Dokumen tersebut membahas tentang hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir, termasuk definisi, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, komplikasi, dan asuhan keperawatan.
2. Kelompok 3
1. Yunanda NA
201510300511019
2. Nadia Kusuma Dewi
201510300511020
3. Andika
201510300511023
4. Ekti Demi 201510300511024
5. Elvira Bintang
201510300511025
6. Indra Prayogi
3. Definisi
Hiperbilirubinemia / Ikterus neonatorum adalah
keadaan ikterus yang terjadi pada bayi baru
lahir yaitu meningginya kadar bilirubin di
dalam jaringan ekstravaskuler sehingga kulit,
konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya
berwarna kuning ( Ngastiyah, 1997).
4. Klasifikasi
1. Hiperbilirubinemia Terkonjugasi (Conjugated
Hyperbilirubinemia).
Hiperbilirubinemia yang disebabkan oleh
gangguan ekskresi bilirubin terkonjugasi oleh
sel hepar atau obstruksi anatomik aliran
empedu di dalam sistem saluran empedu
intrahepatik atau ekstrahepatik.
5. Klasifikasi
2. Hiperbilirubinemia Neonatal (Neonatal
Hyperbilirubinemia).
Hiperbilirubinemia neonatal merupakan
hiperbilirubinemia tipe tak terkonjugasi yang
ringan dan sementara timbul pada neonatus
normal; bentuk familial transien juga
ditemukan, dengan onset ikterus dalam dua
sampai lima hari setelah lahir yang dapat
menyebabkan kern ikterus.
6. Klasifikasi
3. Hiperbilirubin Tak Terkonjugasi (Unconjugated
Hyperbilirubinemia)
Hiperbilirubin tak terkonjugasi yang
disebabkan oleh produksi bilirubin yang
berlebihan (hemolisis), rusaknya pengeluaran
bilirubin dari heme oleh hepar, atau ganggaun
konjugasi oleh hepar, ini mencakup keadaan
hemolitik, sindrom crigler-najjar, sindrom
gilbert, dan hiperbilirubinemia neonatal.
7. Etiologi
1.Peningkatan produksi (Hemolisis, ikatan
bilirubin, Ikterus ASI, Kelainan kongenital)
2.Gangguan transportasi akibat penurunan
kapasitas pengangkutan, misalnya pada
hipoalbuminemia atau akibat pengaruh obat-
obatan tertentu seperti sulfadiasine
3.Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh
beberapa mikroorganisme atau toksin yang
secara langsung dapat merusak sel hati dan
darah merah seperti toksoplasmosis dan
shipilis.
8. Etiologi
4. Gangguan ekskresi yang terjadi di ekstar atau
intra hepatik
5. Peningkatan sirkulasi enterohepatik, misalnya
ileus obstruktif
9. Manifestasi Klinis
1. Kulit berwarna kuning sampe jingga
2. Pasien tampak lemah
3. Nafsu makan berkurang
4. Reflek hisap kurang
5. Urine pekat
6. Perut buncit
7. Pembesaran lien dan hati
8. Gangguan neurologik
9. Feses seperti dempul
10. Manifestasi Klinis
10. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
11.Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan
membran mukosa.
12.Jaundice yang tampak 24 jam pertama
disebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru
lahir, sepsis atau ibu dengan diabetic atau
infeksi.
13.Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3
dan mencapai puncak pada hari ke 3-4 dan
menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan
jaundice fisiologi.
11. Patofisiologi
Pada derajat tertentu, bilirubin bersifat toksik
dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama di
temukan pada bilirubin indirek yang sulit larut
dalam air, tapi mudah larut dalam lemak. Sifat
inilah yang menjadikan efek patologis pada sel otak
jika sampai menembus sawar darah otak. Mudah
tidaknya bilirubin dapat menembus sawar otak
ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan
neonatal. Bilirubin lebih mudah untuk menembus
sawar otak jika bayi lahir dalam keadaan berat
bayi lahir rendah (BBLR), hipoksia dan
hipoglikemia. (Markum, 1991)
13. Penatalaksanaan
Tujuan setiap terapi hiperbilirubin adalah
mengurangi kadar bilirubin dalam aliran
darah sehingga mencegah timbulnya
ensepalopati akut dan resiko kerusakan saraf
jangka panjang.
Metode terapi pada hiperbilirubinemia
meliputi : fototerapi, tranfusi sulih, dan terapi
obat.
15. Asuhan Keperawatan
Contoh Kasus :
Bayi M lahir pada tanggal 25 Maret 2010.
cara operasi sectio caesaria atas indikasi
partus lama. Berat lahir pasien 2200 gram
dengan panjang badan 46 cm. Pada tanggal
30 Maret 2010 yaitu pada usia 6 hari, pasien
mengalami ikterik di seluruh tubuh.
Perdarahan (-), pucat (-), muntah (-), kejang
(-), demam (-), refleks hisap baik, minum
habis 7 x 4 cc, tonus otot baik, BAB dan BAK
normal.
17. III.PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum : menangis kuat, gerak
aktif.
• Kesadaran : compos mentis
• Berat badan : 2200 gram
• Panjang badan : 46 cm
• Lingkar kepala : 33 cm
• Lingkar dada : 31 cm
• Lingkar perut : 30 cm
• Lingkar lengan atas: 9,5 cm
•
18. Tanda vital
• HR : 120 x / menit
• RR : 43 x / menit
• Suhu : 36 °C diukur di aksila
• Kulit : ikterik (+) di seluruh tubuh, pucat (-),
plethora (-), ptekie (-), hematom (-),
sianosis (-).
• Kepala : normocephali, caput (-), cephal
hematom (-), rambut halus, UUB datar.
• Mata : CA -/-, SI +/+, katarak (-), perdarahan
subkonjungtiva (-), pupil bulat isokor,
refleks cahaya +/+.
• Telinga : telinga cepat kembali setelah dilipat.
19. • Jantung
-Inspeksi : ictus cordis terlihat di ICS IV linea
midclavicularis sinistra.
-Palpasi : ictus cordis teraba di ICS IV linea
midclavicularis sinistra.
-Perkusi : tidak dilakukan.
-AuskultasI : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop
(-).
21. Analisa Data
DS : Ibu bayi M
mengatakan bahwa kulit
bayinya terus berwarna
kulit,meskipun sudah
dijemur dibawah sinar
matahari
DO :
Ikterik pada seluruh
tubuh,
Bilirubintotal:24,7mg/dL
Bilirubinindirek:23,9mg/
dL
Bilirubindirek:0,8mg/dL
HIPERBILIRUBIN
Peningkatan bilirubin yang
tidak terkonjugasi dalam darah
Hepar tidak mampu melakukan
konjungasi
Sebagian masuk kembali ke
siklus enterohepatik
Peningkatan bilirubin yangtidak
terkonjugasidalamdarah
Ikterus
Gangguan integritaskulit
Gangguan
integritas kulit
V
22. DS :
Ibu bayi M
mengatakan
bahwa bayinya
sesak napas
DO:
Pasien terlihat
sesak nafas,
merintih, nafas
cuping
hidung(+).
HIPERBILIRUBIN
Peningkatan bilirubin yangtidak
terkonjugasidalamdarah
Hepar tidakmampu melakukan konjungasi
Sebagian masuk kembalikesiklus
enterohepatik
Peningkatan bilirubin yangtidak
terkonjugasidalamdarah
Masuk kesawar darahotak
Hipoksia&hipoksemia
Gangguan pertukaran gas
Gangguan
pertukaran
gas
V
23. DS:
Ibu bayi M
mengungkapkan
bayinya memiliki
kelainan dengan
BAB berwarna putih
DO :
Feses pucat
Bilirubin
total:24,7mg/dL
Bilirubin
indirek:23,9mg/dL
Bilirubin
direk:0,8mg/dL
HIPERBILIRUBIN
Peningkatan bilirubin yang tidak
terkonjugasi dalam darah
Hepar tidak mampu melakukan konjungasi
Sebagian masuk kembalikesiklus
enterohepatik
Peningkatan bilirubin yang tidak
terkonjugasi dalam darah
Bilirubin tidak masuk saluran pecernaan
Perubahan warna mekonium
Tinja pucat
ansietas
Ansietas
24. Prioritas Diagnosa
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan hipoksia dan peningktan bilirubin di
pembuluh darah otak
2. Gangguan intregitas kulit berhubungan
dengan ikterus.
3. Ansietas berhubungan dengan feses pucat
25. Intervensi Keperawatan
1.Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan ikterus
Tujuan : integritas kulit bayi normal
Kriteria hasil: dalam waktu 1x24 jam kadar
bilirubin direk dan indirek normal, warna
kulit normal
26. Intervensi Rasionalisasi
Mandiri-Observasi
1.Monitor tanda-tanda vital
2.Monitor warna kulit setiap 8 jam
3.Monitor kadar bilirubin direk dan
indirek.
4.Masase daerah kulit yang menonjol
1.Mengetahui status kesehatan klien.
2.Mengetahui derajat kuning dan
sebagai indicator peningkatan
bilirubin
3.Mencegah komplikasi lebih lanjut
akibat peningkatan bilirubin
4.-Mencegah terjadinya lecet luka
pada permukaan kulit
-Menghindari terjadinya iritasi
-Mempercepat pemulihan ikterikda
peningkatan integritas kulit.
27. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan hipoksia dan peningkatan bilirubin di
sawar darah otak
• Tujuan : asupan oksigen bayi adekuat
• Kriteria hasil : dalam waktu 1x24 jam, napas
normal 20-25x/menit
28. Intervensi Rasional
Mandiri-Observasi
1.Monitor bunyi paru;frekuensi
napas,kedalaman,dengan indikator dari
penggunaan alat penunjang yang
efektif.
2.Awasi tingkat kesadaran atau status
mental. Selidiki adanya perubahan.
Mandiri-health education
1.Jelaskan prosedur pengobatan kepada
keluarga
2.Jelaskan penggunaan alat bantu
pernafasan.
.
1.Berguna dalam evaluasi derajat
distress pernafasan
2.Bunyi napas mungkin redup karena
penurunan aliran udara atau
konsolidasi
1.Gelisah dan ansietas adalah
manifestasi umum pada hipoksia. GDA
memburuk disertai bingung/somnolen
menunjukkan disfungsi serebral yang
berhubungan dengan hipoksemia.
2.Menurunkan kecemasan klien
terhadap prosedur tindakan yang
dilakukan.
29. Intervensi Rasional
Kolaborasi
1.Konsultasikan dengan dokter
tentang kebutuhan akan
Pemeriksaan gas darah
arteri(GDA) dan penggunaan
alat bantu yang dianjur kan.
2.Siapkan klien untuk ventilasi
atau oksigenasi mekanis bila
perlu
1.Takikardi,disritmia,dan
perubahan tekanan darah
dapat menunjukkan efek
hipoksemia sistemik pada
fungsi jantung
2.Dapat memperbaiki atau
mencegah memburuknya
hipoksia.
30. 3.Ansietas berhubungan dengan feses pucat
• Tujuan : meningkatkan pengetahuan keluarga
tentang proses penyakit
• Kriteria hasil : keluarga bisa menerima
kondisi klien, kecemasan keluarga menurun
31. Intervensi Rasional
Mandiri–Healtheducation
1.Memberikan pengetahuan
tentang proses penyakit.
2.Berikan kesempatan pada
keluarga untuk
mengungkapkan perasaan.
1.-Memberikan pemahaman
pada keluarga tentang
penyakit klien.
-Memberikan pemahaman dan
praktik perawatan kebersihan
pada bayi/klien dengan
hiperbilirubin
-Meningkatkan upaya bina
hubungan saling percaya
antara perawat dan keluarga