2. Secara psikis, hati adalah
sesuatu yang halus, yang
berasal dari alam ketuhanan.
Dialah yang merasa,
mengetahui, dan mengenal
segala hal, serta diberi
beban, disiksa, dicaci, dan
sebagainya
Secara fisik, hati adalah
segumpal daging yang
berbentuk bundar memanjang,
terletak pada tepi kiri dada.
Didalamnya terdapat lubang-
lubang yang berisi darah
hitam. Ia merupakan sumber
dan tambang nyawa.
3. Ayat pendukung
وُلُق ْمُهَل َُونكَتَف ِضْرَ ْاْل يِف واُيرِسَي ْمَلَفَأُعَمْسَي ٌانَذآ ْوَأ اَهِب َونُلِقْعَي ٌبَون
ْعَت ْنِكََٰلَو ُارَصْبَ ْاْل ىَمْعَت ََل اَهَّنِإَف ۖ اَهِبُِورُدصال يِف يِتَّلا ُوبُلُقْلا ىَم
“Maka apakah mereka tidak berjalan di
muka bumi, lalu mereka mempunyai hati
yang dengan itu mereka dapat memahami
atau mempunyai telinga yang dengan itu
mereka dapat mendengar? Karena
sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,
tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam
dada.”(QS. Al-Hajj:46).
4. Teori pengembangan
Hati memiliki potensi untuk mengarahkan manusia ke arah kebaikan
atau keburukan, bergantung pada kepekaan hati terhadap
rangsangan (petunjuk). Keburukan-keburukan yang terus dipelihara
akan mengurangi kepekaan kalbu. Jika telah demikian, setiap kita
melakukan keburukan, kekhawatiran dan kegelisahan takkan muncul
sedikitpun karena sudah terbiasa. Sesungguhnya kalbu ibarat
cermin, cermin akan mudah menangkap dan memantulkan cahaya
apabila ia bersih. Cermin akan dapat kita gunakan dengan sempurna
apabila ia bersih. Apa yang dipantulkan cermin tergantung pada apa
yang ada dihadapannya. Sebaliknya, cermin akan sulit menangkap
cahaya jika tertutup oleh debu ataupun noda hitam sehingga sulit
pula untuk memantulkan cahaya dengan sempurna. Maka agar
cermin bisa berfungsi dengan baik, kita harus selalu
membersihkannya.
5. Aplikasi dalam kehidupan
Bekerja dengan hati nurani dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
• Mengawali kerja dengan niat baik dan benar
• Menjaga agama Allah Swt. dalam bekerja
• Menghadirkan agama Allah Swt. dalam setiap pekerjaan
• Menggunakan hati nurani dalam menentukan sikap saat
bekerja
• Menampilkan sikap takwa dalam bekerja
• Ikhlas dalam bekerja
• Menampilkan cara kerja yang terbaik
• Memunculkan syukur prestatif
• Menjalin silaturrahmi dan merajut ukhuwah (kerja sama)
• Menampilkan pelayanan prima.
6. Nilai Tarbawi
Hadis ini memerintahkan untuk mengerjakan
perbuatan yang halal, menjauhi yang haram dan
meninggalkan yang syubhat, hati-hati dalam
menjaga agama dan harga diri, tidak melakukan
perbuatan-perbuatan yang bisa menimbulkan buruk
sangka dan terjerumus dalam perkara-perkara yang
diperingatkan. Seruan untuk memperbaikai kekuatan
akal, memperbaiki jiwa dari dalam, yaitu dengan
memperbaiki hati.