MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Ppt webinar narsum 1 prayogo 14 juli 2020 ok
1. Pembelajaran Daring Berbasis Proyek
untuk Menguatkan Jiwa Nasionalisme Peserta Didik
di Masa Normal Baru
Prayogo Kusumaryoko, S.Pd.,M.Hum.
Widyaiswara PPPPTK PKn dan IPS, Kota Batu, Jawa Timur
prayogokusumaryoko@gmail.com
Ryan Aminullah Yasin, S.H.,M.Pd.
Guru PPKn SMK Negeri 1 Trenggalek, Jawa Timur
ryananay99@gmail.com
Disajikan dalam Webinar Series GTK Kemdikbud
Sesi 2, 14 Juli 2020
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Mangunwijaya (1999):
Generasi budaya informatika semakin merasa
betapa nasionalisme ayah bunda mereka semakin
lebih menjadi penghalang daripada penolong
perkembangan diri mereka, bukan karena mereka
mengalami erosi patriotisme, tetapi karena
memang patriotisme kaum agraris, kaum industri,
dan kaum informatika sudah menjadi lain: dari
kepompong menjadi kupu-kupu. Identitas sama,
tetapi gaya hidup lain. Dan panggilan sejarahnyapun
sudah lain.
11. Nasihat Ali bin Abi Thalib:
Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan
zamannya, karena mereka hidup di
zaman mereka, bukan pada
zamanmu. Sesungguhnya mereka
diciptakan untuk zamannya,
sedangkan kalian diciptakan untuk
zaman kalian.
14. Smith dalam Tilaar (2004):
Nasionalisme adalah suatu gerakan ideologis untuk
mencapai dan mempertahankan otonomi, kesatuan,
identitas dari suatu populasi yang anggota-anggotanya
bertekad untuk membentuk suatu bangsa yang aktual atau
bangsa yang potensial.
Moestoko dalam Dewi (2008):
Nasionalisme adalah bentuk pemikiran dan cara pandang
yang menganggap bangsa sebagai bentuk organisasi politik
yang ideal. Suatu kelompok manusia dapat disatukan
menjadi bangsa karena unsur-unsur pengalaman sejarah
yang sama, dalam arti pengalaman penderitaan atau
kejayaan bersama.
DEFINISI NASIONALISME
15. LAN (2015):
Secara sempit, nasionalisme adalah sikap meninggikan
bangsa sendiri dan tidak menghargai bangsa lain. Sikap
ini sering disebut dengan chauvinisme.
Secara luas, nasionalisme berarti pandangan tentang
rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara
sekaligus menghormati bangsa lain.
Secara politis, nasionalisme merupakan manifestasi
kesadaran nasional yang mengandung cita-cita dan
pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk meraih
kemerdekaan maupun sebagai pendorong untuk
membangun dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
DEFINISI NASIONALISME
16. Nasionalisme adalah suatu paham, bentuk pemikiran,
cara pandang, bersikap dan berbuat yang timbul karena
adanya perasaan senasib yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,
politik bangsa, serta menganggap bangsa sebagai
bentuk organisasi politik yang ideal.
DEFINISI NASIONALISME
19. Ciri-ciri Nasionalisme (Kecmanovic,1996):
1. Nasionalisme tidak diberikan melalui kelahiran tetapi
secara sosiopsikologis.
2. Nasionalisme tidak dapat dipisahkan dari berdirinya
sebuah negara.
3. Nasionalisme bukan sekedar masalah emosi.
4. Perasaan nasionalisme merupakan bagian dari
‘perasaan jati diri bangsa’ (sense of national identity).
5. Perasaan nasionalisme mengimplikasikan hadirnya
harapan bersama individu dan kelompok-kelompok
yang ada di dalam bangsa tersebut.
20. Akbar, Hanief, dan Alif (2017):
1. Bangga menjadi bangsa dan menjadi bagian dari masyarakat Indonesia;
2. Mengakui dan menghargai sepenuhnya keanekaragaman pada diri
bangsa Indonesia;
3. Bersedia mempertahankan dan memajukan negara serta nama baik
bangsa;
4. Senantiasa membangun rasa persaudaraan, solidaritas dan kedamaian
antarkelompok;
5. Menyadari sepenuhnya sebagai bagian dari bangsa lain untuk
menciptakan hubungan kerja sama saling menguntungkan; dan
6. Memiliki rasa cinta tanah air Indonesia.
21. Iskandar dalam Nugraha (2010:2):
1. Rasa kebanggaan: bangga menjadi bangsa dan bagian dari
masyarakat Indonesia;
2. Rasa ke-bhinnekatunggalika-an: mengakui dan menghargai
sepenuhnya keanekaragaman pada diri bangsa Indonesia;
3. Rasa semangat perjuangan: Bersedia mempertahankan dan
memajukan negara serta nama baik bangsa;
4. Rasa semangat persatuan: senantiasa membangun rasa
persaudaraan, solidaritas dan kedamaian antarkelompok
masyarakat dengan semangat persatuan;
5. Diplomasi: menyadari sepenuhnya sebagai bagian dari bangsa
lain untuk menciptakan hubungan kerja sama saling
menguntungkan; dan
6. Rasa cinta tanah air: memiliki rasa cinta tanah air Indonesia.
22. Lubis (2008):
Nilai-nilai nasionalisme yang perlu dibangkitkan
sekarang adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan
bagaimana bersikap jujur, adil, disiplin, berani
melawan kesewenang-wenangngan, tidak korup,
toleran, dan lain-lain.
Suwarno et al (1992):
1. Keinginan: keinginan untuk mengabdi serta keinginan berkorban untuk suatu ikatan formal yang
bernama negara;
2. Rasa loyal: senantiasa setia terhadap negara dan tidak berkhianat serta menghancurkan negara sendiri
demi kepentingan pribadi;
3. Rasa hormat: menghormati negara dalam hal apapun; dan
4. Rasa cinta dari seseorang kepada negaranya: perasaan untuk senantiasa mencintai negara.
23. Mustari (2011):
1. Menghargai jasa para tokoh/pahlawan
nasional;
2. Bersedia menggunakan produk dalam
negeri;
3. Menghargai keindahan alam dan budaya
Indonesia;
4. Hapal lagu kebangsaan, lagu wajib dan lagu
daerah; dan
5. Memilih berwisata ke dalam negeri.
24. 1. Mencintai bangsa dan negara Indonesia dengan segala kelebihan
dan kekurangannya;
2. Setia kepada bangsa dan negara Indonesia;
3. Bangga sebagai bangsa Indonesia dengan segala kelebihan dan
kekurangannya;
4. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara Indonesia;
5. Mendukung persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia;
dan
6. Mendukung hidup berdampingan secara damai dengan bangsa lain.
25. Pendidikan nilai-nilai nasionalisme
dilaksanakan dalam bentuk
pendidikan holistik dengan
menggunakan metode knowing the
good, feeling the good, dan acting the
good (Suharjana, 2011).
Pembentukan sikap nasionalisme merupakan proses untuk mengembangkan diri
setiap peserta didik sebagai warga yang bermartabat, merdeka, dan berdaulat
untuk menjaga, mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa (Zamroni,
2011).
26. Pembelajaran berbasis proyek (PjBL) adalah metode pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif di
dalam dunia nyata dan secara pribadi dalam sebuah proyek.
Dengan PjBL, guru membuat pembelajaran menjadi nyata bagi peserta didik. Dalam PjBL peserta didik
mengerjakan proyek dalam rentang waktu tertentu (dari satu minggu hingga satu semester) yang melibatkan
mereka dalam memecahkan masalah dunia nyata atau menjawab pertanyaan kompleks.
DEFINISI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
Peserta didik mendemonstrasikan keterampilan mereka
dengan menciptakan produk atau presentasi pada dunia
nyata. Sebagai hasilnya, pengetahuan konten dan
keterampilan berpikir kritis, kolaboratif, kreativitas, dan
komunikasi peserta didik akan berkembang.
(https://www.pblworks.org/what-is-pbl).
27. PjBL berfokus pada kreativitas berpikir, pemecahan
masalah, dan interaksi antarpeserta didik untuk
menggunakan dan menciptakan pengetahuan baru.
Dalam PjBL, guru hanya berperan sebagai sebagai
fasilitator, merancang kegiatan dan sumber belajar, dan
memberikan saran pada peserta didik sehingga proses
belajar menjadi yang lebih bermakna.
PjBL membantu peserta didik untuk meningkatkan aktivitas
belajar, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
dari orientasi tanggung jawab yang sebelumnya ditekankan
pada guru beralih ke tanggung jawab pada peserta didik.
DEFINISI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
28. PjBL adalah cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik
untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagai bahan pelajarannya.
PjBL bertujuan agar anak didik tertarik untuk belajar. Kegiatan PjBL didasarkan
pada inkuiri. Dalam PjBL, peserta didik terfokus pada pertanyaan dan
permasalahan kompleks yang dijawab dan dipecahkan melalui proses
penyelidikan secara kolaboratif dalam waktu tertentu.
PjBL dilakukan dengan menyelidiki isu-isu dan topik-topik otentik yang sebagian
besar ditemukan di luar sekolah. Selama selama proses inkuiri, peserta didik
mempelajari isi, informasi dan fakta-fakta yang dibutuhkan untuk menarik
kesimpulan dari setiap pertanyaan.
Selama proses berlangsung siswa juga mempelajari keterampilan dan kebiasaan
berpikir yang bernilai (Purwanto, 2019).
29. Ciri-Ciri PjBL (Purwanto,2019):
• Centrality: proyek sebagai pusat atau sentral;
• Driving Question: PjBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan
yang memicu peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan dengan
konsep dan ilmu pengetahuan yang sesuai.
• Constructive Investigation: proyek harus disesuaikan dengan kemampuan
peserta didik dan proyek yang dijalankan harus memberi keterampilan dan
pengetahuan baru bagi peserta didik.
• Autonomy: aktivitas peserta didik sangat penting, peserta didik berperan
sebagai pemberi keputusan dan pencari solusi (problem solver).
• Realism: kegiatan peserta didik difokuskan pada kegiatan yang serupa
dengan situasi yang sebenarnya atau dunia nyata.
30. Tujuh unsur penting dalam merancang PjBL
(https://www.pblworks.org/what-is-pbl)
31. Menentukan
Pertanyaan Mendasar
(Start With the Essential
Question)
Mendesain
Perencanaan
Proyek (Design a Plan
for the Project)
Menyusun
Jadwal (Create a
Schedule)
Memonitor Peserta
didik dan Kemajuan
proyek (Monitor the
Students and the
Progress of the Project)
Menguji Hasil (Assess
the Outcome)
Mengevaluasi
Pengalaman (Evaluate
the Experience)
SINTAKS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
32. Dalam satu dekade terakhir, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berlangsung
dengan sangat pesat. Pemanfaatan TIK sangat meluas di setiap sendi kehidupan kita.
Berdasarkan laporan terbaru We Are Social tahun 2020 disebutkan bahwa jumlah pengguna
internet di Indonesia adalah 175,4 juta pengguna.
Dibandingkan tahun sebelumnya, ada kenaikan 17% atau 25 juta pengguna internet di negeri
ini.
Jika total populasi Indonesia berjumlah 272,1 juta jiwa, hal itu berarti 64% setengah penduduk
RI telah merasakan akses ke dunia maya (https://inet.detik.com/cyberlife/d-4907674/riset-
ada-1752-juta-pengguna-internet-di-indonesia).
PEMBELAJARAN DARING
33. Istilah daring merupakan akronim dari ‘dalam jaringan’ yang
bermakna ‘terhubung melalui jejaring komputer, internet,
dan sebagainya’
(https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/daring).
Pembelajaran daring menurut Ristekdikti (2017) adalah
pembelajaran yang dikelola dengan menggunakan aplikasi
berbasis web (biasanya dalam bentuk Learning
Management System).
Ramadhan, Chaeruman & Kustandi (2018) mendefinisikan
pembelajaran daring (e-learning) sebagai hasil perpaduan
antara pemanfaatan teknologi dengan pembelajaran.
DEFINISI PEMBELAJARAN DARING
35. Learning is open (belajar adalah terbuka)
Learning is personal (belajar adalah personal)
Learning is augmented (belajar adalah terbantukan)
Learning is multirepresented (belajar adalah multirepresentasi/multiperspektif)
Learning is mobile (belajar adalah bergerak)
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN DARING (Ristekdikti, 2017)
36. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan
guru atau instruktur (enhance interactivity);
Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan
kapan saja (time and place flexibility);
Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach
a global audience); dan
Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran
(easy updating of content as well as archivable capabilities).
MANFAAT PEMBELAJARAN DARING (Bates (1997)