Analisis menunjukkan bahwa tingkat kematangan Unit Layanan Pengadaan Kementerian Agama Pusat berada pada level 1 (ad hoc) dimana proses-proses pengelolaan proyek masih dilakukan secara informal dan tidak terstruktur. Faktor-faktor seperti kurangnya dukungan sistem dan SDM berpengaruh terhadap rendahnya tingkat kematangan organisasi.
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
ULP KEMATANGAN
1. Analisis Tingkat
Kematangan Organisasi
(Studi Kasus pada Unit Layanan
Pengadaan Kementerian Agama Pusat)
Ilmu Administrasi dan Kebijakan Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia
2016
Oleh:
Dedy Fadly
1306349451
2. Latar Belakang
Adanya tuntutan
pembangunan di
Indonesia
Tantangan kemiskinan,
pengangguran, &
kesejahteraan
Diperlukan adanya
optimalisasi
penyerapan anggaran
Faktanya, serapan anggaran
masih rendah
Identik dgn
tantangan
negara
berkembang
Untuk
meningkatkan
kualitas hidup
bernegara
Karena
mempengaruhi
keberhasilan
pembangunan
3. Latar Belakang (lanjutan)
Penyebab
Rendahnya
Penyerapan
Anggaran
• Ketakutan dari
aparatur
• Tidak memiliki
konsep
perencanaan
yang matang
• Rendahnya
kapasitas
aparatur
Langkah Solusi
Pemerintah
• Peningkatan
kapasitas
terkait
pengadaan
barang/jasa
70
13
Adhoc/ex-officio Permanen
434
64
Adhoc/ex-officio Permanen
Bentuk ULP pada K/L//I
Bentuk ULP pada Pemerintah Daerah
Kondisi Eksisting ULP
4. Latar Belakang (lanjutan)
Masalah pada
ULP
Rawan intervensi
Kompetensi & kemampuan
pelaksana bervariasi
Profesionalitas tidak terjamin &
tidak terukur
Jabatan yang merangkap
Keahlian, pengalaman, &
keterampilan tidak efektif
Tidak ada jaminan peningkatan
karir
Manajemen data tidak baik
Sumber: LKPP, 2013
5. Mengapa Memilih ULP Kementerian
Agama Pusat?
Kementerian Agama
menduduki
peringkat terbawah
dalam indeks
integritas dari 22
instansi pusat yang
diteliti (KPK, 2011)
Kementerian Agama
berada pada posisi 8
yang berarti masuk
10 besar K/L yang
berpotensi paling
korup (FITRA, 2012)
Kepatuhan
Kementerian Agama
dalam memenuhi
standar pelayanan
publik masuk zona
merah atau kategori
kepatuhan rendah
dengan nilai 51,95
(ORI, 2015)
6. Pentingnya Peningkatan Kematangan
ULP Kemenag Pusat
• Koordinasi masih perlu ditingkatkan
• Prosentase pekerjaan tepat waktu perlu ditingkatkan
• Kedisiplinan
Octorano (2013)
• Perlunya membina kapasitas profesional
• Perlunya meningkatkan prosedur dan praktik pelaksanaanBank Dunia (2001)
• Menyoroti masalah dalam penyelesaian sengketa, Masalah
utamanya adalah kurangnya otoritas yang independen untuk
mengadili keberatan yang diajukan atas hasil lelang
Transparency
International
(2011)
• Dibutuhkan pengembangan organisasi
• Perlu pengembangan keterampilan professional
pengadaan
• Perlu pembentukan sistem insentif dan jalur karir
AusAID (2010)
7. Perumusan Masalah & Tujuan Penelitian
Rumusan
Masalah
• Bagaimana tingkat
kematangan ULP
Kementerian Agama
Pusat?
• Faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi
kematangan ULP
Kemenag Pusat?
Tujuan
Penelitian
• Menganalisis tingkat
kematangan ULP
Kementerian Agama
Pusat.
• Menganalisis faktor-
faktor yang
mempengaruhi
kematangan ULP
Kemenag Pusat?
8. No.
Peneliti dan Judul
Penelitian
Tujuan Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1. Attafar, dkk (2013)
Determine the Level of
Maturity of
Organization and
Organizational Agility in
Industrial Companies
(Case of Study: Fakour
Industrial Company)
- Menganalisis seberapa
cepat organisasi
menanggapi setiap
perubahan yang terjadi
pada lingkungan.
- Menganalisis tingkat
kematangan organisasi
yang menjadi objek
penelitian.
Kuantitatif Kedewasaan individu, kematangan
organisasi, dan cepat tanggapnya
organisasi atas perubahan yang
terjadi berada pada tingkat rata-
rata.
2. Neverauskas dan
Railaite (2013)
Formation Approach for
Project Management
Maturity Measurement
- Mengidentifikasi dan
mengevaluasi isu-isu
kunci tentang evaluasi
PMM.
- Memahami
kekhususan
manajemen proyek
dalam organisasi yang
memiliki lingkungan
dengan tantangan yang
lebih spesifik.
Kualitatif Terdapat kelebihan dan
kekurangan pada model-model
PMM yang ditelaah.
Tinjauan Pustaka (1)
9. No.
Peneliti dan Judul
Penelitian
Tujuan Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
3. Simangunsong dan
Da Silva (2013)
Analyzing Project
Maturity Level in
Indonesia
- Menilai tingkat
kematangan dalam
bisnis di Indonesia
untuk mempercepat
pembangunan negara
dan kelangsungan
usaha.
Kuantitatif Konstruksi dan industri primer
memiliki tingkat kematangan
yang lebih tinggi dibandingkan
dengan manufaktur dan jasa.
Akan tetapi, perlu dicatat bahwa
tingkat pemahaman manajemen
proyek di industri terkategori
renah. Oleh karena itu, perlu
peningkatan kualitas lebih terkait
pelatihan manajemen proyek atau
sertifikasi untuk meningkatkan
pengetahuan manajemen proyek
secara keseluruhan di Indonesia.
4. Ramadhani, dkk.
(2012)
Knowledge
Management Maturity
Level Assessment
(Case Study of PT.
XYZ)
- Menilai tingkat
kematangan
manajemen
pengetahuan pada
sebuah organisasi.
Kuantitatif Terdapat tingkat kematangan
yang berbeda untuk setiap jenis
kelamin, usia, dan posisi dalam
organisasi. Lebih lanjut, terdapat
hubungan tingkat kematangan
dengan kinerja organisasi yang
diambil dari laporan keuangan.
Tinjauan Pustaka (2)
10. No.
Peneliti dan Judul
Penelitian
Tujuan Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
5. Khatibian, dkk.
(2010) Measurement
of Knowledge
Management
Maturity Level within
Organizations
- Mengembangkan model
untuk mengukur tingkat
kematangan manajemen
pengetahuan dalam
sebuah organisasi.
Kuantitatif Terdapat 8 faktor dan 42 variabel yang
mempengaruhi manajemen
pengetahuan dan kemudian
dikembangkan menjadi model tingkat
kematangan manajemen pengetahuan.
Model tersebut membantu dan
menentukan posisi kematangan
organisasi dalam manajemen
pengetahuan dengan mendefinisikan
status yang ada pada faktor dan
variabel dan dari prioritas faktor dan
variabel yang memungkinkan
organisasi untuk mengoptimalkan
profilnya.
6. Backlund, dkk. (2014)
Project Management
Maturity Models – A
Critical Review: A
Case Study within
Swedish Engineering
and Construction
Organizations
- Membahas bagaimana
rekayasa dan konstruksi
perusahaan besar dalam
melihat kematangan
manajemen proyek dan
PM3s dalam rangka
mengembangkan dan
meningkatkan prkatik
manajemen proyek
perusahaan
Kualitatif kontribusi PM3s dalam rangka
perbaikan dan pengembangan
organisasi dinilai kurang jelas. Masih
terdapat banyak kekurangan pada
penerapan PM3s dalam rekayasa dan
konstruksi organisasi.
Tinjauan Pustaka (3)
11. No.
Peneliti dan Judul
Penelitian
Tujuan Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
7. Darmapramita, dkk.
(2014)
Analisis Tingkat
Kematangan (Maturity
Levels) Unit Layanan
Pengadaan Kabupaten
Badung
- Mengetahui faktor-
faktor yang
mempengaruhi
tingkat kematangan
ULP Kabupaten
Badung.
- Menganalisis tingkat
kematangan ULP
Kabupaten Badung.
Kuantitatif Hasil penelitian menunjukkan
ada 3 faktor yang berpengaruh
terhadap tingkat kematangan
ULP Kabupaten Badung yaitu
sinergitas dan budaya organisasi,
sumber daya dan manajemen
resiko, dan pengembangan
kinerja organisasi. Adapun posisi
kematangan ULP Kabupaten
Badung pada saat penelitian itu
dilakukan ada pada tingkat
compliance.
8. Dedy Fadly, 2016
Analisis Tingkat
Kematangan Unit
Layanan Pengadaan
Kementerian Agama
Pusat
- Menganalisis tingkat
kematangan ULP
Kemenag Pusat.
- Menganalisis faktor-
faktor yang
mempengaruhi
kematangan ULP
Kemenag Pusat
Post-
positivist
Tingkat kematangan ULP
Kementerian Agama Pusat berada
pada level 1 (ad hoc) dan banyak
disebabkan oleh faktor
organisasional yang kurang
mendukung.
Tinjauan Pustaka (4)
12. Konsep Kematangan Organisasi
Project Management Process Maturity (PM)2 (Kwak & Ibbs, 2002)
Dimensi/Sub
Variabel Project
Process
Dimensi/Sub
Variabel Project
Management
Knowledge Areas
14. Konsep Faktor yang Mempengaruhi
Kematangan Organisasi
Kema-
tangan
Organisasi
Individual
Organisa-
sional
Prosedu-
ral
• Emosional
• Konseptual
• Sosial
• Teknikal
• Defining procedure
• Designing procedure
• Evaluation procedure
• Continuous improving of
procedure
• Agility of procedure
• Own and administrators of
procedures
• Rules and system supporting
procedures
• Organizational leadership
• Organizational culture
• Skills of organization’s employee
• Organization’s system and orders
• Organizational changing
• Organizational learning
• Organizational structure
Sumber: Attafar, dkk., 2013
15. Metode Penelitian
• Pendekatan Postpositivist
Pendekatan
Penelitian
• Penelitian deskriptif-analitik (berdasarkan tujuan)
• Penelitian Murni (berdasarkan manfaat)
• Penelitian Cross Sectional (berdasarkan waktu)
• Penelitian Kualitatif (berdasarkan teknik pengumpulan
data)
Tipe Penelitian
• Wawancara Mendalam
• Studi dokumen
Teknik
Pengumpulan Data
• Teknik Analisis Data Kualitatif Model Miles &
Huberman yang terdiri dari 3 tahap, yaitu data
reduction, data display, dan data verification
Teknik Analisis
Data
16. Informan Penelitian
Informan Penelitian
• Prof. Dr. Nur Syam, M.Si. selaku Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI
• Drs. H. Syafrizal, M.Si selaku Kepala Biro Umum, Sekretariat Jenderal Kementerian
Agama RI
• Suparno, ST selaku Sekretaris ULP Kemenag Pusat
• Effendi Heryawan selaku Pokja ULP Kemenag Pusat
• Donny Feronika Octorano, MM selaku Pokja ULP Kementerian Agama Pusat
• Ahmad Verdiyansyah, SE selaku Pokja ULP Kementerian Agama Pusat
• Herniaty selaku Pokja ULP Kemenag Pusat Kementerian Agama Pusat
• Salah satu PPK Unit Eselon II Kementerian Agama Pusat
18. 1. Project Integration Management
Kematangan ULP Kemenag Pusat
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Pembuatan rencana program, pelaksanaan program,
pengendalian perubahan, dan sistem informasi manajemen
sudah memiliki SOP, tetapi belum berjalan optimal.
19. 2. Project Scope Management
Kematangan ULP Kemenag Pusat
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
ULP Kementerian Agama Pusat tidak melaksanakan
persiapan ruang lingkup, perencanaan ruang lingkup,
penetapan ruang lingkup, dan pengendalian ruang lingkup.
Terkait ruang lingkup ini, ULP Kementerian Agama Pusat
bergantung pada kebijakan Biro Umum.
20. 3. Project Time Management
Kematangan ULP Kemenag Pusat
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
SOP-SOP mengenai mengenai penyusunan dan penetapan
aktivitas, pengurutan aktivitas, perkiraan lama aktivitas, dan
pengendalian jadwal sudah ada. Akan tetapi, pelaksanaannya
masih bermasalah.
21. 4. Project Cost Management
Kematangan ULP Kemenag Pusat
ULP Kementerian Agama Pusat tidak memiliki kewenangan
terkait penganggaran. Anggaran bagi ULP merupakan salah
satu pos alokasi anggaran Biro Umum.
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
22. 5. Project Quality Management
Kematangan ULP Kemenag Pusat
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Perencanaan kualitas, jaminan kualitas, dan pengendalian
kualitas yang terjadi di ULP hanya terkait pemilihan penyedia
barang/jasa. Terkait jaminan kualitas koordinasi,
pengawasan, manajemen SDM, penganggaran, dan lain
sebagainya masih menjadi pekerjaan rumah bagi ULP
Kementerian Agama Pusat.
23. 6. Project Human Resource Management
Kematangan ULP Kemenag Pusat
ULP Kementerian Agama Pusat belum memiliki perencanaan
SDM, perekrutan SDM, dan pengembangan SDM
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
24. 7. Project Communication Management
Kematangan ULP Kemenag Pusat
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Aturan normatif mengenai mekanisme komunikasi, distribusi
informasi, dan pelaporan kinerja sudah ada di ULP
Kementerian Agama Pusat. Akan tetapi, dalam
pelaksanaannya belum berjalan optimal.
25. 8. Project Risk Management
Kematangan ULP Kemenag Pusat
Dalam project risk management ini, pihak ULP Kementerian
Agama Pusat hanya melakukan identifikasi dan kuantifikasi
resiko secara informal.
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
26. 9. Project Procurement Management
Kematangan ULP Kemenag Pusat
Perencanaan pengadaan, perencanaan tata cara undangan ke
peserta, rapat undangan peserta, pemilihan peserta,
pemilihan mitra, pelaporan kontrak kerja, dan penyelesaian
kontrak sudah terimplementasi dengan cukup baik.
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
27. 10. Initiating Process
Kematangan ULP Kemenag Pusat
ULP Kementerian Agama Pusat seolah masih sebatas
pengelolaan proyek, yaitu terkait pemilihan penyedia
barang/jasa
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
28. 11. Planning Process
Kematangan ULP Kemenag Pusat
Tidak adanya perencanaan secara komprehensif yang
dilakukan oleh ULP Kementerian Agama Pusat. Jika ada
kegiatan perencanaan yang dilakukan, maka hal itu
merupakan sebagian kecil dari fungsi perencanaan yang lebih
besar.
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
29. 12. Executing Process
Kematangan ULP Kemenag Pusat
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Dampak dari perencanaan yang belum ada dalam aspek-
aspek yang dibutuhkan mengakibatkan tidak adanya
kegiatan/progra yang dieksekusi.
Eksekusi hanya terkait kegiatan pemilihan penyedia
barang/jas.
30. 13. Controlling Process
Kematangan ULP Kemenag Pusat
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Kontrol belum komprehensif. Hanya terkait dengan
pemilihan penyedia barang/jasa.
31. 14. Closing Process
Kematangan ULP Kemenag Pusat
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Jika dilihat lebih luas lagi, ULP Kementerian Agama Pusat
belum memiliki closing process untuk program-program lain,
seperti manajemen SDM, manajemen resiko, pengawasan,
dan lain sebagainya. Hal ini karena keterbatasan kewenangan
yang dimiliki oleh ULP Kementerian Agama Pusat.
32. Dimensi
Level
1 2 3 4 5
Dimensi Project Integration
Management
X
Scope Management X
Project Time Management X
Project Cost Management X
Project Quality Management X
Project Human Resource
Management
X
Project Communication Management X
Project Risk Management X
Project Procurement Management X
Initiating process X
Planning process X
Executing pocess X
Controlling process X
Closing process X
Rekapitulasi Assessment Kematangan
33. 1. Faktor Individual
Analisis Faktor yang Mempengaruhi
Kemampuan pegawai untuk bereaksi, tumbuh
dan mengontrol emosi dan perasaannya.
Kemampuan untuk memahami dengan cepat,
memecahkan masalah, memprediksi, dan
menyimpulkan.
Memiliki pemahaman, berubah, dan secara
efektif berkinerja dalam berbagai kondisi
budaya organisasi.
Mampu beradaptasi dan harmonis dengan
lingkungan.
Indikator Kondisi
Baik & mendukung
Baik & mendukung
Baik & mendukung
Baik & mendukung
34. 2. Faktor Prosedural
Analisis Faktor yang Mempengaruhi
Indikator Kondisi
Langkah pendefinisian prosedural Ada. Terlihat dari adanya beberapa SOP berkaitan
dengan tahapan-tahapan pemilihan penyedia
barang/jasa
Adanya upaya membuat desain
prosedur
Pada SOP-SOP ada desain prosedurnya
Prosedur evaluasi Belum memiliki prosedur evaluasi yang efektif
Upaya untuk terus meningkatkan
kualitas prosedur
Adanya upaya berupa revisi prosedur
Prosedur yang ada mampu
mengakomodir berbagai tantangan
Sebagian mampu mengakomodir, sebagian
lainnya belum mampu
Para pegawai mampu melaksanakan
prosedur
Iya
Aturan dan sistem mendukung
pelaksanaan prosedur
Aturan di atasnya mendukung SOP, tetapi sistem
belum mendukung.
35. 3. Faktor Organisasional
Analisis Faktor yang Mempengaruhi
Indikator Kondisi
Kepemimpinan Kepemimpinan yang membawa perubahan bagi
organisasi belum terlihat
Budaya Organisasi Belum memiliki budaya organisasi yang
diformalkan
Kompetensi & Profesionalitas Pegawai Kompeten iya, tetapi belum diiringi dengan
profesionalitas
Sistem & Tata Tertib Sistem & tata tertib belum mendukung
Perubahan yang Berkelanjutan Belum terlihat agenda ke arah perubahan yg
berkelanjutan
Terbuka terhadap Perkembangan
Lingkungan
Belum menunjukkan keterbukaan terhadap
perkembangan lingkungan
Struktur Organisasi Belum mendukung perubahan yang diinginkan
36. Kesimpulan
• Kematangan ULP Kementerian Agama Pusat
masih berada pada level 1 (ad hoc). Hal itu
karena dari 14 dimensi, 8 dimensi masih berada
pada level 1 (ad hoc). Sementara sisanya, 4
dimensi berada pada level 2 (planned) dan 2
dimensi berada pada level 3 (managed at
project level).
• Faktor individual dan prosedural sudah cukup
baik, sementara faktor organisasional masih
kurang mendukung.
37. Saran
ULP Kementerian Agama Pusat agar diberikan kewenangan
merencanakan anggaran dan program.
ULP Kementerian Agama Pusat perlu diberikan wewenang
untuk melakukan job analysis.
Perlunya memperkuat pengawasan yang dilakukan oleh ULP
Kementerian Agama Pusat agar project time management
pelaksanaan pemilihan penyedia barang/jasa berjalan efektif.
Optimalisasi manajemen komunikasi seperti mekanisme
komunikasi, distribusi informasi, dan pelaporan kinerja perlu
dilakukan dengan meningkatkan peran Kepala ULP dalam
mengoordinasikan hal-hal tersebut.
ULP Kementerian Agama Pusat perlu membuat kuantifikasi
resiko yang merujuk pada peraturan yang berlaku disertai
dengan panduan pelaksanaan menaggulangi terjadinya resiko
A. Terkait Kematangan ULP Kemenag Pusat
38. Saran
B. Terkait Faktor yang Mempengaruhi
Agar faktor individual mendukung peningkatan level
kematangan ULP Kementerian Agama Pusat, maka hal
tersebut dapat dikelola dengan meningkatkan motivasi dan
kompetensi pegawai melalui manajemen SDM yang baik,
Agar faktor prosedural mendukung peningkatan level
kematangan ULP Kementerian Agama Pusat, maka hal
tersebut dapat dikelola dengan penyusunan dan pelaksanaan
prosedur yang mampu beradaptasi dengan lingkungan, dan
Agar faktor organisasional mendukung peningkatan level
kematangan ULP Kementerian Agama Pusat, maka hal
tersebut dapat dikelola dengan merevitalisasi posisi ULP
melalui berbagai kebijakan yang mendukung.