1. Dokumen tersebut membahas kriteria pemimpin ideal dalam perspektif Islam berdasarkan Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad SAW. Kriteria tersebut meliputi pemimpin yang adil, jujur, bertanggungjawab, mendengarkan rakyat, dan memimpin untuk kemaslahatan bersama.
2. Dokumen juga membahas prinsip-prinsip kepemimpinan Islam seperti tauhid, kesederhanaan, musyawarah, dan keadilan.
Emas agus prastyo wibowo universitas negeri semarang
1. 1
Kriteria dan Prinsip Pemimpin Ideal Menyongsong Pilihan Presiden 2014
dalam Perspektif Islam
Emas Agus Prastyo Wibowo
Islam adalah sebuah totalitas yang padu yang menawarkan pemecahan
terhadap semua masalah kehidupan. Sebagai agama rahmatan lil’alamin Islam
sarat denganaturan-aturan hukum yang menjadi acuan manusia dalam menjalani
hidup dan kehidupannya di setiap bidang yang digelutinya, termasuk kehidupan
keluarga, ekonomi, dan politik . Pemimpin merupakan ujung tombak dalam
sebuah manajemen organisasional,bahkan dalam Islam kepemimpinan merupakan
suatu hal yang sangat strategis. Islam memandang pemimpin pengemban amanah
demi mewujudkan kondisi masyarakat yang baldatun thoyyibatun wa babbun
ghafur yaitu masyarakat Islami dalam sistem kehidupannya menerapkan prinsip-
prinsip Islam sehingga mencapai tingkat kemakmuran dan kesejahteraan yang
merata dengan keadilan bagi seluruh masyarakatnya.Kepemimpinan islam adalah
sebuah kepemimpinan yang mempraktekkan nilai-nilai ajaran Islam ,terlepas
apakah pelakunya seorang muslim atau tidak.Kepemimpinan sangat penting
dalam bidang kehidupan organisasi ,baik bidang kenegaraan ,di bidang keniagaan
,dibidang politik dan juga di bidang keagamaan.
Di dalam konsep (manhaj) Islam ,pemimpin merupakan hal yang sangat
final dan fundamental. Pemimpin berada pada posisi yang menentukan terhadap
perjalanan umatnya.Apabila sebuah jama’ah memiliki seorang pemimpin yang
prima ,produktif dan cakap dalam pengembangan dan pembangkitan daya juang
dan kreativitas amaliyah .Sebaliknya ,manakala suatu jama’ah dipimpin oleh
orang yang memiliki banyak kelemahan ,baik dalam hal keilmuan ,manajerial ,
dan nilai tanggung jawab serta mengutamakan nafsunya dalam pengambilan suatu
keputusan maupu tindakan ,maka dapat dipastikan jama’ah akan mengalami suatu
kemunduran dan bahkan mengalami kehancuran .Hal tersebut tercermin dalam
Q.S.Al-Isra ayat 16 .
Kepemimpinan Islam secara umum tidak jauh berbeda dengan metode
kepemimpinan umumnya .Artinya bahwa dalam prinsip-prinsip dan sistem-sistem
yang digunakan dalam kepemimpinan Islam terdapat persamaan dengan
kepimpinan pada umumnya.Kepemimpinan Islam menurut Muhadi Zainuddin
2. 2
adalah sebuah kepemimpinan yang mempraktekkan nilai-nilai ajaran Islam
.Kriteria Pemimpin Ideal Dalam Al Qur'an adalah sebagai berikut :
َﻞْﻌِﻓ ْﻢِﮭْﯿَﻟِإ َﺎﻨْﯿَﺣَْوأَو َﺎﻧِﺮْﻣَﺄِﺑ َُونﺪْﮭَﯾ ًﺔﱠﻤِﺋَأ ْﻢُھَﺎﻨْﻠَﻌَﺟَو ) َِﯾﻦﺪِﺑَﺎﻋ َﺎﻨَﻟ ُﻮاﻧَﺎﻛَو ِةَﺎﻛﱠﺰاﻟ َءَﺎﺘِﯾإَو ِةﱠﻼﺼاﻟ َمَﺎﻗِإَو ِتاَﺮْﯿَﺨْﻟ)37ا
"Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami, dan telah Kami wahyukan kepada mereka untuk
senantiasa mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan
hanya kepada Kamilah mereka selalu mengabdi." (QS. Al-Anbiya': 73)
Ayat ini berbicara pada tataran ideal tentang sosok pemimpin yang akan
memberikan dampak kebaikan dalam kehidupan rakyat secara keseluruhan,
seperti yang ada pada diri para nabi manusia pilihan Allah. Ayat yang berbicara
tentang kriteria pemimpin yang ideal yang senada dengan ayat di atas adalah
surah As-Sajdah: 24: "Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-
pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar dan
adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami". Kesabaran yang dimaksud dalam ayat
ini yang menjadi pembeda dengan ayat Al-Abiya' adalah kesabaran dalam
menegakkan kebenaran dengan tetap komitmen menjalankan perintah dan
meninggalkan larangan Allah. Tentu bagi seorang pejabat tinggi, tetap komitmen
dengan kebenaran membutuhkan mujahadah dan kesabaran yang jauh lebih besar
karena akan berdepan dengan pihak yang justru menginginkan tersebarnya
kebathilan dan kemaksiatan di tengah-tengah umat.
Asy-Syaukani dalam Tafsir Fathul Qadir menambahkan bahwa kriteria
pemimpin yang memang harus ada adalah keteladanan dalam kebaikan secara
universal sehingga secara eksplisit Allah menegaskan tentang mereka: Telah
Kami wahyukan kepada mereka untuk senantiasa mengerjakan beragam
kebajikan. Fi'lal khairat yang senantiasa mendapat bimbingan Allah adalah
beramal dengan seluruh syariat Allah secara integral dan paripurna dalam seluruh
segmen kehidupan.
Partisipasi dalam Pemilu yakni dalam hal memilih pemimpin . Beberapa
hari lagi kita bangsa Indonesia akan melakukan pesta besar, yakni pesta
3. 3
demokrasi untuk memilih presiden pada tanggal 9 Juli 2014. Sebagai warga
negara yang baik, tentu kita ingin mensukseskan pemilu dengan cara
berpartisipasi aktif dalam seluruh rangkaiannya. Memilih pemimpin yang ideal
tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Disini, mencari sosok pemimpin
ideal memang bukan pekerjaan mudah atau instan, tetapi merupakan kerja serius
dan kontinyu dalam bingkai pembinaan yang berjalan baik, sehingga stok
kepemimpinan tidak pernah langka atau tidak tersedia. Maka aspek
kepemimpinan sangat terkait erat dengan aspek pembinaan (kaderisasi) yang
harus dikerjakan secar serius dan kontinyu. Pemimpin yang lahir dari sebuah
proses pembinaan yang baik, tentu jauh lebih baik daripada pemimpin yang lahir
secara instan karena popularitas, kedekatan maupun faktor keturunan dan lain
sebagainya. Dari beberapa ayat al-Quran, dapat dijelaskan bahwa seorang Muslim
harus memilih pemimpin yang Muslim. Allah berfirman: Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang
nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)? (QS. al-Nisa’ (4): 144). Ketika kita
dihadapkan pada pilihan yang beragam agamanya, ada yang Muslim dan ada
yang non-Muslim, maka di sinilah kita dituntut ketegasan untuk memilih yang
Muslim. Lalu apa yang harus kita lakukan ketika calon pemimpin yang kita pilih
itu semua Muslim atau semuanya non-Muslim, atau mungkin juga dihadapkan
pada pilihan yang dilematis, misalnya dua calon pemimpin yang harus kita pilih
salah satunya Muslim tetapi tidak berkualitas (jelek) dan satunya lagi berkualitas
(baik) tetapi non-Muslim.
Permasalahan seperti ini tentu menuntut kecermatan dan kehatian-hatian
kita. Jika calon pemimpin itu semuanya Muslim, tentu yang harus kita pilih adalah
yang terbaik. Untuk menentukan siapa yang terbaik di antara mereka, sangatlah
relatif. Setiap kita akan mengatakan si A yang terbaik atau si B yang terbaik,
dengan kriteria tertentu yang kita pakai. Jika kita berpartai A, maka hampir bisa
dipastikan kita akan memilih pemimpin yang berpartai sama, yakni partai A,
begitu juga yang lain. Namun, jika pemimpin itu tidak dalam satu partai dengan
kita, maka kita akan memilih pemimpin yang kita anggap terbaik. Objektivitas
baik yang terakhir ini tentu lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan satunya,
4. 4
yakni pemimpin yang berpartai sama. Dalam hadis Nabi yang diriwayatkan
Muslim, Nabi bersabda: “Sebaik-baik pemimpin adalah mereka yang kamu cintai
dan mencintai kamu, kamu berdoa untuk mereka dan mereka berdoa untukmu.
Seburuk-buruk pemimpinmu adalah mereka yang kamu benci dan mereka
membencimu, kamu laknati mereka dan mereka melaknati kamu”. Hadis ini
mengaskan bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki
hubungan yang baik dengan yang dipimpinnya. Dia dicintai rakyatnya dan rakyat
juga mencintainya. Dia selalu berpikir untuk kesejahteraan rakyat, bangsa, dan
negaranya, tidak sebaliknya hanya mementingkan diri dan keluarganya. Terkait
dengan pemimpin yang egoistis, Nabi bersabda: “Siapa yang memimpin,
sedangkan ia tidak memerhatikan urusan kaum Muslim, tidaklah ia termasuk
dalam golongan mereka” (HR. al-Bukhari).
Dengan kriteria-kriteria dari al-Quran dan hadis di atas jelaslah bahwa
memilih pemimpin yang baik itu tidaklah mudah, apalagi di negara kita yang
terkadang yang menjadi calon pemimpin itu jauh dari kriteria tersebut. Jika
demikian halnya, tentu yang harus kita lakukan adalah kita memilih yang terbaik
dari yang ada (paling banyak kelebihannya), atau dengan patokan lain kita
memilih yang paling minim kekurangannya. Karena itu, jika kita dihadapkan
pada dua calon pemimpin, yang satu Muslim tetapi jelek dan yang satu non-
Muslim tetapi baik, maka kita harus lebih cermat lagi dalam melakukan pilihan.
Sebagai satu ijtihad penulis berpendapat, memilih calon pemimpin yang Muslim
meskipun jelek lebih baik daripada memilih calon pemimpin yang baik tetapi
nonMuslim. Dalam pandangan Islam kedua calon pemimpin itu sama-sama tidak
baik (kurang), sehingga yang harus dipilih adalah yang paling minim
kekurangannya. Argumen yang bisa dipegangi adalah membuat orang yang jelek
menjadi baik lebih mudah ketimbang membuat orang yang non-Muslim menjadi
Muslim. Seorang pemimpin terpilih tidak lagi bisa berbuat sekehendaknya lagi.
Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya ia diikat oleh aturan (Undang-
Undang). Jika ia masih melakukan kebiasaan-kebiasaan buruknya dan
bertentangan dengan aturan, maka ia akan dikenai sanksi, bahkan bisa dihukum.
Dengan argumen ini, maka calon pemimpin Muslim yang semula tidak baik, ia
“dipaksa” mengikuti ketentuan yang ada sehingga ia tidak bisa sekehendaknya
5. 5
berbuat sesuatu. Sebab, jika ia melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
aturan, ia akan dituntut. Tentu saja hal ini bisa dipenuhi ketika hukum memang
benar-benar ditegakkan (ada law inforcement). Seorang calon pemimpin non-
Muslim yang baik pasti memiliki kelebihan (kebaikan), namun dari sisi yang lain
ia memiliki keyakinan yang bertentangan dengan yang ditetapkan oleh al-Quran.
Meskipun sulit membuktikan bahwa ia akan berbuat tidak baik untuk bangsa dan
negara, namun jika kita beriman kepada Allah dan Kitab Allah, maka sebagai
umat Islam, kita harus mengikuti ketentuan al-Quran tersebut.
Jika semua calon pemimpin yang akan kita pilih non-Muslim, tentu kita
harus menentukan pilihan yang terbaik, apakah harus mengikuti ketentuan di atas,
memilih yang terbaik dari yang ada, ataukah harus memilih untuk tidak memilih
(golput). Kalau patokannya adalah untuk kemaslahatan individu, barang kali
alternatif terakhir yang terbaik, yakni golput. Namun, jika patokannya
kemaslahatan bersama (bangsa atau negara), maka kita harus memilih salah satu
dari mereka. Di sinilah masalah besar bagi kita umat Islam. Karena itulah marilah
kita bersama- sama berikhtiar untuk memilih pemimpin yang terbaik buat bangsa
dan negara kita tercinta, Indonesia.
Kepemimpinan Islam dalam Tafsir al-Mishbah karya M.Quraish Shihab
menjelaskan prinsip-prinsip ke-Islaman merupakan hal pokok yang mendasari
bagaiamana kepemimpinan Islam dapat di implementasikan dalam kehidupan baik
berbangsa ,bernegara maupun dalam institusi organisasional.M.Quraih Shihab
membedah prinsip-prinsip kepemimpinan menjadi beberapa hal ,yakni :
Tauhid, Kesederhanaan,Tanggung jawab, Musyawarah, Adil , Kebebasan berfikir.
Konsep kepemimpinan yang tertuang dalam prinsip-prinsip kepemimpinan akan
memunculkan kriteria pemimpin yang ideal dalam konsepsi kepemimpinan Islam
menurut tafsir al-Mishbah .Adapun kriteria pemimpin ideal menurut tafsir tersebut
adalah sebagai berikut :
Adil , Memegang hukum Allah S.W.T ,Toleransi ,Memiliki Pengetahuan ,Sehat
jasmani dan rohani ,Mempunyai pandangan kedepan(visioner) , Mempunyai
keberanian dan kekuatan ,Mempunyai kemampuan dan wibawa