SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
AKTIVITAS LISTRIK JANTUNG

a. Nodus sinoatrium adalah pemacu jantung normal.
Kontraksi sel otot jantung untuk mendorong darah dicetuskan oleh potensial aksi yang
menyebar melalui membran sel-sel otot. Jantunf berkontraksi atau berdenyut secara berirama
akibat potensial aksi yang ditimbulkannya sendiri, suatu sifat yang dikenal sebagai
otoritmisitas.
Terdapat dua jenis khusus sel otot jantung :
1. 99% sel otot jantung adalah sel kontraktil, yang melakukan kerja mekanis, yaitu
memompa. Sel-sel pekerja ini dalam keadaan normal tidak menghasilkan sendiri potensial
aksi.
2. Sebaliknya, sebagian kecil sisanya, sel otoritmik, tidak berkontraksi tetapi mengkhususkan
diri mencetuskan dan menghantarkan potensial aksi yang bertanggung jawab untuk
kontraksi sel-sel pekerja.

Berbeda dengan sel saraf dan sel otot rangka, yang membrannya tetap berada pada potensial
istirahat yang konstan, kecuali apabila sel dirangsang, sel-sel otoritmik jantung tidak memiliki
potensial istirahat. Sel-sel tersebut memperlihatkan aktivitas pemacu (pacemaker activity),
yaitu membran mereka secara perlahan mengalami depolarisasi, atau bergeser, antara
potensial-potensial aksi sampai ambang tercapai, pada saat membran mengalami potensial
aksi, yang kemudian menyebar ke seluruh jantung untuk mencetuskan denyut secara berirama
tanpa perangsangan saraf apapun.
Di sel-sel otoritmik jantung, antara potensial-potensial aksi permeabilitas K+ tidak menetap
seperti di sel saraf dan sel otot rangka. Permeabilitas membran terhadap K+ menurun antara
potensial-potensial aksi, karena saluran K+ diinaktifkan, yang mengurangi aliran ke luar ion
kalium positif mengikuti penurunan gradient konsentrasi mereka. Karena influks pasif
Na+dalam jumlah kecil tidak berubah, bagian dalam secara bertahap menjadi kurang negatif,
yaitu, membran secara bertahap mengalami depolarisasi dan bergeser ke arah ambang. Setelah
ambang dicapai, terjadi fase naik dari potensial aksi sebagai respons terhadap pengkatifan
saluran Ca++ dan influks Ca++ kemudian, fase ini berbeda dari otot rangka, dengan influks Na+
yang mengubah potensial aksi kea rah positif. Fase turun disebabkan oleh efluks K+ yang
terjadi karena peningkatan permeabilitas K+ akibat pengaktifan saluran K+. Setelah potensial
aksi usai, inaktivasi saluran-saluran K+ ini mengawali depolarisasi berikutnya.

Sel-sel jantung yang mampu mengalami otoritmisitas ditemukan di lokasi-lokasi berikut ini :
1. Nodus sinoatrium (SA), daerah kecil khusus di dinding atrium kanan dekat lubang
(muara) vena kava superior.
2. Nodus atrioventrikel (AV), sebuah berkas kecil sel-sel otot jantung khusus di dasar atrium
kanan dekat septum, tepat di atas pertautan atrium dan ventrikel.
3. Berkas His (berkas antrioventrikel), suatu jaras sel-sel khusus yang berasal dari nodus
AV dan masuk ke septum anarventrikel, tempat berkas tersebut berjalan ke bawah melalui
septum, melingkari ujung bilik ventrikel, dan kembali ke atrium di sepanjang dinding luar.
4. Serat Purkinje, serat-serat terminal halus yang berjalan dari berkas His dan menyebar ke
seluruh miokardium ventrikel seperti ranting-ranting pohon.

Karena perbedaan kecepatan depolarisasi lambat mereka, sel-sel otoritmik tersebut berbeda
dalam hal kecepatan normal untuk menghasilkan potensial aksi.Sel-sel jantung yang memiliki
kecepatan pembentukan potensial aksi tertinggi terletak di Nodus SA. Sekali potensial aksi
timbul di salah satu sel otot jantung, potensial aksi tersebut akan menyebar ke seluruh
miokardium melalui gap junction dan system penghantar khusus. Oleh karena itu, nodus SA,
yang dalam keadaan normal memperlihatkan kecepatan otoritmisitas tertinggi, yaitu 70-80
potensial aksi/menit, menjalankan bagian jantung sisanya dengan kecepatan ini dan dikenal
sebagai pemacu (pacemaker, penentu irama) jantung. Jaringan otoritmik lain tidak mampu
menjalankan kecepatan mereka yang rendah, karena mereka sudah diaktifkan oleh potensial
aksi yang berasal dari nodus SA sebelum mereka mencapai ambang dengan irama yang lebih
lambat.

Jaringan otoritmik bukan nodus SA adalah pemacu laten yang dapat mengambil alih,
walaupun dengan kecepatan yang lebih rendah, apabila pemacu normal tidak berkerja. Selain
itu dikenal pula fenomena blok jantung total (complete heart block) yaitu kejadian yang
timbul apabila jaringan penghantar antara atrium dan ventrikel rusak dan tidak berfungsi.
Kecepatan denyutan ventrikel 30 kali/menit hanya akan dapat menunjang gaya hidup yang
sangat santai, biasanya pasien menjadi koma.

Kadang-kadang suatu bagian jantung, misalnya serat Purkinje, menjadi sangat tereksitasi dan
mengalami depolarisasi lebih cepat dibanding nodus SA. Daerah yang mengalami eksitasi
abnormal, yakni focus ektropik, mencetuskan potensial aksi premature yang menyebar ke
seluruh bagian jantung lainnya sebelum nodus SA dapat menghasilkan potensial aksi. Impuls
abnormal kadang-kadang datang dari suatu focus ektropik menghasilkan denyut premature
atau suatu ekstrasistol.

b. Penyebaran eksitasi jantung dikoordinasi untuk memastikan agar pemompaan efisien.
Setelah dimulai dari nodus SA, potensial aksi menyebar ke seluruh jantung. Agar jantung
berfungsi secara efisien, penyebaran eksitasi harus memenuhi tiga kriteria, yaitu :
1. Eksitasi dan kontraksi atrium harus selesai sebelum kontraksi ventrikel dimulai.
2. Eksitasi serat-serat otot jantung harus dikoordinasi untuk memastikan bahwa setiap bilik
jantung berkontarksi sebagai suatu kesatuan untuk menghasilkan daya pompa yang
efisien.
3. Pasangan atrium dan pasangan ventrikel harus secara fungsional terkoordinasi, sehingga
kedua anggota pasangan tersebut berkontraksi secara stimulant. Hal ini memungkinkan
darah terpompa ke sirkulasi paru dan sistemik.

c. Eksitasi atrium
Suatu potensial aksi yang berasal dari nodus SA pertama kali menyebar ke dua atrium,
terutama dari sel ke sel melalui gap junction di seluruh atrium kiri pada saat yang sama
dengan penyebaran eksitasi di atrium kanan.
 Jalur antaratrium berjalan dari nodus SA di dalam atrium kanan ke atrium kiri. Karena
adanya jalur ini, gelombang eksitasi dapat menyebar melintasi gap junction diseluruh
atrium kiri pada saat yang sama dengan penyebaran eksitasi di atrium kanan.
 Jalur antarnodus berjalan dari nodus SA ke nodus AV. Nodus AV adalah satu-satunya titik
kontak listrik antara atrium dan ventrikel secara structural dihubungkan oleh jaringan ikat
yang tidak menghantarkan listrik, satu-satunya cara agar potensial aksi dapat menyebar ke
ventrikel adalah dengan melewati nodus AV.

d. Transmisi antara atrium dan ventrikel
Potensial aksi dihantarkan relatif lebih lambat melalui nodus AV. Kelambatan ini
menguntungkan karena menyediakan waktu agar terjadi pengisian ventrikel sempurna.
Perlambatan nodus AV ini memungkinkan atrium mengalami depolarisasi sempurna dan
berkontraksi, mengosongkan isi mereka ke dalam ventrikel, sebelum depolarisasi dan
kontraksi ventrikel terjadi.

e. Eksitasi ventrikel
Setelah perlambatan terjadi, impuls dengan cepat bejalan melalui berkas His dan ke seluruh
miokardium ventrikel melalui serat-serat Purkinje. Jaringan serat di system penghantar
ventrikel ini mengkhususkan diri untuk menghantarkan potensial aksi secara cepat.
Keberadaan serat-serat tersebut mempercepat dan mengkoordinasikan penyebaran eksitasi
ventrikel untuk memastikan bahwa ventrikel berkontraksi sebagai satu kesatuan. Sistem
penghantar ventrikel lebih terorganisasi dan lebih penting daripada jalur penghantar
antaratrium dan atarnodus. Karena massa ventrikel jauh lebih besar daripada massa atrium,
harus terdapat system penghantar yang cepat untuk segera menyebarkan eksitasi di ventrikel.

f. Potensial aksi di otot jantung kontraktil memperlihatkan fase datar yang khas.
Potensial aksi di sel otot jantung kontraktil, walaupun dimulai oleh sel-sel pemacu di nodus,
cukup bervariasi dalam mekanisme ionic dan bentuknya dibanding dengan potensial nodus
SA. Tidak seperti sel-sel otoritmik, membran sel kontraktil pada dasarnya tetap berada dalam
keadaan istirahat sebesar -90 mV sampai tereksitasi oleh aktivitas listrik yang merambat dari
pemacu.
Selama fase naik potensial aksi, potensial membran dengan cepat berbalik ke nilai positif
sebesar +30 mV akibat peningakatan mendadak permeabilitas membran terhadap Na+ yang
diikuti oleh influks massif Na+. Permeabilitas Na+ kemudian berkurang ke nilai istirahatnya
yang rendah, tetapi, khas untuk sel otot jantung, membran potensial dipertahankan di tingkat
positif ini selama beberapa ratus milidetik dan menghasilkan fase datar ( plateau phase)
potensial aksi.
Perubahan voltase mendadak yang terjadi selama fase naik potensial aksi menimbulkan dua
perubahan permeabilitas bergantung – voltase yang bertanggung jawab mempertahankan fase
datar tersebut : pengaktifan saluran Ca++ “lambat” dan penurunan mencolok permeabilitas K+ .
Pembukaan saluran Ca++ menyebabkan difusi lambat Ca++ masuk ke dalam sel karena
konsentrasi Ca++ di CES lebih besar. Efek ini diperkuat oleh penurunan permeabilitas K+ yang
terjadi bersamaan. Penurunan aliran ke luar K+ yang bermuatan positif mencegah repolarisasi
cepat membran dan dengan demikian ikut berperan memperlama fase datar.
Fase turun potensial aksi yang berlangsung cepat terjadi akibat inaktivasi saluran Ca++ dan
pengaktifan saluran K+. Penurunan permeabilitas Ca++ menyebabkan Ca++ tidak lagi masuk ke
dalam sel, sedangkan peningkatan mendadak permeabilitas K+ yang terjadi bersamaan
menyebabkan difusi cepat K+ yang positif ke luar sel. Dengan demikian, repolarisasi cepat
yang terjadi pada akhir fase datar terutama disebabkan oleh efluks K+, yang kembali membuat
bagian dalam sel lebih negatif daripada bagian luar dan memulihkan potensial membran ke
tingkat istirahat.

More Related Content

What's hot

Anatomi dan fisiologi jantung
Anatomi dan fisiologi jantungAnatomi dan fisiologi jantung
Anatomi dan fisiologi jantung
Gunk Arie'sti
 
PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1
indri yetti
 
SIKLUS MENSTRUASI
SIKLUS MENSTRUASISIKLUS MENSTRUASI
SIKLUS MENSTRUASI
shelviaa
 
Proses terjadinya infeksi
Proses terjadinya infeksiProses terjadinya infeksi
Proses terjadinya infeksi
Warnet Raha
 
Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi Fisiologi Sistem PerkemihanAnatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Yandrawati S.KM
 

What's hot (20)

Anatomi & fisiologi sistem urinaria
Anatomi & fisiologi sistem urinariaAnatomi & fisiologi sistem urinaria
Anatomi & fisiologi sistem urinaria
 
Anatomi Sistem Urinaria
Anatomi Sistem UrinariaAnatomi Sistem Urinaria
Anatomi Sistem Urinaria
 
Anatomi dan fisiologi jantung
Anatomi dan fisiologi jantungAnatomi dan fisiologi jantung
Anatomi dan fisiologi jantung
 
PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1
 
SISTEM REPRODUKSI PRIA
SISTEM REPRODUKSI PRIASISTEM REPRODUKSI PRIA
SISTEM REPRODUKSI PRIA
 
SISTEM PEREDARAN DARAH PADA FETUS
SISTEM PEREDARAN DARAH PADA FETUSSISTEM PEREDARAN DARAH PADA FETUS
SISTEM PEREDARAN DARAH PADA FETUS
 
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan TubuhPPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
 
Menstruasi (Siklus Menstruasi dan Gangguannya)
Menstruasi (Siklus Menstruasi dan Gangguannya)Menstruasi (Siklus Menstruasi dan Gangguannya)
Menstruasi (Siklus Menstruasi dan Gangguannya)
 
Antomi Fisiologi Sistem Endokrin
Antomi Fisiologi Sistem EndokrinAntomi Fisiologi Sistem Endokrin
Antomi Fisiologi Sistem Endokrin
 
SIKLUS MENSTRUASI
SIKLUS MENSTRUASISIKLUS MENSTRUASI
SIKLUS MENSTRUASI
 
PPT KARDIOVASKULER
PPT KARDIOVASKULERPPT KARDIOVASKULER
PPT KARDIOVASKULER
 
Proses terjadinya infeksi
Proses terjadinya infeksiProses terjadinya infeksi
Proses terjadinya infeksi
 
C2 Embriogenesis Sistem Saraf
C2 Embriogenesis Sistem SarafC2 Embriogenesis Sistem Saraf
C2 Embriogenesis Sistem Saraf
 
Anatomi Panggul
Anatomi PanggulAnatomi Panggul
Anatomi Panggul
 
Anatomi fisiologi sistem reproduksi
Anatomi fisiologi sistem reproduksiAnatomi fisiologi sistem reproduksi
Anatomi fisiologi sistem reproduksi
 
Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi Fisiologi Sistem PerkemihanAnatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
 
Osteologi
OsteologiOsteologi
Osteologi
 
Anatomi Sistem Saraf
Anatomi Sistem SarafAnatomi Sistem Saraf
Anatomi Sistem Saraf
 
Anatomi hidung dan tenggorokan
Anatomi hidung dan tenggorokanAnatomi hidung dan tenggorokan
Anatomi hidung dan tenggorokan
 
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi UrineKonsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
 

Viewers also liked (10)

pompa jantung
pompa jantungpompa jantung
pompa jantung
 
Pbl 8 baru
Pbl 8 baruPbl 8 baru
Pbl 8 baru
 
Terapi Perilaku
Terapi PerilakuTerapi Perilaku
Terapi Perilaku
 
Bioelektromagnetik
BioelektromagnetikBioelektromagnetik
Bioelektromagnetik
 
Fisiologi jantung & ekg
Fisiologi jantung & ekgFisiologi jantung & ekg
Fisiologi jantung & ekg
 
Ekg
EkgEkg
Ekg
 
Umpan balik
Umpan balikUmpan balik
Umpan balik
 
Pendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioralPendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioral
 
Sistem transportasi
Sistem transportasiSistem transportasi
Sistem transportasi
 
Fisiologi kardiovaskular (Jantung)
Fisiologi kardiovaskular (Jantung)Fisiologi kardiovaskular (Jantung)
Fisiologi kardiovaskular (Jantung)
 

Similar to Aktivitas listrik jantung

Anatomi dan fisiologi sistem saraf serta mekanisme penghantaran implus
Anatomi dan fisiologi sistem saraf serta mekanisme penghantaran implusAnatomi dan fisiologi sistem saraf serta mekanisme penghantaran implus
Anatomi dan fisiologi sistem saraf serta mekanisme penghantaran implus
Silaturrahman Nurse
 
Fisiologis sistem kardiovaskuler AKPER PEMKAB MUNA
Fisiologis sistem kardiovaskuler AKPER PEMKAB MUNA Fisiologis sistem kardiovaskuler AKPER PEMKAB MUNA
Fisiologis sistem kardiovaskuler AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 

Similar to Aktivitas listrik jantung (20)

materi ekag 2
materi ekag 2materi ekag 2
materi ekag 2
 
LISTRIK SEARAH by wandra.pdf
LISTRIK SEARAH by wandra.pdfLISTRIK SEARAH by wandra.pdf
LISTRIK SEARAH by wandra.pdf
 
Fisiologi Kardiovaskuler
Fisiologi KardiovaskulerFisiologi Kardiovaskuler
Fisiologi Kardiovaskuler
 
Elektrofisologi Jantung.pptx
Elektrofisologi Jantung.pptxElektrofisologi Jantung.pptx
Elektrofisologi Jantung.pptx
 
Anatomi fisiologi jantung
Anatomi fisiologi jantungAnatomi fisiologi jantung
Anatomi fisiologi jantung
 
Sistem koordinasi atau Saraf pada manusia
Sistem koordinasi atau Saraf pada manusiaSistem koordinasi atau Saraf pada manusia
Sistem koordinasi atau Saraf pada manusia
 
biolistrik tari.ppt
biolistrik tari.pptbiolistrik tari.ppt
biolistrik tari.ppt
 
Kardiovaskuler 01
Kardiovaskuler 01 Kardiovaskuler 01
Kardiovaskuler 01
 
Anfis Kardiologi.ppt
Anfis Kardiologi.pptAnfis Kardiologi.ppt
Anfis Kardiologi.ppt
 
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_JANTUNG.pptx
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_JANTUNG.pptxANATOMI_DAN_FISIOLOGI_JANTUNG.pptx
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_JANTUNG.pptx
 
Anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler
Anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskulerAnatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler
Anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler
 
Anatomi dan fisiologi sistem saraf serta mekanisme penghantaran implus
Anatomi dan fisiologi sistem saraf serta mekanisme penghantaran implusAnatomi dan fisiologi sistem saraf serta mekanisme penghantaran implus
Anatomi dan fisiologi sistem saraf serta mekanisme penghantaran implus
 
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_JANTUNG.pptx
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_JANTUNG.pptxANATOMI_DAN_FISIOLOGI_JANTUNG.pptx
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_JANTUNG.pptx
 
PPT Biologi Manusia.pptx
PPT Biologi Manusia.pptxPPT Biologi Manusia.pptx
PPT Biologi Manusia.pptx
 
Neuron, impuls saraf & sinaps (2).pptx
Neuron, impuls saraf & sinaps (2).pptxNeuron, impuls saraf & sinaps (2).pptx
Neuron, impuls saraf & sinaps (2).pptx
 
Kardiovaskuler 02
Kardiovaskuler 02 Kardiovaskuler 02
Kardiovaskuler 02
 
Sistem kardiovaskuler 04
Sistem kardiovaskuler 04 Sistem kardiovaskuler 04
Sistem kardiovaskuler 04
 
Fisiologis sistem kardiovaskuler AKPER PEMKAB MUNA
Fisiologis sistem kardiovaskuler AKPER PEMKAB MUNA Fisiologis sistem kardiovaskuler AKPER PEMKAB MUNA
Fisiologis sistem kardiovaskuler AKPER PEMKAB MUNA
 
60201765 jantung
60201765 jantung60201765 jantung
60201765 jantung
 
Ekg
EkgEkg
Ekg
 

Recently uploaded

BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
Meboix
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
hurufd86
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
Meboix
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
wisanggeni19
 

Recently uploaded (20)

penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 

Aktivitas listrik jantung

  • 1. AKTIVITAS LISTRIK JANTUNG a. Nodus sinoatrium adalah pemacu jantung normal. Kontraksi sel otot jantung untuk mendorong darah dicetuskan oleh potensial aksi yang menyebar melalui membran sel-sel otot. Jantunf berkontraksi atau berdenyut secara berirama akibat potensial aksi yang ditimbulkannya sendiri, suatu sifat yang dikenal sebagai otoritmisitas. Terdapat dua jenis khusus sel otot jantung : 1. 99% sel otot jantung adalah sel kontraktil, yang melakukan kerja mekanis, yaitu memompa. Sel-sel pekerja ini dalam keadaan normal tidak menghasilkan sendiri potensial aksi. 2. Sebaliknya, sebagian kecil sisanya, sel otoritmik, tidak berkontraksi tetapi mengkhususkan diri mencetuskan dan menghantarkan potensial aksi yang bertanggung jawab untuk kontraksi sel-sel pekerja. Berbeda dengan sel saraf dan sel otot rangka, yang membrannya tetap berada pada potensial istirahat yang konstan, kecuali apabila sel dirangsang, sel-sel otoritmik jantung tidak memiliki potensial istirahat. Sel-sel tersebut memperlihatkan aktivitas pemacu (pacemaker activity), yaitu membran mereka secara perlahan mengalami depolarisasi, atau bergeser, antara potensial-potensial aksi sampai ambang tercapai, pada saat membran mengalami potensial aksi, yang kemudian menyebar ke seluruh jantung untuk mencetuskan denyut secara berirama tanpa perangsangan saraf apapun. Di sel-sel otoritmik jantung, antara potensial-potensial aksi permeabilitas K+ tidak menetap seperti di sel saraf dan sel otot rangka. Permeabilitas membran terhadap K+ menurun antara potensial-potensial aksi, karena saluran K+ diinaktifkan, yang mengurangi aliran ke luar ion kalium positif mengikuti penurunan gradient konsentrasi mereka. Karena influks pasif Na+dalam jumlah kecil tidak berubah, bagian dalam secara bertahap menjadi kurang negatif, yaitu, membran secara bertahap mengalami depolarisasi dan bergeser ke arah ambang. Setelah ambang dicapai, terjadi fase naik dari potensial aksi sebagai respons terhadap pengkatifan
  • 2. saluran Ca++ dan influks Ca++ kemudian, fase ini berbeda dari otot rangka, dengan influks Na+ yang mengubah potensial aksi kea rah positif. Fase turun disebabkan oleh efluks K+ yang terjadi karena peningkatan permeabilitas K+ akibat pengaktifan saluran K+. Setelah potensial aksi usai, inaktivasi saluran-saluran K+ ini mengawali depolarisasi berikutnya. Sel-sel jantung yang mampu mengalami otoritmisitas ditemukan di lokasi-lokasi berikut ini : 1. Nodus sinoatrium (SA), daerah kecil khusus di dinding atrium kanan dekat lubang (muara) vena kava superior. 2. Nodus atrioventrikel (AV), sebuah berkas kecil sel-sel otot jantung khusus di dasar atrium kanan dekat septum, tepat di atas pertautan atrium dan ventrikel. 3. Berkas His (berkas antrioventrikel), suatu jaras sel-sel khusus yang berasal dari nodus AV dan masuk ke septum anarventrikel, tempat berkas tersebut berjalan ke bawah melalui septum, melingkari ujung bilik ventrikel, dan kembali ke atrium di sepanjang dinding luar. 4. Serat Purkinje, serat-serat terminal halus yang berjalan dari berkas His dan menyebar ke seluruh miokardium ventrikel seperti ranting-ranting pohon. Karena perbedaan kecepatan depolarisasi lambat mereka, sel-sel otoritmik tersebut berbeda dalam hal kecepatan normal untuk menghasilkan potensial aksi.Sel-sel jantung yang memiliki kecepatan pembentukan potensial aksi tertinggi terletak di Nodus SA. Sekali potensial aksi timbul di salah satu sel otot jantung, potensial aksi tersebut akan menyebar ke seluruh miokardium melalui gap junction dan system penghantar khusus. Oleh karena itu, nodus SA, yang dalam keadaan normal memperlihatkan kecepatan otoritmisitas tertinggi, yaitu 70-80 potensial aksi/menit, menjalankan bagian jantung sisanya dengan kecepatan ini dan dikenal sebagai pemacu (pacemaker, penentu irama) jantung. Jaringan otoritmik lain tidak mampu menjalankan kecepatan mereka yang rendah, karena mereka sudah diaktifkan oleh potensial aksi yang berasal dari nodus SA sebelum mereka mencapai ambang dengan irama yang lebih lambat. Jaringan otoritmik bukan nodus SA adalah pemacu laten yang dapat mengambil alih, walaupun dengan kecepatan yang lebih rendah, apabila pemacu normal tidak berkerja. Selain itu dikenal pula fenomena blok jantung total (complete heart block) yaitu kejadian yang
  • 3. timbul apabila jaringan penghantar antara atrium dan ventrikel rusak dan tidak berfungsi. Kecepatan denyutan ventrikel 30 kali/menit hanya akan dapat menunjang gaya hidup yang sangat santai, biasanya pasien menjadi koma. Kadang-kadang suatu bagian jantung, misalnya serat Purkinje, menjadi sangat tereksitasi dan mengalami depolarisasi lebih cepat dibanding nodus SA. Daerah yang mengalami eksitasi abnormal, yakni focus ektropik, mencetuskan potensial aksi premature yang menyebar ke seluruh bagian jantung lainnya sebelum nodus SA dapat menghasilkan potensial aksi. Impuls abnormal kadang-kadang datang dari suatu focus ektropik menghasilkan denyut premature atau suatu ekstrasistol. b. Penyebaran eksitasi jantung dikoordinasi untuk memastikan agar pemompaan efisien. Setelah dimulai dari nodus SA, potensial aksi menyebar ke seluruh jantung. Agar jantung berfungsi secara efisien, penyebaran eksitasi harus memenuhi tiga kriteria, yaitu : 1. Eksitasi dan kontraksi atrium harus selesai sebelum kontraksi ventrikel dimulai. 2. Eksitasi serat-serat otot jantung harus dikoordinasi untuk memastikan bahwa setiap bilik jantung berkontarksi sebagai suatu kesatuan untuk menghasilkan daya pompa yang efisien. 3. Pasangan atrium dan pasangan ventrikel harus secara fungsional terkoordinasi, sehingga kedua anggota pasangan tersebut berkontraksi secara stimulant. Hal ini memungkinkan darah terpompa ke sirkulasi paru dan sistemik. c. Eksitasi atrium Suatu potensial aksi yang berasal dari nodus SA pertama kali menyebar ke dua atrium, terutama dari sel ke sel melalui gap junction di seluruh atrium kiri pada saat yang sama dengan penyebaran eksitasi di atrium kanan.  Jalur antaratrium berjalan dari nodus SA di dalam atrium kanan ke atrium kiri. Karena adanya jalur ini, gelombang eksitasi dapat menyebar melintasi gap junction diseluruh atrium kiri pada saat yang sama dengan penyebaran eksitasi di atrium kanan.  Jalur antarnodus berjalan dari nodus SA ke nodus AV. Nodus AV adalah satu-satunya titik kontak listrik antara atrium dan ventrikel secara structural dihubungkan oleh jaringan ikat
  • 4. yang tidak menghantarkan listrik, satu-satunya cara agar potensial aksi dapat menyebar ke ventrikel adalah dengan melewati nodus AV. d. Transmisi antara atrium dan ventrikel Potensial aksi dihantarkan relatif lebih lambat melalui nodus AV. Kelambatan ini menguntungkan karena menyediakan waktu agar terjadi pengisian ventrikel sempurna. Perlambatan nodus AV ini memungkinkan atrium mengalami depolarisasi sempurna dan berkontraksi, mengosongkan isi mereka ke dalam ventrikel, sebelum depolarisasi dan kontraksi ventrikel terjadi. e. Eksitasi ventrikel Setelah perlambatan terjadi, impuls dengan cepat bejalan melalui berkas His dan ke seluruh miokardium ventrikel melalui serat-serat Purkinje. Jaringan serat di system penghantar ventrikel ini mengkhususkan diri untuk menghantarkan potensial aksi secara cepat. Keberadaan serat-serat tersebut mempercepat dan mengkoordinasikan penyebaran eksitasi ventrikel untuk memastikan bahwa ventrikel berkontraksi sebagai satu kesatuan. Sistem penghantar ventrikel lebih terorganisasi dan lebih penting daripada jalur penghantar antaratrium dan atarnodus. Karena massa ventrikel jauh lebih besar daripada massa atrium, harus terdapat system penghantar yang cepat untuk segera menyebarkan eksitasi di ventrikel. f. Potensial aksi di otot jantung kontraktil memperlihatkan fase datar yang khas. Potensial aksi di sel otot jantung kontraktil, walaupun dimulai oleh sel-sel pemacu di nodus, cukup bervariasi dalam mekanisme ionic dan bentuknya dibanding dengan potensial nodus SA. Tidak seperti sel-sel otoritmik, membran sel kontraktil pada dasarnya tetap berada dalam keadaan istirahat sebesar -90 mV sampai tereksitasi oleh aktivitas listrik yang merambat dari pemacu. Selama fase naik potensial aksi, potensial membran dengan cepat berbalik ke nilai positif sebesar +30 mV akibat peningakatan mendadak permeabilitas membran terhadap Na+ yang diikuti oleh influks massif Na+. Permeabilitas Na+ kemudian berkurang ke nilai istirahatnya yang rendah, tetapi, khas untuk sel otot jantung, membran potensial dipertahankan di tingkat
  • 5. positif ini selama beberapa ratus milidetik dan menghasilkan fase datar ( plateau phase) potensial aksi. Perubahan voltase mendadak yang terjadi selama fase naik potensial aksi menimbulkan dua perubahan permeabilitas bergantung – voltase yang bertanggung jawab mempertahankan fase datar tersebut : pengaktifan saluran Ca++ “lambat” dan penurunan mencolok permeabilitas K+ . Pembukaan saluran Ca++ menyebabkan difusi lambat Ca++ masuk ke dalam sel karena konsentrasi Ca++ di CES lebih besar. Efek ini diperkuat oleh penurunan permeabilitas K+ yang terjadi bersamaan. Penurunan aliran ke luar K+ yang bermuatan positif mencegah repolarisasi cepat membran dan dengan demikian ikut berperan memperlama fase datar. Fase turun potensial aksi yang berlangsung cepat terjadi akibat inaktivasi saluran Ca++ dan pengaktifan saluran K+. Penurunan permeabilitas Ca++ menyebabkan Ca++ tidak lagi masuk ke dalam sel, sedangkan peningkatan mendadak permeabilitas K+ yang terjadi bersamaan menyebabkan difusi cepat K+ yang positif ke luar sel. Dengan demikian, repolarisasi cepat yang terjadi pada akhir fase datar terutama disebabkan oleh efluks K+, yang kembali membuat bagian dalam sel lebih negatif daripada bagian luar dan memulihkan potensial membran ke tingkat istirahat.