Dokumen tersebut membahas upaya SMAN 1 Ngadirojo dan SMAN 1 Wongsorejo dalam memanfaatkan potensi lokal melalui program Double Track. SMAN 1 Ngadirojo memanfaatkan batik dengan bahan alami setempat dan melatih siswa membatik, sedangkan SMAN 1 Wongsorejo memanfaatkan hasil laut dengan melatih siswa membuat olahan ikan. Kedua sekolah berupaya meningkatkan keterampilan siswa dan melestarikan budaya
3. Double Track4 Profil Prestasi 5
SMAN 1 Ngadirojo, Pacitan
Kreasi Batik
Cantik Dengan
Pewarna Alami
Dipetik di Halaman
Sekolah
D
ari sekian tujuan program
Double Track yang tak
kalah pentingnya adalah
memanfaatkan potensi lokal serta
mengembangkannya. Dalam tatanan
kehidupan manusia, modernisasi
menjadi hal yang sulit untuk dihindari.
Meski begitu, kearifan lokal juga
bukan berarti bisa ditinggalkan.
Hal ini dikarenakan kearifan lokal
menyimpan nilai-nilai yang sudah
mengakar di dalam masyarakat luas.
Karena itu pula, program DT
ini diharapkan mampu melestarikan
serta mempopulerkan lebih luas
kearifan lokal di daerah masing-
masing. Karena kearifan lokal ini juga
berperan sebagai konservasi dan
pelestarian sumber daya alam (SDA)
serta pengembangan kebudayaan
dan ilmu pengetahuan.
Kali ini kita menengok salah
satu sekolah penyelenggaran DT
yang punya misi pengembangan
kearifan lokal yaitu SMAN 1 Ngadirojo,
Pacitan. Sekolah yang berada kota
di ujung barat daya Jawa Timur ini
telah mengembangkan potensi lokal
berupa batik. Program keterampilan
tata busana ini telah berjalan sejak
2018 lalu. Selain Tata Busana, di
sekolah ada juga kelas Tata Boga,
Teknik Kendaraan Ringan, Multimedia
dan Kecantikan.
Yang istimewa dari batik khas
SMA ini adalah bahan pewarna yang
dipilih alami dari daun Bungur, kulit
Mahoni dan daun tanaman Tarum.
“Tumbuhan-tumbuhan ini banyak
ditanam di lingkungan sekolah. Jadi
tak sulit untuk memperolehnya,” jelas
Dra. Toni Retno Antyaningsih, trainer
Tata Busana SMAN 1 Ngadirojo.
Dalam pelaksanaannya, para
trainer memberi bekal keterampilan
membatik pada peserta kelompok
tata busana ini. Salah satu peserta
Juara Lomba II
Kewirausahaan DT
2020
Auriela Putri Widyar, mengungkapkan
pengalamannya mengikuti kelas tata
busana ini. “Kami mendapat pelatihan
membatik seperti pewarnaan dengan
cara teknik celup ikat, dasar-dasar
menjahit, dan membuat pola jahit.
Ada pola untuk menjahit rok dan
busana wanita,” jelas siswi yang
masuk SMAN 1 Ngadirojo tahun 2018
ini.
Dan Auriela termasuk peserta
DT yang pesat kemampuannya.
Tak hanya keterampilan membatik
maupun fashion, namun Aurel –
demikian ia biasa disapa- juga
sangat ulet dalam pemasaran dan
penjualan. Pada gelaran lomba DT
2020 Aurel meraih juara II kategori
Kewirausahaan.
Tim juri menilai aspek produksi
dan pemasaran Aurel layak menjadi
yang terbaik kedua dari sekian banyak
peserta se-Jawa Timur. Ia berhak
mendapat hadiah uang pembinaan
Rp 3,75 juta (setelah dipotiong pajak).
“Saya bagi dengan tim dan ada juga
yang saya sisihkan untuk modal
kewirausahaan pribadi,” tutur siswi
jurusan IPA ini.
Selama pandemi ini, Aurel
lebih sering memproduksi masker
kain batik buatannya sendiri. “Sejak
meningkatnya orang yang terpapar
Covid 19,, peserta DT lebih sering
membuat masker sendiri-sendiri di
4. Double Track6 Profil Prestasi 7
Di masa New Normal ini, Aurel
mengaku hanya memproduksi masker
saja secara mandiri. “Untuk produk
lainnya, kami biasanya memasarkan
bersema bersama bimbingan trainer,
atas permintaan pembeli atau
pemesan mau warna seperti apa.
Misalnya rok, sajadah, taplak meja
makan, taplak meja kecil, tutup kulkas,
sarung dan bahan baju,” jelas Aurel.
Produksi batik berbahan khas
ini merupakan salah satu produk
unggulan Pacitan. Ini tak lepas dari
sosok sang trainer batik SMAN 1
Ngajirojo ini. Toni Retno Antyaningsih
atau yang biasa disapa dengan Bu
Retno ini memang dikenal sebagai
pengusaha batik kenamaan di
Pacitan.
Retno memulai usaha batik
sejak 2003 silam. Awalnya Retno
dan suami menang lomba desain
batik di Kabupaten Pacitan. “Sejak
saat itu banyak pesanan berupa
desain batik baik perorangan maupun
Sejatinya Retno ini adalah
berpofesi guru resmi di Kabupaten
Pacitan. “Sejak 1986 saya sudah PNS
guru di sini. Jadi ketika sekolah mulai
membuka kelas muatan lokal batik,
di rumah saya lalu belajar membuat
batik. Kebetulan suami guru Seni
Rupa. Kami coba membuat desain.
Alhamdulillah, banyak diminati dan
makin berkembang,” ungkap lulusan
IKIP Negeri Surabaya ini jurusan
Teknik Sipil ini.
Sejak itu Retno meluncurkan
galeri batik dengan label Batik
Tengah Sawah (BTS). Desain BTS
Sudah Bisa Produksi
Mukena Batik
Guru Yang Juga
Pengusaha Batik
perkantoran,” jelas istri Budi Raharjo
ini.
rumah. Saya jual Rp 8.000/buah.
Tapi kalau pelanggan beli minimal 3
buah saya kasih diskon jadinya @ Rp
7.000. Sejak Maret 2020, rata-rata
sebulan terjual 20 masker,” papar
bungsu dari tiga bersaudara ini.
Sebelum pandemi, Aurel
mengungkapnya sempat cukup sering
memproduksi mukena dan rok. “Kalau
mukena dan rok kami kerjakan sama-
sama dengan teman-teman sekolah
lainnya. Seingat saya sudah terjual
30 mukena. Rencananya pembuatan
mukena ini akan kami perbanyak lagi
menjelang Ramadhan dan Hari Raya
Idul Fitri. Saat itu, memang banyak
permintaan,” sambungnya.
Batik Tengah Sawah tidak semata-mata untuk
mencari uang. Tapi lebih mengedepankan untuk
penelitian dan pengembangan ekspresi seni
yang kami miliki, hasilnya dapat dijual
kebanyakan berupa flora fauna khas
Pacitan dengan menampilkan buah
Pace sebagai motif ciri khas Pacitan.
Hampir setiap tahun ia selalu
mengikuti lomba desain batik khas
Jawa Timur dan sering mendapat
nominasi 10 besar. Dari hasil lomba
tersebut, BTS telah memiliki 11 motif
yang telah terdaftar di HAKI. Di
antaranya berjudul Sawung Gerong,
Peksi Gisik Lorok, Satriya Pinilih,
Sawung Cahya Buana, Sawung Krida
Mukti, Sawung Ronabaya, Daya
Sabagya, Danakirti Bantar Angin , Sri
Mayanti, Pace Tawang Wetan, Panji
Laras, dll. Sebelum pandemi, ada 45
pegawai yang bekerja di BTS ini
Selama ini, pemesan BTS ini
5. Double Track8 Profil Prestasi 9
hanya Jawa Timur.
“Alhamdulillah, kirim batik ke Jakarta,
Kalimantan Timur, Papua, Aceh, dan
banyak daerah di Indonesia. Pernah
juga kirim ke Jepang dan Australia,”
tutur guru yang juga mengajar
pelajaran Prakarya dan Kewirusahaan
(PKWU) di SMAN 1 Ngadirojo ini.
Dengan pengalamannya itu,
Retno mendedikasikan keterampilan
dan pengalamannya itu kepada murid-
muridnya. “Batik Tengah Sawah
tidak semata-mata untuk mencari
uang. Tapi lebih mengedepankan
untuk penelitian dan pengembangan
ekspresi seni yang kami miliki,
hasilnya dapat dijual,” papar ibu satu
anak ini.
Ketika ditanya, mengapa masih
mau mengajar meskipun sudah punya
bisnis yang besar. “Mengajar itu
Batik Sebagai
Penelitian & Sharing
Ilmu
Pemesanan Batik
Berbahan Alami
membagikan ilmu yang saya miliki
untuk orang lain, ya siswa ya orang
lain. Agar seni dan kerajinan lokal
ini agar lebih berkembang,” pungkas
Retno.
Sejatinya Retno ini adalah
berpofesi guru resmi di Kabupaten
Pacitan. “Sejak 1986 saya sudah PNS
guru di sini. Jadi ketika sekolah mulai
membuka kelas muatan lokal batik,
di rumah saya lalu belajar membuat
batik. Kebetulan suami guru Seni
Rupa. Kami coba membuat desain.
Alhamdulillah, banyak diminati dan
makin berkembang,” ungkap lulusan
IKIP Negeri Surabaya ini jurusan
Teknik Sipil ini.
Sejak itu Retno meluncurkan
galeri batik dengan label Batik
Tengah Sawah (BTS). Desain BTS
kebanyakan berupa flora fauna khas
Pacitan dengan menampilkan buah
Pace sebagai motif ciri khas Pacitan.
Hampir setiap tahun ia selalu
Batik Sebagai
Penelitian & Sharing
Ilmu
mengikuti lomba desain batik khas
Jawa Timur dan sering mendapat
nominasi 10 besar. Dari hasil lomba
tersebut, BTS telah memiliki 11 motif
yang telah terdaftar di HAKI. Di
antaranya berjudul Sawung Gerong,
Peksi Gisik Lorok, Satriya Pinilih,
Sawung Cahya Buana, Sawung Krida
Mukti, Sawung Ronabaya, Daya
Sabagya, Danakirti Bantar Angin , Sri
Mayanti, Pace Tawang Wetan, Panji
Laras, dll. Sebelum pandemi, ada 45
pegawai yang bekerja di BTS ini
Selama ini, pemesan BTS ini tidak
hanya Jawa Timur. “Alhamdulillah,
kirim batik ke Jakarta, Kalimantan
Timur, Papua, Aceh, dan banyak
daerah di Indonesia. Pernah juga
kirim ke Jepang dan Australia,” tutur
guru yang juga mengajar pelajaran
Prakarya dan Kewirusahaan (PKWU)
di SMAN 1 Ngadirojo ini.
Selama ini, pemesan BTS ini tidak
hanya Jawa Timur. “Alhamdulillah,
kirim batik ke Jakarta, Kalimantan
Timur, Papua, Aceh, dan banyak
daerah di Indonesia. Pernah juga
kirim ke Jepang dan Australia,” tutur
guru yang juga mengajar pelajaran
Prakarya dan Kewirusahaan (PKWU)
di SMAN 1 Ngadirojo ini.
WhatsApp
0859-5432-9320 (Aurel)
0859-5856-2340 (Bu Retno)
Pemesanan Batik
Berbahan Alami
• Masker: Rp 8.000
• Mukena/rukuh celup ikat:
Rp125.000
• Tas batik: Rp 75.000
• Baju koko (celana+baju) =
Rp 175.000/stel
• Rok Celup Ikat= Rp 95.000
6. Double Track10 Profil Prestasi 11
SMAN 1 Wongsorejo, Banyuwangi
Sekolah Pesisir,
Manfaatkan Olahan
Ikan
P
emanfaatan sumber daya alam
(SDA) lokal memang butuh
kreativitas dan SDM yang
berkomitmen kuat. Dengan SDA
sebesar ini, Indonesia membutuhkan
SDM yang terampil dan inovatif.
Tanpa kreativitas, potensi besar
negeri ini tak akan siginifikan bagi
kesejahteraan penduduknya.
Karena itu, penyelenggaraan
program SMA Double Track ini
bertujuan meningkatkan keterampilan
dan kreativitas pelajar. Agar
lulusannya lebih inovatif dan aktif
memanfaatkan potensi dareahnya
masing-masing.
Optimalkan Hasil Laut
Salah satunya yang sudah
dilakukan SMAN 1 Wongsorejo,
Banyuwangi. Sekolah yang berada
di dekat kawasan pesisir ini merasa
terpanggil untuk memanfaatkan
produk olahan ikan laut. Menurut
Hadiri, kepala sekolah, daerah
sekitarnya ini banyak nelayan dan
penghasil produk laut.
“Kami ingin mengembangkan
potensi olahan hasil laut ini pada
siswa-siswi kami. Kami juga
merencanakan untuk memperbesar
koperasi sekolah yang menjelma jadi
minimarket. Namanya DT Mart. Nanti
dibangun di halaman depan sekolah
dan bisa melayani internal serta para
warga sekitar atau pengguna jalan
yang melintas,” jelas Kepala SMAN 1
Wongsorejo.
Produk-produk olahan ikan ini
sudah diujicobakan siswa-siswi di
sekolah ini sejak 2018. Salah satunya
Irma Kurnia. Siswi yang masuk SMA
2018 ini sudah sering membuat
jajanan menggunakan olahan ikan.
“Saya dan kawan-kawan sering
membuat fish burger dan roti abon
ikan. Sudah kami kami jajakan ke
pihak luar sekolah. Alhamdulillah
banyak yang suka,” tuturnya.
Sejumlah pemesan atau pembeli
mengatakan terkesan dengan produk
ini. “Mereka bilang suka banget
dengan rasanya. Karena jarang sekali
ditemukan burger dan roti yang bahan
dasarnya ikan. Sejak itu saya mulai
menerima pesanan walaupun tidak
terlalu banyak,” sambung Irma.
Hal senada Dina Ayu Fitrisia.
Rekan sekolah ini Irma mengaku
senang bisa ikut Tata Boga. “Karena
bisa diterapkan di rumah dan ilmunya
7. Double Track12 Profil Prestasi 13
bisa berguna terus-menerus.
Awalnya sih setengah coba-coba, lha
kok senang juga ya bisa bikin kue dan
jajanan. Mulai dari roti kering, roti boy,
juga fish burger dan roti abon ikan,”
tutur Dina.
Pengalaman pertama ini
ternyata berkesan. “Saat produksi kue
ini, lalu ada teman yang membantu
menjualkan lewat media sosial. Saya
gak mengira ternyata banyak respon
positif dan makin banyak pesanan.
Sebelum wabah Corona, sebulan
antara 70-100 pesanan. Sejak
pandemi, agak sepi. Tidak sampai 30
pesanan sebulan,” ungkap Dina.
Siswa-siswi ini sejak 2018 sudah
berlatih keterampilan membuat produk
dan juga merasakan pengalaman
memasarkannya. Sebagai pemula,
mereka sudah ‘mencicipi’ manis pahit
berwirausaha. “Pernah, dulu ada
pelanggan memesan roti ke saya. Lalu
ada teman satu tim yang mengantar
roti ke tempat pelanggan. Dia lengah,
roti-rotinya berjatuhan dan kotor.
Saya langsung meminta maaf dan
mengembalikan uang pesanan,” kata
Irma sambil tersenyum.
Karena masih bersekolah,
murid-murid ini belum optimal
memproduksi dan memasarkannya.
“Kebanyakan masih menjual ke teman
sekolah atau teman-teman lain. Tapi
karena masih pandemi, kalau ada
ujian semester atau pas gak ada
kegiatan sekolah, ya jarang bikin.
Sementara ini lebih sering promosi
lewat WhatsApp, Facebook dan juga
Instagram. Masih ada sih yang pesan
tapi tidak sebanyak kalau pas sekolah
dulu,” beber Irma.
Menurut Mujiati, S.Pd, Waka
Kurikulum, di SMAN 1 Wongsorejo
ini ada tiga bidang DT yang
selenggarakan, yaitu Tata Boga. Tata
Rias, dan Teknik Kendaraan Ringan
(TKR). “Kalau Tata Boga dan Tata
Rias, Alhamdulillah anak-anak sudah
mulai berusaha mandiri dengan jual
online dan buka usaha jasa rias di
rumahnya. Dan ke depannya sekolah
akan membuka DT Mart di lingkungan
sekolah,” jelas guru yang juga
mengajar Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan ini.
Selain itu, bidang TKR masih
belum berkembang sesuai harapan.
“Trainernya masih dari luar sekolah,
tidak seperti Tata Boga dan Tata Rias
yang dari internal sekolah. Karena
dari luar itulah, tingkat kehadirannya
belum optimal. Sehingga tidak bisa
berkembang seperti dua bidang
lainnya. Pada 2021 ini, akan ada
Respon Positif dari
Konsumen
Siap Dirikan Minimart di
Halaman Sekolah
evaluasi dan juga bisa menambah
bidang lain tiga yang sudah ada,”
tandas Muji.
Hal senada diungkapkan
Supriyadi, S.Pd. Waka Bidang Humas
ini mengatakan pihak sekolah terus
mendorong jiwa wirausaha anak-
anak didiknya. “Saya sudah cek ke
beberapa konsumen produk dan jasa
siswa-siswi kami. Alhamdulillah,
responnya bagus. Kami upayakan
anak-anak untuk mempunyai jiwa
entrepreneurship, sesuai dengan
karasteristik lokal tentunya,” jelas Pak
Supri, demikian ia biasa disapa.
Supri menambahkan, karena
masih masa pandemi, metode
pemasaran juga menyesuaikan. “Di
samping dijual secara konvesional,
anak-anak juga juga melaui media
sosial. Sejauh yang saya rasakan,
enak kok hasilan olahan anak-anak
ini. Memang butuh terus perbaikan
dan latihan lagi. Makanya ke depan
untuk DT Mart akan kita kembangkan
yang tata boga dan kuliner ini,”
pungkas pak guru yang mengajar
Bahasa Inggris sekaligus penanggung
jawab program DT.
9. Double Track16 Profil Prestasi 17
I
ndonesia terkenal dengan
keanekaragaman hayatinya. Salah
satunya adalah buah mangga.
Menurut para ahli, terdapat 70-
100 lebih jenis mangga di dunia.
Dan diperkirakan ada 30 varietas di
Indonesia. Karena itu, sangat layak
buah ini jika buah ini dikembangkan
menjadi produk olahan dan industri
pangan.
Kreativitas mengolah buah ini
sangat dibutuhkan. Salah satunya
sudah dilakukan Khunainnin
Mufidzul Qiram, siswa SMAN 1 Panji,
Situbondo, Jawa Timur. Melalui
program SMA Double Track ini, Qiram
mengolah buah mangga menjadi
bakpia. Kemudian diberi nama Bakpia
Mangga.
Qiram mengungkapkan bahwa
sebenarnya gagasan ini tidak terlalu
baru. Hanya saja, di daerahnya
terdapat banyak buah manga.
“Sejujurnya sih, ide ini menurut
saya sudah umum. Karena saya
ada ide karena Situbondo rata-rata
banyak mangga. Jadi saya punya
keinginan untuk membuat Bakpia
Khunainnin Mufidzul
Qiram
Siswa SMAN 1 Panji
Situbondo
Kreasi Baru
Dari Situbondo
Bangga (Bakpia Mangga) dan Herbal
Telasih (Teh Alar Sirih)
pada umumnya seperti bakpia yang
di Jogja itu. Tetapi isinya yang saya
ganti dengan mangga,” jelas siswa
angkatan 2018 ini.
Qiram menjelaskan bagaimana
produknya dibuat. Pertama-tama,
mangga dikupas. Lalu diipotong
seukuran dadu. Kemudian dihaluskan
dengan blender. Terakhir, hasil olahan
blender tadi dimasak menjadi selai
mangga.
Langkah kedua, Qiram membuat
dua macam adonan yang berbahan
dasar tepung terigu dan margarin.
Lalu adonan itu dibentuk bulat dulu
lalu dibuat pipih. Lalu dibuat ukuran
sedang. Ada pula dibuat dengan
ukuran kecil-kecil. Olahan selai tadi
dimasukkan ke semua adonan tadi.
Semua adonan kemudian
dimasukkan oven untuk dimasak.
Adonan perlu diolesi kuning telur
agar terlihat cantik. Setelah 20 menit,
bakpia mangga siap dikemas yang
rapi.
Sebelum masa pandemi, Qiram
masih memproduksi hanya eceran.
“Maksudnya membuat Bakpia
sebanyak 100 biji. Kemudian saya jual
ke koperasi sekolah dengan harga
1.000, istilahnya per biji. Untuk proses
produksinya pun saya tidak setiap
hari. Ya... disesuaikan dengan modal
saya,” tutur siswa kelas XII jurusan
IPA ini.
Bisa Untuk Bantu Biaya
Kuliah
Semua ini masih awalan. Meski
begitu, Qiram pernah mewakili
sekolah dan Situbondo ke ajang
Festival Inovasi Kewirausahaan Siswa
(FIKSI) SMA se-Jawa Timur pada Juli
2019 lalu.
Selama pelatihan, Qiram dan
rekan-rekannya mendapat arahan
dari Nur Jannah, guru pengajar kelas
XII sekaligus Trainer Double Track
di SMA Negeri 1 Panji, khususnya di
Tata Boga.
Di bidang Prakarya dan
Kewirausahaan, Qiram dan peserta
double track mendapat bimbingan
dari Agus Supyan, salah satu pengajar
10. Double Track18 Profil Prestasi 19
Saya punya keinginan
untuk wirausaha. Sehingga
dapat membahagiakan
kedua orang tua saya
SMAN 1 Panji. “Pak Agus mengajar
saya sejak kelas X hingga sekarang,”
tuturnya.
Qiram bersyukur kedua
orangtuanya mendukung. “Saya
disuruh untuk terus menggali lebih
dalam, dan itupun saya masih
proses belajar, insya Allah saya akan
berusaha. Dan saya punya keinginan
untuk wirausaha . Sehingga dapat
membahagiakan kedua orang tua
saya,” tegasnya.
Untuk Harga Per Pack bakpia
mangga, Qiram buat menjadi tiga
bagian:
• Yang pertama, toples dengan isi
12 biji bakpia, dengan harga Rp
35.000,-
• Yang kedua , plastik klip dengan
isi 10 biji bakpia, dengan Harga
Rp 20.000,-
• Yang ketiga, plastik mika dengan
isi 8 biji bakpia dengan harga Rp
12.000,-
Sejak pandemi, penjualan bakpia
tidak seperti masa normal yang dijual
menggunakan toples ataupun mika.
Sekarang, Qiram menjual eceran dan
ditaruh satu tempat (toko). “Itu pun
saya tidak begitu banyak sekitar 50
biji dijual Rp 2.000,” ungkapnya.
Qiram memproduksi sepekan
sekali. “Hitung-hitung melihat dari
dananya juga. Ya... kalau ada orang
yang ingin pesan bakpia yang
menggunakan toples, akan saya
buatkan. Tetapi sekarang jarang.
Apabila tidak ada mangga, masih
bisa diganti rasa lain . Yang penting
bisa ada pemasukan dan disenangi
orang lain. Sebulan bisa sampai Rp
200.000 dari bakpia. Dikit-dikit masih
jalan. Untuk saat ini memang ada
produk Telasih ini,” tambahnya.
Sedangkan Teh Herbal ini,
hasil dari pemikiran Qiram selama
ikut Festival Inovasi Kewirausahaan
Siswa Indonesia (FIKSI) Provinsi Jawa
Timur di kota Batu 2019. Teh Herbal
ini dinamakan TELASIH. Ini singkatan
dari teh alar sirih. Herbal ini berbahan
dasarkan daun Sirih dan alar sirihnya.
“Alar sirih itu batangnya, yang
memiliki khasiat. Kebetulan tahun
ini kan ada wabah Covid 19. Nah...di
pikiran saya ini salah satu peluang,
target saya ini menengah ke bawah,”
imbuhnya.
Herbal ini, menurut ia, punya
banyak khaisat. “Agar orang orang
tetap menjaga kesehatannya , tidak
harus dari obat-obatan. Harusnya
meracik sendiri dari herbal alami. Teh
Akun ig : @khunainninkhan_official
Akun fb : Khunainnin Khan
Nomor WA : 085 258 092 020
Alar Sirih ini insyaallah cocok untuk
orang-orang, karena memiliki khasiat
seperti menjaga daya imun tubuh.
Teh ini bisa diminum siapapun,”
sambungnya.
Untuk bahan The Alar Sirih
ini, Qiram menggunakan Daun Sirih,
Alar Sirih (batangnya), teh, dan
jahe. Cara pengolahannya, langkah
pertama menyiapkan daun sirih dan
alar sirihnya yang telah dibersihkan,
itu untuk dipotong secara tipis.
Selanjutnya, menyiapkan tampah,
kita tata di atasnya.
Kemudian, dijemur selama
dua hari (tergantung dari sinar
mataharinya). Setelah dijemur, pada
saat itu daun sirih dan alar sirih nya
dikukus di dandang selama 30 menit
sampai aroma sirih tercium. Langkah
selanjutnya, kembali dijemur selama
4 hari sampai daun dan alar sirihnya
betul-betul kering.
Langkah kedua, dari semua
daun sirih dan alar sirih itu
selanjutnya memasuki tahap
penghalusan serta pencampuran
dengan teh. Penghalusannya dengan
menggunakan blender, dengan
perbandingan yang pas, agar rasa
sirih nantinya terasa.
Langkah terakhir, masukkan
sesuai takaran ke kertas teh/kantong
celup tehnya. Per kotak diisi dengan
10 kemasan. Serta, beratnya harus
pas 34 gram. Kemudian, ditata
dengan rapi.
Kini Qiram menawrkan herbal
TELASIH ini memiliki dua varian.
“Ada original dan rasa jahe. Harga
satuannya, terjangkau Rp 15.000,
baik original maupun jahe,” jelasnya.
Untuk rasa jahe, cara
pengolahannya sama sesuai dengan
langkah kedua. Dengan awal mulanya
dipotong-potong kemudian dijemur
selama 6 hari sampai kering. Tetapi
untuk jahe tidak perlu dikukus.
Ingin Kombinasikan
Medis Jika Jadi Dokter
Prospek ke depannya, Qiram
ingin usaha ini bisa berkembang dan
dapat menambah inovasi lebih agar
bermanfaat bagi sesama. “Harapan
kedepannya sekaligus hajat saya dan
memiliki usaha kuliner, serta restoran
di berbagai cabang. Saya akan
bekerja keras untuk itu. Sebenarnya,
saya masih punya cita-cita sebagai
dokter. Herbal TELASIH ini bisa jadi
bahan pengembangan saya kelak jika
jadi dokter,” tegasnya.
Teh Alar Sirih ini dijual dengan
harga Rp. 15.000 per kotak. “Untuk
proses penjualan, saya masih
menggunakan media sosial meskipun
ada masukan menggunakan toko talk,
akan tetapi saya masih menggunakan
media tersebut melalui Instagram dan
WhatsApp,” pungkasnya.
11. Double Track20 Profil Prestasi 21
Ingin Kembangkan
Butik Sendiri
Khusus Batik Madura
Alumnus SMAN 1 Gapura
Sumenep
Program Tata Busana
Alfiana
M
ari kita berkenalan dengan
alumnus Program Double
Track di ujung timur Pulau
Madura. Alfiana merupakan alumnus
program Double Track (DT) dari
SMAN 1 Gapura Sumenep. Di awal
program DT di sekolahnya (2018),
Alfiana mengaku ingin ikut. Hanya
saja, waktu itu belum ada kelas tata
busana. Awalnya hanya kelas Teknik
Kendaraan Ringan (TKR) dan Tata
Boga.
“Sebenarnya dari awal informasi
rencana program DT saya tertarik.
Tapi saat itu di sekolah saya gak ada
keahlian tata busana. Hanya TKR dan
tata boga. Saya usul ke trainer, kalau
ada keahlian tata busana saya mau
ikut gitu. Eh ternyata benar dibuka.
Senang banget karena memang ingin
banget mengembangkan keahlian di
tata busana. Saya pun langsung ikut,”
jelas lulusan SMA tahun 2020 ini.
Alfiana yang biasa disapa Fia,
pertama kali ikut DT tahun 2018
hingga 2019. “Saat itu saya kelas 11.
Kebetulan tahun itu tahun pertama
ada program DT. Senang banget bisa
belajar di sini,” tuturnya.
“Alasannya karena memang
saya sangat suka tata busana lebih
tepatnya menjahit. Saya ingin sekali
menguasai keterampilan ini. Bisa
dibilang saya suka tata busana sejak
kecil. Karena memang saya sangat
dekat dengan kakek saya yang
profesinya sebagai penjahit. Saya
sering bersama beliau. Tanpa sadar
saya mulai belajar dari kakek, sedikit
demi sedikit mulai dari istilah dan
tekniknya. Sejak saat itu saya mulai
menyukai tata busana,” ungkapnya.
“Sejak itu, dalam hati saya ingin
menjadi penjahit profesional dan
memiliki butik sendri di masa depan,”
tambahnya.
Meneruskan Usaha
Keluarga
Fia mengaku mendapat
pelajaran berharga dari Program
Double Track ini. “Banyak hal yang saya
dapat selama ikut DT. Pengalaman
ini yang paling penting. Juga dapat
pengetahuan, tentunya pendalaman
materi tentang teknik-teknik yang
benar dalam hal merancang busana,”
sambungnya.
Di sini masih kata Fia, ia
mendapatkan pelatihan keterampilan
tata busana, keahlian merancang
mode busana, memotong dan
mendesain. Di awal-awal pelatihan,
Fia mendapat materi pembuatan
kemeja pria, kemeja wanita, kemeja
anak, sarung bantal, tas, dan dompet.
“Di awal-awal, saya membuatkan
kemeja untuk guru, teman sekelas,
tetangga dan saudara dekat.
Umumnya bahannya batik Madura,”
imbuhnya.
Ia menceritakan bagaimana
perasaan pertama kali menerima
pesanan menjahit. “Senang campur
takut sih. Takutnya gak bisa
memberikan pelayanan yang baik
dan memuaskan bagi pelanggan
pertama,” katanya sambil tersenyum.
12. Double Track22 Profil Prestasi 23
Banyak hal yang saya dapat selama
ikut DT. Pengalaman ini yang paling
penting. Juga dapat pengetahuan, tentunya
pendalaman materi tentang teknik-teknik
yang benar dalam hal merancang busana
“Setelah pertama kali dapat
uang rasanya senang banget. Kayak
punya kepuasan tersendiri gitu,
karena berhasil menyelesaikan job
pertama. Dapat uang dari pekerjaan
yang sekaligus menjadi hobi.
Bukankah itu sangat menyenangkan,”
ucapnya ceria.
Sejak itu, Fia sering mendapat
pengalaman pesanan. “Paling wow
adalah mendapatkan kepercayaan
dari guru, sering dapat pesanan juga
dari guru. Rasanya senang banget.
Itu artinya mereka puas dengan hasil
jahitan saya sampai jadi langganan
tiap ada project,” tuturnya.
Pernah juga Fia melakukan
kekeliruan. “Saya pernah salah saat
mengerjakan pesanan pelanggan saat
itu. Kebetulan itu juga pesanan guru.
Saya salah dalam pengukurannya
saat itu sehingga hasil akhirnya lebih
kecil dari ekspektasi. Sedih, hampir
down juga. Soalnya merasa gagal
memuaskan pelanggan. Sempat
dikomplain juga, yah karena sudah
jadi, akhirnya saya minta maaf
atas kesalahan fatal ini. Ini jadi
pengalaman berharga bagi saya,”
akunya.
Merasa Wow Dapat
Pesanan Pertama Kali
Fia juga bersyukur keluarga
sangat mendukungnya. “Khususnya
kakek saya. Beliau yang pertama kali
mengenalkan saya tentang busana,
mengajari saya, memotivasi saya, dan
juga mendukung saya sampai saat ini.
Saya sangat ingat kata-kata kakek
bahwa memiliki keterampilan bagi
setiap orang itu sangatlah penting.’
Beliau sangat menginginkan saya
benar-benar mendalami keterampilan
di tata busana ini,” ceritanya.
“Ayah ibu juga senang. Karena
saya bisa meneruskan usaha
keluarga, tak hanya meneruskan
tapi mengembangkan dengan
lebih profesional lagi. Tentunya
dengan teknik dan hasil yang harus
Akun ig: _alfianaathla
Akun Fb: Alfiana Athala
Nomor WA: 0878-8821-5641
Merasa Wow Dapat
Pesanan Pertama Kali
dikembangkan lagi,” sambungnya.
Fia mengakui terjadi penurunan
pesanan selama pendemi ini.
“Sebelum wabah corona bisa 6
sampai 7 pesanan per bulan. Selama
pandemi ini cuma bisa 2-3 pesanan
aja. Syukur-syukur kadang sampai
empat pesanan per bulannya. Semoga
pandemi ini cepat berlalu,” ungkapnya
Ia juga mengungkapkan kendala
dihadapinya. “Saya masih pakai
mesin jahit bekas. Mesin ini sering
error, menghambat proses kerja saya.
Maklum mesin tua,” ucapnya. Dia
berharap bisa menggantinya dengan
mesin yang lebih baik ke depannya.
“Saya ingin terus berkembang,
impian saya adalah pengusaha muda
sukses. Sementara ini saya tidak
kuliah. Selepas SMA, saya sempat
belajar di pondok pesantren beberapa
bulan. Tapi sekarang berhenti dulu.
Saya mau fokus menjahit dulu. Mudah-
mudahan bisa makin berkembang,”
ucapnya.
Alfiana juga ingin Program
Double Track terus dilanjutkan
SMAN 1 Gapura. “Saya harap Double
Track bisa berlanjut. Agar adik-adik
kelas bisa ikut dan bahkan lebih
berkembang lagi. Semoga makin
banyak wirausahawan muda sukses
dari Sumenep ini,” pungkasnya.
13. Double Track24 Profil Prestasi 25
Aneka Kue Cantik
Dari Pisang
Kreasi Pisangkoe
Alumnus SMAN 1 Kandat
Kediri & Program Double
Track
Hesti Ayu Wardani
J
ika di Situbondo ada kreativitas
dari penganan dari mangga, maka
kali ini ada olahan dari pisang.
Ya, pisang memang merupakan salah
buah yang mudah ditemui di Indonesia
dan terdapat banyak varietasnya di
Nusantara ini. Selain banyak tumbuh
di Indonesia, pisang selalu berbuah
sepanjang tahun.
Pisang termasuk buah yang
produksinya tidak mengenal sistem
musiman. Karena itu, sangat bagus
jika dijadikan penganan sehat yang
dikreasikan sesuai selera.
Ada Banana Cup Cake dan
aneka olahan dari pisang hasil kreasi
Hesti Ayu Wardani. Alumnus SMAN
Kandat Kediri 2020 ini membuat
kreasi olahan pisang menjadi banyak
jenis kue. Ada Banana Cup Cake,
brownies pisang dan lainnya. Selain
itu, Hesti membuat olahan penganan
dari nanas dan campuran keju.
Gadis kelahiran 2001 ini mampu
berkolaborasi dengan ayahnya sendiri.
Sehari-hari ayahnya berdagang buah-
buahan. Umumnya menyediakan
pisang dan buah musiman lainnya.
“Ayah jualan pisang. Tapi kalau lagi
musim, jual durian dan rambutan
juga,” tuturnya.
Karena itu Hesti banyak
bereksperimen dengan bahan sudah
ada di rumah. “Jadi, kan bahannya
sudah ada. Lalu saya ikut program
double track. Ya udah, coba-coba
olahan dari pisang. Kembangkan
bakat sambil bantu orangtua,” ungkap
anak bungsu dari empat bersaudara
ini.
Sudah banyak yang menyukai
Saling Bantu dengan
Sang Ayah
Bisa Untuk Bantu Biaya
Kuliah
kreasi gadis cantik ini. “Orang sering
memesan untuk acara pernikahan,
tahlil, ulang tahun dll. Hampir setiap
pekan saya selalu mendapatkan
pesanan kue, skala kecil maupun
besar,” paparnya.
Daya tarik dari produk ini, lanjut
Hesti, seluruh menu yang ada terbuat
dari pisang sebagai bahan dasar dan
dijual dengan harga yang terjangkau
dan dapat dinikmati oleh semua usia
& kalangan. “Tidak menggunakan
pengawet dan menggunakan
kemasan dari kertas sehingga mudah
terurai dan ramah lingkungan,” jelas
gadis yang kini kuliah di Jurusan
Sosial Ekonomi Perikanan Universitas
Brawijaya Program Studi Di luar
Kampus Utama (PSDKU) Kediri ini.
“Yang paling jauh ada orang
Surabaya pesan agak banyak. Sudah
tiga kali pesannya. Ada yang pesan
kue kering untuk hajatan, selalu minta
dikirim lewat pos,” ucapnya senang.
Hesti mengakui bapak ibunya
sekarang bersyukur anaknya dapat
membantu meringankan beban
mencari biaya sekolah dan kuliah.
“Orangtua juga senang saya dapat
punya kesibukan di rumah untuk
belajar berbisnis, kan pergaulan anak
muda yang kebanyakan mengarah
pada pergaulan bebas,” sambung
anak bungsu dari empat bersaudara
ini.
Hesti mengakui selama
pandemi ini kondisi lumayan menurun
penghasilannya. “Tetapi setelah masa
new normal ada peningkatan. Karena
orang-orang di dekat sekitar rumah
sudah ada yang mulai menggelar
hajatan jadi pesanan, perlahan mulai
membaik,” ungkapnya.
Selama masa lockdown, Hesti
mencoba varian baru. Ada Proll
14. Double Track26 Profil Prestasi 27
tape dan juga nastar rujak , nastar
madumongso , dan juga olahan
brownies dari putih telur. “Untuk putih
telurnya saya mengambil dari para
penjual donat di dekat rumah saya,”
tuturnya.
Berharap Punya Toko
Sendiri
Terkait kendala, ia mengaku
masih pada keterbatasan kapasitas
produksi pak dan juga pada waktu
produksi. “Karena sejak lulus SMA
Juli 2020 lalu, Alhamdulillah saya
kuliah. Jadi tidak bisa setiap hari rutin
membuat produk-produknya. Hanya
membuat pada saat ada pesanan saja.
Dan saat ini menggunakan sistem Pre
Order untuk menghindari produk yang
tidak habis terjual,” akunya.
“Rencana saya ke depan mau
buka toko kue sendiri dan membuka
lapangan kerja buat sekitar sini,”
pungkasnya. Target saya, dalam
empat tahun ke depan saya harus bisa
memiliki usaha sendiri yaitu toko kue.
Setidaknya pada saat lulus kuliah,
saya tidak menganggur dan masih
bisa wirausaha sendiri,” pungkasnya.
Akun ig: @kuenyahest
Akun fb : Hesti Ayu
Nomor WA: 0815-5689-9668
15. Double Track28 Profil Prestasi 29
Siswa Sampai
Enggan Pulang
Karena Keasyikan
Pemilik Shoffah Collection
Trainer dan Guru Tata Busana
SMAN 1 Sampung, Ponorogo
Mushoffah
Nominator Trainer Terinovatif
J
ika di Situbondo ada kreativitas
dari penganan dari mangga, maka
kali ini ada olahan dari pisang.
Ya, pisang memang merupakan salah
buah yang mudah ditemui di Indonesia
dan terdapat banyak varietasnya di
Nusantara ini. Selain banyak tumbuh
di Indonesia, pisang selalu berbuah
sepanjang tahun.
Pisang termasuk buah yang
produksinya tidak mengenal sistem
musiman. Karena itu, sangat bagus
jika dijadikan penganan sehat yang
dikreasikan sesuai selera.
Ada Banana Cup Cake dan
aneka olahan dari pisang hasil kreasi
Hesti Ayu Wardani. Alumnus SMAN
Kandat Kediri 2020 ini membuat
kreasi olahan pisang menjadi banyak
jenis kue. Ada Banana Cup Cake,
brownies pisang dan lainnya. Selain
itu, Hesti membuat olahan penganan
dari nanas dan campuran keju.
Sempat Pegang
Pelajaran Batik
Jujur awal saya dipanggil kepala
SMAN 1 Sampung Toha Mahsun,S.
Pd, M.Pdi untuk ditugaskan sebagai
trainer DT tata busana. Saya merasa
ini seperti kejatuhan nikmat yang tak
bisa saya ungkapkan. Alhamdulillah,
ilmu saya benar-benar bermanfaat
bisa saya transfer ilmu tanpa batas.
Selama saya menjadi guru
tidak tetap, saya hanya memegang
pelajaran muatan lokal pelajaran
membatik. Kalau batik, masih sesuai
bidang saya. Namun dua tahun
belakangan ini, pelajaran batik sudah
dihapus ganti bahasa Jawa. Tentu
ini agak kurang pas dengan keahlian
saya. Nah, ketika ada program DT tata
busana, tentu ini memang keahlian
saya. Saya menyambutnya dengan
antusias.
Tahun pertama (2018-
2019) sekolah kami mendapatkan
dua rombongan belajar (rombel)
keterampilan tata busana dengan
jumlah peserta 14 per rombel. Jadi
ada 28 siswa yang terdaftar dalam
DT tata busana.
Tetapi kenyataanya ada 31 siswa
yang mengikuti program keterampilan
tata busana ini. Pada akhir program
waktu hendak ujian operator DT, SMA
kami mengusahakan supaya tiga
siswa yang tidak terdaftar bisa ikut
ujian dan mendapatkan sertifikat.
Alhamdulillah, tiga siswa
tersebut bisa ikut ujian dan
mendapatkan sertifikat. Untuk tahun
kedua (2019-2020), sekolah hanya
mendapat satu rombel keterampilan
tata busana dengan jumlah siswa 20.
Tapi pada kenyataanya ada 27 siswa
yang ikut. Ini juga masih diproses oleh
operator DT supaya ketujuh siswa itu
bisa mengikuti ujian dan mendapatkan
sertifikat.
Proses pembelajaran program DT
saya laksanakan dalam sepekan ada
dua pertemuan hari Jumat sebanyak
4 jam pelajaran (JP) dan Sabtu rata-
rata 8 JP (menyesuaikan). Karena
selain trainer, saya juga mengajar
Peserta Membludak
16. Double Track30 Profil Prestasi 31
di SMAN 1 Sampung. Maka untuk
praktik tidak hanya pada hari Jumat
dan Sabtu. Tetapi setiap hari di waktu
istirahat atau jam-jam pelajaran
kosong siswa-siswa sering datang di
ruang DT untuk menjahit dan tanya-
tanya yang belum dipahami.
Materi yang saya ajarkan ya
tidak lepas dari kurikulum yang telah
diberikan waktu TOT trainer. Yaitu
mengambil ukuran, membuat pola,
memotong dan menjahit. Setiap
peserta juga mendapatkan modul.
Tahun pertama, saya memilih program
desain dan membuat busana. Tahun
kedua, saya mengambil busana
muslim yang harus menyelesaikan
tiga produk busana muslim, mukena,
dan jilbab.
Alhamdulillah, siswa-siswa ini
sangat antusias mengikuti prosesnya.
Tetapi ya itu, saya harus berusaha
keras supaya siswa-siswi ini tidak
bosan. Karena tata busana di awal
materi sangat membosankan dan
bikin pusing, apalagi ketika materi
membuat pola. Karena dasarnya
siswa sama sekali tidak paham pola.
Biasanya di sini siswa seperti
ogah meneruskan. Tapi saya tetap
beri semangat biar terus tetap jatuh
cinta dengan tata busana. Kalau
sudah waktunya praktik, wah siswa
tidak mau pulang. Apalagi kalau
sudah di depan mesin jahit.
Tentang daya serap, ya seperti
pada umumnya pasti ada siswa
terampil dan tidak. Tapi Alhamdulillah,
hampir semua saya anggap terampil.
Tetap perlu pendampingan.
Pengalaman saya selama
menjadi trainer pokoknya banyak.
Tidak mungkin ditulis semuanya.
Misalnya Kalau sudah waktunya
praktik, anak-anak ini sampai tidak
tahu waktu. Sudah sore masih saja
di sekolah, bahkan sampai diusir
oleh penjaga sekolah. Yang tak saya
duga adalah tiba-tiba saya termasuk
nominasi trainer terinovatif.
Kekurangan Mesin
Di luar itu, ada juga kendala-
kendala. Mungkin karena jumlah
peserta 27 anak dengan hanya
satu trainer membuat pengajarnya
kewalahan, apalagi kalau mesin
jahitnya pada rewel. Terpaksa double
tugas, ya trainer, ya teknisi.
Mengajar itu mudah. Yang
terpenting bagimana kita bisa
‘menggiring’ siswa untuk terampil
dan bisa memberi bekal kelak setelah
mereka lulus. Alhamdulillah, untuk
lulusan Double Track 2018-2019
langsung kami beri wadah Oemah
Jahit. Itu murni anak lulusan DT tahun
pertama.
Di sana, mereka berkarya dan
berinovasi. Saat ini mereka mencari
orderan masker. Katanya penangkal
virus corona. Saya cuma kasih contoh
bikin sekali, selanjutnya anak jalan
sendiri.
Bicara tentang kendala kalau
dari saya pribadi tidak ada. Tetapi
dari jalannya proses, kendalanya
ya di sarana dan prasarana. Masih
butuh alat untuk anak-anak sebanyak
itu. Untuk bahan praktik, insya Allah
bisa dicukup-cukupkan dari bantuan
program DT ini.
Masalah lain adalah
keterbatasan jumlah mesin jahit.
Semoga kendala ini tidak menjadikan
siswa dan trainer untuk lemah
semangat. Alhamdulillah, guru
yang lain juga berperan dengan
meminjamkan mesin jahit untuk
program ini.
Harapan saya, program SMA
DT terus berlangsung dan tambah
berkembang. Untuk siswa-siswa
saya, manfaatkan ya kesempatan ini
dengan baik. Yakinlah ini nanti akan
bermanfaat untuk kalian kelak. Oemah
Jahit terus berkarya ya walau pun
nanti kalian sudah lulus dan keluar
dari SMAN 1 Sampung Ponorogo.
Oemah Jahit tetap milik
kalian. Kalaupun kalian tidak bisa
melanjutkan mengelola karena kalian
mendapat beasiswa melanjutkan
sekolah ke jenjang lebih tinggi. Tolong
teruskan ilmu pengelolaannya kepada
adik-adik kalian.
Saya ucapkan banyak
terimakasih kepada pemerintah
provinsi Jawa Timur dan ITS Surabaya
dan semua yang ikut serta dalam
memfasilitasi anak-anak supaya
mempunyai keterampilan. Semoga
semua bermanfaat dan barokah
selalu dalam ridhoNya. Aamiin. SMA
double track, maju bersama, hebat
semua, gemilang. (Tulisan dibuat
oleh Mushoffah, dengan editing
seperlunya, Red.).
Mengajar itu mudah.
Yang terpenting
bagimana kita bisa
‘menggiring’ siswa
untuk terampil dan
bisa memberi bekal
kelak setelah mereka
lulus
Dirikan Oemah Jahit
Untuk Alumni
17. Double Track32 Profil Prestasi 33
Gubernur
Acungi Jempol
Hand Sanitizer
Berbahan Alami
Produksi Hand Sanitizer
Berbahan Aloe Vera
SMAN 1 Kademangan,
Kabupaten Blitar
D
alam situasi darurat Covid-19
ini, segenap warga masyarakat
dituntut untuk berpikir taktis
dan kreatif. Salah satunya keluarga
besar SMAN 1 Kademangan,
Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Para
peserta Double Track (DT) dan
guru pendamping membuat kreasi
pembersih tangan (hand sanitizer)
dan masker. Bahkan kreasi ini cukup
unik, ada campuran tanaman Lidah
Buaya (Aloe Vera).
Yudo Sucitro, S.Pd, M.Pd, salah
satu pengajar DT mengungkapkan
SMAN 1 Kademangan
mengembangkan program ini sebagai
bentuk respon surat edaran Kepala
Dinas Pendidikan Jawa Timur. “Agar
tiap sekolah bisa membuat dua produk
ini secara mandiri, dalam rangka
mencegah penyebaran Covid-19,”
beber pendidik yang sudah pindah
tugas ke Dinas Pendidikan Kebupaten
Malang ini.
Sebetulnya, tambah Yudo,
guru biologi dan kimia di SMAN 1
Kademangan sudah biasa membuat
larutan antiseptik dan pestisida herbal
saat KBM pada kompetensi dasar
tertentu. “Tentu saja dalam jumlah
kecil. Sekitar 1 liter saja. Jadi pada
masa darurat ini, kami berinisiatif
membuat sendiri,” jelas guru biologi
ini.
Penggunaan tanaman Lidah
Buaya ini banyak manfaatnya. “Ini
bagus untuk kulit, bisa menghaluskan
kulit. Selain bisa jadi menetralkan
virus, insya Allah bagus untuk
melembutkan kulit,” ulasnya. Berkat
inovasi ini, SMAN 1 Kademangan
mendapat apresiasi dari Gubernur
Jawa Timur dan diundang ke Surabaya
untuk mempresentasikan karyanya.
Pada mata pelajaran Biologi di
sekolah, lanjut Yudo, memiliki program
untuk membuat larutan antiseptik/
hand sanitizer, ada kompetensi dasar
Selain bisa
jadi menetralkan
virus, Insya Allah
bagus untuk
melembutkan kulit
tentang virus, bakteri, dan jamur.
“Ini merupakan produk rencana
pelaksanaan pembelajaran STEM
Biologi. Hasil kolaborasi guru biologi,
kimia, dan matematika,” bebernya.
“Tiap sekolah diharapkan memiliki
sumber daya untuk membuat hand
sanitizer ini,” ujar sosok yang pernah
menjadi wakasek bidang Sarpras di
SMAN 1 Kademangan Blitar ini.
STEM merupakan singkatan
dari sebuah pendekatan
pembelajaran interdisiplin antara
Science, Technology, Engineering
and Mathematics. Pendekatan
dari keempat aspek ini merupakan
pasangan yang serasi antara masalah
yang terjadi di dunia nyata dan juga
pembelajaran berbasis masalah.
Pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan STEM secara langsung
memberikan latihan kepada peserta
didik untuk dapat mengintegrasikan
masing-masing aspek sekaligus.
18. Double Track34 Profil Prestasi 35
Kedua bahan ini memang
tidak dijual untuk umum. “Ini hanya
untuk kebutuhan sendiri. Sekarang
ini bahan baku, terutama alkohol
sulit didapat dan harganya naik 200
persen. Jumlah produksi saat darurat
Covid-19 ini sebanyak 17 liter hand
sanitizer dan 200 masker. Kami akan
membuat lagi sekitar 20 liter untuk
kebutuhan warga sekolah kalau
sudah mulai sekolah lagi,” sambung
pengajar yang juga pernah jadi
wakasek bidang kurikulum ini.
Di SMAN 1 Kademangan
Kabupaten Blitar ini ada lima jenis
program: tata busana, tata boga, tata
kecantikan, Teknik kendaraan Ringan
(otomotif) dan Multimedia (desagn
grafis). Jumlah peserta seluruhnya
100 siswa, tiap program 20 siswa.
Berikut ini susunan program dan
pengajarnya: Tata Busana Wiji
Purwanti, S.Pd, Tata Boga ukartingsih,
S.Pd, Tata Kecantikan Zeni Lutfiana,
S.Pd, otomotif, Sugeng Hariyanto dan
Desain Grafis Ridhan Diaz, S.Pd.
Yudo menceritakan bagaimana
perkembangan program DT ini. “Daya
serap materi dari anak-anak cukup
bagus. Meskipun kami harus kerja
keras terhadap 20 persen peserta
yang motivasinya rendah,” tuturnya.
Kendala umum, sambungnya, sekolah
belum memilikj sarana yang memadai,
seperti ruang khusus untuk bengkel,
dapur & peralatan pendukung.
Untuk otomotif & Tata kecantikan
belum memiliki bengkel, peralatan
khusus, dan trainer. Sedangkan Tata
Busana & Tata Boga, meskipun ruang
sudah ada, tapi peralatan masih
sederhana (masih konvensional).
Bidang desain grafis dianggap sulit
materimya dengan daya serap rendah
masih rendah.
Yudo berharap ada tindak lanjut
setelah para siswa ini lulus nanti.
“Mereka perlu informasi penyaluran
ke dunia kerja. Informasi dunia kerja
ini juga yang penting. Ke depan
sekolah kami ingin menjalin kerja
sama dengan lembaga pengguna
lulusan double track ini. Semoga,”
pungkasnya.
Daya serap materi dari anak-anak
cukup bagus. Meskipun kami harus kerja
keras terhadap 20 persen peserta yang
motivasinya rendah
19. Double Track36 Profil Prestasi 37
SMAN 1 Besuki Situbondo
Tata Rias
Diah Novita Sari
Tetap
Bersemangat
Meski Ayah
Baru Saja
Tiada
D
ouble Track (DT) adalah suatu
sistem pembelajaran yang
menggabungkan cara belajar
SMA yang diberi keterampilan-
keterampilan tambahan. Penambahan
ini membuat siswa siap kerja jika
tidak ingin melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi. Sistem DT dikonsep
sebagai kegiatan ekstrakurikuler,
dengan ketentuan setiap siswa
minimal satu tahun mengikuti sistem
DT.
DT muncul dari keprihatinan
atas tingginya potensi lulusan
SMA yang menjadi pengangguran.
Terutama mereka yang setelah lulus
tak lanjut ke bangku kuliah. Fakta
ini menjadi permasalahan tersendiri
bagi pembangunan manusia di Jatim,
karena peserta didik lulusan SMA
banyak yang tidak dibekali skill dasar
untuk terjun ke dunia kerja.
Persoalan jumlah angka
pengangguran menjadi perhatian
serius Pemerintah Jatim. Data pada
Februari 2019 mencatat, jumlah
angkatan kerja sebanyak 21,59 juta
orang, naik 584 ribu orang dibanding
Februari 2018.
Sejalan dengan itu, Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja
Lulusan DT Untuk
Kurangi Pengangguran
Sejak awal, Diah sudah tertarik
tata rias. Menurut Fifin Handayani,
S.Pd, trainer Tata Rias SMAN 1 Besuki,
Diah ini di antara peserta yang punya
kemampuan berkembang. “Diah
sangat berpotensi. Dia punya bakat.
Sangat Antusias
(TPAK) juga meningkat 1,31 poin.
Sementara dalam setahun terakhir,
pengangguran bertambah 16,82
ribu orang, sedangkan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) turun
menjadi 3,83 persen pada Februari
2019.
Karena itu, melalui DT
diharapkan bisa memberikan skill
atau kompetensi tambahan kepada
siswa. Selain itu, DT diharapkan
dapat meningkatkan mutu pendidikan
serta menanggulangi lahirnya
pengangguran terbuka dari lulusan
SMA yang tidak melanjutkan ke
pendidikan tinggi.
Program ini terdiri dari tujuh
bidang keterampilan meliputi;
multimedia, teknik elektro, teknik
listrik, tata boga, tata busana, tata
kecantikan, dan teknik kendaraan
ringan dengan 17 topik keahlian.
Dengan keahlian ini, pemerintah
Jawa Timur berharap pelajar dari
keluarga menengah ke bawah bisa
bersaing secara kompetitif selepas
SMA. Bahkan kalau perlu, sejak masih
di pembelajaran DT di sekolah pun
para peserta ini sudah merasakan
pengalaman di dunia usaha yang
sesungguhnya.
Mari kita tengok salah satu
peserta DT yang berupaya bersaing
secara kompetitif di dunia usaha sejak
masih di bangku SMA. Kita berkenalan
dengan Diah Novita Sari. Siswi SMAN
1 Besuki Situbondo ini masuk kelas
Tata Rias. Dia ikut DT sejak kelas XI.
Beberapa siswa lain juga berbakat
seperti Diah dan kemudian sudah
punya usaha sendiri,” jelasnya.
Fifin menuturkan perkembangan
Diah ini sangat bagus. “Yang semula
tidak bisa melukis alis kemudian
sudah bisa. Dari materi-materi kursus
yang diberikan, cepat dikuasainya,”
kata guru yang mengajar Tata Rias
sekaligus mata pelajaran Biologi ini.
Diah sendiri mengungkapkan
betapa antusiasnya mengikuti
program tata rias ini. “Sejak dibuka
pertama kali, saya langsung ikut.
Bagi saya, ini menyenangkan. Saya
menikmati pembelajaran di sini,” tutur
siswi yang masuk SMA tahun 2018
ini.
20. Double Track38 Profil Prestasi 39
Sering Diajak Para
Senior
Harus Bagi Waktu
Tugas Sekolah
Bagi Diah apapun hasilnya itu
semua lakoni dengan hati senang.
“Semua momen di sini terasa wow
bagi saya. Capek pun, yang penting
happy. Apalagi saat pertama kali
dapat permintaan rias pertama kali.
Senanglah pokoknya,” ucap anak
kedua dari tiga bersaudara ini.
Selama ini Diah melayani
merias untuk wisuda, karnaval, dan
drum band. Ke depannya ingin lebih
banyak lagi jika sudah lebih terampil
serta wabah mereda. “Selama ini
Diah sering diajak perias senior atau
para mitra DT. Biasanya merias di
acara nikahan. Dia sering diajak Bu
Sukaria, pemilik salon Mahda salah
mitra DUDI (Dunia Usaha dan Dunia
Industri, Red.). Semoga dari sana
Diah dan kawan-kawannya semakin
terampil,” jelas Fifin.
Namun karena masih sekolah,
tidak setiap saat Diah bisa menerima
ajakan atau pesanan merias. “Jadi,
kalau pas benturan tugas sekolah
ya nggak bisa. Karena tugas daring
sekolah cukup banyak apalagi pas
kelas XII. Yang penting dia masih
bersemangat. Biar waktu-lah yang
akan menempanya nanti,” beber Fifin
yang selama ini mendampingi Diah
dan kawan-kawannya di kelas Tata
Rias.
Di tengah pembelajaran DT,
Diah mendapat musibah. Sang ayah
meninggal dunia pada Oktober 2020.
Duka di tengah masa pandemi.
Musibah di masa sulit. Ditinggal sang
ayah wafat dalam kondisi yang masih
bersekolah.
Namun hal ini tidak membuat
lemah semangat Diah. Justru gadis
kelahiran 29 Januari 2003 ini terpacu
untuk mengembangkan usahanya ini
Ingin Lengkapi
Peralatan
di sela-sela mengikuti tugas sekolah.
Semua demi membantu ekonomi
keluarga sepeninggal ayahnya.
“Ibu masih punya toko sembako
di rumah. Alhamdulillah, saya bisa
sedikit meringankan beban keluarga.
Ibu hanya bilang begini, ‘Uang
hasil riasnya, kamu pegang sendiri.
Ibu masih mampu kok.’ Dalam hati
saya kasihan juga. Tapi ini justru
menambah semangat saya untuk
maju terus,” ucapnya menahan haru.
Sang trainer menceritakan
bagaimana Diah tetap eksis dalam
situasi sulit ini. “Latar belakang
ekonomi keluarganya memang bukan
termasuk golongan yang serba
ada. Apalagi di masa pandemi ini
sang ayah wafat,” ungkap Fifin. “Ke
depan saya ingin mengembangkan
lagi. Ini sedang menabung untuk
menambah modal dan beli peralatan
baru, Sementara ini masih terbatas,”
ungkapnya.
“Buktinya, sebulan setelah
ayahnya wafat, dia tetap aktif
merias tim tari sekolah untuk lomba
se-kabupaten (November 2020).
Alhamdulillah, tim tari adik kelasnya
itu juara II se-Situbondo. Lomba
ini direkam di video lalu dikirimkan
panitia. Semua ikut senang, mulai dari
tim tari maupun tim perias. Dari sini
Diah makin bersemangat. Sepertinya,
musibah yang menimpanya ini makin
melecutkan spiritnya,” pungkas Fifin.
22. Double Track42 Profil Prestasi 43
Alumnus SMAN 1 Karas Magetan
Pemilik Pamungkas Make-up
Devita Tunjung Pamungkas
Termasuk
Peserta Dengan
Perkembangan
Tercepat
S
ejak diluncurkannya program
Double Track (DT) di banyak SMA
negeripada2018,banyakpotensi
siswa kemudian bisa terwadahi. Tak
hanya itu, banyak siswa yang mampu
melejit keahliannya di luar ekspektasi.
Bahkan ada siswa atau alumni DT
yang dalam perjalanan usahanya
sudah melampaui sang trainer atau
pengajarnya.
Di antara manfaat terbesar
Double Track adalah program ini bisa
mengidentifikasi bakat siswa dan
kemudian melejitkannya sehingga
para siswa mampu terampil di bidang
yang diminatinya. Tanya hanya
terampil. Para siswa dan alumni ini
bahkan melampaui prestasi sang
guru/trainer. Dan inilah memang
tujuan utama pendidikan: melejitkan
bakat dan keterampilan anak didik.
Salah satu lulusan DT yang
melejit kemampuannya adalah Devita
Tunjung Pamungkas. Lulusan SMAN 1
Karas Magetan Jawa Timur ini sangat
pesat perkembangannya. Sejak
pertama dibuka program DT, gadis
yang biasa disapa Devita ini berminat
mendaftar.
“Saat itu saya kelas XI. Saya
langsung saja ikut. Semua atas
kemauan saya sendiri,” tuturnya.
Devita mengaku dulunya dia aktif
kegiatan menyanyi di acara hajatan.
“Dulu saya sering diajak menyanyi
tetangga, di acara-acara hajatan.
Nah dari situ, saya merias sendiri
Sudah Punya Bakat
Sebelumnya
Ia mengungkapkan bahwa
permintaan merias tidak hanya paket
pernikahan. “Ada rias untuk wisuda,
Ketika memberi motivasi
itulah, masih kata Athik, kemudian
Devita ingin belajar secara mandiri.
“itu sebelum ada program DT. Dia
merayu saya minta les privat rias.
Saya bilang, ‘Nanti saja setelah kamu
lulus SMA. Kamu bisa ke rumah saya.
Nanti kamu apa tidak kuliah? Izin dari
ibumu bagaimana?’ Dia jawab, ‘Ibu
saya sudah mendukung, ingin saya
langsung bisa kerja.’ Begitu awalnya,”
Tetap Semangat Meski
Minim Alat
Sudah Berniat Ikut Les
Rias Privat
sebelum tampil. Ketika ada Double
Track, saya pun langsung ikut. Jadi
ini bukan hal baru bagi saya,” ungkap
gadis kelahiran 1 Maret 2001 ini.
Devita menceritakan betapa
senangnya jika mendapat paket
pernikahan. “Kalau bisa dapat
panggilan paket pernikahan, wah
senang sekali. Sekali datang, langsung
bisa merias banyak. Pertama kali ada
permintaan merias paket penganten,
saya langsung bersemangat.
Totalitaslah pokoknya,” ucap anak
bungsu dari lima bersaudara ini.
karnaval, atau untuk foto album.
Hanya saja, selama PSBB Covid-19
ini sepi. Baru setelah masa new
normal, permintaan mulai bertambah
lagi. Masuk periode November dan
Desember 2020 ini sudah ramai,”
jelas mahasiswi AKAFARMA Sunan
Giri Ponorogo angkatan 2020 ini.
Devita mengaku saat ini
dia kekurangan peralatan. “Saya
membutuhkan koper khusus peralatan
rias. Harganya sekitar Rp 650.000.
Selama ini kesulitan bawa peralatan.
Karena tasnya bukan yang khusus
tata rias,” bebernya. Peralatan rias
memang tergolong mahal untuk
ukuran pemula seperti Devita.
Meski kekurangan peralatan, hal
ini tidak menghalangi semangatnya
untuk terus berkembang. Menurut
Athik Roisana, SE, trainer Tata Rias
SMAN 1 Karas, Devita awalnya
siswa biasa saja. “Dia anak jurusan
IPA. Kategori biasa saja di bidang
akademik. Kebetulan saya ngajar di
kelasnya dari kelas X. Trus di tengah
ngajar saya selingi tentang motivasi
untuk wirausaha. Kebetulan saya
ngajar Prakarya dan Kewirausahaan
(PKWU),” ungkap Athik yang juga
punya usaha tata rias di rumahnya.
23. Double Track44 Profil Prestasi 45
tutur guru yang juga mengajar mata
pelajaran Ekonomi ini.
Ketika ada pembukaan DT kelas
tata rias, Devita langsung mendaftar
duluan. “Awal belajar ya dari nol,
sampai gemetaran pas bikin alis.
Tapi karena sudah hobi, maka dia
mau belajar. Mau diarahkan. Sampai-
sampai percepatan belajarnya yang
luar biasa. Dia sudah pintar blend
warna eye shadow. Bikin alisnya
halus, akhirnya kami dari pengelola
DT menemukan bakat itu. Lalu kami
promokan ke kelas-kelas saat ada
acara foto album kelas XII. Sejak itu
dia makin popular,” sambung Athik.
Athik mengungkapkan
program DT ini sangat signifikan
mengembangkan bakat dan minat
siswa. “Terutama untuk siswa-
siswi anak serba nanggung. Baik
dari sisi latar belakang ekonomi dari
keluarganya, juga secara akademik.
Kalau mendongkrak masuk kampus
favorit negeri ya agak berat. Maka,
adanya DT ini solusi cemerlang dari
Pemprov Jatim dan ITS Surabaya,”
paparnya.
Setelah lulus SMA, lanjut Athik,
Devita menancapkan asanya. “Kalau
ada job, saya suka ajak dia dan
beberapa siswa DT lainnya. Setelah
lulus dia tanya-tanya saya soal harga
make up pengantin, harga dekorasi,
foto dll. Saya juga kasih jejaring saya.
Alhamdulillah dia juga sudah punya
kawan-kawan yang ia ajak kerja, ada
teman kelas DT maupun dari adik
kelasnya. Untuk ukuran anak lulusan
SMA, Devita sudah termasuk keren,
daripada cuma lulusan SMK atau SMA
pada umumnya,” ulas pemilik Mahkota
Rias Magetan ini.
Juara I Lomba DT 2020
Athik sangat terkesan dengan
kesungguhan dan kepribadiannya.
“Yang saya suka dari Devita itu
anaknya humble. Tidak keminter
atau pun tidak mudah jutek. Juga
punya rasa tanggung jawab yang
bagus. Mungin karena dia dulu aktif
di engurus OSIS ya. Jadi dari situ
mungkin banyak yang suka kasih
job ke dia. Bahkan kini dia sudah
menabung. Untuk investasi katanya,”
tambah Athik.
Juara I Lomba DT 2020
Dan puncaknya pada acara
penilaian peserta Double Track
terbaik 2020, Devita menyabet juara
pertama kategori kewirausahaan
terbaik se-Jawa Timur. “Alhamdulillah,
dapat hadiah uang Rp 5 juta yang
dipotong pajak. Untuk dibagi tim
saya sebagiannya, sisanya untuk
beli peralatan rias dan tukar tambah
motor. Sekarang motor matik, bisa
untuk bawa alat-alat. Yang motor
bebek kan susah bawanya,” ungkap
Devita.
Hasil usahanya ini ia gunakan
keperluan kuliah. “Alhamdulillah
saya bisa kuliah tanpa biaya. Ada
keringanan untuk saya. Jadi hasil
merias bisa untuk menabung dan
invertasi jangka panjang,” harapnya
sambil tersenyum.
24. Double Track46 Profil Prestasi 47
SMAN 1 Balong Panggang, Gresik
Muhammad Hanif Kurniawan
Joss Peyek Yang
Renyah & Cocok Untuk
Oleh-oleh
S
ejauh ini kita menyimak realitas
bahwa pendidikan belum
bisa dijangkau semua lapisan
masyarakat. Meski pemerintah telah
berupaya menjadikan pendidikan
ramah bagi masyarakat miskin,
tanpa kesadaran diri dan perubahan
sikap dari keluarga, pendidikan akan
sulit dijadikan pemutus mata rantai
kemiskinan.
Bahkan, jika sejak dini anak-
anak kaum marginal diizinkan hanya
untuk bermain, bermain, dan bermain,
serta jauh dari kebiasaan membaca.
Kita bisa menyaksikan bahwa
kemiskinan di negeri ini akan menjadi
warisan yang sulit dijeda.
Menarik untuk kita kaji bersama
bahwa melalui Program Keluarga
Harapan (PKH), pemerintah telah
memberikan motivasi kepada keluarga
prasejahtera untuk melibatkan anak-
anak mereka mengecap pendidikan
formal secara layak. Program yang
dinaungi Kementerian Sosial ini
mensyaratkan para pengurus keluarga
Upaya Memutus Rantai
Kemiskinan
Dulu, Sering Terkendala
Biaya Sekolah
(kaum ibu) untuk menyekolahkan
anak-anak mereka. Jika para ibu
menyekolahkan anak-anak mereka
mulai jenjang SD hingga SMA atau
sederajat, bantuan akan terus
diberikan.
Sebaliknya, jika peserta tidak
komitmen dan angka partisipasi
kasar belajar siswa di sekolah tidak
menyentuh persentase 85 (baca:
sering membolos), bantuan akan
dipotong. Pemotongan bantuan
sebagai bentuk hukuman bagi anak-
anak dari peserta program yang
tidak komitmen dengan pendidikan
merupakan sebuah gebrakan tegas.
Sebab, tidak mustahil, anak-anak
pamit untuk ke sekolah padahal ia
tidak hadir.
Perilaku membolos memang
disebabkan banyak hal, misalnya
karena keengganan belajar.
Pendidikan dapat memutus mata
rantai kemiskinan jika dan hanya jika
anak-anak memiliki semangat dan
daya juang yang tinggi dalam belajar
dan berprestasi.
Sayangnya, tak banyak para
orangtua yang menyadari bahwa
pendidikan dapat memutus mata
rantai kemiskinan. Kita sering menutup
mata dan enggan mengungkap
kisah keberhasilan pendidikan yang
ditempuh anak dari keluarga yang
kurang beruntung secara ekonomi.
Sering kali para orangtua
terlalu pesimistis dan memandang
hitam harapan pendidikan cerah
ketika dirinya mengalami masa-
masa sulit, terutama dalam aspek
perekonomian keluarga. Keberhasilan
menempuh pendidikan bukan hanya
membutuhkan dukungan finansial,
melainkan juga kecerdasan berjuang
(adversity quotient). Sayangnya,
banyak orangtua yang gagal
membentuk kecerdasan berjuang
pada anak. Banyak keluarga
miskin yang masih percaya bahwa
membekali anak dengan uang saku
setara dengan teman-temannya ialah
cara terbaik mendukung pendidikan.
Dalam konteks program Double
25. Double Track48 Profil Prestasi 49
Track, kita pun bisa menemukan
fakta bahwa program ini sudah
mengarahkan pada jalur yang benar.
Yakni memberi keterampilan dasar dan
pendidikan pada siswa yang berguna
bagi masa depannya. Sehingga
pendidikan di SMA ini bisa memutus
rantai kemiskinan. Tentu saja ini juga
berpulang pada segenap pengelola
program DT dan yang terpenting
adalah kesungguhan peserta DT itu
sendiri.
Kita perlu berkenalan dengan
Muhammad Hanif Kurniawan. Siswa
SMAN 1 Balong Panggang, Gresik
ini merupakan contoh bagaimana
pendidikan bisa memutus rantai
kemiskinan. Siswa yang masuk SMA
tahun 2018 ini punya dedikasi yang
tinggi untuk maju. Dia bersemangat
untuk mengikuti pelatihan Double
Track ini.
Begitu yang dituturkan
Masfarikhah, Wakil Kepala SMAN
SMAN 1 Balong Panggang bidang
Humas. Bu Farik –demikian ia biasa
disapa- biasa sangat terkesan
dengan daya juang siswa yang biasa
disapa dengan Hanif ini. “Kalau dilihat
dari kondisi keluarganya sebenarnya
termasuk tidak mampu secara
ekonomi,” jelasnya.
Karena beberapa kali, masih kata
Bu Farikhah, dia kesulitan membayar
kewajiban di sekolah. “Tapi dia
tetap bersemangat sekolah. Karena
itu, pihak sekolah senang dengan
sikapnya. Kami tidak memperuncing
masalah tunggakan biaya personal
itu. Yang penting dia tetap mau
bersekolah. Apalagi sekolah kami di
pinggiran. Umumnya memang dari
keluarga tak mampu,” sambungnya.
Sejak ada program DT, Hanif
makin terpacu. Dia masuk kelas tata
boga. “Ibunya selama memang sering
menerima pesanan nasi kotak atau
nasi bungkus. Seperti ayam geprek.
Jadi Hanif ini sudah ada background
usaha kecil bidang boga. Makanya dia
sangat antusias,” ungkap guru yang
mengajar mata pelajaran Ekonomi ini.
Ada empat bidanng keterampilan
DT di SMAN 1 Balong Panggang
ini. Yakni Tata Boga (makanan dan
minuman ringan), Teknik Kendaraan
Ringan (TKR), Multimedia (teknisi
computer) dan tata rias (kecantikan
dan tata rias panggung).
Hanif punya produk namanya
Joss Peyek. Produk ini dikemas dengan
rapi dan dipasarkan sebagai oleh-
oleh khas Gresik. “Setelah setahun
memproduksi peyek ini, dia sudah
Saya berpikir dan
menyadari bahwa
tiada kesuksesan
yang instan. Semua
kesuksesan itu
membutuhkan
pengorbanan
yang besar baik
pengorbanan waktu,
maupun pengorbanan
uang
Guru Terharu & Sampai
Merinding
Juara II Produk Lelang
Terlaris 2020
Puncaknya SMAN 1 Balong
Panggang terpilih sebagai juara II
lomba Double Track 2020 kategori
Sekolah Penyedia Produk Lelang
Terlaris. Salah satunya adalah produk
Joss Peyek hasil produksi siswa
jurusan IPA ini.
Hanif mengaku memperoleh
banyak hal untuk mengembangkan
bakatnya ini. “Saya mendapat
pengalaman bagaimana membuat
makanan yang menarik dan kekinian.
Dan saya juga diajarkan tentang ilmu
berwirausaha, misalnya bagaimana
cara mengatur keuangan, menentukan
target pasar, membuat kemasan
yang menarik, dan kita juga diajarkan
bagaimana caranya memulai usaha
sendiri,” tuturnya.
Dulunya Hanif memang sering
membantu ibunya. “Waktu SMP
saya sering bawa nasi bungkus nasi
kuning dan nasi jagung. Tiap pagi
tas saya penuh dengan nasi kuning,
saya jual di sekolah. Sampai-sampai
saya dimarahi orang kantin, karena
nasi di kantin tidak laku. Tapi tidak
banyak pesanan. Alhamdulillah.
Guru-guru mengakui, peyek buatan
Hanif memang gurih dan enak.
Bikin ketagihan,” tutur Farik sambil
tersenyum.
Melihat spirit Hanif berlatih di
DT ini membuat para guru terharu,
termasuk Bu Farik. “Saya merinding
kalau cerita tentang Hanif ini. Dulunya
dia nggak ada biaya personal tapi
sekarang pesanannya sudah banyak,”
tuturnya sambil menahan haru
saat ditemui ketika acara workshop
Kepala Sekolah DT Desember 2020 di
Surabaya.
26. Double Track50 Profil Prestasi 51
saya hiraukan,” ucapnya sambil
tertawa. “Kalau ibu, dulu jualan di
sekolahnya adik TK sambil menunggu
adik,” sambung anak kedua dari tiga
bersaudara.
Saat laporan ini ditulis, Hanif
melayani pesanan Joss Peyek di
sekitar Balong Panggang saja.
“Masih melayani pesanan kecamatan
saya. Itu saja sudah kewalahan.
Belum berani terima pesanan dari
luar, perlengkapan produksi masih
terbatas,” ungkap pemuda kelahiran
26 November 2002 ini.
Momen Lebaran merupakan
puncak lonjatan omset katanya.
“Menjelang Lebaran bisa melonjak
200 persen. Hari hari biasa sebelum
Corona, ada pesanan rutin setiap
hari. Minimal saya bisa mendapatkan
uang Rp 250.000/hari. Selama
pandemi, hanya Rp 150.000 per hari.
Semoga ke depan bisa lebih baik lagi
omsetnya jika kondisi sudah normal
lagi,” bebernya.
Karena kegigihannya itu
ditambah perkembangnya yang pesat,
Hanif kini dipercaya menjadi asisten
trainer bagi adik-adik kelasnya.
“Orangtua, trainer dan para guru
terus memotivasi saya. Bu Iswati S.Pd
trainer Tata Boga selalu memberikan
dukungan setiap saat,” ucapnya.
“Saya berpikir dan menyadari
bahwa tiada kesuksesan yang
instan. Semua kesuksesan itu
membutuhkan pengorbanan yang
besar baik pengorbanan waktu,
maupun pengorbanan uang. Semua
itu saya lakukan agar produk saya
bisa dikenal dan diminati pelanggan.
Mulai Kewalahan
Layani Pesanan
Alhamdulillah sekarang saya sudah
memiliki mitra warung tetap dan
setiap harinya saya bisa mencapai
omset sekitar Rp 200.000 per hari.
Ini sudah mulai kewalahan meskipun
sering dibantu ibu. Kalau ayah kerja
pengemudi truk. Ke depan, saya
pasti akan memperluas pangsa pasar
saya sampai dengan pangsa pasar
nasional,” tegasnya.
27. Double Track52 Profil Prestasi 53
SMAN 1 Saradan, MadiunAisya Nur Alita Guntur
Sudah Diminta
Memotret Foto Model
S
aat ini adalah era komunikasi
dan media digital. Komunikasi
bisa menggunakan media
digital. Biaa melalui tulisan, foto,
gambar, suara/musik digital dan
video (audio visual). Hampir semua
perangkat elektronik bisa dipergunkan
untuk menyimpan, memproduksi dan
mengirimkan file multimedia ini. Mulai
dari smartphone, tabletphone, laptop
dan komputer meja (desktop).
Bahkan para balita masa kini
pun sudah terbiasa bermain dengan
ponsel pintar (smartphone). Dengan
perangkat yang fiturnya lengkap ini,
kita bisa menggunakannya untuk
hampir semua aktivitas kita. Bisa
untuk bekerja, belajar dan juga
berbisnis.
Karena itu, sangat penting
memasukkan keterampilan
menggunakan multimedia ini
pada siswa-siswi kita. Karena itu,
keterampilan multimedia ini masuk
sebagai salah satu bidang di program
Double Track ini. Dan salah satu
bagian di dalamnya adalah sub-
bidang fotografi, videografi, desain
grafis, dan operator komputer.
Juara I Lomba
Multimedia DT 2020
Pada gelaran pemilihan peserta
terbaik tahun 2020 bidang multimedia
ini adalah Aisya Nur Alita Guntur.
Siswi SMA Negeri 1 Saradan, Madiun
ini menyabet juara I. Dia mengungguli
seluruh peserta DT se-Jawa Timur
kategori multimedia. Ia berhak
mendapat hadiah Rp 3 juta (dipotong
pajak) dan piagam penghargaan.
Aisya masuk ikut kelas Fotografi
sejak 2019 lalu. Siswi yang masuk
SMA pada 2018 ini memang menyukai
fotografi. “Dari kelas 9 SMP saya
sudah mulai suka fotografi. Sejak itu
saya sering mencoba-coba kamera.
Kadang kamera DSLR, kadang juga
kamera ponsel,” tutur gadis yang juga
sering disapa dengan nama Sasa ini.
Menurut Agus Sugiarto, S.Kom,
trainer Fotografi SMAN 1 Saradan,
Aisya termasuk peserta yang bagus
perkembangannya. “Yang luar biasa
dari Aisya salah satunya adalah
semangat dalam belajar. Dia tidak
pernah mengeluh dan selalu berusaha
saat dikritik dan berani mencoba
sesuatu yang baru,” ungkap Agus
yang juga sebagai pengajar Teknologi
Informatika ini.
Aisya sendiri sudah berani
untuk lebih kreatif dan eksploratif.
Tak hanya memotret foto model atau
produk, tapi juga keluar berburu foto
dengan tema yang lebih variatif.
“Saya pernah cari bahan objek foto
ke pasar. Saya cari tema foto tentang
human interest. Memotret para
pedagang dan pengunjung. Mencari
objek yang berbeda,” jelas siswi
berjilbab ini.
28. Double Track54 Profil Prestasi 55
Melayani Foto Produk
Masih Bermodalkan
Kamera Pinjaman
Ia bercerita sempat mendapat
pujian dari warga setempat saat
Aisya sedang memotret di pasar.
“Saat itu saya sedang memotret
aktivitas di pasar. Ya pedagang ya
pengunjung. Ketika itu saya juga
memotret para fotografer senior yang
sedang hunting objek di pasar itu.
Lalu ada orang komentar, ‘Hebat ya,
perempuan pintar memfoto.’ Saya
agak malu juga. Tapi lama-lama
bangga juga. Umumnya memang kan
fotografer itu cowok,” ucapnya sambil
tersenyum.
Tak hanya foto, tapi Aisya juga
sudah memproduksi video pendek
dengan kemampuan yang ia miliki. Ia
mengaku banyak bisa berkembang
dari program DT ini. “Misalnya
saya jadi tahu teknik menggunakan
kamera DSLR kamera smartphone
atau komposisi dan pencahayaan,”
bebernya.
Ia juga mendapat teori tentang
editing foto, editing Video beserta
teknik shooting serta mengatur dan
menata lighting studio. “Tak hanya
teori, tapi juga ada praktiknya juga,”
imbuhnya.
Dalam parjalanannya mengikuti
program DT ini, gadis kelahiran
15 April 2003 sudah beberapa
kali melayani foto produk. “Ada
permintaan foto produk dengan foto
modelnya juga. Ada produk minuman
ringan. Kebetulan, pemeran di produk
itu dari model agency. Jadi yang saya
tertantang untuk lebih bagus lagi
motretnya,” paparnya.
Selain itu juga ada permintaan
memotret acara hajatan. “Waktu
itu ada acara nikahan tetangga.
Lalu juga ada permintaan membuat
video. Tapi masih terbatas. Maklum
masih belajar. Juga karena masih
pandemi, jadi ya belum banyak job,”
sambungnya.
Aisya berkeinginan kuat lebih
maju lagi. “Ingin segera punya kamera
sendiri. Sementara ini masih pinjam
kakak. Kalau bisa nanti punya studio
sendiri di rumah,” tandas bungsu dari
tiga bersaudara ini.
Hal senada diungkapa Agus,
sang trainer. “Semoga program DT
ini terus berlanjut. Sebab program
ini sangat membantu siswa SMA
yang belum beruntung untuk dapat
melanjutkan kuliah. Mereka bisa
punya bekal untuk bekerja dan
berwirausaha secara mandiri. Di
sekolah kami, sudah ada kelas tata
rias panggung, teknik kendaraan
ringan dan fotografi, termasuk desain
grafis dan editing video,” pungkasnya.