4. Pendahuluan
Stroke adalah gangguan otak
fokal ataupun global yang terjadi secara
mendadak karena gangguan vaskular dan
dapat menyebabkan kematian dalam 24
jam atau lebih. Stroke merupakan
penyebab kecacatan nomor satu dan
penyebab kematian nomor tiga di dunia
setelah penyakit jantung dan kanker baik di
negara maju maupun negara berkembang.
5. 7,0%
pada tahun
2013
10,9%
pada
tahun
2018 7,7%
pada tahun
2013
11,8%
pada
tahun
2018
Indonesia Jawa Tengah
hasil Riset Kesehatan Dasar
Data dari World Stroke Organization menunjukkan bahwa setiap tahunnya ada 13,7 juta kasus
baru penyakit stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi akibat stroke.
Stroke hemoragik yang didominasi oleh gejala peningkatan TIK membutuhkan penanganan segera sebagai tindakan life-
saving. Penegakan diagnosis pada stroke hemoragik sangat penting untuk memberikan terapi yang efektif.
7. ● Nama : Tn. S
● Umur : 54 tahun
● Jenis Kelamin : Laki-laki
● MR : 00.16.19.62
● Alamat : Jl. Sirkaya 6/9 Tambakreja
● Pekerjaan : Wiraswasta
● Status Perkawinan : Kawin
● Agama : Islam
● Suku : Jawa
● Tanggal pemeriksaan : 05 maret 2023
Identitas Pasien
8. Anamnesis
• Kelemahan anggota gerak sebelah kiri
Keluhan Utama
• nyeri kepala
Keluhan Tambahan
• Pasien dibawa ke IGD RSU Santa Maria pada hari
Jumat, 03 Maret 2023 pukul 12.01 wib dengan keluhan
kelemahan anggota gerak sebelah kiri sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit. Tangan kiri sama
lemahnya dengan kaki kiri. Usaha untuk menggerakkan
ada, mampu digerakkan secara minimal namun tidak
bisa menopang tubuh sehingga pasien tidak mampu
melakukan aktivitas biasanya. Keluhan ini belum
pernah dialami pasien sebelumnya. Keluhan disertai
dengan nyeri kepala sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan memberat ketika beraktivitas dan diperingan
saat istirahat. Berdasarkan skala Visual Analog Scale
(VAS) pasien terkategori skala 3 yaitu nyeri ringan.
Pasien lemas. Mual muntah disangkal.
Riwayat Penyakit
Sekarang
9. Riwayat penyakit
dahulu
• Hipertensi tidak
terkontrok sejak 2
tahun yang lalu
• Diabetes Mellitus.
Riwayat penyakit
keluarga
• Tidak ada
anggota keluarga
yang mengalami
hal sama dengan
pasien
Riwayat
pemakaian obat
• Riwayat
mengkonsumsi
obat hipertensi
dari puskesmas
namun tidak
teratur
Riwayat
kebiasaan sosial
• Pasien
merupakan
seorang pekerja
wiraswasta.
Konsumsi alkohol
disangkal.
11. Status Generalis
Kulit
1. Warna : Sawo matang
2. Turgor : Baik
3. Sianosis : Tidak ada
4. Ikterus : Tidak ada
5. Oedema : Tidak ada
6. Anemia : Tidak ada
Kepala
1. Rambut : Putih, distribusi merata
2. Wajah : Simetris, tidak dijumpai deformitas dan tidak edema
3. Mata : Konjunctiva pucat (-/-), sclera ikterik (-/-), reflex cahaya
langsung (+/+), reflex cahaya tidak langsung (+/+), pupil isokor 2 mm/2 mm
4. Telinga : Sekret (-/-), darah (-/-)
5. Hidung : Sekret (-/-), darah (-/-)
6. Mulut : Afasia (-), sariawan (+), sianosis (-)
Leher
1. Inspeksi : Simetris
2. Palpasi : Pembesaran KGB
(-), distensi vena jugularis (-)
12. Status Generalis
Thorax
Paru
1. Inspeksi: Bentuk simetris kanan dan kiri, pergerakan
dada sama
2. Palpasi : Tidak ada benjolan
3. Perkusi : Sonor
4. Aukultasi: Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
1. Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat
2. Palpasi : Ictus cordis teraba
3. Perkusi : Batas atas jantung di ICS II, kanan di LPSD, kiri
di LMCS
4. Auskultasi: BJ I/II normal, bising jantung (-), Gallop (-)
13. Status Generalis
Abdomen
1. Inspeksi : Simetris, perut datar
2. Palpasi : Defans muscular (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
3. Perkusi : Timpani, Shifting dullness (-)
4. Auskultasi : Peristaltik usus normal
Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelenjar limfe : Pemeriksaan KGB (-)
Ekstremitas : Akral hangat
Superior Inferior
kanan kiri kanan kiri
Sianosis - - - -
Oedema - - - -
Fraktur - - - -
Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
14. Status Neurologis
1. GCS E4M6V5
2. Pupil
Kanan Kiri
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 2 mm 2mm
Reflek cahaya langsung + +
Reflek cahaya tidak langsung + +
3. Tanda rangsang meningeal
Kanan Kiri
Kaku kuduk - -
Kernig Sign - -
Laseque Sign - -
Brundzinky 1
Brundzinky 2
Brundzinky 3
Brundzinky 4
-
-
-
-
-
-
-
-
15. 4. Pemeriksaan Nervus Cranialis
Kanan Kiri
N.I (Olfaktorius) + +
N.II (Optikus)
Visus 1/60 1/60
Lapang pandang Normal Normal
Warna Normal Normal
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N.III IV VI
(Okulomotorius, Trochlearis, Abducens)
M.rectus medius Normal Normal
M.rectus superior Normal Normal
M.rectus inferior Normal Normal
M.Obliqus inferior Normal Normal
M.levator palpebra Normal Normal
M.obliqus superior Normal Normal
N.V (Trigeminus)
-Sensorik
V1
V2
V3
Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
-Motorik
1. Membuka Mulut
2. Menggigit dan mengunyah
Normal
+
-
Normal
+
+
16. 4. Pemeriksaan Nervus Cranialis
N. VII (Fasialis)
-Sensorik
-Motorik
1. Mengangkat alis
2. Menutup mata
3. Mengembungkan pipi
4. Menyeringai
Tidak ada kelainan
Terdapat kelainan
+
+
-
-
Tidak ada kelainan
Normal
+
+
+
+
N.VIII
(Vestibularis
Cochlearis)
Rhinne
Weber
Swabach
Tidak dilakukan pemeriksaan
N.IX & N.X (Glossofaringeus, Vagus)
Reflek menelan
Reflek batuk
Reflek muntah
Arcus faring
Normal
Normal
Normal
Simetris
Posisi uvula
Pengecapan 1/3 posterior lidah
Normal, deviasi (-)
Tidak dilakukan pemeriksaan
N.XI (Aksesorius)
-M.sternocleido-mastoideus
-M.trapezius
Menoleh normal
Dapat mengangkat bahu dengan gerakan minnimal
N.XII (Hipoglossus) Lidah tidak deviasi dan tidak ada atrofi.
17. 5. Fungsi Motorik
Kanan Kiri
Kekuatan
Ekstremitas atas 5555 3333
Ekstremitas bawah 5555 3333
Tonus
Ekstermitas atas Eutonus Eutonus
Ekstremitas bawah Eutonus Eutonus
Trofi
Ekstremitas atas Eutropi Eutropi
Ekstremitas bawah Eutropi Eutropi
Klonus
Ekstremitas atas
Eksremitas bawah
Normal
Normal
Normal
Normal
Refleks
Fisiologis
Biceps
Triceps
Patella
Achilles
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Patologis
Hoffmann-tromner
Babinski
Chaddok
Gordon
Gonda
Oppenheim
Schaeffer
Rosolimo
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
18. 6. Fungsi Sensorik
Kanan Kiri
Raba halus
Ekstremitas atas Normoestesia Normoestesia
Ekstremitas bawah Normoestesia Normoestesia
Nyeri
Ekstremitas atas Normoestesia Normoestesia
Ekstremitas bawah Normoestesia Normoestesia
Suhu
Ekstremitas atas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ekstremitas bawah
Getar
Ekstremitas atas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ekstremitas bawah
Proprioseptif
Ekstremitas atas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ekstremitas bawah
19. 6. Fungsi Sensorik
Kanan Kiri
Raba halus
Ekstremitas atas Normoestesia Normoestesia
Ekstremitas bawah Normoestesia Normoestesia
Nyeri
Ekstremitas atas Normoestesia Normoestesia
Ekstremitas bawah Normoestesia Normoestesia
Suhu
Ekstremitas atas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ekstremitas bawah
Getar
Ekstremitas atas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ekstremitas bawah
Proprioseptif
Ekstremitas atas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ekstremitas bawah
7. Fungsi Otonom
◦ BAK : Inkontinensia Urine (+) Retensi (-) Anuria (-)
◦ BAB : Inkontinensia Alvi (-) Retensi (-)
◦ Keringat: normal
20. Mini-Mental State Exam (MMSE)
◦Nilai: 24 -30: normal
◦Nilai: 17-23 : probable gangguan kognitif
◦Nilai: 0-16:definite gangguan kognitif
Nilai
Nilai
Tes maks.
Item
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? 5 5
2 Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), (lantai/kamar) 5 5
REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda ( jeruk, uang, mawar), tiap benda 1 detik, pasien disuruh 3 3
mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi
sampai
pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. 5 2
Atau disuruh mengeja terbalik kata “ WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar sebelum
kesalahan; misalnya uyahw=2 nilai)
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3 0
BAHASA
6 Pasien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan ( pensil, arloji) 2 2
7 Pasien diminta mengulang rangkaian kata :” tanpa kalau dan atau tetapi ” 1 1
8 Pasien diminta melakukan perintah: “ Ambil kertas ini dengan tangan kanan, lipatlah menjadi 3 3
dua dan letakkan di lantai”.
9 Pasien diminta membaca dan melakukan perintah “Angkatlah tangan kiri anda” 1 1
10 Pasien diminta menulis sebuah kalimat (spontan) 1 0
Skor Total 30 23
Skor Siriraj
Rumus : (2.5 x tingkat kesadaran) + (2 x muntah) + (2
x pusing) + (0.1 x tekanan darah diastolik) - (3x atheroma
markers) – 12
= (2.5x0) + (2x0) + (2x1) + (0.1x100) – (3x1) -12
= 0 + 0 + 2 + 10 - 3 – 12 = -3
Dengan hasil sebagai berikut:
• SS > 1 = Stroke Hemoragik
• -1 > SS > 1 = Perlu pemeriksaan penunjang (Ct- Scan)
• SS < -1 = Stroke Non Hemoragik
21. Pemeriksaan
Penunjang
03 Maret 2023
HEMATOLOGI KLINIK
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI RUTIN
Hb 16.20 13,2-17,3 g/dL
Eritrosit 5,22 4,33-5,78 x 106/µL
Leukosit 8,88 5-11,6 x103/ µL
Hematokrit 47.80 39,9-53,9 %
INDEX ERITROSIT
MCV 91,60 84-98 fl
MCH 31.00 27.5-32.4 pg
MCHC 33.90 g/dl 31.7-34.2 g/dl
RDW 13.06 % 11-15
Trombosit 244.00 156-342 x 103 /µL
22. 04 Maret 2023
KARBOHIDRAT
Glukasa darah puasa 241 mg/dL
Glukosa darah sewaktu 266 mg/dL
FUNGSI GINJAL
Kreatinin 0.96 mg/dL
Ureum 18.00 mg/dL
Asam Urat 3.82 mg/dL
30. Stroke adalah sebuah episode disfungsi
neurologis akut yang diduga disebabkan oleh iskemia
atau perdarahan yang bertahan ≥24 jam atau hingga
menyebabkan kematian.
Stroke
31. Stroke hemoragik
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak.
intracerebral hemorrhage
(ICH)
kumpulasn darah fokal di
dalam parenkim otak atau
sistem ventrikel yang tidak
disebabkan oleh trauma.
subarachnoid hemorrhage
(SAH)
perdarahan yang terjadi di
ruang subarachnoid
(ruang antara membran
arachnoid dan piamater).
32. Tidak dapat diubah Dapat diubah
• Umur
• Jenis kelamin
• Ras
• Faktor keturunan
• Hipertensi
• Diabetes mellitus
• Merokok
• Hiperkolesterolemia
• Obesitas
• Penggunaan alkohol
• Penyalahgunaan narkotika
• Pemakaian obat kontrasepsi
• stress
Etiologi/Faktor risiko
Penyebab stroke hemoragik paling umum adalah hipertensi.
Stroke hemoragik
33. 12% hingga 15% kasus
per 100.000 per tahun
Insidensi stroke hemoragik
Insidennya tinggi di negara bepenghasilan rendah dan menengah, lebih sering pada orang
Asia, jenis kelamin laki-laki dan mingkat seiring bertambahnya usia.
Epidemiologi
Stroke hemoragik
34. Kontribusi stroke hemoragik terhadap kejadian stroke tiap tahunnya
10-20%
18-24%
Persentase stroke hemoragik di Jepang dan Korea
8-15%
Persentase stroke hemoragik di Amerika Serikat, Inggris dan Australia
Stroke hemoragik
35. Indonesia
• Penderita stroke di Indonesia lebih
banyak terjadi pada penduduk di
perkotaan (12,6%) dibandingkan
penduduk di pedesaan (8,8%).
• Insiden stroke semakin meningkat di
Indonesia dari tahun 2013 yaitu 7,0%
menjadi 10,9% pada tahun 2018
• daerah Jawa Tengah juga mengalami
peningkatan prevalensi stroke yaitu
7,7% pada tahun 2013 menjadi 11,8%
pada tahun 2018
Stroke hemoragik
36. Patofisiologi
Perdarahan di otak akan merusak jaringan otak di sekitarnya akibat
tekanan langsung dari lesi yang meluas secara akut yang dipicu oleh hematoma dan
produk darah yang dimetabolisme. Efek tekanan langsung dapat mencakup kompresi
lokal jaringan otak di sekitarnya dan cedera mekanis yang lebih luas yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan intrakranial, hidrosefalus, atau herniasi.
Cedera primer disebabkan oleh
kompresi jaringan oleh hematoma dan
peningkatan tekanan intrkranial.
Cedera sekunder disebabkan oleh
peradangan, Gangguan blood-brain
barrier (BBB), edema, produksi radikal
bebas seperti reaxtive oxygen species
(ROS) yang berlebihan, dan pelepasan
hemoglobin dan besi dari bekuan.
Stroke hemoragik
37. Diagnosis
Anamnesis
Gejala klinis atau keluhan
yang biasanya mucul terdiri
dari defisit neurologis fokal
dengan onset mendadak.
Penurunan tingkat
kesadaran, muntah, sakit
kepala, kejang dan
tekanan darah yang sangat
tinggi
• pengukuran tanda vital
termasuk airway breathing
circulation, tingkat
kesadaran, dan
pemeriksaan fisik umum
neurologis
• pemeriksaan kepala, telinga,
hidung dan tenggorokan
(THT), serta ekstremitas.
Pemeriksaan ekstremitas
digunakan untuk mencari
edema tungkai yang
diakibatkan trombosis vena.
• Computerized tomography
(CT).
• magnetic resonance imaging
(MRI)
• Gradient Echo (GRE)
• Extravasasi dari Contrast in
CT Angiogram (CTA)
• Multidetector CT
angiography (MDCTA)
• Noncontrast computerized
tomography (NCCT)
Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan
penunjang
Stroke hemoragik
38. ● Tatalaksana awal: stabilisasi jalan nafas untuk menghindari hipoksia
● Penurunan tekanan darah sistolik dengan target 130-140 mmHg. Mulai sesegera mungkin
dengan titrasi antihipertensi dengan hati-hati
● Peningkatan TIK: meninggikan kepala tempat tidur hingga 30 derajat dan pemberian agen
osmotik seperti manitol, salin hipertonik. Manitol 20% diberikan dengan dosis
1,0 hingga 1,5 g/kg.
● Hidrosefalus: Kateter ventrikel untuk drainase cairan serebrospinal (CSF)
● Koreksi koagulopati: Penghentian warfarin dan pemberian vitamin K secara intravena (IV)
● Pembedahan: kraniotomi, kraniektomi dekompresi, aspirasi stereotaktik, aspirasi
endoskopi, dan aspirasi kateter.
Tatalaksana
Stroke hemoragik
39. Skor ini akan menentukan
tingkat mortalitas dalam 30 hari,
yairu sebagai berikut: 0% untuk
skor 0; 13% untuk skor 1; 26%
untuk skor 2, 72% untuk skor 3,
97% untuk skor 4, dan 100%
untuk skor 5 dan 6.
Prognosis
Stroke hemoragik
41. Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau
kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran
darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan
oksigen di jaringan otak.
Stroke iskemik
42. Etiologi/faktor risiko
Stroke iskemik
Tidak dapat dimodifikasi
• Usia (semakin menigkat
usia, semakin besar
faktor risikonya)
• Jenis kelamin (pria lebih
banyak)
• Herediter (riwayat
penyakit dalam keluarga)
• Ras atau etnik (orang
kulit hitam lebih banyak
dibanding kulit putih)
Dapat dimodifikasi
• Riwayat stroke
• Hipertensi
• Penyakit jantung
• Diabetes melitus
• TIA
• Hieprkolesterol
• Obesitas
• Merokok
43. Berdasarkan perjalanan klinis
Klasifikasi
Stroke iskemik
TIA (Transient
Ischemic Attack)
<24 jam
RIND (Reversible
Ischemic
Neurologic Deficit)
>24 jam, < 21 hari
Stroke in Evolution
semakin parah
dari waktu ke
waktu
Completed Stroke
45. Proses patologik yang sering mendasari dari berbagi proses yang terjadi
di dalam pembuluh darah yang memperdarhai otak diantaranya dapat
berupa:
● Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti pada
aterosklerosis dan thrombosis
● Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya
syok atau hiperviskositas darah
● Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang
berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium
Patofisiologi
Stroke iskemik
46. Anamnesis
• Gejala klinis
tersering yang
terjadi yaitu
hemiparese
• Tingkat kesadaran
• Bicara
• Orientasi
• Pengetahuan kejadian
• kejadian mutakhir
• Respons emosional
• Daya ingat
• Berhitung
• Pengenalan benda
• EKG
• CT Scan
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
Diagnosis
Stroke iskemik
47.
48. ● Pengobatan terhadap hipertensi pada stroke akut
● Obat yang menyebabkan hipertensi tidak direkomendasikan
● Tatalaksana hipoglikemia atau hiperglikemia
● Pemberian terapi trombolisis pada stroke akut: Pemberian IV rTPA
dosis 0,9 mg/KgBB (maksimum 90 mg), secepat mungkin yaitu dalam
rentang waktu 3 jam
● Antikoagulan tidak direkomendasikan pada pasien stroke iskemik
akut
● Antiplatelet: Aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24 sampai 48
jam setelah awitan stroke dianjurkan
● Dalam keadaan tertentu, vasopressor terkadang digunakan untuk
memperbaiki aliran darah ke otak (cerebral blood flow).
Penatalaksanaan
Stroke iskemik
49. Kebanyakan morbiditas dan mortilitas stroke berkaitan dengan
komplikasi non neurologis yang dapat di minimalkan dengan rawatan.
Komplikasi
Stroke iskemik
51. Seorang laki-laki berusia 54 tahun datang dengan keluhan kelemahan
anggota gerak sebelah kiri sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan ini belum pernah dialami sebelumnya.
Kejadian stroke lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dan
pada umumnya risiko terjadinya stroke mulai pada usia 35 tahun dan akan
meningkat dua kali dalam dekade berikutnya. Saat ini di Indonesia tercatat 12 dari
1000 orang menderita stroke. Prevalensi stroke meningkat seiring bertambahnya
usia.
52. Tangan kiri sama lemahnya dengan kaki kiri. Usaha untuk menggerakkan ada, mampu digerakkan
secara minimal namun tidak bisa menopang tubuh sehingga pasien tidak mampu melakukan
aktivitas biasanya. Keluhan ini belum pernah dialami pasien sebelumnya. Keluhan disertai dengan
nyeri kepala sebelum masuk rumah sakit. Keluhan memberat ketika beraktivitas dan diperingan
saat istirahat. Berdasarkan skala Visual Analog Scale (VAS) pasien terkategori skala 3 yaitu nyeri
ringan. Pasien lemas. Mual muntah disangkal.
Gejala stroke iskemik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak bergantung pada
berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat gangguan peredaran darah.
Gangguan yang biasanya terjadi yaitu gangguan mototik (hemiparese), sensorik (anestesia,
hiperestesia, parastesia/geringgingan, gerakan yang canggung serta simpang siur, gangguan
nervus kranial, saraf otonom (gangguan miksi, defeksi, salvias), fungsi luhur (bahasa,
orientasi, memori, emosi) yang merupakan sifat khas manusia, dan gangguan koordinasi
(sidrom serebelar).Keluhan pada pasien ini sesuai dengan teori yaitu adanya hemiparese
sinistra.
53. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran composmentis. Vital sign didapatkan hipertensi
yaitu 160/100 mmHg. Pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol selama 2 tahun ini.
Hipertensi meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak empat sampai enam kali ini
sering di sebut “the silent killer” dan merupakan risiko utama terjadinya stroke iskemik
dan stroke hemoragik. Makin tinggi tekanan darah kemungkinan stroke makin besar
karena mempermudah terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh darah, sehingga
mempermudah terjadinya penyumbatan atau perdarahan otak.
54. fungsi motorik anggota gerak kiri mengalami kelemahan, mulut merot ke kanan dengan mata dan
alis tidak ada kelainan.
Hal ini dicurigai karena adanya lesi UMN. Pasien hanya akan mengeluhkan adanya
kelemahan pada wajah bagian bawah kontralateral. Otot-otot wajah bagian atas tidak
ikut karena otot wajah bagian atas juga mendapatkan inervasi dari jaras saraf ipsilateral
(kecuali bila lesi terjadi di korteks bilateral). Sehingga pasien masih bisa mnegerutkan
dahi, mengangkat alis, dan menutup kelopak mata secara simetris, namum wajah
bagian bawah asimetris saat tersenyum.
55. ● Hasil laboratorium menunjukkan hiperglikemia pada pemeriksaan KGDP dan
KGDS, sehingga pasien didiagnosis DM tipe II
● hasil EKG: sinus takikardi, normoaxis, q patologis di lead III avf, poor r wave
progression. Berdasarkan hasil EKG, pasien ini mengalami infark lama di area
inferior sehingga ada kecurigaan pasien mengalami penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung merupakan salah satu risiko yang dapat menyebabkan stroke
● Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien
didiagnosis dengan susp. Stroke iskemik dd/ stroke hemoragik + hipertensi +
DM tipe II. Jenis stroke pada pasien ini belum dapat dipastikan karena belum
ada pemeriksaan CT-Scan. Pemeriksaan penunjang awal pada stroke
biasanya menggunakan Computerized tomography (CT).
56. Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini adalah IVFD Asering 20gtt/i, citicolin 500 mg/ 12
jam, ranitidin 1 amp/12 jam, mecobalamin 1 amp/12 jam, amlodipin 1x10 mg (PO).
• Citicolin, obat neurotropik, merupakan molekul organik kompleks yang merangsang
biosintesis fosfolipid struktural membran saraf. Citicolin mempertahankan cadangan
energi saraf, menghambat apoptosis dan merangsang asetilkolin. Hal tersebut akan
meningkatkan aliran darah dan konsumsi oksigen di otak.
• Ranitidin diberikan sebagai tindakan pencegahan akan terjadinya ulkus peptikum.
• Mecobalamin diberikan pada pasien ini atas indikasi neuropati perifer.
Mecobalamin adalah vitamin B12 yang bertindak sebagai koenzim metionin
sintetase dalam transmetilasi homosistein menjadi metionin untuk berbagai fungsi
metabolisme yang penting dalam replikasi sel dan hematopoiesis.
• Amlodipin diberikan sebagai obat antihipertensi. Pada hari selanjutnya terapi anti
hipertensi dikombinasikan dengan candesartan 16 mg.
• Pasien ini mengalami sinus takikardi sehingga diberikan digoksin. Digoksin pada
pasien ini diberikan dengan tujuan untuk mengontrol detak jantung. Digoksin oral
memiliki onset 1-2 jam.
• Setelah hasil laboratorium menunjukkan hiperglikemia, pasien diberikan metformin
3x500 mg dan glimepirid 1x2 mg.
57. Pada hari rawatan ke-4, pasien mengalami perberatan gejala sehingga dirujuk untuk
mendapatkan tatalaksana yang lebih lanjut.
59. Stroke adalah sebuah episode disfungsi neurologis akut yang diduga
disebabkan oleh iskemia atau perdarahan yang bertahan ≥24 jam atau hingga
menyebabkan kematian. Faktor risiko stroke didasarkan pada dapat atau
tidaknya risiko tersebut ditanggulangi atau di ubah. Faktor risiko yang tidak
dapat diubah adalah umur, jenis kelamin, ras, faktor keturunan, dan kelainan
pembuluh darah bawaan. Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah, yaitu
hipertensi, diabetes mellitus, merokok, hiperkolesterolemia, obesitas,
panggunaan alkohol, olahraga yang kurang, penyakit jantung, pola makan
banyak lemak, penyalahgunaan narkoba, pemakaian obat kontrasepsi dan
stress.
Penegakan diagnosis stroke memerlukan anamnesis,
pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan neurologis, serta pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan penunjang awal pada stroke hemoragik
biasanya menggunakan Computerized tomography (CT). Hasil dari pemeriksaan
sangat penting guna menentukan tipe stroke yang akan berkaitan
dengan tatalaksana yang diberikan.
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar, prevalensi stroke berdasarkan diagnosis pada penduduk umur >15 tahun mengalami peningkatan dari tahun 2013 yaitu 7,0% menjadi 10,9% pada tahun 2018. Termasuk daerah Jawa Tengah yang juga mengalami peningkatan prevalensi stroke yaitu 7,7% pada tahun 2013 menjadi 11,8% pada tahun 2018
pecahnya pembuluh darah intraserebral akan menimbulkan gejala neurologis yang secara mendadak dan seringkali diikuti gejala nyeri kepala yang berat pada saat melakukan aktivitas akibat efek desak ruang atau peningkatan tekanan intracranial (TIK). Efek ini menyebabkan angka kematian pada stroke hemoragik menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, penegakan diagnosis pada stroke hemoragik sangat penting untuk memberikan terapi yang efektif.
Noncontrast computerized tomography (NCCT) merupakan teknik yang memiliki sensitivitas yang sangat baik dan membutuhkan waktu yang singkat untuk mengidentifikasi ICH sehingga di anggap sebagai standar emas dalam mendiagnosis ICH.
Stroke Iskemik Embolik (Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak, melainkan di tempat lain seperti di jantung dan sistem vaskuler sistemik)
Stroke Iskemik Trombus (Terjadi karena adanya penggumpalan pembuluh darah di otak)