MENDORONG KEBIJAKAN YANG BERPIHAK PADA PETANI.pptx
Inayah makalah sosbudsir
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era globalisasi saat ini, peningkatan kualitas masyarakat semakin
meningkat. Baik kualitas masyarakat dari segi ekonomi, kesehatan maupun
keamanan. Dibalik itu semua ternyata masih ada juga masyarakat yang masih
mengalami kemiskinan. Kemiskinan terjadi terutama pada masyarakat yang
berada dalam wilayah yang jauh dari perkotaan, seperti masyarakat pesisir
khususnya pada desa Citarik, Palabuhanratu, Sukabumi.
Berbagai hasil kajian penelitian, selama ini, tentang kehidupan sosial ekonomi
masyarakatnelayan telah mengungkapkan bahwa sebagian besar dari mereka,
khususnya yangtergolong nelayan buruh atau nelayan-nelayan kecil, hidup dalam
kubangan kemiskinan.Kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar
minimal kehidupan sehari-harisangat terbatas. Bagi masyarakat nelayan, diantara
beberapa jenis kebutuhan pokokkehidupan, kebutuhan yang paling penting adalah
pangan. Adanya jaminan pemenuhankebutuhan pangan setiap hari sangat berperan
besar untuk menjaga kelangsungan hidup mereka.
Kemiskinan di kalangan masyarakat pesisir harus segera ditanggulangi agar
meraka dapat hidup dengan kebutuhan yang terpenuhi.Ada beberapa upaya
pemerintah dan masyarakat untuk mengentas kemiskinan yang terjadi pada
masyarakat pesisir.Upaya tersebut dilakukan dalam berbagai cara termasuk dalam
bentuk kebijakan-kebijakan.
1.2 Tujuan
1.Untuk mengetahui definisi dari kemiskinan pada nelayan
2.Untuk mengetahui permasalahan penyebab kemiskinan dan cara
menanggulangi kemiskinan pada masyarakat pesisir di Desa Citarik
1.3 Sasaran
Makalah ini dibuat dengan sasaran warga masyarakat pesisir di Desa
Citarik.Ditujukan untuk menanggulangi kemiskinan yang terjadi pada masyarakat
2. pesisir tersebut , sehingga masyarakat yang bermukim pada daerah tersebut dapat
hidup lebih layak serta dapat memenuhi kebutuhan primer,sekunder, maupun
tersier pada setiap warga masyarakat Desa Citarik.
1.4 Output
Program dan kebijakan pemerintah yang memihak pada para nelayan dan
masyarakat pesisir yang telah tersedia yaitu Program Inpres Desa Tertinggal
(IDT), Program Keluarga Sejahtera, Program Pembangunan Prasarana Pendukung
Desa Tertinggal (P3DT), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), dan
Program Jaring Pengaman Sosial (JPS). Sedangkan program yang secara khusus
ditujukan untuk kelompok sasaran masyarakat nelayan antara lain program
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (PEMP) dan Program Pengembangan Usaha
Perikanan Tangkap Skala Kecil (PUPTSK).Namun program tersebut belum
berjalan dengan baik.
Seharusnya pemerintah menambahkan atau menyempurnakan kebijakan-
kebijakan dan peraturan yang memihak pada masyarakat miskin di daerah pesisir
untuk mengentas kemiskinan pada masyarakat pesisir khususnya Desa Citarik.
3. BAB II
TEORI
2.1 Definisi Kemiskinan
Kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang
tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan
kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental, maupun fisiknya
dalam kelompok tersebut (Soekanto, 2006). Sedangkan menurut Depsos,
kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar
kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis
kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis
kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk
dapat membayar kebutuhan makanan setara 2.100 kilo per kalori per orang per
hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan,
pendidikan dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian,
kesehatan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya (Suharto, 2005).
Para pakar ekonomi sumberdaya melihat kemiskinan masyarakat pesisir,
khususnya nelayan lebih banyak disebabkan karena faktor-faktor sosial ekonomi
yang terkait karakteristik sumberdaya serta teknologi yang digunakan. Faktor-
faktor yang dimaksud membuat nelayan tetap dalam kemiskinannya.
Subade dan Abdullah (1993), mengajukan argumen bahwa nelayan tetap
tinggal pada industri perikanan karena rendahnya opportunity cost mereka.
Opportunitycost nelayan, menurut definisi, adalah kemungkinan atau alternatif
kegiatan atau usaha ekonomi lain yang terbaik yang dapat diperoleh selain
menangkap ikan. Dengan kata lain, opportunity cost adalah kemungkinan lain
yang bisa dikerjakan nelayan bila saja mereka tidak menangkap ikan. Bila
opportunity cost rendah maka nelayan cenderung tetap melaksanakan usahanya
meskipun usaha tersebut tidak lagi menguntungkan dan efisien.
Panayotou (1982), mengatakan bahwa nelayan tetap mau tinggal dalam
kemiskinan karena kehendaknya untuk menjalani kehidupan itu (preference for a
particular way of life). Pendapat Panayotou (1982) ini dikalimatkan oleh Subade
4. dan Abdullah (1993) dengan menekankan bahwa nelayan lebih senang memiliki
kepuasaan hidup yang bisa diperolehnya dari menangkap ikan dan bukan berlaku
sebagai pelaku yang semata-mata beorientasi pada peningkatan pendapatan.
Karena way of life yang demikian maka apapun yang terjadi dengan keadaannya,
hal tersebut tidak dianggap sebagai masalah baginya. Wayof life sangat sukar
dirubah. Karena itu maka meskipun menurut pandangan orang lain nelayan hidup
dalam kemiskinan, bagi nelayan itu bukan kemiskinan dan bisa saja mereka
merasa bahagia dengan kehidupan itu.
2.2 Penyebab Kemiskinan MasyarakatPesisir
Kusnadi, (2002) mengidentifikasi sebab-sebab pokok yang menimbulkan
kemiskinan pada masyarakat nelayan:
a) Belum adanya kebijakan dan aplikasi pembangunan kawasan pesisir
dan masyarakat nelayan yang terintegrasi atau terpadu di antara para
pelaku pembangunan.
b) Mendorong pemda merumuskan blue print kebijakan pembangunaan
kawasan pesisir dan masyarakat nelayan secara terpadu dan
berkesinambungan.
c) Masalah isolasi geografis desa nelayan, sehingga menyulitkan keluar
masuk barang, jasa, kapital, dan manusia. Berimplikasi melambatkan
dinamika sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat nelayan.
d) Keterbatasan modal usaha atau investasi sehingga menyulitkan
nelayan meningkatkan kegiatan ekonomi perikanannya.
e) Adanya relasi sosial ekonomi ”eksploitatif” dengan pemilik perahu
dan pedagang perantara (tengkulak) dalam kehidupan masyarakat nelayan.
f) Rendahnya tingkat pendapatan rumah tangga nelayan, berdampak
sulitnya peningkatan skala usaha dan perbaikan kualitas hidup.
g) Kesejahteraan sosial nelayan yang rendah sehingga mempengaruhi
mobilitas sosial mereka.
Para pakar ekonomi sumberdaya melihat kemiskinan masyarakat pesisir,
khususnya nelayan lebih banyak disebabkan karena faktor-faktor sosial ekonomi
5. yang terkait karakteristik sumberdaya serta teknologi yang digunakan. Faktor-
faktor yang dimaksud membuat nelayan tetap dalam kemiskinannya.
Subade dan Abdullah (1993), mengajukan argumen bahwa nelayan tetap
tinggal pada industri perikanan karena rendahnya opportunity cost mereka.
Opportunitycost nelayan, menurut definisi, adalah kemungkinan atau alternatif
kegiatan atau usaha ekonomi lain yang terbaik yang dapat diperoleh selain
menangkap ikan. Dengan kata lain, opportunity cost adalah kemungkinan lain
yang bisa dikerjakan nelayan bila saja mereka tidak menangkap ikan. Bila
opportunity cost rendah maka nelayan cenderung tetap melaksanakan usahanya
meskipun usaha tersebut tidak lagi menguntungkan dan efisien.
Panayotou (1982), mengatakan bahwa nelayan tetap mau tinggal dalam
kemiskinan karena kehendaknya untuk menjalani kehidupan itu (preference for a
particular way of life). Pendapat Panayotou (1982) ini dikalimatkan oleh Subade
dan Abdullah (1993) dengan menekankan bahwa nelayan lebih senang memiliki
kepuasaan hidup yang bisa diperolehnya dari menangkap ikan dan bukan berlaku
sebagai pelaku yang semata-mata beorientasi pada peningkatan pendapatan.
Karena way of life yang demikian maka apapun yang terjadi dengan keadaannya,
hal tersebut tidak dianggap sebagai masalah baginya. Wayof life sangat sukar
dirubah. Karena itu maka meskipun menurut pandangan orang lain nelayan hidup
dalam kemiskinan, bagi nelayan itu bukan kemiskinan dan bisa saja mereka
merasa bahagia dengan kehidupan itu.
6. BAB III
DATA DAN PEMBAHASAN
Citarik adalah desa di kecamatanPalabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat,
Indonesia. Desa Citarik terletak kurang lebih 6 km di sebelah timur kota
Palabuhanratu, ibukota kecamatan dan juga kabupaten.
Desa Citarik termasuk padat penduduknya. Pada 2006 tercatat dihuni oleh
4.566 kepala keluarga atau dengan total penduduk sejumlah 17.145 jiwa.
Kepadatannya sekitar 1.696 jiwa per km². Perimbangan jenis kelamin
penduduknya adalah 8.323 orang laki-laki dan 8.822 orang perempuan.
Dari segi mata pencaharian, sebagian besar penduduk Citarik adalah
petani.Namun tak sedikit pula masyarakat desa Citarik bermata pencaharian
sebagai nelayan.Total masyarakat yang bermata pencaharian pada desa ini adalah
335 orang.Namun mayoritas para nelayan tersebut hidup dalam kemiskinan.
Berikut merupakan data kemiskinan pada masyarakat Sukabumi yang di peroleh
dari BPS kabupaten Sukabumi ,termasuk wilayah Desa Citarik :
Selama ini data kemiskinan sudah bisa dipublikasikan oleh BPS rutin tiap tahun.
Angka kemiskinan tersebut merupakan hasil yang diolah dari Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) dan bersifat makro. Artinya angka tersebut hanya
merupakan data agregat. Selain itu data tersebut hanya bisa menggambarkan
kondisi sampai tingkat Kabupaten/kota saja karena masalah besaran sampel yang
diambil dalam survei tersebut. Besar kecilnya jumlah rumah tangga miskin sangat
dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan (GK), karena rumah tangga miskin adalah
7. rumah tangga yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
GK. Sebagai gambaran, GK untuk Kabupaten Sukabumi tahun 2008 sebesar Rp.
157.804 dan Tahun 2009 sebesar Rp. 174.793 sedangkan tahun 2010 sebesar Rp.
184.127 sedangkan tahun 2011 sebesar Rp. 214.191.Angka kemiskinan terbanyak
terjadi pada masyarakat bermata pencaharian petani dan nelayan.
Adapun kemiskinan tersebut juga tidak semata-mata datang dengan
sendirinya .Terdapat 5 (lima) masalah pokok terkait penyebab kemiskinan
masyarakat nelayan di Desa Citarik , diantaranya:
1. Kondisi Alam. Kompleksnya permasalahan kemiskinan masyarakat
nelayan Desa Citarik terjadi disebabkan masyarakat nelayan hidup dalam
suasana alam yang keras yang selalu diliputi ketidakpastian dalam
menjalankan usahanya.Keadaan alam yang kurang mendukung serta
terkadang deburan ombak yang besar , juga suhu yang tidak kondisional ,
serta beberapa faktor penghambat lainnya yang menyebabkan hasil
tangkapan ikan pada masyarakat Desa Citarik tidak maksimal.
2. Tingkat pendidikan nelayan. Nelayan Desa Citarik yang miskin
umumnya belum banyak tersentuh teknologi modern, kualitas sumber
daya manusia rendah dan tingkat produktivitas hasil tangkapannya juga
sangat rendah.
3. Pola kehidupan nelayan. Pola hidup nelayan Desa Citarik konsumtif ,
hal tersebut menjadi masalah laten pada masyarakat nelayan, dimana pada
saat penghasilan banyak, tidak ditabung untuk persiapan paceklik,
melainkan dijadikan kesempatan untuk membeli kebutuhan sekunder.
4. Pemasaran hasil tangkapan. Tidak semua nelayan Desa Citarik dapat
mendistribusikan hasil tangkapannya ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Hal tersebut membuat para nelayan terpaksa untuk menjual hasil
tangkapan mereka kepada tengkulak dengan harga di bawah harga pasar.
5. Program pemerintah yang belum memihak nelayan, kebijakan
pemerintah yang tidak memihak masyarakat miskin, banyak kebijakan
terkait penanggulangan kemiskinan bersifat top down dan selalu
8. menjadikan masyarakat sebagai objek, bukan subjek. Kebijakan yang pro
nelayan mutlak diperlukan, yakni sebuah kebijakan sosial yang akan
mensejahterakan masyarakat dan kehidupan nelayan.
6.Keterbatasan modal usaha atau investasi sehingga menyulitkan nelayan
meningkatkan kegiatan ekonomi perikanannya.
Berikut merupakan penjelasan secara singkat faktor penyebab kemiskinan
masyarakat pesisir melalui bagan :
9. BAB IV
ANALISIS
Secara umum, kemiskinan pada masyarakat pesisir Desa Citarik disebabkan
oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat, antara lain kebutuhan akan
pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, infrastruktur. Di samping itu,
kurangnya kesempatan berusaha, kurangnya akses terhadap informasi, teknologi
dan permodalan, budaya dan gaya hidup yang cenderung boros, menyebabkan
posisi tawar masyarakat miskin semakin lemah. Pada saat yang sama, kebijakan
Pemerintah selama ini kurang berpihak pada masyarakat pesisir sebagai salah satu
pemangku kepentingan di wilayah pesisir.
Banyak program-program telah dilakukan pemerintah untuk
menanggulangi kemiskinan nelayan. Program yang bersifat umum antara lain
Program Inpres Desa Tertinggal (IDT), Program Keluarga Sejahtera, Program
Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT), Program
Pengembangan Kecamatan (PPK), dan Program Jaring Pengaman Sosial (JPS).
Sedangkan program yang secara khusus ditujukan untuk kelompok sasaran
masyarakat nelayan antara lain program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
(PEMP) dan Program Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil
(PUPTSK).
Namun, program-program tersebut tidak membuat nasib nelayan Desa
Citarik menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Salah satu penyebab kurang
berhasilnya program-program pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan
nelayan adalah kebijakan pemerintah tersebut yang bersifat naik turun. Di
samping itu, upaya penanggulangan kemiskinan nelayan seringkali sangat bersifat
teknis perikanan, yakni bagaimana upaya meningkatkan produksi hasil tangkapan.
Oleh karena itu, perlu sekali diterbitkan sebuah kebijakan sosial yang
membahas keterpaduan penanganan kemiskinan nelayan sebagaimana yang
mereka butuhkan, kebijakan tersebut juga harus didukung oleh kebijakan yang
diterbitkan oleh pemerintah kabupaten termasuk Desa Citarik dimana terdapat
masyarakat miskin khususnya masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan.
10. Keterpaduan tersebut adalah sebagai berikut : pertama, keterpaduan sektor
dalam tanggung jawab dan kebijakan. Keputusan penanganan kemiskinan nelayan
harus diambil melalui proses koordinasi di-internal pemerintah, yang perlu digaris
bawahi adalah kemiskinan nelayan tidak akan mampu ditangani secara
kelembagaan oleh sektor kelautan dan perikanan, melainkan seluruh pihak terkait.
Kedua, keterpaduan keahlian dan pengetahuan, untuk merumuskan
berbagai kebijakan, strategi, dan program harus didukung berbagai disiplin ilmu
pengetahuan dan keahlian, tujuannya adalah agar perencanaan yang disusun betul-
betul sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat nelayan. Ketiga, keterpaduan
masalah dan pemecahan masalah sangat diperlukan untuk mengetahui akar
permasalahan yang sesungguhnya, sehingga kebijakan yang dibuat bersifat
komprehensif, dan tidak parsial. Keempat, keterpaduan lokasi, memudahkan
dalam melakukan pendampingan, penyuluhan dan pelayanan (lintas sektor),
sehingga program tersebut dapat dilakukan secara efektif dan efesien.
Selanjutnya konsep kebijakan yang dikemukakan ini akan dapat
dirumuskan berbagai strategi pengentasan kemiskinan seperti:
1.Perluasan kesempatan kerja pada masyarakat pesisir
2.Pemberdayaan kelembagaan masyarakat khususnya masyarakat pesisir
3.Peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM
4.Perlindungan sosial, dan penataan kemitraan global.
5.Diadakannya sosialisasi dan pendidikanpengetahuan tentang teknologi
modern penangkapan .
6.Memberikan kredit usaha rakyat untuk menunjang alat penangkapan dan
modal usaha bagi para nelayan.
11. BAB V
KESIMPULAN
Kemiskinan merupakan suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga
tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental, maupun fisiknya dalam kelompok
tersebut.
Ada beberapa faktor penyebab kemiskinan di kawasan pesisir Desa
Citarik.Adapun faktor penyebabnya meliputi :
1. Kondisi Alam
2. Tingkat pendidikan nelayan
3. Pola kehidupan nelayan
4. Pemasaran hasil tangkapan
5. Program pemerintah yang belum memihak nelayan
6.Keterbatasan modal usaha .
Namun disamping itu ada beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh
pemerintah untuk mengentas kemiskinan pada nelayan khususnya nelayan Desa
Citarik.Adapun strategi pengentasan kemiskinan nelayan yaitu :
1.Perluasan kesempatan kerja pada masyarakat pesisir
2.Pemberdayaan kelembagaan masyarakat khususnya masyarakat pesisir
3.Peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM
4.Perlindungan sosial, dan penataan kemitraan global.
5.Diadakannya sosialisasi dan pendidikanpengetahuan tentang teknologi
modern penangkapan .
6.Memberikan kredit usaha rakyat untuk menunjang alat penangkapan dan
modal usaha bagi para nelayan.
12. DAFTAR PUSTAKA
Andini, Ayu. “Indonesia Gelar World Ocean Conference Pertama di Dunia”.
www.indofamilynet.com, 04-05-2009 18:43
Aulia, Tessa . F. “Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan dan Kemiskinan
Aspek Sosial Budaya”. Draft Laporan Final Hibah Multidisiplin UI. 2009.
BpsKabupatenSukabumi.2011.http://sukabumikab.bps.go.id/index.php/12-
berita/23-rumah-tangga-miskin-di-sukabumi
Rahmatullah.2010.http://rahmatullah.banten_institute.org/2010/05/menanggulangi
-masalah-kemiskinan.html
13. Strategi Penanggulangan
Kemiskinan di Desa Citarik
Jawa Barat
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
SOSIAL BUDAYA PESISIR
Oleh
Annisa Fardaniyah (125080600111094)
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
2012