata berubah-ubah, bervariasi dan bertumpang tindih. Analisis komponen makna lebih banyak 
dilaksanakan pada kelas kata nomina, belum banyak dilakukan pada kelas kata verba, atau 
adjektiva, kata-kata dari kelas itu juga dapat diberi ciri-ciri semantik. 
Walaupun analisis komponen makna ini dengan pembagian biner banyak kelemahanya tetapi 
cara ini banyak manfaatnya untuk memahami makna kalimat. Para tata bahasawan 
tranformasional juga telah menggunakan teknik ini sehingga minat terhadap anlisis komponen 
makna ini menjadi meningkat. Analisis semantic kata yang dibuat seperti diatas tentu banyak 
memberi manfaat dalam memahami makna-makna kalimat, tetapi pembuatan daftar kosa kata 
dengan disertai ciri-ciri semantiknya secara lengkap bukanlah pekerjaan yang mudah sebab 
memerlukan pengetahuan budaya, ketelitian, waktu, dan tenaga yang cukup besar. 
I. Hubungan Semantik, Fonologi, Morfologi, dan Sintaksis 
Dalam kajian linguistik, kita mengenal apa yang disebut dengan fonologi (ilmu al-ashwat), 
morfologi (ash-sharf), dan sintaksis (an-nahwu). Fonologi merupakan salah satu cabang ilmu 
bahasa yang bertugas mempelajari fungsi bunyi untuk membedakan dan mengidentifikasi kata-kata 
tertentu (Al-Wasilah, 1985). Morfologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari 
pembentukan kata (Yule, 1985). Sementara itu, sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang 
mempelajari hubungan formal antara tanda-tanda bahasa (Levinson, 1992), yakni hubungan 
antara kata/frasa yang satu dengan lainnya dalam suatu kalimat. Semantik sebagai cabang ilmu 
bahasa memiliki hubungan yang erat dengan ketiga cabang ilmu bahasa di atas (fonologi, 
morfologi, dan sintaksis). Ini berarti, bahwa makna suatu kata atau kalimat ditentukan oleh unsur 
bunyi (tekanan suara dan atau nada suara atau yang lebih umum adalah suprasegmental), 
bentukan kata (perubahan bentuk kata), maupun susunan kata dalam kalimat. Dengan demikian, 
tidak mungkin semantik dipisahkan dari cabang linguistik lainnya atau sebaliknya (Umar, 1982). 
Perhatikan contoh berikut ini. 
Contoh A. 1 
( .طالبلا سنكت تنا ( 1
( ؟طالبلا سنكت تنا ( 2 
Apabila kalimat (1) dan (2) pada A.1 tersebut diungkapkan secara lisan dengan nada yang sama 
(nada datar), maka keduanya memiliki makna yang sama. Akan tetapi, apabila diungkapkan 
dengan nada yang berbeda, maka kedua kalimat tersebut mempunyai makna yang berbeda. 
Kalimat (1) bernada informatif (memberi informasi), sedangkan kalimat (2) bernada introgatif 
(bertanya). Secara semantik, keduanya memiliki makna yang berbeda karena perbedaan nada. 
Dengan demikian, bunyi suatu ujaran (nada) mempengaruhi makna. Oleh karena itu, cukup 
beralasan apabila Umar (1982) menyatakan bahwa tanghim (nada suara) dan nabr (tekanan 
suara) termasuk kalimat (jumlah). 
Contoh A.2 
( انبونذ هللا رفغ ( 1 
( هللا انرفغتسا ( 2 
( يسركلا ىلع يلع سلج ( 3 
( يسركلا ىلع لفطلا يلع سلجأ ( 4 
Kata yang digarisbawahi pada kalimat (1) dan pada kalimat (2) berasal dari akar kata yang sama, 
yaitu ف - غ - nakA . ر tetapi, setelah mengalami proses morfologis, maka keduanya memiliki 
makna yang berbeda. Kata pada kalimat (1) berarti mengampuni (Tuhan mengampuni dosa-dosa 
kita), sementara itu kata pada kalimat (2) berarti ‘meminta ampun’ (lith- thalab). Dengan 
demikian huruf tambahan (afiksasi) berupa س -ا - aggnihes ,itra iaynupmem atak lawa adap ت 
kalimat (2) di atas berarti Kami (telah) meminta ampun kepada Allah. 
Hal yang sama juga terjadi pada kata yang digarisbawahi dalam kalimat (3) dan (4). Keduanya 
berasal dari akar kata yang sama ( س).-ل-ج 
Akan tetapi, karena mengalami proses morfologis, maka kedua kata tersebut memiliki makna 
yang berda. Kata yang digarisbawahi pada kalimat (3) merupakan verba intransitif (fi’l lazim), 
sementara itu, pada kalimat (4) disebut verba transitif (fi’l mutta’addi). Dengan demikian, 
kalimat (3) berarti ‘Ali duduk di atas kursi’, sedangkan kalimat (4) berarti ‘Ali mendudukkan 
anak kecil di atas kursi. Dari contoh A2 (1), (2), (3) dan (4) di atas dapat disimpulkan, bahwa 
makna dipengaruhi oleh hasil proses morfologis. 
Contoh A3 
( .بنرألا صنتقي داك ينبلا عيرسلا بلعثلا ( 1 
( .اعيرس ناك بنرألا صنتقي داك يذلا ينبلا بلعثلا ( 2
( .اينب ناك بنرألا صنتقي داك يذلا عيرسلا بلعثلا ( 3 
Kalimat (1), (2), dan (3) pada contoh A3 di atas pada dasarnya memiliki pesan yang sama. 
Substansi yang dibicarakan berkisar tentang serigala yang hampir menangkap kelinci. Akan 
tetapi, karena kata-kata tertentu urutannya tidak sama, maka pengutamaan pesan yang dikandung 
oleh ketiganya berbeda (Umar, 1982). Pesan kalimat (1) pada contoh A3 lebih menekankan pada 
serigala yang cepat dan berwarna coklat (kecepatan berlari dan warna serigala), pesan kalimat (2) 
pada contoh A3 lebih menekankan identitas warna serigala (coklat), sedangkan pesan kalimat (3) 
lebih menekankan pada kecepatan lari serigala. 
Sebagai pembanding dari contoh A.3, perhatikan contoh A.4 berikut ini. 
Contoh A 4. 
1. Orang tua itu putus asa dan bunuh diri. 
2. Pemudah itu bekerja keras dan berhasil. 
3. Orang tua itu bunuh diri karena dia putus asa. 
4. Pemuda itu berhasil karena bekerja keras. 
Kalimat (1) (3) dan (2) (4) pada contoh A4 pada dasarnya mempunyai pesan yang kurang lebih 
sama, yaitu hubungan sebab akibat (dua kluasa). Perbedaannya pada pengutamaan pesan yang 
dikandung oleh setiap klausa. Pesan yang ditekankan pada (1) adalah keputusasaan orang tua 
(klausa pertama sebagai klausa primer) yang merupakan sebab, sementara itu klausa “bunuh 
diri” sebagai klausa kedua (skunder) merupakan akibat. Dengan demikian, pesan yang 
ditekankan adalah sebab, bukan akibat. Sebaliknya, pesan yang ditekankan pada kalimat (3) 
adalah akibat, yakni bunuh diri, sedangkan klausa sebab merupakan klausa skunder. Hal yang 
sama juga terjadi pada kalimat (2) dan (4). Dengan demikian, urutan kata dalam suatu struktur 
kalimat mempengaruhi makna. 
Semantik sebagai studi makna bukan saja berkaitan dengan cabang linguistik lainnya (fonologi, 
morfologi, dan sintaksis), tetapi juga berhubungan dengan disiplin ilmu lainnya. Disiplin ilmu 
yang dimaksud misalnya antropologi, sosiologi, psikologi, dan filsafat. Antropologi 
berkepentingan di bidang semantik, antara lain karena analisis makna di dalam bahasa dapat 
menyajikan klasifikasi budaya pemakai bahasa secara praktis. Sosiologi memiliki kepentingan 
dengan semantik, karena ungkapan atau ekspresi tertentu menandai kelompok sosial atau 
identitas sosial tertentu. Psikologi berhubungan erat dengan semantik, karena psikologi 
memanfaatkan gejala kejiwaan yang ditampilkan manusia secara verbal atau nonverbal. 
Sementara itu, filsafat berhubungan erat dengan semantik karena persoalan makna tertentu dapat 
dijelaskan secara filosofis, misalnya makna ungkapan dan peribahasa (Djajasudarma, 1999). 
Hubungan antara semantik dengan studi lainnya dapat ditampilkan pada diagram 01. 
J. MANFAAT SEMANTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
Semantik adalah studi tentang makna. Ini adalah subjek yang luas dalam studi umum bahasa. 
Pemahaman semantik sangat penting untuk mempelajari bahasa akuisisi (bagaimana pengguna 
bahasa memperoleh makna, sebagai pembicara dan penulis, pendengar dan pembaca) dan 
perubahan bahasa (bagaimana mengubahmakna dari waktu ke waktu). Sangat penting untuk 
memahami bahasa dalam kontekssosial, karena ini cenderung mempengaruhi arti, dan untuk 
memahami jenis bahasaInggris dan efek gaya. 
Oleh karena itu, salah satu konsep yang paling mendasar dalam linguistik. Kajian semantik 
meliputi studi tentang bagaimana makna dibangun, diinterpretasikan, diklarifikasi, tertutup, 
ilustrasi, disederhanakandinegosiasikan, bertentangan dan mengulangi.Makna bahasa, khususnya 
makna kata, terpengaruh oleh berbagai konteks.Makna kata dapat dibangun dalam kaitannya 
dengan benda atau objek di luar bahasa.Dalam konsep ini, kata berperan sebagai label atau 
pemberi nama pada benda- benda atau objek-objek yang berada di alam semesta. 
Makna kata juga dapat dibentuk oleh konsepsi atau pembentukan konsepsi yang terjadi dalam 
pikiran pengguna bahasa. Proses pembentukannya berkait dengan pengetahuan atau persepsi 
penggunaan bahasa tersebut terhadap fenomena, benda atau peristiwa yang terjadi diluar bahasa. 
Dalam konteks ini, misalnya penggunaan bahasa akan tidak sama dalam menafsirkan makna kata 
demokrasi karena persepsi dan konsepsi mereka berbedaterhadap kata itu. Selain kedua konsepsi 
itu, makna kata juga dapat dibentuk olehkaitan antara stimulus, kata dengan respons yang terjadi 
dalam suatu peristiwa ujaran. Beranjak dari ketiga konsepsi ini maka kajian semantik pada 
dasarnya sangat bergantung pada dua kecenderungan. Pertama, makna bahasa dipengaruhi 
olehkonteks di luar bahasa, benda, objek dan peristiwa yang ada di alam semesta. Kedua,kajian 
makna bahasa ditentukan oleh konteks bahasa, yakni oleh aturan kebahasaansuatu bahasa.Uraian 
di atas menunjukkan bahwa beberapa konsep dasar dalam semantik penting untuk dipahami. 
Contoh, pengertian sense berbeda dari pengertian reference. 
Pertama, merujuk kepada hubungan antar kata dalam suatu sistem bahasa dilihat dari kaitan 
maknanya. Sedangkan yang kedua merujuk kepada hubungan antara kata dengan benda, objek 
atau peristiwa di luar bahasa dalam pembentukan makna kata.Begitu pula dengan pengertian 
tentang kalimat, ujaran dan proposisi perlu dipahami dalam kajian antik. Dalam keseharian, 
kerap tidak kita bedakan atau kalimat dengan ujaran. Kalimat sebagaimana kita pahami satuan 
tata bahasa yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat. Sedangkan ujaran dapat 
terdiridari satu kata, frase atau kalimat yang diujarkan oleh seorang penutur yang ditandaioleh 
adanya unsur fonologis, yakni kesenyapan. dalam semantik kedua konsep ini memperlihatkan 
sosok kajian makna yang berbeda. Makna ujaran, misalnya lebih banyak dibahas dalam semantik 
tindak tutur. Peran konteks pembicaraan dalam mengungkapkan makna ujaran sangat penting. 
Sementara kajian makna kalimatlazimnya lebih memusatkan pada konteks tata bahasa dan unsur 
lain yang dapat dicakup dalam tata bahasa dalam bahasa Inggris, misalnya unsur waktu dapat 
digramatikakan yang terwujud dalam perbedaan bentuk kata kerja. Beberapa daerah yang 
penting dari teori semantik atau ajaran yang dipelajari sematik diantaranya yaitu: 
* Simbol dan rujukan 
*Konsepsi makna
* Kata-kata dan lexemes 
* Denotasi, konotasi, implikasi 
* Pragmatik 
* Ambiguitas 
* Metaphor, simile dan symbol 
* Semantic bidang 
* Sinonim, antonim dan hyponym 
* Collocation, ekspresi tetap dan idiom 
* Semantic perubahan dan etimologi* Polisemi 
* Homonimi, homofon dan homographs 
* Leksikologi dan leksikografi 
* Thesauruses, perpustakaan dan Web portal 
* Epistemologi 
Jadi, dengan memahami dan menguasai semantik, akan mempermudah dan memperlancar dalam 
pembelajaran bahasa berikutnya misalkan dalam mempelajari pragmatik, karena pada dasarnya 
kedua bidang bahasa ini saling berhubungan danmenunjang satu sama lain. Bagi pelajar sastra, 
pengetahuan semantik akan banyak member bekal teoritis untuk menganalisis bahasa yang 
sedang dipelajari. Sedangkan bagi pengajar sastra, pengetahuan semantik akan member manfaat 
teoritis, maupun praktis. Secara teoritis, teori-teori semantik akan membantu dalam 
memahamidengan lebih baik bahasa yang akan diajarkannya. Dan manfaat praktisnya adalah 
kemudahan untuk mengajarkannya. 
BAB III 
PENUTUP 
1. Kesimpulan 
Semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. Semantik sebagai cabang ilmu 
bahasa mempunyai kedudukan yang sama dengan cabangcabang ilmu bahasa lainnya. Semantik 
berkedudukan sama dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis. Di sini, yang membedakan adalah 
cabang-cabang ilmu bahasa ini terbagi menjadi dua bagian besar yaitu morfologi dan sintaksis 
termasuk pada tataran gramatika, sedangkan fonologi dan semantik termasuk pada tataran di luar
gramatika. 
Semantik berhubungan dengan tanda-tanda, sintaksis berhubungan dengan gabungan tanda-tanda 
(susunan tanda-tanda) sedangkan pragmatik berhubungan dengan asal-usul, pemakaian dan 
akibat pemakaian tanda-taqnda di dalam tingkah laku berbahasa. Jenis – Jenis Makna : Makna 
Leksikal, Makna Gramatikal, Makna Kontekstual,Makna referansial, Makna kognitif, Makna 
konseptual, Makna asosiatif, Makna idiom, dan Makna pribahasa. 
Relasi Makna merupakan hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu 
dengan satuan bahasa lainnya. Satuan Bahasa (Frase, kata maupun Kalimat). 
Medan makna merupakan salah satu metode atau pendekatan untuk menganalisa makna yang 
terdapat pada kata atau unsur leksikal 
kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmantik, karena sifatnya yang linear, maka kelompok set 
menunjuk, pada hubungan pradigmatik, karena kata-kata yang berada dalam satu kelompok set 
biasanya mempunyai kelas yang sama dan tampaknya merupakan satu kesatuan. 
Makna yang dimiliki oleh setiap kata itu terdiri dari sejumlah komponen (yang disebut 
komponen makna), yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Komponen makna ini dapat 
dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu per satu, berdasarkan “pengertian-pengertian” yang 
dimilikinya. 
2. Saran 
Sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu tentang semantik sangatlah kita perlukan dalam kehidupan 
sehari- hari. Maka dari itu saya sarankan kepada para pembaca semua agar terus mempelajari 
semantik. Karena semantik mempunyai banyak manfaat, khususnya dalam kegiatan 
pembelajaran 
DAFTAR PUSTAKA 
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta. 
Kentjono, Djoko. 1990. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta: FS UI. 
http://anaksastra.blogspot.com/2008/11/sejarah-semantik.html 
http://sastrawancyber.blogspot.com/2010/04/pengertian-semantik-menurut-beberapa.html

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Makalah semantik
Makalah semantikMakalah semantik
Makalah semantik
 
Tugas makalah tik_megawati_karlina_037117016
Tugas makalah tik_megawati_karlina_037117016Tugas makalah tik_megawati_karlina_037117016
Tugas makalah tik_megawati_karlina_037117016
 
Semantik makna
Semantik maknaSemantik makna
Semantik makna
 
Semantik
SemantikSemantik
Semantik
 
Semantik
Semantik Semantik
Semantik
 
Kuliah lingkup semantik
Kuliah lingkup semantikKuliah lingkup semantik
Kuliah lingkup semantik
 
pengantar linguistik
pengantar linguistikpengantar linguistik
pengantar linguistik
 
Bahasa powerpoint
Bahasa powerpointBahasa powerpoint
Bahasa powerpoint
 
Pengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumPengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umum
 
Peta konsep linguistik
Peta konsep linguistikPeta konsep linguistik
Peta konsep linguistik
 
C. Linguistik umum P.U
C. Linguistik umum P.UC. Linguistik umum P.U
C. Linguistik umum P.U
 
Filsafat Bahasa Pnd.Bhs dan Sastra Indonesia Smst.2
Filsafat Bahasa Pnd.Bhs dan Sastra Indonesia Smst.2Filsafat Bahasa Pnd.Bhs dan Sastra Indonesia Smst.2
Filsafat Bahasa Pnd.Bhs dan Sastra Indonesia Smst.2
 
Semantik stkip
Semantik stkipSemantik stkip
Semantik stkip
 
Tugasan bahasa melayu
Tugasan bahasa melayuTugasan bahasa melayu
Tugasan bahasa melayu
 
Semantik 1-abs2
Semantik 1-abs2Semantik 1-abs2
Semantik 1-abs2
 
Linguistik untuk guru bahasa
Linguistik untuk guru bahasaLinguistik untuk guru bahasa
Linguistik untuk guru bahasa
 
Psikolinguistik
PsikolinguistikPsikolinguistik
Psikolinguistik
 
Semantik leksikal
Semantik leksikalSemantik leksikal
Semantik leksikal
 
Bahasa sebagai alat berpikir,filsafat,representatif
Bahasa sebagai alat berpikir,filsafat,representatifBahasa sebagai alat berpikir,filsafat,representatif
Bahasa sebagai alat berpikir,filsafat,representatif
 
Berbagai kajian-linguistik
Berbagai kajian-linguistikBerbagai kajian-linguistik
Berbagai kajian-linguistik
 

Similar to MAKNA DAN UNSUR SEMANTIK

Esensial Sesi 2 Semantik.pptx
Esensial Sesi 2 Semantik.pptxEsensial Sesi 2 Semantik.pptx
Esensial Sesi 2 Semantik.pptxMaryanieMulyono
 
Materi M4KB4 - Semantik dan Pragmatik
Materi M4KB4 - Semantik dan PragmatikMateri M4KB4 - Semantik dan Pragmatik
Materi M4KB4 - Semantik dan PragmatikPPGHybrid1
 
Bab 1modul pjj
Bab 1modul pjjBab 1modul pjj
Bab 1modul pjjshamrina85
 
Semantik dan peristilahan
Semantik dan peristilahanSemantik dan peristilahan
Semantik dan peristilahanSaliza M. Ali
 
Semantik dan peristilahan bahasa melayu
Semantik dan peristilahan bahasa melayuSemantik dan peristilahan bahasa melayu
Semantik dan peristilahan bahasa melayunoorabib
 
UAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA
UAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKAUAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA
UAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKAMETA GUNAWAN
 
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna SemantikMemahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna SemantikYudha Fadillah
 
Asignment semantik terkini 20 sept 2013.............
Asignment semantik terkini  20 sept 2013.............Asignment semantik terkini  20 sept 2013.............
Asignment semantik terkini 20 sept 2013.............Othman BinLeman
 
08cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-308cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-3Oh Jenny
 
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)Laila Mohd Sarjan
 
08cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-308cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-3Laila Mohd Sarjan
 

Similar to MAKNA DAN UNSUR SEMANTIK (20)

Esensial Sesi 2 Semantik.pptx
Esensial Sesi 2 Semantik.pptxEsensial Sesi 2 Semantik.pptx
Esensial Sesi 2 Semantik.pptx
 
Materi M4KB4 - Semantik dan Pragmatik
Materi M4KB4 - Semantik dan PragmatikMateri M4KB4 - Semantik dan Pragmatik
Materi M4KB4 - Semantik dan Pragmatik
 
Bab 1modul pjj
Bab 1modul pjjBab 1modul pjj
Bab 1modul pjj
 
SEMANTIK.pptx
SEMANTIK.pptxSEMANTIK.pptx
SEMANTIK.pptx
 
Semantik dan peristilahan
Semantik dan peristilahanSemantik dan peristilahan
Semantik dan peristilahan
 
Semantik dan peristilahan bahasa melayu
Semantik dan peristilahan bahasa melayuSemantik dan peristilahan bahasa melayu
Semantik dan peristilahan bahasa melayu
 
ppt kel 3.pptx
ppt kel 3.pptxppt kel 3.pptx
ppt kel 3.pptx
 
Semantik Pragmatis
Semantik PragmatisSemantik Pragmatis
Semantik Pragmatis
 
Semantik
SemantikSemantik
Semantik
 
UAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA
UAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKAUAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA
UAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA
 
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna SemantikMemahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
 
Linguistik
LinguistikLinguistik
Linguistik
 
Sifat bahasa
Sifat bahasaSifat bahasa
Sifat bahasa
 
Asignment semantik terkini 20 sept 2013.............
Asignment semantik terkini  20 sept 2013.............Asignment semantik terkini  20 sept 2013.............
Asignment semantik terkini 20 sept 2013.............
 
Ferdinand de Saussure
Ferdinand de SaussureFerdinand de Saussure
Ferdinand de Saussure
 
Bab 7-sarwo-edi
Bab 7-sarwo-ediBab 7-sarwo-edi
Bab 7-sarwo-edi
 
Bmm3111
Bmm3111Bmm3111
Bmm3111
 
08cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-308cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-3
 
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
 
08cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-308cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-3
 

More from Muhammad Idris

العلم والعقل
العلم والعقلالعلم والعقل
العلم والعقلMuhammad Idris
 
الثمار 101 نبت
الثمار 101 نبتالثمار 101 نبت
الثمار 101 نبتMuhammad Idris
 
الجرب القذرة
الجرب القذرةالجرب القذرة
الجرب القذرةMuhammad Idris
 
Tolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslimTolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslimMuhammad Idris
 
Tahlilan dalam-perspektif-islam
Tahlilan dalam-perspektif-islamTahlilan dalam-perspektif-islam
Tahlilan dalam-perspektif-islamMuhammad Idris
 
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islam
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islamProspek dan-tantangan-ekonomi-islam
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islamMuhammad Idris
 
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantanganMewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantanganMuhammad Idris
 
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunanMakalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunanMuhammad Idris
 
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunanMakalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunanMuhammad Idris
 
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-editedMakalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-editedMuhammad Idris
 
أطعمة مفيدة لصحة_العظام
أطعمة مفيدة لصحة_العظامأطعمة مفيدة لصحة_العظام
أطعمة مفيدة لصحة_العظامMuhammad Idris
 
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)Muhammad Idris
 
Pembelajaran bahasa asing_2
Pembelajaran bahasa asing_2Pembelajaran bahasa asing_2
Pembelajaran bahasa asing_2Muhammad Idris
 
Pembelajaran bahasa asing1
Pembelajaran bahasa asing1Pembelajaran bahasa asing1
Pembelajaran bahasa asing1Muhammad Idris
 
Pedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiahPedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiahMuhammad Idris
 
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiahBahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiahMuhammad Idris
 
Biografi imam athba` tabi`in
Biografi imam athba` tabi`inBiografi imam athba` tabi`in
Biografi imam athba` tabi`inMuhammad Idris
 

More from Muhammad Idris (20)

العلم والعقل
العلم والعقلالعلم والعقل
العلم والعقل
 
الثمار 101 نبت
الثمار 101 نبتالثمار 101 نبت
الثمار 101 نبت
 
الجرب القذرة
الجرب القذرةالجرب القذرة
الجرب القذرة
 
Tolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslimTolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslim
 
Tajassus
TajassusTajassus
Tajassus
 
Tahlilan dalam-perspektif-islam
Tahlilan dalam-perspektif-islamTahlilan dalam-perspektif-islam
Tahlilan dalam-perspektif-islam
 
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islam
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islamProspek dan-tantangan-ekonomi-islam
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islam
 
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantanganMewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
 
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunanMakalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
 
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunanMakalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
 
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-editedMakalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
 
أطعمة مفيدة لصحة_العظام
أطعمة مفيدة لصحة_العظامأطعمة مفيدة لصحة_العظام
أطعمة مفيدة لصحة_العظام
 
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
 
Pembelajaran bahasa asing_2
Pembelajaran bahasa asing_2Pembelajaran bahasa asing_2
Pembelajaran bahasa asing_2
 
Pembelajaran bahasa asing1
Pembelajaran bahasa asing1Pembelajaran bahasa asing1
Pembelajaran bahasa asing1
 
Pedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiahPedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiah
 
Gawda
GawdaGawda
Gawda
 
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiahBahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
 
Biografi imam syafi`i
Biografi imam syafi`iBiografi imam syafi`i
Biografi imam syafi`i
 
Biografi imam athba` tabi`in
Biografi imam athba` tabi`inBiografi imam athba` tabi`in
Biografi imam athba` tabi`in
 

Recently uploaded

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 

Recently uploaded (20)

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 

MAKNA DAN UNSUR SEMANTIK

  • 1. Makalah Semantik BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pendidikan Bahasa Indonesia sekarang ini dapat diibaratkan seperti mobil tua yang mesinnya rewel dan sedang melintasi jalur lalu lintas di jalan bebas hambatan. Betapa tidak, pada satu sisi dunia pendidikan Bahasa Indonesia saat ini dirundung masalah yang besar dan pada sisi lain tantangan menghadapi milenium ketiga semakin besar. Dari aspek kualitas, pendidikan Bahasa Indonesia kita memang sungguh sangat memprihatinkan dibandingkan dengan kualitas pendidikan bangsa lain. Sejalan dengan berkembangnya zaman perkembangan bahasa pun juga ikut berkembang dan mengalami pergeseran-pergeseran makna. Pergeseran makna bahasa memang tidak dapat dihindari, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang nantinya akan di bahas secara mendalam di dalam pembahasan. Atas dasar itu, tidak mengherankan dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia muncul berbagai kata yang memiliki banyak makna baru. Meski demikian makna yang melekat terlebih dahulu tidak serta merta hilang begitu saja. Perubahan makna suatu kata yang terjadi, terkadang hampir tidak disadari oleh pengguna bahasa itu sendiri. Untuk itu perlu bagi kita mengetahui dan memahami ilmu kebahasaan secara utuh. 2. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian semantik? 2. Apa saja unsur-unsur semantik? 3. Apa saja jenis-jenis makna? 4. Apa hubungan antara Semantik, Fonologi, Morfologi, dan Sintaksis 3. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian semantik. 2. Untuk mengetahui unsur-unsur semantik. 3. Untuk mengatahui jenis-jenis makna. 4. Untuk mengetahui hubungan antara Semantik, Fonologi, Morfologi, dan Sintaksis .
  • 2. 4. Manfaat Manfaat penulisan makalah ini antara lain: 1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca. 2. Memahami tentang semantik . 3. Memotivasi guru atau calon pendidik untuk lebih memahami perkembangan bahas BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Semantik Semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. Semantik sebagai cabang ilmu bahasa mempunyai kedudukan yang sama dengan cabangcabang ilmu bahasa lainnya. Semantik berkedudukan sama dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis. Di sini, yang membedakan adalah cabang-cabang ilmu bahasa ini terbagi menjadi dua bagian besar yaitu morfologi dan sintaksis termasuk pada tataran gramatika, sedangkan fonologi dan semantik termasuk pada tataran di luar gramatika. Sejak Chomsky menyatakan betapa pentingnya semantik dalam studi linguistik, maka studi semantik sebagai bagian dari studi linguistik menjadi semakin diperhatikan. Semantik tidak lagi menjadi objek periferal, melainkan menjadi objek studi yang setaraf dengan bidang-bidang studi linguistik lainnya, baik fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Berbagai teori tentang makna mulai bermunculan, Ferdinand de Saussure, dengan teorinya bahwa tanda linguistic (signe linguistique) terdiri atas komponen signifian dan signifie. Selanjutnya, Hockett (1954) dalam Chaer (1994), menyatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang kompleks dari kebiasaan-kebiasaan. Sistem bahasa ini terdiri atas lima subsistem, yaitu subsistem gramatika, subsistem fonologi, subsistem morfofonemik, subsistem semantik, dan subsistem fonetik. Chomsky sendiri, dalam bukunya yang pertama tidak menyinggung-nyinggung masalah makna, baru pada buku yang kedua, (1965), menyatakan bahwa semantik merupakan salah satu komponen dari tata bahasa, di samping dua komponen lain yaitu sintaksis dan fonologi, serta makna kalimat sangat ditentukan oleh komponen semantik. Pandangan yang bermacam-macam dari para ahli mejadikan para ahli memiliki perbedaan dalam mengartikan semantik. Pengertian semantik yang berbeda-beda tersebut justru diharapkan dapat mngembangkan disiplin ilmu linguistik yang amat luas cakupannya. 1. Charles Morrist Mengemukakan bahwa semantik menelaah “hubungan-hubungan tanda-tanda dengan objek-objek yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut”.
  • 3. 2. J.W.M Verhaar; 1981:9 Mengemukakan bahwa semantik (inggris: semantics) berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti. 3. Lehrer; 1974: 1 Semantik adalah studi tentang makna. Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang kajian yang sangat luas, karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat dan antropologi. 4. Kambartel (dalam Bauerk, 1979: 195) Semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia. 5. Ensiklopedia britanika (Encyclopedia Britanica, vol.20, 1996: 313) Semantik adalah studi tentang hubungan antara suatu pembeda linguistik dengan hubungan proses mental atau simbol dalam aktifitas bicara. 6. Dr. Mansoer pateda Semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna. 7. Abdul Chaer Semantik adalah ilmu tentang makna atau tentang arti. Yaitu salah satu dari 3 (tiga) tataran analisis bahasa (fonologi, gramatikal dan semantik). Semantik mengandung pengertian studi tentang makna dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantic merupakan bagian dari linguistik. Semantic sebenarnya merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning. Kata semantic sendiri berasal dari bahasa Yunani. Yaitu sema (kata benda) yang berarti “menandai” atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Kemudian semantic disepakati sebagai istilah yang digunakan dalam bidang linguistic untuk memelajari hubungan antara tanda-tanda linguistic dengan sesuatu yang ditandainya. Namun istilah semantic sama halnya dengan kata semantique dalam bahasa Perancis yang diserap dari bahasa Yunani yang diperkenalkan oleh M. Breal. Di dalam kedua istilah semantics dan semantique, sebenarnya semantic belum secara tegas membahas makna karena lebih banyak membahas tentang sejarahnya. Selain itu istilah semantic dalam sejarah linguistic digunakan pula istilah seperti semiotika,
  • 4. semiologi, semasiologi, sememik, dan semik yang merupakan bidang studi yang memelajari makna dari suatu lambang atau tanda pada objek cakupan yang lebih luas yakni mencakup lambang atau tanda pada umumnya. Berbeda dengan istilah sematik yang digunakan dalam bidang studi linguistic. 2. Unsur Semantik Semantik berhubungan dengan tanda-tanda, sintaksis berhubungan dengan gabungan tanda-tanda (susunan tanda-tanda) sedangkan pragmatik berhubungan dengan asal-usul, pemakaian dan akibat pemakaian tanda-taqnda di dalam tingkah laku berbahasa. Penggolongan tanda dapat dilakukan denagn cara: 1. Tanda yang ditimbulkan oleh alam, diketahui manusia karena pengalaman, misalnya: a. Hari mendung tanda akan hujan. b. Hujan terus-menerus dapat menimbulkan banjir. c. Banjir dapat menimbulkan wabah penyakit dan kelaparan. 2. Tanda yang ditimbulkan oleh binatang, diketahui manusia dari suara binatang tersebut, misalnya: a. Anjing menggonggong tanda ada orang masuk halaman. b. Kucing bertengkar (mengeong) dengan ramai suaranya tanda ada wabah penyakit atau keribytan (bagi masyarakat bangsa Indonesia yang ada di Jawa Barat), dst. 3. Tanda yang ditimbulkan oleh manusia, tanda ini dibedakan atas: a. Yang bersifat verbal, adalah tanda yang dihasilkan menusia melalui alat-alat bicara. b. Yang bersifat non-verbal, dibedakan menjadi 2, yaitu: tanda yang dihasilkan anggota badan, dikenal sebagai bahasa isyarat, misalnya acungan jempol bermakan hebat, bagus. tanda yang dihasilkan melalui bunyi (suara), misalnya bersiul bermakna gembira, memanggil, ingin kenal, dsb. C. Jenis – Jenis Makna 1. Makna Leksikal: makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, yang sesuai dengan hasil observasi indera kita, makna apa adanya, makna yang ada di dalam kamus. Misalnya, kuda bermakna leksikal sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai.
  • 5. 2. Makna Gramatikal: makna gramatikal terjadi apabila terdapat proses afiksasi, reduplikasi, komposisi dan kalimatisasi. Misalnya, berkuda, kata dasar kuda berawalan ber- yang bermakna mengendarai kuda. 3. Makna Kontekstual: makna sebuah kata yang berada di dalam suatu konteks. Misalnya: Rambut di kepala nenek belum ada yang putih (bermakna kepala) Sebagai kepala sekolah dia harus menegur murid itu. Makna konteks dapat juga berkenaan dengan konteks situasinya, yakni tempat, waktu dan lingkungan penggunaan bahasa itu, misalnya: tiga kali empat berapa? Pertanyaan tersebut apabila dilontarkan kepada anka SD jawabannya adalah dua belas, tetapi apabila dilontarkan kepada tukang cetak foto jawabanya adalah dua ratus atau tiga ratus, karena pertanyaan tesebut mengacu pada biaya pembuatan pas photo yang berukuran tiga kali empat centimeter. 4. Makna referansial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau referent (acuan), makna referensial disebut juga makna kognitif, karena memiliki acuan. Misalnya : 1) orang itu menampar orang 2) orang itu menampar dirinya Pada (1) orang1 dibedakan maknanya dari orang2 karena orang1 sebagai pelaku dan orang2 sebagai pengalam, sedangkan pada (2) orang memiliki makna referensial yang sama dengan orang1 dan orang2 karena mengacu kepada konsep yang sama. 5. Makna kognitif disebut juga makna denotative adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan antara konsep dengan dunia kenyataan. Makna kognitif tidak hanya dimiliki kata-kata yang menunjuk benda-benda nyata, tetapi mengacu pula pada bentuk-bentuk yang makna kognitifnya, antara lain itu, ini, ke sana, ke sini. Misalnya orang itu mata duitan. 6. Makna konotatif adalah makna yang bersifat negatif, misalnya berbunga-bunga sampai tidak tahu sedangkan makna sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif, misalnya dia adalah bunga di kampung itu. 7. Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari sebuah konteks atau asosiasi apa pun, misalnya kata kuda memiliki makna konseptula sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai. Misalnya Kuda memiliki konseptual sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai.
  • 6. 8. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. misalnya kata melati berasosiasi dengan suci atau kesucian, kata merah berasosiasi dengan berani. 9. Makna idiom adalah makna leksikal yang terbentuk dari beberapa kata. Kata-kata yang disusun dengan kombinasi kata lain dapat pula menghasilkan makna berlainan. misalnya meja hijau bermakna pengadilan, membanting tulang bermakna bekerja keras. 10. Makna pribahasa adalah makna yang hampir mirip dengan makna idiom, akan tetapi terdapat perbedaan, makna pribahasa adalah makna yang masih dapat ditelusuri dari makna unsur-unsurnya karena adanya asosiasi antara makna asli dengan maknanya sebagai pribahasa, sedangkan makna idiom tidak dapat diramalkan. Misalnya, seperti anjing dan kucing yang bermakna dua orang yang tidak pernah akur. Makna ini memiliki asosiasi bahwa binatang yang namanya anjing dan kucing jika bersuara memang selalu berkelahi, tidak pernah damai. D. Relasi Makna Didalam Linguistik Umum (Karsinem 2008 : 297) Relasi Makna merupakan hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Satuan Bahasa (Frase, kata maupun Kalimat). Drs. Abdul Chear (1989 : 82) mengemukan bahwa Relasi Makna merupakan hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa yang lainya lagi. Menurut KBBI (2008 : 1159) Relasi adalah hubungan, perhubungan, pertalian. Sintagmatis ling adalah hubungan kata atau frase dengan dasarnya dari sudut urutan gramatikal. Dan makna adalah arti. Jenis – jenis Relasi Makna. 1. Sinonimi 2. Antonimi dan Oposisi 3. Hominimi, homofoni, dan homografi 4. Hipomini dan hipermini 5. Ambiguitas 6. Redundansi
  • 7. E. Medan Makna Medan makna merupakan salah satu metode atau pendekatan untuk menganalisa makna yang terdapat pada kata atau unsur leksikal. Teori ini dikemukakan oleh Trier (semantic field: 1931), Lounsbury (lexical field: 1956), dan pakar-pakar linguistik lainnya dengan sebutan yang berbeda-beda. Hartimurti (1982) dalam Chaer (1990: 113) menyatakan bahwa medan makna (semantic field, domain) adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu yang direalisasikan seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Menurut Umar (1982) dalam Ainin dan Asrori (2008:108), medan makna (al-haqlu ad-dillali) merupakan seperangkat atau kumpulan kata yang maknanya saling berkaitan. Teori ini menegaskan bahwa agar kita memahami makna suatu kata, maka kita harus memahami pula sekumpulan kosa kata yang maknanya berhubungan. Berdasar pada penjelasan di atas kita dapat mengambil contoh nama warna-warna, nama-nama perabot, atau nama-nama istilah pelayaran yang dapat membentuk medan makna tertentu. Dalam kaitannya dengan medan makna ini, para pencetus teori ini, Lyon misalnya berpendapat bahwa: 1. Setiap butir leksikal hanya ada pada satu medan makna. 2. Tidak ada butir leksikal yang tidak menjadi anggota pada medan makna tertentu. 3. Tidak ada alas an untuk mengabaikan konteks. 4. Ketidakmungkinan kajian terhadap kosa kata terlepas dari struktur (Umar, (1982) dalam Ainin dan Asrori (2008:107). F. Makna Kolokasi kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmantik, karena sifatnya yang linear, maka kelompok set menunjuk, pada hubungan pradigmatik, karena kata-kata yang berada dalam satu kelompok set biasanya mempunyai kelas yang sama dan tampaknya merupakan satu kesatuan. Setiap kata dalam set dibatasi oleh tempatnya dalam hubungan dengan anggota-anggota lain dalam set itu umpamanya, kata remaja merupakan tahap perkembangan dari anak-anak menjadi dewasa, sedangkan kata sejuk merupakan suhu diantara dingin dan hangat, maka kalau kata-kata yang satu set dengan remaja dan sejuk dibagankan adalah menjadi sebagai berikut : SET (PARADIGMATIK) Manula/lansia Terik Dewasa Panas Remaja Hangat
  • 8. Kanak-kanak Sejuk Bayi Dingin Pengelompokan kata atas kolokasi dan set ini besar artinya bagi kita dapat memahami konsep-konsep budaya yang ada dalam satu masyarakat bahasa. Namun pengelompokan ini sering kurang jelas karena adanya ketumpang tindihan unsur-unsur leksikal yang di kelompokkan itu, misalnya, kata karang dapat masuk dalam kelompok medan makna pariwisata dan dapat pula masuk kedalam kelompok medan makna pariwisata dan dapat pula dalam kelompok medan makna kelautan, selain itu pengelompokan kata atas medan makna ini tidak mempedulikan adanay nuansa makan, perbedaan makna denotasi dan konotasi. Misalnya, kata remaja itu juga memiliki juga makna “belum dewasa”, keras kepala, bersifat kaku, suka mengganggu dan membantah, serta tidak konsisten, jadi pengelompokan kata atas medan makana ini hanya tertumpu pada makna dasar, makna denotatif, atau makana pusatnya saja. Kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmantik yang terdapat antara kata-kata atau unsur-unsur leksikal itu. Misalnya, pada kalimat penyerang tengah bernomor punggung tujuh itu memasukkan bola ke gawang dengan melewati pemain belakang dari pihak lawan yang ramai, kiper dari pihak lawan kewalahan menangkap bola tersebut sehingga wasit menyatakan gol. Kita dapat melihat kata-kata penyerang tengah, penyerang belakang, gol, bola, wasit, gawang, dan kiper merupakan kata-kata dalam satu kolokasi; satu tempat atau lingkungan. Jadi, kata-kata yang berkolokasi ditemukan bersama atau berada bersama dalam satu wilayah atau satu lingkungan. Dalam pembicaraan tentang jenis makna ada juga, yaitu jenis makna kolokasi. Yang dimaksud di sini adalah makna kata tertentu berkenaan dengan keterikatan kata tersebut dengan kata yang lain yang merupakan kolokasinya. Misalnya kata cantik, tampan, dan indah sama-sama bermakna denotatif ‘bagus’. Tetapi kata tampan memiliki komponen atau ciri makna [+laki-laki] sedangkan kata cantik memiliki komponen atau ciri makna [-laki-laki]; dan kata indah memiliki komponen atau ciri makna [- manusia]. Oleh karena itulah, ada bentuk-bentuk pemuda tampan, gadis cantik, lukisan indah, sedangkan bentuk *pemuda indah dan gadis tampan tidak dapat diterima. G. Komponen Makna Makna yang dimiliki oleh setiap kata itu terdiri dari sejumlah komponen (yang disebut komponen makna), yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu per satu, berdasarkan “pengertian-pengertian” yang dimilikinya. Umpamanya, kata ayah memiliki komponen makna/ + manusia/, /+ dewasa/, /+ jantan/, /+ kawin/, dan /+ punya anak. Perbedaan makna antara kata ayah dan ibu hanyalah pada ciri makna atau komponen makna; ayah memiliki makna jantan, sedangkan ibu tidak memiliki kata jantan. Komponen Makna Ayah Ibu
  • 9. 1. Insane 2. Dewasa 3. Jantan 4. kawin + + + + + + _ + Keterangan : tanda + mempunyai komponen makna tersebut, dan tanda – tidak mempunyai komponen makna tersebut. Konsep analisis dua-dua ini (lazim disebut anlisis biner) oleh para ahli kemudian diterapkan juga untuk membedakan makna suatu kata dengan kata lain. Denga juga dapat analisis biner ini kita juga dapat menggolong-golongkan kata atau unsur leksikal sesuai dengan medan makna. Ada tiga hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan analisis biner tersebut :  Pertama, ada pasangan kata yang satu diantaranya lebih bersifat netrl atau umum sedangkan yang lain bersift khusus. Misalnya, pasangan kata siswa dan siswi. Kata siswa lebih bersifat umum dan netral karena dapat termasuk “pria” dan “wanita”. Sebaliknya kata siswi lebih bersift khusus karena hanya mengenai “wanit” saja. Kedua, ada kata atau unsur leksikal yang sukar dicari pasanganya karena memang mungkin tidak ada, tetapi ada juga yang memiliki pasangan lebih dari satu. Contoh yang sukar dicari pasanganya adalah kata-kata yang berkenaan dengan nama warna. Contoh kedua yaitu contoh yang pasanganya lebih dari satu, yaitu berdiri misalnya. Kata berdiri bukan hanya bias dipertentangkan dengan kata tidur, tetapi bisa saja dengan kata tiarap, rebah, duduk, jongkok dan berbaring. Ketiga, kita sering kali sukar mengatur ciri-ciri semantic itu secara bertingkat, mana yang lebih bersifat umum, dan mana yang lebih bersifat khusus. Contohnya, ciri jantan dan dewasa, mana yang lebih bersifat umum antara jantan dan dewasa. Bisa jantan, tetapi bisa juga dewasa sebab tidak ada alas an bagi kita untuk menyebutkan cirri jantan lebih bersifat umum daripada
  • 10. dewasa, begitu juga sebaliknya, karena ciri yang satu tidak menyiratkan makna yang lain. H. Prosedur Analisis Komponen Makna Untuk menganalisis makna dapat digunakan berbagai prosedur. Nida (1975:64) menyebutkan empat teknik dalam menganalisis komponen makna yakni penamaan, parafrasis, pendefinisian dan pengklasifikasian (dalam Surayat, 2009:38). 1) Penamaan (Penyebutan) Proses penamaan berkaitan dengan acuannya. Penamaan bersifat konvensional dan arbitrer. Konvensional berdasarkan kebiasaan masyarakat pemakainya sedangkan arbitrer berdasarkan kemauan masyarakatnya. Misalnya, leksem rumah mengacu ke ‘benda yang beratap, berdinding, berpintu, berjendela, dan biasa digunakan manusia untuk beristirahat’. Ada beberapa cara dalam proses penamaan, antara lain: (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penyebutan apelativa, (5) penyebutan tempat asal, (6) penyebutan bahan, (7) penyebutan keserupaan, (8) penyebutan pemendekan, (9) penyebutan penemuan baru, dan (10) penyebutan pengistilahan. 2) Parafrasis Parafrasis merupakan deskripsi lain dari suatu leksem, misalnya: 1. Paman dapat diparafrasis menjadi: a) adik laki-laki ayah b) adik laki-laki ibu 1. Berjalan dapat dihubungkan dengan: a) berdarmawisata b) berjalan-jalan c) bertamasya d) makan angin e) pesiar 3) Pengklasifikasian Pengklasifikasian adalah cara memberikan pengertian pada suatu kata dengan cara menghubungkan kata yang satu dengan kata yang lain. Klasifikasi atau taksonomi merupakan
  • 11. suatu proses yang bersifat alamiah untuk menampilkan pengelompokan sesuai dengan pengalaman manusia. Klasifikasi dibedakan atas klasifikasi dikotomis yaitu klasifikasi yang terdiri atas dua anggota kelas atau subkelas saja dan klasifikasi kompleks yaitu klasifikasi yang memiliki lebih dari dua subkelas. 4) Pendefinisian Pendefinisian adalah suatu proses memberi pengertian pada sebuah kata dengan menyampaikan seperangkat ciri pada kata tersebut supaya dapat dibedakan dari kata-kata lainnya sehingga dapat ditempatkan dengan tepat dan sesuai dengan konteks. Kelemahan Analisis Komponen Makna Menggunakan Pembagian Biner Di samping memiliki beberpa mamfaat, analisis komponen makna juga memiliki keterbatasan. Analisis komponen makna tidak dapat diterapkan pada semua kata, karena komponen makna kata berubah-ubah, bervariasi dan bertumpang tindih. Analisis komponen makna lebih banyak dilaksanakan pada kelas kata nomina, belum banyak dilakukan pada kelas kata verba, atau adjektiva, kata-kata dari kelas itu juga dapat diberi ciri-ciri semantik. Walaupun analisis komponen makna ini dengan pembagian biner banyak kelemahanya tetapi cara ini banyak manfaatnya untuk memahami makna kalimat. Para tata bahasawan tranformasional juga telah menggunakan teknik ini sehingga minat terhadap anlisis komponen makna ini menjadi meningkat. Analisis semantic kata yang dibuat seperti diatas tentu banyak memberi manfaat dalam memahami makna-makna kalimat, tetapi pembuatan daftar kosa kata dengan disertai ciri-ciri semantiknya secara lengkap bukanlah pekerjaan yang mudah sebab memerlukan pengetahuan budaya, ketelitian, waktu, dan tenaga yang cukup besar. I. Hubungan Semantik, Fonologi, Morfologi, dan Sintaksis Dalam kajian linguistik, kita mengenal apa yang disebut dengan fonologi (ilmu al-ashwat), morfologi (ash-sharf), dan sintaksis (an-nahwu). Fonologi merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang bertugas mempelajari fungsi bunyi untuk membedakan dan mengidentifikasi kata-kata tertentu (Al-Wasilah, 1985). Morfologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari pembentukan kata (Yule, 1985). Sementara itu, sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari hubungan formal antara tanda-tanda bahasa (Levinson, 1992), yakni hubungan antara kata/frasa yang satu dengan lainnya dalam suatu kalimat. Semantik sebagai cabang ilmu bahasa memiliki hubungan yang erat dengan ketiga cabang ilmu bahasa di atas (fonologi, morfologi, dan sintaksis). Ini berarti, bahwa makna suatu kata atau kalimat ditentukan oleh unsur bunyi (tekanan suara dan atau nada suara atau yang lebih umum adalah suprasegmental), bentukan kata (perubahan bentuk kata), maupun susunan kata dalam kalimat. Dengan demikian, tidak mungkin semantik dipisahkan dari cabang linguistik lainnya atau sebaliknya (Umar, 1982). Perhatikan contoh berikut ini. Contoh A. 1 ( .طالبلا سنكت تنا ( 1
  • 12. ( ؟طالبلا سنكت تنا ( 2 Apabila kalimat (1) dan (2) pada A.1 tersebut diungkapkan secara lisan dengan nada yang sama (nada datar), maka keduanya memiliki makna yang sama. Akan tetapi, apabila diungkapkan dengan nada yang berbeda, maka kedua kalimat tersebut mempunyai makna yang berbeda. Kalimat (1) bernada informatif (memberi informasi), sedangkan kalimat (2) bernada introgatif (bertanya). Secara semantik, keduanya memiliki makna yang berbeda karena perbedaan nada. Dengan demikian, bunyi suatu ujaran (nada) mempengaruhi makna. Oleh karena itu, cukup beralasan apabila Umar (1982) menyatakan bahwa tanghim (nada suara) dan nabr (tekanan suara) termasuk kalimat (jumlah). Contoh A.2 ( انبونذ هللا رفغ ( 1 ( هللا انرفغتسا ( 2 ( يسركلا ىلع يلع سلج ( 3 ( يسركلا ىلع لفطلا يلع سلجأ ( 4 Kata yang digarisbawahi pada kalimat (1) dan pada kalimat (2) berasal dari akar kata yang sama, yaitu ف - غ - nakA . ر tetapi, setelah mengalami proses morfologis, maka keduanya memiliki makna yang berbeda. Kata pada kalimat (1) berarti mengampuni (Tuhan mengampuni dosa-dosa kita), sementara itu kata pada kalimat (2) berarti ‘meminta ampun’ (lith- thalab). Dengan demikian huruf tambahan (afiksasi) berupa س -ا - aggnihes ,itra iaynupmem atak lawa adap ت kalimat (2) di atas berarti Kami (telah) meminta ampun kepada Allah. Hal yang sama juga terjadi pada kata yang digarisbawahi dalam kalimat (3) dan (4). Keduanya berasal dari akar kata yang sama ( س).-ل-ج Akan tetapi, karena mengalami proses morfologis, maka kedua kata tersebut memiliki makna yang berda. Kata yang digarisbawahi pada kalimat (3) merupakan verba intransitif (fi’l lazim), sementara itu, pada kalimat (4) disebut verba transitif (fi’l mutta’addi). Dengan demikian, kalimat (3) berarti ‘Ali duduk di atas kursi’, sedangkan kalimat (4) berarti ‘Ali mendudukkan anak kecil di atas kursi. Dari contoh A2 (1), (2), (3) dan (4) di atas dapat disimpulkan, bahwa makna dipengaruhi oleh hasil proses morfologis. Contoh A3 ( .بنرألا صنتقي داك ينبلا عيرسلا بلعثلا ( 1 ( .اعيرس ناك بنرألا صنتقي داك يذلا ينبلا بلعثلا ( 2
  • 13. ( .اينب ناك بنرألا صنتقي داك يذلا عيرسلا بلعثلا ( 3 Kalimat (1), (2), dan (3) pada contoh A3 di atas pada dasarnya memiliki pesan yang sama. Substansi yang dibicarakan berkisar tentang serigala yang hampir menangkap kelinci. Akan tetapi, karena kata-kata tertentu urutannya tidak sama, maka pengutamaan pesan yang dikandung oleh ketiganya berbeda (Umar, 1982). Pesan kalimat (1) pada contoh A3 lebih menekankan pada serigala yang cepat dan berwarna coklat (kecepatan berlari dan warna serigala), pesan kalimat (2) pada contoh A3 lebih menekankan identitas warna serigala (coklat), sedangkan pesan kalimat (3) lebih menekankan pada kecepatan lari serigala. Sebagai pembanding dari contoh A.3, perhatikan contoh A.4 berikut ini. Contoh A 4. 1. Orang tua itu putus asa dan bunuh diri. 2. Pemudah itu bekerja keras dan berhasil. 3. Orang tua itu bunuh diri karena dia putus asa. 4. Pemuda itu berhasil karena bekerja keras. Kalimat (1) (3) dan (2) (4) pada contoh A4 pada dasarnya mempunyai pesan yang kurang lebih sama, yaitu hubungan sebab akibat (dua kluasa). Perbedaannya pada pengutamaan pesan yang dikandung oleh setiap klausa. Pesan yang ditekankan pada (1) adalah keputusasaan orang tua (klausa pertama sebagai klausa primer) yang merupakan sebab, sementara itu klausa “bunuh diri” sebagai klausa kedua (skunder) merupakan akibat. Dengan demikian, pesan yang ditekankan adalah sebab, bukan akibat. Sebaliknya, pesan yang ditekankan pada kalimat (3) adalah akibat, yakni bunuh diri, sedangkan klausa sebab merupakan klausa skunder. Hal yang sama juga terjadi pada kalimat (2) dan (4). Dengan demikian, urutan kata dalam suatu struktur kalimat mempengaruhi makna. Semantik sebagai studi makna bukan saja berkaitan dengan cabang linguistik lainnya (fonologi, morfologi, dan sintaksis), tetapi juga berhubungan dengan disiplin ilmu lainnya. Disiplin ilmu yang dimaksud misalnya antropologi, sosiologi, psikologi, dan filsafat. Antropologi berkepentingan di bidang semantik, antara lain karena analisis makna di dalam bahasa dapat menyajikan klasifikasi budaya pemakai bahasa secara praktis. Sosiologi memiliki kepentingan dengan semantik, karena ungkapan atau ekspresi tertentu menandai kelompok sosial atau identitas sosial tertentu. Psikologi berhubungan erat dengan semantik, karena psikologi memanfaatkan gejala kejiwaan yang ditampilkan manusia secara verbal atau nonverbal. Sementara itu, filsafat berhubungan erat dengan semantik karena persoalan makna tertentu dapat dijelaskan secara filosofis, misalnya makna ungkapan dan peribahasa (Djajasudarma, 1999). Hubungan antara semantik dengan studi lainnya dapat ditampilkan pada diagram 01. J. MANFAAT SEMANTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
  • 14. Semantik adalah studi tentang makna. Ini adalah subjek yang luas dalam studi umum bahasa. Pemahaman semantik sangat penting untuk mempelajari bahasa akuisisi (bagaimana pengguna bahasa memperoleh makna, sebagai pembicara dan penulis, pendengar dan pembaca) dan perubahan bahasa (bagaimana mengubahmakna dari waktu ke waktu). Sangat penting untuk memahami bahasa dalam kontekssosial, karena ini cenderung mempengaruhi arti, dan untuk memahami jenis bahasaInggris dan efek gaya. Oleh karena itu, salah satu konsep yang paling mendasar dalam linguistik. Kajian semantik meliputi studi tentang bagaimana makna dibangun, diinterpretasikan, diklarifikasi, tertutup, ilustrasi, disederhanakandinegosiasikan, bertentangan dan mengulangi.Makna bahasa, khususnya makna kata, terpengaruh oleh berbagai konteks.Makna kata dapat dibangun dalam kaitannya dengan benda atau objek di luar bahasa.Dalam konsep ini, kata berperan sebagai label atau pemberi nama pada benda- benda atau objek-objek yang berada di alam semesta. Makna kata juga dapat dibentuk oleh konsepsi atau pembentukan konsepsi yang terjadi dalam pikiran pengguna bahasa. Proses pembentukannya berkait dengan pengetahuan atau persepsi penggunaan bahasa tersebut terhadap fenomena, benda atau peristiwa yang terjadi diluar bahasa. Dalam konteks ini, misalnya penggunaan bahasa akan tidak sama dalam menafsirkan makna kata demokrasi karena persepsi dan konsepsi mereka berbedaterhadap kata itu. Selain kedua konsepsi itu, makna kata juga dapat dibentuk olehkaitan antara stimulus, kata dengan respons yang terjadi dalam suatu peristiwa ujaran. Beranjak dari ketiga konsepsi ini maka kajian semantik pada dasarnya sangat bergantung pada dua kecenderungan. Pertama, makna bahasa dipengaruhi olehkonteks di luar bahasa, benda, objek dan peristiwa yang ada di alam semesta. Kedua,kajian makna bahasa ditentukan oleh konteks bahasa, yakni oleh aturan kebahasaansuatu bahasa.Uraian di atas menunjukkan bahwa beberapa konsep dasar dalam semantik penting untuk dipahami. Contoh, pengertian sense berbeda dari pengertian reference. Pertama, merujuk kepada hubungan antar kata dalam suatu sistem bahasa dilihat dari kaitan maknanya. Sedangkan yang kedua merujuk kepada hubungan antara kata dengan benda, objek atau peristiwa di luar bahasa dalam pembentukan makna kata.Begitu pula dengan pengertian tentang kalimat, ujaran dan proposisi perlu dipahami dalam kajian antik. Dalam keseharian, kerap tidak kita bedakan atau kalimat dengan ujaran. Kalimat sebagaimana kita pahami satuan tata bahasa yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat. Sedangkan ujaran dapat terdiridari satu kata, frase atau kalimat yang diujarkan oleh seorang penutur yang ditandaioleh adanya unsur fonologis, yakni kesenyapan. dalam semantik kedua konsep ini memperlihatkan sosok kajian makna yang berbeda. Makna ujaran, misalnya lebih banyak dibahas dalam semantik tindak tutur. Peran konteks pembicaraan dalam mengungkapkan makna ujaran sangat penting. Sementara kajian makna kalimatlazimnya lebih memusatkan pada konteks tata bahasa dan unsur lain yang dapat dicakup dalam tata bahasa dalam bahasa Inggris, misalnya unsur waktu dapat digramatikakan yang terwujud dalam perbedaan bentuk kata kerja. Beberapa daerah yang penting dari teori semantik atau ajaran yang dipelajari sematik diantaranya yaitu: * Simbol dan rujukan *Konsepsi makna
  • 15. * Kata-kata dan lexemes * Denotasi, konotasi, implikasi * Pragmatik * Ambiguitas * Metaphor, simile dan symbol * Semantic bidang * Sinonim, antonim dan hyponym * Collocation, ekspresi tetap dan idiom * Semantic perubahan dan etimologi* Polisemi * Homonimi, homofon dan homographs * Leksikologi dan leksikografi * Thesauruses, perpustakaan dan Web portal * Epistemologi Jadi, dengan memahami dan menguasai semantik, akan mempermudah dan memperlancar dalam pembelajaran bahasa berikutnya misalkan dalam mempelajari pragmatik, karena pada dasarnya kedua bidang bahasa ini saling berhubungan danmenunjang satu sama lain. Bagi pelajar sastra, pengetahuan semantik akan banyak member bekal teoritis untuk menganalisis bahasa yang sedang dipelajari. Sedangkan bagi pengajar sastra, pengetahuan semantik akan member manfaat teoritis, maupun praktis. Secara teoritis, teori-teori semantik akan membantu dalam memahamidengan lebih baik bahasa yang akan diajarkannya. Dan manfaat praktisnya adalah kemudahan untuk mengajarkannya. BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. Semantik sebagai cabang ilmu bahasa mempunyai kedudukan yang sama dengan cabangcabang ilmu bahasa lainnya. Semantik berkedudukan sama dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis. Di sini, yang membedakan adalah cabang-cabang ilmu bahasa ini terbagi menjadi dua bagian besar yaitu morfologi dan sintaksis termasuk pada tataran gramatika, sedangkan fonologi dan semantik termasuk pada tataran di luar
  • 16. gramatika. Semantik berhubungan dengan tanda-tanda, sintaksis berhubungan dengan gabungan tanda-tanda (susunan tanda-tanda) sedangkan pragmatik berhubungan dengan asal-usul, pemakaian dan akibat pemakaian tanda-taqnda di dalam tingkah laku berbahasa. Jenis – Jenis Makna : Makna Leksikal, Makna Gramatikal, Makna Kontekstual,Makna referansial, Makna kognitif, Makna konseptual, Makna asosiatif, Makna idiom, dan Makna pribahasa. Relasi Makna merupakan hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Satuan Bahasa (Frase, kata maupun Kalimat). Medan makna merupakan salah satu metode atau pendekatan untuk menganalisa makna yang terdapat pada kata atau unsur leksikal kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmantik, karena sifatnya yang linear, maka kelompok set menunjuk, pada hubungan pradigmatik, karena kata-kata yang berada dalam satu kelompok set biasanya mempunyai kelas yang sama dan tampaknya merupakan satu kesatuan. Makna yang dimiliki oleh setiap kata itu terdiri dari sejumlah komponen (yang disebut komponen makna), yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu per satu, berdasarkan “pengertian-pengertian” yang dimilikinya. 2. Saran Sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu tentang semantik sangatlah kita perlukan dalam kehidupan sehari- hari. Maka dari itu saya sarankan kepada para pembaca semua agar terus mempelajari semantik. Karena semantik mempunyai banyak manfaat, khususnya dalam kegiatan pembelajaran DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta. Kentjono, Djoko. 1990. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta: FS UI. http://anaksastra.blogspot.com/2008/11/sejarah-semantik.html http://sastrawancyber.blogspot.com/2010/04/pengertian-semantik-menurut-beberapa.html