2. I. MASALAH PENDUDUK
Realita yg terjadi: “ Pertambahan jumlah penduduk
Indonesia sekarang ini sekitar 1,2% dr jumlah penduduk,
atau sekitar 2,5 sampai 3 jt org/tahun”
Masalah paling mendasar:
a. Mampukah Indonesia mengatasi masalah kependudukan
mengingat jumlah dan penyebaran penduduk yg ada
sekarang ini?
b. Apakah yg harus dilakukan oleh Indonesia untuk
peningkatan angkatan kerja yg terjadi di masa
mendatang?
3. c. Apa sajakah implikasi dari jumlah penduduk yg besar
dan distribusinya yg tidak merata ini terhadap
peluang mereka untuk meringankan penderitaan
hidupnya?
4. II. STUKTUR PENDUDUK & ANGKATAN KERJA
Indikator Struktur/Komposisi Penduduk antara lain:
♦ Jumlah dan prosentase penduduk menurut
kelompok umur
♦ Angka Beban Tanggungan
♦ Jumlah dan prosentase penduduk menurut jenis
kelamin
♦ Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
♦ dll
5. Untuk menggambarkan komposisi penduduk
menurut umur dapat digunakan piramida penduduk
Komposisi penduduk menurut umur sangat penting
kaitannya dengan:
♦ Kematian : umur tua
♦ Kelahiran : Usia produktif (15 – 49 tahun)
♦ Migrasi : usia tertentu cenderung pindah
♦ Permintaan barang dan jasa (pelayanan)
7. 2.1. Stuktur Usia dan beban ketergantungan
Informasi tentang penduduk menurut kelompok umur
penting diketahui :
1. agar pembangunan dapat diarahkan sesuai kebutuhan
penduduk,
2. berkaitan dengan pengembangan kebijakan penduduk,
terutama berkaitan dengan pengembangan SDM
3. dapat diketahui brp besar penduduk yg berpo-tensi
sebagai beban (beban ketergantungan)
4. dapat dilihat berapa prosentase penduduk yg
bertpotensi sebagai modal dalam pembangunan.
5. dapat diketahui berapa penduduk usia tua, muda dan
usia kerja.
9. Rasio ketergantungan usia tua (65+) : 7,09%
Rasio ketergantungan usia muda (0 – 14) : 48,45%
Rasio ketergantungan total (NTB) : 55,55%
☻ Bagaimana pengaruh struktur umur terhadap angkatan
kerja?
Angkatan kerja umumnya berskill rendah – semakin
meningkat dengan terjadinya pembangunan ekonomi –
kelas menengah akan semakin meningkat.
☻ Beda penduduk usia kerja dan angkatan kerja?
10. Pertambahan TK/AK yg tdk dapat diimbangi dengan pertambahan
KK yg dpt diciptakan oleh kegiatan eko yg baru maupun perluasan
yg lama akibatnya akan memperbesar jumlah pengangguran yg
pada akhirnya menghambat pembangunan ekonomi.
Faktor penyebab pengangguran di negara berkembang
♦ Kebijakan pemerintah yang tidak tepat.
= kebijakan fiskal yg mendorong
penggunaan mesin-mesin, bukan tenaga
kerja
= kecilnya upaya pelatihan Tenaga Kerja yg
menyebabkan langkanya penduduk berskill.
11. ♦ Distorsi harga faktor produksi yang membuat tingkat
upah menjadi lebih tinggi.
= Tingginya upah di sektor modern
= Rendahnya biaya kapital
♦ Pengangguran penduduk berpendidikan tinggi.
= lapangan kerja tdk sesuai dengan
kurikulum yg diajarkan di sekolah
2.2. Konsep bekerja dan menganggur
Bekerja di negara Barat: mereka yg pada umumnya bekerja
dengan upah atau dipekerjakan oleh orang lain dan
memakan waktu yg kurang lebih penuh waktu dalam
seminggu
12. Kebijakan mengurangi pengangguran?
♦ Kebijakan kontrol populasi
♦ kebijakan mengurangi migrasi desa-Kota
♦ Teknologi yang tepat
♦ Kebijakan Mengurangi Distorsi harga faktor
produksi
♦ Kebijakan pendidikan
♦ Kebijakan berorientasi pertumbuhan.
13. 3. PERTUMBUHAN, KEMISKINAN & KETIMPANGAN
DISTRIBUSI PENDAPATAN
A. Hubungan Antara Pertumbuhan & Kesenjangan
Distribusi Pendapatan
ada korelasi positif antara laju pertumbuhan dan tingkat
kesenjangan ekonomi : semakin tinggi pertumbuhan PDB
(semakin besar pendapatan/kap), semakin besar perbedaan
antara kaum miskin & kaum kaya.
Menurut kuznets, hubungan antara keduanya berbentuk
huruf U terbalik. Hasil ini diinterpretasikan sebagai evolusi
dari distribusi Y dlm proses transisi dari suatu ekonomi
pedesaan ke suatu ekonomi perkotaan atau ekonomi
industri.
14. Strategi menghindari hipotesis U
♦ strategi pembangunan Taiwan (Cheng-chung ’89)
a. adanya transfer surplus (modal & TK) dr sektor
pertanian ke sektor industri yg berjln dg baik.
b. industrialisasinya bersifat padat karya &
berorientasi ekspor
c. lokasi industri yg tdk mendorong urbanisasi krn
berlokasi tdk jauh dr daerah perdesaan.
d. adanya land reform, yg menghilangkan elit
kekuasaan di daerah perdesaan & mengurangi
konsentrasi kekayaan serta mendorong tuan
tanah unt modalnya di sektor industri yg
berkembang.
15. B. Hubungan Antara Pertumbuhan & Kemiskinan
pada tahap awal proses pembangunan, tingkat
kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat
mendekati tahap akhir pembangunan, jumlah
orang miskin berangsur berkurang.
Faktor lain selain pertumbuhan yang
mempengaruhi kemiskinan adalah struktur
pendidikan TK dan struktur ekonomi.
16. 4. BEBERAPA INDIKATOR KESENJANGAN DAN KEMISKINAN
A. Indikator Kesenjangan
Untuk mengukur kesenjangan dapat digunakan:
♥ Generalized Entropy (GE)
♥ Atkinson measure (A)
♥ Koefisien atau Rasio Gini
Gini rasio berkisar antara 0 – 1(0= kemerataan
sempurna, 1= ketidakmerataan sempurna)
Kemerataan ditunjukkan oleh kurva lorenz yg
semakin berimpit
17. Rasio Gini dan Kurva Lorenz
Kumulatif
persentase
dari
jml
pendapatan
Kurva Lorenz
Kumulatif persentase dr populasi yg mempunyai pendapatan
0
Y
X
18. Tingkat kesenjangan dapat juga diukur dengan
menggunakan kriteria bank dunia yg membagi jumlah
populasi ke dalam 3 klp, berdasarkan penilaian distribusi
pendapatan yang diterima 40% penduduk berpendapatan
terendah
a. Tinggi : 40% penduduk berpenghasilan
terendah menerima < 12% bagian
pendapatan (Y)
b. Sedang : 40% penduduk berpenghasilan
terendah menerima 12% - 17%
bagian Y
c. Rendah : 20% penduduk berpenghasilan
terendah menerima > 17% bagian Y
19. B. Indikator Kemiskinan
1. Garis Kemiskinan BPS
Menggunakan batas miskin dari besarnya rupiah
yang dibelanjakan/kap/bln untuk memenuhi
kebutuhan minimum makanan dan bukan
makanan.
@ untuk makanan : 2.100 kalori/hari
@ untukbukan makanan: pengeluaran untuk
perumahan, sandang, serta aneka barang dan
jasa
20. 2. Garis kemiskinan yang lain
@ Garis kemiskinan prof Sayogyo, garis
kemiskinan didasarkan atas harga beras
“ Tingkat konsumsi/kapita setahun yang sama
dengan beras”
@ Garis kemiskinan Prof Esmara
“menetapkan suatu grs kemiskinan pedesaan
dan perkotaan yang dipandang dari sudut
pengeluaran aktual pada sekelompok barang
dan jasa esensial
Pendapat esmara ini mampu menangkap dampak inflasi
maupun dampak penghasilan riil yg meningkat terhadap
kuantitas barang-bg aranesensial yang dikonsumsi.
21. 5. KEBIJAKAN MENGURANGI KEMISKINAN DAN
KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
1. Kapital dan Kredit
2. Pendidikan dan Training
3. Program perluasan kesempatan Kerja
4. Kesehatan dan Nutrisi
5. Riset dan Teknologi
6. Migrasi
7. Tekanan Pada Kelompok Target
8. Pajak dan
9. Perang yang terintegrasi terhadap kemiskinan.
22. 6. MASALAH PEMBANGUNAN MANUSIA
A. Paradigma Pembangunan berwawasan Manusia
Tahap awal pembangunan, fokus pd peningkatan produksi
kata kunci dlm pembangunan: “pembentukan modal”
Strategi pembangunan yg sesuai adalah: “akselerasi
pertumbuhan ekonomi dengan mengundang modal asing
dan melakukan industrialisasi”
Manusia sbg “instrumen” (faktor produksi)
Bukan sbg subyek pembangunan
23. Konsekwensi:
Peningkatan kualitas SDM diarahkan dalam rangka
peningkatan produksi
Pengembangan SDM dalam kerangka
production development centered
(Tjokrowinoto, 1996)
Alternatif lain dr strategi pembangunan manusia
adalah “people-centered development” atau
“putting people first” (Korten, 1981) manusia
(rakyat) merupakan tujuan utama dari
pembangunan, dan kehendak serta kapasitas
manusia merupakan sumberdaya yg terpenting.
24. 7. PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA
Bagaimana hubungan antara pendapatan per kapita
penduduk dengan jumlah anak yg mengenyam
pendidikan?
Komposisi umum SDM di NSB adalah seperti piramida, yg
mengindikasikan kondisi kurang kondusif dlm
melaksanakan pembangunan di NSB.
Show must go on pembangunan dpt dimulai tanpa
menunggu perubahan komposisi pendidikan SDM
Yang penting bagaimana memanfaatkan SDM yg tersedia
secara optimal, dg:
25. 1. Mempertinggi keterampilan (skill) sesuai dengan derap
pembangunan yg scr pragmatis telah disusun.
2. Ubah komposisi SDM dari komposisi piramida
berdasarkan pendidikan menjadi komposisi piramida
terbalik berdasarkan keterampilan (dlm berbagai jenis
pekerjaan dan usaha melalui BLK
3. Penguasaan iptek sesuai dengan prioritas pembangunan
yg ditentukan agar jadi SDM yg kreatif dan inovatif.
26. 8. MASALAH MIGRASI DAN SEKTOR INFORMAL
Dualisme ekonomi dalam proses pembangunan
timbul dari adanya urbanisasi.
Tingkat urbanisasi di Indonesia cenderung terus
meningkat dari waktu ke waktu. Tahun 1961,
penduduk perkotaan baru 15%, 1970 menjadi 17,45,
1980 menjadi 22,27, 1990 mencadi 30,9% dan 1995
menjadi 35,9%.
Alasan melakukan migrasi (SUPAS 1995):
a. Perubahan status perkawinan dan ikut
saudara kandung/famili lain (41,35%)
b. karena pekerjaan (39,65%)
27. c. karena pendidikan (14,96%)
d. karena perumahan (2,57%)
e. lain-lain (1,47%)
Perkembangan kota yg lebih cepat mengakibatkan
terjadinya urbanisasi yg bersifat prematur.
Pendatang baru di kota banyak yang mengadu nasib dg
berpartisipasi dlm kegiatan ekonomi kota sebagai self-
employment (sektor informal).
28. Ciri-ciri sektor informal di Indonesia (Hidayat, 1978):
a. Kegiatan usaha tidak terorganisasikan secara baik, krn timbulnya
unit usaha tidak mempergunakan fasilitas/ kelembagaan yang
tersedia di sektor formal.
b. Pada umumnya unit usaha tidak memiliki izin uasaha.
c. Pola kegiatan usaha tidak teratur
d. Pd umumnya kebijakan pemerintah untuk membantu golongan
ekonomi lemah tdk sampai ke sektor ini
e. Unit usaha mudah keluar masuk dari satu sub-sektor ke lain sub-
sektor
29. f. Teknologi yang digunakan bersifat primitif.
g. Modal dan perputaran usaha relatif kecil
h. Untuk menjalankan usaha tidak diperlukan
pendidikan formal
i. Unit usaha termasuk one-man-enterprises dan kalau
mengerjakan, buruh berasal dr anggota keluarga.
j. Sumber dana usaha dari tabungan sendiri.
k. Hasil produksi/jasa terutama dikonsumsi oleh
masyarakat kota/desa yg berpenghasilan rendah.
30. Alasan perlunya mengembangkan dan membina sektor
informal (Todaro,1994):
a. Sektor informal menghasilkan surplus.
b. Membutuhkan sedikit kapital (untuk
memperkerjakan seseorang di sektor ini)
c. Menyediakan KK untuk mendapatkan latihan dan
magang dg biaya yg jauh lebeh rendah.
d. Membutuhkan tenaga yang tidak memiliki
keterampilan
e. Sektor informal mungkin akan dpt menggunakan
teknologi tepat guna dan memanfaatkan
sumberdaya setempat yg memungkinkan alokasi
sbrdaya dpt dilaksanakan scr efisien.