Dokumen tersebut membahas tentang konflik yang terjadi antara nelayan jaring Indramayu dengan nelayan Rumpon are-are Rembang (Jepara). Ada tiga jenis konflik yaitu konflik agraria, kelas, dan orientasi. Disebutkan pula beberapa solusi untuk mengurangi konflik seperti pengakuan identitas, asimilasi inovatif, memberi ruang bagi nelayan lokal, pembagian waktu penangkapan, dan perhatian dari p
4. SOSPER KELOMPOK II, MSP B
MATERI
REFERENSI
PENYUSUN
PENUTUP
NK
X
BERANDA
KESIMPULAN
Konflik adalah suatu tindakan, tuntutan atau
sikap yang timbul akibat tidak kuasaan
seseorang atau kelompok dalam masyarakat
terhadap sesuatu hal. Kehidupan Masyarakat
nelayan pun tidak luput dari yang namanya
konflik. Yang mana ada empat macam konflik
dalam kehidupan nelayan yaitu, konflik kelas,
konflik orientasi, konflik agraria dan konflik
primordial.
5. SOSPER KELOMPOK II, MSP B
MATERI
REFERENSI
PENYUSUN
PENUTUP
NK
X
BERANDA
KESIMPULAN
1. Konflik Kelas.
Konflik kelas atau disebut juga konflik vertikal, yakni
konflik antar nelayan perikanan industri dengan nelayan
rakyat. Hal ini biasanya dipicu oleh perbedaan upaya
tangkap (effort), yang dicerminkan oleh ukuran kapal dan
penerapan teknologi.
2. Konflik Orientasi.
Konflik orientasi yaitu konflik antara nelayan yang
berorintasi pasar dengan nelayan yang masih terikat nilai-
nilai tradisional. Nelayan berorientasi pasar biasanya
mengabaikan aspek kelestarian untuk mendapatkan hasil
tangkapan sebanyak-banyaknya
6. SOSPER KELOMPOK II, MSP B
MATERI
REFERENSI
PENYUSUN
PENUTUP
NK
X
BERANDA
KESIMPULAN
Lanjutan. . . .
3. Konflik Agraria.
Konflik Agraria yaitu konflik perebutan penangkapan (fishing
ground), biasanya terjadi antar nelayan yang berbeda
domisilinya. Konflik seperti ini yang sekarang sedang marak,
sebagai dampak euforia ekonomi daerah.
4. Konflik Primordial
Konflik Primordial terjadi sebagai akibat perbedaan identitas
atau sosial budaya, misalnya etnik dan daerah asal. Konflik
ini agak kabur sebagai konflik tersendiri, karena seringkali
sebagai selubung dari konflik lainnya yakni konflik kelas,
orientasi dan agraria.
7. SOSPER KELOMPOK II, MSP B
MATERI
REFERENSI
PENYUSUN
PENUTUP
NK
X
BERANDA
KESIMPULAN
Konflik Antara Nelayan Indramayu dan Nelayan Rembang (Jepara).
1. Faktor Penyebab Konflik Agraria.
Adanya penyerobotan wilayah tangkap yang dilakukan
nelayan rumpon. Dimana mereka memasang rumpon
ditempat jaring-jaring nelayan Indramayu disebar. Yaitu
disepanjang titik pencarian ikan wilayah selatan dan utara
laut Jawa. Akibatnya pendapatan nelayan jaring Indramayu
berkurang.
Jenis konflik yang terjadi antara nelayan jaring Indramayu
dengan nelayan Rumpon are-are Rembang (Jepara) ada tiga
yakni konflik agraria, konflik kelas dan konflik orientasi.
Mengapa demikian? Karena konflik tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor:
8. SOSPER KELOMPOK II, MSP B
MATERI
REFERENSI
PENYUSUN
PENUTUP
NK
X
BERANDA
KESIMPULAN
Lanjutan. . . .
2. Faktor Penyebab Konflik Kelas.
Alat yang digunakan nelayan Rembang adalah Rumpon
are-are yang mana hasil tangkapannya lebih banyak.
3. Faktor Penyebab Konflik Orientasi.
Selain faktor diatas, faktor lain yang mempengaruhi konflik
tersebut adalah rumpon yang disebar oleh nelayan Jepara
merusak jaring-jaring nelayan Indramayu sehingga hasil
tangkapan berkurang. Akibatnya nelayan Indramayu
merugi hingga 20 juta.
9. SOSPER KELOMPOK II, MSP B
MATERI
REFERENSI
PENYUSUN
PENUTUP
NK
X
BERANDA
KESIMPULAN
•Solusi Untuk Mengatasi Konflik.
1. Pengakuan Identitas.
Pengakuan identitas yang kami maksud disini adalah
menghormati atau menghargai. Apabila di suatu wilayah
tangkap sudah ada kelompok lain yang terlebih dahulu,
maka kelompok lain harus mencari wilayah tangkap lain.
Dengan begitu akan ada saling menghargai antar nelayan
sehingga mengurangi konflik yang terjadi.
Begitu juga dengan nelayan Rumpon are-are
Jepara, mereka sudah harus mencari wilayah tangkap baru
untuk menyebar rumponnya. Sehingga nelayan jaring
Indramayu bisa kembali melaut dan sama-sama
menghasilkan tangkapan yang memuaskan dari kedua
belah pihak.
10. SOSPER KELOMPOK II, MSP B
MATERI
REFERENSI
PENYUSUN
PENUTUP
NK
X
BERANDA
KESIMPULAN
Lanjutan . . . .
2. Asimilasi Inovatif.
Sebagaimana yang kita ketahui pengertian asimilasi adalah
pembauran dua kebudayaan disertai dengan hilangnya ciri
khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan
baru.Tiap daerah tentunya memiliki kebudayaan berbeda yang
masing-masing memiliki ciri khas tersendiri. Begitupun dalam
hal penangkapan ikan, tiap daerah pasti memiliki caranya
tersendiri.
Melihat hal tersebut, kelompok nelayan dari daerah
yang berbeda dapat bekerja sama untuk menghasilkan
tangkapan yang lebih memuaskan. Dengan cara mereka harus
menerapkan cara penangkapan masing-masing dalam satu
wilayah tangkap tanpa merugikan kelompok manapun.
Kombinasi seperti ini bukan tidak mungkin dapat menciptakan
cara penangkapan baru yang menguntungkan semua pihak.
11. SOSPER KELOMPOK II, MSP B
MATERI
REFERENSI
PENYUSUN
PENUTUP
NK
X
BERANDA
KESIMPULAN
3. Memberi Ruang Bagi Nelayan Lokal.
Disetiap wilayah atau daerah perairan pasti memiliki
nelayannya masing-masing atau disebut dengan nelayan
lokal. Kelompok nelayan pendatang yang ingin
menangkap ikan disuatu wilayah tentu harus memberi
ruang bagi nelayan lokal. Maksudnya mereka boleh saja
menangkap ikan di daerah lain tetapi tidak boleh
menyisir semua perairan di wilayah tersebut. Sebab
nelayan lokal juga butuh ruang untuk wilayah
penangkapan mereka.
Lanjutan. . . .
12. SOSPER KELOMPOK II, MSP B
MATERI
REFERENSI
PENYUSUN
PENUTUP
NK
X
BERANDA
KESIMPULAN
Lanjutan. . . .
4. Pembagian Waktu Penangkapan.
Kasus antara nelayan jaring Indramayu dengan
nelayan Rumpon are-are Jepara terjadi karena wilayah
penangkapan ikan mereka berada di tempat yang sama
tetapi dengan alat tangkap yang berbeda. Hal tersebut
bisa diatasi dengan pembagian waktu penangkapan di
wilayah itu untuk kedua kelompok. Misalnya nelayan
jaring menangkap ikan mulai dari senin hingga kamis
sedangkan nelayan rumpon hari Jum’at hingga sabtu. Dan
ketika waktu penangkapan mereka sudah selesai, mereka
harus mengangkat atau membersihkan alat tangkap
masing-masing sehingga tidak mengganggu ketika
kelompok lainnya menangkap ikan.
13. SOSPER KELOMPOK II, MSP B
MATERI
REFERENSI
PENYUSUN
PENUTUP
NK
X
BERANDA
KESIMPULAN
Lanjutan . . . .
5. Perlu Adanya Perhatian Dari Pemerintah
Untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antar nelayan ,
Pemerintah harus turut ikut menyelesaikan konflik yang
terjadi dalam hal ini Dinas Perikanan dan Kelautan
Rembang (Jepara), dimana harus memberikan solusi
pemecahan konflik yang terjadi. Disamping itu Dinas
Perikanan dan Kelautan Rembang(Jepara) harus
mempertegas peraturan yang berlaku pada Nelayan
pendatang, Agar dapat menghindari terjadinya konflik
antar Nelayan.
14. SOSPER KELOMPOK II, MSP B
MATERI
REFERENSI
PENYUSUN
PENUTUP
NK
X
BERANDA
KESIMPULAN
konflik yang terjadi antara nelayan jaring Indramayu dengan
nelayan Rumpon are-are Rembang (Jepara) ada tiga yakni
Konflik Agraria, Konflik Kelas dan konflik orientasi. Adapun
jenis-jenis konflik yaitu;
1. Konflik Kelas.
2. Konflik Orientasi
3. Konflik Agraria
4. konflik Primordial
Berdasarkan kasus antara nelayan Indramayu
dengan nelayan Rembang, kami memiliki beberapa solusi:
1. Pengakuan Identitas.
2. Asimilasi Inovatif.
3. Memberi Ruang Bagi Nelayan Lokal.
4. Pembagian Waktu Penangkapan.
5. Perlu Adanya Perhatian Dari Pemerintah
15. SOSPER KELOMPOK II, MSP B
MATERI
REFERENSI
PENYUSUN
PENUTUP
NK
X
BERANDA
KESIMPULAN
Gambar I. Alat Rumpon Gambar II. Hasil Tangkap Nelayan
Gambar III. Alat Tangkap Ikan (Jaring) Gambar IV. Alat Tangkap Ikan
16. SOSPER KELOMPOK II, MSP B
MATERI
REFERENSI
PENYUSUN
PENUTUP
NK
X
BERANDA
KESIMPULAN
Di internet pada tanggal 4 -11 -2014 pada Web: cuplik.com,
Koran Fajar Cirebon
MATERI ASLI
17. SOSPER KELOMPOK II, MSP B
MATERI
REFERENSI
PENYUSUN
PENUTUP
NK
X
BERANDA
KESIMPULAN
Oleh : . . . . . .
KELOMPOK II
MSP B
FPIK UHO
KENDARI 2014