1. LAPORAN BRIEFING PRAKTIKUM SISTEM PRODUKSI
LITERATURE REVIEW
SISTEM PRODUKSI EASTERN DAN WESTERN
Disusun Oleh:
Hamdan Abdullah Putra Utama
12/330545/TK/39632
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014
2. I. Latar belakang
Memberikan nilai tambah pada suatu barang adalah salah satu bentuk
invensi dan inovasi. Proses ini bertujuan untuk memberikan fungsi dan kualitas
yang lebih dari barang yang lain. Suatu barang yang diberikan nilai tambah disebut
sebagai bahan baku. Bahan baku akan melalu serangkain proses untuk mendapatkan
nilai tambah yang optimal. Proses pemberian nilai tambah tidak hanya terdiri dari
satu proses, tetapi bisa berupa serangkaian proses.
Serangkaian proses yang saling berhubungan dan mendukung proses yang
satu dengan yang lainnya, sehingga suatu bahan baku yang memiliki nilai tambah
karena proses tersebut merupakan suatu sistem produksi. Sistem produksi memiliki
strategi-strategi yang dahulu sudah diterapkan oleh negara-negara blok Barat
(western), dan Blok Timur (eastern). Dengan mengetahui strategi-strategi negara
Western maupun Eastern akan membuat kita mengetahui strategi yang tepat
sebagai dasar untuk asistem produksi yang akan kita terapkan, jika kita ingin
memiliki suatu perusahaan, karena strategi ini sudah sangat terkenal dan umum.
II. Isi
Dalam memhami beberapa literatur, saya mendapatkan beragam informasi
yang intinya menunjukkan perbedaan antara sistem produksi Eastern dan western.
Perusahaan-perusahaan Jepang (eastern) menekankan pada pendekatan jangkan
panjang, dan saat ini sedang memimpin idustri manufaktur dunia.Kebalikannya,
pendekatan jangka pendek dari perusahaan-perusahaan Barat (Western) membuat
mereka kalah bersaing dalam industri manufaktur.
2.1. Eastern
Toyota production System (TPS) / lean management (LM)
TPS Fokus pada pengurangan waste dan meningkatkan keterlibatan
pekerja untuk meningkatkan strategi manufaktur yang diperoleh dari Henry
Ford(Krafcik 1988; Worley & Doolen 2006; Dennis 2007; Rahman et al
2012)
3. Setelah perang dunia kedua, Jepang (eastern) dilarang untuk
memproduksi senjata-senjata perang, kemudian mereka beralih pada
pengembangan strategi dan teknologi manufaktur. Karakteristik idustri
manufaktur Jepang adalah (Hall 1983; Bolwijn & Brinkman 1987; Voss &
Blackmon 1998; Frohlich & Dixon 2001; Rahman et al 2012) :
1. Hampir semua produk perusahaan Jepang mirip dengan Produk
Western tetapi produk Jepang lebih murah, handal, dan tahan lama.
2. Keunggulan manufaktur Jepang dapat dihubungkan dengan ajaran
tradisional dalam strategi manufaktur.
3. Jepang telah menerapkan kebijakan yang konsisten dalam mengejar
efisiensi dan kualitas tinggi , penekanan pada manufaktur yang
berulang, produksi just-in-time, alur kerja yanghalus, serta perbaikan
yang terus-menerus.
4. Pabrik-pabrik Jepang mempraktekkan LM secara simultan untuk
mencapai biaya yang lebih rendah, kualitas yang lebih baik,
fleksibilitas yang lebih tinggi, dan perkenalan produk baru lebih cepat.
5. Perusahaan Jepang menekankan kecepatan dan fleksibilitas,
sedangakan perusahaan Barat menekankan volume dan biaya.
Industri Jepang terus bergerak maju secara agresif tanpa dukungan
pemerintah. Menurut banyak pemimpin bisnis, kebijakan pemerintah
melemah pada strategi inovasi sektor swasta daripada di masa lalu. Industri
bergerak cepat dengan membangun hubungan yang kuat dengan
universitas-universitas untuk memanfaatkan teknologi baru,
mengembangkan inovasi baru, dan membawa mereka ke pasar luas dengan
cepat agar tetap kompetitif. (Corwin & Packett 2009).
4. 2.2. Western
Sektor Industri di Barat baru meningkat setelah perang Dunia II karena
permintaan mesin yang meningkat. Perang memaksa produsen untuk memastikan
cara untuk menghasilkan gadget dan peralatan otomotif dengan cepat, jumlah yang
banyak, dan tetap memperhatikan kualitas produk (Rahman et al 2012).
Secara keseluruhan, revolusi manufaktur di Amerika telah melibatkan
banyak pasar, standar desain, dan pemanfaatan bagian yang dapat dipertukarkan
untuk mencapai volume produksi yang tinggi (Rahman et al 2012; Drejer et al.
2000).
III. Kesimpulan
Sistem produksi timur berfokus pada strategi Just In Time (JIT). Sistem
produksi JIT mengeksekusi suatu proses setelah ada permintaan dari status kerja
berikutnya. Hal ini akan menghasilkan inventory yang sedikit sehingga cost yang
dihasilkan juga minimal.
Sistem produksi pendekatan barat (western) berfokus pada peramalan untuk
menentukan kuantitas produk yang dihasilkan, optimasi terhadap penjadwalan
produksi, adanya departemen quality control, dan adanya gedung receiver dan
warehouse.
Sistem produksi western secara garis besar melakukan hal-hal bersifat
probabilistik sehingga kuantitas produk yang dihasilkan dan raw material yang
diproses yang sudah diramalkan tidak sesuai dengan demand.
5. Referensi
Rahman, Mohd Nizam Ab et al. 2012. Comparative Study of Manufacturing
Strategy between Japanese and Western Approaches: An Overview. Jurnal
Kejuturetaan 24. Universiti Kuala Lumpur Malaysian
Corwin, Jane & Puckett, Rebecca. 2009. Japan’s Manufacturing Competitiveness
Strategy: Challenges for Japan, Opportunities for the United States.
Department of Commerce, International Trade Administration. United
States.