SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
DERET TAYLOR DAN
ANALISIS GALAT
DERET TAYLOR
Deret Taylor merupakan dasar untuk menyelesaikan
masalah dalam metode numerik, terutama penyelesaian
persamaan diferensial.
Jika fungsi f(x) diketahui di titik xi dan semua turunan dari f
terhadap x diketahui pada titik tersebut.
Dengan deret Taylor dapat dinyatakan nilai f pada titik xi+1
yang terletak pada jarak Dx dari titik xi.
...
!
.....
!
3
)
0
(
"
'
!
2
)
0
(
"
!
1
)
0
(
'
)
0
(
)
( 3
2






 n
n
x
n
f
x
f
x
f
x
f
f
x
f r
x
, 
CONTOH :
....
!
3
1
!
2
1
1 3
2




 x
x
x
ex
f(x) = ex → f(0) = 1
f’(x) = ex → f’(0) = 1
f’’(x) = ex → f’’(0) = 1
.
.
.
fn(x) = ex → fn (0) = 1
...
!
8
!
6
!
4
!
2
1
cos
8
6
4
2






x
x
x
x
x
....
!
7
!
5
!
3
sin
7
5
3





x
x
x
x
x
ANALISIS GALAT
Penyelesaian secara numerik dari suatu
persamaan matematis hanya memberikan nilai
perkiraan yang mendekati nilai eksak (yang benar)
dari penyelesaian analitis.
Penyelesaian numerik akan memberikan
kesalahan terhadap nilai eksak
DEFINISI GALAT (KESALAHAN )
Kesalahan (error/galat) adalah besarnya
perbedaan atau selisih antara nilai taksiran
(hampiran/aproksimasi) dengan nilai
sesungguhnya (eksak), kesalahan ini biasa
timbul karena proses pengukuran atau
penggunaan aproksimasi.
NILAI GALAT (NILAI KESALAHAN)
Besarnya kesalahan atas suatu nilai taksiran
dapat dinyatakan secara kuantitatif dan kualitatif.
Besarnya kesalahan yang dinyatakan secara
kuantitatif disebut Kesalahan Absolut.
Besarnya kesalahan yang dinyatakan secara
kualitatif disebut dengan Kesalahan Relatif.
Nilai eksak dapat diformulasikan sebagai
hubungan antara nilai perkiraan dan nilai
kesalahan sebagai berikut :
v = v’ + 
Dimana :
v = nilai eksak,
v’ = nilai perkiraan
 = nilai kesalahan
KESALAHAN ABSOLUT
Kesalahan absolut menunjukkan besarnya
perbedaan antara nilai eksak dengan nilai
perkiraan :
a = v – v’ 
Kesalahan absolut tidak menunjukkan besarnya
tingkat kesalahan, tetapi hanya sekedar
menunjukkan selisih perbedaan antara nilai eksak
dengan nilai perkiraan.
8
KESALAHAN RELATIF
Kesalahan relatif menunjukkan besarnya
tingkat kesalahan antara nilai perkiraan dengan
nilai eksaknya yang dihitung dengan
membandingkan kesalahan absolut terhadap
nilai eksaknya (biasanya dinyatakan dalam % ).
RUMUS :
100%
V
ξa
ξr 

dimana :
v = nilai eksak
r = kesalahan relatif
a = kesalahan absolut
Semakin kecil kesalahan relatifnya, maka nilai
perkiraan yang diperoleh akan semakin baik.
CONTOH 1:
Soal :
Isna membeli kabel listrik 30 meter dari sebuah
toko alat-alat elektronika. Setelah diukur ulang
oleh Isna sesampainya di rumah, kabel tersebut
ternyata hanya mempunyai panjang 29,97
meter. Berapa kesalahan absolut dan kesalahan
relatif hasil pengukuran yang dilakukan oleh
Isna?
PENYELESAIAN :
Diketahui :
V = 30 meter
V’ = 29,97 meter
Kesalahan absolut
a =  30 – 29,97 = 0.03 meter
Kesalahan relatif
r =  0.03/ 30  * 100% = 0.1%
CONTOH 2 :
Pengukuran panjang jembatan dan pensil memberikan hasil
9999 cm dan 9 cm. Apabila panjang yang benar (eksak)
adalah 10.000 cm dan 10 cm. Hitung kesalahan absolut dan
relatif!
Solusi :
a. Kesalahan absolut
Jembatan : a = v – v’  = │10.000 – 9999 │= 1 cm
Pensil : a = v – v’  = │10 – 9 │= 1 cm
b. Kesalahan relatif
Jembatan :
Pensil :
Kedua kesalahan sama yaitu 1 cm tetapi kesalahan
relatif pensil adalah jauh lebih besar
13
0.01%
100%
10000
1
100%
V
ξa
ξr 




10%
100%
10
1
100%
V
ξa
ξr 




MACAM-MACAM GALAT
Ada 3 macam kesalahan dasar;
1.Galat bawaan (Inherent Error)
2.Galat pemotongan (Truncation Error)
3.Galat pembulatan (Round-off Error)
1. GALAT BAWAAN (INHEREN)
Galat bawaan adalah Galat dalam nilai data
Terjadi akibat kekeliruan dalam menyalin data, salah
membaca skala atau kesalahan karena kurangnya
pengertian mengenai hukum-hukum fisik dari data yang
diukur. Kesalahan ini sering terjadi karena faktor human
error
Contoh :
Pengukuran selang waktu 2,3 detik :
Terdapat beberapa galat karena hanya dengan suatu
kebetulan selang waktu akan diukur tepat 2,3 detik.
Beberapa batas yg mungkin pada galat inheren diketahui :
Berhubungan dengan galat pada data yang dioperasikan
oleh suatu komputer dengan beberapa prosedur numerik.
detik
0,1
2,3 
2. GALAT PEMOTONGAN (TRUNCATION ERROR)
Berhubungan dengan cara pelaksanaan prosedur numerik. Kesalahan
ini terjadi karena tidak dilakukannya hitungan sesuai dengan prosedur
matematik yang benar.
Contoh pada deret Taylor tak berhingga :
Dapat dipakai untuk menghitung sinus sebarang sudut x dalam radian.
Jelas kita tidak dapat memakai semua suku dalam deret, karena
deretnya tak berhingga
Kita berhenti pada suku tertentu misal x9
Suku yg dihilangkan menghasilkan suatu galat
Dalam perhitungan numerik galat ini sangat penting
........
!
9
x
!
7
x
!
5
x
!
3
x
x
x
sin
9
7
5
3






3. GALAT PEMBULATAN (ROUND-0FF ERROR)
Galat ini terjadi akibat pembulatan angka
Terjadi pada komputer yg disediakan beberapa angka
tertentu misal; 5 angka :
Penjumlahan 9,2654 + 7,1625
hasilnya 16,4279
Ini terdiri 6 angka sehingga tidak dapat disimpan
dalam komputer kita dan akan dibulatkan menjadi
16,428
ANGKA BENA
Konsep angka bena (significant figure) atau
angka berarti telah dikembangkan secara formal
untuk menandakan keandalan suatu nilai
numerik. Angka bena adalah angka bermakna,
angka penting, atau angka yang dapat
digunakan dengan pasti.
CONTOH :
43.123 memiliki 5 angka bena (yaitu 4,3,1,2,3)
0.1764 memiliki 4 angka bena (yaitu 1,7,6,4)
0.12 memiliki 2 angka bena ( yaitu 1,2)
278.300 memiliki 6 angka bena (yaitu 2,7,8,3,0,0)
0.001360 memiliki 4 angka bena, di mana tiga buah
angka nol pertama tidak berarti, sedangkan 0 yang
terakhir angka berarti karena pengukuran dilakukan
sampai ketelitian 4 digit.
4.3123 x 10 1 memiliki 5 angka bena
1.764 x 10-1 memiliki 4 angka bena
Komputer hanya menyimpan sejumlah tertentu
angka bena. Bilangan riil yang jumlah angka
benanya melebihi jumlah angka bena komputer
akan disimpan dalam sejumlah angka bena
komputer itu.
ATURAN PEMBULATAN ANGKA
Bila angka terkiri dari angka yang harus
dihilangkan adalah angka 4 atau kurang maka
angka terkanan dari yang mendahuluinya tetap
Contoh :
2334 dibulatkan sampai puluhan terdekat
menghasilkan 2330
Aturan 1
ATURAN 2
Bila angka terkiri dari angka yang harus
dihilangkan lebih dari 5 atau angka 5 diikuti
dengan angka bukan nol maka angka terkanan
yang mendahuluinya bertambah satu.
Contoh :
453 dibulatkan keseratusan terdekat menjadi 500
ATURAN 3
Bila angka terkiri dari angka yang harus
dihilangkan hanya angka 5 saja atau angka 5
diikuti dengan angka nol saja maka angka
terkanan yang mendahuluinya bertambah satu jika
ganjil dan tetap jika genap
Contoh :
3500 dibulatkan sampai ribuan terdekat menjadi
4000
LATIHAN SOAL
1. Seorang pembeli bensin di sebuah SPBU
membayar bensin yang dibeli sebesar Rp 33,000
dengan harga bensin Rp 1,000/ liter. Pada meteran
pengeluaran bensin di SPBU tersebut menunjukkan
angka 32.782 liter. Berapa % tingkat kesalahan
yang harus ditanggung dan berapa rupiah kerugian
pembeli bensin akibat kecerobohan petugas di
SPBU dalam menagih pembayaran bensin tersebut
2. Diketahui deret Maclaurin untuk e-2x dengan x = 0.1
e-2x = 1 – 2/1! x + 4/2! x2 – 8/3! x3 + 16/4! x4 + ....
tentukan nilai taksiran untuk e-2x dan berapa nilai
kesalahannya apabila penghitungan dilakukan hanya
dengan memperhitungkan 3 suku dari deret tersebut!
3. Diketahui deret Maclaurin untuk cos x :
Cos x = 1 - x2/2! + x4/4! – x6/6! + ....
Tentukan nilai taksiran untuk cos(/4) dan berapa nilai
kesalahannya apabila penghitungan dilakukan hanya
dengan memperhitungkan 3 suku dari deret tersebut
(cos(/4) = 0.525322).
4. Bulatkan angka-angka berikut hingga ketelitian
yang diinginkan dan berapa tingkat kesalahan hasil
pembulatan :
a. 12.934,5000 ( seperseribuan terdekat)
b. 100,001.99 (ribuan terdekat)
c. 2.71828200 (seperseratusan terdekat)
d. 0.55555 (sepersejutaan terdekat)
e. 96.50000 (satuan terdekat)
f. 76.66666 (puluhan terdekat)

More Related Content

Similar to MetNum2-Deret_Taylor+Analisis_Galat.ppt

Teknik menjawab soalan matematik tahun 6 2012
Teknik menjawab soalan matematik tahun 6 2012Teknik menjawab soalan matematik tahun 6 2012
Teknik menjawab soalan matematik tahun 6 2012norulhafiza
 
Master mr.mawie
Master mr.mawieMaster mr.mawie
Master mr.mawiesu Herman
 
Bahan kuliah 1 metoda numerik
Bahan kuliah 1   metoda numerikBahan kuliah 1   metoda numerik
Bahan kuliah 1 metoda numerikSriyono Nozbee
 
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptxBAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptxNaufalDhiyaulhaq2
 
Soal UAS Pemrograman Dasar Kelas 11 SMK semester ganjil tahun ajaran 2014-2015
Soal UAS Pemrograman Dasar Kelas 11 SMK semester ganjil tahun ajaran 2014-2015Soal UAS Pemrograman Dasar Kelas 11 SMK semester ganjil tahun ajaran 2014-2015
Soal UAS Pemrograman Dasar Kelas 11 SMK semester ganjil tahun ajaran 2014-2015Saprudin Eskom
 
Kuliah 1 sistem_bilangan
Kuliah 1 sistem_bilanganKuliah 1 sistem_bilangan
Kuliah 1 sistem_bilanganNyssa Makkiyah
 
Metode numerik pada persamaan integral (new)
Metode numerik pada persamaan integral (new)Metode numerik pada persamaan integral (new)
Metode numerik pada persamaan integral (new)Khubab Basari
 
2.6. Jumlah Digit dalam Bilangan Ratusan Menggunakan C++
2.6. Jumlah Digit dalam Bilangan Ratusan Menggunakan C++2.6. Jumlah Digit dalam Bilangan Ratusan Menggunakan C++
2.6. Jumlah Digit dalam Bilangan Ratusan Menggunakan C++BayuYudhaSaputra
 
Bab 3 penyl numerik aljabar tunggal
Bab 3 penyl numerik aljabar tunggalBab 3 penyl numerik aljabar tunggal
Bab 3 penyl numerik aljabar tunggalwahyuddin S.T
 
Kulum md-13 juni2013
Kulum md-13 juni2013Kulum md-13 juni2013
Kulum md-13 juni2013rolly purnomo
 
Momen inersia
Momen inersiaMomen inersia
Momen inersiaNia Rahma
 
Penuntun praktikum fisika dasar
Penuntun praktikum fisika dasarPenuntun praktikum fisika dasar
Penuntun praktikum fisika dasarHelvyEffendi
 
Perancangan sistem digital
Perancangan sistem digitalPerancangan sistem digital
Perancangan sistem digitaltry susanto
 
Latihan soal-2
Latihan soal-2Latihan soal-2
Latihan soal-2ata bik
 

Similar to MetNum2-Deret_Taylor+Analisis_Galat.ppt (20)

Sistem_bilangan.ppt
Sistem_bilangan.pptSistem_bilangan.ppt
Sistem_bilangan.ppt
 
Teknik menjawab soalan matematik tahun 6 2012
Teknik menjawab soalan matematik tahun 6 2012Teknik menjawab soalan matematik tahun 6 2012
Teknik menjawab soalan matematik tahun 6 2012
 
Master mr.mawie
Master mr.mawieMaster mr.mawie
Master mr.mawie
 
Met num 2
Met num 2Met num 2
Met num 2
 
Bahan kuliah 1 metoda numerik
Bahan kuliah 1   metoda numerikBahan kuliah 1   metoda numerik
Bahan kuliah 1 metoda numerik
 
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptxBAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
 
Soal UAS Pemrograman Dasar Kelas 11 SMK semester ganjil tahun ajaran 2014-2015
Soal UAS Pemrograman Dasar Kelas 11 SMK semester ganjil tahun ajaran 2014-2015Soal UAS Pemrograman Dasar Kelas 11 SMK semester ganjil tahun ajaran 2014-2015
Soal UAS Pemrograman Dasar Kelas 11 SMK semester ganjil tahun ajaran 2014-2015
 
Soalprogdasx
SoalprogdasxSoalprogdasx
Soalprogdasx
 
Makalah komputasi numerik
Makalah  komputasi numerikMakalah  komputasi numerik
Makalah komputasi numerik
 
Matlab 8
Matlab 8Matlab 8
Matlab 8
 
Kuliah 1 sistem_bilangan
Kuliah 1 sistem_bilanganKuliah 1 sistem_bilangan
Kuliah 1 sistem_bilangan
 
Metode numerik pada persamaan integral (new)
Metode numerik pada persamaan integral (new)Metode numerik pada persamaan integral (new)
Metode numerik pada persamaan integral (new)
 
2.6. Jumlah Digit dalam Bilangan Ratusan Menggunakan C++
2.6. Jumlah Digit dalam Bilangan Ratusan Menggunakan C++2.6. Jumlah Digit dalam Bilangan Ratusan Menggunakan C++
2.6. Jumlah Digit dalam Bilangan Ratusan Menggunakan C++
 
Bab 3 penyl numerik aljabar tunggal
Bab 3 penyl numerik aljabar tunggalBab 3 penyl numerik aljabar tunggal
Bab 3 penyl numerik aljabar tunggal
 
Kulum md-13 juni2013
Kulum md-13 juni2013Kulum md-13 juni2013
Kulum md-13 juni2013
 
Momen inersia
Momen inersiaMomen inersia
Momen inersia
 
Penuntun praktikum fisika dasar
Penuntun praktikum fisika dasarPenuntun praktikum fisika dasar
Penuntun praktikum fisika dasar
 
Perancangan sistem digital
Perancangan sistem digitalPerancangan sistem digital
Perancangan sistem digital
 
Latihan soal-2
Latihan soal-2Latihan soal-2
Latihan soal-2
 
Bilangan Biner.doc
Bilangan Biner.docBilangan Biner.doc
Bilangan Biner.doc
 

Recently uploaded

Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 

Recently uploaded (20)

Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 

MetNum2-Deret_Taylor+Analisis_Galat.ppt

  • 2. DERET TAYLOR Deret Taylor merupakan dasar untuk menyelesaikan masalah dalam metode numerik, terutama penyelesaian persamaan diferensial. Jika fungsi f(x) diketahui di titik xi dan semua turunan dari f terhadap x diketahui pada titik tersebut. Dengan deret Taylor dapat dinyatakan nilai f pada titik xi+1 yang terletak pada jarak Dx dari titik xi. ... ! ..... ! 3 ) 0 ( " ' ! 2 ) 0 ( " ! 1 ) 0 ( ' ) 0 ( ) ( 3 2        n n x n f x f x f x f f x f r x , 
  • 3. CONTOH : .... ! 3 1 ! 2 1 1 3 2      x x x ex f(x) = ex → f(0) = 1 f’(x) = ex → f’(0) = 1 f’’(x) = ex → f’’(0) = 1 . . . fn(x) = ex → fn (0) = 1 ... ! 8 ! 6 ! 4 ! 2 1 cos 8 6 4 2       x x x x x .... ! 7 ! 5 ! 3 sin 7 5 3      x x x x x
  • 4. ANALISIS GALAT Penyelesaian secara numerik dari suatu persamaan matematis hanya memberikan nilai perkiraan yang mendekati nilai eksak (yang benar) dari penyelesaian analitis. Penyelesaian numerik akan memberikan kesalahan terhadap nilai eksak
  • 5. DEFINISI GALAT (KESALAHAN ) Kesalahan (error/galat) adalah besarnya perbedaan atau selisih antara nilai taksiran (hampiran/aproksimasi) dengan nilai sesungguhnya (eksak), kesalahan ini biasa timbul karena proses pengukuran atau penggunaan aproksimasi.
  • 6. NILAI GALAT (NILAI KESALAHAN) Besarnya kesalahan atas suatu nilai taksiran dapat dinyatakan secara kuantitatif dan kualitatif. Besarnya kesalahan yang dinyatakan secara kuantitatif disebut Kesalahan Absolut. Besarnya kesalahan yang dinyatakan secara kualitatif disebut dengan Kesalahan Relatif.
  • 7. Nilai eksak dapat diformulasikan sebagai hubungan antara nilai perkiraan dan nilai kesalahan sebagai berikut : v = v’ +  Dimana : v = nilai eksak, v’ = nilai perkiraan  = nilai kesalahan
  • 8. KESALAHAN ABSOLUT Kesalahan absolut menunjukkan besarnya perbedaan antara nilai eksak dengan nilai perkiraan : a = v – v’  Kesalahan absolut tidak menunjukkan besarnya tingkat kesalahan, tetapi hanya sekedar menunjukkan selisih perbedaan antara nilai eksak dengan nilai perkiraan. 8
  • 9. KESALAHAN RELATIF Kesalahan relatif menunjukkan besarnya tingkat kesalahan antara nilai perkiraan dengan nilai eksaknya yang dihitung dengan membandingkan kesalahan absolut terhadap nilai eksaknya (biasanya dinyatakan dalam % ).
  • 10. RUMUS : 100% V ξa ξr   dimana : v = nilai eksak r = kesalahan relatif a = kesalahan absolut Semakin kecil kesalahan relatifnya, maka nilai perkiraan yang diperoleh akan semakin baik.
  • 11. CONTOH 1: Soal : Isna membeli kabel listrik 30 meter dari sebuah toko alat-alat elektronika. Setelah diukur ulang oleh Isna sesampainya di rumah, kabel tersebut ternyata hanya mempunyai panjang 29,97 meter. Berapa kesalahan absolut dan kesalahan relatif hasil pengukuran yang dilakukan oleh Isna?
  • 12. PENYELESAIAN : Diketahui : V = 30 meter V’ = 29,97 meter Kesalahan absolut a =  30 – 29,97 = 0.03 meter Kesalahan relatif r =  0.03/ 30  * 100% = 0.1%
  • 13. CONTOH 2 : Pengukuran panjang jembatan dan pensil memberikan hasil 9999 cm dan 9 cm. Apabila panjang yang benar (eksak) adalah 10.000 cm dan 10 cm. Hitung kesalahan absolut dan relatif! Solusi : a. Kesalahan absolut Jembatan : a = v – v’  = │10.000 – 9999 │= 1 cm Pensil : a = v – v’  = │10 – 9 │= 1 cm b. Kesalahan relatif Jembatan : Pensil : Kedua kesalahan sama yaitu 1 cm tetapi kesalahan relatif pensil adalah jauh lebih besar 13 0.01% 100% 10000 1 100% V ξa ξr      10% 100% 10 1 100% V ξa ξr     
  • 14. MACAM-MACAM GALAT Ada 3 macam kesalahan dasar; 1.Galat bawaan (Inherent Error) 2.Galat pemotongan (Truncation Error) 3.Galat pembulatan (Round-off Error)
  • 15. 1. GALAT BAWAAN (INHEREN) Galat bawaan adalah Galat dalam nilai data Terjadi akibat kekeliruan dalam menyalin data, salah membaca skala atau kesalahan karena kurangnya pengertian mengenai hukum-hukum fisik dari data yang diukur. Kesalahan ini sering terjadi karena faktor human error Contoh : Pengukuran selang waktu 2,3 detik : Terdapat beberapa galat karena hanya dengan suatu kebetulan selang waktu akan diukur tepat 2,3 detik. Beberapa batas yg mungkin pada galat inheren diketahui : Berhubungan dengan galat pada data yang dioperasikan oleh suatu komputer dengan beberapa prosedur numerik. detik 0,1 2,3 
  • 16. 2. GALAT PEMOTONGAN (TRUNCATION ERROR) Berhubungan dengan cara pelaksanaan prosedur numerik. Kesalahan ini terjadi karena tidak dilakukannya hitungan sesuai dengan prosedur matematik yang benar. Contoh pada deret Taylor tak berhingga : Dapat dipakai untuk menghitung sinus sebarang sudut x dalam radian. Jelas kita tidak dapat memakai semua suku dalam deret, karena deretnya tak berhingga Kita berhenti pada suku tertentu misal x9 Suku yg dihilangkan menghasilkan suatu galat Dalam perhitungan numerik galat ini sangat penting ........ ! 9 x ! 7 x ! 5 x ! 3 x x x sin 9 7 5 3      
  • 17. 3. GALAT PEMBULATAN (ROUND-0FF ERROR) Galat ini terjadi akibat pembulatan angka Terjadi pada komputer yg disediakan beberapa angka tertentu misal; 5 angka : Penjumlahan 9,2654 + 7,1625 hasilnya 16,4279 Ini terdiri 6 angka sehingga tidak dapat disimpan dalam komputer kita dan akan dibulatkan menjadi 16,428
  • 18. ANGKA BENA Konsep angka bena (significant figure) atau angka berarti telah dikembangkan secara formal untuk menandakan keandalan suatu nilai numerik. Angka bena adalah angka bermakna, angka penting, atau angka yang dapat digunakan dengan pasti.
  • 19. CONTOH : 43.123 memiliki 5 angka bena (yaitu 4,3,1,2,3) 0.1764 memiliki 4 angka bena (yaitu 1,7,6,4) 0.12 memiliki 2 angka bena ( yaitu 1,2) 278.300 memiliki 6 angka bena (yaitu 2,7,8,3,0,0) 0.001360 memiliki 4 angka bena, di mana tiga buah angka nol pertama tidak berarti, sedangkan 0 yang terakhir angka berarti karena pengukuran dilakukan sampai ketelitian 4 digit. 4.3123 x 10 1 memiliki 5 angka bena 1.764 x 10-1 memiliki 4 angka bena
  • 20. Komputer hanya menyimpan sejumlah tertentu angka bena. Bilangan riil yang jumlah angka benanya melebihi jumlah angka bena komputer akan disimpan dalam sejumlah angka bena komputer itu.
  • 21. ATURAN PEMBULATAN ANGKA Bila angka terkiri dari angka yang harus dihilangkan adalah angka 4 atau kurang maka angka terkanan dari yang mendahuluinya tetap Contoh : 2334 dibulatkan sampai puluhan terdekat menghasilkan 2330 Aturan 1
  • 22. ATURAN 2 Bila angka terkiri dari angka yang harus dihilangkan lebih dari 5 atau angka 5 diikuti dengan angka bukan nol maka angka terkanan yang mendahuluinya bertambah satu. Contoh : 453 dibulatkan keseratusan terdekat menjadi 500
  • 23. ATURAN 3 Bila angka terkiri dari angka yang harus dihilangkan hanya angka 5 saja atau angka 5 diikuti dengan angka nol saja maka angka terkanan yang mendahuluinya bertambah satu jika ganjil dan tetap jika genap Contoh : 3500 dibulatkan sampai ribuan terdekat menjadi 4000
  • 24. LATIHAN SOAL 1. Seorang pembeli bensin di sebuah SPBU membayar bensin yang dibeli sebesar Rp 33,000 dengan harga bensin Rp 1,000/ liter. Pada meteran pengeluaran bensin di SPBU tersebut menunjukkan angka 32.782 liter. Berapa % tingkat kesalahan yang harus ditanggung dan berapa rupiah kerugian pembeli bensin akibat kecerobohan petugas di SPBU dalam menagih pembayaran bensin tersebut
  • 25. 2. Diketahui deret Maclaurin untuk e-2x dengan x = 0.1 e-2x = 1 – 2/1! x + 4/2! x2 – 8/3! x3 + 16/4! x4 + .... tentukan nilai taksiran untuk e-2x dan berapa nilai kesalahannya apabila penghitungan dilakukan hanya dengan memperhitungkan 3 suku dari deret tersebut!
  • 26. 3. Diketahui deret Maclaurin untuk cos x : Cos x = 1 - x2/2! + x4/4! – x6/6! + .... Tentukan nilai taksiran untuk cos(/4) dan berapa nilai kesalahannya apabila penghitungan dilakukan hanya dengan memperhitungkan 3 suku dari deret tersebut (cos(/4) = 0.525322).
  • 27. 4. Bulatkan angka-angka berikut hingga ketelitian yang diinginkan dan berapa tingkat kesalahan hasil pembulatan : a. 12.934,5000 ( seperseribuan terdekat) b. 100,001.99 (ribuan terdekat) c. 2.71828200 (seperseratusan terdekat) d. 0.55555 (sepersejutaan terdekat) e. 96.50000 (satuan terdekat) f. 76.66666 (puluhan terdekat)