Gereja di Indonesia dipanggil untuk menjalankan misinya dalam konteks pluralitas budaya dan agama dengan cara:
1) Menerima keanekaragaman sebagai kenyataan dan berkah, bukan masalah
2) Mengenal yang lain melalui perjumpaan, bukan secara apriori
3) Menjaga kesetiaan pada iman namun terbuka pada kebenaran yang dianut oleh yang lain
4) Membangun persaudaraan sejati dengan menerima persamaan dan perbedaan
1. BERMISI
DI BUMI BERELIGI*
Y.B. Prasetyantha, MSF
* “Jiwa Unggul dalam Kebhinnekaan, Refleksi Kontekstual
tentang Misi Gereja di Indonesia”, dalam Gereja Misioner yang
Diterangi Sabda Allah,(Bagus Irawan, editor), Yogyakarta:
Kanisius, 2011, 123-137.
5. Gereja dalam Kebersamaan dengan
Agama-agama lain
• Indonesia: Bhinneka Tunggal Ika
• Tantangan Gereja di Indonesia: 100% Katolik,
100% Indonesia (Mgr. A. Sugijapranata)
• Panggilan Gereja Indonesia: Dalam kesatuan
dengan Gereja Universal, tidak terpisah atau
menjadi asing dengan masyarakat budaya dan
religius dalam kehidupan sehari-hari, demi
menjaga kesatuan Indonesia dan menghadapi
globalisasi dan realitas kemiskinan
6. Titik Temu: Pengalaman Religius
• Pengalaman Religius: Pengalaman manusia akan
Mysterium tremendum et fascinans (Rudolf
Otto)
• Kerinduan terdalam manusia: “Tuhan, Engkau
menanamkan dalam hati kami kesenangan
untuk memuji-Mu. Engkau menciptakan kami
bagi-Mu dan hati kami gelisah sebelum
beristirahat pada-Mu” (St. Augustinus)
• Apakah Agama masih menjadi sarana yang
paling mungkin, meski tidak absolut, untuk
mengantar manusia pada kerinduannya yang
terdalam?
7. Titik Silang: Pengalaman Iman
• Pengalaman Iman: Pengalaman manusia dalam
menanggapi pemberian Diri Allah (Wahyu)
• Setiap Agama, termasuk Kristianitas,
mempunyai kerangka pemahaman dan
perspektif iman yang khas, yang menjadi
identitas, namun sekaligus batas bagi Agama
tersebut untuk menilai Agama yang lain
• Apakah Agama sadar bahwa identitasnya justru
semakin ditegaskan dalam perjumpaan dengan
yang lain (liyan)?
8. Gereja: Antara Misi dan Dialog
• Konsili Vatikan II (1962-1965):
– “Gereja yang sedang mengembara ini perlu
untuk keselamatan.” (Lumen Gentium 14;lihat
juga Lumen Gentium 1+48; Ad Gentes 1+5)
– “Meskipun Allah melalui jalan yang diketahui-
Nya dapat menghantar manusia, yang tanpa
bersalah tidak mengenal Injil, kepada iman yang
merupakan syarat mutlak untuk berkenan
kepada-Nya, namun Gereja mempunyai
keharusan sekaligus juga hak yang suci, untuk
mewartakan Injil.” (Ad Gentes 7)
9. – “Gereja katolik tidak menolak apa
pun, yang dalam Agama-agama itu
serba benar dan suci.” (Nostra
Aetate 2)
– “Begitu pula hendaknya para murid
Kristus, […] memahami sesama di
lingkungan mereka, dan bergaul
dengan mereka, sehingga berkat
dialog yang jujur dan sabar itu
mereka makin mengetahui harta-
kekayaan manakah yang oleh Allah
dalam kemurahan-Nya telah
dibagikan kepada para bangsa.”
(Ad Gentes 11)
10. Apakah misi Gereja masih
diperlukan?
• Yohanes Paulus II (Redemptoris Missio, 7
Desember 1990)
Gereja perlu membarui komitmen misionernya
terutama karena fakta bahwa kegiatan misioner
Gereja adalah “pelayanan utama yang Gereja
dapat sumbangkan kepada setiap individu dan
seluruh kemanusiaan dalam dunia modern, suatu
dunia yang telah mengalami prestasi-prestasi
yang mengagumkan namun yang sepertinya
telah kehilangan makna akan realitas-realitas
terdalamnya dan akan keberadaannya sendiri.”
(RM 2)
11. • Komisi Kepausan untuk Dialog Antar Agama
dan Kongregasi untuk Evangelisasi Bangsa-
bangsa Dialogue and Proclamation (19 Mei
1991)
Evangelisasi yang merupakan pelayanan
utama Gereja pada dunia zaman ini
mempunyai dua unsur otentik, yakni
Proklamasi dan Dialog antar iman
12. Misi Gereja Kontekstual
• Misi Yesus:
– Mewartakan dan menghadirkan Kerajaan Allah
(Mrk 1:15)
– Memaklumkan kedatangan suatu suasana baru
ketika Allah datang meniadakan sekat-sekat yang
memisahkan manusia
– Menghadirkan Allah yang mencintai setiap orang
dengan cinta yang tak bersyarat
13. • Misi Gereja:
– Partisipasi dalam perutusan Yesus berdasarkan
kuasa dan kekuatan-Nya yang mulia (Tom Jacobs)
– Ada dalam dunia bagi kemuliaan Allah (George
M. Suares-Prabhu)
– Mengikuti Kristus: menghadirkan kasih Allah
demi kemuliaan Allah dan memuliakan Allah
dengan menghadirkan kasih Allah dalam dunia,
dalam hidup sehari-hari, sesuai dengan situasi
dan kondisi setempat
14. Misi Gereja Indonesia
• Menghidupi Jiwa Unggul dalam
Kebhinnekaan:
1) Bersikap realistis, yakni melihat, menerima dan
mengakui pluralitas budaya dan iman sebagai
kenyataan
2) Berpikir positif, yakni melihat realitas
keberagaman bukan hanya sebagai “masalah”
tetapi terutama sebagai “berkah”
3) Berpraksis aposteriori, yakni mengenal yang
lain dalam perjumpaan (bukan apriori)
16. 4) Menjaga ketegangan antara kesetiaan (cinta)
pada kebenaran iman Gereja dan keterbukaan
(hormat) terhadap kebenaran yang dipegang
oleh yang lain
5) Menjalin persaudaraan sejati, yakni menerima
persamaan dan perbedaan secara serius dan
tulus
6) Mengatasi toleransi, yakni, di satu sisi,
melawan kecenderungan untuk mengimunisasi
diri dan, di sisi lain, berpengharapan bahwa
perjumpaan yang sungguh dan mendalam
dengan yang lain mentransformasi hidup
17. 7) Mengosongkan diri (kenosis), yakni
melepaskan previlegi dan superioritas diri
dalam perjumpaan dengan yang lain
18. “Dengan bersikap
realistis, berpikir positif,
berpraksis aposteriori,
menjaga ketegangan
antara kesetiaan dan
keterbukaan, menjalin
persahabatan sejati,
mengatasi toleransi serta
mengosongkan diri;
Gereja di Indonesia
senyatanya memuliakan
Allah, Bapa Tuhan Kita,
Yesus Kristus, dalam Roh
Kudus.”