1. Ibu membawa bayinya ke rumah sakit karena khawatir dengan bentuk daun telinga bayinya yang lebih besar dan menonjol.
2. Di ruang tunggu, ibu bertemu dengan nenek yang mengeluhkan pusing dan penurunan daya penciuman setelah terjatuh akibat kehilangan keseimbangan. Nenek pernah mengalami sinusitis.
3. Kedua kasus terkait dengan anatomi dan fisiologi telinga serta hidung.
1. - A N N I S A R A Z P A N D I A
-B E L A M A L I K A Y U S U F
-D A R A A S D I A
-F A H R U R R O Z I
-M U H A M M A D M I R Z A
-M . Z I K R Y F I R D A U S
-A U L A L I Z A
-R I N A M U T I A F A J A R
-S U C I I N D A H S A R I
-Z A U Z A N A B I L A
-F A I D I L A K B A R
KELOMPOK 6
1
22/04/2016
2. SKENARIO 6
CERITA DI RUANG TUNGGU RSUDZA
Seorang ibu berusia 40 tahun beberapa bulan yang lalu melahirkan
seorang bayi perempuan. Ibu tersebut heren dengan bentuk daun telinga
putrinya yang lebih besar dan menonjol. Dia menyampaikan hal tersebut
kepada anaknya Hadi yang saat ini sedang belajar di fakultas kedokteran
ABULYATAMA. Hadi mengatakan bahwa ibunya tidak perlu khawatir
karena bentuk daun telinga yang di miliki adiknya itu di kenal dengan
istilah “bats ear” dan tidak akan mempengaruhi fungsi pendengaran.
Atas saran Hadi, ibu kemudian membawa adiknya ke RSUDZA
untuk berkonsultasi mengenai tindakan apa yang mungkin dilakukan
agar bentuk daun telinga menjadi normal. Di ruang tunggu rumah sakit,
ibunya bertemu dengan nenek Sarah yang bercerita bahwa beberapa hari
yang lalu ia seperti kehilangan keseimbangan sehingga terjatuh di kamar
mandi karena mengalami pusing dan merasakan ruangan berputar.
Setelah kejadian tersebut, ia merasakan daya penciumannya berkurang.
Nenek sarah juga mengatakan bahwa ia pernah datang berobat kesini
beberapa waktu yang lalu karena sinusitis yang di deritanya.
Bagaimana anda menjelaskan kejadian di atas?
2
22/04/2016
3. TAHAP 1. IDENTIFIKASI ISTILAH
1. Bats ear (kuping caplang) kelainan congenital
dimana bentuk daun telinga tidak normal yaitu
lebih besar dan berdiri
2. Pusing sensasi berputar atau vertigo
3. Sinusitis inflamasi atau peradangan pada
mukosa atau selaput lendir sinus (dinding sinus)
yang disebabkan oleh infeksi virus/bakteri gejala
pada
4. Telinga suatu organ yang memiliki fungsi
sebagai pendengaran, dan keseimbangan tubuh
3
22/04/2016
4. TAHAP II IDENTIFIKASI MASALAH
1. Sebutkan bagian bagian dari telinga?
2. Apa fungsi dari telinga?
3. Bagaimana mekanisme pendengaran ?
4. Apa penyebab sinusitis ?
5. Apa fungsi dari penciuman ?
4
22/04/2016
5. TAHAP III ANALISA MASALAH
1. BAGIAN BAGIAN TELINGA.
Bagian telinga luar
Terdiri dari : daun telinga, meatus auditorius
(lubang telinga) membran timpani
Bagian telinga tengah
Terdiri dari : tulang pendengaran (maleus, inkus
dan stapes) fungsi untuk menghantarkan
getaran ke telinga dalam
Bagian telinga dalam
Terdiri dari : koklea, vestibulum , saraf auditori
5
22/04/2016
6. 2. Fungsi telinga
Fungsi telingan secara umum mencangkup untuk
pendengaran dan keseimbangan. Bagian luar dan
tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari
udara ke telinga dalam yang berisi cairan, dimana
energi suara mengalami penguatan dalam proses ini.
Telinga dalam berisi dua sistem sensorik berbeda:
1. Koklea : mengandung reseptor untuk mengubah
gelombang suara menjadi impuls saraf sehingga kita
dapat mendengar.
2. Aparatus vestibularis : bagian yang penting bagi
sensasi keseimbangan.
6
22/04/2016
7. 3. Mekanisme pendengaran
Dimulai dari gelombang suara yang ditangkap oleh
pinna(daun telinga) diteruskan/dihantarkan
gelombang suara oleh meatus auditorius
eksterna membran timpani di ubah
menjadi getaran koklea merangsang reseptor
rambut koklea saraf sensorik melalui implus
kemudian menerjemahkan sebagai suara
7
22/04/2016
8. 4. Penyebab sinusitis
a. Bakteri, virus dan infeksi hidung
b. alergi atau polusi udara
c. merokok
d. Insfeksi virus flu / pilek.
e. Dll.
8
22/04/2016
9. 5. Fungsi penciuman
• Pernafasan
• menyaring udara atau debu/ kotoran
• mengatur/ menghangatakn suhu tubuh dari udara
yang terhirup
• pelembapan urasa pernafasan
• penampungan sekresi dari sinusitis, paranasalis dan
ductus nasolacrimalis
9
22/04/2016
10. 10
TAHAP IV STRUKTURISASI
S. INDRA
N.Cranialis
lainnya
N.auditorius
Indra
Penciuman
Indra Yang lain
Indra
Pendengaran
Telinga
luar
Telinga
dalam
Telinga
tengah
k
e
s
e
i
m
b
a
n
g
a
n
>.penglihatan
>.pengecapan
>.perabaan
>. HIDUNG
N.olfaktorius
Pusat
22/04/2016
11. TAHAP 5 LEARNING OBJEKTIF
1. Anatomi dan fisiologi dari telinga dan hidung.
2. Mekanisme pendengaran dan penciuman
3. Embriogenesis telinga dan hidung
4. Mekanisme keseimbangan (vestibulum)
5. Fungsi dari sinus paranasalis
11
22/04/2016
12. 1. Anatomi dan fisiologi telinga dan
hidung
Anatomi dan fisiologi telinga
Telinga luar :
Pinna mengumpulkan
gelombang suara
Meatus auditorius eksterna
menghantarkan gelombang suara
ke membran timpani
Membran timpani
menghantarka getaran dari
gelombang suara yang diterima.
12
22/04/2016Sherwood.Fisiologi Manusia.2011.Ed.6
13. Telinga Tengah:
Osikulus auditorius (maleus,inkus & stapes)
bergetar dan memicugerakan berbentuk gelombang di
koklea.
Telinga dalam:
Koklea mengandung sistem sensorik untuk mendengar.
Terdapat organ corti.
Aparatus vestibularis mengandung sistem sensorik untuk
keseimbangan dan memberi masukan yang penting bagi
pemeliharaan postur dan keseimbangan.
13 22/04/2016Sherwood.Fisiologi Manusia.2011.Ed.6
14. Telinga
Telinga Luar :
>. Pinna
>. Meatus auditorius
eksterna
>. Membran Timpani
Telinga tengah :
>.Osikulus auditorius
(maleus, inkus, stapes)
Telinga Dalam
>.Kokhlea
>.Aparatus vestibularis
14
22/04/2016
15. Hidung
A. Hidung Luar.
Hidung luar berbentuk
piramid dengan bagian-
bagiannya dari atas ke
bawah :
1. Pangkal hidung(bridge)
2. Dorsum nasi
3. Puncak hidung(apeks )
4. Ala nasi
5. Kolumela
6. Lubang hidung ( nares
anterior )
15
22/04/2016
16. Hidung luar dibentuk oleh tulang dan tulang
rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan
beberapa otot yang berfungsi untuk melebarkan
atau menyempitkan lubang hidung.
Kerangka tulang terdiri dari :
1. Sepasang os nasalis ( tulang hidung )
2. Prosesus frontalis os maksila
3. Prosesus nasalis os frontalis
16 22/04/2016
17. Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari
beberapa pasang tulang rawan yang terletak
dibagian bawah hidung, yaitu :
1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior
2. Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (
kartilago alar mayor )
3. Beberapa pasang kartilago alar minor
4. Tepi anterior kartilago septum nasi
17 22/04/2016
18. Fungsi Hidung
Jalan napas Udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi
konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, dan
seterusnya. Pada ekspirasi terjadi hal sebaliknya.
Alat pengatur kondisi udara (air condition-ing) Mukus pada hidung berfungsi
untuk mengatur kondisi udara
Penyaring udara Mukus pada hidung berfungsi sebagai penyaring dan
pelindung udara inspirasi dari debu dan bakteri bersama rambut hidung, dan
silia.
Sebagai indra penghidu Fungsi utama hidung adalah sebagai organ penghidu,
dilakukan oleh saraf olfaktorius.
Untuk resonansi udara Fungsi sinus paranasal antara lain sebagai pengatur
kondisi udara, sebgai penahan suhu, membantu keseimbangan kepala,
membantu resonansi suara, sebagai peredam perubahan tekanan udara,
membantu produksi mukus dan sebagainya.
Turut membantu proses berbicara
Refleksi nasal
18
22/04/2016
19. 2. Mekanisme
pendengaran
dan penciuman
A. Mekanisme
Pendengaran
Gelombang suara
getaran membran
timpani getaran
osikulus
auditorius(stapes)
getaran struktur
koklea pada jendela
oval
19
22/04/2016Sherwood.Fisiologi Manusia.2011.Ed.6
20. Mekanisme
Penciuman
Bau(odoran) diikat oleh
silia di difusikan ke
reseptor olfaktorius
glomerulus menerima
satu sinaps dari satu jenis
reseptor bau sebelum di
salurkan, glomerulus
menyortir dan menyusun
berbagai komponen suatu
molekul odoriferosa sel
mitral ke sistim limbik
dan korteks serebri untuk
pemrosesasan yang lebih
lanjut
20
22/04/2016Sherwood.Fisiologi Manusia.2011.Ed.6
21. 3. Embriogenesis telinga dan hidung
A. Embriogenesis telinga
Telinga Dalam
Perkembangan telinga dimulai pada minggu ke empat, dimana terjadi penebalan pada surface
ectoderm yang diinduksi oleh sinyal induksi dari paraxial mesoderm dan notochord. Kemudian
setelah menebal, terbentuklah otic placode. Otic placode kemudian berinvaginasi dan terbenam ke
surface ectoderm dan menembus jaringan mesenkim dan membentuk otic pit. Kedua ujung dari otic
pit kemudian bersatu dan membentuk otic vesicle dan pada otic vesicle terjadi pertumbuhan
diverticulum dan pemanjangan.
Vesicle yang terus berkembang pada bagian ventralnya akan membentuk sacculus yang kemudian
menggulung dan membentuk cochlear duct. Cochlear duct yang menggulung sekitar 2,5 putaran akan
membentuk membran cochlear dan terdapat penghubung dengan sacculus yaitu ductus reuniens.
Sedangkan pada bagian dorsal terjadi pembentukan dari endolymphatic duct, utricle dan semicircular
duct dengan ampulla pada salah satu ujungnya.
Stimulasi dari otic vesicle akan membuat mesenchyme di sekitarnya berkondensasi dan
berdiferensiasi membentuk cartilagoneus otic capsule. Karena pembesaran dari membranous
labirynth, vakuola muncul di cartilagoneus otic capsule dan segera membentuk perilymphatic space.
Perilymphatic space yang berhubungan dengan cochlear duct berkembang menjadi dua bagian yaitu
scala tympani dan scala vestibuli. Cartilagoneus otic capsule kemudian berosifikasi dan membentuk
bony labyrinth di telinga dalam.
21
22/04/2016
22. B. Telinga Tengah
Bagian telinga tengah berkembang dari
tubotympanic recess dari first pharingeal pouch.
Bagian proksimalnya akan membentuk
pharyngothympanic tube (auditory tube). Sedangkan
bagian distalnya akan membentuk tympanic cavity
yang nantinya akan meluas dan menyelimuti tulang
kecil telinga tengah/ auditory ossicles (malleus,
incus dan stapes), tendon dan ligament serta chorda
thympani nerve
22
22/04/2016
23. C. Telinga Luar
` Eksternal acoustic meatus terbentuk dari perkembangan first
pharingeal groove bagian dorsal. Pada
awal bulan ke tiga, terjadi proliferasi sel-sel epitel di bawah meatus
yang nantinya akan membentuk sumbat meatus. Lalu pada bulan ke tujuh,
sumbat meluruh dan lapisan epitel di lantai meatus berkembang menjadi
gendang telinga definitif. Dimana gendang telinga itu dibentuk dari lapisan
epitel ektoderm di dasar acoustic meatus, lapisan epitel endoderm di
tympani cavity dan lapisan intermediate jaringan ikat yang membentuk
stratum fibrosum. Sedangkan aurikula terbentuk dari hasil proliferasi
mesenkim di ujung dorsal first and secondary pharyngeal arch yang
mengelilingi first pharyngeal groove dan membentuk auricular hillock yang
berjumlah tiga di masing-masing sisi eksternal acoustic meatus dan
kemudian auricullar hillock akan bersatu lalu membentuk auricula
definitif.
Pada awalnya, telinga luar berada di regio leher bawah. Setelah
terbentuk mandibula, telinga luar naik ke samping kepala setinggi dengan
mata.
23
22/04/2016
24. Embriologi hidung
Pada akhir minggu ke-4, muncul prominensia fasialis (tonjolan wajah) yan g terutama
terdiri dari mesenkim yang berasal dari Krista neuralis dan dibentukterutama oleh pasangan
pertama lengkung faring. Di sebelah lateral dari stomedium (mulut primitif) dapat dibedakan
prominensia maksilaris, dan prominensia mandibularis pada daerah kaudal. Prominensia
frontonasalis dibentuk oleh mesenkim pada ventral dari vesikel otak, memebentuk batas atas
stomedium. Di kedua sisi prominensia frontonasalais terbnetuk plakoda nasalis(olfaktoria).
Selama minggu 5, plakoda nasalis (lempeng hidung) mengalami invaginasi memebentuk
fovea nasalis (lekukan hidung). Dalam prosesnya, terbentuk suatu bubungan jaringan yang
mengelilingi masing-masing lekukan dan membentuk prominensia nasalis.
Selama minggu 6, fovea nasalis menjadi semakin dalam, sebagian karena penetrasi ke
mesnkim di bawahnya. Mula-mula membrane oronasalis memisahkan kedua lekukan dari
rongga mulut primitif melalui foramen yang baru terbentuk, koana primitif. Kedaua koana ini
terletak di kedua sisi garis tengah dan tepat di belakang palatum primer. Kemudian, dengan
terbentuknya palatum sekunder dan perkembangan lebih lanjut rongga hidung primitif,
terbentuk koana definitive di taut antara rongga hidung dan faring.
Sinus paranasal berkembang sebagai divertikulum dinding hidung lateral dan meluas ke
dalam maksila, os etmoidale, os frontale, dan os sfenoidale. Sinus-sinus ini mencapai
ukurannya yang maksimal selama pubertas dan ikut membentuk wajah yang definitif
24
22/04/2016
26. 4. Mekanisme Keseimbangan
26
Proses keseimbangan dilakukan oleh saluran setengah lingkaran. Saluran
ini mampu mendeteksi gerakan memutar kepala atau disebut keseimbangan rotasi.
Selain itu, saluran setengah lingkaran juga mampu mendeteksi gerakan kepala
tegak atau datar sehingga disebut keseimbangan gravitasi.
Keseimbangan rotasi melibatkan tiga saluran setengah lingkaran yang
saling membentuk sudut satu sama lainnya. Setiap bagian dasar dari ketiga saluran
ini memiliki saluran agak membesar yang disebut ampula. Di dalam ampula
terdapat sel-sel rambut yang tertanam di dalam gelatin yang disebut kupula. Setiap
ampula mampu mendeteksi gerak rotasi kepala. Pada saat cairan di dalam tubuh di
dalam saluran setengah lingkaran mengalir, kupula bergerak sesuai dengan arah
aliran cairan sehingga menimbulkan impuls-impuls saraf. Selanjutnya, impuls-
impuls saraf mengalir melalui saraf vestibular menuju ke otak. Gerakan cairan di
dalam saluran setengah lingkaran secara terus menerus dapat menimbulkan rasa
sakit.
22/04/2016
27. 27
Keseimbangan
gravitasi tergantung utrikulus dan
sakulus, dan dua selaput kantong
pada vestibulum. Kedua selaput
kantong tersebut mengandung sel-
sel rambut yang tertanam pada
suatu gelatin yang disebut
membran otolitik. Pada membran
ini terdapat butiran-butiran
kalsium karbonat (CaCO3) yang
disebut otolit. Utrikulus sangat
sensitif terhadap gerakan naik
turun.
Pada saat tubuh diam,
otolit di dalam utrikulus dan
sakulus berada di atas sel-sel
rambut. Namun, pada saat kepala
menunduk atau tubuh bergerak
tegak dan datar, posisi otolit
berubah dan membran otolit
membengkok. Akibatnya sel-sel
rambut ikut membengkok
sehingga menimbulkan impuls-
impuls saraf yang dikirim ke otak
melalui saraf vestibular.
Selanjutnya,otak
menginterpretasikan impuls-
impuls saraf tersebut untuk
menentukan posisi kepala.
22/04/2016
29. 29
A. Sinus Maksilaris
- Terbentuk pada usia fetus bulan IV yang terbentuk dari prosesus maksilaris
arcus I.
- Bentuknya piramid, dasar piramid pada dinding lateral hidung, sedang
apexnya pada pars zygomaticus maxillae.
- Merupakan sinus terbesar dengan volume kurang lebih 15 cc pada orang
dewasa.
B. Sinus Ethmoidalis
- Terbentuk pada usia fetus bulan IV.
- Saat lahir, berupa 2-3 cellulae (ruang-ruang kecil), saat dewasa terdiri dari 7-15
cellulae, dindingnya tipis.
- Bentuknya berupa rongga tulang seperti sarang tawon, terletak antara hidung
dan mata
C. Sinus Frontalis
- Sinus ini dapat terbentuk atau tidak.
- Tidak simetri kanan dan kiri, terletak di os frontalis.
- Volume pada orang dewasa ± 7cc.
- Bermuara ke infundibulum (meatus nasi media)
D. Sinus Sphenoidalis
- Terbentuk pada fetus usia bulan III.
- Terletak pada corpus, alas dan Processus os sfenoidalis.
- Volume pada orang dewasa ± 7 cc.
22/04/2016