Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Apa kabar pemuda Indonesia? Masih ingatkah pada Sumpah Pemuda? Jangan-jangan sudah lupa dan menganggapnya sekadar naskah
kuno tak berarti. Kalau sudah lupa, mari mengingat kembali ikrar para
pemuda dari berbagai daerah itu pada 28 Oktober 1928.
Ya, Oktober disebut bulan pemuda. Kala itu, 28 Oktober 92 tahun
silam, para pemuda membuktikan perannya untuk bersatu menghadapi para penjajah. Aksi mereka bahkan boleh jadi tercatat dalam sejarah
sebagai salah satu bibit lahirnya Bangsa Indonesia.
Bayangkan saja, usia mereka saat itu yang rata-rata 20 tahunan atau
tidak lebih dari 30 tahun. Namun tingkat kedewasaannya melebihi usia
mereka saat itu. Meski sulit dibandingkan dengan generasi muda saat
ini, semangat mereka bersatu dan beraksi patut jadi teladan.
Islam pun mencatat pemuda-pemuda hebat yang tak hanya berikrar
tapi juga melakukan aksi. Sebut saja Umar bin Abdul Aziz yang pada
usia 22 tahun telah menjadi Gubernur Madinah. Kemudian Muhammad
Alfatih yang berhasil menaklukkan benteng konstantinopel saat berusia
24 tahun.
Beberapa tahun ke depan Indonesia akan menghadapi Post Bonus
Demography. Jumlah angkatan produktif akan lebih banyak dibanding
generasi lainnya. Namun, jika tak dikelola dengan baik, bonus itu bisa
berubah bencana. Pemuda malah menjadi “beban” masa depan.
Sejatinya, pemuda merupakan tongkat estafet dalam kebangkitan
peradaban suatu bangsa. Seperti harapan Menpora Zainudin Amali agar
para pemuda selalu siap dalam menghadapi tantangan ke depannya.
Jika tidak, Bangsa Indonesia akan tertinggal.
‘Pemuda Menjawab Tantangan Zaman’ menjadi tema uMagazine edisi 7. Selain itu, uMagazine juga mengangkat tema Hari Santri 22 Oktober dengan menampilkan tokoh Founder Santri Nulis Ustaz Saiful Falah.
Akhir kata, semoga sajian uMagazine kali ini bermanfaat bagi pembaca.
Selamat membaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
uMagazine by umma vol 7 (Pemuda Menjawab Tantangan Zaman)
1. VOL.7 - OKTOBER 2020
‘SAYA BANGGA
JADI SANTRI’
PEMUDA
MENJAWAB
TANTANGAN
ZAMAN
2. V O L . 7
DAFTAR ISI
Editorial - 2
Mimbar - 3
Kabar umma - 5
Terkini - 7
Sahabat umma - 11
Profil - 13
3. 2
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Apa kabar pemuda Indonesia? Masih ingatkah pada Sumpah Pemu-
da? Jangan-jangan sudah lupa dan menganggapnya sekadar naskah
kuno tak berarti. Kalau sudah lupa, mari mengingat kembali ikrar para
pemuda dari berbagai daerah itu pada 28 Oktober 1928.
Ya, Oktober disebut bulan pemuda. Kala itu, 28 Oktober 92 tahun
silam, para pemuda membuktikan perannya untuk bersatu menghada-
pi para penjajah. Aksi mereka bahkan boleh jadi tercatat dalam sejarah
sebagai salah satu bibit lahirnya Bangsa Indonesia.
Bayangkan saja, usia mereka saat itu yang rata-rata 20 tahunan atau
tidak lebih dari 30 tahun. Namun tingkat kedewasaannya melebihi usia
mereka saat itu. Meski sulit dibandingkan dengan generasi muda saat
ini, semangat mereka bersatu dan beraksi patut jadi teladan.
Islam pun mencatat pemuda-pemuda hebat yang tak hanya berikrar
tapi juga melakukan aksi. Sebut saja Umar bin Abdul Aziz yang pada
usia 22 tahun telah menjadi Gubernur Madinah. Kemudian Muhammad
Alfatih yang berhasil menaklukkan benteng konstantinopel saat berusia
24 tahun.
Beberapa tahun ke depan Indonesia akan menghadapi Post Bonus
Demography. Jumlah angkatan produktif akan lebih banyak dibanding
generasi lainnya. Namun, jika tak dikelola dengan baik, bonus itu bisa
berubah bencana. Pemuda malah menjadi “beban” masa depan.
Sejatinya, pemuda merupakan tongkat estafet dalam kebangkitan
peradaban suatu bangsa. Seperti harapan Menpora Zainudin Amali agar
para pemuda selalu siap dalam menghadapi tantangan ke depannya.
Jika tidak, Bangsa Indonesia akan tertinggal.
‘Pemuda Menjawab Tantangan Zaman’ menjadi tema uMagazine ed-
isi 7. Selain itu, uMagazine juga mengangkat tema Hari Santri 22 Okto-
ber dengan menampilkan tokoh Founder Santri Nulis Ustaz Saiful Falah.
Akhir kata, semoga sajian uMagazine kali ini bermanfaat bagi pembaca.
Selamat membaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Editorial
Menanti Kiprah Pemuda
4. 3
Istilah “amal saleh” dari bahasa
Arab, yang terdiri dari dua kata, yaitu
kata amal dan saleh. Amal artinya per-
buatan atau tindakan, sedangkan saleh
artinya segala sesuatu yang baik dan
bermanfaat. Secara sederhana, istilah
amal saleh dapat diartikan setiap per-
buatan yang baik dan bermanfaat bagi
dirinya dan orang lain. Atau dengan
kata lain, amal saleh adalah melak-
sanakan segala perintah Allah Swt dan
menjauhi larangan-Nya. Dengan de-
mikian, bagi orang yang beramal saleh
adalah orang yang perbuatannya be-
manfaat bagi dirinya dan orang lain.
Menurut pendapat Muhammad Ab-
duh bahwa amal saleh adalah segala
perbuatan yang berguna bagi priba-
di, kelompok, dan masyarakat secara
keseluruhan. Menurut Zamakhsyari
amal saleh adalah segala perbuatan
yang sesuai dengan Alquran dan su-
nah. Muhammad Quraish Shihab men-
gartikan amal saleh sebagai amal yang
diterima dan dipuji oleh Allah swt. Se-
dangkan Muhammad Al-Ghazali, da-
lam Al-Musykilat fi al-Thariq al-Hayah
al-Islamiyyah, mengartikan amal saleh
dengan setiap usaha keras yang dikor-
bankan buat berkhidmat terhadap ag-
ama.
M I M B A R
Oleh: Ahmad Gojin
AMAL SALEH
Dalam terminologi Alquran, setiap
perbuatan (amal) baik disebut sebagai
bagian dari amal saleh, antara lain; sa-
ling menasihati dalam kebenaran dan
kesabaran, tidak bekerja sama un-
tuk keburukan (lihat, QS. al-Asyar (5):
3); kerjasama antara manusia untuk
mencapai kebaikan (al-birr) (lihat, QS.
al-Baqarah (2): 177); pekerjaan-peker-
jaan yang menciptakan taqwa (lihat,
QS. Ali Imran (3): 134-135); dan menye-
jahterakan dan mengangkat derajat
manusia: (lihat, QS. al-Baqarah (2): 22).
Menurut Jalaluddin Rahmat bahwa
seluruh perbuatan baik yang disebut-
kan dalam Alquran berujung kepada
pengertian amal saleh yang selalu ber-
hubungan dengan hal-hal yang ber-
sifat eskatologis. Dan sebagiannya
merupakan perbuatan baik yang mur-
ni berkaitan dengan kehidupan dunia,
misalnya QS. 8: 72, QS. 10: 14, QS.
24: 28, QS. 34: 11, dan QS. 48: 24.
Namun pada akhirnya berhubung-
an dengan hal-hal yang eskatologis,
seperti pahala atau balasan, surga dan
pengetahuan Allah. Dari sinilah Islam
kemudianmembedakanantaraperbua-
tan baik yang berada dalam istilah amal
saleh dengan perbuatan baik yang bi-
asa. Salah satu bentuk penegasannya
5. 4
yang paling nyata, untuk menunjukkan
keterkaitan antara amal saleh dengan
hal-hal yang eksatologis dalam Islam
adalah pada penyandingan kata amal
saleh dan iman dalam Alquran.
Secara umum, amal yang baik terbagi
menjadiduabagian,yaitu:Pertama,amal
lahiriah adalah perbuatan yang dilaku-
kan dengan anggota badan, seperti me-
nolong, menyantuni, dan berkunjung (si-
laturahmi). Kedua, amal batiniah, yakni
amal yang dilakukan oleh hati (al-qalb),
seperti iman, sabar, ikhlas, dan tawakal.
Demikian pula amal yang buruk (tercela)
terbagi menjadi dua bagian, yaitu: Per-
tama, amal lahiriah adalah perbuatan
yang dilakukan dengan anggota badan,
seperti menipu, mencuri, dan bermusu-
han. Kedua, amal batiniah, yakni amal
yang dilakukan oleh hati (al-qalb) yang
kotor, seperti musyrik, pamrih, tidak sa-
bar, dan berburuk sangka.
Menurut M. Quraish Shihab (1997:
753) bahwa sesuatu perbuatan dapat
dikategorikan amal saleh jika pada diri-
nya memenuhi nilai-nilai tertentu se-
hingga ia dapat berfungsi sesuai de-
ngan tujuan kehadirannya, atau dengan
kata lain, tujuan penciptaannya. Sebuah
kursi dapat berfungsi dengan baik, jika
dapat diduduki dengan nyaman. Kur-
si yang baik, di antaranya memiliki kaki
yang lengkap.
Jika salah satu dari kaki kursi rusak,
maka kursi tersebut tidak berfungsi
dengan baik sebagai tempat duduk.
Maka sesuatu dapat dipandang se-
bagai amal saleh jika ia berfungsi men-
datangkan nilai manfaat. Sebaliknya,
perbuatan yang menimbulkkan muda-
rat, tidak dinamakan amal saleh, tetapi
amal salah. Karena itu, sebagian ulama
menyatakan bahwa suatu pekerjaan
dapat dikatakan baik, apabila ia mem-
bawa dampak berupa manfaat dan
menolak mudarat. Dengan demikian,
tolok ukur suatu amal baik atau tidak
adalah terletak pada nilai manfaat atau
mudarat yang dikandungnya.
Menurut Muhammad Abduh (1993:
280) bahwa amal yang bermanfaat
tersebut berguna bagi diri pelaku-
nya, keluarga, masyarakat dan seluruh
umat manusia, dan tidak membaha-
yakan seseorang kecuali dalam rang-
ka menolak bahaya yang lebih besar.
Dalam Islam, yang menjadi tolok ukur
(mi’yar) tersebut adalah agama, akal,
atau adat istiadat yang tidak ber-
tentangan dengan prinsip-prinsip fun-
damental agama.
Hal ini merupakan salah satu syarat
dari amal saleh, bahwa ia secara nya-
ta dapat menghasilkan manfaat dan
menolak mudarat. Syarat lain adalah
jika pekerjaan tersebut dimotivasi oleh
keikhlasan karena Allah swt. Motivasi
tersebut dalam terminologi hadis Nabi
saw. dinamakan niat. Nabi Shallalla-
hu Alaihi Wasalam bersabda: “Setiap
pekerjaan ditentukan nilainya oleh niat,
dan setiap orang beroleh imbalan se-
suai dengan niatnya”.
Murtadha Muthahari (1991: 81)
bahwa jika manusia akan menyempur-
nakan perbuatannya sehingga menja-
di perbuatan yang baik (amal saleh),
maka ia harus memiliki dua hal, yai-
tu: nazariy dan ‘amaliy. Pertama beru-
pa pengetahuan (ma’rifah), dan yang
kedua, berupa pengamalan. Iman yang
benar adalah iman kepada Allah, Nabi,
malaikat, para Rasul, Kitab-Kitab, hari
akhir, Semua aspek iman ini terma-
suk ke dalam pokok-pokok ajaran Is-
lam (ushuluddin). Masalah yang perta-
ma dari amal saleh adalah mengenal,
mengimani dan meyakini pokok-pokok
ajaran Islam tersebut. Kedua adalah
beramal saleh.
Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa suatu pekerjaan akan bernilai di
dihadapan Allah, bukan semata-mata
dilihat dari lahiriyahnya saja, tetapi jauh
lebih penting adalah niat yang ikhlas
(motivasi pekerjaan) bagi pelakunya.
(Dimuat pada buletin Suara IRMA edisi
48)
6. 5
K A B A R u m m a
Gandeng
IRMA Jabar,
umma Bagikan
Ribuan Masker
Aplikasi Komunitas Muslim umma
bersama Ikatan Remaja Masjid (IRMA)
Jabar menyalurkan ribuan masker ke-
pada pengurus IRMA se-Jabar, seko-
lah, pondok pesantren, dan masyarakat
lainnya.
Pembina IRMA Jabar, Ustaz Rifa
Anggyana mengatakan, IRMA Jabar
memiliki jaringan di seluruh kabupaten/
kota peduli pada kondisi bangsa, sam-
bil tetap melaksanakan pelatihan rema-
ja masjid.
Seluruh elemen IRMA Jabar berge-
rak dalam program ‘IRMA Bermasker’
untuk ikut serta aktif membantu peme-
rintah dalam penanggulangan dan pe-
nanganan pandemi Covid-19.
“Kami kampanyekan gerakan 3M
kepada remaja yakni memakai masker,
menjaga jarak, dan sering mencuci ta-
ngan pakai sabun. Kampanye tersebut
dilakukan bersamaan dengan pelatihan
remaja masjid menggunakan aplika-
si umma, Zoom, maupun WhatsApp.
IRMA Jabar memakai dakwah digital
disesuaikan dengan kondisi remaja mi-
lineal saat ini,” kata Rifa.
Dari ribuan masker tersebut, Rifa
mengatakan, sebanyak 2.200 masker
merupakan kolaborasi bersama umma
Indonesia. Kini IRMA Jabar memiliki
tagar kampanye sendiri yakni #irma-
jabarbermasker yang terus dikampa-
nyekan dalam media sosial.
“Kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada umma yang telah mem-
berikan ribuan masker. Semoga kita ter-
us berkolaborasi, berjalan baik, karena
kegiatan IRMA lainnya akan terus ber-
lanjut. Apalagi kita belum tahu kapan
covid ini berakhir,” jelasnya.
Dari gerakan IRMA Bermasker terse-
but, lanjut Rifa, IRMA Jabar meraih
penghargaan dari Dinas Pendidikan
(Disdik) Jabar karena ikut memberikan
kontribusi penanggulangan dan pena-
nganan pandemi Covid-19.
Perwakilan umma Hirman Hadiyanto (kiri)
menyerahkan bantuan masker kepada Pembina
IRMA Jabar Ustaz Rifa Anggyana (kanan).
7. “Ini motivasi bagi kita, remaja mas-
jid untuk tetap di rumah, mencegah
penyebaran. Kalau pun harus ke luar
karena urusan penting, harus meng-
gunakan masker. Lalu rajin mencuci
tangan,” kata Rifa.
IRMA Jabar mengajak untuk sela-
lu menyebarluaskan dan mensosial-
isasikan pemakaian masker dan se-
mangat dalam melaksanakan segala
kegiatan secara virtual. “Mudah-mu-
dahan Allah SWT segera mengangkat
bala dari Indonesia ini,” jelasnya.
Rifa mengatakan, kewajiban men-
jaga keselamatan jiwa ini tidak hanya
berlaku bagi diri sendiri, tetapi juga
jiwa orang lain sesuai larangan berbuat
kerusakan dan menghilangkan nyawa
manusia. Sebagaimana terkandung
dalam dua ayat Al-Qur’an yakni surat
al-A’raf: 85 dan surat Annisa’: 29.
“Hukum wajib memakai masker
tersebut telah direspons oleh ulama
di seluruh dunia termasuk ulama dari
Universitas Al-Azhar Kairo. Alim ula-
ma mengeluarkan fatwa agar umat Is-
lam melakukan social distancing, me-
makai masker dan menerapkan pola
hidup sehat,” katanya.
6
Dr Asep Pembina IRMA Jawa Barat
Aditya Ketua IRMA Jawa Barat
8. 7
T E R K I N I
PEMUDA
MENJAWAB
TANTANGAN
ZAMAN
“Berikan aku seribu orang tua nis-
caya kucabut Semeru dari akarnya,
berikan aku sepuluh pemuda yang
membara cintanya kepada Tanah Air
dan akan kuguncangkan dunia.”
Begitulah kalimat fenomenal yang
pernah diucapkan presiden perta-
ma RI Ir Soekarno. Pesan itu meng-
gambarkan betapa pentingnya kiprah
pemuda bagi pembangunan bangsa.
Sejarah mencatat, berdirinya Indo-
nesia tak terlepas dari peran pemuda
kala itu. Sumpah Pemuda 28 Okto-
ber 1928 salah satunya. Peristiwa itu
telah membawa peran pemuda Indo-
nesia bersama rakyat memerdekakan
Bangsa Indonesia dari belenggu pen-
jajahan.
Kini, menjelang peringatan 92 ta-
hun Sumpah Pemuda 28 Oktober, apa
kabar generasi muda Indonesia? Apa
yang harus dilakukan untuk menjaga
ikrar Sumpah Pemuda agar tak hanya
jadi naskah kuno tanpa arti?
Ustaz Aheru Ahmad menceritakan,
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
pernah memberikan kabar gembira
kepada umatnya, yakni akan ada tujuh
golongan yang mendapatkan syafaat
(pertolongan) dari Allah Subhanallahu
wa taala pada hari kiamat.
9. 8
Pada hari itu, kata dia, tidak ada
pertolongan selain pertolongan dari
Allah. Salah satu dari golongan terse-
but adalah pemuda yang tumbuh da-
lam ketaatan kepada Allah Subhanal-
lahu wa taala.
Menurut Ustaz Aheru, pesan terse-
but memiliki makna, agar para pemu-
da bisa memanfaatkan masa mu-
danya untuk perbuatan yang baik.
Seperti kata Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam: “Sebaik-baiknya ma-
nusia adalah yang paling bermanfaat
untuk orang lain.”
“Seorang pemuda mesti menjadi
orang yang terdepan dalam melaku-
kan segala bentuk kebaikan. Seorang
pemuda mesti jadi pionir, orang yang
memberikan contoh dalam melaku-
kan segala bentuk kebaikan,” kata-
nya kepada umma.
Dia pun meminta kepada para
pemuda untuk bertanya kepada diri
sendiri, apakah mereka sudah ber-
manfaat untuk keluarga, lingkungan,
atau bahkan agama dan negara?
Jika memang belum, maka semua
bisa dimulai dari sekarang. Menurut-
nya tidak ada kata terlambat selama
kita mau memulainya. Terlebih masa
muda itu merupakan berkah dari Allah
Subhanallahu wa taala, karena jasad
dan pikiran masih sangat segar.
“Kalau merasa belum bermanfaat,
mulai saat ini jadilah orang yang pa-
ling bermanfaat. Karena masa muda
itusaatjasadlagikuat-kuatnya,pikiran
pun sedang bagus-bagusnya. Maka
jangan sia-siakan masa muda ini ha-
nya untuk bermain games, nongkrong
yang tidak menghasilkan manfaat,”
ucapnya.
Sebagaimana yang pernah dicon-
tohkan oleh Muhammad Al Fatih. Di
usianya yang masih sangat muda
yakni 25 tahun, dia sudah mampu
menaklukkan Konstantinopel di Ro-
mawi Timur.
“Nah sekarang kita sudah bisa ber-
buat apa untuk negara? Untuk bang-
sa? Kalau belum bercita-citalah agar
jadi orang yang bermanfaat baik untuk
agama ataupun negara,” tandasnya.
Ketua Komite Nasional Pemuda In-
donesia (KNPI) Jabar Rio F Wilantara
mengatakan, studi mckenzie tahun
2012 menjelaskan, Indonesia akan
menjadi salah satu negara terkuat
ekonomi pada 2045, bertepatan den-
gan Indonesia Emas. Syaratnya, se-
lain daya beli masyarakat harus stabil,
ternyata pemuda juga harus produktif
dan sibuk.
“Pemuda merupakan pemegang
tongkat estafet pembangunan suatu
negara,” kata Rio.
Di sisi lain, lanjut Rio, beberapa ta-
hun ke depan Indonesia akan mengha-
dapi Post Bonus Demography, artinya
jumlah angkatan produktif akan lebih
banyak dibanding angkatan generasi
lainnya.
“Tentunya dengan “bonus” terse-
but, semua pihak, termasuk pemuda-
nya itu sendiri, mesti memulai mem-
bentukformulasiidealuntukmengelola
pemuda. Apabila salah mengelola,
bisa jadi bonus demografi tersebut
10. 9
berubah menjadi bencana demografi,
yang membuat banyak jumlah pemu-
da menjadi “beban” masa depan,”
jelasnya.
Rio menyebutkan, pemuda hari ini
menghadapi musuh, peluang dan tan-
tangan yang pasti berbeda dengan
pemuda pada zaman sebelumnya.
Maka, berikan ruang sebesar-besarnya
kepada pemuda untuk berkontribusi di
zamannya, berikan kepercayaan untuk
bisa memegang tanggung jawab be-
sar, agar bisa siap menyongsong masa
depan di Indonesia Emas.
“Artinya, pemuda jangan hanya di-
jadikan sebagai komoditas dan objek
pembangunan, tapi jadikan juga se-
bagai subjek agar mereka bisa men-
gelola diri mereka sendiri sesuai dari
perkembangan zaman dan era-nya.
Setiap zaman ada orang nya, seti-
ap orang ada zamannya. Semoga,”
pungkas Rio.
Awal Oktober lalu, Menteri Pemuda
dan Olahraga RI Zainudin Amali juga
berpesan agar para pemuda Indone-
sia bersatu dan bangkit. Meski ber-
beda, kata dia, semangat persatuan
harus dipelihara dengan baik.
“Menjelang peringatan Hari Sum-
pah Pemuda, saya berpesan agar
para pemuda kita bersatu dan bang-
kit. Kita tidak boleh tercerai-berai.
Meskipun berbeda, kita harus tetap
satu, semangat persatuan harus kita
pelihara dengan baik. Tanpa persat-
uan, kita tidak akan bisa, makanya
harus bersatu lalu kita bangkit,” ujar-
nya dalam keterangan tertulis, Jumat
(2/20/2020).
Zainudin mengatakan, semangat
persatuan merupakan hal yang mut-
lak. Menurutnya, seberat apapun
masalah yang dihadapi, jika bersatu
akan bisa diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu semangat bergotong
royong harus juga dikedepankan da-
lam menghadapi masalah, termasuk
menghadapi pandemi Covid-19 di In-
donesia.
“Semangat persatuan tidak bisa
ditawar lagi, harus bersatu dan ber-
gotong royong. Saya kira kita harus
berkolaborasi dengan berbagai pihak,
termasuk dengan para pemuda kita,
bagaimana kita harus bisa memutus
mata rantai penyebaran Covid-19.
Berbagai cara terus kita lakukan, ter-
masuk memberikan edukasi penera-
pan protokol kesehatan,” katanya.
11. 10
Mencari ilmu adalah sebuah peker-
jaan yang sangat mulia di sisi agama.
Berbagai ayat Alquran dan hadits Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam menunjuk-
kan kemuliaan orang yang menuntut
Ilmu atau yang mengajarkannya.
Seperti contoh Q.S. Az-Zumar: “Ka-
takanlah, Apakah sama orang-orang
yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?”. Juga dalam
Q.S. Al-Mujadalah: “Niscaya Allah akan
mengangkat (derajat) orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat”.
Dalam hadits juga disebutkan
keutamaan mencari ilmu, seperti hadits
yang diriwayatkan Imam Turmudzi “Ba-
rang siapa yang keluar untuk mencari
ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga
ia pulang”, dan Hadits yang diriwayat-
kan Abu Dawud “Sesungguhnya para
nabi tidak mewariskan dinar ataupun
dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka
S A H A B A T u m m a
Menjadi Guru dan Murid
yang Beradab
Muhammad Kholid
barang siapa yang mengambilnya, ia
telah mengambil bagian yang cukup”.
Tentu dalam proses mencari Ilmu
selalu ada yang namanya murid dan
guru. Keduanya memiliki ketentu-
an adabnya masing-masing. Secara
umum keseluruhan adab-adab itu ha-
rus dipahami secara menyeluruh den-
gan artian tuntutan adab kepada murid
juga perlu diselaraskan dengan sikap
guru yang beradab pula.
Banyak ulama sudah membahas
adab-adab yang harus dijalankan seo-
rang murid dan guru agar ilmu yang
dimiliki bermanfaat baik di dunia mau-
pun di akhirat. Di antaranya adalah Ki-
tab al-Ilm (bab pertama Ihya’ Ulumid-
din) karangan Imam Al-Ghazali, Ta’lim
Muta’allim karangan az-Zarnuji, dan
kitab Adab al-Alim wa al-Muta’allim
karangan KH Hasyim Asy’ari. Berikut
beberapa rangkuman adab-adab bagi
12. 11
murid kemudian dilanjutkan dengan
adab-adab bagi guru yang dirangkum
dari ketiga kitab tersebut.
Pertama, bagi seorang murid tidak
boleh sombong dan harus rendah diri di
hadapan guru. KH Hasyim Asy’ari mem-
berikancontohketeladananImamAtha’,
seorang faqih dan hadist di masanya.
Setiap kali Imam Atha’ mendengarkan
hadits dari siapapun, beliau akan selalu
merasa itu adalah hal baru yang perta-
ma kali beliau dengar, meskipun beliau
sudah hafal hadist itu hingga sanad dan
para perawinya.
Imam Atha’ mengatakan: “Sungguh
aku mendengar hadits dari seseorang
yang aku lebih mengetahui daripada
dia, kemudian aku yakinkan pada diriku
bahwa aku sama sekali tidak mengeta-
hui hadits tersebut”.
Al Zarnuji menegaskan: “Seyogya-
nya bagi pencari ilmu untuk mende-
ngarkan ilmu dan kalam hikmah dengan
mengagungkan dan memuliakan, meski
ia telah mendengar satu permasalahan
sebanyak seribu kali. Dikatakan bah-
wa orang yang mengagungkan setelah
yang ke seribu kali tidak seperti saat ia
baru pertama mendengar, maka dia bu-
kanlah ahli ilmu”.
Kedua, memandang guru dengan
pandangan yang memuliakan disertai
dengan kepatuhan. Menurut Al-Ghazali
seorang murid harus patuh kepada gu-
runya sebagaimana patuhnya seorang
yang sakit di hadapan dokternya. Ilmu
tidak akan bisa diperoleh tanpa sifat
rendah diri dan patuh mendengar. Seo-
rang murid hendaknya bersabar menun-
tut ilmu dan pemahaman dari gurunya
dan jangan cepat menghakimi apa yang
diajarkan gurunya karena seorang mu-
rid mungkin saja tidak menyadari secara
jelas apa sebenarnya yang ingin disam-
paikan oleh gurunya.
Kita bisa mengambil pelajaran dari
kisah Nabi Khidir AS dengan Nabi Musa
AS. Ketika seorang murid yang bersi-
keras dengan padangan dan pilihannya,
lalu kemudian menyalahkan pandangan
gurunya, dia akan rugi dan tidak akan
mencapai tujuan dalam mencari ilmu.
Bukan bermaksud menghalangi seo-
rang murid untuk bertanya dan berbin-
cang dengan gurunya. Seorang mu-
rid boleh bertanya tentang apa yang
diizinkan oleh gurunya. Karena mem-
persoalkan sebuah permasalahan
yang belum mampu dipahami ada-
lah suatu yang tercela. Seorang guru
13. 12
yang berwibawa mampu menilai ting-
kat kepahaman muridnya sebelum
dia membenarkannya bertanya.
Adapun adab utama yang harus
dimiliki seorang guru terhadap murid
adalah, pertama, bersikap lemah lem-
but dan melayani muridnya sebagaima-
na dia melayani anak-anaknya sendiri.
Sebagaimana wajibnya berkasih sa-
yang sesama keluarga demi kebaikan
dan keselamatan di akhirat, maka wa-
jib juga berkasih sayang di antara guru
dan murid demi tujuan akhirat. Hal ini
hanya berlaku jika antara guru dan mu-
rid masing-masing paham tentang tu-
juan akhir dari proses belajar adalah
Akherat.
Kedua adalah bersikap tegas dan
jelas menasihati para murid. Guru hen-
daknya secara tegas memantau dan
menasihati muridnya agar sabar dan
tekun mempelajari ilmu sesuai tahapan-
nya; jangan memasukkan sebuah taha-
pan ilmu yang belum dia layak terima,
jangan mempelajari ilmu yang tersirat
(khafiyy) sebelum selesai menguasai
ilmu yang zharir (jaliyy).
Guru juga perlu tegas menekankan
bahwa ilmu dituntut bukan demi tujuan
keduniaan, sebaliknya demi mendekat-
kan diri kepada Allah SWT semata-ma-
ta. Ketiga, memperhatikan sikap tercela
muridsecaracermatdanhati-hati.Imam
Al-Ghazali menasehati agar guru sebi-
sa mungkin mencoba menjauhkan mu-
rid dari lingkungan dan keadaan yang
mendorong seorang murid terpengaruh
dari sifat yang buruk.
Demikianlah sikap dan tanggung
jawab yang perlu diusahakan dan dijaga
olehsetiapmuriddanguru.Seorangmu-
rid harus menganggap gurunya seperti
dia menganggap orang tuanya sendiri.
Karena hakikatnya orang tua, menurut
Al-Ghazali, dibagi dalam tiga kelompok,
pertama orang tua yang melahirkanmu,
kedua orang tua yang mengawinkan-
mu (wali), ketiga adalah orang tua yang
mengajarimu (guru).
Seorang guru juga harus mengajari
muridnya dengan maksimal dan ha-
rus berkeyakinan bahwa mereka ada-
lah calon-calon pemimpin umat dan
bangsa. Sehingga perlu diajari ilmu-
ilmu fardhu ‘ain sejak dini, diteruskan
dengan ilmu-ilmu fardhu kifayah yang
bisa mendatangkan maslahat bagi
negara, bangsa dan agama. Wallahu
a’lam.
14. 13
Sejak lima tahun terakhir, setiap 22
Oktober Indonesia memperingati Hari
Santri. Peringatan tersebut membuat
rasa percaya diri di kalangan santri
meningkat.
Founder Santri Nulis Ustaz Saiful
Falah meminta para santri di Indonesia
agar tidak malu dengan identitasnya.
Apalagi, lanjutnya, jebolan pesantren
tak jarang yang berprestasi.
“Santri yang ada di Indonesia itu
jangan nutupin identitasnya. Saya san-
tri, saya bangga jadi santri, harusnya
gitu,” kata Ustaz Saiful kepada umma.
Dia menambahkan, Hari Santri
menjadi momen mengingat jasa san-
tri dan kiai yang ikut berjuang mem-
pertahankan NKRI. Peringatan ini bisa
dijadikan prasasti bahwa santri telah
memberi bukti cinta pada Ibu Pertiwi.
“Santri sebagai elemen pendiri
bangsa santri jadi sekarang juga harus
menjadi elemen pengisi kemerdekaan
bangsa. Salah satunya dengan presta-
sinya, dengan karyanya,” ucapnya.
P R O F I L
‘SAYA SANTRI,
SAYA BANGGA
JADI SANTRI’
Ustaz Saiful Falah
Founder Santri Nulis
15. 14
Dia pun mengaku bangga menjadi
seorang santri. Sebagai bentuk kontri-
busi, Ustaz Saiful mendirikan Komuni-
tas Santri Nulis. Melalui komunitas ini,
dia mengajak para santri menuangkan
ide-ide lewat tulisan.
“Komunitas ini dibentuk untuk
mencetak para santri menjadi penulis.
Sehingga santri bisa menuangkan pe-
mikirannya, menuangkan ilmunya da-
lam sebuah buku, dan dengan buku
tentu apa yang bisa disampaikan lebih
bertahan lama,” ucapnya.
Pepatah mengatakan satu peluru
akan menembus satu kepala, namun
satu kata atau kalimat bisa menembus
1.000 kepala. Itu menjadi prinsip yang
dipegang selama ini.
“Apalagi bila kata sudah diabadi-
kan menjadi buku akan bisa menem-
bus kepala jutaan atau puluhan juta
orang,” katanya.
Komunitas Santri Nulis sudah ba-
nyakmenghasilkankaryatulisdaripara
santri. Baru-baru ini pihaknya mener-
bitkan karya santri kelas 3 Madrasah
Aliyah berupa novel yang mengambil
latar belakang dari Surat Al Kahfi.
Di masa pandemi Covid-19 saat
ini, Ustaz Saiful berpesan kepada para
santri, agar tetap belajar. Karena tak
sedikit santri yang terpaksa harus be-
lajar di rumah. Jangan sampai hafalan
yang sudah ada justru luntur.
“Pada prinsipnya belajar itu jangan
sampai berhenti. Meskipun berada di
rumah, santri harus tetap belajar, mu-
rajaah. Jangan sampai gara-gara co-
rona atau Covid-19 proses belajar jadi
berhenti,” ucapnya.
SantriharusselaluingathadisRasu-
lullah Shallallahi alaihi wasallam. “Kita
diperintahkan mencari ilmu menuntut,
ilmu dari buaian lahir hingga wafat,”
tutup Ustaz Saiful.