Pada langkah ini, kita akan melakukan eksplorasi penyebab-penyebab masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya melalui kajian literatur dan hasil wawancara.
2. MASALAH YANG TELAH
DIIDENTIFIKASI
Guru belum begitu
memahami model-model
pembelajaran inovatif serta
pemanfaatannya yang sesuai
dengan karakteristik materi
pembelajaran.
Kemampuan siswa dalam
membaca dan memahami
suatu bacaan masih kurang,
3. HASIL EKSPLORASI PENYEBAB MASALAH
Hasil kajian literatur 1
Menurut Imamalhikmah (2010), Pembelajaran Inovatif membangkitkan
Motivasi Mengajar Dan Belajar.
Guru akhirnya menjadi sorotan karena merekalah yang menjadi patokan terdepan
yang berinteraksi langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam kondisi
seperti ini, guru dituntut untuk mengembangkan keahlian, pengetahuan dan
melairkan hal-hal baru.
4. 2. Kamus Bahasa Indonesia (2003) kata “inovasi” mengandung arti pengenalan
hal-hal yang baru atau pembaharuan.
3. Menurut penelitian Nyanyu Khodijah, (2012), Profesionalisme Guru
Dalam Penerapan Model-Model Pembelajaran Inovatif Pada Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi model pembelajaran inovatif, yakni: rendahnya
kualitas pelatihannya dan rendahnya motivasi
5. Hasil wawancara bersama Pengawas SMP Dinas Pendidikan Ka. Sukabumi,
Bapak Drs. Kahar, M.Pd.
Permasalahan yang terjadi mengenai model pembelajaran sangat banyak dan
vareatif, salah satu diantaranya adalah:
Minimnya pengetahuan guru terhadap Model-Model Pembelajaran Inovatif yang
menyebabkan guru kurang maksimal dalam menggunakan model pembelajaran
yang inovatif, hal ini diakibatkan antara lain:
Guru belum menguasai model pembelajaran yang inovatif.
Guru malas menggunakn model pembelajaran yang inovatif.
Guru lebih senang berada di zona nyaman tidak mau ribet.
Guru kurang kreatif dan inovatif.
Guru tidak mau mengubah mainset dan paradigma baru di dalam pembelajaran.
Guru sudah merasa puas dengan apa yang telah dicapai dalam pembelajaran
selama ini.
6. Saran atau solusi antara lain:
Bagi guru, dia harus berusaha mengembangakan profesionalisme dirinya sebagai
guru profesinal melalui :
Belajar mandiri dengan mempelajari referensi yang berkaitan dengan model
model pembelajara.
Mengikuti seminar atau atau webinar secara online.
Belajar melalui PMM(Platfom Merdeda Mengajar) yang sudah diseniakan oleh
Kemendikbudristek dengan akun belajar.id
7. Bagi sekolah harus berusaha mengembangakan profesionalisme guru
melalui :
Bimtek model-model pembelajaran dan merancang pembelajaran
inovatif yang bisa meningkatkan keterampilan siswa.
IHT model-model pembelajaran dan merancang pembelajaran inovatif
yang bisa meningkatkan keterampilan siswa
MGMP di sekolah, sub rayon atau ditingkat Kabupaten berkaitan
dengan model-model pembelajaran dan merancang pembelajaran
inovatif yang bisa meningkatkan keterampilan siswa.
8. Hasil Kajian Literatur 2
Menurut Ningsih, H.S., & Alpusari. M. (2019). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Literasi Siswa Sekolah Dasar Kelas Rendah. Prossiding
Seminar Nasional Pendidikan Guru Sekolah Dasar, halaman 122-126. ISBN:
978-623-91681-0-0.
Rendahnya kemapuan literasi peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal, seperti minat, bakat, dan IQ atau tingkat kecerdasan.
Sedangkan faktor ekternal, seperti motivasi, keluarga, atau bimbingan belajar.
Kompas.com (2020) , Rendahnya minat baca siswa disebabkan:
1. Pengaruh social media (Facebook, Instagram, Tiktok dll)
2. Banyaknya hiburan (TV, youtube dll).
3. Guru dan orang tua kurang mendorong siswa rajin membaca.
4. Sarana/media membaca yang kurang,
5. Konsep membaca yang diajarkan tidak bervareasi,
9. Hasil wawancara bersama Pengawas SMP Dinas Pendidikan Ka. Sukabumi,
Bapak Drs. Kahar, M.Pd.
Penyebab rendahnya minat baca siswa diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah:
1. Masih rendahnya kemahiran membaca siswa di sekolah.
2. Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat siswa harus membaca buku (lebih
banyak lebih baik), mencari informasi atau pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan,
mengapresiasi karya-karya ilmiah, filsafat, sastra dan sebagainya.
3. Banyaknya jenis hiburan online seperti social media, youtube, permainan (online game)
dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian siswa dari buku.Banyaknya tempat hiburan
yang menghabiskan waktu seperti taman rekreasi, tempat karaoke, night club,
mall,supermarket, play station dan lain-lain.
4. Sarana untuk memperoleh bacaan, seperti perpustakaan atau taman bacaan, masih
merupakan barang
aneh dan langka.
5. Minimnya koleksi buku diperpustakaan serta kondisi perpustakaan yang tidak memberikan
iklim yang
kondusif bagi tumbuhnya minat baca pengunjung yang memanfaatkan jasa perpustakaan.
6. Minimnya pengunjung ke perpustakaan.
10. Saran atau solusi:
Solusi terbaik adalah dengan membuka pikiran siswa tentang pentingnya
pembiasaan membaca. Sebaiknya minat baca siswa itu sendiri pertama-
tama harus dibangun atau ditanam kan sejak usia dini dengan bantuan
pendidikan baik formal maupun non formal.
Agar siswa dapat membaca buku secara aktif, maka kepada mereka perlu
disediakan bahan bacaan yang cukup koleksinya. Oleh karena itu,
perpustakaan merupakan wacana baca yang mampu menyediakan
beragam buku baik fiksi nonfiksi, referensi, atau non buku seperti
majalah, koran, kaset serta alat peraga, wajib dimiliki setiap sekolah.