SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
SEMINAR INTERNASIONAL PENDIDIKAN IPA
                                      JURUSAN PENDIDIKAN IPA
                              FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
                      UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
                                            31 Mei 2007

              ”Pengembangan Kurikulum dan Model Pembelajaran Konstruktivisme dalam Sains”


_______________________________________________________________

TERAPAN KONSTRUKTIVISM DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA/MA


                                    Etty Sofyatiningrum


                         Pusat Kurikulum Balitbang, Depdiknas



                                                Abstrak

   Di dunia pendidikan, akhir-akhir ini telah terjadi pergeseran paradigma dari
   Teori Behaviorisme menuju ke Teori Konstruktivisme. (Paradigma adalah
   suatu skema konseptual yang dengannya seorang ilmuwan memandang
   persoalan-persoalan dalam suatu disiplin tertentu). Menurut teori
   behaviorisme, tingkah laku adalah sesuatu yang dapat dipelajari atau
   dilatihkan. Penekanan teori behaviorisme adalah perubahan tingkah laku
   setelah terjadi proses belajar dalam diri siswa. Sedangkan menurut teori
   konstruktivisme seseorang harus membangun sendiri pegetahuannya
   secara aktif. Penekanan teori konstruktivisme adalah proses internal yang
   terjadi di dalam struktur kognitif individu yang belajar. Pengetahuan idea
   konsep (asal) yang ada pada siswa diolah, dimodifikasi secara aktif oleh
   siswa sendiri dengan pemikirann yang lebih mendalam, sehingga terjadi
   proses metakognitif, kemudian disesuaikan dengan temuan-temuan baru,
   sehingga memunculkan wawasan baru, ide baru, pengetahuan baru atau
   konsep baru. Dalam penerapan teori konstruktivism peran guru sangat
   penting, karena guru dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan
   terjadinya situasi kelas yang sesuai dengan prinsip-prinsip konstruktivism.

   Kata kunci : Konstruktivisme, metakognitif




Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007                                         37
ISSN 1978-4511
TUJUAN PENDIDIKAN INDONESIA
       Tujuan pendidikan di indonesia dapat dibaca pada Undang-undang
republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional,
pada bab II pasal 3 yang berbunyi:


“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”


Indikator-indikator tujuan pendidikan di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
•   Hubungan dengan Tuhan, yaitu agar menjadi manusia yang beriman dan
    bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
•   Pembentukan pribadi yang mencakup pembentukan watak serta peradaban
    bangsa yang bermartabat, berakhlak mulia, demokratis serta bertanggung
    jawab.
•   Mengembangkan potensi peserta didik untuk menjadi manusia berilmu,
    cakap, kreatif, mandiri.
•   Sehat (rohani jasmani)
    Dari indikator-indikator tersebut, dapat dielaborasi lebih luas dan mendalam,
bahwa tujuan pendidikan di Indonesia hádala untuk mengembangkan individu
peserta didik secara alami atau wajar, artinya mereka diberi desempatan untuk
mengembangkan potensinya seperti apa adanya, sesuai minat dan bakatnya.
Tidak perlu diarah-arahkan untuk kelompok tertentu, namun hanya memberi
bantuan, layanan, fasilitas dengan cara menyiapkan segala sesuatunya yang
diperlukan serta bimbingan yang tepat. Harapannya, mereka akan menjadi
ilmuwan, inovator, peduli lingkungan dan mampu memperbaikinya, mampu
meningkatkan peradaban bangsa Indonesia yang bermartabat.

    Dari tujuan pendidikan nasional di atas, dapat dijabarkan lebih lanjut ke
tujuan institusional atau tujuan tingkat satuan pendidikan atau jenjang


Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007                              38
ISSN 1978-4511
pendidikan seperti tujuan pendidikan tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, yang
terdapat dalam Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan (KTSP). Dari tujuan
tingkat satuan pendidikan ini dapat dielaborasi lagi ke tujuan yang lebih khusus
yaitu tujuan tiap mata pelajaran. Dalam naskah Standar Isi mata pelajaran
Kimia dinyatakan bahwa Mata pelajaran Kimia di SMA/MA bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan
   keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat
   bekerjasama dengan orang lain

3. Menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana
   peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan
   melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan penafsiran
   data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis

4. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan
   juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari
   pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan
   masyarakat

5. Memahami        konsep,    prinsip,   hukum,       dan   teori   kimia   serta   saling
   keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam
   kehidupan sehari-hari dan teknologi

6. Menggunakan pengetahuan dasar kimia dalam kehidupan sehari-hari, dan
   memiliki kemampuan dasar kimia sebagai landasan dalam mengembangkan
   kompetensi di masing-masing bidang keahlian.

   Kimia merupakan bagian dari IPA, yang mempunyai karakteristik objek ilmu
kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada
awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun
pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas
pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan
dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat.


Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007                                    39
ISSN 1978-4511
Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu
tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika,
dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran.

TEORI KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN KIMIA
   Teori pembelajaran yang telah dipengaruhi aliran konstruktivis menjelaskan
bagaimana seseorang belajar. Belajar ádalah kegiatan aktif siswa untuk
membentuk pengetahuan. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia
kenyataan yang ada, dunia lepas dari pengamat. Pengetahuan merupakan
akibat dari konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang, ciptaan
seseorang yang dikonstruksikan dari pengalamannya yang direorganisasi
secara kontinu karena ada pemahaman baru. Pengalaman siswa dialami
melalui berbagai inderanya, misalnya mengamati daun, kemudian merabanya,
memperhatikan strukturnya, lalu didiskusikan dengan temannya, dibandingkan
dengan bacaan, direnungkan, dan seterusnya sehingga menjadi pengetahuan
siswa itu sendiri. Jadi siswa mengalami berbagai pengalaman baik fisik,
kognitif,   maupun     mental,     yang    diwujudkan   melalui   interaksi   dengan
lingkungannya.
   Bagaimana dengan peran guru? Bila seorang guru ingin mentransfer suatu
pemahaman kepada siswanya, maka siswa itu harus menginterpretasikan dan
mengkonstruksikan sendiri, agar tidak salah paham, salah konsep. Guru
memainkan peranan yang penting dalam menciptakan kondisi belajar siswa,
agar sesuai dengan bakat, minat, dan potensi yang akan dikembangkan dari
siswa itu sendiri. Guru juga perlu merencanakan rancangan pembelajaran yang
sistematik dan teratur dalam berbagai pendekatan, strategi, metoda, dan teknik
belajar siswa, sehingga segala potensi siswa baik dari segi spiritual, emosi,
kognisi, maupun fisik dapat terkembangkan secara optimal. Terdapat pelbagai
jenis teori pembelajaran dalam bidang pedagogi yang dapat diaplikasikan
dalam pembelajaran, salahsatunya yaitu teori pembelajaran konstruktivism
   Penelitian pendidikan sains pada tahun-tahun terakhir telah menunjukkan
suatu pergeseran paradigma ke arah konstruktivis, bahwa: “dalam belajar,
seseorang mengkonstruksi pengetahuannya”. Selama 30 terakhir ini penelitian
dalam bidang pendidikan sains beranggapan bahwa “suatu penelitian baru



Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007                               40
ISSN 1978-4511
dianggap sah dan dapat dipublikasikan bila mencerminkan paradigma tersebut
(Russel, Munby dalam Tobin, dalam Suparno, 1997). Sampai saat ini,
konstruktivisme sedang menjadi aliran yang cukup banyak dipelajari, diteliti,
dan diperbincangkan. Para ahli pendidikan dan para praktisinya berusaha untuk
mengerti konstruktivism dalam seluruh bidang pendidikan, salahsatunya dalam
pendidikan sains. Revolusi kognitif ini penuh tantangan, namun memberi
semangat dan antusias, sekaligus membingungkan karena kurang jelas dan
digunakan dalam macam-macam bentuk dan makna.
   Teori konstruktivism ini bertitik tolak dari pandangan behaviorism yang
mengkaji tentang perubahan tingkahlaku, tentang cara manusia belajar dan
memperoleh pengetahuan yang menekankan proses mental. Pandangan
behavioris mengatakan bahwa pelajar dipandang sebagai pasif, memerlukan
motivasi dari luar, perlu bantuan, dan penguatan. Bentuk kurikulum aliran
behavioris menyusun pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil dari yang
sederhana sampai ke kompleks, yang ditandai dengan statu keterampilan
tertentu. Keterampilan sebagai suatu tujuan pengajaran.
   Pandangan konstruktivis dalam pembelajaran mengatakan, bahwa anak-
anak diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar
secara sadar, sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat pengetahuan
yang lebih tinggi (Slavin, 1994; Abruscato, 1999 dalam Yusuf, tanpa tahun).
Siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri, otak siswa
sebagai mediator, yaitu memproses masukan dari dunia luar dan menentukan
apa yang mereka pelajari. Pembelajaran merupakan kerja mental aktif, bukan
menerima pengajaran dari guru secara pasif. Dalam faham konstruktivism bila
seseorang tidak mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri secaraaktif, dia
atau siswa tidak akan erkembang pengetahuannya.
   Guru memegang peranan penting dengan cara memberikan dukungan,
tantangan berfikir, melayani sebagai pelatih atau model, namun siswa tetap
merupakan kunci pembelajaran (Von Glaserfelt dalam Suparno, 1997). Guru
tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa agar
secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat
memberikan kepada siswa atau peserta didik anak tangga yang membawa



Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007                          41
ISSN 1978-4511
siswa akan pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri harus
memanjat anak tangga tersebut (Slavin, 1994 dalam Yusuf, tanpa tahun).
       Gagasan konstruktivism dapat dirangkum sebagaui berikut (von
Glaserfeld dan Kitchener, 1987 dalam Suparno, 1997)
•   Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka,
    tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subyek
•   Subjek membentuk skemata kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang
    perlu untuk pengetahuan
•   Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur
    konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam
    berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.


Alur proses konstruktivism dalam pemikiran siswa dapat dilihat pada gambar 1.
Hasil dari proses pemahaman konsep ini, siswa dapat mengingat dengan
ingatan jangka panjang, karena melalui penglibatan yang aktif dalam
mengaitkan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan asal untuk
membentuk pengetahuan yang baru. Keyakinan pemahaman siswa dapat terus
dipupuk, sehingga siswa lebih berani mengahadapi kehidupannya dan mampu
menyelesaikan masalah dalam situasi baru. Selain itu, karena terlibat dalam
interaksi sosial dengan teman dan gurunya, siswa dapat meningkatkan
keterampilan sosialnya, dapat bekerjasama dengan orang lain, lebih empati,
dan lebih peduli liongkungan. Jika konstruktivism ini senantiasa diterapkan di
sekolah, siswa akan terbiasa membina                  idea baru secara aktif, akan
meningkatkan       kefahamannya,        akan     terbiasa   bersosial,   akan   lebih
menyenangkann, dan terdorong untuk terus belajar sepanjang hayat.
    Untuk mencapai tujuan yang sesuai, beberapa pendekatan pengajaran
secara konstruktivism ditunjukkan pada gambar 2 yaitu mewujudkan aktivitas
sebab-akibat (reasoning),       melibatkan pemikiran yang kritikal, dan aktivitas
penyelesaian masalah. Para siswa juga perlu berusaha memahami dan
menerapkan konsep/prinsip dalam kehidupannya. Peran siswa dan peran guru
dalam pembelajaran konstruktivism dapat dilihat pada gambar 2. Peran siswa
antara lain Bertanggungjawab, sehingga siswa mengalami pembelajaran yang



Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007                               42
ISSN 1978-4511
mandiri; Siswa mampu mmengorganisasi kerja sendiri, ciri/karakter yg
diharapkan yaitu ingin tahu, inisiatif dan “persistent”. Sedangkan peran guru
adalah sebagai fasilitator, pemikiran terbuka, pembimbing, penyokong kognitif,
dan pelayan individual, sehingga perkembangan siswa lebih optimal baik dari
segi spiritual, emosional, serta intelektual.




Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007                        43
ISSN 1978-4511
Pengetahuan /
                                          pengalaman
                                             lepas




                Pengetahuan
                    Idea
                  Konsep                                                                            Pengetahuan
                   (Asal)                                                           Disesuaikan        baru
                                             Secara aktif
                                                                                        kan
                                                                Proses                                Idea baru
                                                              metakognitif
                                                                                                    Konsep baru



                                         Lingkungan
                                       (social, budaya,
                                            alam)



                       Gambar 1.1 Alur Proses Konstruktivisme (Modifikasi Dari HTTP://PLANET.TIME.NET.MY/
                                        Klcc/Azm01/Teori/Teori_Pembelajaran_Konstruktivism.Htm)




Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007                                                               44
ISSN 1978-4511
Menerima rangsangan/stimulus
                                                                                    Pembelajaran (merpkn satu            Lebih memusatkan pada pembelajaran
                                                                                                                                 Siswa berwawasan
                                                                                       proses yang aktif)                           Siswa kreatif
                                                      BERPUSAT PADA                                                        Menekankan pd penemuan/ inkuiri
                                                                                          Motivasi (kunci
                                                          SISWA                                                              Mendorong rasa ingin tahu
                                                                                          pembelajaran)                      Menimbulkan sikap inisiatif

                                                                                    Pengalaman (peranan kritis         Pengalaman dan pengetahuan yang ada pada
                                                                                                                                        siswa
                                                                                       dalam pembelajaran)
                      PRINSIP-PRINSIP                     CIRI-CIRI
                       KESELURUHAN                                                                                         Memilih, mengubah.
                                                       PEMBELAJARAN                                                       Mengkonstruk hipotesis
                                                                                     “Cognitive pre-disposition”            Membuat pilihan                   Pembelajaran
                                                                                              manusia                                                            kooperatif
                                                                                                                                                              Pembelajaran
                                                                                                                      Berkaitan dengan kehidupan
                                                                                                                                                             melibatkan bahasa
                                                                                                                      Berkaitan dengan pengalaman
                                                                                                                                                              Pembelajaran
                                                          “reasoning”                         konstektual              Berkaitan dengan pemikiran
                                                                                                                                                             melibatkan situasi
                                                                                                                                                              Pembelajaran
                                                       Pemikiran kritikal                  Aktivitas sosial                                                  melibatkan realiti
                                                                                                                                                                   dunia
                                                     Penyelesaian masalah                        masa                   Refleksi dan kematangan               Pembelajaran
                                                                                                                                                                melibatkan
                                                 “retrieval”, pemahaman dan                    fokuskan                                                       dialog/diskusi
                                                         penggunaan                                                     Pemahaman dan prestasi


                                                     Fleksibiliti kognitif                  Bertanggungjawab-
                            Tujuan                                                         pembelajaran mandiri
                                                            refleksi                                                                                           Organisasi kerja
                        Pembelajaran                                                                                      Membelajari pengetahuan                   sendiri
                                                          Kepakaran                            Double lesson                        baru                       Ciri/karakter yg
                                                                                                                           Cara belajar yang baru             diharapkan: ingin
                                                                                          Penggunaan teknologi                                                tahu, inisiatif dan
                                                                                                                                                                 “persistent”
                                                    PERANAN SISWA
                                                                                             Fasilitator            Perangsang, pelayan                     Peralatan TI,
                                                                                                                                                             penggunaan
                                                                                                                                                         internet, simulasi,
                  GURU & SISWA                                                              Pembimbing                  Pengarah, Korektor                modelling dan
                                                                                                                                                            lainnya yang
                                                                                                                                                             mendukung
                                                                                         Berfikiran terbuka         “Learn along the way”                kompetensi/indika
                                                   PERANAN GURU
                                                                                                                                                              tor/tujuan
                                                                                                                                                           pembelajaran
                                                                                  Penyokong kognitif                   Memperkenalkan,
                                                                                                                       Memfasilitasi kreasi,
                                                                                                                       berfikir mandiri
                                                                                  Akses pelajar perorangan


                                                                                         Set limit                     Kemungkinan, Kekuatan, Keperluan, Perasaan, dsb.



Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007 Gambar 2: Konstruktivism dan Pembelajaran                                                                     45
ISSN 1978-4511            (mod. dari http://uib.no/people/sinia/cscl /hmm_constructivism.htm dalam http://planet.time.net.my/
                                             Klcc/Azm01/Teori/Teori_Pembelajaran_Konstruktivism.Htm)
Salah satu implikasi utama pendekatan konstruktivism dapat dilihat pada
gambar di atas, yaitu        pembelajaran berpusat pada siswa. Pengetahuan yang
dibentuk siswa adalah hasil dari aktivititas yang dilakukan oleh siswa tersebut, bukan
yang diterima secara pasif. Siswa sendiri yang bertindak dan berpikir, bukan guru. Di
samping kanan         kotak ”berpusat pada siswa”, ada 4 ciri yaitu pembelajaran
merupakan proses yang aktif, motivasi, pengalaman, dan kognitif predisposisi. Di
sini guru sebagai fasilitator,siswa diberi peluang untuk memilih tujuan, , strategi dan
penilaian pelajarannya.
       Dalam penerapan teori konstruktivism, bentuk pembelajarannya kontekstual,
yang berkaitan dengan dunia kehidupan para siswa, pengetahuan bawaan siswa,
dan    kompetensi     yang     akan    dikembangkan,       serta   materi   bahan   ajarnya.
Pembelajaran juga merupakan aktivitas sosial yang diwujudkan dalam pembelajaran
kooperatif, dan melibatkan penggunaan bahasa.              Pembelajaran sebagai aktivitas
sosial ini juga melibatkan dialog dan diskusi sesama siswa, juga antara siswa
dengan gurunya. Dalam hal ini, guru perlu memberi waktu kepada siswa untuk
menyelesaikan tugas dan berdiskusi. Hal ini mereka perlukan untuk pemikiran
refleksi dan proses kematangan.
   Dalam pembelajaran konstruktivism, pengetahuan siswa dibentuk oleh siswa itu
sendiri dan dibentuk melalui interaksi antarsiswa juga dengan gurunya. Hal ini
menunjukkan        bahwa      dalam      konstruktivism,     salahsatu      penyelenggaraan
pembelajarannya harus melibatkan kelompok. Dalam kelompok, siswa banyak
belajar bagaimana dia harus mengemukakan pendapatnya, bagaimana dia harus
mempertahankan pendapatnya secara logis, belajar bagaimana dia menerima
kesalahan pribadi setelah dikoreksi temannya sendiri. Dalam belajar kelompok,
seorang siswa akan melihat sebuah persoalan yang diberikan gurunya dalam tugas
”problem solving” atau penyelesaian suatu masalah, sehingga menciptakan suatu
refleksi yang menuntut kesadaran apa yang akan dan harus dipikirkan dan dilakukan
terhadapo teman kelompoknya. Penyelesaian masalah melibatkan proses yang
memaparkan masalah dan pencarian penyelesaiannya. Metakognisi merupakan
proses tingkat tinggi dalam membuat refleksi ke atas pemikiran sendiri dan proses
penyelesaian masalah.
   Jika dalam kelompok seorang siswa mampu menjelaskan, artinya dia sendiri
terbantu melihat sesuatu lebih jelas dan dapat melihat kekurangan dirinya. Jika


Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007                                      46
ISSN 1978-4511
temannya bahkan ada yang belum faham, hal ini membuat dia merasapunya harga
diri dalam kelompoknya. Dari dialog antar pribadi, antarsiswa dalam kelompok kecil
akan terbentuk pengetahuan dan pemahaman yang lebih bermakna dibanding
dengan langsung mendengar dari gurunya. Untuk menghasilkan pengetahuan yang
lebih ilmiah dan bermakna, sebaiknya guru mendatangkan para narasumberyang
dapat langsung berdialog dengan para siswa.
       Selain melalui kelompok, proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara
lainnya misalnya melalui gambar-gambar atau visual, paparan grafik, animasi, audio,
video, suara latar, musik dan lagu iringan yang menarik mewujudkan kesenangan
dan motovasi tersendiri bagi para siswa. Penggunaan multimedia misalnya CDROM,
OHP, komputer, VCD atau lainnya dengan paparan teks yang ringkas dan bemakna,
ilustrasi, film, gambar atau grafik       yang berwarna-warni dapat mendorong siswa
untuk terus membuat penjelajahan terhadap berbagai ruang di dalam proses
pembelajarannya sehingga akan menimbulkan minat dan motivasinya.. Suasana
pembelajaran yang menyenangkan, menggairahkan, dapat meningkatkan rasa ingin
tahu mereka, sehingga pemahaman terhadap berbagai objek dapat dipupuk dan
terus ditingkatkan.
   Mengenai penilaian, guru dapat melakukan penilaian apa adanya ( Authentic
Assessment) yaitu penilaian lebih berbentuk kualitatif dibandingkan dengan jenis
penilaian kuantitatif. Dalam perlaksanaan pembelajaran, para siswa dinilai melalui
keterampilannya pada saat berdiskusi jika bentuk metodanya berdiskusi, atau
penilaian unjuk kerja jika metodanya eksperimen. Untuk hasil laporan pribadinya,
guru dapat menilai hasil karya siswa atau dalam bentuk portofolio jika guru punya
program menilai hasil tulisan siswa secara berkala dalam satu semester,misalnya.
Sebagai contoh ilustrasi, penulis sertakan (lampirkan) persiapan guru mengajar yang
berprinsip konstruktivism sebagai berikut.


Berikut dikemukakan salahsatu skenario pembelajaran dengan materi pokok :
Senyawa Hidrokarbon, dengan bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
sebagai berikut.


Mata Pelajaran         : Kimia
Kelas/Semester         : X/2


Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007                              47
ISSN 1978-4511
Standar Kompetensi: Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus
                                fungsi dan senyawa makromolekul
Kompetensi dasar: Mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam membentuk
                                senyawa Hidrokarbon
Indikator              : Mengidentifikasi unsur C, H, dan O dalam senyawa karbon
Tujuan pembelajaran:
1. Siswa dapat mengemukakan pendapatnya dalam diskusi senyawa karbon.
2. Siswa dapat merancang suatu percobaan untuk mengidentifikasi unsur C, H, dan
O dalam senyawa karbon
3. Siswa dapat menjelaskan prosedur dan melakukan suatu percobaan untuk
mengidentifikasi unsur C, H, dan O dalam senyawa karbon
4. Siswa dapat berhipotesa, melahirkan beberapa pertanyaan, menganalisis dan
   menyimpulkan hasil pengamatannya
5. Siswa dapat bekerjasama, berempati dengan teman kelompoknya baik dalam
berdiskusi maupun dalam melakukan percobaan.
6. Siswa dapat menulikan rumus struktur beberapa senyawa hidrokarbon
7. Siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat penting dari senyawa hidrokarbon


Metode Pembelajaran           : diskusi kelompok, experimen.
Langkah-langkah Kegiatan:
   A. Orientasi dan menggali pendapat siswa tentang senyawa hidrokarbon
       Dalam kegiatan ini, secara klasikal para siswa ditanya tentang fenomena alam
       yang melibatkan senyawa karbon. Ide dari para siswa lebih dieksplisitkan,
       lebih diperjelas n diperiksa, kemudian diarahkan ke suatu eksperimen yang
       akan dilakukan secara berkelompok
   B. Persiapan pembentukan konsep dalam diri siswa
       Setelah dikelompokkan, guru memberikan beberapa pertanyaan dalam
       bentuk lembar kerja yang harus didiskusikan oleh siswa, sebagai teori awal
       dalam melakukan eksperimen.
   C. Melakukan percobaan
       Masing-masing        kelompok       mendiskusikan   rancangan   percobaannya,
       kemudian melakukan percobaan, setelah erdiskusi mengenai hipotesisnya.
       Dilanjutkan dengan diskusi hasil percobaan dan penyimpulan. Pembuatan


Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007                                48
ISSN 1978-4511
laporan dilakukan secara perorangan. Selama melakukan percobaan, guru
       berkeliling untuk memotivasi, mengarahkan yang masih salah, memberi
       pertanyaan atau menjawab pertanyaan dari siswa. Guru juga melakukan
       penilaian unjuk kerja dan sikap siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran
       yang diharapkan
   D. Siswa membentuk pemahaman berdasarkan diskusi dan percobaan
       Siswa mengembangkan kemampuannyadan pemahamannya mengenai
       senyawa hidrokarbon berdasarkan pengalaman, bacaan, diskusi, pengamatan
       percobaan, analisis, dan pertanyaan pertanyaan dari guru dalam bentuk LKS
       yang bermakna secara kelompok.
   E. Review, regleksi, pengembangan konsep
       Siswa melakukan diskusi kelas tentang hasil diskusi, hasil percobaan,hasil
       analisis percobaan dan hasil jawaban LKSdengan bimbingan gurunya.
       Mereka membandingkan dengan kelompok lainnya, sehingga mengetahui
       kekurangannya. Guru mengarahkan konsep utama yang difahami siswa
       mengenai senyawa hidrokarbon, tanpa mendiktekannya.
   F. Aplikasi dan penerimaan teori
       Siswa mendiskusikan berbagai penerapan konsep ke dalam kehidupannya
       juga ke dalam situasi baru atau penerapan dalam menyelesaikan problema
       yang adayang berhubungan dengan hidrokarbon


Alat/bahan/Sumber:
Tabung reaksi, statif dan klem, gabus, pipa kaca, pembakar spiritus, larutan Ca(OH)2
atau air kapur, kertas kobal, gula pasir, tepung terigu, tembaga (II) Oksida


Penilaian:
Unjuk kerja selama melakukan percobaan, sikap selama diskusi kelompok,
percobaan dan diskusi kelas, hasil laporan masing-masing siswa, dan tes tertulis.




Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007                                 49
ISSN 1978-4511
PENUTUP


       Konstruktivism      merupakan       idea       bahwa      parasiswa   mengkonstruksi
pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman, dan
lingkungannya. Pengetahuan siswa tidak dapat ditransferdari gurunya, tapi mereka
harus menginterpretasikannya. Karena pengetahuan merupakan proses yang
berkembang secara kontinu. Suasana seperti konflik yang membuat siswa dipaksa
berpikir lebih mendalam dan situasi yang membuat para siswa menjelaskan lebih
rinci akan mengembangkan pengetahuan siswa itu sendiri. Dalam proses
pembelajaran, siswa dapat menambah, mengurangi, mengganti pengetahuan yang
lema menjadi pengetahuan yang baru yang lebih luasdan lebih berkembang
       Karena     proses     pembelajaran         akan   lebih   bermakna    jika   dilakukan
secarapribadi dan sosial, maka dukungan lingkungan sangat diperlukan bagi para
siswa seperti adanya belajar kelompok, guru yang kreatif, fasilitas eksperimen yang
tersedia, dan kondisi keluarga dan masyarakat yang mendukung pemahaman dan
pembentukan sikap mereka.            Guru bertugas sebagai mitraparasiswa yang aktif
bertanya untuk merangsang pemikiran mereka, mencuiptakan persoalan, memberi
waktu kepadasiswa untuk mengungkapkan berbagai gagasannya, namun tetap kritis,
dan fleksibel.
       Kini teori konstruktivism sudah digunakan di berbagai negara khususnya
dalam proses pembelajaran di sekolah. Kita tinggal memilih, apakah kita bersedia
menggunakannya dalam proses pembelajaran di sekolah atau tidak. Saran penulis
kepada para penentu kebijakan dan pelaku pendidikan dan pembelajaran di sekolah
sebaiknya mulai saat ini menggunakan teori konstruktivism ini secara total, baik dari
segi sistem sekolah, kurikulum,sarana prasarana, guru, dan lainnya, sehingga
sekolah dapat menghasilkan para siswa yang sesui dengan tujuan pendidikan
nasional kita, Indonesia.




Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007                                       50
ISSN 1978-4511
DAFTAR PUSTAKA


Brooks, et all. (1999). The Case For ConstructivistClassrooms. Alexandria,
USA:Assosiation for Supervision and Curriculum Development.
Dawson, Chris (1994). Science Teaching in the Secondary School.Melbourne:
Longman.
Nggermanto, Agus (2002). Quantum Quotient, Kecerdasan
Kuantum.Bandung:Nuansa.
Suparno, Paul (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam
Pendidikan.Yogyakarta:Kanisius.
Treagust, atall (1996). Improving Teaching and Learning in Science and
Mathematics.. New York: Teacher CollegePress.
http://uib.no/People/sinia/CSCL /HMMConstructivism.htm
http://ditplb.or.id/new/index.php?menu=profile&pro=70
http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf
http://www.malang.ac.id/jurnal/fmipa/kim/2001a.htm
http://www.oikos.org/radcon.htm
UURI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
(Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) Mata Pelajaran kimia SMA.




Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007                             51
ISSN 1978-4511

More Related Content

What's hot

Desain Pembelajaran Fisika: Kurikulum Pendidikan Fisika
Desain Pembelajaran Fisika: Kurikulum Pendidikan FisikaDesain Pembelajaran Fisika: Kurikulum Pendidikan Fisika
Desain Pembelajaran Fisika: Kurikulum Pendidikan FisikaVina Serevina
 
Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013
Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013
Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013Jhon Nahak
 
Pendidikan sebagai ilmu
Pendidikan sebagai ilmuPendidikan sebagai ilmu
Pendidikan sebagai ilmuNaning I. F
 
Filsafat ilmu konservasi pendidikan
Filsafat ilmu   konservasi pendidikanFilsafat ilmu   konservasi pendidikan
Filsafat ilmu konservasi pendidikanAngga Debby Frayudha
 
Dadang Djoko Karyanto;memahami konsep pendidikan sebagai kajian interdisiplin...
Dadang Djoko Karyanto;memahami konsep pendidikan sebagai kajian interdisiplin...Dadang Djoko Karyanto;memahami konsep pendidikan sebagai kajian interdisiplin...
Dadang Djoko Karyanto;memahami konsep pendidikan sebagai kajian interdisiplin...Dadang DjokoKaryanto
 
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep PendidikanDasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep PendidikanRizki Lia Ismawati
 
Kurikulum dan tujuan pendidikan fix
Kurikulum dan tujuan pendidikan fixKurikulum dan tujuan pendidikan fix
Kurikulum dan tujuan pendidikan fixwiwidwidyawati
 
Landasan pengemb kurikulum pai 2.
Landasan pengemb kurikulum pai  2.Landasan pengemb kurikulum pai  2.
Landasan pengemb kurikulum pai 2.Tatik Suwartinah
 
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)Dadang DjokoKaryanto
 
landasan kurikulum, definisi, peranan kurikulum
landasan kurikulum, definisi, peranan kurikulumlandasan kurikulum, definisi, peranan kurikulum
landasan kurikulum, definisi, peranan kurikulumFatmawati Khodijah
 
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeTeori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeBun Faris
 
Konstruktivisme dalam pemikiran
Konstruktivisme dalam pemikiranKonstruktivisme dalam pemikiran
Konstruktivisme dalam pemikiranDedi Yulianto
 

What's hot (20)

Desain Pembelajaran Fisika: Kurikulum Pendidikan Fisika
Desain Pembelajaran Fisika: Kurikulum Pendidikan FisikaDesain Pembelajaran Fisika: Kurikulum Pendidikan Fisika
Desain Pembelajaran Fisika: Kurikulum Pendidikan Fisika
 
Teori dan konsep pendidikan
Teori dan konsep pendidikanTeori dan konsep pendidikan
Teori dan konsep pendidikan
 
Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013
Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013
Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013
 
Pendidikan sebagai ilmu
Pendidikan sebagai ilmuPendidikan sebagai ilmu
Pendidikan sebagai ilmu
 
Kb 2 modul 1
Kb 2 modul 1Kb 2 modul 1
Kb 2 modul 1
 
Filsafat ilmu konservasi pendidikan
Filsafat ilmu   konservasi pendidikanFilsafat ilmu   konservasi pendidikan
Filsafat ilmu konservasi pendidikan
 
Dadang Djoko Karyanto;memahami konsep pendidikan sebagai kajian interdisiplin...
Dadang Djoko Karyanto;memahami konsep pendidikan sebagai kajian interdisiplin...Dadang Djoko Karyanto;memahami konsep pendidikan sebagai kajian interdisiplin...
Dadang Djoko Karyanto;memahami konsep pendidikan sebagai kajian interdisiplin...
 
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep PendidikanDasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
 
MATERI 2 - Pendidikan Sebagai Ilmu
MATERI 2 - Pendidikan Sebagai IlmuMATERI 2 - Pendidikan Sebagai Ilmu
MATERI 2 - Pendidikan Sebagai Ilmu
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Kurikulum dan tujuan pendidikan fix
Kurikulum dan tujuan pendidikan fixKurikulum dan tujuan pendidikan fix
Kurikulum dan tujuan pendidikan fix
 
Landasan pengemb kurikulum pai 2.
Landasan pengemb kurikulum pai  2.Landasan pengemb kurikulum pai  2.
Landasan pengemb kurikulum pai 2.
 
Teh lusi
Teh lusiTeh lusi
Teh lusi
 
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
 
landasan kurikulum, definisi, peranan kurikulum
landasan kurikulum, definisi, peranan kurikulumlandasan kurikulum, definisi, peranan kurikulum
landasan kurikulum, definisi, peranan kurikulum
 
landasan filosofi
landasan filosofilandasan filosofi
landasan filosofi
 
Penaksiran tgsn 3
Penaksiran tgsn 3Penaksiran tgsn 3
Penaksiran tgsn 3
 
UTS Semester Ganjil Kurikulum dan Pembelajaran
UTS Semester Ganjil Kurikulum dan PembelajaranUTS Semester Ganjil Kurikulum dan Pembelajaran
UTS Semester Ganjil Kurikulum dan Pembelajaran
 
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeTeori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
 
Konstruktivisme dalam pemikiran
Konstruktivisme dalam pemikiranKonstruktivisme dalam pemikiran
Konstruktivisme dalam pemikiran
 

Viewers also liked

Myfavoritesthingsminilessonplaneliseojackyandbenjamin 110427181241-phpapp01-1
Myfavoritesthingsminilessonplaneliseojackyandbenjamin 110427181241-phpapp01-1Myfavoritesthingsminilessonplaneliseojackyandbenjamin 110427181241-phpapp01-1
Myfavoritesthingsminilessonplaneliseojackyandbenjamin 110427181241-phpapp01-1JacquelineRivas
 
Reducing to Improve: Case Studies in Weeding Projects Large and Small Syrac...
Reducing to Improve: Case Studies in Weeding Projects Large and SmallSyrac...Reducing to Improve: Case Studies in Weeding Projects Large and SmallSyrac...
Reducing to Improve: Case Studies in Weeding Projects Large and Small Syrac...sawarren
 
480presentation
480presentation480presentation
480presentationjosa0608
 
Can collection management improve information literacy?  Lessons on how we...
Can collection management  improve information literacy?  Lessons on how we...Can collection management  improve information literacy?  Lessons on how we...
Can collection management improve information literacy?  Lessons on how we...sawarren
 
Bill King's Vistage Presentation Healthcare Reform
Bill King's Vistage Presentation Healthcare ReformBill King's Vistage Presentation Healthcare Reform
Bill King's Vistage Presentation Healthcare ReformDouglasMcQueen
 
Social Media and Its Role in Buisness
Social Media and Its Role in BuisnessSocial Media and Its Role in Buisness
Social Media and Its Role in BuisnessStephanie Powers
 
Social Media Marketing for Solar Professionals
Social Media Marketing for Solar ProfessionalsSocial Media Marketing for Solar Professionals
Social Media Marketing for Solar ProfessionalsStephanie Powers
 
01%20 %20 dsk%20bm%20thn%201%20-%20sk
01%20 %20 dsk%20bm%20thn%201%20-%20sk01%20 %20 dsk%20bm%20thn%201%20-%20sk
01%20 %20 dsk%20bm%20thn%201%20-%20skRodziawati Abd Aziz
 
Code igniter guia_usuario_2_0
Code igniter guia_usuario_2_0Code igniter guia_usuario_2_0
Code igniter guia_usuario_2_0edfabs
 

Viewers also liked (20)

Telsiz ağlar
Telsiz ağlarTelsiz ağlar
Telsiz ağlar
 
Myfavoritesthingsminilessonplaneliseojackyandbenjamin 110427181241-phpapp01-1
Myfavoritesthingsminilessonplaneliseojackyandbenjamin 110427181241-phpapp01-1Myfavoritesthingsminilessonplaneliseojackyandbenjamin 110427181241-phpapp01-1
Myfavoritesthingsminilessonplaneliseojackyandbenjamin 110427181241-phpapp01-1
 
Reducing to Improve: Case Studies in Weeding Projects Large and Small Syrac...
Reducing to Improve: Case Studies in Weeding Projects Large and SmallSyrac...Reducing to Improve: Case Studies in Weeding Projects Large and SmallSyrac...
Reducing to Improve: Case Studies in Weeding Projects Large and Small Syrac...
 
480presentation
480presentation480presentation
480presentation
 
My favorite places
My favorite placesMy favorite places
My favorite places
 
Can collection management improve information literacy?  Lessons on how we...
Can collection management  improve information literacy?  Lessons on how we...Can collection management  improve information literacy?  Lessons on how we...
Can collection management improve information literacy?  Lessons on how we...
 
My favorite places
My favorite placesMy favorite places
My favorite places
 
My favorite places
My favorite placesMy favorite places
My favorite places
 
My favorite places
My favorite placesMy favorite places
My favorite places
 
My favorite places
My favorite placesMy favorite places
My favorite places
 
Pemetaan pppm ptl t1 t3
Pemetaan pppm ptl t1 t3Pemetaan pppm ptl t1 t3
Pemetaan pppm ptl t1 t3
 
Inglés
InglésInglés
Inglés
 
Bill King's Vistage Presentation Healthcare Reform
Bill King's Vistage Presentation Healthcare ReformBill King's Vistage Presentation Healthcare Reform
Bill King's Vistage Presentation Healthcare Reform
 
case-study
case-studycase-study
case-study
 
My favorites places
My favorites placesMy favorites places
My favorites places
 
Social Media and Its Role in Buisness
Social Media and Its Role in BuisnessSocial Media and Its Role in Buisness
Social Media and Its Role in Buisness
 
Social Media Marketing for Solar Professionals
Social Media Marketing for Solar ProfessionalsSocial Media Marketing for Solar Professionals
Social Media Marketing for Solar Professionals
 
01%20 %20 dsk%20bm%20thn%201%20-%20sk
01%20 %20 dsk%20bm%20thn%201%20-%20sk01%20 %20 dsk%20bm%20thn%201%20-%20sk
01%20 %20 dsk%20bm%20thn%201%20-%20sk
 
Code igniter guia_usuario_2_0
Code igniter guia_usuario_2_0Code igniter guia_usuario_2_0
Code igniter guia_usuario_2_0
 
Análisis pagina web
Análisis pagina web Análisis pagina web
Análisis pagina web
 

Similar to Ety

Book Report Kurikulum
Book Report KurikulumBook Report Kurikulum
Book Report Kurikulumyanti riyanti
 
Book Report Kurikulum
Book Report KurikulumBook Report Kurikulum
Book Report Kurikulumyanti riyanti
 
Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046
Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046
Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046erlin0305
 
CP-IPA-FASE-D.pdf
CP-IPA-FASE-D.pdfCP-IPA-FASE-D.pdf
CP-IPA-FASE-D.pdfDewaGdeWira
 
Sp kimia kbsm ppsmi
Sp kimia kbsm ppsmiSp kimia kbsm ppsmi
Sp kimia kbsm ppsmiSopi Slumber
 
Sp kimia kbsm ppsmi
Sp kimia kbsm ppsmiSp kimia kbsm ppsmi
Sp kimia kbsm ppsmiSopi Slumber
 
Penterjemahan Kurikulum Kebangsaan Sains Tingkatan Lima
Penterjemahan Kurikulum Kebangsaan Sains Tingkatan LimaPenterjemahan Kurikulum Kebangsaan Sains Tingkatan Lima
Penterjemahan Kurikulum Kebangsaan Sains Tingkatan Limanorirana ahmad suhaimi
 
17_CP_2022_IPA.pdf
17_CP_2022_IPA.pdf17_CP_2022_IPA.pdf
17_CP_2022_IPA.pdfnike657361
 
46 silabus fisika-sma-versi-120216
46 silabus fisika-sma-versi-12021646 silabus fisika-sma-versi-120216
46 silabus fisika-sma-versi-120216eli priyatna laidan
 
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docxPENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docxhasrinafebriani06
 
LANDASAN KEPENDIDIKAN.ppt
LANDASAN KEPENDIDIKAN.pptLANDASAN KEPENDIDIKAN.ppt
LANDASAN KEPENDIDIKAN.pptreghitacandra1
 
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan JasmaniPenerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan JasmaniAwal Akbar Jamaluddin
 
teori pembelajaran fisika
teori pembelajaran fisikateori pembelajaran fisika
teori pembelajaran fisikaSulyatiSulyati
 
Analisis kritis artikel
Analisis kritis artikel Analisis kritis artikel
Analisis kritis artikel Nur Ismirawati
 
LK 1 - MODUL 1 PEDAGOGIK KONSEP DASAR ILMU PENGETAHUAN.docx
LK 1 - MODUL 1 PEDAGOGIK KONSEP DASAR ILMU PENGETAHUAN.docxLK 1 - MODUL 1 PEDAGOGIK KONSEP DASAR ILMU PENGETAHUAN.docx
LK 1 - MODUL 1 PEDAGOGIK KONSEP DASAR ILMU PENGETAHUAN.docxSMKNegeri1BintangBay
 
Teori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivismeTeori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivismesahronzulkepli
 
Teori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivismeTeori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivismesahronzulkepli
 

Similar to Ety (20)

Makalah yulia
Makalah yuliaMakalah yulia
Makalah yulia
 
Book Report Kurikulum
Book Report KurikulumBook Report Kurikulum
Book Report Kurikulum
 
Book Report Kurikulum
Book Report KurikulumBook Report Kurikulum
Book Report Kurikulum
 
Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046
Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046
Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046
 
CP-IPA-FASE-D.pdf
CP-IPA-FASE-D.pdfCP-IPA-FASE-D.pdf
CP-IPA-FASE-D.pdf
 
Sp kimia kbsm ppsmi
Sp kimia kbsm ppsmiSp kimia kbsm ppsmi
Sp kimia kbsm ppsmi
 
Sp kimia kbsm ppsmi
Sp kimia kbsm ppsmiSp kimia kbsm ppsmi
Sp kimia kbsm ppsmi
 
Penterjemahan Kurikulum Kebangsaan Sains Tingkatan Lima
Penterjemahan Kurikulum Kebangsaan Sains Tingkatan LimaPenterjemahan Kurikulum Kebangsaan Sains Tingkatan Lima
Penterjemahan Kurikulum Kebangsaan Sains Tingkatan Lima
 
17_CP_2022_IPA.pdf
17_CP_2022_IPA.pdf17_CP_2022_IPA.pdf
17_CP_2022_IPA.pdf
 
46 silabus fisika-sma-versi-120216
46 silabus fisika-sma-versi-12021646 silabus fisika-sma-versi-120216
46 silabus fisika-sma-versi-120216
 
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docxPENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
 
5. CP IPA.docx
5. CP IPA.docx5. CP IPA.docx
5. CP IPA.docx
 
LANDASAN KEPENDIDIKAN.ppt
LANDASAN KEPENDIDIKAN.pptLANDASAN KEPENDIDIKAN.ppt
LANDASAN KEPENDIDIKAN.ppt
 
SILABUS FISIKA SMA.docx
SILABUS FISIKA SMA.docxSILABUS FISIKA SMA.docx
SILABUS FISIKA SMA.docx
 
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan JasmaniPenerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
 
teori pembelajaran fisika
teori pembelajaran fisikateori pembelajaran fisika
teori pembelajaran fisika
 
Analisis kritis artikel
Analisis kritis artikel Analisis kritis artikel
Analisis kritis artikel
 
LK 1 - MODUL 1 PEDAGOGIK KONSEP DASAR ILMU PENGETAHUAN.docx
LK 1 - MODUL 1 PEDAGOGIK KONSEP DASAR ILMU PENGETAHUAN.docxLK 1 - MODUL 1 PEDAGOGIK KONSEP DASAR ILMU PENGETAHUAN.docx
LK 1 - MODUL 1 PEDAGOGIK KONSEP DASAR ILMU PENGETAHUAN.docx
 
Teori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivismeTeori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivisme
 
Teori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivismeTeori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivisme
 

Recently uploaded

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 

Recently uploaded (20)

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 

Ety

  • 1. SEMINAR INTERNASIONAL PENDIDIKAN IPA JURUSAN PENDIDIKAN IPA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 31 Mei 2007 ”Pengembangan Kurikulum dan Model Pembelajaran Konstruktivisme dalam Sains” _______________________________________________________________ TERAPAN KONSTRUKTIVISM DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA/MA Etty Sofyatiningrum Pusat Kurikulum Balitbang, Depdiknas Abstrak Di dunia pendidikan, akhir-akhir ini telah terjadi pergeseran paradigma dari Teori Behaviorisme menuju ke Teori Konstruktivisme. (Paradigma adalah suatu skema konseptual yang dengannya seorang ilmuwan memandang persoalan-persoalan dalam suatu disiplin tertentu). Menurut teori behaviorisme, tingkah laku adalah sesuatu yang dapat dipelajari atau dilatihkan. Penekanan teori behaviorisme adalah perubahan tingkah laku setelah terjadi proses belajar dalam diri siswa. Sedangkan menurut teori konstruktivisme seseorang harus membangun sendiri pegetahuannya secara aktif. Penekanan teori konstruktivisme adalah proses internal yang terjadi di dalam struktur kognitif individu yang belajar. Pengetahuan idea konsep (asal) yang ada pada siswa diolah, dimodifikasi secara aktif oleh siswa sendiri dengan pemikirann yang lebih mendalam, sehingga terjadi proses metakognitif, kemudian disesuaikan dengan temuan-temuan baru, sehingga memunculkan wawasan baru, ide baru, pengetahuan baru atau konsep baru. Dalam penerapan teori konstruktivism peran guru sangat penting, karena guru dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya situasi kelas yang sesuai dengan prinsip-prinsip konstruktivism. Kata kunci : Konstruktivisme, metakognitif Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007 37 ISSN 1978-4511
  • 2. TUJUAN PENDIDIKAN INDONESIA Tujuan pendidikan di indonesia dapat dibaca pada Undang-undang republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional, pada bab II pasal 3 yang berbunyi: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Indikator-indikator tujuan pendidikan di atas dapat diuraikan sebagai berikut: • Hubungan dengan Tuhan, yaitu agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. • Pembentukan pribadi yang mencakup pembentukan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, berakhlak mulia, demokratis serta bertanggung jawab. • Mengembangkan potensi peserta didik untuk menjadi manusia berilmu, cakap, kreatif, mandiri. • Sehat (rohani jasmani) Dari indikator-indikator tersebut, dapat dielaborasi lebih luas dan mendalam, bahwa tujuan pendidikan di Indonesia hádala untuk mengembangkan individu peserta didik secara alami atau wajar, artinya mereka diberi desempatan untuk mengembangkan potensinya seperti apa adanya, sesuai minat dan bakatnya. Tidak perlu diarah-arahkan untuk kelompok tertentu, namun hanya memberi bantuan, layanan, fasilitas dengan cara menyiapkan segala sesuatunya yang diperlukan serta bimbingan yang tepat. Harapannya, mereka akan menjadi ilmuwan, inovator, peduli lingkungan dan mampu memperbaikinya, mampu meningkatkan peradaban bangsa Indonesia yang bermartabat. Dari tujuan pendidikan nasional di atas, dapat dijabarkan lebih lanjut ke tujuan institusional atau tujuan tingkat satuan pendidikan atau jenjang Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007 38 ISSN 1978-4511
  • 3. pendidikan seperti tujuan pendidikan tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, yang terdapat dalam Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan (KTSP). Dari tujuan tingkat satuan pendidikan ini dapat dielaborasi lagi ke tujuan yang lebih khusus yaitu tujuan tiap mata pelajaran. Dalam naskah Standar Isi mata pelajaran Kimia dinyatakan bahwa Mata pelajaran Kimia di SMA/MA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa 2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain 3. Menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis 4. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat 5. Memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi 6. Menggunakan pengetahuan dasar kimia dalam kehidupan sehari-hari, dan memiliki kemampuan dasar kimia sebagai landasan dalam mengembangkan kompetensi di masing-masing bidang keahlian. Kimia merupakan bagian dari IPA, yang mempunyai karakteristik objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007 39 ISSN 1978-4511
  • 4. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. TEORI KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN KIMIA Teori pembelajaran yang telah dipengaruhi aliran konstruktivis menjelaskan bagaimana seseorang belajar. Belajar ádalah kegiatan aktif siswa untuk membentuk pengetahuan. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada, dunia lepas dari pengamat. Pengetahuan merupakan akibat dari konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang, ciptaan seseorang yang dikonstruksikan dari pengalamannya yang direorganisasi secara kontinu karena ada pemahaman baru. Pengalaman siswa dialami melalui berbagai inderanya, misalnya mengamati daun, kemudian merabanya, memperhatikan strukturnya, lalu didiskusikan dengan temannya, dibandingkan dengan bacaan, direnungkan, dan seterusnya sehingga menjadi pengetahuan siswa itu sendiri. Jadi siswa mengalami berbagai pengalaman baik fisik, kognitif, maupun mental, yang diwujudkan melalui interaksi dengan lingkungannya. Bagaimana dengan peran guru? Bila seorang guru ingin mentransfer suatu pemahaman kepada siswanya, maka siswa itu harus menginterpretasikan dan mengkonstruksikan sendiri, agar tidak salah paham, salah konsep. Guru memainkan peranan yang penting dalam menciptakan kondisi belajar siswa, agar sesuai dengan bakat, minat, dan potensi yang akan dikembangkan dari siswa itu sendiri. Guru juga perlu merencanakan rancangan pembelajaran yang sistematik dan teratur dalam berbagai pendekatan, strategi, metoda, dan teknik belajar siswa, sehingga segala potensi siswa baik dari segi spiritual, emosi, kognisi, maupun fisik dapat terkembangkan secara optimal. Terdapat pelbagai jenis teori pembelajaran dalam bidang pedagogi yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran, salahsatunya yaitu teori pembelajaran konstruktivism Penelitian pendidikan sains pada tahun-tahun terakhir telah menunjukkan suatu pergeseran paradigma ke arah konstruktivis, bahwa: “dalam belajar, seseorang mengkonstruksi pengetahuannya”. Selama 30 terakhir ini penelitian dalam bidang pendidikan sains beranggapan bahwa “suatu penelitian baru Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007 40 ISSN 1978-4511
  • 5. dianggap sah dan dapat dipublikasikan bila mencerminkan paradigma tersebut (Russel, Munby dalam Tobin, dalam Suparno, 1997). Sampai saat ini, konstruktivisme sedang menjadi aliran yang cukup banyak dipelajari, diteliti, dan diperbincangkan. Para ahli pendidikan dan para praktisinya berusaha untuk mengerti konstruktivism dalam seluruh bidang pendidikan, salahsatunya dalam pendidikan sains. Revolusi kognitif ini penuh tantangan, namun memberi semangat dan antusias, sekaligus membingungkan karena kurang jelas dan digunakan dalam macam-macam bentuk dan makna. Teori konstruktivism ini bertitik tolak dari pandangan behaviorism yang mengkaji tentang perubahan tingkahlaku, tentang cara manusia belajar dan memperoleh pengetahuan yang menekankan proses mental. Pandangan behavioris mengatakan bahwa pelajar dipandang sebagai pasif, memerlukan motivasi dari luar, perlu bantuan, dan penguatan. Bentuk kurikulum aliran behavioris menyusun pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil dari yang sederhana sampai ke kompleks, yang ditandai dengan statu keterampilan tertentu. Keterampilan sebagai suatu tujuan pengajaran. Pandangan konstruktivis dalam pembelajaran mengatakan, bahwa anak- anak diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar secara sadar, sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi (Slavin, 1994; Abruscato, 1999 dalam Yusuf, tanpa tahun). Siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri, otak siswa sebagai mediator, yaitu memproses masukan dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran merupakan kerja mental aktif, bukan menerima pengajaran dari guru secara pasif. Dalam faham konstruktivism bila seseorang tidak mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri secaraaktif, dia atau siswa tidak akan erkembang pengetahuannya. Guru memegang peranan penting dengan cara memberikan dukungan, tantangan berfikir, melayani sebagai pelatih atau model, namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran (Von Glaserfelt dalam Suparno, 1997). Guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta didik anak tangga yang membawa Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007 41 ISSN 1978-4511
  • 6. siswa akan pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut (Slavin, 1994 dalam Yusuf, tanpa tahun). Gagasan konstruktivism dapat dirangkum sebagaui berikut (von Glaserfeld dan Kitchener, 1987 dalam Suparno, 1997) • Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subyek • Subjek membentuk skemata kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan • Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang. Alur proses konstruktivism dalam pemikiran siswa dapat dilihat pada gambar 1. Hasil dari proses pemahaman konsep ini, siswa dapat mengingat dengan ingatan jangka panjang, karena melalui penglibatan yang aktif dalam mengaitkan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan asal untuk membentuk pengetahuan yang baru. Keyakinan pemahaman siswa dapat terus dipupuk, sehingga siswa lebih berani mengahadapi kehidupannya dan mampu menyelesaikan masalah dalam situasi baru. Selain itu, karena terlibat dalam interaksi sosial dengan teman dan gurunya, siswa dapat meningkatkan keterampilan sosialnya, dapat bekerjasama dengan orang lain, lebih empati, dan lebih peduli liongkungan. Jika konstruktivism ini senantiasa diterapkan di sekolah, siswa akan terbiasa membina idea baru secara aktif, akan meningkatkan kefahamannya, akan terbiasa bersosial, akan lebih menyenangkann, dan terdorong untuk terus belajar sepanjang hayat. Untuk mencapai tujuan yang sesuai, beberapa pendekatan pengajaran secara konstruktivism ditunjukkan pada gambar 2 yaitu mewujudkan aktivitas sebab-akibat (reasoning), melibatkan pemikiran yang kritikal, dan aktivitas penyelesaian masalah. Para siswa juga perlu berusaha memahami dan menerapkan konsep/prinsip dalam kehidupannya. Peran siswa dan peran guru dalam pembelajaran konstruktivism dapat dilihat pada gambar 2. Peran siswa antara lain Bertanggungjawab, sehingga siswa mengalami pembelajaran yang Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007 42 ISSN 1978-4511
  • 7. mandiri; Siswa mampu mmengorganisasi kerja sendiri, ciri/karakter yg diharapkan yaitu ingin tahu, inisiatif dan “persistent”. Sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator, pemikiran terbuka, pembimbing, penyokong kognitif, dan pelayan individual, sehingga perkembangan siswa lebih optimal baik dari segi spiritual, emosional, serta intelektual. Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007 43 ISSN 1978-4511
  • 8. Pengetahuan / pengalaman lepas Pengetahuan Idea Konsep Pengetahuan (Asal) Disesuaikan baru Secara aktif kan Proses Idea baru metakognitif Konsep baru Lingkungan (social, budaya, alam) Gambar 1.1 Alur Proses Konstruktivisme (Modifikasi Dari HTTP://PLANET.TIME.NET.MY/ Klcc/Azm01/Teori/Teori_Pembelajaran_Konstruktivism.Htm) Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007 44 ISSN 1978-4511
  • 9. Menerima rangsangan/stimulus Pembelajaran (merpkn satu Lebih memusatkan pada pembelajaran Siswa berwawasan proses yang aktif) Siswa kreatif BERPUSAT PADA Menekankan pd penemuan/ inkuiri Motivasi (kunci SISWA Mendorong rasa ingin tahu pembelajaran) Menimbulkan sikap inisiatif Pengalaman (peranan kritis Pengalaman dan pengetahuan yang ada pada siswa dalam pembelajaran) PRINSIP-PRINSIP CIRI-CIRI KESELURUHAN Memilih, mengubah. PEMBELAJARAN Mengkonstruk hipotesis “Cognitive pre-disposition” Membuat pilihan Pembelajaran manusia kooperatif Pembelajaran Berkaitan dengan kehidupan melibatkan bahasa Berkaitan dengan pengalaman Pembelajaran “reasoning” konstektual Berkaitan dengan pemikiran melibatkan situasi Pembelajaran Pemikiran kritikal Aktivitas sosial melibatkan realiti dunia Penyelesaian masalah masa Refleksi dan kematangan Pembelajaran melibatkan “retrieval”, pemahaman dan fokuskan dialog/diskusi penggunaan Pemahaman dan prestasi Fleksibiliti kognitif Bertanggungjawab- Tujuan pembelajaran mandiri refleksi Organisasi kerja Pembelajaran Membelajari pengetahuan sendiri Kepakaran Double lesson baru Ciri/karakter yg Cara belajar yang baru diharapkan: ingin Penggunaan teknologi tahu, inisiatif dan “persistent” PERANAN SISWA Fasilitator Perangsang, pelayan Peralatan TI, penggunaan internet, simulasi, GURU & SISWA Pembimbing Pengarah, Korektor modelling dan lainnya yang mendukung Berfikiran terbuka “Learn along the way” kompetensi/indika PERANAN GURU tor/tujuan pembelajaran Penyokong kognitif Memperkenalkan, Memfasilitasi kreasi, berfikir mandiri Akses pelajar perorangan Set limit Kemungkinan, Kekuatan, Keperluan, Perasaan, dsb. Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007 Gambar 2: Konstruktivism dan Pembelajaran 45 ISSN 1978-4511 (mod. dari http://uib.no/people/sinia/cscl /hmm_constructivism.htm dalam http://planet.time.net.my/ Klcc/Azm01/Teori/Teori_Pembelajaran_Konstruktivism.Htm)
  • 10. Salah satu implikasi utama pendekatan konstruktivism dapat dilihat pada gambar di atas, yaitu pembelajaran berpusat pada siswa. Pengetahuan yang dibentuk siswa adalah hasil dari aktivititas yang dilakukan oleh siswa tersebut, bukan yang diterima secara pasif. Siswa sendiri yang bertindak dan berpikir, bukan guru. Di samping kanan kotak ”berpusat pada siswa”, ada 4 ciri yaitu pembelajaran merupakan proses yang aktif, motivasi, pengalaman, dan kognitif predisposisi. Di sini guru sebagai fasilitator,siswa diberi peluang untuk memilih tujuan, , strategi dan penilaian pelajarannya. Dalam penerapan teori konstruktivism, bentuk pembelajarannya kontekstual, yang berkaitan dengan dunia kehidupan para siswa, pengetahuan bawaan siswa, dan kompetensi yang akan dikembangkan, serta materi bahan ajarnya. Pembelajaran juga merupakan aktivitas sosial yang diwujudkan dalam pembelajaran kooperatif, dan melibatkan penggunaan bahasa. Pembelajaran sebagai aktivitas sosial ini juga melibatkan dialog dan diskusi sesama siswa, juga antara siswa dengan gurunya. Dalam hal ini, guru perlu memberi waktu kepada siswa untuk menyelesaikan tugas dan berdiskusi. Hal ini mereka perlukan untuk pemikiran refleksi dan proses kematangan. Dalam pembelajaran konstruktivism, pengetahuan siswa dibentuk oleh siswa itu sendiri dan dibentuk melalui interaksi antarsiswa juga dengan gurunya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam konstruktivism, salahsatu penyelenggaraan pembelajarannya harus melibatkan kelompok. Dalam kelompok, siswa banyak belajar bagaimana dia harus mengemukakan pendapatnya, bagaimana dia harus mempertahankan pendapatnya secara logis, belajar bagaimana dia menerima kesalahan pribadi setelah dikoreksi temannya sendiri. Dalam belajar kelompok, seorang siswa akan melihat sebuah persoalan yang diberikan gurunya dalam tugas ”problem solving” atau penyelesaian suatu masalah, sehingga menciptakan suatu refleksi yang menuntut kesadaran apa yang akan dan harus dipikirkan dan dilakukan terhadapo teman kelompoknya. Penyelesaian masalah melibatkan proses yang memaparkan masalah dan pencarian penyelesaiannya. Metakognisi merupakan proses tingkat tinggi dalam membuat refleksi ke atas pemikiran sendiri dan proses penyelesaian masalah. Jika dalam kelompok seorang siswa mampu menjelaskan, artinya dia sendiri terbantu melihat sesuatu lebih jelas dan dapat melihat kekurangan dirinya. Jika Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007 46 ISSN 1978-4511
  • 11. temannya bahkan ada yang belum faham, hal ini membuat dia merasapunya harga diri dalam kelompoknya. Dari dialog antar pribadi, antarsiswa dalam kelompok kecil akan terbentuk pengetahuan dan pemahaman yang lebih bermakna dibanding dengan langsung mendengar dari gurunya. Untuk menghasilkan pengetahuan yang lebih ilmiah dan bermakna, sebaiknya guru mendatangkan para narasumberyang dapat langsung berdialog dengan para siswa. Selain melalui kelompok, proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara lainnya misalnya melalui gambar-gambar atau visual, paparan grafik, animasi, audio, video, suara latar, musik dan lagu iringan yang menarik mewujudkan kesenangan dan motovasi tersendiri bagi para siswa. Penggunaan multimedia misalnya CDROM, OHP, komputer, VCD atau lainnya dengan paparan teks yang ringkas dan bemakna, ilustrasi, film, gambar atau grafik yang berwarna-warni dapat mendorong siswa untuk terus membuat penjelajahan terhadap berbagai ruang di dalam proses pembelajarannya sehingga akan menimbulkan minat dan motivasinya.. Suasana pembelajaran yang menyenangkan, menggairahkan, dapat meningkatkan rasa ingin tahu mereka, sehingga pemahaman terhadap berbagai objek dapat dipupuk dan terus ditingkatkan. Mengenai penilaian, guru dapat melakukan penilaian apa adanya ( Authentic Assessment) yaitu penilaian lebih berbentuk kualitatif dibandingkan dengan jenis penilaian kuantitatif. Dalam perlaksanaan pembelajaran, para siswa dinilai melalui keterampilannya pada saat berdiskusi jika bentuk metodanya berdiskusi, atau penilaian unjuk kerja jika metodanya eksperimen. Untuk hasil laporan pribadinya, guru dapat menilai hasil karya siswa atau dalam bentuk portofolio jika guru punya program menilai hasil tulisan siswa secara berkala dalam satu semester,misalnya. Sebagai contoh ilustrasi, penulis sertakan (lampirkan) persiapan guru mengajar yang berprinsip konstruktivism sebagai berikut. Berikut dikemukakan salahsatu skenario pembelajaran dengan materi pokok : Senyawa Hidrokarbon, dengan bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai berikut. Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X/2 Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007 47 ISSN 1978-4511
  • 12. Standar Kompetensi: Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul Kompetensi dasar: Mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam membentuk senyawa Hidrokarbon Indikator : Mengidentifikasi unsur C, H, dan O dalam senyawa karbon Tujuan pembelajaran: 1. Siswa dapat mengemukakan pendapatnya dalam diskusi senyawa karbon. 2. Siswa dapat merancang suatu percobaan untuk mengidentifikasi unsur C, H, dan O dalam senyawa karbon 3. Siswa dapat menjelaskan prosedur dan melakukan suatu percobaan untuk mengidentifikasi unsur C, H, dan O dalam senyawa karbon 4. Siswa dapat berhipotesa, melahirkan beberapa pertanyaan, menganalisis dan menyimpulkan hasil pengamatannya 5. Siswa dapat bekerjasama, berempati dengan teman kelompoknya baik dalam berdiskusi maupun dalam melakukan percobaan. 6. Siswa dapat menulikan rumus struktur beberapa senyawa hidrokarbon 7. Siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat penting dari senyawa hidrokarbon Metode Pembelajaran : diskusi kelompok, experimen. Langkah-langkah Kegiatan: A. Orientasi dan menggali pendapat siswa tentang senyawa hidrokarbon Dalam kegiatan ini, secara klasikal para siswa ditanya tentang fenomena alam yang melibatkan senyawa karbon. Ide dari para siswa lebih dieksplisitkan, lebih diperjelas n diperiksa, kemudian diarahkan ke suatu eksperimen yang akan dilakukan secara berkelompok B. Persiapan pembentukan konsep dalam diri siswa Setelah dikelompokkan, guru memberikan beberapa pertanyaan dalam bentuk lembar kerja yang harus didiskusikan oleh siswa, sebagai teori awal dalam melakukan eksperimen. C. Melakukan percobaan Masing-masing kelompok mendiskusikan rancangan percobaannya, kemudian melakukan percobaan, setelah erdiskusi mengenai hipotesisnya. Dilanjutkan dengan diskusi hasil percobaan dan penyimpulan. Pembuatan Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007 48 ISSN 1978-4511
  • 13. laporan dilakukan secara perorangan. Selama melakukan percobaan, guru berkeliling untuk memotivasi, mengarahkan yang masih salah, memberi pertanyaan atau menjawab pertanyaan dari siswa. Guru juga melakukan penilaian unjuk kerja dan sikap siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan D. Siswa membentuk pemahaman berdasarkan diskusi dan percobaan Siswa mengembangkan kemampuannyadan pemahamannya mengenai senyawa hidrokarbon berdasarkan pengalaman, bacaan, diskusi, pengamatan percobaan, analisis, dan pertanyaan pertanyaan dari guru dalam bentuk LKS yang bermakna secara kelompok. E. Review, regleksi, pengembangan konsep Siswa melakukan diskusi kelas tentang hasil diskusi, hasil percobaan,hasil analisis percobaan dan hasil jawaban LKSdengan bimbingan gurunya. Mereka membandingkan dengan kelompok lainnya, sehingga mengetahui kekurangannya. Guru mengarahkan konsep utama yang difahami siswa mengenai senyawa hidrokarbon, tanpa mendiktekannya. F. Aplikasi dan penerimaan teori Siswa mendiskusikan berbagai penerapan konsep ke dalam kehidupannya juga ke dalam situasi baru atau penerapan dalam menyelesaikan problema yang adayang berhubungan dengan hidrokarbon Alat/bahan/Sumber: Tabung reaksi, statif dan klem, gabus, pipa kaca, pembakar spiritus, larutan Ca(OH)2 atau air kapur, kertas kobal, gula pasir, tepung terigu, tembaga (II) Oksida Penilaian: Unjuk kerja selama melakukan percobaan, sikap selama diskusi kelompok, percobaan dan diskusi kelas, hasil laporan masing-masing siswa, dan tes tertulis. Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007 49 ISSN 1978-4511
  • 14. PENUTUP Konstruktivism merupakan idea bahwa parasiswa mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman, dan lingkungannya. Pengetahuan siswa tidak dapat ditransferdari gurunya, tapi mereka harus menginterpretasikannya. Karena pengetahuan merupakan proses yang berkembang secara kontinu. Suasana seperti konflik yang membuat siswa dipaksa berpikir lebih mendalam dan situasi yang membuat para siswa menjelaskan lebih rinci akan mengembangkan pengetahuan siswa itu sendiri. Dalam proses pembelajaran, siswa dapat menambah, mengurangi, mengganti pengetahuan yang lema menjadi pengetahuan yang baru yang lebih luasdan lebih berkembang Karena proses pembelajaran akan lebih bermakna jika dilakukan secarapribadi dan sosial, maka dukungan lingkungan sangat diperlukan bagi para siswa seperti adanya belajar kelompok, guru yang kreatif, fasilitas eksperimen yang tersedia, dan kondisi keluarga dan masyarakat yang mendukung pemahaman dan pembentukan sikap mereka. Guru bertugas sebagai mitraparasiswa yang aktif bertanya untuk merangsang pemikiran mereka, mencuiptakan persoalan, memberi waktu kepadasiswa untuk mengungkapkan berbagai gagasannya, namun tetap kritis, dan fleksibel. Kini teori konstruktivism sudah digunakan di berbagai negara khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah. Kita tinggal memilih, apakah kita bersedia menggunakannya dalam proses pembelajaran di sekolah atau tidak. Saran penulis kepada para penentu kebijakan dan pelaku pendidikan dan pembelajaran di sekolah sebaiknya mulai saat ini menggunakan teori konstruktivism ini secara total, baik dari segi sistem sekolah, kurikulum,sarana prasarana, guru, dan lainnya, sehingga sekolah dapat menghasilkan para siswa yang sesui dengan tujuan pendidikan nasional kita, Indonesia. Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007 50 ISSN 1978-4511
  • 15. DAFTAR PUSTAKA Brooks, et all. (1999). The Case For ConstructivistClassrooms. Alexandria, USA:Assosiation for Supervision and Curriculum Development. Dawson, Chris (1994). Science Teaching in the Secondary School.Melbourne: Longman. Nggermanto, Agus (2002). Quantum Quotient, Kecerdasan Kuantum.Bandung:Nuansa. Suparno, Paul (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan.Yogyakarta:Kanisius. Treagust, atall (1996). Improving Teaching and Learning in Science and Mathematics.. New York: Teacher CollegePress. http://uib.no/People/sinia/CSCL /HMMConstructivism.htm http://ditplb.or.id/new/index.php?menu=profile&pro=70 http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf http://www.malang.ac.id/jurnal/fmipa/kim/2001a.htm http://www.oikos.org/radcon.htm UURI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) Mata Pelajaran kimia SMA. Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007 51 ISSN 1978-4511