SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang sistematis dalam
upaya memanusiakan manusia. Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang
mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika,
masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara
mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis. Salah satu pokok
pembahasan sosiologi pendidikan adalah hubungan antar manusia dalam
sekolah.1
Manusia adalah merupakan makhluk sosial yangmemiliki naluri untuk
berinteraksi dengan manusia lainnya. Dalam berinteraksi manusia juga
cenderung akan membentuk kelompok-kelompok. Kelompok-kelompok yang
terbentuk di dalam masyarakat adalah merupakan bentuk kehidupan yang
nyata, karena peran kelompok dalam kehidupan sangatlah penting, individu
dapat menghabiskan waktunya dengan berkegiatan, berinteraksi dan
melakukan berbagai hal dengan menjadi bagian dalam kelompok. Dengan
banyaknya sejumlah kelompok yang terbentuk di masyarakat, maka sangat
besar kemungkinan untuk terjadinya interaksi antarkelompok satu dengan
yang lainnya. Banyak hal yang dapat terjadi pada interaksi antarkelompok
tersebut, dapat berupa interaksi yang positif ataupun negative.
Hubungan antar kelompok tentunya tidak secara tiba-tiba terbentuk,
melainkan melalui akumulasi dan beberapa hubungan sosial yang sebelumnya
sudah terbentuk. Jika dimengerti sikap, prilaku, dan gerakan sosial yang
muncul diantara dua kelompok yang saling berhubungan. Dalam hal ini, akan
dimengerti jika kita berada suatu kelompok. Mekanisme yang berjalan, sesuai
dengan dimensi dan pengaruh hubungan antar kelompok
Mencakup di dalamnya pola interaksi sosial dan struktur masyarakat di
sekolah. Kamanto Sunarto menjelaskan keterkaitan antara pendidikan dan
hubungan antar kelompok. Keilmuan dan kearifan individu melalui
1
Nasution, S. . 1994. Sosiologi Pendidikan Ed.2 Cet.1. Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 13
1
tempaan pendidikan akan dapat merapatkan dan memecahkan masalah
yang timbul dalam hubungan antar kelompok2
. Oleh karena itu, dalam
makalah ini penulis akan menguraikan bagaimana pendidikan dan
hubungan antar kelompok itu sebenarnya. Mencakup jenis-jenis kelompok
sosial, struktur dan masalah sekolah sebagai kelompok sosial, dan hal-hal
lain yang relevan dengan pokok masalah di atas.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas, maka penulis dapat
menentukan rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu : bagaimana
peranan pendidikan dan hubungan antar kelompok dalam pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini selain sebagai tugas mata
kuliah Sosiologi Pendidian, juga untuk mengetahui:
1. Pengertian pendidikan
2. Pengertian kelompok
3. Kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat
4. Pengaruh pendidikan terhadap status sosial individu dalam suatu kelompok
5. Sekolah sebagai suatu organisasi
6. Struktur hubungan antar kelompok di sekolah
7. Masalah-masalah yang muncul dalam hubungan antar kelompok di sekolah
8. Upaya pendidikan dalam mengatasi maslah yang muncul dalam
hubungan antar kelompok di sekolah.
BAB II
2
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. hlm. 81
2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan sebuah kata yang sangat familiar kita dengarkan
di dalam hidup sehari hari, sebab pendidikan merupakan kegiatan penting yang
dilakukan oleh hampir semua irang dari lapisan masyarakat. Pendidikan
sebagai sesuatu yang penting memang tidak terlepas dari banyaknya pendapat
dan asumsi tentang arti dan definisi pendidikan yang sebenarnya. Pada artikel
kali ini saya bermaksud menuliskan pendapat para ahli mengenai pendidikan
yang tentunya berbeda beda tergantung pada persepsi masing masing.
Pendidikan dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan
atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan
sengaja oleh orang dewasa agar ia amenjadi dewasa. Selanjutnya,
pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan orang lain agar menjadi
dewasa atau mencapai hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti
mental.
1. Pengertian Pendidikan Secara Etimologi
Dalam ensiklopedi umum dijelaskan Pendidikan adalah proses
mengubah sikap dan tata kelakuan seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pembiasaan, pembelajaran,
pelatihan dan peneladanan, serta proses penanaman ilmu pengetahuan,
akhlak, dan nilai sosial budaya, ini dimaksudkan agar seseorang dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan kreatif, cakap, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3
Sedangkan dalam kamus ilmiah dijelaskan bahwa pendidikan adalah
segala usaha untuk membina kepribadian, mengembangkan pengetahuan,
dan kemampuan jasmaniah dan rohaniah agar mampu melaksanakan
tugas.4
3
Abdul syukur, Ensiklopedi umum untuk pelajar (Jakarta : PT ichtiyar Baru Van
Hoeve, tanpa tahun), 24.
4
Suparlan, Kamus istilah pekerjaan sosial (Bandung : Kanisius, 1990), 32.
3
Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan
sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-
potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai
yang ada didalam masyarakat dan kebudayaan.5
Jadi pengertian pendidikan secara etimologi adalah usaha sadar
manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan segala potensi yang
ada dalam diri seseorang meliputi jasmani maupun rohani agar menjadi
manusia yang kreatif, cakap, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
2. Pengertian Pendidikan Secara Terminologi
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah
usaha sadar yang terencana yang dilakukan untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan
juga keterampilan yang diperlukan untuk dirinya sendiri beserta
masyarakat.6
Untuk mengetahui Definisi dan Pengertian Pendidikan secara ilmiah,
maka baiknya kita menyimak beberapa pendapat para ahli tentang
pengertian dari Pendidikan ini:7
a. Menurut John Dewey;
Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman,
hal inimungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan
orang dewasa dengan orang muda,mungkin pula terjadi secara sengaja
dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan sosial.
Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang
belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.
b. Menurut H. Horne;
5
Fuad Hasan, Dasar-dasar kependidikan ( Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010), 1-2.
6
http://www.beritaterhangat.net/2014/06/definisi-dan-pengertian-pendidikan.html,
diakses tanggal 07 Mei 2014, jam 15.00
7
Ibid.
4
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang
telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada
Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional
dan kemanusiaan dari manusia.
c. Menurut Frederick J. Mc Donald;
Pendidkan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan
untuk merubah tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan
behavior adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang, sesuatu
yang dilakukan oleh sesorang.
d. Menurut M.J. Langeveld;
Pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap
pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak
merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu
berlangsung.
Jadi pengertian pendidikan secara terminologi adalah suatu proses
secara terus menerus yang meliputi berbagai kegiatan pembelajaran dengan
tujuan merubah tabiat manusia.
B. Pengertian Kelompok
Secara sosiologis, istilah kelompok mempunyai pengertian sebagai
suatukumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan
beriteraksi, di manadapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama.
Beberapa defenisi kelompok:
1. Joseph S. Roucek.
Suatu kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang diantara
mereka terdapat beberapa pola interasi yang dapat dipahami oleh para
anggotanya atau orang lain secara keseluruhan.
2. Mayor Polak
Kelompok sosial adalah satu group, yaitu sejumlah orang yang ada
antara hubungan satu sama lain dan hubungan itu bersifat sebagai sebuah
struktur.
3. Wila Huky
5
Kelompok merupakan suatu unit yang terdiri dari dua orang atau
lebih, yang saling berinteraksi atau saling berkomunikasi.
Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kelompok
menurut tinjauan sosiologi adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang
saling berinteraksi dan terjadi hubngan timbal balik dimana ia merasa
menjadi bagian dari kelompok tersebut.
C. Kelompok-Kelompok Sosial dalam Masyarakat
Kelompok sosial terbentuk setelah di antara individu yang satu dan
individu yang lain bertemu. Pertemuan antarindividu yang menghasilkan
kelompok sosial haruslah berupa proses interaksi, seperti adanya kontak,
komunikasi, kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi untuk mencapai
tujuan bersama, bahkan mungkin mengadakan persaingan, pertikaian, dan
konflik. Dengan demikian, interaksi merupakan syarat utama yang harus
dipenuhi agar terbentuk kelompok sosial.
Kelompok sosial dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk.
Hal ini sangat bergantung dari sudut pandang ahli yang bersangkutan.
Ada yang memandang dari proses terbentuknya, ada dari kekuatan ikatan
emosional yang terbentuk. Bahkan ada yang membaginya berdasarkan
banyakya jumlah anggota kelompok. Abdul Syani membagi kelompok
sosial menjadi kelompok kekerabatan, kelompok primer dan kelompok
sekunder, gemeinschaft dan gessellschaft, kelompok formal dan
nonformal, dan membership group, dan reference group.8
Kamanto Sunarto secara ringkas menyebutkan berbagai klasifikasi
kelompok sosial dari beberapa pakar. Biersted membedakan empat jenis
kelompok sosial berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial di
antara anggota kelompok, dan kesadaran jenis; yaitu kelompok statistik,
kelompok kemasyarakatan, kelompok sosial, dan kelompok asosiasi.9
Menurut Merton, kelompok merupakan sekelompok orang yang saling
8
Syani, Abdul. 2007. Sosologi, Skematika, teori, dan Terapan. Jakarta: BumiAksara. Hal.
105
9
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. hal. 137
6
berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan, sedangkan kolektiva
merupakan orang yang mempunyai rasa solidaritas karena berbagai niai
bersama dan yang telah memiliki rasa kewajiban moral untuk
menjalankan harapan peran. Konsep lain yang diajukan Merton ialah konsep
kategori sosial. Durkheim membedakan antara kelompok yang didasarkan
pada solidaritas mekanik, dan kelompok yang didasarkan pada solidaritas
organik. Solidaritas mekanik merupakan ciri yang menandai masyarakat
yang masih sederhana, sedangkan solidaritas organis merupakan bentuk
solidaritas yang sangat kompleks yang telah mengenal pembagian kerja
yang rinci dan dipersatukan oleh kesaling tergantungan antar bagian.
Tonnies mengadakan pembedaan antara dua jenis kelompok, yang
dinamakan gemeinschaft dan gesellschaft. Gemeinschaft digambarkan
sebagai kehidupan bersama yang intim, pribadi, dan eksklusif; suatu
keterikatan yang dibawa sejak lahir dan dibagi dalam tiga jenis:
gemeinschaft by blood, gemeinschaft of place, dan gemeinschaft of mind.
Gellschaft merupakan kehidupan publik, yang terdiri atas orang yang
kebetulan hadir bersama tetapi masing-masing tetap mandiri dan bersifat
sementara dan semu. Cooley memperkenalkan konsep kelompok primer.
Sebagai lawannya, sejumlah ahli sosiologi menciptakan kelompok
sekunder. Suatu klasifikasi lain, yaitu pembedaan antara kelompok dalam
dan kelompok luar, didasarkan pada pemikiran Summer. Summer
mengemukakan bahwa di kalangan anggota kelompok dalam dijumpai
persahabatan, kerja sama, keteraturan, dan kedamaian sedangkan
hubungan anatara kelompok dalam dan kelompok luar cenderung ditandai
kebencian, permusuhan, perang, dan perampokan. Merton mengamati bahwa
kadang-kadang perilaku seseorang tidak mengacu pada kelompoknya yang
di dalamnya ia menjadi anggota, melainkan pada kelompok lain. Di kala
seseorang berubah kenggotaan kelompok, ia sebelumnya dapat menjalani
perubahan orientasi. Proses ini oleh Merton kemudian diberi nama
sosialisasi antisipatoris. Persons memperkerkenalkan perangkat variabel
pola. Menurut Persons variabel pola merupakan seperangkat dilema
7
universal yang dihadapi dan harus dipecahkan seorang pelaku dalam
setiap situasi sosial. Suatu klasifikasi yang digali Geertz dari masyarakat
jawa ialah pembedaan antara subtradisi abangan, santri, dan pryayi.
Menurut Geertz pembagian masyarakat yang ditelitinya ke dalam tiga tipe
budaya ini didasarkan atas perbedaan pandangan di antara mereka.
Menurut Weber dalam masyarakat modern kita menjumpai suatu
sistem jabatan yang dinamakan birokrasi. Organisasi birokrasi yang oleh
Weber mengandung sejumlah prinsip. Prinsip tersebut hanya dijumpai pada
birokrasi yang oleh Weber disebut tipe ideal, yang tidak akan kita jumpai
dalam masyarakat.
D. Pengaruh Pendidikan Terhadap Status Sosial Individu dalam Suatu
Kelompok
Status dalam bahasa indonesia sama artinya dengan “posisi” atau
“kedudukan”. Tetapai maknanya jelas berbeda. Status berhubungan dengan
stratifikasi sosial, sedangkan posisi berhubungan dengan situasi (tempat,
situasi lain, dan situasi diri sendiri). Menurut Raphh Linton (dalam Ary
Gunawan) kemungkinan seseorang dalam memperoleh status ada dua
macam:10
1. Ascribed status, ialah status yang diperoleh dengan sendirinya oleh
seorang anggota masyarakat. Misanya dalam sistem kasta, seorang
anak sudra, langsung saja sejak lahir ia berstatus sudra. Seorang anak
raja langsung menjadi bangsawan.
2. Achieved status ialah kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha
yang disengaja, seperti sarjana untuk kelulusan dengan usaha yang
disengaja,seperti sarjana untuk kelulusan S1, magister untuk lulusan
S2, dan doktoruntuk lulusan S3, dan seterusnya. Mayor Polak
mennambahkan assigned status, yaitu status yang diberikan kepada
seseorang karena jasanya. Misalnya seseorang mendapat status putera
mahkota karena berjasa menyembuhkan sang raja dari sakitnya yang
parah. Atau seorang yang berjasa karena dapat menghalau dan
10
H. Gunawan, Ary. 2000. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis tentang Pelbagai Problem
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. hal. 42
8
mengamankan negeri dari kejahatan yang mengancam kesejahteraan
negara. Selanjutnya Mayor Polak menyataan bahwa status ialah
kedudukan sosial seseorang dalam kelompok serta dalam masyarakat.
Status mempunyai dua aspek:
a. Aspek stabil (structural), yakni yang bersifat hirarki (berjenjang)
yang mengandung perbandingan tinggi/rendah secara relatif
terhadap status-statuslain.
b. Aspek dinamis (fungsional), yakni peranan sosial yang berkaitan
dengan sosial yang berkaitan dengan suatu status tertentu, yang
diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu status tertentu.
Ralph Linton menjelaskan bahwa status memiliki dua arti:
1. Dalam pengertian abstrak (berhubungan dengan individu yang
mendudukinya), status adalah suatu posisi dalam pola tertentu.
2. Dilihat dari arti lainnya (tanpa dihubungkan dengan individu yang
mendudukinya), secara sederhana status itu dapat dikatakan sebagai
kumpulan hak-hak dan kewajiban.
Pendidikan yang baik dipercaya dapat mencerdaskan kehidupan bangsa.
Bagi individu atau keluarga, pendidikan dipercaya sebagai jalan yang paling
relevan untuk meningkatkan derajat kehidupan keluarga sehingga berlaku
common sense bahwa pendidikan dapat mempercepat terjadinya vertical
social movement, yaitu perpindahan seseorang dari strata sosial yang lebih
rendah ke strata yang lebih tinggi.
Status sosial memang sesuatu yang sangat penting. Berbagai cara
dilakukan manusia untuk meningkatkan status sosial mereka. Melalui
pendidikan seseorang dapat meningkatkan dan mengembangkan dirinya
sehingga status sosialnya berubah. Dari tiga jalur pendidikan yaitu mulai dari
pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan nonformal,yang lebih
menjanjikan dalam meningkatkan status sosial adalah jalur pendidikan formal
dan nonformal. Hal ini ditandai dengan adanya orang mendapatkan pekerjaan
selain keahlian juga secara formal memiliki ijasah/sertifikat tertentu.
9
Pengetahuan dan ketrampilan yang didapat seseorang melalui pendidikan
di sekolah dapat mempertinggi kemampuan (kesanggupan) pemasaran di dunia
ekonomi, yang akan mengantarkannya pada posisi kelas tinggi. Sehingga,
untuk mencapai posisi – posisi tertentu, diperlukan pendidikan tertentu. Oleh
karena itu, maka dasar dari kelompok status tersebut adalah faktor ekonomi
dan pendidikan.11
Kriteria utama dari status pribadi seseorang adalah pekerjaan atau mata
pencaharian yang bersangkutan. Stratifikasi yang didasarkan pada pekerjaan
atau mata pencaharian, terutama berasal dari kemajuan yang dicapai secara
pribadi. Tetapi Parsons mengakui, bahwa status yang tinggi itu juga bisa
didasarkan pada warisan atau kelahiran.12
Bagaimanapun anak yang di didik di lembaga persekolahan, pada
akhirnya akan kembali dan menjadi warga masyarakat. Berkenaan dengan ini
mereka memerlukan pekerjaan untuk menopang kehidupannya. Untuk terjun
kedunia kerja, seseorang dituntut memerlukan kesiapan tertentu yang
diperlukan oleh lapangan kerja bersangkutan. Kesiapan tersebut meliputi
pengetahuan, skill dan sikap. Fungsi penyiapan bagi kepentingan dunia kerja,
dalam kenyataannya tidak terlepas dari perhatian lembaga pendidikan
persekolahan.
Dari penjelasan di atas, perlu digarisbawahi bahwa pendidikan
merupakan saluran mobilitas sosial. Jadi pendidikan dapat menentukan
status seorang individu dalam suatu kelompok. Status yang diperoleh
merupakan jenis achieved status. Masyarakat atau kelompok akan
memposisikan individu tersebut sesuai tingkatan pendidikannya. Misalnya
untuk masyarakat pedesaan, lulusan SMA biasa merupakan jenjang teratas
di kalangan mereka karena kebanyakan mereka tidak sekolah. Orang
tersebut biasanya dijadikan sebagai penasihat untuk urusan-urusan tertentu.
Hal yang berbeda jika tamatan SMA tersebut dalam komunitas orang
11
Soerdjono Soekanto, 1983, “Teori Sosiologi tentang Struktur Masyarakat”, Jakarta : Rajawali,
hal. 252
12
Farida Hanum, 2011, “Sosiologi Pendidikan”, Yogyakarta : Kanwa Publisher, hal. 29
10
kota yang kebanyakan mereka telah mengenyam pendidikan hingga
jenjang perguruan tinggi. Status tamatan SMA terasa sangat rendah.
Meskipun tidak dapat dipungkiri, jenjang pendidikan belum dapat
mewakili kearifan dan keilmuan seseorang. Tetapi paling tidak, jenjang
pendidikan dapat menjadi ciri individu yang satu dengan yang lain untuk
kemudian menempatkan status mereka dalam suatu kelompok atau
masyarakat.
E. Sekolah sebagai Suatu Organisasi
Secara umum organisasi dapat didefenisikan sebagai kelompok
manusia yang berkumpul dalam suatu wadah yang mempunyai tujuan
yang sama, dan bekerja untuk mencapai tujuan itu. Organisasi merupakan
unit sosial yang dengan sengaja dibentuk dan dibentuk kembali untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Sekolah dengan sengaja diciptakan dalam
arti bahwa pada saat tertentu telah diambil suatu keputusan untuk
mendirikan sebuah sekolah guna memudahkan pegajaran sejumlah mata
pelajaran yang beraneka ragam. Sekolah juga dibentuk kembali, dalam
arti bahwa setiap orang-orang berhubungan satu sama lain dalam konteks
sekolah; ada yang mengajar, ada yang bersusah payah untuk belajar,
dan ada yang membersihkan ruangan, menyedikan makanan atau
melakukan berbagai kegiatan sekolah.13
Sekolah merupakan contoh dari suatu organisasi formal. Davis (dalam
Robinshon) mengungkapkan sekolah sebagai suatu organisasi: “Meskpun
sekolah merupakan benda yang sudah tidak asing lagi bagi ita semua,
semua college-college bagi orang banyak, kemampuan kita untuk
menjelaskan dan menggeneralisasikan cara kerjanya dengan cara yang
agak mendalam masih dibatasi oleh kekurangan-kekurangan dalam analisa
organisasi itu sendiri oleh kelangkaan telaah empiris yang layak dalam
bidang pendidikan”14
13
Robinshon, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan -Terjemahan Ed.1 Cet.1.
Jakarta: CV. Rajawali. Hal. 237
14
Robinshon, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan -Terjemahan Ed.1 Cet.1.
Jakarta: CV. Rajawali. Hal. 238
11
Berlangsungnya terus ketiadaan suatu teori yang koheren dan dapat
diterima secara umum mengenai sekolah sebagai organiasi mungkin
merupakan petunjuk bahwa dalam hal ini kita hanya berhadapan dengan
suatu khayalan sosiologi belaka. Kompleksitas lembaga-lembaga
pendidikan adalah demikian rupa sehingga tidak ada teori umum yang dapat
menggagmbarkan nuansa dan kekhasan lembaga-lembaga yang unik tanpa
menimbulkan kesan dangkal dan sepele. Yang telah dikembangakan
adalah berbagai cara memandang sekolah, perspektifperspektif yang
menerangi beberapa aspek dan mengaburkan aspek lainnya.
Seperti akan kita lihat, yang terbaik dibangun sekitar telaah khusus,
pembahasan-pembahasan mengenai lembaga-lembaga yang spesifik, dan
dengan itu diusahakan untuk menghubungkan biografi dan struktur
dengan suatu konteks historis.
F. Struktur Hubungan antar Kelompok di Sekolah
Sekolah bagi murid-murid dapat dipandang sebagai system persahabatan
dan hubungan –hubungan soaial. Bedanya dengan orang dewasa ialah bahwa
struktur sosial ini lebih bersifat tak formal. Struktur social pada orang dewasa
lebih formal, karena kedudukan mereka yang berkaitan dengan jabatannya
telah ditentukan dan dapat dirumuskan serta merupakan suatu bagian dari
system social dalam masyarakat.
Pada umumnya orang dalam masyarakat mengetahui kedudukan seorang
guru di suatu sekolah. Tak demikian halnya dengan kedudukan murid sebagai
misalnya anggota regu basket atau ketua kelompok belajar. Kedudukan murid
hanya dikenal dalam lingkungan sekolah saja. Ada juga kedudukan murid
yang lebih formal seperti ketua OSIS yang telah mempunyai bentuk resmi
menurut ketentuan Pemerintah. Akan tetapi kebanyakan kedudukan murid
bersifat tak formal dan hanya diketahui dalam kalangan sekolah itu saja.
Salah satu aspek yang biasa terlupakan oleh sekolah adalah
memupuk hubungan sosial di kalangan murid-murid. Biasanya sekolah
terlalu fokus pada peningkatan kualitas akademik saja. Program
pendidkan antar murid, antar golongan ini bergantung pada sruktur sosial
12
murid-murid. Ada tidaknya golongan minoritas di kalangan mereka
mempengaruhi hubngan kelompok-kelompok itu. Kebanyakan negara
mempunyai penduduk yang multi rasial, menganut agama yang
berbedabeda, dan mengikuti adat kebiasaan yang berlainan. Perbedaan
golongan dapat juga disebabkan oleh perbedaan kedudukan sosial dan
ekonomi.
Murid-murid di sekolah sering menunjukkan perbedaan asal
kesukuan, agama, adat istiadat, dan kedudukan sosial. Berdasarkan
perbedaan-perbedaan itu mungkin timbul golongan minoritas di kalangan
murid-murid, yang tersembunyi ataupun yang nyata-nyata.
Menurut penulis, kelompok dalam sekolah dapat dikategorikan
berdasarkan.
1. Status sosial orang tua murid
Status sosial orang tua sangat mempengaruhi pergaulan siswa
tersebut. Tidak dapat dipungkiri, seorang siswa yang merupakan anak
pejabat akan cenderung bergaul dengan teman yang se-level. Hal ini
dapat terjadi di dalam maupun di hingga pergaulan di luar sekolah.
Anak pejabat enggan bergaul dengan anak buruh. Jikalau ada
jumahnyapun sangat sedikit.
2. Hobi/minat/kegemaran
Kesamaan hobi mendorong timbulnya rasa kebersamaan
diantara mereka. Anak-anak yang suka olahraga sepak bola cenderung
intensif bergaul dengan teman seklub mereka. Biasanya di sekolah
terdapat beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler seperti KIR
(Kelompok Ilmiah Remaja), Rohis, kelompok seni, pramuka, PMR,
dan keolahragaan. Masing-masing membentuk ikatan emosianal
diantara anggotanya.
3. Intelektualitas
Ada juga peluang terjadi kelompok-kelompok berdasarkan
tingkatan intelektualitas mereka, meskipun in tidak dominan. Orang
pintar karena biasanya suka membaca lebih sering berada di
13
pepustakaan daripada di kantin. Kehidupan mereka di sekolah benar-
benar padat dengan kegiatan akademis.
4. Jenjang kelas
Perbedaan jenjang kelas ini merupakan faktor dominan yang
sering terjadi di sekolah. Biasanya anak kelas tiga yang merasa lebih tua
sering berbuat sesuka hati kepada adik kelasnya. Anak-anak kelas satu
karena takut dengan seniornya lebih nyaman bergaul dengan teman-
teman satu tingkatnya. Hal ini menyebabkan pergaulan mereka menjadi
terkotak-kotak dan kurang harmonis.
5. Agama
Ada peluang terbentuknya kelompok karena persamaan agama.
Kegiatan perayaan dan peribadatan agama yang mereka anut sering
mempertemukan mereka dalam kebersamaan dan kepemilikan. Namun
demikian ini bukanlah faktor dominan di kalangan anak sekolahan.
6. Asal daerah
Kesamaan asal daerah juga memberikan peluang bagi
terbentuknya kelompok di sekolah, namun bukan juga merupakan faktor
dominan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar siswa di skolah
tersebut berasal dari daerah yang sama. Berbeda dengan kehidupan
kampus yang nuansa kedaerahannya sangat kental, di sekolah biasanya
murid cenderung lebih menaruh minat pada mood dan hobi
ketimbang regionalitas.
G. Masalah-Masalah yang Muncul dalam Hubungan antar Kelompok di
Sekolah
Sebagai sebuah komunitas sosial sekolah juga tidak akan luput dari
masalah dalam hubungan antar kelompok. Masalah tersebut antara lain
adalah gap atau kesenjangan antar kelompok. Stigma kelompok minoritas
sering muncul dipermukaan, dimana kelompok dalam kuantitas yang
sedikit cenderung diabaikan baik secara fisik maupun kebijakan.
Kecemburuan dan persaingan tidak sehat antar kelompok juga dapat
memicu timbulnya masalah antar kelompok di sekolah. Istilah gang
14
menjadi trend anak sekolah saat ini. Gang adalah representasi dari
keakuan siswa dalam lingkungan pergaulannya di sekolah. Ikatan
psikologis-emosional sering menyebabkan terjadinya perkelahian antar
pelajar meskipun hanya karena persolanan sepele. Hal ini dapat
dimaklumi dari tinjauan psikologis dimana perkembangan peserta didik
dimasa itu merupakan babak pencarian jati diri sehingga cenderung tidak
stabil, emosional, dan mau menang sendiri.
Penggunaan pendekatan proses kelompok dalam pengelolaan kelas
didasarkan atas prinsip-prinsip psikologi sosial dan dinamika kelompok.
Anggapan dasar yang dipakai ialah bahwa (1) kegiatan siswa di sekolah
berlangsung dalam suatu kelompok tertentu, dan (2) kelas adalah suatu sistem
sosial yang memiliki ciri-ciri sebagaimana dimiliki oleh sistem sosial lainnya.
Penggunaan pendekatan proses kelompok menekankan pentingnya ciri-ciri
kelompok yang ada didalam kelompok kelas dan saling hubungan antar siswa
yang menjadi anggota kelompok kelas itu. Dalam hal ini peranan guru yang
paling utama ialah mengembangkan dan mempertahankan keeratan hubungan
antar siswa, semangat produktivitas dan orientasi pada tujuan dari kelompok
kelas ini. Demikianlah, tugas pertama guru ialah mengembangkan keeratan
hubungan antar anggota kelompok kelas. Dalam hal ini ditekankan perlunya
guru meningkatkan daya tarik dan ikatan kelompok bagi anggota-anggotanya
dengan jalan menumbuhkan sikap saling menghargai dan mengembangkan
komunikasi yang tepat antar anggota kelompok. Tugas kedua ialah membantu
siswa mengembangkan aturan atau norma-norma kelompok yang produktif
dan menyenangkan. Hal ini mencakup, misalnya pengembangan aturan
bekerja yang dapat diterima oleh semua anggota. Sekali kelompok yang
kompak dan produktif terbentuk, selanjutnya adalah tugas guru untuk
mempertahankan kesatuan dan norma-norma kelompok itu.
Dalam menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas, pemakaian
pendekatan proses kelompok didasarkan atas pertimbangan bahwa tingkah
laku yang menyimpang pada dasarnya bukanlah peristiwa yang menimpa
seorang individu yang kebetulan menjadi anggota kelompok kelas tertentu,
15
namun adalah peristiwa sosial yang menyangkut kehidupan kelompok dimana
individu itu menjadi anggotanya.
H. Upaya Pendidikan dalam Mengatasi Masalah yang Muncul dalam
Hubungan antar Kelompok di Sekolah.
Dalam sebuah sekolah, tentunya sering atau pernah terjadi
kesalahpahaman antara orang-orang di dalamnya. Hal itu bisa saja terjadi
antara murid kelas yang satu dengan kelas yang lainnya. Siswa dari
daerah yang satu dengan yang lainnya, banyak motif yang dapat memicu
hal ini, terlebih lagi jika ada golongan minoritas. Ada beberapa upaya
yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk mengatasi masalah yang
muncul dalam hubungan antar kelompok. Diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Pemberian informasi, diskusi kelompok, hubungan pribadi, dan sebagainya.
Guru dapat memberikan informasi tentang hakikat dan perbedaan
rasial dan kultural dengan menekankan bahwa perbedaan-perbedaan di
kalangan manusia bukanlah disebabkan oelh pembawaan biologis,
melainkan karena dipelajari dari lingkungan kebudayaan masing-masing.
Informasi semacam ini juga dapat diperoleh dalam pelajaran biologi dan
ilmu-ilmu sosial.
2. Memberikan informasi tentang sumbangan minoritas kepada kelompok.
Guru dapat menceritakan bagaimana setiap kelompok itu sangat
berpengaruh terhadap kelompok lainnya. Orang arab, yahudi, dan india
meberikan sumbangan yang berarti bagi seuruh masyarakat dunia. Hal
yang sama juga dilakukan oleh kelompok-kelompok kecil yang
berusaha meraih kemerdekaan di tanah air ini, sumbangan mereka
merupakan salah satu sebab merdekanya Indonesia.
3. Menanamkan nilai-nilai toleransi antar siswa. Nilai toleransi ini sangat
penting. Jika mereka mempunyai sikap toleran maka mereka dapat
mempengaruhi sikap murid-murid lain ke arah toleransi yang lebih
besar. Guru dapat memobilisasi tenaga-tenaga ini untuk memupuk
sikap yang sehat dikalangan murid-murid.
16
4. Membuka kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan hubungan
atau pergaulan antara murid-murid dari berbagai golongan. Jika mereka
dapat saling berkunjung dan menghadiri kegiatan atau upacara dalam
keluarga masing-masing, maka diharapkan lahirnya saling pengertian
yang lebih mendalam dan toleransi yang lebih besar.
5. Menggunakan teknik bermain peranan atau sosiodrama. Peristiwa yang
terjadi dalam masyarakat dapat dimainkan dalam kelas dalam bentuk
sosiodrama dengan menyuruh golongan mayoritas memainkan peranan
golongan minoritas. Tujuannya adalah agar lebih memahami perasaan
golongan minoritaa dan dapat mengidentifikasi diri dengan keadaan
mereka.
6. Menggalakkan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler bisa
melibatkan banyak orang dengan berbagai latar belakang murid yang
berbeda. Keseringan komunikasi dan kerjasama diantara mereka
menumbuhkan kebersamaan yang mendalam. Hal ini dapat menceah
sekaligus meredam masalah-masalah seputar gap antara kelompok sosial.
BAB III
PENUTUP
Dari penjelasan sebagaimana pembahasan masalah di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan dari penulisan makalah ini, yaitu :
1. Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana dan tersistematis dalam
memanusiakan manusia.
17
2. Kelompok menurut tinjauan sosiologi adalah sekumpulan dua orang atau lebih
yang saling berinteraksi dan terjadi hubngan timbal balik dimana ia
merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut.
3. Kelompok sosial dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk. Hal ini
sangat bergantung dari sudut pandang ahli yang bersangkutan. Ada yang
memandang dari proses terbentuknya, ada dari kekuatan ikatan emosional
yang terbentuk. Bahkan ada yang membaginya berdasarkan banyakya
jumlah anggota kelompok.
4. Status ialah kedudukan sosial seseorang dalam kelompok serta dalam
masyarakat. Pendidikan merupakan saluran mobilitas sosial, jadi
pendidikan dapat menentukan status seorang individu dalam suatu
kelompok. Dimana status individu dalam suatu kelompok tergantug sejauh
mana kearifan dan kedalaman individu tersebut memaknai keilmuannya.
5. Organisasi merupakan kelompok manusia yang berkumpul dalam suatu wadah
yang mempunyai tujuan yang sama, dan bekerja untuk mencapai tujuan
itu. Sekolah merupakan contoh dari suatu organisasi formal.
6. Struktur hubungan antar kelompok di sekolah dipengaruhi oleh
homogenitas individu-individu yang ada di dalamnya. Semakin banyak
kesamaan yang ada semakin sederhana pula struktruk yang akan terbentuk.
7. Masalah yang sering terjadi dalam hubungan antar kelompok di sekolah
adalah tersisihnya kelompok minoritas, persaingan tidak sehat, gang, dan
kecemburuan.
8. Upaya pendidikan dalam mengatasi masalah yang timbul dalam
hubungan antar kelompok di sekolah adalah dengan cara : Pemberian
informasi, diskusi kelompok, hubungan pribadi, dan sebagainya.
Memberikan informasi tentang sumbangan minoritas kepada kelompok.
Menanamkan nilai-nilai toleransi antar siswa. Membuka kesempatan
seluas-luasnya untuk mengadakan hubungan atau pergaulan antara siswa.
Menggunakan teknik bermain peranan atau sosiodrama. dan menggalakkan
kegiatan ekstrakurikuler
18
DAFTAR PUSTAKA
Farida Hanum, 2011, “Sosiologi Pendidikan”, Yogyakarta : Kanwa Publisher
H. Gunawan, Ary. 2000. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis tentang
Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
19
M. Hernki, James. 2007. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi
Terjemahan. Jakarta: Erlangga.
Nasution, S. . 1994. Sosiologi Pendidikan Ed.2 Cet.1. Jakarta: Bumi Aksara
Robinshon, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan -
Terjemahan Ed.1 Cet.1. Jakarta: CV. Rajawali
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Syani, Abdul. 2007. Sosiologi, Skematika, teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Soerdjono Soekanto, 1983, “Teori Sosiologi tentang Struktur Masyarakat”,
Jakarta : Rajawali
Tirtarahardja, Umar, & La Sulo,S.L.. 2005. Pengantar Pendidikan (Edisi
Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
20

More Related Content

What's hot

Materi hakekat manusia dan pengembangannya
Materi hakekat manusia dan pengembangannyaMateri hakekat manusia dan pengembangannya
Materi hakekat manusia dan pengembangannyaMumun Mulyana
 
11_pend_holistik
11_pend_holistik11_pend_holistik
11_pend_holistikdede Umar
 
Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikan
Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikanPemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikan
Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikanwt_19_88
 
Konsep nilai
Konsep nilaiKonsep nilai
Konsep nilaiodaxboy
 
Bab 5: Interaksi dalam Pendidikan
Bab 5: Interaksi dalam PendidikanBab 5: Interaksi dalam Pendidikan
Bab 5: Interaksi dalam Pendidikannursyafiqahy
 
Geo.sosial
Geo.sosialGeo.sosial
Geo.sosialLina Moe
 
Belajar dan pembelajaran penjas
Belajar dan pembelajaran penjasBelajar dan pembelajaran penjas
Belajar dan pembelajaran penjasikka sukana
 
Konsep pendidikan nilai
Konsep pendidikan nilaiKonsep pendidikan nilai
Konsep pendidikan nilaiAna Risqiana
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantarmrlakmono
 
RPP SMA Pendidikan Agama Kristen & Budi Pekerti (PAK) XII
RPP SMA Pendidikan Agama Kristen & Budi Pekerti (PAK) XIIRPP SMA Pendidikan Agama Kristen & Budi Pekerti (PAK) XII
RPP SMA Pendidikan Agama Kristen & Budi Pekerti (PAK) XIIDiva Pendidikan
 
Makalah wawasan sosial budaya
Makalah wawasan sosial budayaMakalah wawasan sosial budaya
Makalah wawasan sosial budayaRianRinaldi3
 
Teori interaksionisme dengan mobiliti sosial
Teori interaksionisme dengan mobiliti sosialTeori interaksionisme dengan mobiliti sosial
Teori interaksionisme dengan mobiliti sosialKu Ahmad Fatakhsya
 

What's hot (20)

Materi hakekat manusia dan pengembangannya
Materi hakekat manusia dan pengembangannyaMateri hakekat manusia dan pengembangannya
Materi hakekat manusia dan pengembangannya
 
11_pend_holistik
11_pend_holistik11_pend_holistik
11_pend_holistik
 
Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikan
Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikanPemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikan
Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikan
 
Konsep nilai
Konsep nilaiKonsep nilai
Konsep nilai
 
Bab 5: Interaksi dalam Pendidikan
Bab 5: Interaksi dalam PendidikanBab 5: Interaksi dalam Pendidikan
Bab 5: Interaksi dalam Pendidikan
 
Sosiologi
SosiologiSosiologi
Sosiologi
 
Geo.sosial
Geo.sosialGeo.sosial
Geo.sosial
 
Belajar dan pembelajaran penjas
Belajar dan pembelajaran penjasBelajar dan pembelajaran penjas
Belajar dan pembelajaran penjas
 
Konsep pendidikan nilai
Konsep pendidikan nilaiKonsep pendidikan nilai
Konsep pendidikan nilai
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
RPP SMA Pendidikan Agama Kristen & Budi Pekerti (PAK) XII
RPP SMA Pendidikan Agama Kristen & Budi Pekerti (PAK) XIIRPP SMA Pendidikan Agama Kristen & Budi Pekerti (PAK) XII
RPP SMA Pendidikan Agama Kristen & Budi Pekerti (PAK) XII
 
8.5 teori interaksionisme
8.5 teori interaksionisme8.5 teori interaksionisme
8.5 teori interaksionisme
 
Wawasan Sosial Budaya
Wawasan Sosial BudayaWawasan Sosial Budaya
Wawasan Sosial Budaya
 
Seminar propinsi
Seminar propinsiSeminar propinsi
Seminar propinsi
 
Makalah karakter
Makalah karakterMakalah karakter
Makalah karakter
 
Makalah isd dosen
Makalah isd dosenMakalah isd dosen
Makalah isd dosen
 
Makalah wawasan sosial budaya
Makalah wawasan sosial budayaMakalah wawasan sosial budaya
Makalah wawasan sosial budaya
 
Teori interaksionisme dengan mobiliti sosial
Teori interaksionisme dengan mobiliti sosialTeori interaksionisme dengan mobiliti sosial
Teori interaksionisme dengan mobiliti sosial
 
ULASAN ARTIKEL 4
ULASAN ARTIKEL 4ULASAN ARTIKEL 4
ULASAN ARTIKEL 4
 

Similar to PENDIDIKAN DAN HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK

Bahan ajar sosiologi pendidikan usu
Bahan ajar sosiologi pendidikan usu Bahan ajar sosiologi pendidikan usu
Bahan ajar sosiologi pendidikan usu Robert Siegar
 
27151136 bab-1-pendahuluan-1-latar-belakang-sosialisasi
27151136 bab-1-pendahuluan-1-latar-belakang-sosialisasi27151136 bab-1-pendahuluan-1-latar-belakang-sosialisasi
27151136 bab-1-pendahuluan-1-latar-belakang-sosialisasiFathur Marah
 
PPT SOSIOLOGI HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK MASYARAKAT DAN SEKOLAH
PPT SOSIOLOGI HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK MASYARAKAT DAN SEKOLAH PPT SOSIOLOGI HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK MASYARAKAT DAN SEKOLAH
PPT SOSIOLOGI HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK MASYARAKAT DAN SEKOLAH FerdynandusJaru
 
Buku Pascasarjana INAIFAS. pdf
 Buku Pascasarjana INAIFAS. pdf Buku Pascasarjana INAIFAS. pdf
Buku Pascasarjana INAIFAS. pdfMuhammadbahrulUla
 
Buku Pascasarjana INAIFAS .docx
 Buku Pascasarjana INAIFAS .docx Buku Pascasarjana INAIFAS .docx
Buku Pascasarjana INAIFAS .docxMuhammadbahrulUla
 
Tugas sosiologi pendidikan
Tugas sosiologi pendidikan Tugas sosiologi pendidikan
Tugas sosiologi pendidikan Nurul Azzahra
 
Landasan sosial budaya pendidikan
Landasan sosial budaya pendidikanLandasan sosial budaya pendidikan
Landasan sosial budaya pendidikanemri ardi
 
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYAPENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYAimam shofwan
 
landasan pendidikan.pptx
landasan pendidikan.pptxlandasan pendidikan.pptx
landasan pendidikan.pptxrizqi62
 
02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx
02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx
02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptxAhmadMuflihin2
 
sosiologi pendidikan
sosiologi pendidikansosiologi pendidikan
sosiologi pendidikangalaxyfee
 
Sosiologi 2 menyelami fenomena sosial di masyarakat
Sosiologi 2 menyelami fenomena sosial di masyarakatSosiologi 2 menyelami fenomena sosial di masyarakat
Sosiologi 2 menyelami fenomena sosial di masyarakatTrisna Nurdiaman
 
sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah d...
sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah d...sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah d...
sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah d...agyana_nadian
 
Makalah Sosialisasi
Makalah SosialisasiMakalah Sosialisasi
Makalah SosialisasiEsti Dyah
 

Similar to PENDIDIKAN DAN HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK (20)

Sosbud epy
Sosbud epySosbud epy
Sosbud epy
 
Bahan ajar sosiologi pendidikan usu
Bahan ajar sosiologi pendidikan usu Bahan ajar sosiologi pendidikan usu
Bahan ajar sosiologi pendidikan usu
 
27151136 bab-1-pendahuluan-1-latar-belakang-sosialisasi
27151136 bab-1-pendahuluan-1-latar-belakang-sosialisasi27151136 bab-1-pendahuluan-1-latar-belakang-sosialisasi
27151136 bab-1-pendahuluan-1-latar-belakang-sosialisasi
 
PPT SOSIOLOGI HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK MASYARAKAT DAN SEKOLAH
PPT SOSIOLOGI HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK MASYARAKAT DAN SEKOLAH PPT SOSIOLOGI HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK MASYARAKAT DAN SEKOLAH
PPT SOSIOLOGI HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK MASYARAKAT DAN SEKOLAH
 
Buku Pascasarjana INAIFAS. pdf
 Buku Pascasarjana INAIFAS. pdf Buku Pascasarjana INAIFAS. pdf
Buku Pascasarjana INAIFAS. pdf
 
Buku Pascasarjana INAIFAS .docx
 Buku Pascasarjana INAIFAS .docx Buku Pascasarjana INAIFAS .docx
Buku Pascasarjana INAIFAS .docx
 
Tugas sosiologi pendidikan
Tugas sosiologi pendidikan Tugas sosiologi pendidikan
Tugas sosiologi pendidikan
 
Landasan sosial budaya pendidikan
Landasan sosial budaya pendidikanLandasan sosial budaya pendidikan
Landasan sosial budaya pendidikan
 
Makalah pembentukan karakter
Makalah pembentukan karakterMakalah pembentukan karakter
Makalah pembentukan karakter
 
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYAPENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
 
landasan pendidikan.pptx
landasan pendidikan.pptxlandasan pendidikan.pptx
landasan pendidikan.pptx
 
02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx
02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx
02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx
 
Sos pend
Sos pendSos pend
Sos pend
 
Bab I
Bab IBab I
Bab I
 
Bab I
Bab IBab I
Bab I
 
sosiologi pendidikan
sosiologi pendidikansosiologi pendidikan
sosiologi pendidikan
 
Sosiologi 2 menyelami fenomena sosial di masyarakat
Sosiologi 2 menyelami fenomena sosial di masyarakatSosiologi 2 menyelami fenomena sosial di masyarakat
Sosiologi 2 menyelami fenomena sosial di masyarakat
 
sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah d...
sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah d...sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah d...
sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah d...
 
Sosiologi
SosiologiSosiologi
Sosiologi
 
Makalah Sosialisasi
Makalah SosialisasiMakalah Sosialisasi
Makalah Sosialisasi
 

More from Narendra

Rpp k1 t2 st4 p6
Rpp k1 t2 st4 p6Rpp k1 t2 st4 p6
Rpp k1 t2 st4 p6Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p5
Rpp k1 t2 st4 p5Rpp k1 t2 st4 p5
Rpp k1 t2 st4 p5Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p4
Rpp k1 t2 st4 p4Rpp k1 t2 st4 p4
Rpp k1 t2 st4 p4Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p3
Rpp k1 t2 st4 p3Rpp k1 t2 st4 p3
Rpp k1 t2 st4 p3Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p2
Rpp k1 t2 st4 p2Rpp k1 t2 st4 p2
Rpp k1 t2 st4 p2Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p1
Rpp k1 t2 st4 p1Rpp k1 t2 st4 p1
Rpp k1 t2 st4 p1Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p6
Rpp k1 t2 st4 p6Rpp k1 t2 st4 p6
Rpp k1 t2 st4 p6Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p5
Rpp k1 t2 st4 p5Rpp k1 t2 st4 p5
Rpp k1 t2 st4 p5Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p4
Rpp k1 t2 st4 p4Rpp k1 t2 st4 p4
Rpp k1 t2 st4 p4Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p3
Rpp k1 t2 st4 p3Rpp k1 t2 st4 p3
Rpp k1 t2 st4 p3Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p2
Rpp k1 t2 st4 p2Rpp k1 t2 st4 p2
Rpp k1 t2 st4 p2Narendra
 
Rpp k1 t2 st4 p1
Rpp k1 t2 st4 p1Rpp k1 t2 st4 p1
Rpp k1 t2 st4 p1Narendra
 

More from Narendra (20)

Depan
DepanDepan
Depan
 
Best 1
Best 1Best 1
Best 1
 
Rpp k1 t2 st4 p6
Rpp k1 t2 st4 p6Rpp k1 t2 st4 p6
Rpp k1 t2 st4 p6
 
Rpp k1 t2 st4 p5
Rpp k1 t2 st4 p5Rpp k1 t2 st4 p5
Rpp k1 t2 st4 p5
 
Rpp k1 t2 st4 p4
Rpp k1 t2 st4 p4Rpp k1 t2 st4 p4
Rpp k1 t2 st4 p4
 
Rpp k1 t2 st4 p3
Rpp k1 t2 st4 p3Rpp k1 t2 st4 p3
Rpp k1 t2 st4 p3
 
Rpp k1 t2 st4 p2
Rpp k1 t2 st4 p2Rpp k1 t2 st4 p2
Rpp k1 t2 st4 p2
 
Rpp k1 t2 st4 p1
Rpp k1 t2 st4 p1Rpp k1 t2 st4 p1
Rpp k1 t2 st4 p1
 
Rpp k1 t2 st4 p6
Rpp k1 t2 st4 p6Rpp k1 t2 st4 p6
Rpp k1 t2 st4 p6
 
Rpp k1 t2 st4 p5
Rpp k1 t2 st4 p5Rpp k1 t2 st4 p5
Rpp k1 t2 st4 p5
 
Rpp k1 t2 st4 p4
Rpp k1 t2 st4 p4Rpp k1 t2 st4 p4
Rpp k1 t2 st4 p4
 
Rpp k1 t2 st4 p3
Rpp k1 t2 st4 p3Rpp k1 t2 st4 p3
Rpp k1 t2 st4 p3
 
Rpp k1 t2 st4 p2
Rpp k1 t2 st4 p2Rpp k1 t2 st4 p2
Rpp k1 t2 st4 p2
 
Rpp k1 t2 st4 p1
Rpp k1 t2 st4 p1Rpp k1 t2 st4 p1
Rpp k1 t2 st4 p1
 
Ijin+dll
Ijin+dllIjin+dll
Ijin+dll
 
Dp
DpDp
Dp
 
5
55
5
 
4
44
4
 
3
33
3
 
2
22
2
 

Recently uploaded

Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 

Recently uploaded (20)

Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 

PENDIDIKAN DAN HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang sistematis dalam upaya memanusiakan manusia. Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis. Salah satu pokok pembahasan sosiologi pendidikan adalah hubungan antar manusia dalam sekolah.1 Manusia adalah merupakan makhluk sosial yangmemiliki naluri untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Dalam berinteraksi manusia juga cenderung akan membentuk kelompok-kelompok. Kelompok-kelompok yang terbentuk di dalam masyarakat adalah merupakan bentuk kehidupan yang nyata, karena peran kelompok dalam kehidupan sangatlah penting, individu dapat menghabiskan waktunya dengan berkegiatan, berinteraksi dan melakukan berbagai hal dengan menjadi bagian dalam kelompok. Dengan banyaknya sejumlah kelompok yang terbentuk di masyarakat, maka sangat besar kemungkinan untuk terjadinya interaksi antarkelompok satu dengan yang lainnya. Banyak hal yang dapat terjadi pada interaksi antarkelompok tersebut, dapat berupa interaksi yang positif ataupun negative. Hubungan antar kelompok tentunya tidak secara tiba-tiba terbentuk, melainkan melalui akumulasi dan beberapa hubungan sosial yang sebelumnya sudah terbentuk. Jika dimengerti sikap, prilaku, dan gerakan sosial yang muncul diantara dua kelompok yang saling berhubungan. Dalam hal ini, akan dimengerti jika kita berada suatu kelompok. Mekanisme yang berjalan, sesuai dengan dimensi dan pengaruh hubungan antar kelompok Mencakup di dalamnya pola interaksi sosial dan struktur masyarakat di sekolah. Kamanto Sunarto menjelaskan keterkaitan antara pendidikan dan hubungan antar kelompok. Keilmuan dan kearifan individu melalui 1 Nasution, S. . 1994. Sosiologi Pendidikan Ed.2 Cet.1. Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 13 1
  • 2. tempaan pendidikan akan dapat merapatkan dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan antar kelompok2 . Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan menguraikan bagaimana pendidikan dan hubungan antar kelompok itu sebenarnya. Mencakup jenis-jenis kelompok sosial, struktur dan masalah sekolah sebagai kelompok sosial, dan hal-hal lain yang relevan dengan pokok masalah di atas. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang permasalahan di atas, maka penulis dapat menentukan rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu : bagaimana peranan pendidikan dan hubungan antar kelompok dalam pendidikan? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini selain sebagai tugas mata kuliah Sosiologi Pendidian, juga untuk mengetahui: 1. Pengertian pendidikan 2. Pengertian kelompok 3. Kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat 4. Pengaruh pendidikan terhadap status sosial individu dalam suatu kelompok 5. Sekolah sebagai suatu organisasi 6. Struktur hubungan antar kelompok di sekolah 7. Masalah-masalah yang muncul dalam hubungan antar kelompok di sekolah 8. Upaya pendidikan dalam mengatasi maslah yang muncul dalam hubungan antar kelompok di sekolah. BAB II 2 Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. hlm. 81 2
  • 3. PEMBAHASAN A. Pengertian Pendidikan Pendidikan merupakan sebuah kata yang sangat familiar kita dengarkan di dalam hidup sehari hari, sebab pendidikan merupakan kegiatan penting yang dilakukan oleh hampir semua irang dari lapisan masyarakat. Pendidikan sebagai sesuatu yang penting memang tidak terlepas dari banyaknya pendapat dan asumsi tentang arti dan definisi pendidikan yang sebenarnya. Pada artikel kali ini saya bermaksud menuliskan pendapat para ahli mengenai pendidikan yang tentunya berbeda beda tergantung pada persepsi masing masing. Pendidikan dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia amenjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. 1. Pengertian Pendidikan Secara Etimologi Dalam ensiklopedi umum dijelaskan Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata kelakuan seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pembiasaan, pembelajaran, pelatihan dan peneladanan, serta proses penanaman ilmu pengetahuan, akhlak, dan nilai sosial budaya, ini dimaksudkan agar seseorang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kreatif, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3 Sedangkan dalam kamus ilmiah dijelaskan bahwa pendidikan adalah segala usaha untuk membina kepribadian, mengembangkan pengetahuan, dan kemampuan jasmaniah dan rohaniah agar mampu melaksanakan tugas.4 3 Abdul syukur, Ensiklopedi umum untuk pelajar (Jakarta : PT ichtiyar Baru Van Hoeve, tanpa tahun), 24. 4 Suparlan, Kamus istilah pekerjaan sosial (Bandung : Kanisius, 1990), 32. 3
  • 4. Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi- potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan kebudayaan.5 Jadi pengertian pendidikan secara etimologi adalah usaha sadar manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri seseorang meliputi jasmani maupun rohani agar menjadi manusia yang kreatif, cakap, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. 2. Pengertian Pendidikan Secara Terminologi Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha sadar yang terencana yang dilakukan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan juga keterampilan yang diperlukan untuk dirinya sendiri beserta masyarakat.6 Untuk mengetahui Definisi dan Pengertian Pendidikan secara ilmiah, maka baiknya kita menyimak beberapa pendapat para ahli tentang pengertian dari Pendidikan ini:7 a. Menurut John Dewey; Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal inimungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda,mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup. b. Menurut H. Horne; 5 Fuad Hasan, Dasar-dasar kependidikan ( Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010), 1-2. 6 http://www.beritaterhangat.net/2014/06/definisi-dan-pengertian-pendidikan.html, diakses tanggal 07 Mei 2014, jam 15.00 7 Ibid. 4
  • 5. penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia. c. Menurut Frederick J. Mc Donald; Pendidkan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan behavior adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh sesorang. d. Menurut M.J. Langeveld; Pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung. Jadi pengertian pendidikan secara terminologi adalah suatu proses secara terus menerus yang meliputi berbagai kegiatan pembelajaran dengan tujuan merubah tabiat manusia. B. Pengertian Kelompok Secara sosiologis, istilah kelompok mempunyai pengertian sebagai suatukumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan beriteraksi, di manadapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama. Beberapa defenisi kelompok: 1. Joseph S. Roucek. Suatu kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang diantara mereka terdapat beberapa pola interasi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan. 2. Mayor Polak Kelompok sosial adalah satu group, yaitu sejumlah orang yang ada antara hubungan satu sama lain dan hubungan itu bersifat sebagai sebuah struktur. 3. Wila Huky 5
  • 6. Kelompok merupakan suatu unit yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang saling berinteraksi atau saling berkomunikasi. Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kelompok menurut tinjauan sosiologi adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan terjadi hubngan timbal balik dimana ia merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut. C. Kelompok-Kelompok Sosial dalam Masyarakat Kelompok sosial terbentuk setelah di antara individu yang satu dan individu yang lain bertemu. Pertemuan antarindividu yang menghasilkan kelompok sosial haruslah berupa proses interaksi, seperti adanya kontak, komunikasi, kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi untuk mencapai tujuan bersama, bahkan mungkin mengadakan persaingan, pertikaian, dan konflik. Dengan demikian, interaksi merupakan syarat utama yang harus dipenuhi agar terbentuk kelompok sosial. Kelompok sosial dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk. Hal ini sangat bergantung dari sudut pandang ahli yang bersangkutan. Ada yang memandang dari proses terbentuknya, ada dari kekuatan ikatan emosional yang terbentuk. Bahkan ada yang membaginya berdasarkan banyakya jumlah anggota kelompok. Abdul Syani membagi kelompok sosial menjadi kelompok kekerabatan, kelompok primer dan kelompok sekunder, gemeinschaft dan gessellschaft, kelompok formal dan nonformal, dan membership group, dan reference group.8 Kamanto Sunarto secara ringkas menyebutkan berbagai klasifikasi kelompok sosial dari beberapa pakar. Biersted membedakan empat jenis kelompok sosial berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial di antara anggota kelompok, dan kesadaran jenis; yaitu kelompok statistik, kelompok kemasyarakatan, kelompok sosial, dan kelompok asosiasi.9 Menurut Merton, kelompok merupakan sekelompok orang yang saling 8 Syani, Abdul. 2007. Sosologi, Skematika, teori, dan Terapan. Jakarta: BumiAksara. Hal. 105 9 Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. hal. 137 6
  • 7. berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan, sedangkan kolektiva merupakan orang yang mempunyai rasa solidaritas karena berbagai niai bersama dan yang telah memiliki rasa kewajiban moral untuk menjalankan harapan peran. Konsep lain yang diajukan Merton ialah konsep kategori sosial. Durkheim membedakan antara kelompok yang didasarkan pada solidaritas mekanik, dan kelompok yang didasarkan pada solidaritas organik. Solidaritas mekanik merupakan ciri yang menandai masyarakat yang masih sederhana, sedangkan solidaritas organis merupakan bentuk solidaritas yang sangat kompleks yang telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh kesaling tergantungan antar bagian. Tonnies mengadakan pembedaan antara dua jenis kelompok, yang dinamakan gemeinschaft dan gesellschaft. Gemeinschaft digambarkan sebagai kehidupan bersama yang intim, pribadi, dan eksklusif; suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir dan dibagi dalam tiga jenis: gemeinschaft by blood, gemeinschaft of place, dan gemeinschaft of mind. Gellschaft merupakan kehidupan publik, yang terdiri atas orang yang kebetulan hadir bersama tetapi masing-masing tetap mandiri dan bersifat sementara dan semu. Cooley memperkenalkan konsep kelompok primer. Sebagai lawannya, sejumlah ahli sosiologi menciptakan kelompok sekunder. Suatu klasifikasi lain, yaitu pembedaan antara kelompok dalam dan kelompok luar, didasarkan pada pemikiran Summer. Summer mengemukakan bahwa di kalangan anggota kelompok dalam dijumpai persahabatan, kerja sama, keteraturan, dan kedamaian sedangkan hubungan anatara kelompok dalam dan kelompok luar cenderung ditandai kebencian, permusuhan, perang, dan perampokan. Merton mengamati bahwa kadang-kadang perilaku seseorang tidak mengacu pada kelompoknya yang di dalamnya ia menjadi anggota, melainkan pada kelompok lain. Di kala seseorang berubah kenggotaan kelompok, ia sebelumnya dapat menjalani perubahan orientasi. Proses ini oleh Merton kemudian diberi nama sosialisasi antisipatoris. Persons memperkerkenalkan perangkat variabel pola. Menurut Persons variabel pola merupakan seperangkat dilema 7
  • 8. universal yang dihadapi dan harus dipecahkan seorang pelaku dalam setiap situasi sosial. Suatu klasifikasi yang digali Geertz dari masyarakat jawa ialah pembedaan antara subtradisi abangan, santri, dan pryayi. Menurut Geertz pembagian masyarakat yang ditelitinya ke dalam tiga tipe budaya ini didasarkan atas perbedaan pandangan di antara mereka. Menurut Weber dalam masyarakat modern kita menjumpai suatu sistem jabatan yang dinamakan birokrasi. Organisasi birokrasi yang oleh Weber mengandung sejumlah prinsip. Prinsip tersebut hanya dijumpai pada birokrasi yang oleh Weber disebut tipe ideal, yang tidak akan kita jumpai dalam masyarakat. D. Pengaruh Pendidikan Terhadap Status Sosial Individu dalam Suatu Kelompok Status dalam bahasa indonesia sama artinya dengan “posisi” atau “kedudukan”. Tetapai maknanya jelas berbeda. Status berhubungan dengan stratifikasi sosial, sedangkan posisi berhubungan dengan situasi (tempat, situasi lain, dan situasi diri sendiri). Menurut Raphh Linton (dalam Ary Gunawan) kemungkinan seseorang dalam memperoleh status ada dua macam:10 1. Ascribed status, ialah status yang diperoleh dengan sendirinya oleh seorang anggota masyarakat. Misanya dalam sistem kasta, seorang anak sudra, langsung saja sejak lahir ia berstatus sudra. Seorang anak raja langsung menjadi bangsawan. 2. Achieved status ialah kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha yang disengaja, seperti sarjana untuk kelulusan dengan usaha yang disengaja,seperti sarjana untuk kelulusan S1, magister untuk lulusan S2, dan doktoruntuk lulusan S3, dan seterusnya. Mayor Polak mennambahkan assigned status, yaitu status yang diberikan kepada seseorang karena jasanya. Misalnya seseorang mendapat status putera mahkota karena berjasa menyembuhkan sang raja dari sakitnya yang parah. Atau seorang yang berjasa karena dapat menghalau dan 10 H. Gunawan, Ary. 2000. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis tentang Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. hal. 42 8
  • 9. mengamankan negeri dari kejahatan yang mengancam kesejahteraan negara. Selanjutnya Mayor Polak menyataan bahwa status ialah kedudukan sosial seseorang dalam kelompok serta dalam masyarakat. Status mempunyai dua aspek: a. Aspek stabil (structural), yakni yang bersifat hirarki (berjenjang) yang mengandung perbandingan tinggi/rendah secara relatif terhadap status-statuslain. b. Aspek dinamis (fungsional), yakni peranan sosial yang berkaitan dengan sosial yang berkaitan dengan suatu status tertentu, yang diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu status tertentu. Ralph Linton menjelaskan bahwa status memiliki dua arti: 1. Dalam pengertian abstrak (berhubungan dengan individu yang mendudukinya), status adalah suatu posisi dalam pola tertentu. 2. Dilihat dari arti lainnya (tanpa dihubungkan dengan individu yang mendudukinya), secara sederhana status itu dapat dikatakan sebagai kumpulan hak-hak dan kewajiban. Pendidikan yang baik dipercaya dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Bagi individu atau keluarga, pendidikan dipercaya sebagai jalan yang paling relevan untuk meningkatkan derajat kehidupan keluarga sehingga berlaku common sense bahwa pendidikan dapat mempercepat terjadinya vertical social movement, yaitu perpindahan seseorang dari strata sosial yang lebih rendah ke strata yang lebih tinggi. Status sosial memang sesuatu yang sangat penting. Berbagai cara dilakukan manusia untuk meningkatkan status sosial mereka. Melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan dan mengembangkan dirinya sehingga status sosialnya berubah. Dari tiga jalur pendidikan yaitu mulai dari pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan nonformal,yang lebih menjanjikan dalam meningkatkan status sosial adalah jalur pendidikan formal dan nonformal. Hal ini ditandai dengan adanya orang mendapatkan pekerjaan selain keahlian juga secara formal memiliki ijasah/sertifikat tertentu. 9
  • 10. Pengetahuan dan ketrampilan yang didapat seseorang melalui pendidikan di sekolah dapat mempertinggi kemampuan (kesanggupan) pemasaran di dunia ekonomi, yang akan mengantarkannya pada posisi kelas tinggi. Sehingga, untuk mencapai posisi – posisi tertentu, diperlukan pendidikan tertentu. Oleh karena itu, maka dasar dari kelompok status tersebut adalah faktor ekonomi dan pendidikan.11 Kriteria utama dari status pribadi seseorang adalah pekerjaan atau mata pencaharian yang bersangkutan. Stratifikasi yang didasarkan pada pekerjaan atau mata pencaharian, terutama berasal dari kemajuan yang dicapai secara pribadi. Tetapi Parsons mengakui, bahwa status yang tinggi itu juga bisa didasarkan pada warisan atau kelahiran.12 Bagaimanapun anak yang di didik di lembaga persekolahan, pada akhirnya akan kembali dan menjadi warga masyarakat. Berkenaan dengan ini mereka memerlukan pekerjaan untuk menopang kehidupannya. Untuk terjun kedunia kerja, seseorang dituntut memerlukan kesiapan tertentu yang diperlukan oleh lapangan kerja bersangkutan. Kesiapan tersebut meliputi pengetahuan, skill dan sikap. Fungsi penyiapan bagi kepentingan dunia kerja, dalam kenyataannya tidak terlepas dari perhatian lembaga pendidikan persekolahan. Dari penjelasan di atas, perlu digarisbawahi bahwa pendidikan merupakan saluran mobilitas sosial. Jadi pendidikan dapat menentukan status seorang individu dalam suatu kelompok. Status yang diperoleh merupakan jenis achieved status. Masyarakat atau kelompok akan memposisikan individu tersebut sesuai tingkatan pendidikannya. Misalnya untuk masyarakat pedesaan, lulusan SMA biasa merupakan jenjang teratas di kalangan mereka karena kebanyakan mereka tidak sekolah. Orang tersebut biasanya dijadikan sebagai penasihat untuk urusan-urusan tertentu. Hal yang berbeda jika tamatan SMA tersebut dalam komunitas orang 11 Soerdjono Soekanto, 1983, “Teori Sosiologi tentang Struktur Masyarakat”, Jakarta : Rajawali, hal. 252 12 Farida Hanum, 2011, “Sosiologi Pendidikan”, Yogyakarta : Kanwa Publisher, hal. 29 10
  • 11. kota yang kebanyakan mereka telah mengenyam pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. Status tamatan SMA terasa sangat rendah. Meskipun tidak dapat dipungkiri, jenjang pendidikan belum dapat mewakili kearifan dan keilmuan seseorang. Tetapi paling tidak, jenjang pendidikan dapat menjadi ciri individu yang satu dengan yang lain untuk kemudian menempatkan status mereka dalam suatu kelompok atau masyarakat. E. Sekolah sebagai Suatu Organisasi Secara umum organisasi dapat didefenisikan sebagai kelompok manusia yang berkumpul dalam suatu wadah yang mempunyai tujuan yang sama, dan bekerja untuk mencapai tujuan itu. Organisasi merupakan unit sosial yang dengan sengaja dibentuk dan dibentuk kembali untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Sekolah dengan sengaja diciptakan dalam arti bahwa pada saat tertentu telah diambil suatu keputusan untuk mendirikan sebuah sekolah guna memudahkan pegajaran sejumlah mata pelajaran yang beraneka ragam. Sekolah juga dibentuk kembali, dalam arti bahwa setiap orang-orang berhubungan satu sama lain dalam konteks sekolah; ada yang mengajar, ada yang bersusah payah untuk belajar, dan ada yang membersihkan ruangan, menyedikan makanan atau melakukan berbagai kegiatan sekolah.13 Sekolah merupakan contoh dari suatu organisasi formal. Davis (dalam Robinshon) mengungkapkan sekolah sebagai suatu organisasi: “Meskpun sekolah merupakan benda yang sudah tidak asing lagi bagi ita semua, semua college-college bagi orang banyak, kemampuan kita untuk menjelaskan dan menggeneralisasikan cara kerjanya dengan cara yang agak mendalam masih dibatasi oleh kekurangan-kekurangan dalam analisa organisasi itu sendiri oleh kelangkaan telaah empiris yang layak dalam bidang pendidikan”14 13 Robinshon, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan -Terjemahan Ed.1 Cet.1. Jakarta: CV. Rajawali. Hal. 237 14 Robinshon, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan -Terjemahan Ed.1 Cet.1. Jakarta: CV. Rajawali. Hal. 238 11
  • 12. Berlangsungnya terus ketiadaan suatu teori yang koheren dan dapat diterima secara umum mengenai sekolah sebagai organiasi mungkin merupakan petunjuk bahwa dalam hal ini kita hanya berhadapan dengan suatu khayalan sosiologi belaka. Kompleksitas lembaga-lembaga pendidikan adalah demikian rupa sehingga tidak ada teori umum yang dapat menggagmbarkan nuansa dan kekhasan lembaga-lembaga yang unik tanpa menimbulkan kesan dangkal dan sepele. Yang telah dikembangakan adalah berbagai cara memandang sekolah, perspektifperspektif yang menerangi beberapa aspek dan mengaburkan aspek lainnya. Seperti akan kita lihat, yang terbaik dibangun sekitar telaah khusus, pembahasan-pembahasan mengenai lembaga-lembaga yang spesifik, dan dengan itu diusahakan untuk menghubungkan biografi dan struktur dengan suatu konteks historis. F. Struktur Hubungan antar Kelompok di Sekolah Sekolah bagi murid-murid dapat dipandang sebagai system persahabatan dan hubungan –hubungan soaial. Bedanya dengan orang dewasa ialah bahwa struktur sosial ini lebih bersifat tak formal. Struktur social pada orang dewasa lebih formal, karena kedudukan mereka yang berkaitan dengan jabatannya telah ditentukan dan dapat dirumuskan serta merupakan suatu bagian dari system social dalam masyarakat. Pada umumnya orang dalam masyarakat mengetahui kedudukan seorang guru di suatu sekolah. Tak demikian halnya dengan kedudukan murid sebagai misalnya anggota regu basket atau ketua kelompok belajar. Kedudukan murid hanya dikenal dalam lingkungan sekolah saja. Ada juga kedudukan murid yang lebih formal seperti ketua OSIS yang telah mempunyai bentuk resmi menurut ketentuan Pemerintah. Akan tetapi kebanyakan kedudukan murid bersifat tak formal dan hanya diketahui dalam kalangan sekolah itu saja. Salah satu aspek yang biasa terlupakan oleh sekolah adalah memupuk hubungan sosial di kalangan murid-murid. Biasanya sekolah terlalu fokus pada peningkatan kualitas akademik saja. Program pendidkan antar murid, antar golongan ini bergantung pada sruktur sosial 12
  • 13. murid-murid. Ada tidaknya golongan minoritas di kalangan mereka mempengaruhi hubngan kelompok-kelompok itu. Kebanyakan negara mempunyai penduduk yang multi rasial, menganut agama yang berbedabeda, dan mengikuti adat kebiasaan yang berlainan. Perbedaan golongan dapat juga disebabkan oleh perbedaan kedudukan sosial dan ekonomi. Murid-murid di sekolah sering menunjukkan perbedaan asal kesukuan, agama, adat istiadat, dan kedudukan sosial. Berdasarkan perbedaan-perbedaan itu mungkin timbul golongan minoritas di kalangan murid-murid, yang tersembunyi ataupun yang nyata-nyata. Menurut penulis, kelompok dalam sekolah dapat dikategorikan berdasarkan. 1. Status sosial orang tua murid Status sosial orang tua sangat mempengaruhi pergaulan siswa tersebut. Tidak dapat dipungkiri, seorang siswa yang merupakan anak pejabat akan cenderung bergaul dengan teman yang se-level. Hal ini dapat terjadi di dalam maupun di hingga pergaulan di luar sekolah. Anak pejabat enggan bergaul dengan anak buruh. Jikalau ada jumahnyapun sangat sedikit. 2. Hobi/minat/kegemaran Kesamaan hobi mendorong timbulnya rasa kebersamaan diantara mereka. Anak-anak yang suka olahraga sepak bola cenderung intensif bergaul dengan teman seklub mereka. Biasanya di sekolah terdapat beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler seperti KIR (Kelompok Ilmiah Remaja), Rohis, kelompok seni, pramuka, PMR, dan keolahragaan. Masing-masing membentuk ikatan emosianal diantara anggotanya. 3. Intelektualitas Ada juga peluang terjadi kelompok-kelompok berdasarkan tingkatan intelektualitas mereka, meskipun in tidak dominan. Orang pintar karena biasanya suka membaca lebih sering berada di 13
  • 14. pepustakaan daripada di kantin. Kehidupan mereka di sekolah benar- benar padat dengan kegiatan akademis. 4. Jenjang kelas Perbedaan jenjang kelas ini merupakan faktor dominan yang sering terjadi di sekolah. Biasanya anak kelas tiga yang merasa lebih tua sering berbuat sesuka hati kepada adik kelasnya. Anak-anak kelas satu karena takut dengan seniornya lebih nyaman bergaul dengan teman- teman satu tingkatnya. Hal ini menyebabkan pergaulan mereka menjadi terkotak-kotak dan kurang harmonis. 5. Agama Ada peluang terbentuknya kelompok karena persamaan agama. Kegiatan perayaan dan peribadatan agama yang mereka anut sering mempertemukan mereka dalam kebersamaan dan kepemilikan. Namun demikian ini bukanlah faktor dominan di kalangan anak sekolahan. 6. Asal daerah Kesamaan asal daerah juga memberikan peluang bagi terbentuknya kelompok di sekolah, namun bukan juga merupakan faktor dominan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar siswa di skolah tersebut berasal dari daerah yang sama. Berbeda dengan kehidupan kampus yang nuansa kedaerahannya sangat kental, di sekolah biasanya murid cenderung lebih menaruh minat pada mood dan hobi ketimbang regionalitas. G. Masalah-Masalah yang Muncul dalam Hubungan antar Kelompok di Sekolah Sebagai sebuah komunitas sosial sekolah juga tidak akan luput dari masalah dalam hubungan antar kelompok. Masalah tersebut antara lain adalah gap atau kesenjangan antar kelompok. Stigma kelompok minoritas sering muncul dipermukaan, dimana kelompok dalam kuantitas yang sedikit cenderung diabaikan baik secara fisik maupun kebijakan. Kecemburuan dan persaingan tidak sehat antar kelompok juga dapat memicu timbulnya masalah antar kelompok di sekolah. Istilah gang 14
  • 15. menjadi trend anak sekolah saat ini. Gang adalah representasi dari keakuan siswa dalam lingkungan pergaulannya di sekolah. Ikatan psikologis-emosional sering menyebabkan terjadinya perkelahian antar pelajar meskipun hanya karena persolanan sepele. Hal ini dapat dimaklumi dari tinjauan psikologis dimana perkembangan peserta didik dimasa itu merupakan babak pencarian jati diri sehingga cenderung tidak stabil, emosional, dan mau menang sendiri. Penggunaan pendekatan proses kelompok dalam pengelolaan kelas didasarkan atas prinsip-prinsip psikologi sosial dan dinamika kelompok. Anggapan dasar yang dipakai ialah bahwa (1) kegiatan siswa di sekolah berlangsung dalam suatu kelompok tertentu, dan (2) kelas adalah suatu sistem sosial yang memiliki ciri-ciri sebagaimana dimiliki oleh sistem sosial lainnya. Penggunaan pendekatan proses kelompok menekankan pentingnya ciri-ciri kelompok yang ada didalam kelompok kelas dan saling hubungan antar siswa yang menjadi anggota kelompok kelas itu. Dalam hal ini peranan guru yang paling utama ialah mengembangkan dan mempertahankan keeratan hubungan antar siswa, semangat produktivitas dan orientasi pada tujuan dari kelompok kelas ini. Demikianlah, tugas pertama guru ialah mengembangkan keeratan hubungan antar anggota kelompok kelas. Dalam hal ini ditekankan perlunya guru meningkatkan daya tarik dan ikatan kelompok bagi anggota-anggotanya dengan jalan menumbuhkan sikap saling menghargai dan mengembangkan komunikasi yang tepat antar anggota kelompok. Tugas kedua ialah membantu siswa mengembangkan aturan atau norma-norma kelompok yang produktif dan menyenangkan. Hal ini mencakup, misalnya pengembangan aturan bekerja yang dapat diterima oleh semua anggota. Sekali kelompok yang kompak dan produktif terbentuk, selanjutnya adalah tugas guru untuk mempertahankan kesatuan dan norma-norma kelompok itu. Dalam menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas, pemakaian pendekatan proses kelompok didasarkan atas pertimbangan bahwa tingkah laku yang menyimpang pada dasarnya bukanlah peristiwa yang menimpa seorang individu yang kebetulan menjadi anggota kelompok kelas tertentu, 15
  • 16. namun adalah peristiwa sosial yang menyangkut kehidupan kelompok dimana individu itu menjadi anggotanya. H. Upaya Pendidikan dalam Mengatasi Masalah yang Muncul dalam Hubungan antar Kelompok di Sekolah. Dalam sebuah sekolah, tentunya sering atau pernah terjadi kesalahpahaman antara orang-orang di dalamnya. Hal itu bisa saja terjadi antara murid kelas yang satu dengan kelas yang lainnya. Siswa dari daerah yang satu dengan yang lainnya, banyak motif yang dapat memicu hal ini, terlebih lagi jika ada golongan minoritas. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk mengatasi masalah yang muncul dalam hubungan antar kelompok. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Pemberian informasi, diskusi kelompok, hubungan pribadi, dan sebagainya. Guru dapat memberikan informasi tentang hakikat dan perbedaan rasial dan kultural dengan menekankan bahwa perbedaan-perbedaan di kalangan manusia bukanlah disebabkan oelh pembawaan biologis, melainkan karena dipelajari dari lingkungan kebudayaan masing-masing. Informasi semacam ini juga dapat diperoleh dalam pelajaran biologi dan ilmu-ilmu sosial. 2. Memberikan informasi tentang sumbangan minoritas kepada kelompok. Guru dapat menceritakan bagaimana setiap kelompok itu sangat berpengaruh terhadap kelompok lainnya. Orang arab, yahudi, dan india meberikan sumbangan yang berarti bagi seuruh masyarakat dunia. Hal yang sama juga dilakukan oleh kelompok-kelompok kecil yang berusaha meraih kemerdekaan di tanah air ini, sumbangan mereka merupakan salah satu sebab merdekanya Indonesia. 3. Menanamkan nilai-nilai toleransi antar siswa. Nilai toleransi ini sangat penting. Jika mereka mempunyai sikap toleran maka mereka dapat mempengaruhi sikap murid-murid lain ke arah toleransi yang lebih besar. Guru dapat memobilisasi tenaga-tenaga ini untuk memupuk sikap yang sehat dikalangan murid-murid. 16
  • 17. 4. Membuka kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan hubungan atau pergaulan antara murid-murid dari berbagai golongan. Jika mereka dapat saling berkunjung dan menghadiri kegiatan atau upacara dalam keluarga masing-masing, maka diharapkan lahirnya saling pengertian yang lebih mendalam dan toleransi yang lebih besar. 5. Menggunakan teknik bermain peranan atau sosiodrama. Peristiwa yang terjadi dalam masyarakat dapat dimainkan dalam kelas dalam bentuk sosiodrama dengan menyuruh golongan mayoritas memainkan peranan golongan minoritas. Tujuannya adalah agar lebih memahami perasaan golongan minoritaa dan dapat mengidentifikasi diri dengan keadaan mereka. 6. Menggalakkan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler bisa melibatkan banyak orang dengan berbagai latar belakang murid yang berbeda. Keseringan komunikasi dan kerjasama diantara mereka menumbuhkan kebersamaan yang mendalam. Hal ini dapat menceah sekaligus meredam masalah-masalah seputar gap antara kelompok sosial. BAB III PENUTUP Dari penjelasan sebagaimana pembahasan masalah di atas, maka dapat ditarik kesimpulan dari penulisan makalah ini, yaitu : 1. Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana dan tersistematis dalam memanusiakan manusia. 17
  • 18. 2. Kelompok menurut tinjauan sosiologi adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan terjadi hubngan timbal balik dimana ia merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut. 3. Kelompok sosial dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk. Hal ini sangat bergantung dari sudut pandang ahli yang bersangkutan. Ada yang memandang dari proses terbentuknya, ada dari kekuatan ikatan emosional yang terbentuk. Bahkan ada yang membaginya berdasarkan banyakya jumlah anggota kelompok. 4. Status ialah kedudukan sosial seseorang dalam kelompok serta dalam masyarakat. Pendidikan merupakan saluran mobilitas sosial, jadi pendidikan dapat menentukan status seorang individu dalam suatu kelompok. Dimana status individu dalam suatu kelompok tergantug sejauh mana kearifan dan kedalaman individu tersebut memaknai keilmuannya. 5. Organisasi merupakan kelompok manusia yang berkumpul dalam suatu wadah yang mempunyai tujuan yang sama, dan bekerja untuk mencapai tujuan itu. Sekolah merupakan contoh dari suatu organisasi formal. 6. Struktur hubungan antar kelompok di sekolah dipengaruhi oleh homogenitas individu-individu yang ada di dalamnya. Semakin banyak kesamaan yang ada semakin sederhana pula struktruk yang akan terbentuk. 7. Masalah yang sering terjadi dalam hubungan antar kelompok di sekolah adalah tersisihnya kelompok minoritas, persaingan tidak sehat, gang, dan kecemburuan. 8. Upaya pendidikan dalam mengatasi masalah yang timbul dalam hubungan antar kelompok di sekolah adalah dengan cara : Pemberian informasi, diskusi kelompok, hubungan pribadi, dan sebagainya. Memberikan informasi tentang sumbangan minoritas kepada kelompok. Menanamkan nilai-nilai toleransi antar siswa. Membuka kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan hubungan atau pergaulan antara siswa. Menggunakan teknik bermain peranan atau sosiodrama. dan menggalakkan kegiatan ekstrakurikuler 18
  • 19. DAFTAR PUSTAKA Farida Hanum, 2011, “Sosiologi Pendidikan”, Yogyakarta : Kanwa Publisher H. Gunawan, Ary. 2000. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis tentang Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 19
  • 20. M. Hernki, James. 2007. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi Terjemahan. Jakarta: Erlangga. Nasution, S. . 1994. Sosiologi Pendidikan Ed.2 Cet.1. Jakarta: Bumi Aksara Robinshon, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan - Terjemahan Ed.1 Cet.1. Jakarta: CV. Rajawali Soekanto, Soerjono. 2006. Sosologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Syani, Abdul. 2007. Sosiologi, Skematika, teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara. Soerdjono Soekanto, 1983, “Teori Sosiologi tentang Struktur Masyarakat”, Jakarta : Rajawali Tirtarahardja, Umar, & La Sulo,S.L.. 2005. Pengantar Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. 20