SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
- A N N I S A R A Z P A N D I A
-B E L A M A L I K A Y U S U F
-D A R A A S D I A
-F A H R U R R O Z I
-M U H A M M A D M I R Z A
-M . Z I K R Y F I R D A U S
-A U L A L I Z A
-R I N A M U T I A F A J A R
-S U C I I N D A H S A R I
-Z A U Z A N A B I L A
-F A I D I L A K B A R
KELOMPOK 6
1
22/04/2016
SKENARIO 6
CERITA DI RUANG TUNGGU RSUDZA
Seorang ibu berusia 40 tahun beberapa bulan yang lalu melahirkan
seorang bayi perempuan. Ibu tersebut heren dengan bentuk daun telinga
putrinya yang lebih besar dan menonjol. Dia menyampaikan hal tersebut
kepada anaknya Hadi yang saat ini sedang belajar di fakultas kedokteran
ABULYATAMA. Hadi mengatakan bahwa ibunya tidak perlu khawatir
karena bentuk daun telinga yang di miliki adiknya itu di kenal dengan
istilah “bats ear” dan tidak akan mempengaruhi fungsi pendengaran.
Atas saran Hadi, ibu kemudian membawa adiknya ke RSUDZA
untuk berkonsultasi mengenai tindakan apa yang mungkin dilakukan
agar bentuk daun telinga menjadi normal. Di ruang tunggu rumah sakit,
ibunya bertemu dengan nenek Sarah yang bercerita bahwa beberapa hari
yang lalu ia seperti kehilangan keseimbangan sehingga terjatuh di kamar
mandi karena mengalami pusing dan merasakan ruangan berputar.
Setelah kejadian tersebut, ia merasakan daya penciumannya berkurang.
Nenek sarah juga mengatakan bahwa ia pernah datang berobat kesini
beberapa waktu yang lalu karena sinusitis yang di deritanya.
Bagaimana anda menjelaskan kejadian di atas?
2
22/04/2016
TAHAP 1. IDENTIFIKASI ISTILAH
1. Bats ear  (kuping caplang) kelainan congenital
dimana bentuk daun telinga tidak normal yaitu
lebih besar dan berdiri
2. Pusing  sensasi berputar atau vertigo
3. Sinusitis  inflamasi atau peradangan pada
mukosa atau selaput lendir sinus (dinding sinus)
yang disebabkan oleh infeksi virus/bakteri gejala
pada
4. Telinga  suatu organ yang memiliki fungsi
sebagai pendengaran, dan keseimbangan tubuh
3
22/04/2016
TAHAP II IDENTIFIKASI MASALAH
1. Sebutkan bagian bagian dari telinga?
2. Apa fungsi dari telinga?
3. Bagaimana mekanisme pendengaran ?
4. Apa penyebab sinusitis ?
5. Apa fungsi dari penciuman ?
4
22/04/2016
TAHAP III ANALISA MASALAH
1. BAGIAN BAGIAN TELINGA.
 Bagian telinga luar
Terdiri dari : daun telinga, meatus auditorius
(lubang telinga) membran timpani
 Bagian telinga tengah
Terdiri dari : tulang pendengaran (maleus, inkus
dan stapes) fungsi untuk menghantarkan
getaran ke telinga dalam
 Bagian telinga dalam
Terdiri dari : koklea, vestibulum , saraf auditori
5
22/04/2016
2. Fungsi telinga
Fungsi telingan secara umum mencangkup untuk
pendengaran dan keseimbangan. Bagian luar dan
tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari
udara ke telinga dalam yang berisi cairan, dimana
energi suara mengalami penguatan dalam proses ini.
Telinga dalam berisi dua sistem sensorik berbeda:
1. Koklea : mengandung reseptor untuk mengubah
gelombang suara menjadi impuls saraf sehingga kita
dapat mendengar.
2. Aparatus vestibularis : bagian yang penting bagi
sensasi keseimbangan.
6
22/04/2016
3. Mekanisme pendengaran
Dimulai dari gelombang suara yang ditangkap oleh
pinna(daun telinga) diteruskan/dihantarkan
gelombang suara oleh meatus auditorius
eksterna  membran timpani  di ubah
menjadi getaran  koklea  merangsang reseptor
rambut koklea  saraf sensorik melalui  implus
 kemudian menerjemahkan sebagai suara
7
22/04/2016
4. Penyebab sinusitis
a. Bakteri, virus dan infeksi hidung
b. alergi atau polusi udara
c. merokok
d. Insfeksi virus flu / pilek.
e. Dll.
8
22/04/2016
5. Fungsi penciuman
• Pernafasan
• menyaring udara atau debu/ kotoran
• mengatur/ menghangatakn suhu tubuh dari udara
yang terhirup
• pelembapan urasa pernafasan
• penampungan sekresi dari sinusitis, paranasalis dan
ductus nasolacrimalis
9
22/04/2016
10
TAHAP IV STRUKTURISASI
S. INDRA
N.Cranialis
lainnya
N.auditorius
Indra
Penciuman
Indra Yang lain
Indra
Pendengaran
Telinga
luar
Telinga
dalam
Telinga
tengah
k
e
s
e
i
m
b
a
n
g
a
n
>.penglihatan
>.pengecapan
>.perabaan
>. HIDUNG
N.olfaktorius
Pusat
22/04/2016
TAHAP 5 LEARNING OBJEKTIF
1. Anatomi dan fisiologi dari telinga dan hidung.
2. Mekanisme pendengaran dan penciuman
3. Embriogenesis telinga dan hidung
4. Mekanisme keseimbangan (vestibulum)
5. Fungsi dari sinus paranasalis
11
22/04/2016
1. Anatomi dan fisiologi telinga dan
hidung
 Anatomi dan fisiologi telinga
 Telinga luar :
 Pinna  mengumpulkan
gelombang suara
 Meatus auditorius eksterna 
menghantarkan gelombang suara
ke membran timpani
 Membran timpani 
menghantarka getaran dari
gelombang suara yang diterima.
12
22/04/2016Sherwood.Fisiologi Manusia.2011.Ed.6
 Telinga Tengah:
 Osikulus auditorius (maleus,inkus & stapes)
 bergetar dan memicugerakan berbentuk gelombang di
koklea.
Telinga dalam:
 Koklea mengandung sistem sensorik untuk mendengar.
Terdapat organ corti.
 Aparatus vestibularis mengandung sistem sensorik untuk
keseimbangan dan memberi masukan yang penting bagi
pemeliharaan postur dan keseimbangan.
13 22/04/2016Sherwood.Fisiologi Manusia.2011.Ed.6
Telinga
Telinga Luar :
>. Pinna
>. Meatus auditorius
eksterna
>. Membran Timpani
Telinga tengah :
>.Osikulus auditorius
(maleus, inkus, stapes)
Telinga Dalam
>.Kokhlea
>.Aparatus vestibularis
14
22/04/2016
Hidung
A. Hidung Luar.
Hidung luar berbentuk
piramid dengan bagian-
bagiannya dari atas ke
bawah :
1. Pangkal hidung(bridge)
2. Dorsum nasi
3. Puncak hidung(apeks )
4. Ala nasi
5. Kolumela
6. Lubang hidung ( nares
anterior )
15
22/04/2016
Hidung luar dibentuk oleh tulang dan tulang
rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan
beberapa otot yang berfungsi untuk melebarkan
atau menyempitkan lubang hidung.
Kerangka tulang terdiri dari :
1. Sepasang os nasalis ( tulang hidung )
2. Prosesus frontalis os maksila
3. Prosesus nasalis os frontalis
16 22/04/2016
Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari
beberapa pasang tulang rawan yang terletak
dibagian bawah hidung, yaitu :
1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior
2. Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (
kartilago alar mayor )
3. Beberapa pasang kartilago alar minor
4. Tepi anterior kartilago septum nasi
17 22/04/2016
Fungsi Hidung
Jalan napas Udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi
konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, dan
seterusnya. Pada ekspirasi terjadi hal sebaliknya.
Alat pengatur kondisi udara (air condition-ing) Mukus pada hidung berfungsi
untuk mengatur kondisi udara
Penyaring udara Mukus pada hidung berfungsi sebagai penyaring dan
pelindung udara inspirasi dari debu dan bakteri bersama rambut hidung, dan
silia.
Sebagai indra penghidu Fungsi utama hidung adalah sebagai organ penghidu,
dilakukan oleh saraf olfaktorius.
Untuk resonansi udara Fungsi sinus paranasal antara lain sebagai pengatur
kondisi udara, sebgai penahan suhu, membantu keseimbangan kepala,
membantu resonansi suara, sebagai peredam perubahan tekanan udara,
membantu produksi mukus dan sebagainya.
Turut membantu proses berbicara
Refleksi nasal
18
22/04/2016
2. Mekanisme
pendengaran
dan penciuman
A. Mekanisme
Pendengaran
Gelombang suara
getaran membran
timpani getaran
osikulus
auditorius(stapes)
getaran struktur
koklea pada jendela
oval
19
22/04/2016Sherwood.Fisiologi Manusia.2011.Ed.6
Mekanisme
Penciuman
Bau(odoran) diikat oleh
silia di difusikan ke
reseptor olfaktorius
glomerulus menerima
satu sinaps dari satu jenis
reseptor bau sebelum di
salurkan, glomerulus
menyortir dan menyusun
berbagai komponen suatu
molekul odoriferosa sel
mitral ke sistim limbik
dan korteks serebri untuk
pemrosesasan yang lebih
lanjut
20
22/04/2016Sherwood.Fisiologi Manusia.2011.Ed.6
3. Embriogenesis telinga dan hidung
A. Embriogenesis telinga
Telinga Dalam
Perkembangan telinga dimulai pada minggu ke empat, dimana terjadi penebalan pada surface
ectoderm yang diinduksi oleh sinyal induksi dari paraxial mesoderm dan notochord. Kemudian
setelah menebal, terbentuklah otic placode. Otic placode kemudian berinvaginasi dan terbenam ke
surface ectoderm dan menembus jaringan mesenkim dan membentuk otic pit. Kedua ujung dari otic
pit kemudian bersatu dan membentuk otic vesicle dan pada otic vesicle terjadi pertumbuhan
diverticulum dan pemanjangan.
Vesicle yang terus berkembang pada bagian ventralnya akan membentuk sacculus yang kemudian
menggulung dan membentuk cochlear duct. Cochlear duct yang menggulung sekitar 2,5 putaran akan
membentuk membran cochlear dan terdapat penghubung dengan sacculus yaitu ductus reuniens.
Sedangkan pada bagian dorsal terjadi pembentukan dari endolymphatic duct, utricle dan semicircular
duct dengan ampulla pada salah satu ujungnya.
Stimulasi dari otic vesicle akan membuat mesenchyme di sekitarnya berkondensasi dan
berdiferensiasi membentuk cartilagoneus otic capsule. Karena pembesaran dari membranous
labirynth, vakuola muncul di cartilagoneus otic capsule dan segera membentuk perilymphatic space.
Perilymphatic space yang berhubungan dengan cochlear duct berkembang menjadi dua bagian yaitu
scala tympani dan scala vestibuli. Cartilagoneus otic capsule kemudian berosifikasi dan membentuk
bony labyrinth di telinga dalam.
21
22/04/2016
B. Telinga Tengah
Bagian telinga tengah berkembang dari
tubotympanic recess dari first pharingeal pouch.
Bagian proksimalnya akan membentuk
pharyngothympanic tube (auditory tube). Sedangkan
bagian distalnya akan membentuk tympanic cavity
yang nantinya akan meluas dan menyelimuti tulang
kecil telinga tengah/ auditory ossicles (malleus,
incus dan stapes), tendon dan ligament serta chorda
thympani nerve
22
22/04/2016
C. Telinga Luar
` Eksternal acoustic meatus terbentuk dari perkembangan first
pharingeal groove bagian dorsal. Pada
awal bulan ke tiga, terjadi proliferasi sel-sel epitel di bawah meatus
yang nantinya akan membentuk sumbat meatus. Lalu pada bulan ke tujuh,
sumbat meluruh dan lapisan epitel di lantai meatus berkembang menjadi
gendang telinga definitif. Dimana gendang telinga itu dibentuk dari lapisan
epitel ektoderm di dasar acoustic meatus, lapisan epitel endoderm di
tympani cavity dan lapisan intermediate jaringan ikat yang membentuk
stratum fibrosum. Sedangkan aurikula terbentuk dari hasil proliferasi
mesenkim di ujung dorsal first and secondary pharyngeal arch yang
mengelilingi first pharyngeal groove dan membentuk auricular hillock yang
berjumlah tiga di masing-masing sisi eksternal acoustic meatus dan
kemudian auricullar hillock akan bersatu lalu membentuk auricula
definitif.
Pada awalnya, telinga luar berada di regio leher bawah. Setelah
terbentuk mandibula, telinga luar naik ke samping kepala setinggi dengan
mata.
23
22/04/2016
Embriologi hidung
Pada akhir minggu ke-4, muncul prominensia fasialis (tonjolan wajah) yan g terutama
terdiri dari mesenkim yang berasal dari Krista neuralis dan dibentukterutama oleh pasangan
pertama lengkung faring. Di sebelah lateral dari stomedium (mulut primitif) dapat dibedakan
prominensia maksilaris, dan prominensia mandibularis pada daerah kaudal. Prominensia
frontonasalis dibentuk oleh mesenkim pada ventral dari vesikel otak, memebentuk batas atas
stomedium. Di kedua sisi prominensia frontonasalais terbnetuk plakoda nasalis(olfaktoria).
Selama minggu 5, plakoda nasalis (lempeng hidung) mengalami invaginasi memebentuk
fovea nasalis (lekukan hidung). Dalam prosesnya, terbentuk suatu bubungan jaringan yang
mengelilingi masing-masing lekukan dan membentuk prominensia nasalis.
Selama minggu 6, fovea nasalis menjadi semakin dalam, sebagian karena penetrasi ke
mesnkim di bawahnya. Mula-mula membrane oronasalis memisahkan kedua lekukan dari
rongga mulut primitif melalui foramen yang baru terbentuk, koana primitif. Kedaua koana ini
terletak di kedua sisi garis tengah dan tepat di belakang palatum primer. Kemudian, dengan
terbentuknya palatum sekunder dan perkembangan lebih lanjut rongga hidung primitif,
terbentuk koana definitive di taut antara rongga hidung dan faring.
Sinus paranasal berkembang sebagai divertikulum dinding hidung lateral dan meluas ke
dalam maksila, os etmoidale, os frontale, dan os sfenoidale. Sinus-sinus ini mencapai
ukurannya yang maksimal selama pubertas dan ikut membentuk wajah yang definitif
24
22/04/2016
25 22/04/2016
4. Mekanisme Keseimbangan
26
Proses keseimbangan dilakukan oleh saluran setengah lingkaran. Saluran
ini mampu mendeteksi gerakan memutar kepala atau disebut keseimbangan rotasi.
Selain itu, saluran setengah lingkaran juga mampu mendeteksi gerakan kepala
tegak atau datar sehingga disebut keseimbangan gravitasi.
Keseimbangan rotasi melibatkan tiga saluran setengah lingkaran yang
saling membentuk sudut satu sama lainnya. Setiap bagian dasar dari ketiga saluran
ini memiliki saluran agak membesar yang disebut ampula. Di dalam ampula
terdapat sel-sel rambut yang tertanam di dalam gelatin yang disebut kupula. Setiap
ampula mampu mendeteksi gerak rotasi kepala. Pada saat cairan di dalam tubuh di
dalam saluran setengah lingkaran mengalir, kupula bergerak sesuai dengan arah
aliran cairan sehingga menimbulkan impuls-impuls saraf. Selanjutnya, impuls-
impuls saraf mengalir melalui saraf vestibular menuju ke otak. Gerakan cairan di
dalam saluran setengah lingkaran secara terus menerus dapat menimbulkan rasa
sakit.
22/04/2016
27
Keseimbangan
gravitasi tergantung utrikulus dan
sakulus, dan dua selaput kantong
pada vestibulum. Kedua selaput
kantong tersebut mengandung sel-
sel rambut yang tertanam pada
suatu gelatin yang disebut
membran otolitik. Pada membran
ini terdapat butiran-butiran
kalsium karbonat (CaCO3) yang
disebut otolit. Utrikulus sangat
sensitif terhadap gerakan naik
turun.
Pada saat tubuh diam,
otolit di dalam utrikulus dan
sakulus berada di atas sel-sel
rambut. Namun, pada saat kepala
menunduk atau tubuh bergerak
tegak dan datar, posisi otolit
berubah dan membran otolit
membengkok. Akibatnya sel-sel
rambut ikut membengkok
sehingga menimbulkan impuls-
impuls saraf yang dikirim ke otak
melalui saraf vestibular.
Selanjutnya,otak
menginterpretasikan impuls-
impuls saraf tersebut untuk
menentukan posisi kepala.
22/04/2016
5. Sinus
Paranasalis
Sinus Paranasalis
terbagi atas 4 :
 Sinus Frontal
 Sinus Ethmoid
 Sinus Sphenoid
 Sinus Maxillary
28
22/04/2016
29
A. Sinus Maksilaris
- Terbentuk pada usia fetus bulan IV yang terbentuk dari prosesus maksilaris
arcus I.
- Bentuknya piramid, dasar piramid pada dinding lateral hidung, sedang
apexnya pada pars zygomaticus maxillae.
- Merupakan sinus terbesar dengan volume kurang lebih 15 cc pada orang
dewasa.
B. Sinus Ethmoidalis
- Terbentuk pada usia fetus bulan IV.
- Saat lahir, berupa 2-3 cellulae (ruang-ruang kecil), saat dewasa terdiri dari 7-15
cellulae, dindingnya tipis.
- Bentuknya berupa rongga tulang seperti sarang tawon, terletak antara hidung
dan mata
C. Sinus Frontalis
- Sinus ini dapat terbentuk atau tidak.
- Tidak simetri kanan dan kiri, terletak di os frontalis.
- Volume pada orang dewasa ± 7cc.
- Bermuara ke infundibulum (meatus nasi media)
D. Sinus Sphenoidalis
- Terbentuk pada fetus usia bulan III.
- Terletak pada corpus, alas dan Processus os sfenoidalis.
- Volume pada orang dewasa ± 7 cc.
22/04/2016
22/04/2016
30

More Related Content

What's hot

Antomi Fisiologi Sistem Endokrin
Antomi Fisiologi Sistem EndokrinAntomi Fisiologi Sistem Endokrin
Antomi Fisiologi Sistem EndokrinHetty Astri
 
Power point anatomi dan fisiologi sistem pengindraan manusia
Power point anatomi dan fisiologi sistem pengindraan manusiaPower point anatomi dan fisiologi sistem pengindraan manusia
Power point anatomi dan fisiologi sistem pengindraan manusiasiakadurban
 
Anatomi & fisiologi sistem urinaria
Anatomi & fisiologi sistem urinariaAnatomi & fisiologi sistem urinaria
Anatomi & fisiologi sistem urinariakristanto djuwahir
 
Anatomi Sistem Sensorik
Anatomi Sistem SensorikAnatomi Sistem Sensorik
Anatomi Sistem SensorikYesi Tika
 
PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1indri yetti
 
Sistem limfatik
Sistem limfatikSistem limfatik
Sistem limfatikSurya Aldy
 
Anatomi dan fisiologi sistem endokrin
Anatomi dan fisiologi sistem endokrin Anatomi dan fisiologi sistem endokrin
Anatomi dan fisiologi sistem endokrin Viliansyah Viliansyah
 
Sistem Persyarafan
Sistem PersyarafanSistem Persyarafan
Sistem PersyarafanNona Zesifa
 
Anatomi otak dan vertebrata
Anatomi otak dan vertebrataAnatomi otak dan vertebrata
Anatomi otak dan vertebratakurniawan100
 
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatanMakalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatanWulan Yulian
 
Makalah jaringan syaraf dan darah
Makalah jaringan syaraf dan darah Makalah jaringan syaraf dan darah
Makalah jaringan syaraf dan darah Ainina Sa'id
 
Anatomi fisiologi sistem pernafasan tm1
Anatomi fisiologi sistem pernafasan   tm1Anatomi fisiologi sistem pernafasan   tm1
Anatomi fisiologi sistem pernafasan tm1Rahayoe Ningtyas
 
Sistem homeostatis tubuh
Sistem homeostatis tubuhSistem homeostatis tubuh
Sistem homeostatis tubuhImaaELF
 
perkembangan-sistem-syaraf
perkembangan-sistem-syarafperkembangan-sistem-syaraf
perkembangan-sistem-syarafREISA Class
 

What's hot (20)

Antomi Fisiologi Sistem Endokrin
Antomi Fisiologi Sistem EndokrinAntomi Fisiologi Sistem Endokrin
Antomi Fisiologi Sistem Endokrin
 
Power point anatomi dan fisiologi sistem pengindraan manusia
Power point anatomi dan fisiologi sistem pengindraan manusiaPower point anatomi dan fisiologi sistem pengindraan manusia
Power point anatomi dan fisiologi sistem pengindraan manusia
 
Anatomi & fisiologi sistem urinaria
Anatomi & fisiologi sistem urinariaAnatomi & fisiologi sistem urinaria
Anatomi & fisiologi sistem urinaria
 
Anatomi Sistem Sensorik
Anatomi Sistem SensorikAnatomi Sistem Sensorik
Anatomi Sistem Sensorik
 
PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1
 
Sistem limfatik
Sistem limfatikSistem limfatik
Sistem limfatik
 
struktur histologis otot
struktur histologis ototstruktur histologis otot
struktur histologis otot
 
Anatomi dan fisiologi sistem endokrin
Anatomi dan fisiologi sistem endokrin Anatomi dan fisiologi sistem endokrin
Anatomi dan fisiologi sistem endokrin
 
Sistem Persyarafan
Sistem PersyarafanSistem Persyarafan
Sistem Persyarafan
 
Anatomi otak dan vertebrata
Anatomi otak dan vertebrataAnatomi otak dan vertebrata
Anatomi otak dan vertebrata
 
sistem pencernaan ppt
sistem pencernaan pptsistem pencernaan ppt
sistem pencernaan ppt
 
Fisiologi Kardiovaskular
Fisiologi KardiovaskularFisiologi Kardiovaskular
Fisiologi Kardiovaskular
 
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatanMakalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatan
 
Makalah jaringan syaraf dan darah
Makalah jaringan syaraf dan darah Makalah jaringan syaraf dan darah
Makalah jaringan syaraf dan darah
 
Anatomi fisiologi sistem pernafasan tm1
Anatomi fisiologi sistem pernafasan   tm1Anatomi fisiologi sistem pernafasan   tm1
Anatomi fisiologi sistem pernafasan tm1
 
Sistem saraf kelompok 3
Sistem saraf kelompok 3Sistem saraf kelompok 3
Sistem saraf kelompok 3
 
Ppt. panca indra
Ppt. panca indraPpt. panca indra
Ppt. panca indra
 
Sistem homeostatis tubuh
Sistem homeostatis tubuhSistem homeostatis tubuh
Sistem homeostatis tubuh
 
perkembangan-sistem-syaraf
perkembangan-sistem-syarafperkembangan-sistem-syaraf
perkembangan-sistem-syaraf
 
2. sistem pencernaan
2. sistem pencernaan2. sistem pencernaan
2. sistem pencernaan
 

Viewers also liked

Sistem koordinasi dan indra
Sistem koordinasi dan indraSistem koordinasi dan indra
Sistem koordinasi dan indrakalisa nur
 
Sistem Indra - Biologi Kelas XI
Sistem Indra - Biologi Kelas XISistem Indra - Biologi Kelas XI
Sistem Indra - Biologi Kelas XIElmira Zanjabila
 
Biologi SMA Sistem indera
Biologi SMA Sistem inderaBiologi SMA Sistem indera
Biologi SMA Sistem inderaRifda Latifa
 
Sistem panca indra (wafa, kharisma)
Sistem panca indra (wafa, kharisma)Sistem panca indra (wafa, kharisma)
Sistem panca indra (wafa, kharisma)stikesby kebidanan
 
PPT BIOLOGI SISTEM SARAF & INDRA
PPT BIOLOGI SISTEM SARAF & INDRAPPT BIOLOGI SISTEM SARAF & INDRA
PPT BIOLOGI SISTEM SARAF & INDRANafiah RR
 
Indera Pendengaran (Telinga)
Indera Pendengaran (Telinga)Indera Pendengaran (Telinga)
Indera Pendengaran (Telinga)Nathan Wijaya
 
Belajar video editing & video streaming
Belajar video editing & video streamingBelajar video editing & video streaming
Belajar video editing & video streamingBambang Herlandi
 
Pai kelompok 2
Pai kelompok 2Pai kelompok 2
Pai kelompok 2Normaya_
 
Indra Mata dan Kulit
Indra Mata dan KulitIndra Mata dan Kulit
Indra Mata dan KulitEga Anistia
 
Makalah Masa Awal Editing
Makalah Masa Awal EditingMakalah Masa Awal Editing
Makalah Masa Awal EditingEsa Arisa
 
Anatomi pengecapan
Anatomi pengecapanAnatomi pengecapan
Anatomi pengecapanmateri-x2
 
Tugas kelompok biologi bab telinga ms 2007
Tugas kelompok biologi bab  telinga  ms 2007Tugas kelompok biologi bab  telinga  ms 2007
Tugas kelompok biologi bab telinga ms 2007WaQhyoe Arryee
 
Lingkaran(PPT)
Lingkaran(PPT)Lingkaran(PPT)
Lingkaran(PPT)Mathbycarl
 

Viewers also liked (20)

Sistem koordinasi dan indra
Sistem koordinasi dan indraSistem koordinasi dan indra
Sistem koordinasi dan indra
 
Sistem Indra - Biologi Kelas XI
Sistem Indra - Biologi Kelas XISistem Indra - Biologi Kelas XI
Sistem Indra - Biologi Kelas XI
 
Biologi SMA Sistem indera
Biologi SMA Sistem inderaBiologi SMA Sistem indera
Biologi SMA Sistem indera
 
Sistem panca indra (wafa, kharisma)
Sistem panca indra (wafa, kharisma)Sistem panca indra (wafa, kharisma)
Sistem panca indra (wafa, kharisma)
 
PPT BIOLOGI SISTEM SARAF & INDRA
PPT BIOLOGI SISTEM SARAF & INDRAPPT BIOLOGI SISTEM SARAF & INDRA
PPT BIOLOGI SISTEM SARAF & INDRA
 
Indera Pendengaran (Telinga)
Indera Pendengaran (Telinga)Indera Pendengaran (Telinga)
Indera Pendengaran (Telinga)
 
Lasik
LasikLasik
Lasik
 
PANCA INDERA (MATA)
PANCA INDERA (MATA)PANCA INDERA (MATA)
PANCA INDERA (MATA)
 
Alat indra mata
Alat indra mataAlat indra mata
Alat indra mata
 
Belajar video editing & video streaming
Belajar video editing & video streamingBelajar video editing & video streaming
Belajar video editing & video streaming
 
Alat indra (wafa, karisma)
Alat indra (wafa, karisma)Alat indra (wafa, karisma)
Alat indra (wafa, karisma)
 
Pai kelompok 2
Pai kelompok 2Pai kelompok 2
Pai kelompok 2
 
Indra Mata dan Kulit
Indra Mata dan KulitIndra Mata dan Kulit
Indra Mata dan Kulit
 
Indera manusia telinga (biologi)
Indera manusia telinga (biologi)Indera manusia telinga (biologi)
Indera manusia telinga (biologi)
 
Makalah Masa Awal Editing
Makalah Masa Awal EditingMakalah Masa Awal Editing
Makalah Masa Awal Editing
 
Anatomi pengecapan
Anatomi pengecapanAnatomi pengecapan
Anatomi pengecapan
 
indera penciuman
indera penciumanindera penciuman
indera penciuman
 
Ppt editing video
Ppt editing videoPpt editing video
Ppt editing video
 
Tugas kelompok biologi bab telinga ms 2007
Tugas kelompok biologi bab  telinga  ms 2007Tugas kelompok biologi bab  telinga  ms 2007
Tugas kelompok biologi bab telinga ms 2007
 
Lingkaran(PPT)
Lingkaran(PPT)Lingkaran(PPT)
Lingkaran(PPT)
 

Similar to Sistem indra (20)

Crs minggu 2 kelompok 2
Crs minggu 2 kelompok 2Crs minggu 2 kelompok 2
Crs minggu 2 kelompok 2
 
Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3
 
KE
KEKE
KE
 
INDERA PENDENGARAN KEL.2.pptx
INDERA PENDENGARAN KEL.2.pptxINDERA PENDENGARAN KEL.2.pptx
INDERA PENDENGARAN KEL.2.pptx
 
Case report-rinitis-alergi
Case report-rinitis-alergiCase report-rinitis-alergi
Case report-rinitis-alergi
 
PPT Pernapasan.pptx
PPT Pernapasan.pptxPPT Pernapasan.pptx
PPT Pernapasan.pptx
 
Mengenal indra pembau
Mengenal indra pembauMengenal indra pembau
Mengenal indra pembau
 
Makalah oma
Makalah omaMakalah oma
Makalah oma
 
Organ indra kel iii
Organ indra kel iiiOrgan indra kel iii
Organ indra kel iii
 
2. anatomi sistem pernapasan
2. anatomi sistem pernapasan2. anatomi sistem pernapasan
2. anatomi sistem pernapasan
 
Logbook modul 2 bod arif dfdg
Logbook modul 2 bod arif dfdgLogbook modul 2 bod arif dfdg
Logbook modul 2 bod arif dfdg
 
Andini 92
Andini 92Andini 92
Andini 92
 
Anatomi fisiologi telinga
Anatomi fisiologi telingaAnatomi fisiologi telinga
Anatomi fisiologi telinga
 
Lapsus mely
Lapsus melyLapsus mely
Lapsus mely
 
3B.47.Icha Novian B.Makalah Peng Benda Asing.docx
3B.47.Icha Novian B.Makalah Peng Benda Asing.docx3B.47.Icha Novian B.Makalah Peng Benda Asing.docx
3B.47.Icha Novian B.Makalah Peng Benda Asing.docx
 
Vertigo
VertigoVertigo
Vertigo
 
Indra Pendengaran
Indra PendengaranIndra Pendengaran
Indra Pendengaran
 
Biologi hidung
Biologi hidung Biologi hidung
Biologi hidung
 
Makalah Hidung buntu
Makalah Hidung buntu Makalah Hidung buntu
Makalah Hidung buntu
 
Sistem indra
Sistem indraSistem indra
Sistem indra
 

Recently uploaded

Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 

Recently uploaded (20)

Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 

Sistem indra

  • 1. - A N N I S A R A Z P A N D I A -B E L A M A L I K A Y U S U F -D A R A A S D I A -F A H R U R R O Z I -M U H A M M A D M I R Z A -M . Z I K R Y F I R D A U S -A U L A L I Z A -R I N A M U T I A F A J A R -S U C I I N D A H S A R I -Z A U Z A N A B I L A -F A I D I L A K B A R KELOMPOK 6 1 22/04/2016
  • 2. SKENARIO 6 CERITA DI RUANG TUNGGU RSUDZA Seorang ibu berusia 40 tahun beberapa bulan yang lalu melahirkan seorang bayi perempuan. Ibu tersebut heren dengan bentuk daun telinga putrinya yang lebih besar dan menonjol. Dia menyampaikan hal tersebut kepada anaknya Hadi yang saat ini sedang belajar di fakultas kedokteran ABULYATAMA. Hadi mengatakan bahwa ibunya tidak perlu khawatir karena bentuk daun telinga yang di miliki adiknya itu di kenal dengan istilah “bats ear” dan tidak akan mempengaruhi fungsi pendengaran. Atas saran Hadi, ibu kemudian membawa adiknya ke RSUDZA untuk berkonsultasi mengenai tindakan apa yang mungkin dilakukan agar bentuk daun telinga menjadi normal. Di ruang tunggu rumah sakit, ibunya bertemu dengan nenek Sarah yang bercerita bahwa beberapa hari yang lalu ia seperti kehilangan keseimbangan sehingga terjatuh di kamar mandi karena mengalami pusing dan merasakan ruangan berputar. Setelah kejadian tersebut, ia merasakan daya penciumannya berkurang. Nenek sarah juga mengatakan bahwa ia pernah datang berobat kesini beberapa waktu yang lalu karena sinusitis yang di deritanya. Bagaimana anda menjelaskan kejadian di atas? 2 22/04/2016
  • 3. TAHAP 1. IDENTIFIKASI ISTILAH 1. Bats ear  (kuping caplang) kelainan congenital dimana bentuk daun telinga tidak normal yaitu lebih besar dan berdiri 2. Pusing  sensasi berputar atau vertigo 3. Sinusitis  inflamasi atau peradangan pada mukosa atau selaput lendir sinus (dinding sinus) yang disebabkan oleh infeksi virus/bakteri gejala pada 4. Telinga  suatu organ yang memiliki fungsi sebagai pendengaran, dan keseimbangan tubuh 3 22/04/2016
  • 4. TAHAP II IDENTIFIKASI MASALAH 1. Sebutkan bagian bagian dari telinga? 2. Apa fungsi dari telinga? 3. Bagaimana mekanisme pendengaran ? 4. Apa penyebab sinusitis ? 5. Apa fungsi dari penciuman ? 4 22/04/2016
  • 5. TAHAP III ANALISA MASALAH 1. BAGIAN BAGIAN TELINGA.  Bagian telinga luar Terdiri dari : daun telinga, meatus auditorius (lubang telinga) membran timpani  Bagian telinga tengah Terdiri dari : tulang pendengaran (maleus, inkus dan stapes) fungsi untuk menghantarkan getaran ke telinga dalam  Bagian telinga dalam Terdiri dari : koklea, vestibulum , saraf auditori 5 22/04/2016
  • 6. 2. Fungsi telinga Fungsi telingan secara umum mencangkup untuk pendengaran dan keseimbangan. Bagian luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga dalam yang berisi cairan, dimana energi suara mengalami penguatan dalam proses ini. Telinga dalam berisi dua sistem sensorik berbeda: 1. Koklea : mengandung reseptor untuk mengubah gelombang suara menjadi impuls saraf sehingga kita dapat mendengar. 2. Aparatus vestibularis : bagian yang penting bagi sensasi keseimbangan. 6 22/04/2016
  • 7. 3. Mekanisme pendengaran Dimulai dari gelombang suara yang ditangkap oleh pinna(daun telinga) diteruskan/dihantarkan gelombang suara oleh meatus auditorius eksterna  membran timpani  di ubah menjadi getaran  koklea  merangsang reseptor rambut koklea  saraf sensorik melalui  implus  kemudian menerjemahkan sebagai suara 7 22/04/2016
  • 8. 4. Penyebab sinusitis a. Bakteri, virus dan infeksi hidung b. alergi atau polusi udara c. merokok d. Insfeksi virus flu / pilek. e. Dll. 8 22/04/2016
  • 9. 5. Fungsi penciuman • Pernafasan • menyaring udara atau debu/ kotoran • mengatur/ menghangatakn suhu tubuh dari udara yang terhirup • pelembapan urasa pernafasan • penampungan sekresi dari sinusitis, paranasalis dan ductus nasolacrimalis 9 22/04/2016
  • 10. 10 TAHAP IV STRUKTURISASI S. INDRA N.Cranialis lainnya N.auditorius Indra Penciuman Indra Yang lain Indra Pendengaran Telinga luar Telinga dalam Telinga tengah k e s e i m b a n g a n >.penglihatan >.pengecapan >.perabaan >. HIDUNG N.olfaktorius Pusat 22/04/2016
  • 11. TAHAP 5 LEARNING OBJEKTIF 1. Anatomi dan fisiologi dari telinga dan hidung. 2. Mekanisme pendengaran dan penciuman 3. Embriogenesis telinga dan hidung 4. Mekanisme keseimbangan (vestibulum) 5. Fungsi dari sinus paranasalis 11 22/04/2016
  • 12. 1. Anatomi dan fisiologi telinga dan hidung  Anatomi dan fisiologi telinga  Telinga luar :  Pinna  mengumpulkan gelombang suara  Meatus auditorius eksterna  menghantarkan gelombang suara ke membran timpani  Membran timpani  menghantarka getaran dari gelombang suara yang diterima. 12 22/04/2016Sherwood.Fisiologi Manusia.2011.Ed.6
  • 13.  Telinga Tengah:  Osikulus auditorius (maleus,inkus & stapes)  bergetar dan memicugerakan berbentuk gelombang di koklea. Telinga dalam:  Koklea mengandung sistem sensorik untuk mendengar. Terdapat organ corti.  Aparatus vestibularis mengandung sistem sensorik untuk keseimbangan dan memberi masukan yang penting bagi pemeliharaan postur dan keseimbangan. 13 22/04/2016Sherwood.Fisiologi Manusia.2011.Ed.6
  • 14. Telinga Telinga Luar : >. Pinna >. Meatus auditorius eksterna >. Membran Timpani Telinga tengah : >.Osikulus auditorius (maleus, inkus, stapes) Telinga Dalam >.Kokhlea >.Aparatus vestibularis 14 22/04/2016
  • 15. Hidung A. Hidung Luar. Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian- bagiannya dari atas ke bawah : 1. Pangkal hidung(bridge) 2. Dorsum nasi 3. Puncak hidung(apeks ) 4. Ala nasi 5. Kolumela 6. Lubang hidung ( nares anterior ) 15 22/04/2016
  • 16. Hidung luar dibentuk oleh tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari : 1. Sepasang os nasalis ( tulang hidung ) 2. Prosesus frontalis os maksila 3. Prosesus nasalis os frontalis 16 22/04/2016
  • 17. Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak dibagian bawah hidung, yaitu : 1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior 2. Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior ( kartilago alar mayor ) 3. Beberapa pasang kartilago alar minor 4. Tepi anterior kartilago septum nasi 17 22/04/2016
  • 18. Fungsi Hidung Jalan napas Udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, dan seterusnya. Pada ekspirasi terjadi hal sebaliknya. Alat pengatur kondisi udara (air condition-ing) Mukus pada hidung berfungsi untuk mengatur kondisi udara Penyaring udara Mukus pada hidung berfungsi sebagai penyaring dan pelindung udara inspirasi dari debu dan bakteri bersama rambut hidung, dan silia. Sebagai indra penghidu Fungsi utama hidung adalah sebagai organ penghidu, dilakukan oleh saraf olfaktorius. Untuk resonansi udara Fungsi sinus paranasal antara lain sebagai pengatur kondisi udara, sebgai penahan suhu, membantu keseimbangan kepala, membantu resonansi suara, sebagai peredam perubahan tekanan udara, membantu produksi mukus dan sebagainya. Turut membantu proses berbicara Refleksi nasal 18 22/04/2016
  • 19. 2. Mekanisme pendengaran dan penciuman A. Mekanisme Pendengaran Gelombang suara getaran membran timpani getaran osikulus auditorius(stapes) getaran struktur koklea pada jendela oval 19 22/04/2016Sherwood.Fisiologi Manusia.2011.Ed.6
  • 20. Mekanisme Penciuman Bau(odoran) diikat oleh silia di difusikan ke reseptor olfaktorius glomerulus menerima satu sinaps dari satu jenis reseptor bau sebelum di salurkan, glomerulus menyortir dan menyusun berbagai komponen suatu molekul odoriferosa sel mitral ke sistim limbik dan korteks serebri untuk pemrosesasan yang lebih lanjut 20 22/04/2016Sherwood.Fisiologi Manusia.2011.Ed.6
  • 21. 3. Embriogenesis telinga dan hidung A. Embriogenesis telinga Telinga Dalam Perkembangan telinga dimulai pada minggu ke empat, dimana terjadi penebalan pada surface ectoderm yang diinduksi oleh sinyal induksi dari paraxial mesoderm dan notochord. Kemudian setelah menebal, terbentuklah otic placode. Otic placode kemudian berinvaginasi dan terbenam ke surface ectoderm dan menembus jaringan mesenkim dan membentuk otic pit. Kedua ujung dari otic pit kemudian bersatu dan membentuk otic vesicle dan pada otic vesicle terjadi pertumbuhan diverticulum dan pemanjangan. Vesicle yang terus berkembang pada bagian ventralnya akan membentuk sacculus yang kemudian menggulung dan membentuk cochlear duct. Cochlear duct yang menggulung sekitar 2,5 putaran akan membentuk membran cochlear dan terdapat penghubung dengan sacculus yaitu ductus reuniens. Sedangkan pada bagian dorsal terjadi pembentukan dari endolymphatic duct, utricle dan semicircular duct dengan ampulla pada salah satu ujungnya. Stimulasi dari otic vesicle akan membuat mesenchyme di sekitarnya berkondensasi dan berdiferensiasi membentuk cartilagoneus otic capsule. Karena pembesaran dari membranous labirynth, vakuola muncul di cartilagoneus otic capsule dan segera membentuk perilymphatic space. Perilymphatic space yang berhubungan dengan cochlear duct berkembang menjadi dua bagian yaitu scala tympani dan scala vestibuli. Cartilagoneus otic capsule kemudian berosifikasi dan membentuk bony labyrinth di telinga dalam. 21 22/04/2016
  • 22. B. Telinga Tengah Bagian telinga tengah berkembang dari tubotympanic recess dari first pharingeal pouch. Bagian proksimalnya akan membentuk pharyngothympanic tube (auditory tube). Sedangkan bagian distalnya akan membentuk tympanic cavity yang nantinya akan meluas dan menyelimuti tulang kecil telinga tengah/ auditory ossicles (malleus, incus dan stapes), tendon dan ligament serta chorda thympani nerve 22 22/04/2016
  • 23. C. Telinga Luar ` Eksternal acoustic meatus terbentuk dari perkembangan first pharingeal groove bagian dorsal. Pada awal bulan ke tiga, terjadi proliferasi sel-sel epitel di bawah meatus yang nantinya akan membentuk sumbat meatus. Lalu pada bulan ke tujuh, sumbat meluruh dan lapisan epitel di lantai meatus berkembang menjadi gendang telinga definitif. Dimana gendang telinga itu dibentuk dari lapisan epitel ektoderm di dasar acoustic meatus, lapisan epitel endoderm di tympani cavity dan lapisan intermediate jaringan ikat yang membentuk stratum fibrosum. Sedangkan aurikula terbentuk dari hasil proliferasi mesenkim di ujung dorsal first and secondary pharyngeal arch yang mengelilingi first pharyngeal groove dan membentuk auricular hillock yang berjumlah tiga di masing-masing sisi eksternal acoustic meatus dan kemudian auricullar hillock akan bersatu lalu membentuk auricula definitif. Pada awalnya, telinga luar berada di regio leher bawah. Setelah terbentuk mandibula, telinga luar naik ke samping kepala setinggi dengan mata. 23 22/04/2016
  • 24. Embriologi hidung Pada akhir minggu ke-4, muncul prominensia fasialis (tonjolan wajah) yan g terutama terdiri dari mesenkim yang berasal dari Krista neuralis dan dibentukterutama oleh pasangan pertama lengkung faring. Di sebelah lateral dari stomedium (mulut primitif) dapat dibedakan prominensia maksilaris, dan prominensia mandibularis pada daerah kaudal. Prominensia frontonasalis dibentuk oleh mesenkim pada ventral dari vesikel otak, memebentuk batas atas stomedium. Di kedua sisi prominensia frontonasalais terbnetuk plakoda nasalis(olfaktoria). Selama minggu 5, plakoda nasalis (lempeng hidung) mengalami invaginasi memebentuk fovea nasalis (lekukan hidung). Dalam prosesnya, terbentuk suatu bubungan jaringan yang mengelilingi masing-masing lekukan dan membentuk prominensia nasalis. Selama minggu 6, fovea nasalis menjadi semakin dalam, sebagian karena penetrasi ke mesnkim di bawahnya. Mula-mula membrane oronasalis memisahkan kedua lekukan dari rongga mulut primitif melalui foramen yang baru terbentuk, koana primitif. Kedaua koana ini terletak di kedua sisi garis tengah dan tepat di belakang palatum primer. Kemudian, dengan terbentuknya palatum sekunder dan perkembangan lebih lanjut rongga hidung primitif, terbentuk koana definitive di taut antara rongga hidung dan faring. Sinus paranasal berkembang sebagai divertikulum dinding hidung lateral dan meluas ke dalam maksila, os etmoidale, os frontale, dan os sfenoidale. Sinus-sinus ini mencapai ukurannya yang maksimal selama pubertas dan ikut membentuk wajah yang definitif 24 22/04/2016
  • 26. 4. Mekanisme Keseimbangan 26 Proses keseimbangan dilakukan oleh saluran setengah lingkaran. Saluran ini mampu mendeteksi gerakan memutar kepala atau disebut keseimbangan rotasi. Selain itu, saluran setengah lingkaran juga mampu mendeteksi gerakan kepala tegak atau datar sehingga disebut keseimbangan gravitasi. Keseimbangan rotasi melibatkan tiga saluran setengah lingkaran yang saling membentuk sudut satu sama lainnya. Setiap bagian dasar dari ketiga saluran ini memiliki saluran agak membesar yang disebut ampula. Di dalam ampula terdapat sel-sel rambut yang tertanam di dalam gelatin yang disebut kupula. Setiap ampula mampu mendeteksi gerak rotasi kepala. Pada saat cairan di dalam tubuh di dalam saluran setengah lingkaran mengalir, kupula bergerak sesuai dengan arah aliran cairan sehingga menimbulkan impuls-impuls saraf. Selanjutnya, impuls- impuls saraf mengalir melalui saraf vestibular menuju ke otak. Gerakan cairan di dalam saluran setengah lingkaran secara terus menerus dapat menimbulkan rasa sakit. 22/04/2016
  • 27. 27 Keseimbangan gravitasi tergantung utrikulus dan sakulus, dan dua selaput kantong pada vestibulum. Kedua selaput kantong tersebut mengandung sel- sel rambut yang tertanam pada suatu gelatin yang disebut membran otolitik. Pada membran ini terdapat butiran-butiran kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut otolit. Utrikulus sangat sensitif terhadap gerakan naik turun. Pada saat tubuh diam, otolit di dalam utrikulus dan sakulus berada di atas sel-sel rambut. Namun, pada saat kepala menunduk atau tubuh bergerak tegak dan datar, posisi otolit berubah dan membran otolit membengkok. Akibatnya sel-sel rambut ikut membengkok sehingga menimbulkan impuls- impuls saraf yang dikirim ke otak melalui saraf vestibular. Selanjutnya,otak menginterpretasikan impuls- impuls saraf tersebut untuk menentukan posisi kepala. 22/04/2016
  • 28. 5. Sinus Paranasalis Sinus Paranasalis terbagi atas 4 :  Sinus Frontal  Sinus Ethmoid  Sinus Sphenoid  Sinus Maxillary 28 22/04/2016
  • 29. 29 A. Sinus Maksilaris - Terbentuk pada usia fetus bulan IV yang terbentuk dari prosesus maksilaris arcus I. - Bentuknya piramid, dasar piramid pada dinding lateral hidung, sedang apexnya pada pars zygomaticus maxillae. - Merupakan sinus terbesar dengan volume kurang lebih 15 cc pada orang dewasa. B. Sinus Ethmoidalis - Terbentuk pada usia fetus bulan IV. - Saat lahir, berupa 2-3 cellulae (ruang-ruang kecil), saat dewasa terdiri dari 7-15 cellulae, dindingnya tipis. - Bentuknya berupa rongga tulang seperti sarang tawon, terletak antara hidung dan mata C. Sinus Frontalis - Sinus ini dapat terbentuk atau tidak. - Tidak simetri kanan dan kiri, terletak di os frontalis. - Volume pada orang dewasa ± 7cc. - Bermuara ke infundibulum (meatus nasi media) D. Sinus Sphenoidalis - Terbentuk pada fetus usia bulan III. - Terletak pada corpus, alas dan Processus os sfenoidalis. - Volume pada orang dewasa ± 7 cc. 22/04/2016