SlideShare a Scribd company logo
1 of 52
Referensi
1. Heinz Frick,2006, Ilmu dan Alat Ukur Tanah, Cetakan
Keenam Kanisius, Yogyakarta.
2. Laboratorium Ilmu Ukur Tanah UIR, 1997, Diktat Pedoman
Praktikum Ilmu Ukur Tanah, Pekanbaru
3. Laboratorium Ilmu Ukur Tanah UIR, 2008, Laporan
Praktikum Ilmu Ukur Tanah, Pekanbaru
4. Soetomo Wongsotjitro, 1991, Ilmu Ukur Tanah, Cetakan
kedelapan, Kanisius, Yogyakarta.
5. Tia Sugiri, ILMU UKUR TANAH(Pengukuran
Mendatar) t-sugiri@telkom.net
6. William Irvine, 1995. Penyigian untuk Konstruksi, ITB
Bandung.
2
PENDAHULUAN
Surveying : suatu ilmu untuk menentukan
posisi suatu titik di permukaan bumi
• Plane Surveying
Kelas pengukuran di mana permukaan bumi dianggap
sebagai bidang datar, artinya faktor kelengkungan
bumi tidak diperhitungkan
• Geodetic Surveying
Kelas pengukuran di mana permukaan bumi dianggap
sebagai bola, artinya adanya faktor kelengkungan bumi
harus diperhitungkan
3
Ruang Lingkup Ilmu Ukur Tanah, meliputi :
1. Pengukuran mendatar (horizontal)
 penentuan posisi suatu titik secara mendatar
2. Pengukuran tinggi (vertikal)
 penentuan beda tinggi antar titik
Implikasi Praktis pada Pekerjaan Teknik Sipil :
• Bangunan Gedung
• Irigasi
• Jalan Raya
• Kereta Api
• dan lain-lain
4
1. ANALISIS PENELITIAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
meliputi pemilihan metode pengukuran, prosedur, peralatan, dsb
2. PEKERJAAN LAPANGAN ATAU PENGUMPULAN DATA
melaksanakan pengukuran dan mencatat data di lapangan
3. MENGHITUNG DAN PEMROSESAN DATA
melaksanakan hitungan berdasarkan data yang diperoleh
4. PENYAJIAN DATA ATAU PEMETAAN
menggambarkan hasil-hasil ukuran dan hitungan untuk menghasilkan
peta, gambar rencana, dsb.
5. PEMANCANGAN/PEMATOKAN
untuk menentukan batas-batas atau pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan.
Secara umum, lingkup tugas juru ukur (surveyor) dapat dibagi
menjadi lima bagian, sebagai berikut :
5
BENTUK BUMI
Permukaan bumi secara fisik sangatlah tidak teratur,
sehingga untuk keperluan analisis dalam surveying,
kita asumsikan bahwa permukaan bumi dianggap
sebagai permukaan matematik yang mempunyai
bentuk dan ukuran mendekati geoid, yaitu permukaan
air laut rata-rata dalam keadaan tenang.
Menurut akhli geologi, secara umum geoid tersebut lebih
mendekati bentuk permukaan sebuah ellipsoida (ellips
putar). Ellipsoida dengan bentuk dan ukuran tertentu
yang digunakan untuk perhitungan dalam geodesi
disebut ellipsoida referensi.
6
Geoid (permukaan air laut rata2)
Ellipsoida Referensi
A’
B’
C’
C
B
A
Permukaan bumi fisis
ELLIPSOIDA BUMI
7
Pengukuran-pengukuran dilakukan pada dan diantara titik-titik
dipermukaan bumi, titik-titik tersebut adalah sebagai berikut :B’
A’
C’
B
A
C
Permukaan bumi fisis
Ellipsoida Referensi
TITIK-TITIK PADA ELLIPSOIDA REFERENSI
8
Untuk keperluan pemetaan titik-titik A’, B’, dan C’ diproyeksikan
secara orthogonal kepada permukaan ellipsoida referensi
menjadi titik-titik A, B, dan C. Apabila titik-titik A’, B’ dan C’
cukup berdekatan, yaitu terletak dalam suatu wilayah yang
luasnya mempunyai ukuran <55 km, maka permukaan ellipsoida
nya dapat dianggap sebagai bidang datar. Pada keadaan inilah
kegiatan pengukuran dikategorikan pada plane surveying.
Sedangkan apabila titik A’,B’ dan C’ terletak pada ukuran >55
km, permukaan elllipsoidanya dianggap permukaan bola. Pada
keadaan ini kegiatan pengukurannya termasuk ke dalam
geodetic surveying.
Adapun dimensi-dimensi yang diukur adalah jarak, sudut dan
ketinggian.
9
SISTEM SATUAN UKURAN
• Melaksanakan pengukuran dan kemudian mengerjakan hitungan
dari hasil ukuran adalah tugas juru ukur
• Sistem satuan yang biasa digunakan dalam ilmu ukur tanah, terdiri atas 3 (tiga)
macam sistem ukuran, yakni : Satuan Panjang, Satuan Luas dan Satuan Sudut
• Terdapat lima macam pengukuran dlm pengukuran tanah yaitu :
1. Sudut Horizontal (AOB) 2. Jarak Horizontal (OA dan OB)
3. Sudut Vertikal (AOC) 4. Jarak Vertikal (AC dan BD)
5. Jarak Miring (OC)
DC
O
BA
10
SATUAN PANJANG
METER FOOT INCHES YARD
1 3,2808 39,37 1,0936
0,9144 3 36 1
0,3048 1 12 0,3333
0,0254 0,0833 1 0,0278
KM MILE’S 1 KM = 1000 M
1 0,6214 1 HM = 100 M
1,6093 1 1 DM = 0,1 M
1 CM = 0,01 M
1 MM = 0,001 M
Terdapat dua satuan panjang yang lazim digunakan dalam ilmu ukur tanah, yakni
satuan metrik dan satuan britis. Yang digunakan disini adalah satuan metrik yang
didasarkan pada satuan meter Internasional (meter standar) disimpan di Bereau
Internationale des Poids et Mesures Bretevil dekat Paris
11
SATUAN LUAS
Satuan luas yang biasa dipakai adalah
meter persegi (m2), untuk daerah yang
relatif besar digunakan hektar (ha) atau
sering juga kilometer persegi (km2)
1 ha = 10000 m2 1 Tumbak = 14 m2
1 km2 = 106 m2 1 are = 100 m2
12
SATUAN SUDUT
Terdapat tiga satuan untuk menyatakan
Sudut, yaitu :
1. Cara Seksagesimal, yaitu satu lingkaran dibagi menjadi 360
bagian, satu bagiannya disebut derajat.
2. Cara Sentisimal, yaitu satu lingkaran dibagi menjadi 400
bagian, satu bagiannya disebut grade.
3. Cara Radian, Satu radian adalah sudut pusat yang
berhadapan dengan bagian busur yang panjangnya sama
dengan jari-jari lingkaran. Karena panjang busur sama
dengan keliling lingkaran sebuah lingkaran yang berhadapan
dengan sudut 360o dan keliling lingkaran 2 p kali jari-jari,
maka : 1 lingkaran = 2 p rad
1 Lingkaran = 360o = 400 grade = 2p radian
13
• 1 radian disingkat dengan besaran r (rho)
 Berapa derajatkah 1 radian ?
ro radian dalam derajat
r = 360/2p = 57,295779 = 57o 17’ 44,81”
r’ radian dalam menit
r = 57o 17’ 44,81”
= (57x60)’ + 17’ + 44,81/60
= 3420 + 17 + 0,74683
= 3437,74683’
r’ radian dalam sekon (detik)
r = 3437,74683 x 60
= 206264,81”
14
• 1 radian disingkat dengan besaran r (rho)
 Berapa Grade-kah 1 radian ? r radian dalam sentisimal
r = 400/2p = 63,661977 grade
r’ radian dalam centigrade
r = 63,661977 grade
= 63,661977 x 100
= 6366, 1977 centigrade
r’ radian dalam centi-centigrade
r = 6366,1977 x 100
= 636619,77 centi-centigrade
15
Hubungan antara seksagesimal dan sentisimal
360o = 400g
Maka :
1o = 400/360 = 1,111g
1’ = 400x100/360x 60 = 1,85185cg
1” = 400x100x100/360x60x60 = 3,0864175cc
1g = 360/400 = 0,9o
1cg = 360x60/400x100 = 0,54’
1cc = 360x60x60/400x100x100 = 0,324”
16
CONTOH SOAL
1. Nyatakan 1,86 radian dalam ukuran derajat
Jawab :
1 radian = 57o 17’ 44,81”
Jadi 1,86 radian = 1,86 x 57o 17’ 44,81”
= 106o 34’ 12,5”
atau
2p radian = 360o
1 radian = 360/2p
Jadi 1,86 radian = 1,86 x 360/2p
= 106o 34’ 12,5”
17
CONTOH SOAL
2. Nyatakan 72 derajat dalam ukuran radian !
Jawab :
2p radian = 360o
Jadi 72o = 2p x 72/360
= 1,2566 radian
18
CONTOH SOAL
3. Nyatakan 56o 18’ 45” ke dalam ukuran sentisimal
Jawab :
56o = 56 x 400/360 = 62,2222g
18’ = 18 x 400x100/360x60 = 33,3333cg = 0,3333g
45” = 45 x 400x100x100/360x60x60 =138,8889cc = 0,0139cg
Jadi 56o 18’ 45” = 62,5694g
= 62g56cg94cc
19
CONTOH SOAL
4. Nyatakan 154g42cg96cc ke dalam ukuran seksagesimal
Jawab :
154,4296g x 360/400 = 138,98664 CATAT 138O
98,664 x 60/100 = 59,1984 CATAT 59’
19,84 X 60/100 = 11,904 CATAT 11”
JADI 154g42cg96cc = 138O59’11”
ATAU
154g x 360/400 = 138o36’ 0”
42cg x 360x60/400x100 = 0o22’ 40”
96cc x 360x60x60/400x100x100 = 0o 0’ 31”
JADI 154g42cg96cc = 138O59’11”
20
LATIHAN SOAL
1. Nyatakan 131g36cg78cc ke dalam ukuran seksagesimal
2. Nyatakan 1,88 Radian ke dalam ukuran seksagesimal
3. Nyatakan 56o 18’ 45” ke dalam ukuran sentisimal
21
PENENTUAN POSISI SUATU TITIK
Bila kita akan menentukan posisi beberapa buah titik yang
terletak pada suatu garis lurus, maka titik-titik tersebut dapat
ditentukan melalui jarak dari suatu titik, yang biasa disebut
titik nol.
Dari gambar di atas, dapat diperoleh bahwa jarak A ke B adalah 6
satuan, yaitu (9) – (3) = 6
0 1 2 103 4 5 6 7 8 9
A B
22
.
-4 -3 -2 -1 0 +1 +2 +3
A B
+4 +5 +6 +7-5
+-
Karena titik-titik tersebut terletak pada sebelah kiri dan kanan titik 0, maka kita harus
memberi tanda, yakni tanda negatif (-) pada titik-titik disebelah kiri titik nol dan tanda positif
(+) pada titik-titik yang berada pada sebelah kanan titik nol.
Dari gambar di atas mudah dimengerti bahwa :
Jarak antara titik A dan B adalah 10 satuan, yang diperoleh dari (+6) – (-4), begitupun juga
titik-titik lainnya.
Jarak biasanya dinyatakan dengan notasi “d”.
Perlu diingat untuk hasil suatu jarak ini akan selalu diperoleh harga yang positif.
23
Untuk menentukan titik-titik yang tidak terletak pada satu garis
lurus, maka cara yang kita gunakan yaitu melalui pertolongan
dua buah garis lurus yang saling tegak lurus, yang biasa disebut
salib sumbu.
Y+
Y-
X+X-
A
B
C
D
Garis yang mendatar dinamakan absis atau
sumbu X, sedangkan garis yang vertikal
dinamakan ordinat atau sumbu Y.
Di dalam Ilmu Ukur Tanah digunakan perjanjian sebagai berikut :
1. Sumbu Y positif dihitung ke arah utara
2. Sumbu X positif dihitung ke arah timur
3. Kuadran 1 terletak antara Y+ dan X+
4. Kuadran 2 terletak antara Y- dan X+
5. Kuadran 3 terletak antara Y- dan X-
6. Kuadran 4 terletak antara Y+ dan X-
1
2
3
4
24
PENENTUAN POSISI SUATU TITIK
90O
X+
270o
X-
Y- 180o
Y+ 0O
0
I
III II
IV
ILMU UKUR TANAH
Dalam ilmu ukur tanah, permukaan bumi dapat diukur dan dicari koordinatnya.
Selanjutnya permukaan bumi yang telah diukur koordinatnya tersebut digambarkan
dalam bidang datar dengan suatu system proyeksian skala tertentu.
1. Titik awal adalah titik yang paling awal perlu diketahui, baik dengan
definisi, diberikan ataupun diukur.
2. Titik ikat adalah titik yang bersama-sama membangun kerangka dasar
pemetaan baik secara horizontal maupun vertical, dimana titik-titik ini
tersebar keseluruh daerah pemetaan dengan ketinggian yang setara
3. Titik detil adalah titik yang merupakan wakil dari suatu unsure baik alam
maupun buatan manusia yang ada di lapangan dimana nantinya akan
digambarkan diatas peta. Titik detil harus terikat oleh titik ikat yang
terdekat. Missal: pojok suatu bangunan, tikungan jalan, jembatan, dll.
4. Benchmark (BM) adalah titik tetap yang diketahui ketinggiannya
terhadap suatu bidang referensi tertentu. Bentuk dari BM ini terbuat
dari pilar beton dengan tanda diatas atau disamping sebagai titik
ketinggiannya. Misal : BM,BPN, BM ITS, BM Pemkot, dll.
1. Nol normal adalah permukaan air laut yang berubah
menurut waktu, maka melalui suatu perjanjian dipilih
ketinggian dasar diatas muka laut dengan
menganggap mempunyai tinggi nol (0.000m) yang
dinyatakan sebagai titik diatas pilar beton (BM) yang
dibuat menurut kontruksi yang kuat dan stabil.
2. Jarak datar (AB) adalah jarak yang diukur diatas
permukaan horizontal pengamat ke proyeksi titik
lainnya diatas horizon pengamat tadi.
3. Jarak miring (AB’) adalah jarak yang dikur diatas
permukaan tanahdari satu titik ketitik lainnya tanpa
melihat kemiringan tanahnya.
4. Permukaan air laut rata-rata (MSL) adalah
pengandaian bilamana permukaaniar aut dalam
keadaan diam, permukaan air laut dapat dianggap
sebagai salah satu permukaan datum.
Surveying
• Alat yang digunakan adalah Teodolith, Water pass.
• PENDAHULUAN Surveying : suatu ilmu untuk menentukan
posisi suatu titik di permukaan bumi
Plane Surveying
Kelas pengukuran di mana permukaan bumi dianggap
sebagai bidang datar, artinya adanya faktor kelengkungan
bumi tidak diperhitungkan
Geodetic Surveying
Kelas pengukuran di mana permukaan bumi dianggap
sebagai bola, artinya adanya faktor kelengkungan bumi
harus diperhitungkan
Teodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang
digunakan untuk menentukan sudut mendatar
dan sudut tegak. Sudut yang dibaca bisa sampai
pada satuan sekon ( detik ).
Dalam pekerjaan – pekerjaan ukur tanah, teodolit
sering digunakan dalam pengukuran polygon,
pemetaan situasi maupun pengamatan matahari.
Teodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti
PPD bila sudut vertikalnya dibuat 90°.
Dengan adanya teropong yang terdapat pada
teodolit, maka teodolit bisa dibidikkan ke segala
arah. Untuk pekerjaan-pekerjaan bangunan
gedung, teodolit sering digunakan untuk
menentukan sudut siku-siku pada perencanaan /
pekerjaan pondasi, juga dapat digunakan untuk
mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.
Ruang Lingkup Ilmu Ukur Tanah, meliputi :
• 1. Pengukuran mendatar (horizontal) penentuan
posisi suatu titik secara mendatar
2. Pengukuran tinggi (vertikal) penentuan beda
tinggi antar titik
Implikasi Praktis pada Pekerjaan Teknik Sipil :
Bangunan Gedung
– Irigasi
– Jalan Raya
– Kereta Api
– dan lain-lain
SUDUT
• Dasar untuk menyatakan besaran sudut ialah
lingkaran yg dibagi dlm 4 bagian, dinamakan
kuadran.
• Cara Segsagesimal membagi lingkaran menjadi
360 bagian, dinamakan derajat, 1 kuadran = 90,
1=60’ (menit) 1’=60” (sekon, jangan disebut
detik, krn detik lebih tepat utk sat. waktu)
• Cara sentisimal membagi lingkaran menjadi 400
bagian, dinamakan grade. 1 grade 100=
centigrade, 1 centi grade= 100 centi-centigrade.
• 2p radial = 360 = 400 grade
1,100
1,067
1,045
1,010
0,950
0,926
Pembacaan pada Rambu
Kontur dalam ilmu ukur tanah
Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang
berketinggian sama dari permukaan laut. ada beberapa cara
dalam melukiskan kontur yaitu cara hachures, cara kontur, dan
shading. mungkin untuk lebih jelasnya dapat di kupas dilain
tulisan.
Kontur memiliki sifat-sifat yaitu antara lain :
1. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.
2. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang
lebih tinggi.
3. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang.
4. Kontur mempunyai interval tertentu(misalnya 1m, 5m, 25m, dst).
5. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi
yang curam/terjal, sebaliknya yang renggang menandakan
permukaan bumi yang landai.
Kontur dalam ilmu ukur tanah
6. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “U” menandakan
punggungan gunung.
7. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” terbalik
menandakan suatu lembah/jurang.
8. Kontur dapat memepunyai nilai positif (+), nol (0), atau negatif (-).
9. Kontur yang rapat-rapat garisnya berarti daerah tersebut curam.
10. Kontur yang renggang garis-garisnya berarti daerah tersebut landai.
11. Kontur tidak pernah bercabang.
12. Pada jalan yang lurus dan menurun, ,maka kontur cembung kearah
turun.
13. Pada sungai yang lurus dan menurun, maka kontur cekung kearah
turun.
14. Kontur tidak memotong bangunan atau melewati ruangan didalam
bangunan.
Dalam penarikan antara kontur yang satu
dengan kontur yang lain didasarkan pada
besarnya perbedaan ketinggian antara ke dua
buah kontur yang berdekatan dan perbedaan
ketinggian tersebut disebut dengan „interval
kontur“ (contour interval). Untuk menentukan
besarnya interval kontur tersebut ada rumus
umum yang digunakan yaitu :
Interval Kontur = 1/2000 x penyebut skala
(dalam meter).
Contoh : Peta kontur yang
dikehendaki skalanya 1 : 5.000,
berarti interval
konturnya : 1/2000 x 5.000 (m) = 2,5
m.
contour interval
• Dengan demikian kontur yang dibuat antara kontur yang satu
dengan kontur yang lain yang berdekatan selisihnya 2,5 m.
Sedangkan untuk menentukan besaran angka kontur disesuaikan
dengan ketinggian yang ada dan diambil angka yang utuh atau
bulat, misalnya angka puluhan atau ratusan tergantung dari
besarnya interval kontur yang dikehendaki. Misalnya interval kontur
2,5 m atau 5 m atau 25 m dan penyebaran titik ketinggian yang ada
74,35 sampai dengan 253,62 m, maka besarnya angka kontur untuk
interval kontur 2,5 m maka besarnya garis kontur yang dibuat
adalah : 75 m, 77,50 m, 80 m, 82,5 m, 85m, 87,5 m, 90 m dan
seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 5 m, maka
besarnya kontur yang dibuat adalah : 75 m, 80 m, 85 m, 90 m , 95
m, 100 m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 25
m, maka besarnya kontur yang dibuat adalah : 75 m, 100 m, 125 m,
150 m, 175 m, 200 m dan seterusnya.
Cara penarikan kontur
• Cara penarikan kontur dilakukan dengan cara perkiraan (interpolasi)
antara besarnya nilai
titik-titik ketinggian yang ada dengan besarnya nilai kontur yang
ditarik, artinya antara dua titik ketinggian dapat dilewati beberapa
kontur, tetapi dapat juga tidak ada kontur yang melewati dua titik
ketinggian atau lebih. Jadi semakin besar perbedaan angka
ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin
banyak dan rapat kontur yang melalui kedua titik tersebut, yang
berarti daerah tersebut lerengnya terjal, sebaliknya semakin kecil
perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian
tersebut, maka semakin sedikit dan jarang kontur yang ada, berarti
daerah tersebut lerengnya landai atau datar. Dengan demikian, dari
peta kontur tersebut, kita dapat membaca bentuk medan (relief)
dari daerah yang digambarkan dari kontur tersebut, apakah daerah
tersebut berlereng terjal (berbukit, bergunung), bergelombang,
landai atau datar.
39
PENGERTIAN JARAK
. Titik A dan B terletak di permukaan
bumi. Garis penghubung lurus AB
disebut Jarak Miring. Garis AA’
dan BB’ merupakan garis sejajar
dan tegak lurus bidang datar.
Jarak antara kedua garis tsb
disebut Jarak Mendatar dari A ke
B. Jarak BB” disebut Jarak Tegak
dari A ke B atau biasa disebut
Beda Tinggi. Sudut BAB” disebut
Sudut Miring.
Antara Sudut Miring, Jarak Miring,
Jarak Mendatar dan Beda Tinggi,
terdapat hubungan sbb :
AB” = A’B’ = AB Cos m
BB” = AB Sin m
(AB)2 = (A’B’)2 + (BB”)2
A
B
Y
X
B”
B’
A’
A’B’ = Jarak Mendatar
AB = Jarak Miring
BB” = Beda Tinggi antara A dan B
m
PENGERTIAN SUDUT MENDATAR & SUDUT JURUSAN
. Yang diartikan sudut mendatar
di A’ adalah sudut yang
dibentuk oleh bidang ABB’A’
dengan ACC’A’. Sudut BAC
disebut sudut mendatar =
sudut b
Sudut antara sisi AB dengan
garis y’ yang sejajar sumbu
Y disebut sudut jurusan sisi
AB = a ab. Sudut Jurusan
sisi AC adalah a ac
40
A’
Y
X
B’
C’
y’
A
B
C
b
aab
aac
PENGERTIAN SUDUT JURUSAN
.
41
Jadi Sudut Jurusan adalah : Sudut
yang dihitung mulai dari sumbu Y+
(arah utara) berputar searah jarum
jam sampai titik ybs.
Sudut Jurusan mempunyai harga dari
0o sd. 360o.
Dua sudut jurusan dari dua arah yang
berlawanan berselisih 180o
B
B
B
A
A
A
C
aab
aab
aab
aab
U
U
U
b
aac
aba
b =aac - aab
aba – aab = 180o
SUDUT JURUSAN
• Sudut Jurusan suatu sisi dihitung dari sumbu Y+ (arah utara) berputar searah
jarum jam sampai titik ybs, harganya 0o - 360o
• Dua sudut jurusan dari dua arah yang berlawanan berselisih 180o Misalnya
aba = aab + 180o atau aba - aab = 180o
42
aab
A
dab
U B
Arah suatu titik yang akan dicari dari titik yang
sudah diketahui biasa dikenal dengan sudut jurusan
- dimulai dari arah utara geografis (Y+)
- diputar searah jarum jam
- diakhiri pada arah yang bersangkutan
A
B
C
aab
b
aac
-aac= sudut jurusan dari A ke C
-aab= sudut jurusan dari A ke B
-b = sudut mendatar antara dua arah
aac = aab + b
aab
U
U
A
B
aba
b
C
abc
aba = (aab -180)
abc = (aab -180) + b
PERHITUNGAN SUDUT JURUSAN
44
Untuk menentukan titik-titik yang tidak terletak pada satu garis
lurus, maka cara yang kita gunakan yaitu melalui pertolongan
dua buah garis lurus yang saling tegak lurus, yang biasa disebut
salib sumbu.
Y+
Y-
X+X-
A
B
C
D
Garis yang mendatar dinamakan absis atau
sumbu X, sedangkan garis yang vertikal
dinamakan ordinat atau sumbu Y.
Di dalam Ilmu Ukur Tanah digunakan perjanjian sebagai berikut :
1. Sumbu Y positif dihitung ke arah utara
2. Sumbu X positif dihitung ke arah timur
3. Kuadran 1 terletak antara Y+ dan X+
4. Kuadran 2 terletak antara Y- dan X+
5. Kuadran 3 terletak antara Y- dan X-
6. Kuadran 4 terletak antara Y+ dan X-
1
2
3
4
45
PENENTUAN POSISI SUATU TITIK
90O
X+
270o
X-
Y- 180o
Y+ 0O
0
I
III II
IV
ILMU UKUR TANAH
46
POLIGON
Poligon adalah serangkaian garis lurus di permukaan
tanah yang menghubungkan titik-titik dilapangan,
dimana pada titik-titik tersebut dilakukan pengukuran
sudut dan jarak.
Tujuan dari Poligon adalah untuk memperbanyak
koordinat titik-titik di lapangan yang diperlukan untuk
pembuatan peta.
Ada 2 (dua) macam bentuk poligon, yaitu :
Poligon Terbuka : poligon yang tidak mempunyai syarat
geometris
Poligon Tertutup : poligon yang mempunyai syarat
geometris
47
POLIGON TERBUKA
Pada gambar di atas, koordinat titik A dan B diketahui, dengan demikian kita
dapat menghitung sudut jurusan AB. Untuk menentukan koordinat titik 1
diperlukan koordinat titik A, sudut jurusan A-1 dan jarak A-1, begitu pula titik
2 diperlukan koord titik 1, sudut jurusan 1-2 dan jarak 1-2 dan seterusnya
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa aab= (lihat rumus di atas)
aa1 = aab + Sa
a12 = aa1 + S1- 180 a(n, n+1) = a(n-1, n) + Sn - 180
a23 = aab + S2 - 180
A
1
2
3
B
da1
d12
d23
S1
Sa
S2
Xb - Xa
= arc Tg
Yb - Ya
aba
48
CONTOH PERHITUNGAN POLIGON TERBUKA
TITIK SUDUT SUDUT JARAK d. Sin a d. Cos a X Y
JURUSAN
B -1471.82 1041.26
284o
00'55"
A 296o
15'26" 315.45 595.14
219o
16'21" 417.36 -264.24 -323.06
1 78o
29'30" 51.21 272.08
117o
45'51" 560.4 495.88 -261.05
2 158o
48'40" 547.09 11.03
96o
34'31" 499.3 496.02 -57.17
3 1043.11 -46.14
49
POLIGON TERTUTUP
Poligon Tertutup Terikat Sempurna adalah poligon yang terikat
diujung-ujungnya baik koordinat maupun sudut jurusannya. Apabila
Titik A, B, C dan D diketahui, maka sudut jurusan awal aab dan acd
Adapun syarat geometris dari poligon di atas adalah :
1. aab - acd = SSi - n. 180 di mana n = kelipatan
2. XC - Xd = d. Sin a
3. YC - Yd = d. Cos a
TERIKAT SEMPURNA
A
B
C
D
1
2
3
Sa
S1
S2
S3
Sc
50
POLIGON TERTUTUP TERIKAT SEMPURNA
TITIK SUDUT SUDUT JARAK d. Sin a d. Cos a Koor dinat
JURUSAN X Y
B 81.92 432.66
309o
25'20"
A 64o
02'16" 179.2 352.69
(-) 0o
0'3" 13o
27'33" 148.11 34.47 144.04
1 196o
12'40" -0.03 -0.01 213.64 496.72
(-) 0o
0'3" 29o
40'10" 135.25 66.95 117.52
2 190o
22'46" -0.02 280.57 614.24
(-) 0o
0'4" 40o
02'52" 121.17 77.96 92.76
3 191o
05'55" -0.02 358.51 707
(-) 0o
0'4" 51o
08'43" 138.28 107.68 86.75
C 65o
48'07" -0.02 466.17 793.75
(-) 0o
0'3" 296o
56'47"
D 348.16 853.74
542.81 287.06 441.07
51
POLIGON TERTUTUP
Poligon Kring adalah poligon yang mempunyai titik awal dan akhir
yang sama pada suatu titik.
Adapun syarat geometris adalah :
1. S Si = (n - 2) 180o ; Jumlah Sudut Luar S Si = (n + 2) 180o
2. S d. Sin a = 0
3. S d. Cos a = 0
KRING
A
B
C
D
E
F
Sa
Sb Sc
Sd
SeSf
52
POLIGON TERTUTUP “KRING”
JURUSAN X Y
6
45o
07'18"
A 54o
22'36" 1000 1000
(+) 0o
0'1" 99o
29'55" 61.14 60.3 -10.09
1 153o
02'30" -0.01 1060.29 989.91
(+) 0o
0'1" 72o
32'26" 75.02 71.56 22.51
2 124o
58'12" -0.02 -0.01 1131.83 1012.41
(+) 0o
0'1" 17o
30'39" 61.06 18.37 58.23
3 110o
39'24" -0.01 1150.19 1070.64
(+) 0o
0'2" 308o
10'05" 68.58 -53.92 42.38
4 160o
34'21" -0.02 1096.25 1113.02
(+) 0o
0'2" 288o
44'28" 40.6 -38.45 13.04
5 69o
44'48" -0.01 1057.79 1126.06
(+) 0o
0'2" 178o
29'18" 66.8 1.76 -66.78
6 226o
37'59" -0.01 1059.54 1059.28
(+) 0o
0'1" 225o
07'18" 84 -59.52 -59.27
A -0.02 -0.01 1000 1000
457.2

More Related Content

What's hot

Tugas III Mekanika Tanah I
Tugas III Mekanika Tanah ITugas III Mekanika Tanah I
Tugas III Mekanika Tanah IZul Anwar
 
Hitungan Ilmu Ukur Tanah
Hitungan Ilmu Ukur TanahHitungan Ilmu Ukur Tanah
Hitungan Ilmu Ukur Tanahyulika usman
 
Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10noussevarenna
 
1. mekanika tanah 1
1. mekanika tanah 11. mekanika tanah 1
1. mekanika tanah 1fahmi09
 
Soil Investigation - Uji Sondir
Soil Investigation - Uji SondirSoil Investigation - Uji Sondir
Soil Investigation - Uji SondirEdi Supriyanto
 
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIEDKlasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIEDmuhamad ulul azmi
 
Konsolidasi lanjutan
Konsolidasi lanjutanKonsolidasi lanjutan
Konsolidasi lanjutanJaka Jaka
 
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli KusumawatiIlmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawatiyulika usman
 
Pengikatan ke muka & belakang
Pengikatan ke muka & belakangPengikatan ke muka & belakang
Pengikatan ke muka & belakangTutus Kusuma
 
Profil memanjang dan melintang (sifat datar)
Profil memanjang dan melintang (sifat datar)Profil memanjang dan melintang (sifat datar)
Profil memanjang dan melintang (sifat datar)Iqrimha Lairung
 
Laporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alatLaporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alatAndi Azizah
 
Pengukuran sudut
Pengukuran sudutPengukuran sudut
Pengukuran sudutolismisarko
 
Persamaan kecepatan
Persamaan kecepatanPersamaan kecepatan
Persamaan kecepatanAdunk Putra
 
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3Lampung University
 
Iuw 4 penentuan arah sudut dan luas
Iuw   4 penentuan arah sudut dan luasIuw   4 penentuan arah sudut dan luas
Iuw 4 penentuan arah sudut dan luasKharistya Amaru
 

What's hot (20)

Tugas III Mekanika Tanah I
Tugas III Mekanika Tanah ITugas III Mekanika Tanah I
Tugas III Mekanika Tanah I
 
Hitungan Ilmu Ukur Tanah
Hitungan Ilmu Ukur TanahHitungan Ilmu Ukur Tanah
Hitungan Ilmu Ukur Tanah
 
Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10
 
1. mekanika tanah 1
1. mekanika tanah 11. mekanika tanah 1
1. mekanika tanah 1
 
Prinsip mekanika tanah
Prinsip mekanika tanahPrinsip mekanika tanah
Prinsip mekanika tanah
 
Soil Investigation - Uji Sondir
Soil Investigation - Uji SondirSoil Investigation - Uji Sondir
Soil Investigation - Uji Sondir
 
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIEDKlasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
 
Konsolidasi lanjutan
Konsolidasi lanjutanKonsolidasi lanjutan
Konsolidasi lanjutan
 
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli KusumawatiIlmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
 
Mekanika tanah bab 6
Mekanika tanah bab 6Mekanika tanah bab 6
Mekanika tanah bab 6
 
Pengikatan ke muka & belakang
Pengikatan ke muka & belakangPengikatan ke muka & belakang
Pengikatan ke muka & belakang
 
Profil memanjang dan melintang (sifat datar)
Profil memanjang dan melintang (sifat datar)Profil memanjang dan melintang (sifat datar)
Profil memanjang dan melintang (sifat datar)
 
Double stand
Double standDouble stand
Double stand
 
Laporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alatLaporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alat
 
Bab 3 geser langsung
Bab 3 geser langsungBab 3 geser langsung
Bab 3 geser langsung
 
Pengukuran sudut
Pengukuran sudutPengukuran sudut
Pengukuran sudut
 
Mektan bab 7
Mektan bab 7Mektan bab 7
Mektan bab 7
 
Persamaan kecepatan
Persamaan kecepatanPersamaan kecepatan
Persamaan kecepatan
 
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
 
Iuw 4 penentuan arah sudut dan luas
Iuw   4 penentuan arah sudut dan luasIuw   4 penentuan arah sudut dan luas
Iuw 4 penentuan arah sudut dan luas
 

Similar to Pengenalan Ilmu Ukur Tanah

Similar to Pengenalan Ilmu Ukur Tanah (20)

Geomatika pengukuran mendatar
Geomatika pengukuran mendatarGeomatika pengukuran mendatar
Geomatika pengukuran mendatar
 
Pengukuran mendatar
Pengukuran mendatarPengukuran mendatar
Pengukuran mendatar
 
Pengukuran Mendatar
Pengukuran MendatarPengukuran Mendatar
Pengukuran Mendatar
 
Pengukuran mendatar 3
Pengukuran mendatar 3Pengukuran mendatar 3
Pengukuran mendatar 3
 
Pengukuran sipat mendatar
Pengukuran sipat mendatarPengukuran sipat mendatar
Pengukuran sipat mendatar
 
9 gd2
9 gd29 gd2
9 gd2
 
MM KELOMPOK 7.ppt
MM KELOMPOK 7.pptMM KELOMPOK 7.ppt
MM KELOMPOK 7.ppt
 
TRIGONOMETRI
TRIGONOMETRITRIGONOMETRI
TRIGONOMETRI
 
Ilmu ukur tanah satu (2014
Ilmu ukur tanah satu (2014Ilmu ukur tanah satu (2014
Ilmu ukur tanah satu (2014
 
Modul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjangModul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjang
 
Geometri sudut dan bidang 2
Geometri sudut dan bidang 2Geometri sudut dan bidang 2
Geometri sudut dan bidang 2
 
PENGETAHUAN PETA 1..ppt
PENGETAHUAN PETA 1..pptPENGETAHUAN PETA 1..ppt
PENGETAHUAN PETA 1..ppt
 
Materi 7 trigonometri
Materi 7 trigonometriMateri 7 trigonometri
Materi 7 trigonometri
 
1. PENDAHULUAN.ppt
1. PENDAHULUAN.ppt1. PENDAHULUAN.ppt
1. PENDAHULUAN.ppt
 
Bab 1 trigonometri
Bab 1 trigonometriBab 1 trigonometri
Bab 1 trigonometri
 
Garis dan-sudut
Garis dan-sudutGaris dan-sudut
Garis dan-sudut
 
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhana
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhanaBab 3 pemetaan planimetrik sederhana
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhana
 
Teori pemetaan
Teori pemetaanTeori pemetaan
Teori pemetaan
 
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2
 
Penggunaan integral tentu
Penggunaan integral tentuPenggunaan integral tentu
Penggunaan integral tentu
 

More from Christian indrajaya, ST, MT (6)

Perancangan Geometrik Jalan
Perancangan Geometrik JalanPerancangan Geometrik Jalan
Perancangan Geometrik Jalan
 
Pengelolaan Limbah
Pengelolaan LimbahPengelolaan Limbah
Pengelolaan Limbah
 
Rekayasa Lingkungan
Rekayasa LingkunganRekayasa Lingkungan
Rekayasa Lingkungan
 
Lingkaran Mohr utk tegangan
Lingkaran Mohr utk teganganLingkaran Mohr utk tegangan
Lingkaran Mohr utk tegangan
 
Tugas Amdal (contoh KA - ANDAL)
Tugas Amdal (contoh KA - ANDAL)Tugas Amdal (contoh KA - ANDAL)
Tugas Amdal (contoh KA - ANDAL)
 
Pekerjaan Beton Bertulang by indrajaya
Pekerjaan Beton Bertulang by indrajayaPekerjaan Beton Bertulang by indrajaya
Pekerjaan Beton Bertulang by indrajaya
 

Pengenalan Ilmu Ukur Tanah

  • 1. Referensi 1. Heinz Frick,2006, Ilmu dan Alat Ukur Tanah, Cetakan Keenam Kanisius, Yogyakarta. 2. Laboratorium Ilmu Ukur Tanah UIR, 1997, Diktat Pedoman Praktikum Ilmu Ukur Tanah, Pekanbaru 3. Laboratorium Ilmu Ukur Tanah UIR, 2008, Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah, Pekanbaru 4. Soetomo Wongsotjitro, 1991, Ilmu Ukur Tanah, Cetakan kedelapan, Kanisius, Yogyakarta. 5. Tia Sugiri, ILMU UKUR TANAH(Pengukuran Mendatar) t-sugiri@telkom.net 6. William Irvine, 1995. Penyigian untuk Konstruksi, ITB Bandung.
  • 2. 2 PENDAHULUAN Surveying : suatu ilmu untuk menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi • Plane Surveying Kelas pengukuran di mana permukaan bumi dianggap sebagai bidang datar, artinya faktor kelengkungan bumi tidak diperhitungkan • Geodetic Surveying Kelas pengukuran di mana permukaan bumi dianggap sebagai bola, artinya adanya faktor kelengkungan bumi harus diperhitungkan
  • 3. 3 Ruang Lingkup Ilmu Ukur Tanah, meliputi : 1. Pengukuran mendatar (horizontal)  penentuan posisi suatu titik secara mendatar 2. Pengukuran tinggi (vertikal)  penentuan beda tinggi antar titik Implikasi Praktis pada Pekerjaan Teknik Sipil : • Bangunan Gedung • Irigasi • Jalan Raya • Kereta Api • dan lain-lain
  • 4. 4 1. ANALISIS PENELITIAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN meliputi pemilihan metode pengukuran, prosedur, peralatan, dsb 2. PEKERJAAN LAPANGAN ATAU PENGUMPULAN DATA melaksanakan pengukuran dan mencatat data di lapangan 3. MENGHITUNG DAN PEMROSESAN DATA melaksanakan hitungan berdasarkan data yang diperoleh 4. PENYAJIAN DATA ATAU PEMETAAN menggambarkan hasil-hasil ukuran dan hitungan untuk menghasilkan peta, gambar rencana, dsb. 5. PEMANCANGAN/PEMATOKAN untuk menentukan batas-batas atau pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan. Secara umum, lingkup tugas juru ukur (surveyor) dapat dibagi menjadi lima bagian, sebagai berikut :
  • 5. 5 BENTUK BUMI Permukaan bumi secara fisik sangatlah tidak teratur, sehingga untuk keperluan analisis dalam surveying, kita asumsikan bahwa permukaan bumi dianggap sebagai permukaan matematik yang mempunyai bentuk dan ukuran mendekati geoid, yaitu permukaan air laut rata-rata dalam keadaan tenang. Menurut akhli geologi, secara umum geoid tersebut lebih mendekati bentuk permukaan sebuah ellipsoida (ellips putar). Ellipsoida dengan bentuk dan ukuran tertentu yang digunakan untuk perhitungan dalam geodesi disebut ellipsoida referensi.
  • 6. 6 Geoid (permukaan air laut rata2) Ellipsoida Referensi A’ B’ C’ C B A Permukaan bumi fisis ELLIPSOIDA BUMI
  • 7. 7 Pengukuran-pengukuran dilakukan pada dan diantara titik-titik dipermukaan bumi, titik-titik tersebut adalah sebagai berikut :B’ A’ C’ B A C Permukaan bumi fisis Ellipsoida Referensi TITIK-TITIK PADA ELLIPSOIDA REFERENSI
  • 8. 8 Untuk keperluan pemetaan titik-titik A’, B’, dan C’ diproyeksikan secara orthogonal kepada permukaan ellipsoida referensi menjadi titik-titik A, B, dan C. Apabila titik-titik A’, B’ dan C’ cukup berdekatan, yaitu terletak dalam suatu wilayah yang luasnya mempunyai ukuran <55 km, maka permukaan ellipsoida nya dapat dianggap sebagai bidang datar. Pada keadaan inilah kegiatan pengukuran dikategorikan pada plane surveying. Sedangkan apabila titik A’,B’ dan C’ terletak pada ukuran >55 km, permukaan elllipsoidanya dianggap permukaan bola. Pada keadaan ini kegiatan pengukurannya termasuk ke dalam geodetic surveying. Adapun dimensi-dimensi yang diukur adalah jarak, sudut dan ketinggian.
  • 9. 9 SISTEM SATUAN UKURAN • Melaksanakan pengukuran dan kemudian mengerjakan hitungan dari hasil ukuran adalah tugas juru ukur • Sistem satuan yang biasa digunakan dalam ilmu ukur tanah, terdiri atas 3 (tiga) macam sistem ukuran, yakni : Satuan Panjang, Satuan Luas dan Satuan Sudut • Terdapat lima macam pengukuran dlm pengukuran tanah yaitu : 1. Sudut Horizontal (AOB) 2. Jarak Horizontal (OA dan OB) 3. Sudut Vertikal (AOC) 4. Jarak Vertikal (AC dan BD) 5. Jarak Miring (OC) DC O BA
  • 10. 10 SATUAN PANJANG METER FOOT INCHES YARD 1 3,2808 39,37 1,0936 0,9144 3 36 1 0,3048 1 12 0,3333 0,0254 0,0833 1 0,0278 KM MILE’S 1 KM = 1000 M 1 0,6214 1 HM = 100 M 1,6093 1 1 DM = 0,1 M 1 CM = 0,01 M 1 MM = 0,001 M Terdapat dua satuan panjang yang lazim digunakan dalam ilmu ukur tanah, yakni satuan metrik dan satuan britis. Yang digunakan disini adalah satuan metrik yang didasarkan pada satuan meter Internasional (meter standar) disimpan di Bereau Internationale des Poids et Mesures Bretevil dekat Paris
  • 11. 11 SATUAN LUAS Satuan luas yang biasa dipakai adalah meter persegi (m2), untuk daerah yang relatif besar digunakan hektar (ha) atau sering juga kilometer persegi (km2) 1 ha = 10000 m2 1 Tumbak = 14 m2 1 km2 = 106 m2 1 are = 100 m2
  • 12. 12 SATUAN SUDUT Terdapat tiga satuan untuk menyatakan Sudut, yaitu : 1. Cara Seksagesimal, yaitu satu lingkaran dibagi menjadi 360 bagian, satu bagiannya disebut derajat. 2. Cara Sentisimal, yaitu satu lingkaran dibagi menjadi 400 bagian, satu bagiannya disebut grade. 3. Cara Radian, Satu radian adalah sudut pusat yang berhadapan dengan bagian busur yang panjangnya sama dengan jari-jari lingkaran. Karena panjang busur sama dengan keliling lingkaran sebuah lingkaran yang berhadapan dengan sudut 360o dan keliling lingkaran 2 p kali jari-jari, maka : 1 lingkaran = 2 p rad 1 Lingkaran = 360o = 400 grade = 2p radian
  • 13. 13 • 1 radian disingkat dengan besaran r (rho)  Berapa derajatkah 1 radian ? ro radian dalam derajat r = 360/2p = 57,295779 = 57o 17’ 44,81” r’ radian dalam menit r = 57o 17’ 44,81” = (57x60)’ + 17’ + 44,81/60 = 3420 + 17 + 0,74683 = 3437,74683’ r’ radian dalam sekon (detik) r = 3437,74683 x 60 = 206264,81”
  • 14. 14 • 1 radian disingkat dengan besaran r (rho)  Berapa Grade-kah 1 radian ? r radian dalam sentisimal r = 400/2p = 63,661977 grade r’ radian dalam centigrade r = 63,661977 grade = 63,661977 x 100 = 6366, 1977 centigrade r’ radian dalam centi-centigrade r = 6366,1977 x 100 = 636619,77 centi-centigrade
  • 15. 15 Hubungan antara seksagesimal dan sentisimal 360o = 400g Maka : 1o = 400/360 = 1,111g 1’ = 400x100/360x 60 = 1,85185cg 1” = 400x100x100/360x60x60 = 3,0864175cc 1g = 360/400 = 0,9o 1cg = 360x60/400x100 = 0,54’ 1cc = 360x60x60/400x100x100 = 0,324”
  • 16. 16 CONTOH SOAL 1. Nyatakan 1,86 radian dalam ukuran derajat Jawab : 1 radian = 57o 17’ 44,81” Jadi 1,86 radian = 1,86 x 57o 17’ 44,81” = 106o 34’ 12,5” atau 2p radian = 360o 1 radian = 360/2p Jadi 1,86 radian = 1,86 x 360/2p = 106o 34’ 12,5”
  • 17. 17 CONTOH SOAL 2. Nyatakan 72 derajat dalam ukuran radian ! Jawab : 2p radian = 360o Jadi 72o = 2p x 72/360 = 1,2566 radian
  • 18. 18 CONTOH SOAL 3. Nyatakan 56o 18’ 45” ke dalam ukuran sentisimal Jawab : 56o = 56 x 400/360 = 62,2222g 18’ = 18 x 400x100/360x60 = 33,3333cg = 0,3333g 45” = 45 x 400x100x100/360x60x60 =138,8889cc = 0,0139cg Jadi 56o 18’ 45” = 62,5694g = 62g56cg94cc
  • 19. 19 CONTOH SOAL 4. Nyatakan 154g42cg96cc ke dalam ukuran seksagesimal Jawab : 154,4296g x 360/400 = 138,98664 CATAT 138O 98,664 x 60/100 = 59,1984 CATAT 59’ 19,84 X 60/100 = 11,904 CATAT 11” JADI 154g42cg96cc = 138O59’11” ATAU 154g x 360/400 = 138o36’ 0” 42cg x 360x60/400x100 = 0o22’ 40” 96cc x 360x60x60/400x100x100 = 0o 0’ 31” JADI 154g42cg96cc = 138O59’11”
  • 20. 20 LATIHAN SOAL 1. Nyatakan 131g36cg78cc ke dalam ukuran seksagesimal 2. Nyatakan 1,88 Radian ke dalam ukuran seksagesimal 3. Nyatakan 56o 18’ 45” ke dalam ukuran sentisimal
  • 21. 21 PENENTUAN POSISI SUATU TITIK Bila kita akan menentukan posisi beberapa buah titik yang terletak pada suatu garis lurus, maka titik-titik tersebut dapat ditentukan melalui jarak dari suatu titik, yang biasa disebut titik nol. Dari gambar di atas, dapat diperoleh bahwa jarak A ke B adalah 6 satuan, yaitu (9) – (3) = 6 0 1 2 103 4 5 6 7 8 9 A B
  • 22. 22 . -4 -3 -2 -1 0 +1 +2 +3 A B +4 +5 +6 +7-5 +- Karena titik-titik tersebut terletak pada sebelah kiri dan kanan titik 0, maka kita harus memberi tanda, yakni tanda negatif (-) pada titik-titik disebelah kiri titik nol dan tanda positif (+) pada titik-titik yang berada pada sebelah kanan titik nol. Dari gambar di atas mudah dimengerti bahwa : Jarak antara titik A dan B adalah 10 satuan, yang diperoleh dari (+6) – (-4), begitupun juga titik-titik lainnya. Jarak biasanya dinyatakan dengan notasi “d”. Perlu diingat untuk hasil suatu jarak ini akan selalu diperoleh harga yang positif.
  • 23. 23 Untuk menentukan titik-titik yang tidak terletak pada satu garis lurus, maka cara yang kita gunakan yaitu melalui pertolongan dua buah garis lurus yang saling tegak lurus, yang biasa disebut salib sumbu. Y+ Y- X+X- A B C D Garis yang mendatar dinamakan absis atau sumbu X, sedangkan garis yang vertikal dinamakan ordinat atau sumbu Y. Di dalam Ilmu Ukur Tanah digunakan perjanjian sebagai berikut : 1. Sumbu Y positif dihitung ke arah utara 2. Sumbu X positif dihitung ke arah timur 3. Kuadran 1 terletak antara Y+ dan X+ 4. Kuadran 2 terletak antara Y- dan X+ 5. Kuadran 3 terletak antara Y- dan X- 6. Kuadran 4 terletak antara Y+ dan X- 1 2 3 4
  • 24. 24 PENENTUAN POSISI SUATU TITIK 90O X+ 270o X- Y- 180o Y+ 0O 0 I III II IV ILMU UKUR TANAH
  • 25. Dalam ilmu ukur tanah, permukaan bumi dapat diukur dan dicari koordinatnya. Selanjutnya permukaan bumi yang telah diukur koordinatnya tersebut digambarkan dalam bidang datar dengan suatu system proyeksian skala tertentu. 1. Titik awal adalah titik yang paling awal perlu diketahui, baik dengan definisi, diberikan ataupun diukur. 2. Titik ikat adalah titik yang bersama-sama membangun kerangka dasar pemetaan baik secara horizontal maupun vertical, dimana titik-titik ini tersebar keseluruh daerah pemetaan dengan ketinggian yang setara 3. Titik detil adalah titik yang merupakan wakil dari suatu unsure baik alam maupun buatan manusia yang ada di lapangan dimana nantinya akan digambarkan diatas peta. Titik detil harus terikat oleh titik ikat yang terdekat. Missal: pojok suatu bangunan, tikungan jalan, jembatan, dll. 4. Benchmark (BM) adalah titik tetap yang diketahui ketinggiannya terhadap suatu bidang referensi tertentu. Bentuk dari BM ini terbuat dari pilar beton dengan tanda diatas atau disamping sebagai titik ketinggiannya. Misal : BM,BPN, BM ITS, BM Pemkot, dll.
  • 26. 1. Nol normal adalah permukaan air laut yang berubah menurut waktu, maka melalui suatu perjanjian dipilih ketinggian dasar diatas muka laut dengan menganggap mempunyai tinggi nol (0.000m) yang dinyatakan sebagai titik diatas pilar beton (BM) yang dibuat menurut kontruksi yang kuat dan stabil. 2. Jarak datar (AB) adalah jarak yang diukur diatas permukaan horizontal pengamat ke proyeksi titik lainnya diatas horizon pengamat tadi. 3. Jarak miring (AB’) adalah jarak yang dikur diatas permukaan tanahdari satu titik ketitik lainnya tanpa melihat kemiringan tanahnya. 4. Permukaan air laut rata-rata (MSL) adalah pengandaian bilamana permukaaniar aut dalam keadaan diam, permukaan air laut dapat dianggap sebagai salah satu permukaan datum.
  • 27. Surveying • Alat yang digunakan adalah Teodolith, Water pass. • PENDAHULUAN Surveying : suatu ilmu untuk menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi Plane Surveying Kelas pengukuran di mana permukaan bumi dianggap sebagai bidang datar, artinya adanya faktor kelengkungan bumi tidak diperhitungkan Geodetic Surveying Kelas pengukuran di mana permukaan bumi dianggap sebagai bola, artinya adanya faktor kelengkungan bumi harus diperhitungkan
  • 28. Teodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan sudut mendatar dan sudut tegak. Sudut yang dibaca bisa sampai pada satuan sekon ( detik ). Dalam pekerjaan – pekerjaan ukur tanah, teodolit sering digunakan dalam pengukuran polygon, pemetaan situasi maupun pengamatan matahari. Teodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti PPD bila sudut vertikalnya dibuat 90°. Dengan adanya teropong yang terdapat pada teodolit, maka teodolit bisa dibidikkan ke segala arah. Untuk pekerjaan-pekerjaan bangunan gedung, teodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan pondasi, juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.
  • 29.
  • 30. Ruang Lingkup Ilmu Ukur Tanah, meliputi : • 1. Pengukuran mendatar (horizontal) penentuan posisi suatu titik secara mendatar 2. Pengukuran tinggi (vertikal) penentuan beda tinggi antar titik Implikasi Praktis pada Pekerjaan Teknik Sipil : Bangunan Gedung – Irigasi – Jalan Raya – Kereta Api – dan lain-lain
  • 31. SUDUT • Dasar untuk menyatakan besaran sudut ialah lingkaran yg dibagi dlm 4 bagian, dinamakan kuadran. • Cara Segsagesimal membagi lingkaran menjadi 360 bagian, dinamakan derajat, 1 kuadran = 90, 1=60’ (menit) 1’=60” (sekon, jangan disebut detik, krn detik lebih tepat utk sat. waktu) • Cara sentisimal membagi lingkaran menjadi 400 bagian, dinamakan grade. 1 grade 100= centigrade, 1 centi grade= 100 centi-centigrade. • 2p radial = 360 = 400 grade
  • 33.
  • 34. Kontur dalam ilmu ukur tanah Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian sama dari permukaan laut. ada beberapa cara dalam melukiskan kontur yaitu cara hachures, cara kontur, dan shading. mungkin untuk lebih jelasnya dapat di kupas dilain tulisan. Kontur memiliki sifat-sifat yaitu antara lain : 1. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu. 2. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi. 3. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang. 4. Kontur mempunyai interval tertentu(misalnya 1m, 5m, 25m, dst). 5. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yang curam/terjal, sebaliknya yang renggang menandakan permukaan bumi yang landai.
  • 35. Kontur dalam ilmu ukur tanah 6. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “U” menandakan punggungan gunung. 7. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” terbalik menandakan suatu lembah/jurang. 8. Kontur dapat memepunyai nilai positif (+), nol (0), atau negatif (-). 9. Kontur yang rapat-rapat garisnya berarti daerah tersebut curam. 10. Kontur yang renggang garis-garisnya berarti daerah tersebut landai. 11. Kontur tidak pernah bercabang. 12. Pada jalan yang lurus dan menurun, ,maka kontur cembung kearah turun. 13. Pada sungai yang lurus dan menurun, maka kontur cekung kearah turun. 14. Kontur tidak memotong bangunan atau melewati ruangan didalam bangunan.
  • 36. Dalam penarikan antara kontur yang satu dengan kontur yang lain didasarkan pada besarnya perbedaan ketinggian antara ke dua buah kontur yang berdekatan dan perbedaan ketinggian tersebut disebut dengan „interval kontur“ (contour interval). Untuk menentukan besarnya interval kontur tersebut ada rumus umum yang digunakan yaitu : Interval Kontur = 1/2000 x penyebut skala (dalam meter). Contoh : Peta kontur yang dikehendaki skalanya 1 : 5.000, berarti interval konturnya : 1/2000 x 5.000 (m) = 2,5 m.
  • 37. contour interval • Dengan demikian kontur yang dibuat antara kontur yang satu dengan kontur yang lain yang berdekatan selisihnya 2,5 m. Sedangkan untuk menentukan besaran angka kontur disesuaikan dengan ketinggian yang ada dan diambil angka yang utuh atau bulat, misalnya angka puluhan atau ratusan tergantung dari besarnya interval kontur yang dikehendaki. Misalnya interval kontur 2,5 m atau 5 m atau 25 m dan penyebaran titik ketinggian yang ada 74,35 sampai dengan 253,62 m, maka besarnya angka kontur untuk interval kontur 2,5 m maka besarnya garis kontur yang dibuat adalah : 75 m, 77,50 m, 80 m, 82,5 m, 85m, 87,5 m, 90 m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 5 m, maka besarnya kontur yang dibuat adalah : 75 m, 80 m, 85 m, 90 m , 95 m, 100 m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 25 m, maka besarnya kontur yang dibuat adalah : 75 m, 100 m, 125 m, 150 m, 175 m, 200 m dan seterusnya.
  • 38. Cara penarikan kontur • Cara penarikan kontur dilakukan dengan cara perkiraan (interpolasi) antara besarnya nilai titik-titik ketinggian yang ada dengan besarnya nilai kontur yang ditarik, artinya antara dua titik ketinggian dapat dilewati beberapa kontur, tetapi dapat juga tidak ada kontur yang melewati dua titik ketinggian atau lebih. Jadi semakin besar perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin banyak dan rapat kontur yang melalui kedua titik tersebut, yang berarti daerah tersebut lerengnya terjal, sebaliknya semakin kecil perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin sedikit dan jarang kontur yang ada, berarti daerah tersebut lerengnya landai atau datar. Dengan demikian, dari peta kontur tersebut, kita dapat membaca bentuk medan (relief) dari daerah yang digambarkan dari kontur tersebut, apakah daerah tersebut berlereng terjal (berbukit, bergunung), bergelombang, landai atau datar.
  • 39. 39 PENGERTIAN JARAK . Titik A dan B terletak di permukaan bumi. Garis penghubung lurus AB disebut Jarak Miring. Garis AA’ dan BB’ merupakan garis sejajar dan tegak lurus bidang datar. Jarak antara kedua garis tsb disebut Jarak Mendatar dari A ke B. Jarak BB” disebut Jarak Tegak dari A ke B atau biasa disebut Beda Tinggi. Sudut BAB” disebut Sudut Miring. Antara Sudut Miring, Jarak Miring, Jarak Mendatar dan Beda Tinggi, terdapat hubungan sbb : AB” = A’B’ = AB Cos m BB” = AB Sin m (AB)2 = (A’B’)2 + (BB”)2 A B Y X B” B’ A’ A’B’ = Jarak Mendatar AB = Jarak Miring BB” = Beda Tinggi antara A dan B m
  • 40. PENGERTIAN SUDUT MENDATAR & SUDUT JURUSAN . Yang diartikan sudut mendatar di A’ adalah sudut yang dibentuk oleh bidang ABB’A’ dengan ACC’A’. Sudut BAC disebut sudut mendatar = sudut b Sudut antara sisi AB dengan garis y’ yang sejajar sumbu Y disebut sudut jurusan sisi AB = a ab. Sudut Jurusan sisi AC adalah a ac 40 A’ Y X B’ C’ y’ A B C b aab aac
  • 41. PENGERTIAN SUDUT JURUSAN . 41 Jadi Sudut Jurusan adalah : Sudut yang dihitung mulai dari sumbu Y+ (arah utara) berputar searah jarum jam sampai titik ybs. Sudut Jurusan mempunyai harga dari 0o sd. 360o. Dua sudut jurusan dari dua arah yang berlawanan berselisih 180o B B B A A A C aab aab aab aab U U U b aac aba b =aac - aab aba – aab = 180o
  • 42. SUDUT JURUSAN • Sudut Jurusan suatu sisi dihitung dari sumbu Y+ (arah utara) berputar searah jarum jam sampai titik ybs, harganya 0o - 360o • Dua sudut jurusan dari dua arah yang berlawanan berselisih 180o Misalnya aba = aab + 180o atau aba - aab = 180o 42 aab A dab U B Arah suatu titik yang akan dicari dari titik yang sudah diketahui biasa dikenal dengan sudut jurusan - dimulai dari arah utara geografis (Y+) - diputar searah jarum jam - diakhiri pada arah yang bersangkutan A B C aab b aac -aac= sudut jurusan dari A ke C -aab= sudut jurusan dari A ke B -b = sudut mendatar antara dua arah aac = aab + b
  • 43. aab U U A B aba b C abc aba = (aab -180) abc = (aab -180) + b PERHITUNGAN SUDUT JURUSAN
  • 44. 44 Untuk menentukan titik-titik yang tidak terletak pada satu garis lurus, maka cara yang kita gunakan yaitu melalui pertolongan dua buah garis lurus yang saling tegak lurus, yang biasa disebut salib sumbu. Y+ Y- X+X- A B C D Garis yang mendatar dinamakan absis atau sumbu X, sedangkan garis yang vertikal dinamakan ordinat atau sumbu Y. Di dalam Ilmu Ukur Tanah digunakan perjanjian sebagai berikut : 1. Sumbu Y positif dihitung ke arah utara 2. Sumbu X positif dihitung ke arah timur 3. Kuadran 1 terletak antara Y+ dan X+ 4. Kuadran 2 terletak antara Y- dan X+ 5. Kuadran 3 terletak antara Y- dan X- 6. Kuadran 4 terletak antara Y+ dan X- 1 2 3 4
  • 45. 45 PENENTUAN POSISI SUATU TITIK 90O X+ 270o X- Y- 180o Y+ 0O 0 I III II IV ILMU UKUR TANAH
  • 46. 46 POLIGON Poligon adalah serangkaian garis lurus di permukaan tanah yang menghubungkan titik-titik dilapangan, dimana pada titik-titik tersebut dilakukan pengukuran sudut dan jarak. Tujuan dari Poligon adalah untuk memperbanyak koordinat titik-titik di lapangan yang diperlukan untuk pembuatan peta. Ada 2 (dua) macam bentuk poligon, yaitu : Poligon Terbuka : poligon yang tidak mempunyai syarat geometris Poligon Tertutup : poligon yang mempunyai syarat geometris
  • 47. 47 POLIGON TERBUKA Pada gambar di atas, koordinat titik A dan B diketahui, dengan demikian kita dapat menghitung sudut jurusan AB. Untuk menentukan koordinat titik 1 diperlukan koordinat titik A, sudut jurusan A-1 dan jarak A-1, begitu pula titik 2 diperlukan koord titik 1, sudut jurusan 1-2 dan jarak 1-2 dan seterusnya Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa aab= (lihat rumus di atas) aa1 = aab + Sa a12 = aa1 + S1- 180 a(n, n+1) = a(n-1, n) + Sn - 180 a23 = aab + S2 - 180 A 1 2 3 B da1 d12 d23 S1 Sa S2 Xb - Xa = arc Tg Yb - Ya aba
  • 48. 48 CONTOH PERHITUNGAN POLIGON TERBUKA TITIK SUDUT SUDUT JARAK d. Sin a d. Cos a X Y JURUSAN B -1471.82 1041.26 284o 00'55" A 296o 15'26" 315.45 595.14 219o 16'21" 417.36 -264.24 -323.06 1 78o 29'30" 51.21 272.08 117o 45'51" 560.4 495.88 -261.05 2 158o 48'40" 547.09 11.03 96o 34'31" 499.3 496.02 -57.17 3 1043.11 -46.14
  • 49. 49 POLIGON TERTUTUP Poligon Tertutup Terikat Sempurna adalah poligon yang terikat diujung-ujungnya baik koordinat maupun sudut jurusannya. Apabila Titik A, B, C dan D diketahui, maka sudut jurusan awal aab dan acd Adapun syarat geometris dari poligon di atas adalah : 1. aab - acd = SSi - n. 180 di mana n = kelipatan 2. XC - Xd = d. Sin a 3. YC - Yd = d. Cos a TERIKAT SEMPURNA A B C D 1 2 3 Sa S1 S2 S3 Sc
  • 50. 50 POLIGON TERTUTUP TERIKAT SEMPURNA TITIK SUDUT SUDUT JARAK d. Sin a d. Cos a Koor dinat JURUSAN X Y B 81.92 432.66 309o 25'20" A 64o 02'16" 179.2 352.69 (-) 0o 0'3" 13o 27'33" 148.11 34.47 144.04 1 196o 12'40" -0.03 -0.01 213.64 496.72 (-) 0o 0'3" 29o 40'10" 135.25 66.95 117.52 2 190o 22'46" -0.02 280.57 614.24 (-) 0o 0'4" 40o 02'52" 121.17 77.96 92.76 3 191o 05'55" -0.02 358.51 707 (-) 0o 0'4" 51o 08'43" 138.28 107.68 86.75 C 65o 48'07" -0.02 466.17 793.75 (-) 0o 0'3" 296o 56'47" D 348.16 853.74 542.81 287.06 441.07
  • 51. 51 POLIGON TERTUTUP Poligon Kring adalah poligon yang mempunyai titik awal dan akhir yang sama pada suatu titik. Adapun syarat geometris adalah : 1. S Si = (n - 2) 180o ; Jumlah Sudut Luar S Si = (n + 2) 180o 2. S d. Sin a = 0 3. S d. Cos a = 0 KRING A B C D E F Sa Sb Sc Sd SeSf
  • 52. 52 POLIGON TERTUTUP “KRING” JURUSAN X Y 6 45o 07'18" A 54o 22'36" 1000 1000 (+) 0o 0'1" 99o 29'55" 61.14 60.3 -10.09 1 153o 02'30" -0.01 1060.29 989.91 (+) 0o 0'1" 72o 32'26" 75.02 71.56 22.51 2 124o 58'12" -0.02 -0.01 1131.83 1012.41 (+) 0o 0'1" 17o 30'39" 61.06 18.37 58.23 3 110o 39'24" -0.01 1150.19 1070.64 (+) 0o 0'2" 308o 10'05" 68.58 -53.92 42.38 4 160o 34'21" -0.02 1096.25 1113.02 (+) 0o 0'2" 288o 44'28" 40.6 -38.45 13.04 5 69o 44'48" -0.01 1057.79 1126.06 (+) 0o 0'2" 178o 29'18" 66.8 1.76 -66.78 6 226o 37'59" -0.01 1059.54 1059.28 (+) 0o 0'1" 225o 07'18" 84 -59.52 -59.27 A -0.02 -0.01 1000 1000 457.2